You are on page 1of 5

BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033X

Volume 1, Nomor 1 Januari 2000


Halaman: 36-40 DOI: 10.13057/biodiv/d010107

Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Problems of Biodiversity Management in Indonesia

OKID PARAMA ASTIRIN


Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Diterima: 2 Januari 2000. Disetujui: 22 Januari 2000

ABSTRACT

Indonesia is an archipelago of 17.508 islands with land width of 1.9 millions km2 and sea of 3.1 millions km2, having
many types of habitat and become one of biodiversity center in the world. There are about 28.000 plants species,
350.000 animals species and about 10.000 microbes predicted lived endemically in Indonesia. The country that
represents only 1.32% of the world having 10% of total flowering plants, 12% of mammals, 16% reptiles and
amphibian, 17% birds, 25% fishes and 15% of insects in the world. Most of the biodiversity were not investigated and
utilized yet. The direct use of the biodiversity is not any risk, and in addition, between government, society and
industries sometime does not have the same view and attitude. Habitat destruction and over-exploitation have caused
Indonesia having long list of endangered species including 126 birds, 63 mammals and 21 reptiles. The extinction of
some species occurred just few years ago like trulek jawa (Vanellus macropterus), insectivore bird (Eutrichomyias
rowleyi) in North Sulawesi, and tiger sub species (Panthera tigris) in Java and Bali. It seems that now is time for all
Indonesians to introspect and look for the way that can be used for preserving biodiversity.

© 2001 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Keywords: biodiversity, Indonesia, endangered species

PENDAHULUAN salah satu pusat kekayaannya. Sebanyak


28.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis binatang
Republik Indonesia terdiri atas 17.508 dan 10.000 mikrobia diperkirakan hidup
pulau, mempunyai daratan seluas 1,9 juta km2 secara alami di Indonesia. Luas daratan
dan garis pantai sepanjang 80.791 km, serta Indonesia yang hanya 1,32% luas seluruh
cakupan laut seluas 3,1 juta km2. Di negara ini daratan di bumi, ternyata menjadi habitat 10%
terdapat pula gunung api yang berjumlah tidak jenis tumbuhan berbunga, 12% binatang
kurang dari 200, berukuran rendah sampai menyusui, 16% reptilia dan amfibia, 17%
tinggi dan bersalju, sungai-sungai lebar dan burung, 25% ikan, dan 15% serangga yang
panjang, serta danau yang sifatnya ada di dunia. Dari 515 jenis mamalia besar
bermacam-macam. Keadaan demikian dunia, 36% endemik di Indonesia, dari 33 jenis
menyuguhkan berbagai tipe lingkungan hidup primata, 18% endemik, dari 78 jenis burung
(habitat) alami bagi tumbuhan, hewan dan paruh bengkok, 40% endemik, dan dari 121
mikrobia. Sistem hubungan timbal balik antara jenis kupu-kupu dunia, 44% endemik di
lingkungan fisik/kimia dengan tumbuhan, Indonesia (Mc Neely et al., 1990).
hewan atau mikrobia dikenal sebagai Dalam hal keanekaragaman di dalam jenis,
ekosistem alami. Indonesia diperkirakan Indonesia pun menjadi unggulan dunia dan
memiliki tidak kurang dari 47 tipe ekosistem dianggap sebagai salah satu pusat
alami (Anonim, 1996). keanekaragaman tanaman ekonomi dunia.
Dalam hal kekayaan jenis tumbuhan, Jenis-jenis kayu perdagangan, buah-buahan
hewan dan mikrobia, Indonesia merupakan tropis (durian, duku, salak, rambutan, pisang
ASTIRIN - Permasalahan Kehati di Indonesia 37

