You are on page 1of 9

J.

ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179


ISSN-e : 2550 - 0562

KONDISI FISIK TANAH DI BAWAH TEGAKAN PINUS


(Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) DAN PADANG RUMPUT DESA WATUTAU
KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO SULAWESI TENGAH
Gabriella Cahya Kasih1), YusranYusran2), Zulkaidhah2)
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km.9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1)
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
Koresponden : gabriellacahyakasih@gmail.com
2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract

Watutau Village is one of the villages in the Napu valley plains of Central Sulawesi, can be found
stands pine breadth ± 500ha. In addition to pine stands there are also grasslands, which are located
adjacent to pine stands, it attracts attention for research because it has two distinct land cover
vegetations. Differences in vegetation composition of land cover can also affect the physical condition of
the soil. The purpose of this study was to determine the physical condition of the soil under the stands of
pine and grassland. The study was conducted from November 2017 till January 2018, located in Watutau
Village, Lore Peore Sub-district, Poso District, Central Sulawesi. This research starts from field survey,
location determination, soil sampling, analysis of soil sampled laboratory. Determination of location
done purposive sampling by considering slope condition that is section of valley, slope and peak. Soil
sampling is done at two depths 0-30cm and 30-60cm. The results showed that the soil under pine stands
had dust clay soil texture and clay, granular soil structure, bulk density 1.26gr / cm3 (High) and 1.3gr /
cm3 (High), porosity 50.2% (Good) and 48.6% (Less good). Permeability 2.45cm / hr (Medium) and
2.9cm / hr (Medium), soil colors yellowish red, very dark gray, gray irish, very dark grayish brown,
grayish brown. While the soil conditions in the grassland area have clay soil texture, granular soil
structure, Bulk density 1,34gr / cm3 (High) and 1,4gr / cm3 (Very High), 50% Porosity (Good) and
47,63% Not good), Permeability 2.14cm / hr (Medium) and 3.66cm / hr (Medium), soil colors dark
grayish brown color, brown, strong brown.
Keyword : Soil Physical Condition, Vegetation, Pine Stand, Grassland.

PENDAHULUAN 2017), tipe vegetasi penutupan lahan, misalnya


Latar Belakang hutan, belukar, dan padang rumput (Hanafiah,
Kondisi fisik tanah merupakan komponen 2005).
yang sangat penting dalam mempengaruhi Padang rumput adalah dataran tanpa pohon
kesuburan tanah yang pada akhirnya akan yang umumnya ditumbuhi rumput pendek,
menunjang pertumbuhan tegakan hutan, bahkan padang rumput terjadi secara alami disebabkan
lebih penting pengaruhnya dibanding dengan adanya cuaca yang mempengaruhi, biasanya
sifat kimia dan biologi tanah. Secara ekologis padang rumput terletak di daerah yang memiliki
tanah tersusun oleh tiga kelompok material, ketinggian sekitar 900-4000m diatas permukaan
yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota laut, padang rumput umumnya dipenuhi
(jasad-jasad hayati), faktor abiotik berupa bahan oleh semak / perdu dan diselingi oleh beberapa
organik, dan faktor abiotik berupa pasir (sand), jenis pohon yang tumbuh menyebar,
debu (silt) dan liat (clay), (Hanafiah, 2005). seperti palem dan akasia.
Sifat tanah merupakan salah satu bagian Pinus mempunyai sifat pionir sehingga
dari habitat yang penting bagi pertumbuhan memiliki pertumbuhan akar lebih cepat dan
vegetasi. Adanya perubahan kondisi akibat dapat mengikat tanah lebih kuat (Sallata, 2013).
adanya perubahan vegetasi, akan Pinus dapat tumbuh pada tanah yang kurang
mempengaruhi sifat fisik tanahnya (Rukmi, dkk, subur, tanah berpasir, tanah berbatu dengan

