Professional Documents
Culture Documents
Mursid R. Malaria Vulnerability Index
Mursid R. Malaria Vulnerability Index
Oleh
Mursid Raharjo
*Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Gadjahmada Yogyakarta
ABSTRACT
Global Climate Change excess several impacts to the global weather variability. In the past century,
the global average surface temperature has risen by 0.74 ºC. The observed increase in average
temperatures is widespread around the globe, with rising trends recorded on all continents and in the
sea. The climate on Indonesia raised warmer during 20th century. Annual temperature increased 0,3
o
C from 1900 until 1990. The 1998 anomalously warm years, almost 1oC than average of
temperature during 1961-1990. Indonesia region annual of precipitation decreases 2-3% during
December – Pebruary of the wet period. Weather variability have occurrence of fector borne diseases
with different pattern.
The Malaria Vulnerability Index (MLI) as new method of malaria management. The MLI contributed
to mapping of vulnerability areas with high risk transmission. The region index expected value of
malaria risk area.
Result of the simulation on the malaria endemic area, variability of range index 1-5. The value of
index 5 correlate with high of risk malaria transmission. Malaria management base on risk of each
area, with the highest value of index. Management approach of malaria risk : 1. adaptation and
mitigation; 2. reduced of hazard resources; 3. partnership assurance system; 4. technology alternative;
5. land restoration.
Conclusion of Malaria Vulnerability Index (MLI) simulation, MLI as tools of high risk of malaria
management with vulnerability mapping malaria risk area.
ABSTRAK
Perubahan Iklim Global memberikan dampak secara nyata pada variabilitas cuaca di dunia. Selama
kurun waktu 100 tahun (1906-2005), temperatur global permukaan bumi telah mengalami
peningkatan 0,74ºC, dengan interval ketidakpastian 0,56-0,92, dimana suhu daratan lebih tiggi dari
pada lautan. Iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan
telah meningkat sekitar 0,3 oC sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat
dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961-
1990. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini
dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim
terbasah dalam setahun. Perubahan cuaca pada setiap wilayah memberikan dampak yang berbeda
terhadap besarnya risiko penularan penyakit berbasis vektor (vector borne diseases).
Malaria Vulnerability Index (MLI) merupakan pendekatan baru dalam bidang manajemen malaria.
MLI digunakan untuk melakukan pemetaan kerentanan setiap wilayah terhadap potensi penularan
malaria. Indeks yang dihasilkan mampu memberikan gambaran besarnya risiko.
Hasil simulasi pada wilayah endemis malaria, menunjukkan adanya variabilitas indeks malaria dari
rentang 1 hingga 5. Indeks 5 menunjukkan wilayah dengan risiko tinggi penyebaran malaria.
Manajemen malaria dilakukan dengan menggunakan dasar, besarnya faktor resiko setiap wilayah.
Pendekatan manajemen yang dapat digunakan antara lain : 1.Antisipasi Terjadinya kerusakan melalui
kegiatan adaptasi dan mitigasi; 2. Mengurangi sumber bencana; 3. Kerjasama resiko bencana dengan
asusransi dan peningkatan pengetahuan tentang bencana; 4 Penggantian teknologi pemanfaatan
sumber energi dengan teknologi ramah lingkungan; 5. Melakukan restorasi terhadap lahan
Kesimpulan dari simulai bahwa Malaria Vulnerability Index (MLI) dapat digunakan sebagai upaya
manajemen risiko penyebaran malaria.
*) Disajikan dalam Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoar
Penyakit Sebagai Lokomotif Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang
merupakan dekade terhangat dalam abad ini DBD akan meningkat. suhu berhubungan
dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, negatif dengan kasus DBD, karena itu
hampir 1oC di atas rata-rata tahun 1961- peningkatan suhu udara per minggu akan
1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi menurunkan kasus DBD. Perubahan cuaca
dalam semua musim di tahun itu. Curah memberikan pengaruh terbentuknya
hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 ekosistem yang stabil terhadap pertumbuhan
persen di wilayah Indonesia di abad ini vektor malaria (Dixon, 2010).
