You are on page 1of 7

PSIKOPEDAGOGIA ©2014 Universitas Ahmad Dahlan

2014. Vol. 3, No.1 ISSN: 2301-6167

Upaya Meningkatkan Pemahaman Bahaya Bullying Melalui Bimbingan


Klasikal pada Siswa

Ade Novera Prahardika


MTs Tanbihul Ghofilin
Bawang Mantiranom Banjarnegara, Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia
Ve_syaira@yahoo.com

Bullying happens in schools can disrupt student learning in school. The school counselor in particular have
an important role to enable the students to avoid acts of bullying so that they can learn effectively and
efficiently. The students who have an understanding of the dangers of bullying will have a better chance to
avoid bullying than students who do not have an understanding of the dangers of bullying. This study aims to
investigate the dangers of bullying through increased understanding of classroom guidance on eighth grade
students of SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta Academic Year 2012/2013. The results showed that after
being given a classical guidance services, understanding the dangers that are in the category of very high that
the number of frequency of 23 by 71, 875%. In the category of very high already reached more than half the
number of students. In the high category with a number of frequencies 6, 18, 75%, moderate category
frequency number 3 for 9, 375%, the low category number 0 of 0%, the category of very low with the
number of frequencies 0 of 0%. Thus, it can be concluded that the classical guidance is effective and
innovative strategies to improve the understanding of eighth grade students of SMP Muhammadiyah 3
Yogyakarta on understanding the dangers of bullying. The results of this study can be used as reference
material for the teacher guidance and counseling to improve understanding of the dangers of bullying on
students through classical counseling services in schools.

Keyword: bullying, classroom guidance

Bullying yang terjadi di sekolah dapat mengganggu siswa belajar di sekolah. Pihak sekolah khususnya guru
bimbingan konseling memiliki peran yang penting agar para siswa terhindar dari perbuatan bullying sehingga
mampu belajar secara efektif dan efisien. Para siswa yang memiliki pemahaman mengenai bahaya bullying
akan memiliki peluang lebih besar untuk terhindar dari tindakan bullying dari pada siswa yang tidak memiliki
pemahaman bahaya bullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan pemahaman
bahaya bullying melalui bimbingan klasikal pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberi layanan bimbingan klasikal,
pemahaman bahaya berada pada kategori sangat tinggi yaitu dengan jumlah frekuensi 23 sebesar 71, 875 %.
Dalam kategori sangat tinggi sudah mencapai lebih dari setengah jumlah siswa yang ada. Pada kategori tinggi
dengan jumlah frekuensi 6 sebesar 18, 75 %, kategori sedang jumlah frekuensi 3 sebesar 9, 375 %, kategori
rendah jumlah 0 sebesar 0 %, kategori sangat rendah dengan jumlah frekuensi 0 sebesar 0 %. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal merupakan strategi yang efektif dan inovatif untuk
meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta mengenai pemahaman
bahaya bullying. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi guru bimbingan dan
konseling untuk meningkatkan pemahaman bahaya bullying pada siswa melalui layanan bimbingan klasikal
di sekolah.

Kata Kunci: bullying, bimbingan klasikal

Pendahulan terdiri dari berbagai karakter siswa, tak jarang


terjadi suatu perbedaan pendapat, permusuhan
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang dan lain sebagainya untuk itu bimbingan dan
penerapan program bimbingan dan konseling di konseling mengambil peran dalam hal ini,
sekolah, bukan semata-mata terletak pada ada khususnya agar pendidikan mampu berjalan
tidaknya landasan hukum atau ketentuan dari secara efektif dan efisien.
pemerintah. Namun yang lebih penting adalah Sekolah yang merupakan tempat
adanya kesadaran atau komitmen untuk terselenggaranya proses pendidikan ternyata tidak
memfasilitasi siswa agar mampu semata-mata dijadikan tempat untuk belajar
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai mengajar. Penyimpangan perilaku kekerasan
tugas-tugas perkembangannya. Di sekolah yang seperti tawuran, berkelahi dan lain sebagainya

