You are on page 1of 12

OPEN ACCESS

E-ISSN : 2549-6581
Artikel Hasil Penelitian
Diterima : 20 Februari 2019
Direview : 27 Februari 2019
Dimuat : Desember 2018 – Maret 2019

PERBEDAAN DISFUNGSI SEXUAL WANITA YANG MELAHIRKAN SECARA


PERVAGINAM DENGAN EPISIOTOMY MEDIOLATERAL DAN SEKSIO
SESAREA
Irwanto, Yahya1*, Mustofa, Edy1

Departemen Obstetri dan Gynecology Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang
Email* : yahyairwanto50@ub.ac.id

ABSTRACT
Generally, the causes of Postpartum Female Sexual Dysfunction (PPFSD) are dyspareunia,
perineal pain, the discomfort of incision lesion including surgery, reduction of libido, lack of
lubrication in the vagina, changes in seeing body image to be negative, and anorgasm irelated to
pain and trauma. Perineal pain and dyspareunia are post partum problems which occur frequently
and interfere with normal sexual function, that usually are caused by perineal trauma, episiotomy,
and child birth instrumentation. This study was conducted by a cross-sectional study. Research
subjects consisted of women post vaginal delivery with mediolateral episiotomy and postcesarean
section. Each group consisted of 45 people. After three months post partum sexual function as
sessed using FSFI scores (Female Sexual Function Index) as well as an assess ment of
demographic data include age, religion, education, employment, insurance coverage/BPJS,
gestational age, birthweight, stitches condition, medical treatment, nursing, assistance of baby sitter
and problems in the family. The data had to fulfill the inclusion and exclusion criteria in the form of
question naires were further tested withc hi-square analysis and independent t-test. In the
demographic data analysis withc hi-squareanalys is didn’t find any significant differences between
the two groups, with p>0.05. The sexual dysfunction among women after vaginal delivery with
mediolateral episiotomy and cesarean section there was no significant difference p=0.081, and
p>0.05. On the FSFI scores domains there are significant differences between the two group son
the variables of sexual desire, orgasm, pain and FSFI total scores.

Keywords: Sexual Dysfunction, mediolateral episiotomy, cesarean section, FSFI scores

ABSTRAK
Penyebab Post partum Female Sexual Dysfunction (PPFSD) pada umumnya adalah
dispareunia, nyeri perineal, ketidaknyamanan luka insisi termasuk di dalamnya tindakan
pembedahan, berkurangnya libido, kurang lubrikasi pada vagina, perubahan citra tubuh menjadi
negatif serta anorgasme yang dihubungkan dengan nyeri dan trauma.Nyeri perineum dan
dispareunia adalah masalah pasca persalinan yang sering terjadi dan mengganggu fungsi seksual

48
49 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

yang normal, yang biasanya terjadi akibat dari trauma perineum, episiotomi, dan instrumentasi
persalinan. Penelitian ini dilakukan dengan metode crosssectional study. Subjek penelitian terdiri
dari perempuan paca persalinan pervaginam dengan episiotomi mediolateral dan pasca
seksiosesarea. Masing-masing kelompok terdiri dari 45 orang. Setelah tiga bulan pasca persalinan
dilakukan penilaian fungsi seksual menggunakan skor FSFI (FemalSexualFunction Index) serta
dilakukan penilaian data demografis mencakup umur, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggungan
asuransi/ BPJS, usia kehamilan, berat badan bayi lahir, kondisi luka jahitan, perawatan medis
kembali, menyusui, bantuan pengasuh bayi dan masalah dalam keluarga. Data memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi berupa kuesioner selanjutnya diuji dengan analisis chi-square dan independent
t-Test. Pada analisis data demografi dengan analisis chi-square tidak didapatkan perbedaan
bermakna diantara kedua kelompok, dengan p> 0,05. Pada disfungsi seksual antara perempuan
pasca persalinan pervaginam dengan episiotomi mediolateral dan seksiosesarea tidak didapatkan
perbedaan bermakna p = 0,081 dimana p> 0,05. Pada domain Skor FSFI terdapat perbedaan
signifikan antara kedua kelompok pada variabel hasrat seksual, orgasme, nyeri dan skor total FSFI.
Tidak didapatkan perbedaan disfungsi seksual yang bermakna pada tiga bulan pasca persalinan
diantara kelompok perempuan pasca persalinan pervaginam dengan episiotomi mediolateral
dengan seksiosesarea di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.

