Professional Documents
Culture Documents
Perbedaan Disfungsi Sexual Wanita Yang Melahirkan Secara Pervaginam Dengan Episiotomy Mediolateral Dan Seksio Sesarea
Perbedaan Disfungsi Sexual Wanita Yang Melahirkan Secara Pervaginam Dengan Episiotomy Mediolateral Dan Seksio Sesarea
E-ISSN : 2549-6581
Artikel Hasil Penelitian
Diterima : 20 Februari 2019
Direview : 27 Februari 2019
Dimuat : Desember 2018 – Maret 2019
Departemen Obstetri dan Gynecology Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang
Email* : yahyairwanto50@ub.ac.id
ABSTRACT
Generally, the causes of Postpartum Female Sexual Dysfunction (PPFSD) are dyspareunia,
perineal pain, the discomfort of incision lesion including surgery, reduction of libido, lack of
lubrication in the vagina, changes in seeing body image to be negative, and anorgasm irelated to
pain and trauma. Perineal pain and dyspareunia are post partum problems which occur frequently
and interfere with normal sexual function, that usually are caused by perineal trauma, episiotomy,
and child birth instrumentation. This study was conducted by a cross-sectional study. Research
subjects consisted of women post vaginal delivery with mediolateral episiotomy and postcesarean
section. Each group consisted of 45 people. After three months post partum sexual function as
sessed using FSFI scores (Female Sexual Function Index) as well as an assess ment of
demographic data include age, religion, education, employment, insurance coverage/BPJS,
gestational age, birthweight, stitches condition, medical treatment, nursing, assistance of baby sitter
and problems in the family. The data had to fulfill the inclusion and exclusion criteria in the form of
question naires were further tested withc hi-square analysis and independent t-test. In the
demographic data analysis withc hi-squareanalys is didn’t find any significant differences between
the two groups, with p>0.05. The sexual dysfunction among women after vaginal delivery with
mediolateral episiotomy and cesarean section there was no significant difference p=0.081, and
p>0.05. On the FSFI scores domains there are significant differences between the two group son
the variables of sexual desire, orgasm, pain and FSFI total scores.
ABSTRAK
Penyebab Post partum Female Sexual Dysfunction (PPFSD) pada umumnya adalah
dispareunia, nyeri perineal, ketidaknyamanan luka insisi termasuk di dalamnya tindakan
pembedahan, berkurangnya libido, kurang lubrikasi pada vagina, perubahan citra tubuh menjadi
negatif serta anorgasme yang dihubungkan dengan nyeri dan trauma.Nyeri perineum dan
dispareunia adalah masalah pasca persalinan yang sering terjadi dan mengganggu fungsi seksual
48
49 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59
yang normal, yang biasanya terjadi akibat dari trauma perineum, episiotomi, dan instrumentasi
persalinan. Penelitian ini dilakukan dengan metode crosssectional study. Subjek penelitian terdiri
dari perempuan paca persalinan pervaginam dengan episiotomi mediolateral dan pasca
seksiosesarea. Masing-masing kelompok terdiri dari 45 orang. Setelah tiga bulan pasca persalinan
dilakukan penilaian fungsi seksual menggunakan skor FSFI (FemalSexualFunction Index) serta
dilakukan penilaian data demografis mencakup umur, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggungan
asuransi/ BPJS, usia kehamilan, berat badan bayi lahir, kondisi luka jahitan, perawatan medis
kembali, menyusui, bantuan pengasuh bayi dan masalah dalam keluarga. Data memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi berupa kuesioner selanjutnya diuji dengan analisis chi-square dan independent
t-Test. Pada analisis data demografi dengan analisis chi-square tidak didapatkan perbedaan
bermakna diantara kedua kelompok, dengan p> 0,05. Pada disfungsi seksual antara perempuan
pasca persalinan pervaginam dengan episiotomi mediolateral dan seksiosesarea tidak didapatkan
perbedaan bermakna p = 0,081 dimana p> 0,05. Pada domain Skor FSFI terdapat perbedaan
signifikan antara kedua kelompok pada variabel hasrat seksual, orgasme, nyeri dan skor total FSFI.