51
52
BAHAYA BULLYING, BIMBINGANN KLASIKAL

justru banyak dilakukan dan berawal di sekolah. berfoto-foto di lingkungan sekolah. Rupanya aksi
Fenomena kekerasan antar siswa ini ditemukan Rh menyebabkan beberapa seniornya di SMA PL
pada hampir seluruh sekolah dari jenjang taman merasa terganggu. Tiga kakak kelas Rh memaksa
kanak-kanak hingga sekolah lanjut tingkat atas. Rh masuk ke dalam mobil. Satu orang menyetir
Namun kesadaran sekolah untuk menanggulangi berputar-putar. Dua senior lainnya memukuli Rh.
hal tersebut masih sangat rendah. Hal ini sangat Rh dipaksa telentang di bagian tengah mobil.
ironis, karena sekolah yang seharusnya menjadi Rusuk Rh retak parah mendekati patah. Setelah
tempat yang aman dan nyaman untuk belajar dianiaya, Rh takut masuk sekolah. Rh bahkan
harus dinodai dengan penyimpangan perilaku tidak ikut ujian mid semester dan tidak pernah
seperti kekerasan. Hal lain yang lebih ironis mau mengatakan identitas ketiga seniornya itu.
adalah kekerasan yang harusnya semakin lama (http//.kompas.com/kekerasan.masih.terjadi.di.sek
semakin berkurang justru saat ini kekerasan olah.htm) yang diunduh tanggal 14 April 2012
semakin bertambah. Keberadaan layanan Bimbingan Konseling di
Sesuai dengan peraturan pemerintah dan sekolah yang belum dimanfaatkan siswa secara
kebijakan-kebijakan sekolah yang mengatur maksimal, disebabkan karena masih banyak siswa
pendidikan, siswa memiliki hak untuk merasa yang belum mengetahui fungsi dan layanan
aman dan memperoleh pendidikan. Tetapi Bimbingan Konseling. Untuk itu penting bagi
nampaknya peraturan-peraturan yang ada tidak guru Bimbingan Konseling memberikan
berjalan dengan baik, sehingga masih banyak informasi mengenai fungsi dan layanan-layanan
kasus-kasus kekerasan atau penyimpangan yang ada di Bimbingan Konseling di sekolah.
lainnya yang tidak diselesaikan atau bahkan Selain kurang informasi mengenai keberadaan
dibiarkan begitu saja. Hal ini dibuktikan dengan Bimbingan dan Konseling, guru pembimbing di
adanya kasus bunuh diri yang terjadi pada siswa sekolah biasanya juga akan memberikan layanan
akibat ulah temannya yang selalu menghina dan jika telah terjadi suatu permasalahan seperti
menganiayanya, kasus kekerasan ini banyak halnya bullying. Sebelum suatu permasalah itu
diberitakan pada beberapa surat kabar. terjadi seharusnya ada upaya pencegahan terlebih
Penanganan kasus ini menyadarkan banyak pihak, dahulu, karena tindakan bullying biasanya
sayangnya banyak pihak yang tersadar setelah dilakukan secara tertutup dan tidak semua siswa
adanya korban. Jika peraturan dan kebijakan yang dan guru tahu. Untuk itu salah satu cara yang