60
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

curah hujan tipe A-C pada ketinggian 200- Desa Watutau, Kecamatan Lore Peore,
1.700 mdpl. Di hutan alam masih banyak Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m Penelitian ini diharapkan dapat
dengan diameter 170 cm (Harahap dan Izudin, memberikan informasih serta manfaat mengenai
2002). kondisi fisik tanah di bawah tegakan pinus dan
Penelitian Supriyo dkk, (2015) padang rumput yang berada di Desa Watutau,
mengungkapkan bahwa di KPH Kedu Utara, Kecamatan Lore Peore, Kabupaten Poso,
ada beberapa petak tegakan pinus yang letaknya Provinsi Sulawesi Tengah.
relatif berdekatan, mempunyai iklim (curah
hujan dan suhu) yang relatif sama, umur sama MATERI DAN METODE PENELITIAN
dan tanamannya berasal dari bibit yang sudah Waktu dan Tempat
dimuliakan, tetapi mempunyai produksi getah Penelitian ini dilaksanakan bulan
yang cukup signifikan. Hal tersebut disebabkan November 2017 – Januari 2018, bertempat di
oleh perbedaan karakteristik tanah antara lain: areal Tegakan pinus dan padang rumput di Desa
perbedaan kedalaman solum, aerasi, kandungan Watutau, Kecamatan Lore Peore, Kabupaten
hara, dan tingkat kemasaman. Selanjutnya Lasa Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Analisis fisik
(2017), yang membandingkan sifat fisik tanah terhadap sampel-sampel tanah dilakukan di
pada hutan primer dan padang Padeha yaitu dua Labolatorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
ekosistem yang berbeda dalam satu kawasan di Universitas Tadulako, Palu.
Taman Nasional Lore Lindu, pada umumnya Bahan dan Alat
sama hanya ada beberapa perbedaan dalam hal Bahan-bahan yang digunakan yaitu :
warnah tanah. a. Sampel tanah utuh, tidak utuh, dan tanah
Desa Watutau merupakan salah satu desa bongkahan
di Dataran Lembah Napu Sulawesi Tengah. Di b. Kantong plastik untuk menyimpan sampel
desa ini dapat dijumpai tegakan pinus yang tanah
memiliki luas ±500 ha. Menurut masyarakat c. Fiber untuk menyimpan sampel tanah utuh
setempat pinus tersebut sangat bermanfaat dan box plastik untuk menyimpan tanah
karena sebagai salah satu mata pencarian bongkahan
warga yaitu dengan menyadap getah pohon d. Kertas label
pinus. Selain tegakan pinus di Desa Watutau e. Zat-zat kimia yang digunakan untuk
juga terdapat padang rumput yang lokasinya analisis sampel tanah di laboratorium
bersebelahan dengan tegakan pinus, olehnya itu Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
perlu dilakukan penelitian bagaimana kondisi ini yaitu :
fisik tanah pada kedua tipe vegetasi penutupan a. Ring sampel dan alat penumbuk ring untuk
lahan yang memungkinkan adanya perbedaan mengambil sampel tanah utuh yang akan
kondisi tanah. dianalisis di Laboratorium
Rumusan Masalah b. Parang untuk membersihkan tempat
Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel tanah
bagaimana kondisi fisik tanah di bawah tegakan c. Sekop untuk menggali tanah
pinus dan kondisi fisik tanah pada padang d. Cutter untuk meratakan tanah
rumput di Desa Watutau, Kecamatan Lore e. Mistar untuk mengukur kedalaman profil
Peore, Kabupaten Poso tanah
, Provinsi Sulawesi Tengah ?. f. Kamera untuk dokumentasi penelitian di
lapangan maupun di Laboratorium
Tujuan dan Kegunaan g. Global Positioning System (GPS) untuk
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan titik koordinat titik
mengetahui kondisi fisik tanah di bawah pengambilan sampel tanah
tegakan Pinus merkusii dan padang rumput di h. Alat-alat laboratorium untuk proses
analisis sampel tanah