Kata kunci: Disfungsi Seksual, episiotomumediolateral, seksiosesarea

*Korespondensi: Yahya Irwanto. Surel: yahyairwanto50@ub.ac.id


50 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

PENDAHULUAN terjadi akibat dari trauma perineum,


Perempuan pasca melahirkan episiotomi, dan instrumentasi
akan mengalami beberapa perubahan persalinan (Basson, 2004). Episiotomi
berkaitan dengan proses persalinan dapat mengakibatkan gangguan fungsi
yang dialami.Perubahan tersebut dapat dasar panggul, lesi pada saraf
mempengaruhi kebutuhan seksualitas pudenda, hasil penjahitan yang
perempuan dan pasangan. asimetris, endometriosis, luka yang
Ketidaknyamanan fisik dan psikologis melebar dengan perdarahan, infeksi,
tersebut menjadi faktor yang serta penyembuhan yang lebih lama,
mempengaruhi keharmonisan yang semuanya dapat menyebabkan
hubungan dalam suatu perkawinan dispareunia ataupun gangguan fungsi
(Breslin& Lucas, 2003). Penyebab seksual lainnya dikemudian hari
Postpartum Female Sexual Dysfunction (Abdool, etal., 2009).
(PPFSD) pada umumnya adalah
dispareunia, nyeri perineal, Bila dibandingkan dengan
ketidaknyamanan luka insisi termasuk persalinan spontan vagina, tampaknya
di dalamnya tindakan pembedahan, logis untuk berasumsi bahwa wanita
berkurangnya libido, kurang lubrikasi yang melahirkan melalui seksio
pada vagina, perubahan citra tubuh saesarea akan lebih kecil
menjadi negatif serta anorgasme yang kemungkinannya untuk mengalami
dihubungkan dengan nyeri dan trauma. nyeri perineum, sejak risiko persalinan
dengan episiotomi ataupun dibantu
Berdasarkan data epidemiologi ditiadakan (Buhling, etal., 2006).
dari Survei Kesehatan Nasional dan Namun demikian, seksiosesarea sendiri
Kehidupan Sosial di Amerika (2005) (terutama yang non elektif) bukannya
menemukan dari 1749 perempuan, tanpa bahaya, bahkan terhadap
sebanyak sepertiga perempuan kurang seksualitas itu sendiri. Komplikasi
berminat melakukan hubungan seksual utama persalinan seksiosesarea adalah
dan hampir seperempat tidak kerusakan organ-organ seperti
mengalami orgasme. Sekitar 20% dari vesikaurinaria dan uterus saat
perempuan kesulitan dalam lubrikasi dilangsungkannya operasi, komplikasi
dan 20% menemukan seks tidak anesthesi, perdarahan, infeksi, dan
menyenangkan.Pada 6 bulan pasca tromboemboli.
melahirkan, 16 orang (61%) terjadi
peningkatan hubungan seksual, METODE PENELITIAN
sedangkan 10 perempuan (39%) Rancangan Penelitian
merasakan sama seperti keadaan Rancangan penelitian ini adalah
studi potong lintang analitik (cross-
sebelum hamil. Pada 6 bulan rata-rata sectional study). Populasi target pada
hubungan seksual itu terus meningkat, penelitian ini adalah wanita pasca
tetapi masih jauh lebih rendah persalinan pervaginam dengan
dibandingkan sebelum hamil. episiotomi dan pasca seksio sesarea.
Populasi terjangkau pada penelitian ini
Nyeri perineum dan dispareunia adalah wanita primipara pasca
adalah masalah pasca persalinan yang persalinan pervaginam dengan
sering terjadi dan mengganggu fungsi episiotomi dan pasca seksio sesarea
seksual yang normal, yang biasanya yang melahirkan di Rumah Sakit dr.
Saiful Anwar Malang dari bulan April
51 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