dan sebagainya), anggrek, bambu, rotan, PERMASALAHAN


kelapa dan lain-lain sebagian besar berasal
dari Indonesia. Beberapa jenis tumbuhan, Banyak masalah yang dihadapi dalam
seperti pisang dan kelapa telah menyebar ke upaya melestarikan keanekaragaman hayati
seluruh dunia. Oleh karena itu Indonesia Indonesia untuk pembangunan nasional, baik
dikenal sebagai salah satu negara dengan berasal dari pemerintah, pengusaha, masyarakat
keanekarangaman hayati terbesar di dunia dan lain-lain. Dalam melaksanakan tugas
(megadiversity) dan merupakan pusat sektornya, setiap pihak dalam pemerintahan
keanekaragaman hayati dunia (megacenter of seringkali memerlukan sumber daya alam
biodiversity) (Mac Kinnon, 1992). hayati, sehingga muncul perbedaan
Kehidupan di dunia ditandai dengan kepentingan. Tumpang tindih minat ini menjadi
hadirnya manusia, hewan, tumbuhan dan lebih rumit apabila unsur kepentingan
mikrobia. Sejarah perkembangan kehidupan masyarakat tradisional dan tekanan ekonomi
menunjukkan bahwa mikrobia merupakan diperhitungkan. Di sisi lain, ilmu pengetahuan
awal bentuk kehidupan, lalu dikuti tumbuhan dan teknologi di Indonesia belum memadahi
berhijau daun, kemudian hewan, dan yang untuk menangani pemanfaatan/pelestarian
terakhir manusia. Walaupun muncul paling keanekaragaman hayati secara seimbang,
akhir, manusia mengalami perkembangan apalagi mengembangkan potensi ini secara
organ dengan fungsi paling sempurna. optimal.
Tumbuhan berhijau daun merupakan makhluk Keanekaragaman hayati Indonesia
yang mandiri, karena mampu mengubah air sebagian telah dimanfaatkan, sebagian baru
dan CO2 menjadi karbohidrat yang diperlukan diketahui potensinya, dan sebagian lagi belum
kehidupan. Makhluk lain yang tidak memiliki dikenal. Pada dasarnya keanekaragaman
hijau daun, memperoleh pangan dari hayati dapat memulihkan diri, namun
tumbuhan atau makhluk lainnya. Manusia, kemampuan ini bukan tidak terbatas. Karena
seperti juga mahluk hidup lain, memerlukan O2 diperlukan untuk hidup dan dimanfaatkan
untuk bernapas, air untuk menyusun sebagian sebagai modal pembangunan, maka
besar tubuh dan pangan untuk kekuatan keberadaan keanekaragaman hayati amat
tubuh. Pangan diperoleh manusia dari tergantung pada perlakuan manusia.
tumbuhan, hewan dan mikrobia. Tumbuhan, Pemanfaatan keanekaragaman hayati
hewan, mikrobia beserta habitatnya tercakup secara langsung bukan tidak mengandung
dalam pengertian keanekaragaman hayati, resiko. Dalam hal ini, kepentingan berbegai
sehingga keanekaragaman hayati merupakan sektor dalam pemerintahan, masyarakat dan
tumpuan hidup manusia. swasta tidak selalu seiring. Banyak unsur yang
Kenyataan bahwa manusia menggantung- mempengaruhi masa depan keanekaragaman
kan diri pada keanekaragaman hayati, masih hayati Indonesia, seperti juga tantangan yang
jelas terlihat di negara-negara sedang harus dihadapi dalam proses pembangunan
berkembang, dimana kebutuhan dasarnya nasional secara keseluruhan, khususnya
masih terbatas pada kebutuhan primer, seperti jumlah penduduk yang besar dan menuntut
pangan, sandang, papan, kesehatan dan tersedianya berbagai kebutuhan dasar.
pendidikan. Ekonomi negara-negara demikian Peningkatan kebutuhan dasar tersebut antara
tergantung pada keanekaragaman hayati. lain menyebabkan sebagian areal hutan alam
Pertumbuhan ekonomi merupakan ukuran berubah fungsi dan menyempit, dengan rata-
keberhasilan pembangunan suatu negara. rata pengurangan 15.000-20.000 hektar per
Pada mulanya, pertumbuhan ekonomi tahun (Soeriaatmadja, 1991). Kawasan di luar
Indonesia mengandalkan diri pada sumber hutan yang mendukung kehidupan
daya alam non hayati (tidak terperbarukan), keanekaragaman hayati seperti daerah
berupa gas, minyak dan sebagainya. Dalam persawahan dan kebun-kebun rakyat berubah
dua dasawarsa terakhir, pemanfaatan peruntukan dan cenderung menjadi miskin
keanekaragaman hayati (“terperbarukan”), keanekaragaman hayatinya.
misalnya kayu dan ikan laut yang masih hidup Mengingat perusakan habitat dan eksploitasi
liar meningkat pesat. berlebihan, tidak mengherankan jika Indonesia
memiliki daftar spesies terancam punah
terpanjang di dunia, yang mencakup 126 jenis
burung, 63 jenis mamalia dan 21 jenis reptil,
38 B IOD I VER SI TA S Vol. 1, No. 1, Januari 2000, hal. 36-40