61
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

i. Alat tulis menulis (pulpen/pensil dan buku) a. Ring 1 digunakan sebagai ring penekan dengan
sebagai alat untuk mencatat hal-hal yang kedalaman 0-30 cm.
dianggap penting dalam proses penelitian. b. Ring 2 pengambilan sampel tanah dengan
Metode Penelitian kedalaman 30-60 cm
Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap,
Sampel tanah tidak utuh digunakan untuk
yaitu dimulai dari survei lapangan untuk
menganalisis tekstur tanah dan warna tanah.
menentukan lokasi pengambilan sampel tanah
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
di bawah tegakan pinus dan padang rumput.
mengambil hasil galian tanah disekitar
Pengambilan sampel tanah dilakukan secara
pengambilan sampel tanah utuh berdasarkan
(Purposive Sampling), berdasarkan tingkat
kelerengan dengan kedalaman yang telah
kelerengan lembah, punggung, dan puncak
ditentukan dibawah tegakan pinus dan padang
yang ditentukan titik koordinatnya, kemudian
rumput kemudian dimasukkan ke dalam plastik
sampel tanah diambil di bawah tegakan pinus
agar suhu nya tetap terjaga dari suhu
dan padang rumput dengan masing-masing dua
lingkungan dan diberi label, jumlah sampel
kedalaman (0-30 cm dan 30-60 cm) sampel
tanah tidak utuh sebanyak 12 sampel.
tanah terdiri dari: tanah utuh, tanah tidak utuh
Untuk analisis struktur tanah, digunakan
dan tanah bongkahan.
sampel tanah bongkahan yang diambil di sekitar
Pengambilan Sampel Tanah
sampel tanah utuh dan tidak utuh dengan
Sampel tanah utuh digunakan untuk
kedalaman yang telah ditentukan di bawah
menganalisis bulk density, permeabilitas tanah
tegakan pinus dan padang rumput. Pengambilan
dan porositas tanah. Pengambilan sampel tanah
sampel tanah bongkahan dilakukan dengan cara
ini dilakukan dengan menggunakan ring
diambil menggunakan sekop dengan tidak
sampel. Ring sampel dimasukkan ke dalam
mengabaikan kerusakan atau keretakan tanah.
tanah hingga kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm
Setelah itu dimasukkan kedalam plastik dan
di bawah tegakan pinus, dan di padang rumput
diikat rapat dengan isolasi. Maka diperoleh
dengan kedalaman yang sama, kemudian
tanah bongkahan 12 sampel, total sampel tanah
mengangkat ring sampel menggunakan sekop.
yang diperoleh adalah 36 sampel diambil dari
Ring yang berisi tanah diratakan menggunakan
dua lokasi pengambilan data.
cutter sampai permukaan kedua ring benar-
Pengumpulan Data
benar rata, kemudian ditutup menggunakan
Data yang dikumpulkan terdiri dari data
plastik untuk menjaga agar tanah tidak jatuh
Primer dan data sekunder.
dan diberi label. Jumlah sampel tanah utuh yang
a. Data Primer
diperoleh sebanyak 12 sampel tanah.
Data primer diperoleh berdasarkan hasil
Teknik pengambilan sampel tanah
pengamatan di laboratorium yaitu kondisi fisik
disajikan pada Gambar 1.
yang meliputi tekstur tanah, struktur tanah, bulk
a. 0-30 cm density, porositas tanah, permeabilitas tanah
dan warna tanah.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yang dikumpulkan yaitu
kondisi umum wilayah penelitian yang
meliputi letak, luas wilayah, topografi, iklim,
b. 30-60 cm jumlah penduduk, sejarah Desa, dan dari
literatur yang mengandung penelitian.
Analisis Tanah
Gambar 1. Teknik Pengambilan Sampel Tanah Analisis sampel tanah dilakukan di
Utuh Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako. Sampel tanah digunakan
untuk analisis tekstur tanah, struktur tanah,

62
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

bulk density, porositas tanah, permeabilitas HASIL DAN PEMBAHASAN


tanah, dan warna tanah. Selanjutnya
dideskriptifkan secara detail hasil analisis di Hasil analisis tentang Kondisi fisik tanah
Laboratotium, sehingga diperoleh kesimpulan yaitu: teksur tanah, struktur tanah, bulk density,
mengenai kondisi fisik tanah di bawah tegakan porositas tanah, permeabilitas tanah, dan warna
pinus dan padang rumput. tanah di Desa Watutau Kecamatan Lore Peore
Analisis Data Kabupaten Poso. Dapat dilihat pada Tabel 1.
Data yang dari laboratorium kemudian di
analisis secara deskriptif, yaitu dengan
mendeskripsikan fakta kondisi fisik tanah yang
diperoleh dari laboratorium.
Tabel 1. Hasil Analisis Laboratorium Kondisi Fisik Tanah di Bawah Tegakan Pinus dan Padang Rumput Desa
Watutau Kecamatan Lore Peore Kabupaten Poso Sulawesi Tengah

Lokasi

Kedalaman Di Bawah Tegakan Pinus Padang Rumput


No Parameter
(cm)
Pasir Debu Liat Pasir Debu Liat
1 Tekstur tanah 0 – 30 23,2 60,3 16,46 20,3 66,53 13,16
(%) Lempung Berdebu Lempung Berdebu
30 – 60 39,4 37,2 23,4 32,66 54 13,43
Lempung Lempung Berdebu
2 Struktur tanah 0 – 30 Granuler Kasar Granuler Kasar

30 – 60 Granuler Kasar Granuler Kasar


3 Bulk density 0 – 30 1,26 (Tinggi) 1,34 (Tinggi)
(gr/cm3)
30 – 60 1,3 (Tinggi) 1,4 (Sangat Tinggi)
4 Porositas tanah 0 – 30 50,2 (Baik) 50 (Baik)
(%)
30 – 60 48,5 (Kurang Baik) 47,63 (Kurang Baik)

5 Permeabilitas 0 – 30 2,45 (Sedang) 2,14 (Sedang)


tanah (cm/jam)
30 – 60 2,9 (Sedang) 3,66 (Sedang)