2014 sampai dengan bulan Juni 2014. tujuan dan manfaat penelitian ini,
selanjutnya bagi yang bersedia
Populasi Penelitian mengikuti penelitian ini dilakukan
Penelitian ini adalah wanita
informed consent. Selanjutnya pasien
primipara pasca persalinan pervaginam
melakukan pengisian kuisioner, dan
dengan episiotomi dan pasca seksio
peneliti melakukan anamnesis dan
sesarea yang melahirkan di Rumah
penelusuran rekaman medik untuk
Sakit dr. Saiful Anwar Malang dari
melengkapi data yang diperlukan. Jika
bulan April 2014 sampai dengan bulan
pasien tidak mampu atau kesulitan
Juni 2014.
untuk membaca maka peneliti akan
Pada penelitian ini membantu untuk membacakan
menggunakan populasi yang kuisioner yang tersedia. Kemudian
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. sampel dikelompokkan menjadi
Kriteriainklusi pada penelitian ini :1. kelompok persalinan dengan episiotomi
Sudah menikah. 2.Pasca melahirkan dan seksio sesarea, dan selanjutnya
pertama kali. 3.Umur antara tujuh belas
dilakukan pengukuran fungsi seksual.
sampai dengan tiga puluh lima tahun.
4.Riwayat persalinan pervaginam
Teknik Analisis Data
dengan episiotomi mediolateral. 5.
Riwayat persalinan dengan seksio Analisis statistik deskriptif terhadap
sesarea. 6.Bayi hidup saat data demografi sampel. Ditentukan
skoring dari jawaban setiap pertanyaan
penelitian/wawancara (tiga bulan
dari kuisioner FSFI yang telah diisi
postpartum).7. Tinggal bersama suami
yang mampu melakukan hubungan subyek dan ditentukan jenis dan derajat
disfungsi masing-masing subyek. Uji
seksual paling sedikit satu bulan
normalitasKolmogorov-Smirnov untuk
terakhir.8. Bersedia ikut serta dalam
penelitian ini dengan menandatangani menguji normalitas data. Perbedaan
informedconsent.9. Tidak ada antara variabel kendali (umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggungan
komplikasi akibat persalinan atau pada
luka episiotomi dan seksio sesarea.10. asuransi, usia kehamilan, berat badan
bayi lahir, perawatan medis kembali,
Tidak terdapat riwayat disfungsi
menyusui, bantuan pengasuh bayi, dan
seksual sebelum persalinan.
Sedangkan Kriteria eksklusi adalah :1. masalah dalam keluarga) pada
Sedang dalam perawatan penyakit persalinan pervaginam dengan
episiotomi mediolateral dan seksio
medis. 2.Riwayat persalinan
sesar ,diuji menggunakan analisis chi-
pervaginam dengan bantuan alat
square. Perbedaan skor FSFI antara
(vakum, forceps). 3. Riwayat persalinan
dengan kehamilan multiple. 4. Riwayat kelompok yang melahirkan pervaginam
dengan episiotomi dan kelompok
Abortus. 5.Sedang menggunakan
seksio sesarea untuk menguji
kontrasepsi hormonal : pil kombinasi. 6.
perbedaan fungsi seksual digunakan uji
Tidak melakukan hubungan seksual
t test jika data berdistribusi normal.
pada satu bulan terakhir. 7. Tidak
bersedia melanjutkan penelitian. Jika data tidak berdistribusi normal
digunakan uji Mann-Whitney. Analisis
Teknik Pengumpulan Data statistik menggunakan interval
Sampel penelitian diambil kepercayaan (IK) 95%. Hubungan
dikatakan signifikan bila nilai p < 0,05.
secara consecutive sampling. Setelah
dilakukan sampling kepada sampel
HASIL PENELITIAN
yang memenuhi kriteria inklusi dan Telah dilakukan penelitian
eksklusi, diberikan penjelasan tentang mulai bulan Juli 2014 sampai
52 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

dengan bulan September 2014, menunjukkan perbedaan (p>0,05).


