You are on page 1of 28

Mursid R.

Malaria Vulnerability Index

MALARIA VULNERABILITY INDEX (MLI)


UNTUK MANAJEMEN RISIKO
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
TERHADAP LEDAKAN MALARIA DI INDONESIA

Oleh
Mursid Raharjo
*Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Gadjahmada Yogyakarta

MALARIA VULNERABILITY INDEX (MLI)


FOR RISK MANAGEMENT OF GLOBAL CLIMATE CHANGE IMPACTS ON
MALARIA OUTBREAKSIN INDONESIA

ABSTRACT

Global Climate Change excess several impacts to the global weather variability. In the past century,
the global average surface temperature has risen by 0.74 ºC. The observed increase in average
temperatures is widespread around the globe, with rising trends recorded on all continents and in the
sea. The climate on Indonesia raised warmer during 20th century. Annual temperature increased 0,3
o
C from 1900 until 1990. The 1998 anomalously warm years, almost 1oC than average of
temperature during 1961-1990. Indonesia region annual of precipitation decreases 2-3% during
December – Pebruary of the wet period. Weather variability have occurrence of fector borne diseases
with different pattern.
The Malaria Vulnerability Index (MLI) as new method of malaria management. The MLI contributed
to mapping of vulnerability areas with high risk transmission. The region index expected value of
malaria risk area.
Result of the simulation on the malaria endemic area, variability of range index 1-5. The value of
index 5 correlate with high of risk malaria transmission. Malaria management base on risk of each
area, with the highest value of index. Management approach of malaria risk : 1. adaptation and
mitigation; 2. reduced of hazard resources; 3. partnership assurance system; 4. technology alternative;
5. land restoration.
Conclusion of Malaria Vulnerability Index (MLI) simulation, MLI as tools of high risk of malaria
management with vulnerability mapping malaria risk area.

Keyword : Malaria Vulnerability Index (MLI), Risk Management

ABSTRAK

Perubahan Iklim Global memberikan dampak secara nyata pada variabilitas cuaca di dunia. Selama
kurun waktu 100 tahun (1906-2005), temperatur global permukaan bumi telah mengalami
peningkatan 0,74ºC, dengan interval ketidakpastian 0,56-0,92, dimana suhu daratan lebih tiggi dari
pada lautan. Iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan
telah meningkat sekitar 0,3 oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat
dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 53


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

1990. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini
dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim
terbasah dalam setahun. Perubahan cuaca pada setiap wilayah memberikan dampak yang berbeda
terhadap besarnya risiko penularan penyakit berbasis vektor (vector borne diseases).
Malaria Vulnerability Index (MLI) merupakan pendekatan baru dalam bidang manajemen malaria.
MLI digunakan untuk melakukan pemetaan kerentanan setiap wilayah terhadap potensi penularan
malaria. Indeks yang dihasilkan mampu memberikan gambaran besarnya risiko.
Hasil simulasi pada wilayah endemis malaria, menunjukkan adanya variabilitas indeks malaria dari
rentang 1 hingga 5. Indeks 5 menunjukkan wilayah dengan risiko tinggi penyebaran malaria.
Manajemen malaria dilakukan dengan menggunakan dasar, besarnya faktor resiko setiap wilayah.
Pendekatan manajemen yang dapat digunakan antara lain : 1.Antisipasi Terjadinya kerusakan melalui
kegiatan adaptasi dan mitigasi; 2. Mengurangi sumber bencana; 3. Kerjasama resiko bencana dengan
asusransi dan peningkatan pengetahuan tentang bencana; 4 Penggantian teknologi pemanfaatan
sumber energi dengan teknologi ramah lingkungan; 5. Melakukan restorasi terhadap lahan
Kesimpulan dari simulai bahwa Malaria Vulnerability Index (MLI) dapat digunakan sebagai upaya
manajemen risiko penyebaran malaria.

Kata kubnci: Malaria Vulnerability Index (MLI), Manajemen risiko

*) Disajikan dalam Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoar
Penyakit Sebagai Lokomotif Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang

A. LATAR BELAKANG peningkatan frekwensi badai, dan dampak


Perubahan iklim memberikan beberapa wilayah akibat curah hujan rendah.
pengaruh pada berbagai aspek kehidupan. Cuaca ekstrim meningkatkan risiko
Penyimpangan unsur cuaca dirasakan dalam penyebaran penyakit menular termasuk
dekade terakhir pada sebagain besar wilayah diare, penyakit berbasis vektor (vector
di Indonesia. Laporan United National borne diseases). Beberapa penelitian telah
Development Project (UNDP) 2007, dilakukan uji adanya hubungan antara
Indonesia termasuk negara yang terpanguh variasi cuaca dan kejadian menular.
perubahan iklim. Unsur cuaca mengalami Perubahan cuaca akibat El-Nino (ENSO)
penyimpangan pada beberapa belahan berpengaruh terhadap penyebaran penyakit
dunia. Perubahan tersebut berbentuk ekstrim berbasis vektor atau non vektor seperti
baik menjadi lebih panas atau menjadi lebih malaria, demam berdarah, cholera,
dingin (IPPC, 2007a). Laporan IPCC (2007) hantavirus (Anyamba dkk.,2006;
memperlihatkan adanya pengaruh secara Mc.Michael dkk.,2006).
global perubahan iklim pada biologi dan Iklim di Indonesia telah menjadi
sistem sosial. Peristiwa langka (fenomena) lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata
yang terjadi termasuk siang dan malam yang tahunan telah meningkat sekiitar 0,3 oC
lebih hangat, peningkatan curah hujan, sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 54


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

merupakan dekade terhangat dalam abad ini DBD akan meningkat. suhu berhubungan
dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, negatif dengan kasus DBD, karena itu
hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961- peningkatan suhu udara per minggu akan
1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi menurunkan kasus DBD. Perubahan cuaca
dalam semua musim di tahun itu. Curah memberikan pengaruh terbentuknya
hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 ekosistem yang stabil terhadap pertumbuhan
persen di wilayah Indonesia di abad ini vektor malaria (Dixon, 2010).
dengan pengurangan tertinggi terjadi selama Hasil penelitian Direktorat Jendral
perioda Desember- Februari, yang P2PL, telah mengidentifikasi Plasmodium
merupakan musim terbasah dalam setahun. knowlesi sebagai vektor baru malaria
Perubahan-perubahan terhadap nilai iklim (Kompas, 23 April 2011). Spesies ini
rata-rata 1961-1990 untuk suhu dan curah sebelumnya dikenal hanya menjangkiti kera
hujan masing-masing adalah 25,5oC dan dan primata lain. Terdapat banyak hipotesis
2548 mm. menyikapi perubahan tersebut. Dugaan
Perubahan iklim memiliki pengaruh paling kuat adalah terjadinya mutasi gen
besar terhadap penyakit yang ditularkan akibat perubahan iklim global yang
oleh vektor (vektor borne disease). berdampak pada perubahan iklim secara
Frequensi timbulnya penyakit seperti mikro.
malaria dan demam berdarah meningkat. Malaria merupakan penyakit
Penduduk dengan kapasitas beradaptasi menular yang memperlihatkan
rendah akan semakin rentan terhadap diare, kecenderungan peningkatan morbiditas.
gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi Laporan WHO untuk penanggulangan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui Malaria, tahun 2009, menunjukkan
berbagai serangga dan hewan. ”Pemanasan prevalensi malaria merupakan sepuluh besar
global” juga memicu meningkatnya kasus penyakit di Indonesia. Sebagai penyakit
penyakit tropis seperti malaria dan demam tropis, malaria merupakan penyakit endemis
berdarah. Penduduk dengan kapasitas terutama untuk wilayah Indonesia bagian
beradaptasi rendah akan semakin rentan timur. Laporan tersebut menunjukkan
terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya Annual Parasite Incidence (API), yang
pola distribusi penyakit-penyakit yang merupakan perbandingan antara jumlah
ditularkan melalui berbagai serangga dan kasus dengan jumlah penduduk, mengalami
hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap peningkatan dari 0,21 per 1000 penduduk
risiko penularan penyakit tular vektor pada tahun 2000 menjadi 0,75 per 1000
seperti demam berdarah dengue (DBD) dan penduduk pada tahun 2007. Angka API
malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus kembali mengalami peningkatan menjadi