telah ada dijalankan dengan baik dunia dapat digunakan yaitu memberikan informasi
pendidikan tidak harus menelan korban bunuh melalui Bimbingan Klasikal menggunakan teknik
diri. diskusi kelompok terhadap siswa mengenai
Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di bahaya bullying.
sekolah menjadikan pendidikan tidak dapat Berdasarkan wawancara dengan koordinator
terlaksana secara maksimal. Menurut beberapa bimbingan dan konseling SMP Muhammadiyah 3
ahli kekerasan yang terjadi di sekolah berasal dari Yogyakarta pada tanggal 16 Mei 2012 dapat
tindakan bullying. Menurut Priyatna (2010: 2) disimpulkan bahwa materi bahaya bullying
“satu dari tiga anak di seluruh dunia mengaku selama ini memang belum dimasukkan dalam
pernah mengalami bullying, baik itu di sekolah, di layanan dasar bimbingan dan konseling, selama
lingkungan masyarakat maupun di dunia maya”. ini memang ketika ada laporan dari siswa, atau
Begitupun sebaliknya satu dari tiga anak indikasi terjadi bullying di sekolah masuk dalam
mengaku pernah melakukan tindakan bullying layanan responif
pada temannya. Bullying di sekolah bisa Banyak metode yang ada dalam Bimbingan
dilakukan oleh individu ke individu, kelompok ke Klasikal, namun peneliti memilih teknik diskusi
individu atau kelompok ke kelompok. Tak jarang kelompok sebagai teknik yang digunakan. Alasan
pula terjadi dari guru ke siswa. Tujuannya adalah menggunakan teknik diskusi kelompok karena
pelaku ingin menunjukkan kekuatan kepada yang dengan menggunakan teknik diskusi kelompok
lain. Menurut Sucipto (2012) bullying dapat dalam satu kelas, siswa dibagi menjadi beberapa
berbentuk fisik seperti pukulan, kelompok untuk membahas masalah yang akan
tendangan,tamparan, dorongan, serta serangan dipecahkan secara bersama. Dalam hal ini peneliti
fisik lainnya. Yang berbentuk non fisik bullying akan memberikan masalah yang terkait dengan
dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu verbal bullying. Menurut Muro (dalam Romlah 2006 :
maupun nonverbal. 89) “diskusi kelompok tidak hanya untuk
Salah satu contoh kasus bullyingkasus memecahkan masalah tetapi juga untuk
bullying terjadi antara senior dengan adik mencerahkan suatu persoalan, serta untuk
kelasnya. Kasus itu terjadi pada November 2011, pengembangan pribadi”. Siswa dilatih untuk
Rh dipukuli seniornya ketika dia kelas I di SMA memecahkan masalah bullying yang banyak
PL, tapi tidak ditindaklanjuti serius pihak sekolah. terjadi di sekolah, selain itu melatih kemampuan
Kejadian ini berawal ketika Rh kedapatan tengah sosial siswa jika dipossisikan pada diskusi
53
PRAHARDIKA