yaitu tiga bulan pasca persalinan Pada penelitian ini saat mulai pertama
untuk sampel yang melahirkan dari hubungan seksual pada kedua
bulan April 2014 sampai dengan kelompok adalah dua bulan pasca
bulan Juni 2014. Sebanyak 90 persalinan. Sebagian besar subyek
memulai hubungan seksual pada tiga
pasien yang melahirkan di Rumah bulan pasca persalinan, baik pada
Sakit dr. Saiful Anwar Malang, terdiri kelompok pasca persalinan dengan
dari 45 pasca persalinan dengan episiotomymediolateral (66,7%)
episiotomi mediolateral dan 45 ataupun pasca seksiosesarea (55,6%).
pasca persalinan dengan seksio
sesarea dilibatkan dalam penelitian Fungsi Seksual pada Kelompok
ini. Pasca Persalinan dengan
;Karakteristik Responden Episiotomi Mediolateral dan
uji chi-square untuk variabel kendali Pasca SeksioSesarea
yaitu umur, agama, pendidikan, Fungsi seksual pada kedua
pekerjaan, asuransi, usia kehamilan, kelompok episiotomi mediolateral dan
berat badan bayi saat lahir, kondisi luka seksiosesarea dilakukan uji beda
jahitan, kejadian perawatan medis/ dengan uji t-independent.
opname ulang yang berkaitan dengan
persalinannya, menyusui bayi, adanya Terdapat perbedaan yang
bantuan pengasuh bayi, masalah signifikan antara kelompok pasca
dalam keluarga, dan saat pertama kali persalinan dengan episiotomi
memulai hubungan seksual mediolateral dan seksiosesarea
Analisis kemaknaan dengan uji pada variabel hasrat seksual,
chi-square menunjukkan bahwa orgasme, nyeri, dan skor total FSFI
karakteristik subyek antar kelompok dengan nilai p < 0.05. Pada tabel
menunjukkan perbedaan yang tidak 5.3 disebutkan bahwa rata-rata nilai
bermakna dengan nilai p>0,05. Hal total skor FSFI pada kedua
ini berarti bahwa karakteristik kelompok masih normal (lebih dari
subyek kedua kelompok adalah 26,55), sehingga pada analisis
sama, sehingga pengaruhnya kemaknaan disfungsi seksual antara
terhadap hasil penelitian dapat kedua kelompok tersebut tidak
diabaikan. berbeda signifikan dengan p=0,081
Analisis kemaknaan saat mulainya dimana p > 0.05.
hubungan seksual pasca persalinan
pada kedua kelompok tidak
53 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 48-59

Tabel 1. Karakteristik Responden pada Kelompok Pasca Persalinan


dengan Episiotomi Mediolateral dan SeksioSesarea
54 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 48-59

Tabel 2 .Saat Mulai Hubungan Seksual pada Kelompok Pasca


Persalinan dengan Episiotomi Mediolateral dan SeksioSesarea

Tabel 3 .Skor FSFI (Female Sexual Function Index) pada Kelompok


Pasca Persalinan dengan Episiotomi Mediolateral dan Pasca
SeksioSesarea
55 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