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 55


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

0,95 per 1000 penduduk pada tahun 2008. Pulau Bali yang semula sebesar 3,97% pada
Parasite Rate (PR) yang merupakan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi
persentase penduduk darahnya mengandung 4,78% pada tahun 2008 (Depkes RI, 2009)
parasit malaria, di luar Pulau Jawa dan

Tabel A.1 Angka Kejadian Penyakit Malaria Tahun 2004-2010

Kabupaten Jumlah Penderita Malaria ( kasus)


No
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jepara 183 149 59 63 - 27 64
2 Purworejo 735 284 421 523 440 245 309
3 Kab. Magelang 762 81 8 14 36 29 153
4 Cilacap 70 153 87 115 42 31 66
5 Wonosobo 1.051 558 139 147 163 74 131
6 Pekalongan 0 51 36 24 80 16 14
7 Purbalingga 213 165 63 115 19 144 971
8 Banjarnegara 692 209 336 204 209 360 797
9 Kebumen 507 370 366 253 93 124 185
10 Banyumas 232 238 159 95 180 127 556
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2011

Faktor-faktor lingkungan (geofisik, malaria dapat diramalkan dan dilakukan


klimatologis dan biogeografis) secara tidak antisipasi.
langsung mempengaruhi dinamika Hasil penelitian di Kabupaten
penularan malaria, sehingga dengan Purworejo terdapat 5 spesies Anopheles
melakukan pemantauan faktor-faktor yaitu : Anopheles aconitus, Anopheles
geofisik, klimatologis, bio-geografis dan barbirostris, Anopheles vagus, Anopheles
unsur lahan, akan diperoleh gambaran kochi, Anopheles annularis. Hasil penelitian
dinamika populasi, sebaran dan lokasi Litbangkes (2010) menujukan terjadi
tempat perindukan nyamuk sebagai vektor perkembangan perubahan vektor, dimana
(Mardihusodo, 1998). Faktor – faktor Anopheles aconitus dinyatakan sebagai
lingkungan dapat diproyeksikan dalam vektor tunggal, saat ini terdapat 3 speseies
skala ruang dan waktu secara berturutan, lain yang telah berubah menjadi vektor.
berkala dan berkelanjutan, maka penularan Ketida spesies tambahan tersebut adalah
JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 56
Mursid R. Malaria Vulnerability Index

Anopheles barbirostris, Anopheles vagus, (resting) dan cuaca sebagai pendukung


Anopheles annularis. perkembangbiakan.
Hasil pencatatan Dinas Kesehatan Cuaca di perbukitan Menoreh selalu
Kabupaten Purworejo, menunjukkan mengalami perubahan dari waktu ke waktu
terjadinya fluktuasi kasus selama tahun terutama diakibatkan oleh perubahan arah
2005-2010 (Tabel A.1). Fluktuasi kasus angin. Seperti Wilayah Indonesia lainnya,
malaria terjadi akibat akumulasi dari Kabupaten Purworejo, dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang menyebabkan interaksi angin pasat timur laut dan angin pasat
antara nyamuk (vektor), parasit, lingkungan tenggara. Kedua angin tersebut bersifat
dan manusia mengalami perubahan dari basah dan bersifat kering, yang terjadinya
waktu ke waktu. Peningkatan kejadian musim penghujan dan musim kemarau.
malaria selain akibat perubahan iklim juga Secara lokal arah angin dominan mengalami
karena perubahan lingkungan, misalnya perubahan arah akibat adanya bentang
perubahan pemanfaatan lahan, perubahan Perbukitan Menoreh (Stasiun cuaca,
perilaku, dan perubahan sosial ekonomi Kabupaten Purworejo). Angin yang bertiup
(Fahmi, 2007). dari arah barat bersifat basah dan membawa
Secara topografi Kabupaten uap air, sedangkan angin dari arah timur
Purworejo merupakan daerah pesisir hingga bersifat kering. Setiap musim memiliki
pegunungan, terletak pada 3°23’20” - unsur cuaca (suhu, kelembaban,curah
4°9’35” Bujur Timur dan 5°43’30”- hujan) yang merupakan faktor penghambat
6°47’44” Lintang Selatan. Kabupaten atau pendukung perkembangan vektor
Purworejo secara bentanglahan memiliki malaria. Dimungkinkan terdapat pengaruh
wilayah dengan ketinggian 0 m dari perubahan unsur cuaca dengan fluktuasi
permukaan air laut yaitu daerah pantai, dan kasus malaria di Kabupaten Purworejo.
daerah pegunungan pada lereng barat Fluktuasi kasus malaria di
Pegunungan Muria dengan ketinggian pada Kabupaten Purworejo disamping terjadi
puncak 1500 meter dari permukaan air laut. dari tahun ke tahun ternyata juga terjadi dari
Bentanglahan perbukitan Menoreh bulan ke bulan. Puncak kasus malaria
membentuk berbagai mintakat memberikan biasanya terjadi 2 periode yang mengalami
daya dukung terhadap kehidupan dan pergeseran, yaitu antara Bulan Maret
perkembangan nyamuk Anopheles sebagai sampai Juli dan Bulan Agustus sampai
vektor penyakit malaria, yang berbeda. Oktober (Dinas Kesehatan Kabupaten
Perbedaan tersebut terjadi baik pada badan Purworejo, 2010). Puncak kasus tersebut
air sebagai tempat perindukan (breeding bersamaan waktu dengan kepadatan vektor
site), lingkungan sebagai tempat istirahat malaria. Kejadian dan kenyataan kasus

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 57


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

malaria di Kabupaten Purworejo yang tahun. CO2 merupakan komponen


mengikuti pola khusus tersebut, menjadi hal yang paling utama gas rumah kaca
yang menarik untuk dikaji terutama untuk yang dihasilkan oleh aktifitas manusia,
mengetahui kaitan antara karakteristik mencapai angka hampir 77%.
wilayah secara spasial dengan distribusi Konsentrasi 3 gas rumah kaca utama
kasus malaria, dan hubungan perubahan yaitu CO2, CH4 dan NO2 mencapai
cuaca dengan kasus malaria. Dugaan level tertinggi untuk rentang 10.000
sementara terdapat faktor pembatas yang tahun dan memberikan pengaruh nyata
menjadi penghambat penyebaran malaria di terhadap perubahan iklim. Pada 12
suatu wilayah yang merupakan faktor tahun terakhir (1996-2006),
determinan dari karakteristik wilayah, menunjukkan 11 diantara 12
dimana hal tersebut menjadi masalah yang merupakan tahun paling panas sejak
menarik untuk dilakukan kajian. tahun 1850 ketika alat pencatat mulai
Fluktuasi secara spasial maupun dioperasionalkan. Selama kurun waktu
temporal memberikan indikasi adanya 100 tahun (1906-2005), temperatur
wilayah yang memiliki kerentanan untuk global permukaan bumi telah
penyebaran malaria. Malaria Vulnerability mengalami peningkatan 0,74ºC,
Index merupakan pendekatan baru untuk dengan interval ketidakpastian 0,56-
melakukan identifikasi dan mapping 0,92, dimana suhu daratan lebih tiggi
wilayah dan kerentananya. Kerentanan dari pada lautan. Tentu saja iklim akan
setiap wilayah menjadi dasar dalam masih berubah, dimana NOAA
melakukan manajemen terhadap malaria. memprediksi terjadi La-Nina dan El-
Nino. Gambar 1 menunjukkan
B. KAJIAN PUSTAKA kecenderungan perubahan suhu,
B.1 Perubahan Iklim Global [1] peningkatan muka air laut dan
Gas Rumah kaca saat ini sedang penurunan luas tutupan es.
terakumulasi di atmosfer pada Perubahan lain yang signifikan
kecepatan yang tidak pernah terjadi adalah penurunan intensitas curah
sebelumnya. Pertumbuhan kecepatan hujan sejak tahun 1900 – 2005 di
secara rutin konsentrasi CO2 pada Sahel, Mediterania, Afrika Utara.
level paling tinggi dalam rentang 10 IPCC menyimpulkan bahwa
tahun terakhir, sepanjang dilakukan peningkatan kekeringan sebagai
pengukuran kualitas udara atmosfer. dampak peningkatan suhu dan
Konsentrasi CO2 di atmosfer saat ini pengurangan intensitas hujan
yang terbesar pada konsentrasi secara memberikan pengaruh terhadap
alami selama kurun waktu 650.000
JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 58
Mursid R. Malaria Vulnerability Index

perubahan. Kondisi kontras terjadi di adanya satu kali hujan minimum.