6 Warna tanah 0 – 30 Yellowish red, very dark Dark grayish brown, brown,
gray,drak grey
30 – 60 Yellowwish red, very dark Brown, strong brown,
grayish brown,grayish
brown
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2018
Tekstur Tanah padang rumput, dimana pada kedalaman 0-30 cm
Dari hasil analisis laboratotium yang juga terdapat tekstur lempung berdebu yang sama
dilakukan, terdapat penyebaran tekstur tanah di dengan tekstur tanah di bawah tegakan pinus
bawah tegakan pinus, dimana pada kedalaman 0- dengan kedalaman yang sama, kemudian pada
30 cm terdapat tekstur lempung berdebu dan pada kedalaman 30–60 cm memiliki tekstur lempung
kedalaman 30-60 cm terdapat tekstur tanah berdebu. Kesamaan kelas tekstur diduga
lempung. Hasil yang sama didapatkan pada lokasi disebabkan lokasi di bawah tegakan pinus dan di

63
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

padang rumput masih dalam kawasan yang sama cm, Tetapi kedalaman 30-60 cm di padang padeha
sehingga tekstur tanah relatif tidak berubah adalah granuler kasar dan glanuler sedang,
meskipun terjadi alih fungsi lahan atau sedangkan padang rumput granuler kasar.
pengguanaan lahan namun tekstur cenderung tetap. Selanjutnya penelitian Arifin, (2010) tentang
Sejalan dengan pendapat Lasa (2017) yang kajian sifat fisik tanah dan berbagai penggunaan
mengatakan tekstur merupakan sifat tanah yang lahan dalam hubungannya dengan pendugaan erosi
tidak berubah, meskipun terjadi alih fungsi lahan tanah. Hasil penelitian dari masing-masing tiga
atau penggunaan lahan (land use), namun tekstur penggunaan lahan pada hutan, tumpang sari, dan
cenderung tetap. Kesamaan kelas tekstur monokultur memiliki hasil yaitu struktur tanah
dikarenakan tekstur tanah relative tidak berubah yang sama yaitu granuler kasar hal tersebut
(Yamani, 2007). memiliki kemiripan dibawah tegakan pinus dan
Tekstur tanah menunjukkan perbandingan padang rumput. Struktur tanah adalah susunan
butir-butir pasir (diameter 2,000,05 mm), debu ikatan partikel-partikel tanah satu sama lain
(0.005-0,02 mm) dan liat (<0,002-002) di dalam membentuk agregat tanah, merupakan sifat tanah
tanah (Nugroho 2009). Tekstur tanah penting kita yang sangat ditentukan oleh partikel penyusun
ketahui karena ketiga fraksi tersebut akan tanah (Rajamuddin, 2009).
menentukan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi Bulk Density
tanah. Tekstur tanah merupakan sifat fisik tanah Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
yang berguna bagi penetrasi akar dan kemampuan Bulk density tertinggi dan terendah berada di
pengikatan air oleh tanah (Lapadjati, 2016). bawah tegakan pinus, yaitu 1,26 gr/cm3 (Tinggi)
Perbedaan tekstur tanah akan berhubungan dengan pada kedalam 0–30 cm dan 1,3 gr/cm3(Tinggi)
kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara pada kedalam 30–60 cm. sedangkan nilai Bulk
melalui peran partikel-partikel tanah (Hartati, density di padang rumput 1,34 gr/cm3(Tinggi) dan
2008). Tanah dengan tekstur lempung memiliki 1,4 gr/cm3(Sangat Tinggi). Nilai bulk density
perbandingan pasir dan debu hampir seimbang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
dengan sedikit fraksi liat (Rukmi 2017), sedangkan pengolahan tanah, bahan organic, pemadatan
tanah dengan tekstur lempung berdebu merupakan tanah, tekstur dan struktur tanah (Monde, 2010).
komposisi volume tanah dimana udara menempati Nilai bulk density di padang rumput sangat
20-30%, air 20%, mineral 45% dan bahan organik tinggi pada kedalaman 30-60 cm diduga karena
5% yang optimal bagi pertumbuhan tanaman kurangnya bahan organik pada kedalaman tersebut
(Sutedjo dkk, 2002). dan juga vegetasi rumput yang memiliki akar
Struktur Tanah relatif pendek. Vegetasi berupa tanaman kayu
Berdasarkan Hasil analisis tanah yang mempunyai akar masuk ke dalam tanah dapat
menunjukkan bahwa terdapat kemiripan struktur melonggarkan tanah karena akar menjadi besar
tanah di bawah tegakan pinus dan padang rumput dan bagi akar yang mati setelah busuk dapat
yaitu granuler kasar. Tanah dengan struktur baik sebagai saluran air masuk ke dalam tanah
(granular, remah) mempunyai tata udara yang (Sembiring, 2008). Berat isi berguna untuk
baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mengevaluasi terhadap kemungkinannya akar
mudah diolah (Evarnas 2014). Struktur tanah menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan berat
mempengaruhi kapasitas infiltrasi tanah, dimana isi yang tinggi akar tanaman tidak dapat
struktur tanah granuler memiliki keporosan tanah menembus lapisan tanah tersebut (Tolaka, 2013),
yang tinggi sehingga akan meningkatkan kapasitas lebih lanjut Tolaka mengatakan jika Nilai BD 1,46
infiltrasi tanah (Dewi, 2012). Dimana nilai sampai 1,60 gr/cm3 dapat menghambat
porositas tanah di bawah tegakan pinus dan pertumbuhan akar dikarenakan tanahnya memadat
padang rumput masih dalam katagori baik. dan oksigen kurang tersedia sebagai akibat
Lasa (2017), melaporkan bahwa sifat fisik berkurangnya ruang/pori tanah. Makin padat suatu
tanah pada hutan primer dan padang padeha di tanah makin tinggi bulk density, yang berarti
dalam kawasan taman nasional lore lindu, makin sulit meneruskan air atau ditembus akar
memiliki beberapa kesamaan, misalnya struktur tanaman.
tanah yang berada di padang padeha dan padang Bobot volume atau Bulk density adalah suatu
rumput yaitu granuler kasar pada kedalaman 0-30 petunjuk tentang kepadatan tanah yang