PEMBAHASAN hilangnya hasrat seksual pasca


Hasil analisis pada penelitian ini persalinan sebesar 53% pada tiga
menunjukkan perbedaan yang tidak bulan dan 37% pada enam bulan
bermakna (p>0,05) pada setelah melahirkan, dibandingkan
rangsangan, lubrikasi, kepuasan dengan 9% pada kehamilan
dan disfungsi seksual, sedangkan sebelumnya. Dalam studi di Nigeria,
hasrat seksual, orgasme, nyeri dan hilangnya hasrat seksual wanita
skor total FSFI pada kedua pasca persalinan terjadi pada 61%
kelompok menunjukkan perbedaan dan 26% masing-masing pada
yang bermakna (p<0,05).Hasil enam minggu dan enam bulan
penelitian ini sesuai dengan studi pasca persalinan (Oboro, 2002).
yang dilakukan oleh Basson pada Penurunan hasrat seksual
tahun 2005. Disebutkan bahwa kemungkinan disebabkan karena
perempuan primipara pasca trauma persalinan pervaginam.
persalinan dengan episiotomi Rasa nyeri dan proses persalinan
mediolateral mengalami penurunan yang panjang merupakan salah satu
tingkat hasrat, lubrikasi, orgasme pengalaman buruk yang seringkali
dan peningkatan nyeri pada tiga masih mempengaruhi hasrat
bulan pasca persalinan seksual ketika akan memulai
dibandingkan dengan kelompok berhubungan. Terlepas dari
seksiosesarea. Perbedaan ini berkurangnya vasodilatasi vagina
sebagian besar disebabkan karena secara fisiologis, faktor risiko yang
nyeri. Selain itu, adanya berkaitan dengan penurunan hasrat
kemungkinan perempuan pasca seksual pasca persalinan juga
persalinan dengan episiotomi dipengaruhi oleh pengalaman buruk
mediolateral memiliki rasa takut sebelumnya (seperti akibat dari
karena anggapan mereka bahwa dispareunia), gangguan elastisitas
perineum mereka rusak sehingga vagina, kecemasan seksual,
muncul gangguan lubrikasi yang kelelahan, serta depresi. Disamping
mengakibatkan ketidakpuasan dan itu orientasi seksual wanita pasca
anorgasme (Basson, 2005). melahirkan juga cenderung berubah
Perbedaan disfungsi seksual ada ketika skala prioritas rumah tangga
penelitian ini tidak signifikan bisa kemudian lebih mengutamakan
kemungkinan pengisian data yang pada pengasuhan bayi, masalah
subjektif dari perempuan tanpa menyusui, ataupun kontrasepsi.
melibatkan suami, adanya perasaan Pada penelitian yang
malu atau tidak jujur saat pengisian dilakukan Olson dan rekan pada
FSFI dan penelitian hanya dilakukan tahun 2005 menyebutkan bahwa
sekali saja saat tiga bulan pasca penurunan atau hilangnya hasrat
persalinan. Hasrat seksual pasca seksual pada periode pasca
persalinan antara kelompok pasca persalinan berkaitan dengan
episiotomi dengan pasca kurangnya waktu, kelelahan dari
seksiosesarea dalam penelitian ini tugas-tugas yang berhubungan
secara statistik menunjukkan dengan bayi serta adanya laserasi
perbedaan yang bermakna, dimana vagina dan karena menyusui.
p=0,045. Hal ini sesuai dengan studi Mereka banyak beranggapan
cross-sectional oleh Barrett, et al., bahwa payudara tidak lagi hanya
(2000), yang menyatakan bahwa memiliki konotasi seksual namun
56 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