Amerika Utara dan Amerika Selatan, Hujan minimum terjadi saat monsun
Eropa utara dan Asia Tengah, dimana timur sedangkan saat monsun barat
curah hujan mengalami peningkatan. terjadi hujan yang berlimpah. Monsun
B.2 Perubahan Cuaca Ekstrim Cuaca di timur terjadi pada bulan Juni, Juli dan
Bumi [1,2] Agustus yaitu saat matahari berada di
Suhu di Bumi dipengaruhi oleh garis balik utara. Oleh karena matahari
adanya radiasi sinar matahari. berada di garis balik utara maka udara
Permukaan matahari yang memiliki di atas benua Asia mengalami
suhu sekitar 6000 ºC. Sinar matahari pemanasan yang intensif sehingga
sampai ke bumi, berbentuk 3 yaitu Asia mengalami tekanan rendah.
sinar ultaviolet (0,2-0,4 μm), cahaya Berkebalikan dengan kondisi tersebut
matahari yang nampak (0,4-0,7 μm) di belahan selatan tidak mengalami
dan gelombang pendek inframerah pemanasan intensif sehingga udara di
(0,7-3 µm). Ultraviolet sebagai besar atas benua Australia mengalami
akan terserap molekul gas di atmosfer, tekanan tinggi. Akibat perbedaan
sedangkan sinar matahari (merah, tekanan di kedua benua tersebut maka
jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu), angin bertiup dari tekanan tinggi
dan sinar infra merah akan menembus (Australia) ke tekanan rendah (Asia)
sampai ke permukaan bumi. Energi yaitu udara bergerak di atas laut yang
yang dipancarkan oleh matahari, jaraknya pendek sehingga uap air yang
dihasilkan oleh reaksi nuklir dari dibawanyapun sedikit.
hidrogen menjadi helium dan suhu Dapat diamati bahwa hujan
tinggi, berlangsung relatif konstan maksimum terjadi antara bulan
sebesar 1400 watt/m2 (Strahler, 1997). Desember, Januari dan Februari. Pada
Unsur iklim yang sering dan kondisi ini matahari berada di garis
menarik untuk dikaji di Indonesia balik selatan sehingga udara di atas
adalah curah hujan, karena tidak Australia mengalami tekanan rendah
semua wilayah Indonesia mempunyai sedangkan di Asia mengalami tekanan
pola hujan yang sama. Diantaranya tinggi. Akibat dari hal ini udara
ada yang mempunyai pola munsonal, bergerak di atas laut dengan jarak yang
ekuatorial dan lokal. Pola hujan cukup jauh sehingga arus udara
tersebut dapat diuraikan berdasarkan mampu membawa uap air yang
pola masing-masing. Distribusi hujan banyak (monsun barat atau barat laut).
bulanan dengan pola monsun adalah Akibat dari hal ini wilayah yang

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 59


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

dilalui oleh munson barat akan berubahnya pola distribusi penyakit-


mengalami hujan yang tinggi. Atas penyakit yang ditularkan melalui
dasar sebab terjadinya angin munson berbagai serangga dan hewan. Faktor
barat ataupun timur yang iklim berpengaruh terhadap risiko
mempengaruhi terbentuknya pola penularan penyakit tular vektor seperti
hujan munsonal di beberapa wilayah demam berdarah dengue (DBD) dan
Indonesia dapat dikatakan wilayah malaria. Semakin tinggi curah hujan,
yang terkena relatif tetap selama posisi kasus DBD akan meningkat. suhu
pergeseran semu matahari juga tetap. berhubungan negatif dengan kasus
Namun, perubahan diperkirakan akan DBD, karena itu peningkatan suhu
terjadi terhadap jumlah, intensitas dan udara per minggu akan menurunkan
durasi hujannya. Untuk mempelajari kasus DBD. Penderita alergi dan asma
hal ini diperlukan data curah hujan akan meningkat secara signifikan.
dalam seri yang panjang. Kaimuddin Gelombang panas yang melanda Eropa
(2000) dengan analisa spasial bahwa tahun 2005 meningkatkan angka "heat
curah hujan rata-rata tahunan stroke" (serangan panas kuat) yang
kebanyakan di daerah selatan adalah mematikan, infeksi salmonela, dan
berkurang atau menurun sedangkan "hay fever" (demam akibat alergi
dibagian Utara adalah bertambah. rumput kering).
B.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap B.4 Iklim di Indonsia
Kesehatan Cuaca merupakan keadaan
Frequensi timbulnya penyakit atmosfer pada suatu saat, sedangkan
seperti malaria dan demam berdarah Iklim merupakan rata-rata cuaca pada
meningkat. Penduduk dengan suatu wilayah dalam kurun waktu
kapasitas beradaptasi rendah akan tertentu. Secara global iklim di dunia
semakin rentan terhadap diare, gizi dikelompokan berdasarkan iklim
buruk, serta berubahnya pola distribusi matahari sebagai : 1. Daerah Iklim
penyakit-penyakit yang ditularkan Tropiks (23,5 LU – 23,3 LS); 2.
melalui berbagai serangga dan hewan. Dearah Iklim Sedang Utara (23,5 –
”Pemanasan global” juga memicu 66,5 LU); 3. Daerah Iklim Sedang
meningkatnya kasus penyakit tropis Salatan (23,5 – 66,5 LS); 4. Daerah
seperti malaria dan demam berdarah. Kutub Utara (66,5 – 90 LU); 5. Daerah
Penduduk dengan kapasitas Kutub Selatan (66,5-90 LS).
beradaptasi rendah akan semakin Sementara Koppen membagi iklim
rentan terhadap diare, gizi buruk, serta dunia sebagai : 1. Iklim Katulistiwa