lebih tinggi dibandingkan Brasil dimana Namun pada kenyataannya, perubahan


burung, mamalia dan reptil yang terancam ekosistem alami terus berlangsung, hingga
punah masing-masing 121, 38 dan 12 jenis. melebihi batas kemampuan untuk memulihkan
Sejumlah spesies dipastikan telah punah pada diri. Gejala penyusutan kekayaan alam ini
tahun-tahun terakhir ini, termasuk trulek semakin terasa pada beberapa dekade
jawa/trulek ekor putih (Vanellus macropterus) terakhir. Pemanfaatan ekosistem alami
dan sejenis burung pemakan serangga dengan mengubah habitat berlangsung sangat
(Eutrichomyias rowleyi) di Sulawesi Utara, cepat, sehingga terjadi pelangkaan banyak
serta sub spesies harimau (Panthera tigris) di jenis tumbuhan dan hewan, baik yang hidup di
Jawa dan Bali. hutan, sungai, danau, pantai dan lain-lain.
Populasi spesies yang saat ini sangat Banyak di antara jenis-jenis tersebut belum
rentan terhadap ancaman penjarahan dan diketahui kemanfaatnya, sehingga dikhawatir-
lenyapnya habitat cukup banyak, seperti kan akan musnah tanpa sempat diketahui
penyu laut, burung maleo, kakak tua dan peranannya dan tanpa dokumentasi tertulis
cendrawasih. Seiring dengan berubahnya mengenai keberadaanya. Akibatnya, Indonesia
fungsi areal hutan, sawah dan kebun rakyat, sering kali menjadi sasaran kecaman, sebagai
menjadi area permukiman, perkantoran, negara yang telah mengabaikan
industri, jalan dan lain-lain, maka menyusut keanekaragaman hayati, baik dalam tingkat
pula keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, jenis maupun genetik.
jenis, baik tumbuhan, hewan maupun Di Indonesia peraturan perundang-
mikrobia. Pada gilirannya jenis-jenis tersebut undangan yang berkaitan dengan pelestarian
menjadi langka, misalnya jenis-jenis yang keanekaragaman hayati telah mencukupi,
semula banyak terdapat di Pulau Jawa, seperti namun implementasinya masih lemah dan
nam-nam, mundu, kepel, badak Jawa dan kurang efektif. Sementara itu terdapat pula
macan Jawa sekarang mulai jarang dijumpai peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah
(Anonim, 1995). pusat atau sektor tertentu yang tidak
Penyusutan keanekaragaman jenis terjadi menampung kepentingan pemerintah daerah
baik pada populasi alami, maupun budidaya. atau sektor lain. Di samping itu, konsep
Berkurangnya keanekeragaman hayati pelestarian yang ada sering tidak padu
populasi budidaya tercatat dengan jelas. dengan pemanfaatannya.
Pemakaian bibit unggul secara besar-besaran Penelitian mengenai keanekaragaman
menyebabkan terdesak dan menghilangnya hayati telah banyak dilakukan oleh lembaga
bibit tradisional yang secara turun-temurun penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia,
dikembangkan oleh petani (Swaminathan, meskipun hasilnya terserak di berbagai tempat
1983). dan pada umumnya tidak ditujukan untuk
Pemanfaatan lahan untuk kepentingan pemanfaatan atau pelestarian, serta tidak
berbagai sektor lain, tidak selalu mencakup aspek-aspek sosial budaya. Oleh
memperhitungkan akibat yang terjadi pada karenanya penggalian, pemanfaatan, pemaduan
lingkungan hidup. Memang harus diakui data dan informasi mengenai keanekaragaman
pelestarian keanekaragaman hayati hayati masih perlu dibudayakan.
memberikan keuntungan yang bersifat tidak
langsung, sehingga manfaatnya sukar untuk
segera dirasakan, seperti manfaat tumbuhan STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN
untuk pengatur air, penutup tanah, penjaga
udara sehat dan lain-lain. Untuk mengelola keanekaragaman hayati
Indonesia menganut asas pemanfaatan Indonesia memerlukan strategi nasional
kekayaan alam yang berupa keanekaragaman sebagai alat bantu agar semua pihak dalam
hayati secara lestari, seperti disebutkan dalan melaksanakan tugasnya mengupayakan
UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi pelestarian pemanfaatan keanekaragaman
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. hayati, sehingga pembangunan yang
Pada pasal 2 dinyatakan bahwa: konservasi berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat dilaksanakan.
berasaskan pelestarian kemampuan dan Dalam strategi nasional ini asas yang
pemanfaatan sumber daya alam hayati dan dianut adalah pemanfaatan ilmu dan teknologi,
ekosistemnya secara serasi dan seimbang. diversifikasi pemanfaatan dan keterpaduan
ASTIRIN - Permasalahan Kehati di Indonesia 39

Tabel 1. Luasan kawasan konservasi di Indonesia.