juga berkaitan dengan menyusui wanita terstimulasi secara seksual baik


bayi (Leal,etal., 2013). stimulasi yang dilakukan secara fisik
Rangsangan, merupakan hasil maupun stimulasi psikis. Dalam
respons sensoris terhadap stimulasi penelitian ini tidak terdapat perbedaan
seksual dimana selanjutnya yang bermakna secara statistik
menimbulkan kesiapan organ-organ (p=0,137), dalam hal lubrikasi pada
seksual untuk melakukan hubungan kedua kelompok pasca episiotomi dan
seksual. Tidak terdapat perbedaan pasca seksiosesarea. Hal ini
yang bermakna secara statistik kemungkinan oleh karena tidak adanya
(p=0,280), dalam hal rangsangan pada gangguan dalam hal rangsangan,
kedua kelompok pasca episiotomi sehingga gairah seksual yang ditandai
mediolateral dan pasca seksiosesarea. oleh rasa hangat atau geli pada
Meskipun hasrat seksual menjadi kelamin, pelumasan (basah), dan
menurun pasca persalinan, tetapi ketika kontraksi otot dapat terjadi secara
seorang wanita mampu memusatkan normal. Pada episiotomi mediolateralis
diri pada stimulasi seksual yang timbul sayatan sengaja dilakukan menjauhi
dari dalam dirinya akibat inisiatif sendiri otot sfingter ani untuk mencegah
atau akibat rangsangan seksual rupturperinei derajat tiga ataupun
pasangannya, maka bukannya tidak empat. Bila episiotomi dilakukan
mungkin dia dapat melewati fase dengan benar, dan tidak ada perluasan
rangsangan dengan baik. Jenis derajat ruptur, serta tidak ada
stimulasi, waktu yang dibutuhkan gangguan dalam penyembuhannya,
bersifat sangat subyektif dan berbeda maka episiotomi tidak akan
pada setiap wanita (Windhu, 2009). mengganggu fungsi kelenjar bartholin
Menurut Basson, dalam teori “sexual pada saat terjadinya reaksi seksual,
response circle”, fase perangsangan sehingga proses lubrikasi dapat terjadi
(arousal) pada wanita tidak selalu dengan baik.
didahului oleh hasrat (desire). Hasrat
atau keinginan dalam berhubungan Pencapaian orgasme dalam
seksual timbul setelah wanita tersebut hubungan seksual antara kedua
mendapatkan atau terangsang secara kelompok dalam penelitian ini secara
seksual. statistik menunjukkan perbedaan yang
bermakna, dimana p=0,039. Pada
Pada lubrikasi vagina wanita primipara dengan seksiosesarea
disebutkan sangat dipengaruhi oleh memiliki otot dasar panggul yang lebih
proses menyusui. Menyusui dikatakan kuat pada tiga bulan setelah
merupakan penyebab kekeringan melahirkan dibandingkan dengan
vagina, dispareunia dan penurunan wanita dengan ruptur spontan atau
libido. Hal ini berkaitan dengan reaksi episiotomi. Kelahiran pervaginam
fisiologis hiperprolaktinemia setelah paling terkait dengan relaksasi otot
proses menyusui yang menyebabkan panggul dan episiotomi yang dilakukan
penurunan kadar estrogen, progesteron tidak dapat mengurangi efek ini dan
dan androgen. Penurunan estrogen ini bahkan memperburuk. Dalam studi lain,
memiliki dampak pada dinding vagina Klein,et al., (2005) menunjukkan bahwa
dan menyebabkan penurunan lubrikasi ketidakpuasan seksual perempuan
(Leal, et al., 2013). lebih besar di antara wanita primipara
yang melahirkan pervaginam
Lubrikasi, merupakan proses dibandingkan dengan kelompok seksio
sekresi mukus pada vagina yang sesarea. Kesulitan dalam mencapai
dihasilkan oleh beberapa kelenjar orgasme dilaporkan sebesar 33% pada
vestibulardiantaranya kelenjar bartholin tiga bulan dan 23% pada enam bulan
yang terdapat diantara himen dan pasca persalinan, dibandingkan dengan
labiaminora. Lubrikasi terjadi pada saat hanya 14% yang mengalami masalah
57 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