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 60


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

(suhu bulanan rata-rata >18C, suhu bulan Oktober hingga April yang
20C-25C), curah hujan setahun basah sehingga membawa musim
60mm. Dibagi menjadi Iklim Hujan hujan/penghujan. Angin muson
Tropik dan Iklim Sabana; 2. Iklim timur bertiup sekitar bulan April
Kering, dibagi menjadi BS : Iklim hingga bulan Oktober yang
Steppa, Bw (Iklim gurun); 3.Iklim sifatnya kering yang
Sedang (laut), dibagi menjadi Cs mengakibatkan wilayah Indonesia
(dengan musim panan kering), Cw mengalami musim
(musim dingin yang kering), Cf (hujan kering/kemarau.
dalam semua bulan); 4. Iklim Sedang 2. Iklim Tropis/Tropika (Iklim
(darat), Dw (dengan musim dingin Panas)
kering), Df(dengan musim dingin yang Wilayah yang berada di
lembab); 5. Iklim dingin atau salju, sekitar garis khatulistiwa otomatis
dibagi menjadi ET:iklim tundra, akan mengalami iklim tropis yang
EF(iklim salju, es abadi). bersifat panas dan hanya memiliki
Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim kemarau
karakteristik khusus, baik dilihat dari dan musim hujan. Umumnya
posisi, maupun keberadaanya, wilayah Asia tenggara memiliki
sehingga mempunyai karakteristik iklim tropis, sedangkan negara
iklim yang spesifik. Di Indonesia Eropa dan Amerika Utara
terdapat tiga jenis iklim yang mengalami iklim subtropis. Iklim
mempengaruhi iklim di Indonesia, tropis bersifat panas sehingga
yaitu iklim musim (muson), iklim wilayah Indonesia panas yang
tropica (iklim panas), dan iklim laut. mengundang banyak curah hujan
1. Iklim Musim (Iklim Muson) atau Hujan Naik Tropika.
Iklim jenis ini sangat 3. Iklim Laut
dipengaruhi oleh angin musiman Indonesia yang merupakan
yang berubah-ubah setiap periode negara kepulauan yang memiliki
tertentu. Biasanya satu periode banyak wilayah laut
perubahan angin muson adalah 6 mengakibatkan penguapan air laut
bulan. Iklim musim terdiri dari 2 menjadi udara yang lembab dan
jenis, yaitu Angin musim barat curah hujan yang tinggi.
daya (Muson Barat) dan Angin Edvin Aldrian (2003), membagi
musim timur laut (Muson Tumur). Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga)
Angin muson barat bertiup sekitar daerah iklim, yaitu daerah Selatan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 61


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

A, daerah Utara – Barat B dan sebagian wilayah Indonesia


daerah Moluccan C, sebagai mana mengalami musim kemarau,
dituangkan pada gambar 1. sedangkan saat matahari ada di
selatan, sebagaian besar wilayah
Indonesia mengalami musim
penghujan.
B.5 Perubahan Iklim di Indonsia
Perubahan iklim merupakan
sesuatu yang sulit untuk dihindari dan
memberikan dampak terhadap
berbagai segi kehidupan. Dampak
ekstrem dari perubahan iklim terutama
Gambar 1 : Tiga daerah iklim menggunakan
metoda korelasi ganda, yang
membagi Indonesia menjadi
daerah A (garis tegas), daerah
monsun selatan; daerah B (titik
garis putus-putus), daerah semi-
monsun; dan daerah C (garis
putus-putus), daerah anti monsun.

Wilayah Indonesia terletak di


daerah tropis yang dilintasi oleh
adalah terjadinya kenaikan temperatur
garis Khatulistiwa, sehingga dalam
serta pergeseran musim. Kenaikan
setahun matahari melintasi ekuator
temperatur menyebabkan es dan
sebanyak dua kali. Matahari tepat
gletser di Kutub Utara dan Selatan
berada di ekuator setiap tanggal 23
mencair. Peristiwa ini menyebabkan
Maret dan 22 September. Sekitar
terjadinya pemuaian massa air laut dan
April-September, matahari berada
di utara ekuator dan pada Oktober-
Maret matahari berada di selatan.
Pergeseran posisi
matahari setiap tahunnya
menyebabkan sebagian besar
wilayah Indonesia mempunyai dua
musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Pada saat
matahari berada di utara ekuator,
JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 62
Mursid R. Malaria Vulnerability Index

kenaikan permukaan air laut. Hal ini menggunakan model ARPEGE


akan menurunkan produksi tambak (Action de Recherche Petite Echelle
ikan dan udang serta mengancam Grande Echelle) Climat versi 3.0.
kehidupan masyarakat pesisir pantai berdasarkan simulasi zonasi curah
Iklim di Indonesia telah menjadi hujan untuk periode 1950-1979 dan
lebih hangat selama abad 20. Suhu periode 2010-2039. diperkirakan akan
rata-rata tahunan telah meningkat terjadi peningkatan curah hujan di
sekitar 0,3 oC sejak 1900 dengan suhu wilayah Indonesia pada tahun 2010-
tahun 1990an merupakan dekade 2039 yang ditandai dengan anomali
terhangat dalam abad ini dan tahun positif zona konveksi dan peningkatan
1998 merupakan tahun terhangat, temperatur seperti yang tercantum
hampir 1oC di atas rata-rata tahun pada gambar 5 dibawah ini.
1961-1990. Peningkatan kehangatan B.6 Variabilitas Iklim, Perubahan Iklim
ini terjadi dalam semua musim di dan Kesehatan [1]
Sudah diketahui sejak ribuan
tahun itu. Curah hujan tahunan telah
tahun yang lalu, bahkan sehak jaman
turun sebesar 2 hingga 3 persen di
Hipocrates, penyimpangan iklim
wilayah Indonesia di abad ini dengan
(variation) dapat mempengaruhi
pengurangan tertinggi terjadi selama
kesehatan. Secara parsial melalui
perioda Desember- Febuari, yang
perubahan suhu dan curah hujan,
merupakan musim terbasah dalam se
berpengaruh terhadap kelembaban.
tahun. Curah hujan di beberapa bagian
Dampak rentang perubahan terhadap
di Indonesia dipengaruhi kuat oleh
kesehatan telah menjadi perhatian
kejadian El Nino dan kekeringan
secara intensif (IPCC, 2007b). Ada
umumnya telah terjadi selama kejadian
beberapa pendekatan untuk mengkaji
El Nino terakhir dalam tahun
potensi dampak kesehatan dari
1982/1983, 1986/1987 dan 1997/1998
perubahan iklim. Termasuk mengkaji
Hasil yang berbeda pada
sebagai berikut : 1.hubungan antara
perubahan musim atas Indonesia yang
penyimpangan iklim dan penyakit; 2.
diungkapkan oleh dua model yang
Asosiasi antara kecenderungan
berbeda, Hadcm3 (Hadley Pusat Iklim,
penyimpangan iklim dengan
UK) dan GISS-ER (Goddard Institut
epedemiologi penyakit; 3. Response
untuk Space/ Studies, NASA- AS)
species vektor terhadap perubahan
(Wenhong Li, 2006 dalam Canadell et
suhu dan curah hujan. Termasuk
al., 2006) gambar 4. Dari hasil
dalam kajian tersebut adalah Modeling
Syahbuddin dkk (2007) dengan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 63


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

pengaruh yang akan datang dari penyimpangan iklim dan mengetahui


perubahan iklim dan kesehatan. dampaknya terhadap dinamika
Terdapat interaksi antara ekosistem memberikan informasi yang
perubahan iklim dan perubahan penting sebagai alat untuk melakukan
lingkungan lain, seperti pembukaan prediksi penularan penyakit berbasis
hutan, peningkatan pergerakan orang vektor (Vector Borne Diseases).
secara global, peningkayan pergerakan Model dengan beberapa parameter
penduduk secara lokal, penurunan iklim memungkinkan melakukan
sumber air pada beberapa wilayah. prediksi kondisi hidrologi yang
Sebagai contoh pembabatan hutan berhubungan dengan kejadian luar
mungkin akan merubah penyebaran biasa penyakit berbasis vektor. Model
vektor penyakit sebanding ini sedikit digunakan untuk vektor
kontribusinya terhadap perubahan yang berbasis pada lingkungan
iklim, dan perpindahan penduduk ke permukiman (breeding di sekitar
lahan hutan akan meningkatkan manusia). Penggunaan Normalized
potensi terjadinya beberapa penyakit. Difference Vegetation Index (NDVI)
Hasil penelitian di Peruvian dapat memanfaatkan remote sensing,
menyebutkan batas penyebaran vektor untuk mengganti perubahan faktor
malaria Anopheles menjadi duaratus populasi biotik. Model sensor di tanah
kali lebih tinggi setelah adanya dan satelit dapat digunakan untuk
pembabatan hutan. Pembatatan hutan melakukan pengamatan (evaporasi,
memberikan peningkatan risiko di transpirasi, aliran uap, kelembaban
Amerika akan tetapi menurunkan tanah), carbon, penyerapan nutrien.
risiko di Asia. Pada setiap resolusi spasial dapat
B.7 Penyimpangan Iklim dan menggunakan satelit MODIS
Dampaknya Terhadap Vektor [3] (Moderate Resolution
Iklim merupakn rata-rata
Spectroradiometer) atau IKONOS.
parameter meteorologi, termasuk
Rata-rata cuaca dapat dihasilkan,
didalamnya suhu dan variabel lain
deviasi penyimpangan dapat dilakukan
yang menggambarkan rata-rata nilai
dalam beberapa skala. Perubahan
parameter pada wilayah tertentu.
dalam satu mingggu dari cuaca dapat
Penyimpangan iklim diartikan sebagai
diprediksikan untuk hari dalam satu
penyimpangan (deviasi) dari rata-rata
minggu, atau perubahan cuaca yang
data dalam rentang panjang dalam
memebrikan dampak langsung
skala hari dalam satu tahun.
Pengamatan yang hati-hati
JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 64
Mursid R. Malaria Vulnerability Index