kelompok yang melibtakan beberapa orang di Pelaku bullying adalah seseorang yang secara
dalamnya. langsung melakukan agresi baik fisik, verbal atau
Teknik diskusi kelompok ini juga digunakan psikologis kepada orang lain dengan tujuan untuk
agar pada suatu saat ketika siswa dihadapkan
menunjukkan kekuatan atau mendemonstrasikan
pada permasalahan bullying, siswa tersebut
mampu menghadapi dan menyelesaikannya pada orang lain. Tindakan bullying itu berakibat
sendiri. Selain itu bimbingan klasikal ini buruk bagi korban, saksi, sekaligus pelakunya itu
melibatkan seluruh siswa di kelas, sehingga siswa sendiri. Bahkan efeknya terkadang membekas
akan mendapat materi yang sama mengenai sampai si anak telah menjadi dewasa. Menurut
bullying. Peneliti berharap dengan mendapatkan Priyatna ( 2010 : 4-5) “dampak buruk bullying
materi yang sama akan mengurangi tindakan dapat menimpa korban, pelaku dan juga orang
bullying bagi siswa yang pernah melakukan
yang menyaksikannya”. Berikut akan dijelaskan
bullying, dan mencegah terjadinya bullying bagi
siswa yang belum pernah melakukan tindakan dampak buruk dari bullying:
bullying. Dampak buruk yang dapat terjadi pada anak yang
Secara operasional rumusan masalah menjadi korban tindakan bullying, antara lain : 1)
penelitian adalah mengkaji efektivitas Kecemasan, 2) Merasa kesepian, 3) Rendah diri,
penggunaan metode Bimbingan Klasikal dengan 4) Tingkat kompetensi sosial yang rendah, 5)
teknik diskusi kelompok dalam meningkatkan Depresi, 6) Simtom psikosomatik, 7) Penarikan
pemahaman bahaya bullying. Penelitian bertujuan
sosial, 8) Keluhan pada kesehatan fisik, 9) Kabur
untuk mendeskripsikan efektivitas penggunaan
metode Bimbingan Klasikal dengan teknik dari rumah, 10) Penggunaan alkohol dan obat, 11)
diskusi kelompok dalam meningkatkan Bunuh dari dan 12) Penurunan performasi
pemahaman bahaya bullying pada siswa kelas akademik. Selain itu, dampak buruk yang dapat
VIII di SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun terjadi pada anak yang menjadi pelaku tindakan
ajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini dapat bullying, antara lain: 1) Sering terlibat dalam
dijadikan sebagai bahan rujukan bagi guru
perkelahian, 2) Resiko mengalami cedera akibat
bimbingan dan konseling untuk meningkatkan
pemahaman bahaya bullying pada siswa melalui perkelahian, 3) Melakuan tindakan pencurian, 4)
layanan bimbingan klasikal di sekolah Minum alkohol, 5) Merokok, 6) Menjadi biang
kerok disekolah, 7) Kabur dari sekolah atau
Kajian Literatur minggat, 8) Gemar membawa senjata tajam, 9)
Yang terparah : menjadi perilaku tindak kriminal.
Bullying dan Bahaya yang Ditimbulkan Dalam sebuah studi, 60 % dari anak yang biasa
Menurut Priyatna (2010 : 2) bullying yaitu melakukan tindakan bullying menjadi pelaku
“tindakan yang sengaja oleh pelaku pada tindakan kriminal sebelum mereka menginjak
korbannya yang dilakukan secara berulang-ulang, usia 24 tahun.
dan disadari perbedaan power yang mencolok”. Sementara untuk siswa yang biasa menyaksikan
Jadi, menurut Priyatna bullying adalah tindakan tindakan bullying pada kawan – kawannya berada
dari pelaku yang lebih kuat kepada yang lebih pada resiko : 1) Menjadi penakut dan rapuh, 2)
lemah, jika ada perkelahian yang dilakukan antar Sering mengalami kecemasan, 3) Rasa keamanan
anak yang memiliki ukuran fisik dan kekuatan diri yang rendah.
yang sama itu bukan termasuk tindakan bullying. Dampak buruk dari tindakan bullying sangat
Menurut Olweus (Sanders & Phye 2004:3) membahayakan terutama bagi kelangsungan
menyatakan bahwa bullying adalah ”tindakan belajar siswa di sekolah, siswa akan sulit
siswa yang sedang ditindas atau menjadi korban mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
secara berulang kali dan dari waktu ke waktu Bahkan tidak hanya di sekolah di lingkungan
secara negatif oleh satu atau lebih siswa lain''. masyarakat bullying juga ikut andil dalam
Menurut peneliti dapat disimpulkan bahwa penyebab tindak kriminal. Tidak hanya itu semua
bullying adalah tindakan menyakiti seseorang pihak ikut menaggung dampak buruk bullying,
yang ditunjukkan dengan perbedaan kekuatan tidak hanya korban bahkan pelaku dan siswa yang
yang menonjol dan dilakukan secara sengaja serta melihat kejadian bullying itu memiliki dampak
berulang-ulang baik oleh individu ke individu lain yang buruk. Terlebih jika bullying dilakukan terus
maupun dari kelompok individu ke individu lain. menerus tentu akan menimbulkan efek yang tidak
baik.
54
BAHAYA BULLYING, BIMBINGANN KLASIKAL