64
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

menunjukkan perbedaan antara berat tanah kering yang dinyatakan dalam persen. Porositas terdiri
dengan volume tanah termasuk volume pori-pori dari ruang diantara partikel pasir, debu dan liat
tanah, yang dinyatakan dalam g/cm3 (Rustam, serta ruang diantara agregat-agregat tanah (Puja,
2016). 2008). Porsitas berbanding terbalik dengan bobot
Penelitian yang telah dilakukan Sofyan, isi, dimana bila porositas tanah tinggi maka bobot
(2011) mengenai pengaruh pengolahan tanah isi tanah rendah dan sebaliknya bila porositas
konservasi terhadap Sifat fisik dan hidrologi tanah. tanah rendah maka bobot isi tanah tinggi (Monde,
Bobot isi tanah yang pada kedalaman tanah 0-20 2010). Ketersediaan bahan organik mempengaruhi
cm secara umum lebih rendah dibandingkan porositas tanah karena bahan organik membantu
pengamatan di kedalaman 20-40 cm. Hal yang dalam pembentukan agregat tanah dengan
sama ditemukan di bawah tegakan pinus dan membentuk granul-granul dan memperbesar
padang rumput semakin kedalam nilai bobot isi volume dan pori-pori tanah yang ada, sehingga
yang didapatkan semakin tinggi. Hal tersebut porositas tanah menjadi tinggi
diakibatkan pada kedalaman tanah 0-20 cm Permeabilitas
aktivitas perakaran dan bahan organik lebih tinggi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
dibandingkan pada kedalaman tanah 20- 40 cm. permeabilitas tanah dari dua lokasi di bawah
Bobot isi di bawah tegakan pinus lebih rendah tegakan pinus dan padang rumput yaitu pada
nilainya dibandingkan dengan nilai di padang kedalam 0-30 cm 2,45 cm/jam dan 30-60 cm 2,9
rumput hal tersebut dikarenakan pada tegakan cm/jam termasuk dalam kelas sedang. Selanjutnya
pinus terjadi pemanfaatan sisa-sisa tanaman yaitu padang rumput kedalaman 0-30 cm 2,14 cm/jam
daun dan ranting pohon yang dapat menjadi bahan dan 30-60 cm 3,66 cm/jam termasuk dalam kelas
organik bagi tanah. Selain itu berfungsi sebagai sedang. Permeabilitas memberikan pengaruh pada
penutup tanah atau pelindung tanah dari butir-butir kemampuan tanah dalam meloloskan air, tanah
hujan yang jatuh ke tanah yang berpotensi dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju
menyebabkan terjadinya dispersi agregat dan infiltrasi (Dewi, 2012).
penyumbatan pori sehingga terjadi pemadatan Rendahnya nilai permeabilitas disebabkan
tanah (Sofyan, 2011). Adanya vegetasi dan sersah karena pada areal tersebut didominasi oleh fraksi
dapat mendorong terbentuknya struktur tanah yang lempung yang memiliki partikel-partikel tanah
lebih gembur yang mengakibatkan nilai bulk yang lebih kecil sehingga sukar dilewati atau
density lebih rendah (Hakim, dkk 1986 dalam ditembus air (Mahmud 2014). Tanah yang
Suryani, 2011). bertekstur lempung kemampuan menahan air dan
Porositas Tanah menyediakan unsur hara tinggi serta lebih aktif
Hasil analisis porositas tanah di bawah dalam reaksi kimia dari pada tanah bertekstur
tegakan pinus dan padang rumput menunjukkan kasar (Buhang, 2009). Dalam penelitian Lasa
nilai yang hampir sama, dengan nilai porositas (2017) kedalaman tanah pada saat pengambilan
terdapat di bawah tegakan pinus 50,2 % dan 48,5 sampel mempengaruhi laju permeabilitas karena
% sedangkan pada padang rumput 50 % dan 47,63 tanah pada lapisan bawah cenderung lebih padat.
%. Berdasarkan kelas porositas tanah nilai 50,2 % Permeabilitas merupakan kemampuan media
dan 50 % termasuk dalam kelas Baik, selanjutnya porus dalam hal ini adalah tanah untuk meloloskan
nilai 48,5 % dan 47,63 % termasuk dalam kelas zat cair (air hujan) baik secara lateral maupun
kurang baik. Bobot isi tanah yang rendah vertikal (Rohmat, 2006).
menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki Warna Tanah
tingkat kegemburan yg baik dan tidak terjadinya Dari hasil analisis tanah menunjukkan bahwa
pemadatan pada tanah sehingga ruang pori yang warna tanah yang berada di bawah tegakan pinus
terbentuk menjadi tinggi (Sofyan, 2011). dan padang rumput bervariasi. Di bawah tegakan
Perbedaan porositas pada masing-masing pinus kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm warna
kedalaman dimungkinkan karena adanya tanahnya yaitu merah kekuning-kuningan, abu-abu
perbedaan pergerakan air di atas permukaan tanah sangat gelap, abu-abu gelap, coklat keabu-abuan
(Lasa, 2017). sangat gelap, coklat keabu-abuan, sedangkan
Porositas atau ruang pori tanah adalah volume warna tanah pada padang rumput kedalaman 0-30
seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh,