terhadap perkembangan dan dinamika berkembangnya larva ditentukan oleh


vektor. curah hujan. Untuk spesies rural
Dampak Penyimpangan Iklim pada seperti Culex tarsalis, waktu dan
Vektor ukuran populasi puncak nyamuk
Vektor dan patogen merupakan
dewasa tergantung musim, juga
permasalahan utama penyimpangan
tergantung pencairan salju dan El-
iklim karena, Iklim berpengaruh
Nino.
langsung terhadap ukuran dan
Suhu yang hangat meningkatkan
dinamika vektor. Hal tersebut juga
kecepatan pertumbuhan populasi
disebabkan kecepatan perkembangan
nyamuk, menurunkan daya tahan
pathogen mengalami perubahan secara
nyamuk dewasa, dan meningkatkan
langsung oleh pengaruh suhu udara
frekueensi konsumsi darah untuk
ambien selama proses infeksi dari
siklus hidupnya. Suhu juga
vektor poikilothermic (organisme yang
memberikan pengaruh positip terhadap
tidak mampu mengendalikan suhu
encephalitis (lokalisasi kondisi fisik)
badanya oleh pengaruh ambien). Hal
virus berkembang pada vektor
ini juga berpengaruh terhadap nyamuk
nyamuk. Plasmodum sebagai contoh,
encephalitides pada suhu akibat letak
dipengaruhi oleh suhu ambien dalam
lintang, dimana suhu dipengaruhi oleh
berkembang. Waktu inkubasi secara
penyimpangan durasi musim. Variasi
langsung berhubungan dengan suhu
iklim juga berpengaruh secara tidak
udara ambien, dapat dijelaskan dengan
langsung terhadap ukuran, dan struktur
Degree Day Model. Inti kekuatan
umur dari burung sebagai salah satu
sering membentuk pola tergantung
pengendali akibat ketersediaan sumber
angin dalam penularan selama masa
makananya.
kejadian luar biasa, seiring dengan
Sebaliknya dampak iklim
penyebaran musim dalam suatu
terhadap populasi nyamuk adalah
wilayah.
dampak cepat dan langsung. Beberapa
vektor nyamuk menggunakan
akumulasi air permukaan untuk

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 65


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

30 10
Left Scale: Climate Change
25
7.5

Climate&mosq &disease
20
Climate Change

Right Scale: Climate&mosq &disease


5
15

10
2.5

5
0
0

-5 -2.5

1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006
year

Terjadinya Mutasi Agen Penyakit malaria pada manusia. Perubahan sifat


[8] Plasmodium ini merupakan salah satu
Mutasi adalah perubahan sifat, fakta terjadinya terjadinya mutasi
bentuk, dan karakter dari galur aslinya. pada agen penyebab malaria.
Terdapat beberapa faktor yang mampu B.8 Malaria Sebagai Bencana
merubah turunan dari galur aslinya Tingkatan Bahaya Malaria
yaitu pengaruh radiaktif, pengaruh Bencana (disaster) merupakan
bahan kimia beracun, pengaruh suhu kejadian tiba-tiba atau malapetaka
dan kelembaban ektrim. Mutasi lebih secara alami yang menyebabkan
mudah terjadi pada hewan bersel satu, bahaya besar atau kehilangan harta,
mirkoorganisme atau virus, benda, nyawa. Bencana juga dapat
dibandingkan dengan hewan bersel diartikan sebagai kenyataan/peristiwa
banyak. Hasil penelitian Departemen penting penyebab kehancuran/
Kesehatan Republik Indonesia tahun keruntuhan/kerusakan atau kegagalan.
2011 menunjukkan adanya Sedangkan hazard adalah potensi
penyimpangan terhadap agen penyakit bahaya yang mungkin terjadi. Dalam
malaria. Plasmodium knowlesi pernah manajemen Malaria dikenal beberapa
ditemukan sebagai penyebab malaria istilah yaitu : 1.Kejadian Luar Biasa
pada kera di Malaysia. Hasil penelitian (KLB); 2. Wabah Malaria. Wabah
terbaru (2011) ternyata Plasmodium adalah berjangkitnya suatu penyakit
knowlesi tersebut sebagai penyebab menular dalam masyarakat yang

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 67


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

jumlah penderitanya meningkat secara 2. Kejadian secara intermitten


nyata melebihi dari pada keadaan yang (annual) hampir setiap tahun
lazim pada waktu dan daerah tertentu 3. Bersumber dari siklus alami,
serta dapat menimbulkan malapetaka. biasanya tergantung vektor
Menteri menetapkan dan mencabut 4. Terdapat ukuran dan besaran
daerah tertentu dalam wilayah Memperhatikan batasan tersebut
Indonesia yang terjangkit wabah malaria pada umumnya mencapai
sebagai daerah wabah. Kejadian Luar tataran Kejadian Luar Biasa (KLB),
Biasa (KLB) adalah timbulnya atau karena luasan kejadian yang relatif
meningkatnya kejadian kesakitan dan sempit. Seiring dengan banyak
atau kematian yang bermakna secara perubahan lingkungan akibat
epidemiologis pada suatu daerah perubahan iklim global (Climate
dalam kurun waktu tertentu. Change) maka tidak menutup
Melihat pengertian tersebut maka kemungkinan terjadi ledakan kasus
kecenderungan disebut sebagai malaria yang termasuk kategori
bencana apabila memiliki sefat-sifat bencana.
sebagai berikut : Kejadian malaria dipengaruhi
1. Kejadian berlangsung secara oleh beberapa hal yang berpengaruh
tiba-tiba baik secara langsung maupun tidak
2. Sumber dapat berasal dari langsung. Faktor langsung adalah
kegiatan alam atau akibat faktor yang berpengaruh secara
aktifitas manusia langsung hingga timbulnya penyakit
3. Memberikan dampak kepada malaria. Faktor tersebut disebut
kehidupan manusia sebagai kapasitas vektorial, yaitu
4. Memiliki ukuran intensitas dan rerata jumlah orang yang secara efektif
besaran tertentu mampu digigit dan ditulari parasit
Penyakit malaria memiliki malaria (sporozoit) oleh seekor
karakteristik sesuai dengan pola nyamuk Anopheles per satuan waktu
penyebaran yang terjadi. Karakteristik (12 jam penuh/satu malam) dari satu
malaria adalah sebagai berikut : orang manusia sumber penyakit
1. Mencakup luasan penyebaran malaria.
yang luas (hampir seluruh
wilayah Indonesia), bahkan
hampir daerah tropis di dunia

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 67


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

Secara matematis dirumuskan


sebagai berikut (Garret-Jones Sementara untuk peramalan kejadian
&Shidrawi, 1969). luar biasa suatu penyakit malaria,
diperhitungkan dari faktor langsung dan
C=(ma)(x)[pn/-ln p]… …(1) faktor tidak langsung, yang dinyatakan
dalam Entomological Inoculation Rate
Keterangan : (EIR), yang dirumuskan sebagai berikut.
C = kapasitas vektorial (Onori and Grab, 1980 dalam
m = kepadatan nyamuk per orang Mardihusodo, 1999).
per jam. h’=[m a2.g.x.pn]/[a.g.x-ln p]… …(2)
a = jumlah orang digigit seekor keterangan :
nyamuk per hari atau per h’= Entomological Inoculation Rate
malam. (EIR)
X = proporsi penduduk yang g = Proporsi penduduk yang positif
positip untuk parasit malaria. untuk gamatosit.
p = probabilitas seekor nyamuk (m, a,x,p,dan n dalam formula (1).).
tetap hidup dalam masa 1
hari.
n = lamanya daur sporogonik.