Tidak didapatkan perbedaan disfungsi seksual yang bermakna pada tiga bulan pasca persalinan
diantara kelompok perempuan pasca persalinan pervaginam dengan episiotomi mediolateral
dengan seksiosesarea di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang.
2014 sampai dengan bulan Juni 2014. tujuan dan manfaat penelitian ini,
selanjutnya bagi yang bersedia
Populasi Penelitian mengikuti penelitian ini dilakukan
Penelitian ini adalah wanita
informed consent. Selanjutnya pasien
primipara pasca persalinan pervaginam
melakukan pengisian kuisioner, dan
dengan episiotomi dan pasca seksio
peneliti melakukan anamnesis dan
sesarea yang melahirkan di Rumah
penelusuran rekaman medik untuk
Sakit dr. Saiful Anwar Malang dari
melengkapi data yang diperlukan. Jika
bulan April 2014 sampai dengan bulan
pasien tidak mampu atau kesulitan
Juni 2014.
untuk membaca maka peneliti akan
Pada penelitian ini membantu untuk membacakan
menggunakan populasi yang kuisioner yang tersedia. Kemudian
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. sampel dikelompokkan menjadi
Kriteriainklusi pada penelitian ini :1. kelompok persalinan dengan episiotomi
Sudah menikah. 2.Pasca melahirkan dan seksio sesarea, dan selanjutnya
pertama kali. 3.Umur antara tujuh belas
dilakukan pengukuran fungsi seksual.
sampai dengan tiga puluh lima tahun.
4.Riwayat persalinan pervaginam
Teknik Analisis Data
dengan episiotomi mediolateral. 5.
Riwayat persalinan dengan seksio Analisis statistik deskriptif terhadap
sesarea. 6.Bayi hidup saat data demografi sampel. Ditentukan
skoring dari jawaban setiap pertanyaan
penelitian/wawancara (tiga bulan
dari kuisioner FSFI yang telah diisi
postpartum).7. Tinggal bersama suami
yang mampu melakukan hubungan subyek dan ditentukan jenis dan derajat
disfungsi masing-masing subyek. Uji
seksual paling sedikit satu bulan
normalitasKolmogorov-Smirnov untuk
terakhir.8. Bersedia ikut serta dalam
penelitian ini dengan menandatangani menguji normalitas data. Perbedaan
informedconsent.9. Tidak ada antara variabel kendali (umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, tanggungan
komplikasi akibat persalinan atau pada
luka episiotomi dan seksio sesarea.10. asuransi, usia kehamilan, berat badan
bayi lahir, perawatan medis kembali,
Tidak terdapat riwayat disfungsi
menyusui, bantuan pengasuh bayi, dan
seksual sebelum persalinan.
Sedangkan Kriteria eksklusi adalah :1. masalah dalam keluarga) pada
Sedang dalam perawatan penyakit persalinan pervaginam dengan
episiotomi mediolateral dan seksio
medis. 2.Riwayat persalinan
sesar ,diuji menggunakan analisis chi-
pervaginam dengan bantuan alat
square. Perbedaan skor FSFI antara
(vakum, forceps). 3. Riwayat persalinan
dengan kehamilan multiple. 4. Riwayat kelompok yang melahirkan pervaginam
dengan episiotomi dan kelompok
Abortus. 5.Sedang menggunakan
seksio sesarea untuk menguji
kontrasepsi hormonal : pil kombinasi. 6.
perbedaan fungsi seksual digunakan uji
Tidak melakukan hubungan seksual
t test jika data berdistribusi normal.
pada satu bulan terakhir. 7. Tidak
bersedia melanjutkan penelitian. Jika data tidak berdistribusi normal
digunakan uji Mann-Whitney. Analisis
Teknik Pengumpulan Data statistik menggunakan interval
Sampel penelitian diambil kepercayaan (IK) 95%. Hubungan
dikatakan signifikan bila nilai p < 0,05.