Kategori Diresmikan Usulan


Luas (ha) Jumlah lokasi Luas (ha) Jumlah lokasi
Cagar alam (daratan dan lautan) 6.365.935 185 5.908.238 150
Suaka margasatwa (daratan dan lautan) 3.670.658 49 7.795.396 96
Taman nasional (daratan dan lautan) 7.936.255 31 1.219.100 7
Taman wisata (daratan dan lautan) 649.476 79 312.944 41
Taman hutan raya 253.307 7 48.300 4
Taman buru 234.599 14 418.750 10
Hutan lindung 30.000.000 semua
propinsi
Total 49.110.230 368 15.702.728 308

pengelolaan. Prioritas pendekatannya adalah pelestarian ex situ perlu dimantapkan dan


untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, perpaduan pemanfaatannya dengan
memberikan sumber pendapatan dan keperluan lain perlu diwujudkan.
mengembangkan lingkungan hidup yang Di tingkat internasional, perkembangan
sehat. bioteknologi untuk pemanfaatan keaneka-
Pemerintah telah berupaya agar laju ragaman hayati berlangsung sangat cepat,
penyusutan keanekaragaman hayati dapat terutama di bidang farmasi. Rekayasa tingkat
dikurangi dengan menyisihkan areal hutan molekul dalam inti sel membangkitkan
alami untuk kawasan pelestarian. Di dalam harapan diproduksinya senyawa bervolume
areal tersebut keanekaragaman hayati kecil tetapi bernilai ekonomi tinggi. Di bidang
diharapkan dapat dipertahankan secara in situ pertanian, bioteknologi telah diterapkan dalam
(habitat asli). Menurut data tahun 1987, perbanyakan tanaman, yang menghasilkan
kawasan yang dilindungi untuk melestarikan bibit seragam dalam jumlah besar dan dalam
keanekaragaman hayati secara in situ waktu singkat. Bioteknologi juga memberikan
sebanyak 347 lokasi, terdiri dari 184 cagar harapan pemuliaan varietas tanaman pangan
alam seluas 7.111.880 ha, 69 suaka marga utama, seperti padi, jagung, ubi kayu dan lain-
satwa seluas 5.009.970 ha, 68 hutan wisata lain. Kegiatan pemuliaan mencakup pula
seluas 4.665.320. Data terakhir menunjukkan pelestarian ex situ yakni bahan mentah dari
bahwa jumlah kawasan konservasi in situ alam yang digunakan untuk perakitan varietas
meningkat menjadi 475 lokasi seluas 22,6 juta unggul. Bahan mentah ini dikenal sebagai
hektar atau 11,78% dari luas dataran plasma nutfah.
Indonesia (Anonim, 1996). Hail ini Tanggung jawab pengelolaan keaneka-
mengisyaratkan kemauan baik pemerintah ragaman hayati tidak hanya terletak di tangan
Indonesia untuk mempertahankan pemerintah, tetapi juga semua pihak. Pada
keanekaragaman hayati. Menurut Direktorat saat ini banyak pihak yang terkait dengan
Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian penanganan pelestarian dan pemanfaatan
Alam (kini: Direktorat Jenderal Perlindungan keanekaragaman hayati. Untuk itu perlu
dan Konservasi Alam), Departemen disepakati pembagian kerja antar semua
Kehutanan tahun 1995, kawasan lindung yang unsur, sehingga pemborosan energi dan
sudah diresmikan dan sedang diusulkan dapat waktu dapat dihindari.
dilihat pada Tabel 1. Pemerintah berkewajiban mengembangkan
Pelestarian secara in situ nerupakan cara peraturan perundang-undangan yang mengatur
yang ideal, namun pada kenyataanya perlu pemanfaatan dan pelestarian keaneka-
dilengkapi dengan pelestarian secara ex situ. ragaman hayati serta melaksanakan bagian
Di Indonesia kebun raya, kebun binatang, yang menjadi kepentingan nasional/umum.
kebun koleksi dan sebagainya telah Pihak swasta tidak hanya berkepentingan
berkembang sejak lama. Sayangnya, lahan untuk memanfaatkannya, tetapi juga
tempat pelestarian ex situ itu sering tergusur berkewajiban untuk memelihara serta
untuk peruntukan lain. Oleh karenanya, menyeimbangkan kepentingan dan kewajiban.
40 B IOD I VER SI TA S Vol. 1, No. 1, Januari 2000, hal. 36-40