ini dalam tahun terakhir sebelum kepuasan. Nyeri perineum terjadi pada
kehamilan. Gangguan Orgasme juga 42% wanita segera setelah melahirkan,
dipengaruhi oleh adanya trauma dan secara signifikan berkurang sampai
perineum, dengan penyembuhan yang 22% dan 10% pada masing-masing
kurang baik, asimetris, sehingga nyeri delapan dan 12 minggu pasca
yang ditimbulkan mengakibatkan persalinan. Penelitian lain juga
ketidaknyamanan dalam hubungan menunjukkan 16% tindakan episiotomi
seksual. Pada enam bulan mengakibatkan lesi saraf pudenda. Lesi
pascapersalinan saat dibandingkan ini akan menjelaskan terjadinya
dengan wanita yang mengalami ruptur dispareunia, yaitu nyeri genital rekuren
perineum derajat dua, tiga, ataupun atau persisten yang berkaitan dengan
empat, pada wanita dengan perineum hubungan seksual pasca persalinan.
utuh dilaporkan mempunyai fungsi
seksual yang lebih baik, termasuk Nyeri atau dispareunia terkait
sensasi seksual, kepuasan seksual, dengan hubungan seksual setelah
dan kemungkinan orgasme. Penelitian melahirkan telah banyak diteliti,
Leal,etal., pada tahun 2013 walaupun temuan yang ada banyak
menyebutkan bahwa kemampuan saling bertentangan. Studi yang
untuk mencapai orgasme diperoleh dilakukan Laurenco pada tahun 2014
dengan cepat setelah melahirkan meyebutkan bahwa wanita dengan
dalam waktu setelah enam minggu episiotomi mempunyai intensitas
pasca persalinan. dispareunia yang signifikan lebih tinggi
dibanding pasca persalinan dengan
Kepuasan seksual, merupakan seksiosesarea. Penelitian Hartman
kemampuan mencapai orgasme setiap pada tahun 2005 dan Botros pada
kali melakukan hubungan seksual, tahun 2006 menyebutkan hal yang
meskipun terdapat faktor psikologis lain bertentangan, yaitu persalinan dengan
dalam mencapai kepuasan. Tidak episiotomi tidak meningkatkan resiko
terdapat perbedaan yang bermakna dispareunia. Mereka menyebutkan
secara statistik, dimana p=0,058, pada bahwa tingkat nyeri antara perempuan
kedua kelompok terhadap kepuasan dengan atau tanpa episiotomi selama
seksual. Ketika orgasme terganggu, berhubungan seksual pertama kali
maka kepuasan seksual kemungkinan pasca persalinan sangat mirip.
besar tidak akan tercapai dengan baik, Penelitian lain yang dilakukan oleh
meskipun terdapat faktor-faktor lain Paterson pada tahun 2009 menyatakan
seperti kedekatan emosional yang bahwa nyeri yang dirasakan pada
mempengaruhi kepuasan seksual. abdomen atau genital pada periode
Dalam studi lain Klein, et al., (2005) pasca persalinan terjadi hanya sekitar
menunjukkan bahwa ketidakpuasan tiga bulan pasca persalinan (Laurenco,
seksual perempuan lebih besar di et al., 2014).
antara wanita primipara yang
melahirkan pervaginam dibandingkan Secara keseluruhan dalam
dengan kelompok seksio sesarea. penelitian ini terdapat perbedaan yang
bermakna secara statistik pada skor
Nyeri saat hubungan seksual total FSFI (p=0,036), akan tetapi skor
dalam penelitian ini menunjukkan FSFI masih diatas 26,55 jadi tidak
perbedaan yang bermakna antara tergolong disfungsi seksual. Terjadinya
kelompok pasca episiotomi dengan disfungsi seksual pada kedua
pasca seksio sesarea, dimana p=0,010. kelompok tidak berbeda secara
Hal ini sesuai dengan penelitian Baksu, signifikan (p=0,081), pasca episiotomi
et al., pada tahun 2007, dimana domain dan pasca seksiosesarea. Hasil ini
yang memiliki dampak paling besar tidak sesuai dengan penelitian Baksu,
pada nilai FSFI adalah rasa nyeri, dan dkk. (2007), yang melaporkan terdapat
58 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