secara consecutive sampling. Setelah
dilakukan sampling kepada sampel
HASIL PENELITIAN
yang memenuhi kriteria inklusi dan Telah dilakukan penelitian
eksklusi, diberikan penjelasan tentang mulai bulan Juli 2014 sampai
52 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59
ini dalam tahun terakhir sebelum kepuasan. Nyeri perineum terjadi pada
kehamilan. Gangguan Orgasme juga 42% wanita segera setelah melahirkan,
dipengaruhi oleh adanya trauma dan secara signifikan berkurang sampai
perineum, dengan penyembuhan yang 22% dan 10% pada masing-masing
kurang baik, asimetris, sehingga nyeri delapan dan 12 minggu pasca
yang ditimbulkan mengakibatkan persalinan. Penelitian lain juga
ketidaknyamanan dalam hubungan menunjukkan 16% tindakan episiotomi
seksual. Pada enam bulan mengakibatkan lesi saraf pudenda. Lesi
pascapersalinan saat dibandingkan ini akan menjelaskan terjadinya
dengan wanita yang mengalami ruptur dispareunia, yaitu nyeri genital rekuren
perineum derajat dua, tiga, ataupun atau persisten yang berkaitan dengan
empat, pada wanita dengan perineum hubungan seksual pasca persalinan.
utuh dilaporkan mempunyai fungsi
seksual yang lebih baik, termasuk Nyeri atau dispareunia terkait
sensasi seksual, kepuasan seksual, dengan hubungan seksual setelah
dan kemungkinan orgasme. Penelitian melahirkan telah banyak diteliti,
Leal,etal., pada tahun 2013 walaupun temuan yang ada banyak
menyebutkan bahwa kemampuan saling bertentangan. Studi yang
untuk mencapai orgasme diperoleh dilakukan Laurenco pada tahun 2014
dengan cepat setelah melahirkan meyebutkan bahwa wanita dengan
dalam waktu setelah enam minggu episiotomi mempunyai intensitas
pasca persalinan. dispareunia yang signifikan lebih tinggi
dibanding pasca persalinan dengan
Kepuasan seksual, merupakan seksiosesarea. Penelitian Hartman
kemampuan mencapai orgasme setiap pada tahun 2005 dan Botros pada
kali melakukan hubungan seksual, tahun 2006 menyebutkan hal yang
meskipun terdapat faktor psikologis lain bertentangan, yaitu persalinan dengan
dalam mencapai kepuasan. Tidak episiotomi tidak meningkatkan resiko
terdapat perbedaan yang bermakna dispareunia. Mereka menyebutkan
secara statistik, dimana p=0,058, pada bahwa tingkat nyeri antara perempuan
kedua kelompok terhadap kepuasan dengan atau tanpa episiotomi selama
seksual. Ketika orgasme terganggu, berhubungan seksual pertama kali
maka kepuasan seksual kemungkinan pasca persalinan sangat mirip.
besar tidak akan tercapai dengan baik, Penelitian lain yang dilakukan oleh
meskipun terdapat faktor-faktor lain Paterson pada tahun 2009 menyatakan
seperti kedekatan emosional yang bahwa nyeri yang dirasakan pada
mempengaruhi kepuasan seksual. abdomen atau genital pada periode
Dalam studi lain Klein, et al., (2005) pasca persalinan terjadi hanya sekitar
menunjukkan bahwa ketidakpuasan tiga bulan pasca persalinan (Laurenco,
seksual perempuan lebih besar di et al., 2014).