Bimbingan dan Konseling konstruktif. Langkah ini dimaksudkan


Menurut Yusuf (2009 : 37) bimbingan dan memberikan pemahaman kepada siswa tentang
konseling merupakan proses pemberian bantuan bullying dan segala hal yang terkait di dalamnya,
konselor kepada individu secara termasuk konsekuensi yang akan diterima siswa
berkesinambungan agar mampu memahami dari sekolah jika ia terlibat dalam persoalan
potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, bullying. Sehingga siswa dapat memahami
mengembangkan dirinya secara optimal, dan bahaya dari bullying melalui bimbingan klasikal.
meyesuaikan diri secara positif dan konstruktif Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan
terhadap tuntutan norma kehidupan sehingga dengan upaya pembimbing untuk senantiasa
mencapai kehidupan yang bermakna, baik secara mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin
personal maupun sosial. terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya
Sedangkan menurut Kartadinata (Yusuf tidak dialami oleh siswa. Melalui fungsi ini,
Syamsu, 2006 : 38) mengartikan bimbingan dan pembimbing memberikan bimbingan kepada
konseling “sebagai proses membantu siswa untuk siswa tentang cara menghindarkan diri dari
mencapai perkembangan secara optimal”. perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
Sementara menurut Natawidjadja (Yusuf Syamsu, dirinya. Dalam langkah ini dimaksudkan untuk
2006 : 38 ) mengartikan bimbingan dan konseling mencegah timbulnya masalah bullying di sekolah
sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada dan dalam diri siswa sehingga dapat menghambat
siswa yang dilakukan secara berkesinambungan, perkembangannya. Untuk itu perlu dilakukan
supaya siswa tersebut dapat memahami dirinya, orientasi tentang layanan bimbingan dan
sehingga siswa sanggup mengarahkan dirinya dan konseling kepada setiap siswa. Guru pembimbing
dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan juga dapat membuat program-program yang
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, efektif dalam memberantas bullying.
keluarga, masyarakat dan kehidupan pada Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi
umumnya. bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari
Berdasarkan pengertian di atas dapat fungsi-fungsi lainnya, pembimbing senantiasa
disimpulkan bahwa bimbingan konseling adalah berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar
proses pemberian bantuan kepada siswa secara yang kondusif, yang memfasilitasi
terus menerus agar siswa mampu mengarahkan perkembangan siswa. Pembimbing beserta staf
diri, memahami diri sehingga siswa mampu sekolahan bekerjasama merencanakan dan
menyesuaikan diri di lingkungannya. Dilihat dari melaksanakan program bimbingan secara
aspek potensi dan arah perkembangan siswa, sistematis dan berkesinambungan dalam upaya
menurut Yusuf (2006 : 51) “bimbingan dan membantu siswa mencapai tugas-tugas
konseling dapat diklasifikasikan menjadi 4 bidang perkembangannya. Dalam hal ini guru
yaitu, bimbingan dan konseling akademik, pembimbing jelas tidak bekerja sendiri melainkan
pribadi, sosial, dan karir”. dengan dibantu berbagai pihak sekolah dalam hal
meningkatkan pemahaman bahaya bullying.
Peran Bimbingan Konseling dalam Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan
Meningkatkan Pemahaman Bahaya Bullying yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat
Menurut Walgito (2004: 38-39) fungsi dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa
bimbingan di sekolah adalah “sebagai fungsi yang telah mengalami masalah, baik menyangkut
pemahaman, fungsi preventif , fungsi aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Jika
pengembangan, fungsi penyembuhan, fungsi guru pembimbing mengetahui ada siswa yang
penyaluran, fungsi perbaikan”. Fungsi terlibat dalam permasalahan bullying, maka guru
Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan membantu pembimbing harus segera menangani
siswa agar memiliki pemahaman terhadap potensi permasalahan ini hingga tuntas. Baik itu
diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, penanganan terhadap pelaku, korban, reinforcer
dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, yang terlibat bullying. Termasuk juga
pembimbing diharapkan mampu mengembangkan pengentasan dalam masalah konsekuensi yang
potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan akan diterimanya dari sekolah, karena melanggar
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan peraturan dan disiplin sekolah.
55
PRAHARDIKA

Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan Klasikal 2. Variabel Terikat (Y) : Pemahaman
dalam membantu konseli memilih kegiatan Bahaya Bullying.
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran
sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa. Instrumen
kepribadian lainnya. Selanjutnya yaitu siswa yang pengumpulan data yang digunakan adalah angket.
telah melakukan bullying disalurkan terhadap Sedangkan teknik analisis data untuk menguji
segala sesuatu yang positif dari diri siswa, agar perbedaan rerata pre test dan post test setalah
tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan dilakukan tindakan menggunakan t-test.
semula, serta mengusahakan agar hal-hal tersebut
bertambah lebih baik dan berkembang. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan
untuk membantu siswa sehingga dapat Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, pelaksanaan bimbingan klasikal dapat
berperasaan dan bertindak. Konselor melakukan meningkatkan pemahaman siswa mengenai
intervensi (memberikan perlakuan) terhadap bahaya bullying pada siswa kelas VIII SMP
siswa supaya memiliki pola berfikir yang sehat, Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun ajaran
rasional dan memiliki perasaan yang tepat 2012/2013. Untuk itu, peneliti melakukan
sehingga dapat mengantarkan mereka kepada pengumpulan data dengan cara prosedur ilmiah.
tindakan atau kehendak yang produktif dan Dalam penelitian ini dilaksanakan dua siklus
normatif. Bagi anak-anak yang sudah terlibat yaitu siklus I dan siklus II. Dari dua siklus
bullying maka sebagai proses rehabilitasi perlu tersebut diperoleh sebagaimana Tabel 1
dilakukan penyaluran minat dan bakat dengan
tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekskul Tabel 1
di sekolah, maupun di luar sekolah. Penyesuaian Kategori Skor Distribusi Frekuensi Data
diri siswa dengan lingkungan sosial serta Pemahaman Bahaya Bullying Setelah diberi
Tindakan (Post test)
pengembangan diri dalam mengembangkan
potensi positifnya juga perlu dilakukan dalam
Interval Frekuensi F% Kategori
langkah pengentasan.Yang terpenting sekali bagi 30 – 40 23 71, 875 % Sangat
pelaku bullying adalah perbaikan. Tinggi
23 – 29 6 18,75 % Tinggi
Metode Penelitian 17 - 22 3 9, 375 % Sedang
10 – 16 - - Rendah
Metode yang akan digunakan oleh peneliti 0–9 - - Sangat
Rendah
yaitu menggunakan PTK (Penelitian Tindakan
Total 32 100 %
Kelas). Menurut Arikunto (2011 : 209) PTK
adalah “kegiatan penelitian bimbingan dan Tingkat pemahaman siswa tentang bahaya
konseling yang dilakukan dengan mencermati bullying sebelum (pre test) dan sesudah (post test)
proses ketika klien sedang melakukan sesuatu diberikan layanan bimbingan klasikal ada
yang diarahkan oleh peneliti”. Makna kelas bukan pergeseran garis yang menunjukkan adanya
ruangan berdinding empat sisi, tetapi sekelompok peningkatan skor pemahaman siswa tentang
subjek yang sedang belajar hal yang sama, bahaya bullying sebelum (pre test) dan sesudah
dengan pengajar atau pembimbing yang sama (post test) diberi layanan bimbingan klasikal.
pula. Sebelum diberi layanan bimbingan klasikal (pre
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini test) sebagaimana Gambar 1, skor siswa yang
ada 2 macam, yaitu variabel bebas dan variabel berada pada kategori sangat rendah berjumlah 0
terikat. Variabel bebas adalah variabel yang siswa., pada kategori rendah berjumlah 3 siswa,
mempengaruhi variabel lain, sedangkan variabel pada kategori sedang berjumlah 6 siswa, pada
terikat adalah variabel yang berubah karena kategori tinggi berjumlah 8 siswa, dan kategori
variabel bebas. Variabel Bebas (X) : Bimbingan sangat tinggi 15 siswa. Setelah diberi layanan
bimbingan klasikal (post test) skor pemahaman
56
BAHAYA BULLYING, BIMBINGANN KLASIKAL