dengan pengurangan tertinggi terjadi selama Hasil penelitian Direktorat Jendral
perioda Desember- Februari, yang P2PL, telah mengidentifikasi Plasmodium
merupakan musim terbasah dalam setahun. knowlesi sebagai vektor baru malaria
Perubahan-perubahan terhadap nilai iklim (Kompas, 23 April 2011). Spesies ini
rata-rata 1961-1990 untuk suhu dan curah sebelumnya dikenal hanya menjangkiti kera
hujan masing-masing adalah 25,5oC dan dan primata lain. Terdapat banyak hipotesis
2548 mm. menyikapi perubahan tersebut. Dugaan
Perubahan iklim memiliki pengaruh paling kuat adalah terjadinya mutasi gen
besar terhadap penyakit yang ditularkan akibat perubahan iklim global yang
oleh vektor (vektor borne disease). berdampak pada perubahan iklim secara
Frequensi timbulnya penyakit seperti mikro.
malaria dan demam berdarah meningkat. Malaria merupakan penyakit
Penduduk dengan kapasitas beradaptasi menular yang memperlihatkan
rendah akan semakin rentan terhadap diare, kecenderungan peningkatan morbiditas.
gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi Laporan WHO untuk penanggulangan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui Malaria, tahun 2009, menunjukkan
berbagai serangga dan hewan. ”Pemanasan prevalensi malaria merupakan sepuluh besar
global” juga memicu meningkatnya kasus penyakit di Indonesia. Sebagai penyakit
penyakit tropis seperti malaria dan demam tropis, malaria merupakan penyakit endemis
berdarah. Penduduk dengan kapasitas terutama untuk wilayah Indonesia bagian
beradaptasi rendah akan semakin rentan timur. Laporan tersebut menunjukkan
terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya Annual Parasite Incidence (API), yang
pola distribusi penyakit-penyakit yang merupakan perbandingan antara jumlah
ditularkan melalui berbagai serangga dan kasus dengan jumlah penduduk, mengalami
hewan. Faktor iklim berpengaruh terhadap peningkatan dari 0,21 per 1000 penduduk
risiko penularan penyakit tular vektor pada tahun 2000 menjadi 0,75 per 1000
seperti demam berdarah dengue (DBD) dan penduduk pada tahun 2007. Angka API
malaria. Semakin tinggi curah hujan, kasus kembali mengalami peningkatan menjadi
0,95 per 1000 penduduk pada tahun 2008. Pulau Bali yang semula sebesar 3,97% pada
Parasite Rate (PR) yang merupakan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi
persentase penduduk darahnya mengandung 4,78% pada tahun 2008 (Depkes RI, 2009)
parasit malaria, di luar Pulau Jawa dan
(suhu bulanan rata-rata >18C, suhu bulan Oktober hingga April yang
20C-25C), curah hujan setahun basah sehingga membawa musim
60mm. Dibagi menjadi Iklim Hujan hujan/penghujan. Angin muson
Tropik dan Iklim Sabana; 2. Iklim timur bertiup sekitar bulan April
Kering, dibagi menjadi BS : Iklim hingga bulan Oktober yang
Steppa, Bw (Iklim gurun); 3.Iklim sifatnya kering yang
Sedang (laut), dibagi menjadi Cs mengakibatkan wilayah Indonesia
(dengan musim panan kering), Cw mengalami musim
(musim dingin yang kering), Cf (hujan kering/kemarau.
dalam semua bulan); 4. Iklim Sedang 2. Iklim Tropis/Tropika (Iklim
(darat), Dw (dengan musim dingin Panas)