antara wanita primipara yang
melahirkan pervaginam dibandingkan Secara keseluruhan dalam
dengan kelompok seksio sesarea. penelitian ini terdapat perbedaan yang
bermakna secara statistik pada skor
Nyeri saat hubungan seksual total FSFI (p=0,036), akan tetapi skor
dalam penelitian ini menunjukkan FSFI masih diatas 26,55 jadi tidak
perbedaan yang bermakna antara tergolong disfungsi seksual. Terjadinya
kelompok pasca episiotomi dengan disfungsi seksual pada kedua
pasca seksio sesarea, dimana p=0,010. kelompok tidak berbeda secara
Hal ini sesuai dengan penelitian Baksu, signifikan (p=0,081), pasca episiotomi
et al., pada tahun 2007, dimana domain dan pasca seksiosesarea. Hasil ini
yang memiliki dampak paling besar tidak sesuai dengan penelitian Baksu,
pada nilai FSFI adalah rasa nyeri, dan dkk. (2007), yang melaporkan terdapat
58 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59
penurunan yang signifikan dalam skor menjadi bagian dari tindak lanjut
total FSFI untuk semua dimensi kunci antenatal, meskipun kendala yang
dari fungsi seksual (hasrat, dihadapi selama ini dalam kontrol rutin
rangsangan, lubrikasi, orgasme, enam minggu pasca melahirkan
kepuasan, dan nyeri), antara kondisi sebagian besar wanita pasca bersalin
sebelum hamil dengan enam bulan belum memulai aktifitas seksualnya,
pasca episiotomi mediolateralis. sehingga masalah disfungsi seksual
cenderung terabaikan.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Lurie, SIMPULAN
et al., pada tahun 2013. Pada penelitian Pada penelitian ini telah
tersebut dinilai skor FSFI pada 6, 12
dilakukan penelitian Cross Sectional
dan 24 minggu pasca persalinan
dengan hasil tidak didapatkan untuk menilai fungsi seksual antara
perbedaan skor FSFI yang signifikan. perempuan pasca persalinan
Fungsi seksual seksual yang diukur pervaginam dengan episiotomi
juga tidak berbeda secara signifikan mediolateral dan pasca seksio sesarea
antara dua kelompok. Dalam di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar
penelitiannya Lurie, et al.,
Malang. Tidak didapatkan perbedaan
menyarankan kepada perempuan yang
merencanakan memilih persalinan disfungsi seksual yang bermakna pada
seksio atas permintaan sendiri karena tiga bulan pasca persalinan diantara
alasan timbul disfungsi seksual pasca kedua kelompok. Sebagian besar
persalinan, hendaknya lebih memilih perempuan memulai hubungan seksual
indikasi seksio berdasarkan indikasi pertama kali pada tiga bulan pasca
obstetri. Hal ini dikarenakan pada persalinan, meskipun beberapa juga
pasca persalinan dengan seksio
sudah memulai pada dua bulan pasca
tidaklah lebih menguntungkan
dibandingkan dengan persalinan persalinan. Beberapa domain pada
pervaginam (Lurie, et al., 2014). FSFI menunjukkan perbedaan yang
signifikan diantara kedua kelompok,
Masalah emosional dan fisik yaitu pada hasrat, orgasme dan nyeri,
pasca persalinan merupakan masalah serta total skor nilai FSFI.
umum dan cenderung meningkat
seiring waktu. Keluhan seperti DAFTAR PUSTAKA
inkontinensia uri dan fekal dapat
1. Abdool,Z, Thakar, R., Sultan,
meningkat secara medis, namun
A.H. 2009. Postpartum Female
masalah kesehatan emosional
Sexual Function: A Review.
tampaknya tidak dikenali. Hal ini sangat
European Journal of Obstetrics
mungkin bahwa ketidakharmonisan
& Gynecology and
seksual merupakan penyumbang
Reproductive Biology;
utama bagi kebahagiaan perempuan
2009.04.014
dan pasangannya. Mengingat frekuensi
2. Baksu, B., Davas, I., Agar, E.,
masalah kesehatan seksual serta
Akyol, A., Varolan, A. 2007.
morbiditas seksual pasca melahirkan,
The effect of mode of delivery
maka sewajarnyalah kita harus lebih
on postpartum sexual
memperhatikan penggunaan episiotomi
functioning in primiparous
mediolateral. Hasil penelitian kami
women. Int Urogynecol J Pelvic
sangat penting pada konseling wanita
Floor Dysfunct. 18(4):401–6.
selama periode antenatal tentang cara
3. Barrett G, Pendry E, Peacock
persalinan dan isu-isu terkait dalam hal
J, Victor C, Thakar R,
fungsi seksual. Kami percaya konseling
Manyonda I. Women’s sexual
seksual pasca persalinan harus
59 Journal of Issues in Midwifery,Desember 2018 – Maret 2019, Vol. 2 No. 3, 48-59