Gambar. 1
Peningkatan Skor Pemahaman Bahaya Bullying Siswa Kelas VIII. 1 Sebelum diberi Layanan
Bimbingan Klasikal dan Setelah

siswa mengenai bahaya bullying mengalami teman-temannya yang belum tahu atau kurang
peningkatan yang signifikan yaitu skor siswa tahu mengenai bahaya bullying. Informasi
yang berada pada kategori sangat rendah mengenai bahaya bullying tersebut dapat dicari
berjumlah 0 siswa, pada kategori rendah melalui berbagai media yang sekarang sudah
berjumlah 0 siswa, pada kategori sedang semakin maju.
berjumlah 3 siswa, pada kategori tinggi berjumlah Guru pembimbing dapat memberikan layanan
6 siswa dan pada kategori tinggi berjumlah 23 bimbingan klasikal kepada siswa untuk
siswa. meningkatkan pemahaman bahaya bullying,
tentunya harus dilakukan secara konsisten dan
Simpulan optimal. Guru pembimbing hendaknya
bekerjasama dengan guru wali kelas dalam
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis memantau siswa di sekolah, dan guru
data dan pembahasan maka dapat disimpulkan pembimbing hendaknya pula bekerjasama dengan
bahwa siswa antusias dan merasa senang ketika orang tua dalam memantau sikap siswa di rumah.
pelaksanaan bimbingan klasikal yang membahas Guru pembimbing hendaknya melakukan
tentang bahaya bullying berlangsung. Penggunaan pendekatan lebih menjalin sikap persahabatn
bimbingan klasikal merupakan strategi yang dengan siswa sehingga akan terciptanya sikap
efektif dan inovatif untuk meningkatkan saling hormat-menghormai. Guru pembimbing
pemahaman siswa kelas VIII SMP harus memiliki sikap ketetgasan pada siswa
Muhammadiyah 3 Yogyakarta mengenai dengan penuh kasih sayang dan dapat menjadi
pemahaman bahaya bullying. contoh bagi siswa dalam upaya meningkatkan
3. Ada peningkatan pemahaman bahaya bullying pemahaman bahaya bullying. Bagi peneliti yang
melalui bimbingan klasikal pada siswa kelas VIII akan datang diharapkan dapat lebih baik lagi
SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Siswa yang dalam melakukan penelitian, misalnya dengan
memiliki pemahaman bahaya bullying pada menggunakan strategi-strategi lain yang lebih
kategori rendah dan sedang hendaknya lebih aktif kreatif dan inovatif. Sehingga penelitian yang
dalam mencari berbagai informasi agar dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan juga
pemahamannya terus meningkat, seperti dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
membaca koran, majalah dan melalui internet. . Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Bagi siswa yang berada pada kategori tinggi dan bahan rujukan bagi guru bimbingan dan konseling
sangat tinggi hendaknya dipertahankan dan dalam upaya meningkatkan pemahaman bahaya
diharapkan mampu berbagi informasi dengan
57
PRAHARDIKA

bullying pada siswa, dapat melalui layanan


bimbingan klasikal di sekolah.

Referensi

Kompas.com. “Kekerasan Masih Terjadi di


Sekolah.”file:///G:/skripsi/
Kekerasan.Masih.Terjadi.di.Sekolah.htm.
yang diunduh tanggal 14 April 2012, 07.30
WIB.
Priyatna, Andi. (2010). Let’s End Bullying
(Memahami, Mencegah & Mengatasi
Bullying). Jakarta: Grasindo
Romlah, Tatiek. (2006). Teori dan Praktek
Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Sanders, E, Cheryl dan Phye, D, Gary. (2004).
Bullying implication for The Clasroom.
London : Elsevier Academic Press.
Suharsimi, Arikunto. (2011). Penilaian dan
Penelitian Bidang Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta : Aditya Media.
Sucipto. (2012). Bullying dan Upaya
Meminimalisasikannya PSIKOPEDAGOGIA
Bimbingan dan Konseling, 1(1): 19-30.
Yusuf, Syamsu. (2006). Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Bandung : Pustaka Bani
Quraisy
____________. (2009). Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Bandung : Rizqi Press
Walgito, Bimo, (2004). Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta : Andi.

You might also like