No Faktor Langsung Faktor Tidak Langsung


1. Angka menggigit nyamuk pada curah hujan, kekeringan, sumber air,
manusia (m.a) perubahan perilaku menggigit nyamuk
2. Angka pembawa gametosit (g.x) Importasi parasit malaria lewat perpindahan
penduduk dan migrasi penduduk yang tidak
imun
3. Lama daur sporogonik (n) suhu udara, kelembaban udara
4. Angka mampu hidup harian dari vektor suhu udara, kelembaban
(p)

B.9 Malaria Sebagai Risiko Bencana diartikan sebagai situasi yang


Risiko adalah kemungkinan melibatkan pajanan/keadaan yang
bahwa sesuatu yang tidak terduga akan menyebabkan bahaya. Resiko
terjadi (the possibility that something merupakan faktor dari adanya bahaya
unpleasant will happen). Juga (hazard), keadaan (exposure), dan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 68


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

kehandalan (vulnerability). Antar Beberapa faktor sebagai pendukung


ketiga komponen tersebut saling munculnya hazard malaria adalah
memberikan kontribusi untuk sebagai berikut:
membentuk kondisi dimana a) Kesesuaian Suhu dan
kawasan/wilayah memiliki resiko Kelembaban
tinggi munculnya kasus malaria. Suhu dan kelembaban udara
Hazard Malaria merupakan faktor utama
Hazard untuk malaria adalah terhadap terbentuknya
meledaknya popuasi vektor malaria lingkungan yang sangat sesuai
akibat terbentuknya habitat yang untuk tumbuh dan
sesuai untuk tumbuh dan berkembangnya vektor malaria.
berkembangnya vektor. Hazard Suhu dan kelembaban
merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap lama daur
memiliki kontribusi besar terhadap sporogonik, usia nyamuk
meningkatnya faktor langsung (longevity), keaktifan menggigit.
terjadinya malaria. Suhu dan kelembaban udara
dipengaruhi oleh beberapa faktor
misalnya :
1. Ketinggian Tempat
2. Lokasional
3. Jumlah hari hujan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 69


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

Ke ting g ia n Sum b e r Air


C ura h Pe ng g una a
Huja n n La ha n
Lo ka sio na l

Suhu d a n Ke b e ra d a a
Ke le m b a b a n Bre e d ing

Ha za rd

RISIKO
PENULARAN
Vulne ra b ili
ty Ma la ria

Fa kto r Ad a p tive
Se nsitivity
Exp o sure C a p a c ity

Pro p o rsi Pe nd e rita Ke m a m p ua n Eko no m i Ke turuna n (g e ne tis)


Ma la ria Pe ng e ta hua n, Sika p Usia
Ke p a d a ta n Pe nd ud uk d a n Pra kte k Sta tus ke se ha ta n (g izi)
Ke p a d a ta n Ve kto r Te kno lo g i d a n dan
Ke b ia sa a n Pe nd ud uk Infra struktur Ke ke b a la n

Gambar : Bagan Skema Faktor Risiko Terhadap Penyebaran Malaria

b) Tersedianya Tempat Biakan Vulnerability (Kehandalan)


Tempat biakan merupakan faktor Vulnerability (kehandalan) merupakan
pendukung munculnya bahaya tingkat keadaan lingkungan / orang untuk
malaria (hazard). Tempat biakan bertahan dari bahaya. Vulnerability terdiri
untuk setiap spesies Anopheles dari 3 komponen yaitu berkait dengan
berbeda beda. Keberadaan sumber keadaan/paparan (exposure), kemampuan
air dan kualitasnya merupakan salah menyesuaikan diri (adaptive capacity) dan
faktor terbentuknya tempat biakan. kepekaan (sensitifity).
Faktor pendukung tempat biakan Beberapa faktor sebagai pendukung
antara lain sebagai berikut : besarnya vulnerability malaria adalah
1. Keberadaan Sumber Air sebagai berikut:
2. Penggunaan lahan 1. Adaptive Capacity (kemampuan
3. Normalized Defference adaptasi)
Vegetaion Index (NDVI) Merupakan kemampuan orang untuk
melakukan adaptasi terhadap ancaman
JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 70
Mursid R. Malaria Vulnerability Index

malaria. Adaptive capacity merupakan untuk potensi penyebaran malaria.


fungsi dari sosial ekonomi, teknologi, MVI menggabungkan antara informasi
dan ketersediaan infrastruktur. terjadinya Hazard dan Vulnerability
Kemampuan adaptasi sangat pada suatu wilayah.
tergantung dari : a. kemampuan MVI : f (Hazard x Vulnerbility)
ekonomi; b. pengetahuan, sikap dan Hazar : f (suhu/kelembaban x
praktek menghindarkan diri; Semakin keberadaan breeding place)
tinggi kemampuan melakukan adaptasi Vulverability : f (eksposure x
akan memperkecil resiko penularan sensitifity x adaptive
malaria; c. teknologi yang tersedia; d. capacity)
infrastruktur. MVI = f ((t * Bp) x (e * s * Ac)
Dimana
2. Exposure (keadaan/pajanan) t : Suhu dan Kelembaban pada
Merupakan besarnya lingkungan wilayah tertentu
sekitar yang memberikan resiko untuk Bp : Keberadaan Breeding Place
tertularnya malaria. Exposure pada wilayah
(keadaan) lingkungan yang e : Besarnya exposure
mendukung penyebaran malaria antara s : Sensitivity
lain : a. banyaknya penderita malaria; Ac : Adaptive Capacity
b. kepadatan nyamuk; c. kepadatan MVI merupakan indikator potensi
penduduk; d.kebiasaan penduduk. suatu wilayah untuk penyebaran malaria
3. Sensitivity (kepekaan)
Kepekaan adalah daya tahan fisik C. METODE
orang/lingkungan menerima Bahan penelitian adalah sampel
pajanan/keadaan (exposure) hingga air tempat perindukan, nyamuk
mengaami perubahan (menderita) sakit Anopheles, hasil pengukuran kualitas
malaria. Faktor yang berpengaruh udara dan peta tematik sebagai
terhadap kepekaan pendukung penelitian desertasi. Sampel
seseorang/lingkungan adalah sebagai diambil untuk setiap bulan selama kurun
berikut : a. keturunan (genetis); b. usia waktu 6 bulan dipilih untuk
; c. status kesehatan/gizi; d. imunisasi keterwakilan saat musim kemarau dan
B.10 Malaria Vulnerability Index (MVI) musim penghujan. Peta penunjang yang
MVI merupakan metode untuk dibutuhkan untuk penelitian ini adalah
menentukan tingkat kehadanlan peta dasar dengan 1:25.000.
wilayah dan penduduk dan lingkungan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 71