penurunan yang signifikan dalam skor menjadi bagian dari tindak lanjut
total FSFI untuk semua dimensi kunci antenatal, meskipun kendala yang
dari fungsi seksual (hasrat, dihadapi selama ini dalam kontrol rutin
rangsangan, lubrikasi, orgasme, enam minggu pasca melahirkan
kepuasan, dan nyeri), antara kondisi sebagian besar wanita pasca bersalin
sebelum hamil dengan enam bulan belum memulai aktifitas seksualnya,
pasca episiotomi mediolateralis. sehingga masalah disfungsi seksual
cenderung terabaikan.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Lurie, SIMPULAN
et al., pada tahun 2013. Pada penelitian Pada penelitian ini telah
tersebut dinilai skor FSFI pada 6, 12
dilakukan penelitian Cross Sectional
dan 24 minggu pasca persalinan
dengan hasil tidak didapatkan untuk menilai fungsi seksual antara
perbedaan skor FSFI yang signifikan. perempuan pasca persalinan
Fungsi seksual seksual yang diukur pervaginam dengan episiotomi
juga tidak berbeda secara signifikan mediolateral dan pasca seksio sesarea
antara dua kelompok. Dalam di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
penelitiannya Lurie, et al.,
Malang. Tidak didapatkan perbedaan
menyarankan kepada perempuan yang
merencanakan memilih persalinan disfungsi seksual yang bermakna pada
seksio atas permintaan sendiri karena tiga bulan pasca persalinan diantara
alasan timbul disfungsi seksual pasca kedua kelompok. Sebagian besar
persalinan, hendaknya lebih memilih perempuan memulai hubungan seksual
indikasi seksio berdasarkan indikasi pertama kali pada tiga bulan pasca
obstetri. Hal ini dikarenakan pada persalinan, meskipun beberapa juga
pasca persalinan dengan seksio
sudah memulai pada dua bulan pasca
tidaklah lebih menguntungkan
dibandingkan dengan persalinan persalinan. Beberapa domain pada
pervaginam (Lurie, et al., 2014). FSFI menunjukkan perbedaan yang
signifikan diantara kedua kelompok,
Masalah emosional dan fisik yaitu pada hasrat, orgasme dan nyeri,
pasca persalinan merupakan masalah serta total skor nilai FSFI.
umum dan cenderung meningkat
seiring waktu. Keluhan seperti DAFTAR PUSTAKA
inkontinensia uri dan fekal dapat
1. Abdool,Z, Thakar, R., Sultan,
meningkat secara medis, namun
A.H. 2009. Postpartum Female
masalah kesehatan emosional
Sexual Function: A Review.
tampaknya tidak dikenali. Hal ini sangat
European Journal of Obstetrics
mungkin bahwa ketidakharmonisan
& Gynecology and
seksual merupakan penyumbang
Reproductive Biology;
utama bagi kebahagiaan perempuan
2009.04.014
dan pasangannya. Mengingat frekuensi
2. Baksu, B., Davas, I., Agar, E.,
masalah kesehatan seksual serta
Akyol, A., Varolan, A. 2007.
morbiditas seksual pasca melahirkan,
The effect of mode of delivery
maka sewajarnyalah kita harus lebih
on postpartum sexual
memperhatikan penggunaan episiotomi
functioning in primiparous
mediolateral. Hasil penelitian kami
women. Int Urogynecol J Pelvic
sangat penting pada konseling wanita
Floor Dysfunct. 18(4):401–6.
selama periode antenatal tentang cara
3. Barrett G, Pendry E, Peacock
persalinan dan isu-isu terkait dalam hal
J, Victor C, Thakar R,
fungsi seksual. Kami percaya konseling
Manyonda I. Women’s sexual
seksual pasca persalinan harus
59 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59

health after childbirth. BJOG. 12. Windhu, S.C. 2009. Disfungsi


2000;107 (2) :186–95. Seksual : Tinjauan Fisiologi dan
4. Basson, R. 2004. Revised Patologis Terhadap Seksualitas.
Definitions of Women’s Sexual Yogyakarta : Andi.
Dysfunction. Canada : Journal
of Sexual Medicine, Vol. 1, No.
1: 40-8.
5. Breslin, E.T., & Lucas, V.A.
2003. Women’s Health Nursing
toward Evidence Based
Practice. Missouri : Elsevier
Science.
6. Buhling, KJ., Schmidt, S.,
Robinson, JN., Klapp, C.,
Siebert, G., Duden hausen, JW.
2006. Rate of dyspareunia after
delivery in primiparae according
to mode of delivery. Eur J
Obstet Gynecol Reprod Biol.
124(1):42–6.
7. Klein, MC., Kaczorowski, J.,
Firoz, T., Hubinette, M.,
Jorgensen, S., Gauthier, R.
2005. A comparison of urinary
and sexual outcome in women
experiencing vaginal and
cesarean births. J Obstet
Gynaecol Can 27:332–339
8. Leal, Isabel., Lourenco, Silvia.,
Oliveira, Raquel, Carvalheira,
Ana., Maroco, Joao. 2013. The
Impact of Childbirth on Sexual
Functioning in Women with
Episiotomy. Journal of
Psychology, Community &
Health. Vol. 2(3) p: 307-316.
9. Lurie, Samuel., Aizenberg,
Michal., Sulema, Vicky., Boaz,
Mona., Kovo, Michal. 2013.
Sexual Function after Childbirth
by the Mode of Delivery: a
Prospective Study. Arch
Gynecol Obstet Journal. Vol 10
p: 04-13
10. Oboro, VO., Tabowei, TO. 2002.
Sexual function after childbirth
in Nigerian women. Int J
Gynecol Obstet. 78(3):249–50.
11. Olson, D.H, De Frain, J &
Skogrand. (2011). Marriage and
families, intimacy, diversity, and
strengths, Fourth Edition.
Boston: McGraw-Hill

You might also like