65
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

cm dan 30-60 yaitu coklat gelap keabu-abuan, secara tidak langsung berpengaruh lewat
coklat, coklat pekat. dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban
Warna hitam merupakan petunjuk kandungan tanah (Hanafiah 2008).
bahan organik tanah, warna merah menunjukan Hasil penelitian mengenai kondisi fisik tanah
adanya oksidasi besi bebas dan warna abu-abu yang telah dilakukan di bawah tegakan pinus dan
menujukkan adanya reduksi (Dika, 2011). padang rumput menunjukkan bahwa kedua lokasi
Warna tanah merupakan salah satu kondisi tidak memiliki perbedaan yang signifikan, kondisi
fisik tanah yang berpengaruh terhadap temperatur fisik tanah yang berada di bawah tegakan pinus
dan kelembaban tanah. Perbedaan warna tanah relatif sama dengan padang rumput, hanya ada
umumnya disebabkan oleh perbedaan kandungan beberapa parameter yang membedakan, parameter
bahan organik, semakin tinggi kandungan bahan tersebut adalah tekstur, bulk density, dan warna
organik maka warna tanah akan semakin gelap. tanah. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
Makin gelap warna tanah berarti makin tinggi memperbaiki kondisi fisik tanah yaitu dengan
produktivitasnya dan cenderung lebih banyak penambahan bahan organik, dengan penambahan
menyerap energi matahari dibandingkan benda bahan organik tersebut di yakini dapat mengurangi
yang berwarna terang, sehingga akan lebih nilai bulk density, menaikkan nilai porositas tanah
mendorong laju evaporasi (Lapadjati, 2016). dan warna tanah akan menjadi lebih gelap, sesuai
Perbedaan bahan organik tanah pada berbagai dengan pernyataan (Dwidjoseputro, 1983 dalam
penggunaan lahan disebabkan oleh adanya Sembiring, 2008) batang, ranting, dan daun mati
perbedaan vegetasi dan jumlah sersah yang yang hancur bersatu dengan tanah dapat
terdapat pada parmukaan tanah. Vegetasi rumput meningkatkan kesuburan tanah dan dengan cara ini
yang hidup memiliki siklus yang pendek, oleh dapat memperbaiki sifat fisik tanah.
sebab itu dengan cepat bahan organik akan
dikembalikan ke tanah. Secara umum kandungan KESIMPULAN
bahan organik tanah di suatu lokasi dapat dilihat
secara visual dari warna tanah khususnya bagian 1. Kondisi fisik tanah dibawah tegakan pinus
topsoil. Warna tanah yang lebih gelap relatif (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese) dan
mengandung bahan organik yang lebih tinggi Padang Rumput memiliki kondisi tanah yang
(Hakim dkk, 1996 dalam Oktavia dkk, 2014). relatif sama (struktur, porositas,
Peran vegetasi dalam peresapan air terutama permeabilitas) kecuali tekstur, Bulk density,
keberadaan vegetasi dapat meningkatkan dan warna tanah
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah di
kandungan bahan organik, jumlah dan tebal
seresah, serta biota tanah (Asdak, 2002 dalam bawah tegakan pinus memiliki rata-rata pada
Setyowati 2007). dua kedalaman adalah teksktur tanah lempung
Vegetasi hutan membentuk tanah hutan berdebu dan lempung, struktur tanah granuler
berwarna merah sedangkan vegetasi rumput- kasar, bulk density 1,28gr/cm3 (Tinggi),
rumputan membentuk tanah berwarna hitam porositas 49,4% (Kurang Baik), Permeabilitas
karena banyaknya sisa bahan organik yang 2,67cm/jam (Sedang), warna tanah yellowish
tertinggal dari akar-akar dan sisa rumput red, very dark gray, drak grey, very dark
(Mandasari R, 2014). Hutan dan vegetasinya grayish brown, grayish brown. Sedangkan
memiliki peranan dalam pernbentukan dan kondisi tanah di kawasan padang rumput
pemantapan agregat tanah. Vegetasinya berperan memiliki rata-rata yaitu teksktur tanah
sebagai pemantap agregat tanah karena akar- lempung, struktur tanah granuler kasar, Bulk
akarnya dapat mengikat partikel-partikel tanah dan density 1,37gr/cm3 (Tinggi), Porositas 48,8%
juga mampu menahan daya tumbuk butir butir air (Kurang Baik), Permeabilitas 2,9 cm/jam
hujan secara langsung ke permukaan tanah (Sedang), Warna tanah dark grayish brown,
sehingga penghancuran tanah dapat dicegah brown, strong brown.
(Arifin, 2010). Warna tanah merupakan salah satu DAFTAR PUSTAKA
kondisi fisik tanah yang lebih banyak digunakan Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan
untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak Berbagai penggunaan Lahan Dalam
mempunyai efek langsung terhadap tanaman tetapi Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi

66
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

Tanah. Pertanian MAPERTA 12 (2) 72 – Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal


144 Warta Rimba, 2(1).
Buhang, A. 2009. Sifat Fisik Tanah Pada Tegakan Mandasri R. 2014. Determinasi Bahan Organik
Agroforestri Sederhana dan Kompleks di partikulat pada Berbagai Penggunaan
Kawasan Zona Penyangga Taman Nasional Lahan di Bukit Pinang – Pinang Kota
Lore Lindu Kecamatan Palolo Kabupateen Padang.
Sigi. Skripsi. Jurusan Kehutanan Fakultas Monde, A. 2010. Pengendalian Aliran Permukaan
Kehutanan Universitas Tadulako. Palu dan Erosi Pada Lahan Berbasis Kakao di
Dewi, I. G. A. S. U., Trigunasih, N., & DAS Gumbasa, Sulawesi Tengah. Media
Kusmawati, T. (2012). Prediksi Erosi dan Litbang Sulteng III (2): 131-136.
Perencanaan Konservasi Tanah dan air Nugroho Y. 2009. Analisi Sifat Fisik-Kimia dan
pada Daerah Aliran Sungai Saba. E-Jurnal Kesuburan Tanah Pada Lokasi Rencana
Agroekoteknologi Tropika (Journal of Hutan Tanaman Industri PT Prima Multi
Tropical Agroecotechnology), 1(1). buwana. Hutan Tropis Borneo. 10: 222 –
Dika MTS. 2011. Sifat fisik Tanah Pada Hutan 229.
Mangrove Desa Tolangano Kecamatan Puja, I. 2008. Penuntun Praktikum Fisika Tanah.
Banawa Selatan Kabupaten Donggala Jurusan Tanah Faperta Universitas Udayana.
Propinsi Sulawesi Tengah. Skripsi. Fakultas Bali .
Kehutanan Universitas Tadulako. Rajamuddin, U. 2009 Kajian Tingkat
Evarnaz N. 2014. Sifat Fisik Tanah Di Bawah Perkembangan Tanah Pada Lahan
Tegakan Ebony (Diospyros clebica Bakh) Perswahan Di Desa Kaluku Tinggu
Pada Kawasan Cagar Alam Pangi Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
Binangga Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Penelitian Perikanan Agroland 16 (1)
Warta Rimba 2(2): 109-114 : 45-52.
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rohmat, D.Dan Soekarno, I. 2006. Formulasi Efek
Jakarta:PT Raja Grafindo Perkasa. Sifat Fisik Tanah Terhadap Permeabilitas
Hanafiah K. A 2008. Dasar–Dasar Ilmu Tanah. Dan Suction Head Tanah (Kajian Empirik
PT. Raja Grafindo Perkasa. Untuk Meningkatkan Laju Infiltrasi). Jurnal
Harahap, R. M. S., & Izudin, E. 2002. Konifer di Bionatura, Volume: 8 No. 1.
Sumatera Bagian Utara. Info Konifera, Visi Rukmi, R., Bratawinata, A. A., Pitopang, R., &
& Informasi Teknis BPK Pematang Siantar, Matius, P. 2017. Sifat Fisik Dan Kimia
(1). Tanah Pada Berbagai Ketinggian Tempat
Hartati W. 2008. Evaluasi Distribusi Hara Tanah Di Habitat Eboni (Diospyros celebica
dan Tegakan Mangium, Sengondan Leda, Bakh.) DAS Sausu Sulawesi Tengah. Jurnal