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

Peralatan yang akan digunakan temperatur wilayah sebagai pengendali


untuk penelitian dilapangan ditabelkan vektor dan keberadaan tempat biakan
sebagai berikut : 1. Kualitas Air Tempat (breeding place) sebagai sumber
Perindukan Salinitas, pH (EC-Meter); kontribusi kepadatan vektor. Tingkat
kekeruhan (Turbidity meter); 2. Unsur bahaya untuk setiap wilayah kecamatan
Cuaca : Suhu Udara berbeda-beda, sehingga dilakukan
(Thermohygrometer) ; Kelembaban pembuatan skala 1-3, untuk
Udara (Thermohygrometer); Curah menggambarkan besarnya hazard. Skala
Hujan (Penakar Curah Hujan); 1 memberikan gambaran bahwa hazard
Intensitas Pencahayaan (Lux meter) ; 3. pada wilayah tersebut rendah, skala 2
kepadatan Vektor (MBR, MHD; potensi hazard moderate, sedangkan
Aspirator); Jenis Nyamuk ; 4. Peta skala 3 memberikan gambaran besarnya
Satuan Lahan. hazard tinggi.
Alisis tingkat resiko Vulnerability
kemelimpahan vektor malaria dilakukan Vulnerability setiap kecamatan
dengan menggunakan pendekatan di Kabupaten Purworejo
manajemen resiko. Resiko menggambarkan besarnya tingkat
kemelimpahan vektor merupakan fungsi kerentanan digambarkan dalam 3
dari hazard (bahaya), vulnerability komponen yaitu exposure, sensitivity
(kepekaan). Vulnerability (kepekaan) dan adaptive capacity. Exposure terdiri
merupakan fungsi dari exposure dari 4 komponen yaitu : 1.banyaknya
(paparan), sensitivity (kepekaan) dan penderita malaria sebagai sumber
adaptive capacity (penyesuaian diri). penularan; 2.kepadatan vektor; 3.
Setiap wilayah memiliki indek sesuai kepadatan penduduk; 4. kebiasaan
dengan hasil penelitian. keluar rumah malam hari. Sensitivity
Hazard Malaria dikelompokan dalam 3 komponen yaitu
Analis Hazard keturunan, usia dan status gizi
Kabupaten Purworejo memiliki masyarakat. Sedangkan Adaptive
karakteristik wilayah dengan tingkat capacity adalah karakteristik masyarakat
kerentanan yang berbeda untuk setiap mencakup sebagai berikut :1. sosial
wilayah kecamatan. Hazard adalah ekonomi; 2.rekayasa teknologi; 3.
ancaman setiap wilayah yang bersumber pengetahuan masyarakat; 4.keberadaan
dari kedaan lingkungan, sebagai habitat infrastruktur. Hasil identifikasi
vektor malaria. Terdapat 2 komponen dilakukan konversi dalam skala tingkat
lingkungan sebagai hazard yaitu kerentanan setiap wilayah. Skala dibuat

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 72


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

dalam rentang 1-5, skala 1 merupakan indeks 3 terdiri dari kecamatan


kerentanan sangat rendah hingga skala 5 Begelen, Kemiri, Bruno,
merupakan kerentanan sangat tinggi. Gebang, Loano dan Bener.
b) Breeding Place
Malaria Vulneranility Index (MLI) Keberadaan tempat biakan,
Malaria Vulnerability Index merupakan faktor lain untuk
(MLI) dilakukan perhitungan dengan komponen hazard. Komponen
mengalikan besarnya hazard dan tersebut menunjang sebagai
vulnerability untuk setiap wilayah munculnya vektor, kerena
kecamatan. Wilayah kecamatan yang ketersediaan tempat biakan.
telah dilakukan identifikasi memberikan Beberapa kecamatan dengan
gambaran besarnya faktor risiko potensi tempat biakan tinggi
terhadap penyebaran malaria. Hasil adalah sebagai berikut : Gebang,
simulasi menunjukkan terdapat 4 Ngombol, Purwodadi, Begelen,
wilayah kecamatan yang memiliki faktor Pituruh Kemiri Bruno, Gebang,
risiko tinggi, sedangkan 3 wilayah Loano, Bener.
kecamatan memiliki faktor risiko sangat 2. Data dan Analisis Vulnerability
tinggi. a) Exposure
Merupakan data paparan untuk
D. DATA DAN ANALISIS mendorong penyebaran maria,
Data kualitas lingkungan dilakukan terdiri dari : banyaknya penderita
identifikasi dan konversi menjadi index malaria; kepadatan penduduk;
sebagai dasar dalam analisis setiap kebiasaan keluar rumah; dan
wilayah dengan risiko yang dimiliki. kepadatan vektor. Kecamatan
1. Data dan Analisis Hazard Begelen, Pituruh Kemiri Bruno,
a) Temperature Gebang, Loano, Bener,
Suhu hasil pengukuran data merupakan wilayah dengan
primer dilakukan dengan paparan potensial untuk
menggunakan thermohygrometer penyebaran malaria.
Data beberapa wilayah
kecamatan memiliki suhu udara
yang kurang seilayah dengan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 73


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 74


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 75


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

b) Sensitivity terdapat perbedaan karena telah


Merupakan kehandalan setiap adanya informasi pengendalian
wilayah kecamatan, terdiri dari malaria dari wilayah yang
keturunan, struktur usia endemis.
penduduk dan status gizi
masyarakat. Faktor genetis Hasil identifikasi dan analisis
merupakan faktor relatif sama disajikan pada Tabel C.1 berikut.
untuk setiap wilayah, sedangkab Hasil perhitungan Malaria
usia penduduk beberapa wilayah Vulnerability Index (MLI)
kecamatan memiliki struktur tua menunjukkan rentang nilai dari 44
(dominasi usia tua), sedangkan hingga 270. Nilai 44 merupakan
status gizi menunjukkan wilayah kecamatan Kota Purworejo,
beberapa wilayah kecamatan sedangkan nilai 270 merupakan
memiliki risiko tinggi karena wilayah Kecamatan Bener.
status gizi yang rentang untuk Kecamatan Bener memiliki risiko
penyebaran malaria. paling tinggi diantara wilayah di
c) Adaptive Capacity Kabupaten Purworejo, sedangkan
Merupakan variabel yang Kota Purworejo memiliki risiko
digunakan untuk menentukan paling rendah. Kecamatan Bener
potensi penyebaran malaria dari memiliki potensi tinggi terutama
tingkat adaptasi masyarakat. didukung oleh potensi Hazard yang
Variable tersebut terdiri dari tinggi, dan potensi vulnerability
sosial ekonomi, teknologi yang yang tinggi. Suhu udara kelemban
digunakan, tingkat pengetahuan keberadaan tempat biakan
dan infrstruktur penunjang. mendukung wilayah ini. Secara
Sosial ekonomi yang rentan sosial ekonomi relatif rendah, dan
terhadap penyebaran malaria kebiasaan masyarakat keluar malam
terjadi pada beberapa wilayah sebagai salah satu risiko tinggi
kecamatan. Teknologi mencakup penularan malaria. Selengapnya
teknologi pengendalian vektor, disajikan pada Tabel C.2 berikut.
beberapa kecamatan balum 3. Manajamen Risiko Bencana
memanfaatkan teknologi untuk Malaria [4, 5]
Manajemen Risiko (Risk
pengendalian vektor. Sedangkan
Management) is the identification,
pengetahuan masyarakat
assessment and prioritisation of
beberapa wilayah kecamatan
JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 76
Mursid R. Malaria Vulnerability Index