kering), Df(dengan musim dingin yang Wilayah yang berada di
lembab); 5. Iklim dingin atau salju, sekitar garis khatulistiwa otomatis
dibagi menjadi ET:iklim tundra, akan mengalami iklim tropis yang
EF(iklim salju, es abadi). bersifat panas dan hanya memiliki
Indonesia mempunyai dua musim yaitu musim kemarau
karakteristik khusus, baik dilihat dari dan musim hujan. Umumnya
posisi, maupun keberadaanya, wilayah Asia tenggara memiliki
sehingga mempunyai karakteristik iklim tropis, sedangkan negara
iklim yang spesifik. Di Indonesia Eropa dan Amerika Utara
terdapat tiga jenis iklim yang mengalami iklim subtropis. Iklim
mempengaruhi iklim di Indonesia, tropis bersifat panas sehingga
yaitu iklim musim (muson), iklim wilayah Indonesia panas yang
tropica (iklim panas), dan iklim laut. mengundang banyak curah hujan
1. Iklim Musim (Iklim Muson) atau Hujan Naik Tropika.
Iklim jenis ini sangat 3. Iklim Laut
dipengaruhi oleh angin musiman Indonesia yang merupakan
yang berubah-ubah setiap periode negara kepulauan yang memiliki
tertentu. Biasanya satu periode banyak wilayah laut
perubahan angin muson adalah 6 mengakibatkan penguapan air laut
bulan. Iklim musim terdiri dari 2 menjadi udara yang lembab dan
jenis, yaitu Angin musim barat curah hujan yang tinggi.
daya (Muson Barat) dan Angin Edvin Aldrian (2003), membagi
musim timur laut (Muson Tumur). Indonesia terbagi menjadi 3 (tiga)
Angin muson barat bertiup sekitar daerah iklim, yaitu daerah Selatan
30 10
Left Scale: Climate Change
25
7.5
Climate&mosq &disease
20
Climate Change
10
2.5
5
0
0
-5 -2.5
1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006
year
Suhu d a n Ke b e ra d a a
Ke le m b a b a n Bre e d ing
Ha za rd
RISIKO
PENULARAN
Vulne ra b ili
ty Ma la ria
Fa kto r Ad a p tive
Se nsitivity
Exp o sure C a p a c ity
Risk. Risiko sesuai dengan ISO untuk mengurangi tingkap tingkat risiko
31000 didefinisikan sebagai “The perubahan iklim melalui beberapa kegiatan.
effect of uncertainty on objectives. Strategi yang dapat dilakukan untuk
whether positive or negative, mengurangi dampak perubahan iklim adalah
followed by coordinated and sebagai berikut :
economical application of resources 1. Antisipasi Terjadinya kerusakan
to minimize, monitor, and control the melalui kegiatan adaptasi dan
probability and/or impact of mitigasi
unfortunate events of opportunities, 2. Mengurangi sumber bencana
or to maximize the realization 3. Kerjasama resiko bencana dengan
asusransi dan peningkatan
Risiko Perubahan Iklim Global pengetahuan tentang bencana
Kegiatan manajemen dalam 4. Penggantian teknologi pemanfaatan
pengendalian risiko bencana malaria sumber energi dengan teknologi
dilakukan dengan tujuan mengurangi korban ramah lingkungan
yang ditimbulkan. Terdapat dua pendekatan 5. Melakukan restorasi terhadap lahan
dasar dalam memberikan potensi bencana Pengurangan Risiko Malaria
malaria akibat perubahan iklim yaitu dengan 1. Pemetaan Vulnerability Kawasan
melakukan adaptasi atau mitigasi. Mitigasi Melakukan kajian (pemetaan dan
merujuk pada mengurangi perubahan iklim analisis) Vulnerability penduduk/
global melalui intervensi untuk mereduksi kawasan yang memiliki vulnerability
sumber utama penyebab perubahan iklim tinggi. Kegiatan ini akan membantu
global. Mitigasi ini bertujuan untuk untuk memberikan pelayanan yang
perubahan iklim jangka penjang dengan memadai dalam pengendalian faktor
mereduksi bahaya dampak perubahan iklim risiko
global. Pemetaan juga sangat membantu
Pendekatan kedua adalah terutama dalam penyediaan obat-
mengantisipasi perubahan iklim global obatan anti malaria, pemindahan
adalah dengan perubahan pola penggunaan penduduk dari daerah berisiko.
bahan/materi oleh manusia sebelum kondisi 2. Peramalan Perubahan Iklim
perubahan iklim lebih buruk terjadi. Peramalan iklim akan memberikan
Adaptasi diartikan sebagai pemikiran dan gambaran hubungan antara iklim dan
sikap secara ekologis, pada sistem sosial dan kejadian malaria. Peramalan yang
ekonomi untuk menghindarkan pengaruh sesuai dan berhubungan dapat
buruk perubahan iklim. Adaptasi bertujuan membantu kegiatan epidemi