Ilmuwan dan akademisi berkepentingan keanekaragaman hayati. Kelompok kerja ini


untuk mengungkapkan keanekaragaman hayati, mempunyai tugas dan fungsi menyusun
yang pada gilirannya akan menjadi dasar kebijaksanaan pengelolaan keanekaragaman
pemanfaatan dan pelestariannya, mengingat hayati di Indonesia.
pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman
hayati secara berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan memerlukan data dasar yang PENUTUP
dapat dipercaya kebenarannya. Data ini sering
belum tersedia, sehingga penelitian Agaknya tidak ada satupun negara lain di
keanekaragaman hayati perlu diarahkan untuk dunia ini yang memiliki kawasan perlindungan
pengumpulan data dasar tersebut. Di samping yang begitu luas, dibandingkan Indonesia,
itu, agar keanekaragaman hayati dapat meskipun pada kenyataannya tingkat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk degradasi biodiversitas di Indonesia demikian
kesejahteraan manusia Indonesia, inovasi tinggi. Untuk itu sudah waktunya bagi setiap
teknologi perlu didorong dan ditingkatkan. orang Indonesia memawas diri dan mencari
Lembaga Swadaya Masyarakat yang relung yang dapat difungsikan untuk
umumnya mempunyai kemampuan melihat memungkinkan ikut berkiprah dalam
kelemahan-kelemahan dalam sistem pelak- menyelamatkan keanekaragaman hayati.
sanaan pembangunan dapat menjadi mitra Keberhasilan pelaksanaan strategi nasional
pemerintah dalam mengisi relung-relung yang konservasi keanekaragaman hayati
tidak terjangkau pemerintah. Masyarakat yang sepenuhnya terletak di tangan setiap individu
langsung memanfaatkan keanekaragaman bangsa Indonesia.
hayati perlu menyadari kewajiban untuk ikut
melestarikan. Banyak masyarakat tradisional
yang memiliki kearifan pelestarian lingkungan DAFTAR PUSTAKA
beserta keanekaragaman hayatinya. Kearifan
yang berkaitan dengan aspek sosial budaya Anonim. 1995. Atlas Keanekaragaman Hayati di
setempat ini perlu direkam dan dikembangkan Indonesia. Jakarta: KMNLH RI-KOPHALINDO.
sehingga tidak hilang tertelan zaman. Anonim. 1996. Strategi nasional pengelolaan
Setiap sektor dalam pemerintahan perlu keanekaragaman hayati. Makalah Forum Curah
memiliki strategi untuk memanfaatkan dan Pendapat Pengkayaan Keanekaragaman Hayati
melestarikan keanekaragaman hayati yang Dalam Silabus Pendidikan Pelatihan dan Penyuluhan
menjadi tanggung jawabnya. Diperlukan pula di Pusat Studi Lingkungan. Jakarta: PPSML-LPUI
komitmen bersama untuk saling memadukan dan Yayasan Kehati.
kepentingan sehingga tumpang tindih minat Mac Kinnon, K. 1992. Nature’s Treasurehouse-The
dan tanggung jawab dapat dihindari. Dalam Wildlife of Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
pembangunan nasional pengawasan melekat Utama.
merupakan tekat pemerintah. Dalam pemanfaatan Mc Neely, J.A., K.R. Miller, W.V. Reid, R.A. Mittermeier
dan pelestarian keanekaragaman hayati & T.B. Werner. 1990. Conserving The World’s
pemantauan dan pengawasan semua Biological Diversity. IUCN, WRI, CI, WWF-US & The
kegiatan perlu ditingkatkan. World Bank. Gland. Switzerland.
Pada tahun 1989 dengan surat keputusan Soeriaatmadja. RE. 1991. Rehabilitation of the Degraded
Menteri Negara Kependudukan dan Land: The Cigaru Model. Makalah pada Workshop
Lingkungan Hidup No: 60/MNKLH/12/1989 on Rehabilitation of Degraded Tropical Lands.
dibentuk suatu kelompok kerja di Kantor November 11-15. 1991. Brisbane: University of
Menteri Negara Kependudukan dan Queensland.
Lingkungan Hidup yang khusus menangani Swaminathan. M S. 1983. The Miracle of Rice. The
masalah keanekaragaman hayati yaitu Courier (December 1984): 4-8.
kelompok kerja pemanfaatan dan konservasi

You might also like