Pada Akhir Daur Untuk Kelestarian Warta Rimba, 5(1).
Produksi Hutan Tanaman di UMR Gowa PT Rustam.2016. Sifat Fisik Tanah Pada Berbagai
INHUTANI I Unit III Makassar. Hutan dan Tipe Penggunaan Lahan Di Sekitar Taman
Masyarakat. 3:111 – 234.Hasanuddin. Nasional Lore Lindu Desa Toro
Lapadjati, K. K., Wardah, W., & Rahmawati, R. Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi
2016. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Sulawesi Tengah. [skripsi]. Palu: Fakultas
Tanaman Kemiri, Lahan Agroforestri Dan Kehutanan, Universitas Tadulako.
Lahan Hutan Sekunder Di Desa Labuan Sallata, K. M. 2013. Pinus (Pinus merkusii Jungh
Kungguma Kabupaten Donggala Sulawesi et de Vriese) dan Keberadaanya di
Tengah. Jurnal Warta Rimba, 4(2). Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi
Lasa. 2017. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Primer Selatan. Info Teknis Eboni, 10(2), 85-
Dan Padang Padeha Di Dalam Kawasan Sembiring, S. (2008). Sifat kimia dan fisik tanah
Taman Nasional Lore Lindu. Palu: Fakultas pada areal bekas tambang bauksit di Pulau
Kehutanan, Universitas Tadulako. Bintan, Riau. Info Hutan, 5(2), 123-134.98.
Mahmud, M., Wardah, W., & Toknok, B. 2014. Setyowati, D. L. (2007). Sifat fisik tanah dan
Sifat Fisik Tanah Di Bawah Tegakan kemampuan tanah meresapkan air pada
Mangrove Di Desa Tumpapa Kecamatan

67
J. ForestSains 16 (2) : Juni 2019 (60 - 68) ISSN-p : 1693 - 5179
ISSN-e : 2550 - 0562

lahan hutan, sawah, dan permukiman.


Jurnal Geografi, 4(2).
Sofyan, M. 2011. Pengaruh Pengolahan Tanah
Konservasi Terhadap Sifat Fisik dan
Hidrologi Tanah (Studi Kasus di Desa
Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat).
Supriyo, H., & Prehaten, D. (2015). Kandungan
Unsur Hara Daun Pinus Merkusi Jungh. et
de Vriese dan Sifat-sifat Tanah di Tegakan
dengan Produksi Getah yang
Bervariasi. Jurnal Ilmu Kehutanan, 7(2), 71-
80.
Suryani I. 2011. Dinamika Sifat Fisik Tanah
Pada Areal Pertanaman Kakao Akibat
Alih Guna Lahan Hutan di Kecamatan
Papalang Kabupaten Mamuju.
[disertasi]. Makassar. Universitas
Sutedjo, M.M dan A.G. Kartasapoetra. 2002.
Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.
Jakarta.
Tolaka W. 2013.Sifat Fisik Tanah Pada Hutan
Primer, Agroforestri dan Kebun Kakao di
SUBDAS Wera Saluopa Desa Leboni
Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten
Poso. Warta Rimba 1(1) : 1-8
Yamani A. 2007. Analisis Sifat Fisik dan Kimia
Tanah Pada Kelerengan yang Berbeda di
CV Tabalong Timur Kabupaten Tabalong
Kalimantan Selatan. Hutan Tropis Borneo
8(21): 134-139

68

You might also like