Risk. Risiko sesuai dengan ISO untuk mengurangi tingkap tingkat risiko
31000 didefinisikan sebagai “The perubahan iklim melalui beberapa kegiatan.
effect of uncertainty on objectives. Strategi yang dapat dilakukan untuk
whether positive or negative, mengurangi dampak perubahan iklim adalah
followed by coordinated and sebagai berikut :
economical application of resources 1. Antisipasi Terjadinya kerusakan
to minimize, monitor, and control the melalui kegiatan adaptasi dan
probability and/or impact of mitigasi
unfortunate events of opportunities, 2. Mengurangi sumber bencana
or to maximize the realization 3. Kerjasama resiko bencana dengan
asusransi dan peningkatan
Risiko Perubahan Iklim Global pengetahuan tentang bencana
Kegiatan manajemen dalam 4. Penggantian teknologi pemanfaatan
pengendalian risiko bencana malaria sumber energi dengan teknologi
dilakukan dengan tujuan mengurangi korban ramah lingkungan
yang ditimbulkan. Terdapat dua pendekatan 5. Melakukan restorasi terhadap lahan
dasar dalam memberikan potensi bencana Pengurangan Risiko Malaria
malaria akibat perubahan iklim yaitu dengan 1. Pemetaan Vulnerability Kawasan
melakukan adaptasi atau mitigasi. Mitigasi Melakukan kajian (pemetaan dan
merujuk pada mengurangi perubahan iklim analisis) Vulnerability penduduk/
global melalui intervensi untuk mereduksi kawasan yang memiliki vulnerability
sumber utama penyebab perubahan iklim tinggi. Kegiatan ini akan membantu
global. Mitigasi ini bertujuan untuk untuk memberikan pelayanan yang
perubahan iklim jangka penjang dengan memadai dalam pengendalian faktor
mereduksi bahaya dampak perubahan iklim risiko
global. Pemetaan juga sangat membantu
Pendekatan kedua adalah terutama dalam penyediaan obat-
mengantisipasi perubahan iklim global obatan anti malaria, pemindahan
adalah dengan perubahan pola penggunaan penduduk dari daerah berisiko.
bahan/materi oleh manusia sebelum kondisi 2. Peramalan Perubahan Iklim
perubahan iklim lebih buruk terjadi. Peramalan iklim akan memberikan
Adaptasi diartikan sebagai pemikiran dan gambaran hubungan antara iklim dan
sikap secara ekologis, pada sistem sosial dan kejadian malaria. Peramalan yang
ekonomi untuk menghindarkan pengaruh sesuai dan berhubungan dapat
buruk perubahan iklim. Adaptasi bertujuan membantu kegiatan epidemi

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 77


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

(pengendalian vektor). Peramalan ini adalah kegiatan adaptasi dan


Iklim Musiman dapat memberikan mitigasi terhadap potensi bencana
peramalan waktu beberapa minggu, malaria. Persiapan adalah langkah
terutama untuk melakukan yang akan segera dilakukan
pengukuran dan persiapan antisipasi. melakukan antisipasi terjadinya
3. Pemantauan Lingkungan, bencana malaria. Persiapan ini
Kegiatan ini juga memberikan dilakukan dengan pertimbangan
peringatan dini untuk kemungkinan waktu dan tempat yang benar untuk
terjadinya kasus. Tetapi dengan melakukan antisipasi.
melakukan pemantauan waktu yang
pendek untuk 1-3 bulan, untuk suhu, D SIMPULAN DAN SARAN
curah hujan dan kelembaban harus Simpulan
dibarengi dengan kerapatan vegetasi Hasil analisis terhadap fenomena perubahan
dan kemungkinan banjir cuaca global dan perubahan pola penyakit
Environmental dapat
4. Melakukan kegiatan surveliance disimpulkan sebagai berikut :
Kegiatan ini dilakukan dengan 1. Perubahan iklim global memberikan
melakukan pemantauan kepadatan pengaruh secara berbeda untuk setiap
vektor dengan perubahan iklim. wilayah, dan penyebaran penyakit
Survey yang dilakukan dalam malari
rentang waktu yang panjang akan 2. Malaria Vulnerability Index (MVI)
memberikan informasi secara merupakan salah metode untuk
lengkap dinamika kasus malaria dan menggambarkan tingkat risiko bahaya
perubahan lingkungan. malaria setiap wilayah. Dapat
5. Perencanaan dan Persiapan dan dimanfaatkan untuk manajemen malaria
Antisipasi Saran
Perencanaan dilakukan dengan Hasil kajian dapat disaranakan untuk
menyusun program dalam melakukan identifikasi dan analisis MVI
penanggulangan kemungkinan pada setiap wilayah yang endemis malaria
terjadinya kasus/bencana malaria. di Indonesia. Data base kerentanan malaria
Penyusunan program mencakup digunakan sebagai dasar dalam melakukan
perencanaan untuk aspek institusi, manajemen malaria.
regulasi, pembiyaan, teknis
operasional dan pelibatan
masyarakat. Dasar dalam perencaan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 78


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

PUSTAKA RUJUKAN Witular R, Perubahan Iklim Implikasinya


Bagi Indonesia, Kuliah Umum
Andy H, Climate Change, Extrime Events UGM, 2011
and Human Health, London School Raharjo M, Karakteristik Wilayah dan
Of Hygine and Tropical Medcine, Malaria, Thesis UGM, 2000
2008 http://www.climatechangebusiness.com/first
Bernard M, Deadly Disease and Epidemics _annual_overview_climate_change_
Malaria, Second Edition, Chelsea industry , LONDON--(BUSINESS
House An Imprint Of Infobase WIRE)--, United Nations Climate-
Publishing, 2009 Change Conference In Cancun
Claudio Genchi C, Human Dirofilariosis in Establishes A Green Fund To Cut
Europe, A special issue of Global Warming By Cutting
International Journal of Emissions, December 14, 2010
Environmental Research and Public Michelozzi P, Francesca K. , Bargagli M.A,
Health (ISSN 1660-4601), 2010 Surveillance of Summer Mortality
Dixon G.P, Climate Change and Human and Preparedness to Reduce the
Health, special issue of Health Impact of Heat Waves in
International Journal of Italy
Environmental Research and Public Int. J. Environ. Res. Public Health 2010, 7,
Health (ISSN 1660-4601), 2010 2256-2273;
Fischhoff B, Carnegie, The Perception doi:10.3390/ijerph7052256
Factor Climate Change Get Paul E, Evan M, Climate Change Future
Personel, Environmental Health :Health, Ecological, and Economic
Perspectives • Volume 118 | Number Dimention, The Center For Health
11 | November 2010 and Global Environmental, Harvard
http://montreal.ctv.ca/servlet/an/local/CTV Medcine School, 2008
News/20101211/cancun-un-climate- Reiter P, Global Warming and Malaria :
deal-101211 /20101211/, Climate is Knowing The Horse Before
warming - despite ups and downs: Hotching The Cart, Malaria
CSIRO, 28 Dec, 2010 Journal, 7 (Suppl), 2008
Ministry Of Environmental Repbublik doi:10.1186/1475-2875-7S1-S3
Indonesia, Climate Variability and Stefan Muthers S, Matzarakis A, Koch E,
Climate Change and Their Climate Change and Mortality in
Implication, 2007 Vienna—A Human
Molly EH, Climate Risk Magement on Biometeorological Analysis Based
Africa, International Research on Regional Climate
Institute, Columbia University, 2007 Modeling, Int. J. Environ. Res. Public
Seth D. Vordzorgbe, Climate change and Health 2010, 7, 2965-2977;
risk management in Africa: Major doi:10.3390/ ijerph7072965
issues, Advisor to the Commission ScienceDaily (Mar. 22, 2006) — Could
of the Africa Union United Nations global warming be contributing to
International Strategy for Disaster the resurgence of malaria in the East
Reduction (UN/ISDR), 2007 African Highlands.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 79


Mursid R. Malaria Vulnerability Index

Tonnang HE, Kangalawe R, Yanda P Z,


Predicting And Mapping Malaria
Under Climate Change Scenario :
The Potential redistribution of
Malaria Vector in Africa, Malaria
Journal, 9-111, 2010

William K, Use Of Climate Variation in


Vector Borne Diseses Decision Sport
System, University Of California,
2008

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 1 80

You might also like