You are on page 1of 4

Malin Kundang

Long time ago, there was a poor family which consisted of a mother and her only son, Malin
Kudang. Malin’s father was gone, when he was a baby. Malin’s mother worked so hard all
day, so they could eat and survive.

Malin was a good smart boy; but he was little bit naughty. He always helped her mother. He
loved her so much. Time went fast, Malin grew up to be a good looking, smart, and strong
man. Even though he and her mother had worked so hard, they were still poor. Feeling sad
seeing his mother still worked in her elderly time, Malin asked for leaving to find a job in a
big city.

“Ma, I want to go to big city to find a job.” asked Malin.

“Don’t leave me alone, son” said his mother.

“I need to go, Ma. I don’t want to see you work hard anymore. I promise I’ll come back.”
said Malin.

With hard feeling, Malin’s mother let her son go. The next day Malin went to the big city by
a ship. Malin was good looking, smart, and strong man. Many women felt in love with him,
including a daughter of the richest merchant in the city. Malin also felt in love with her too.
To marry the girl, Malin worked so hard. He even buried all his past; his origin and even his
own mother. In short, they finally married. Malin then became the richest man in the city
with many merchant ships, a big beautiful house, and many servants.

Malin was prosperous at the moment, but he forgot his own mother. He forgot his mother
who in all her prays wept praying for Malin’s safety. He forgot his mother who always
waited her son came back every morning in the harbor. He forget his mother who loved and
missed her son, Malin, so much. Yet, Malin never came back.

One day, Malin’s wife wanted to go vacation in the next island which took 3 days sailing. So
Malin prepared his big luxurious ship and everything to sail. However, in the middle of his
voyage, storm blockaded his ship. Therefore, the ship needed to board in the closest island,
the island where Malin was born.
It was rare occasion, a big luxurious ship boarded in the harbor of the island where all the
villagers are fisherman. So, when the ship boarded, every villager near the harbor came to
see, including Malin’s mother. Malin’s mother was shock and wept happily. She saw Malin
in that ship. She saw Malin came back to see his mother. With hurry, Malin’s mother went to
meet her beloved son.

“Is that you, Malin? Is that you, my beloved son? I’m your mother, you remember?” asked
Malin’s mother.

“Son? She said you are her son? Is it true, Malin? Is this poor, old, stink woman your mother?
” Malin’s wife shocked.

“No.. No, my dear wife. I don’t know this poor woman. I don’t know you poor, old, stink
woman!” said Malin.

What Malin said really hurt his mother heart. She cried and wept. She didn’t believe that her
own son did terrible thing on her, his mother. With anger, she prayed to the almighty God to
reply what her son had done to her.

Suddenly, the wind blew hard and the storm rumbled. Malin and his wife returned to the ship
take shelter. The storm got worst and hit Malin’s hip, destroyed it. Everyone inside was died,
including Malin’s wife. Malin himself was cursed. His body was turned to stone and allied
with the reef.
Terjemahan:

Malin Kundang

Dahulu kala, tersebutlah sebuah keluarga miskin yang terdiri dari sorang ibu dan anak satu-
satunya yang bernama Malin Kundang. Ayah Malin sudah tiada ketika dia masih bayi. Ibu
Malin bekerja sangat keras sepanjang hari, agar mereka bisa makan dan bertahan.

Malin adalah anak baik dan pinter, walaupun sedikit nakal. Dia selalu membantu ibunya. Dia
sangat mencintainya. Waktu berlalu cepat, Malin tumbuh menjadi pria tampan, pintar, dan
kuat. Meskipun dia dan ibunya bekerja sangat keras, mereka masih saja tetap miskin. Sedih
melihat ibunya masih bekerja di waktu tuanya, Malin ijin pergi untuk mencari kerja di kota
besar.

“Ma, saya ingin pergi ke kota besar untuk mencari pekerjaan.” Tanya Malin.

“Jangan tinggalkan ibu sendiri nak.” Ibunya menjawab.

“Saya harus pergi, Ma. Saya tidak mau melihat Ma bekerja keras lagi. Saya janji saya akan
kembali.” Kata Malin.

Dengan perasaan berat hati, ibu Malin merelakan anaknya pergi. Di keesokan harinya, Malin
pergi ke kota besar dengan menumpang sebuah kapal. Malin adalah pria yang tampan, cerdas,
dan kuat. Banyak gadis jatuh cinta padanya, termasuk juga puteri sodagar terkaya di kota.
Malin juga jatuh cinta padanya. Untuk menikahi gadis itu, Malin bekerja sangat keras. Dia
bahkan mengubur semua masa lalunya; asalnya, bahkan ibu kandungnya. Singkat cerita,
mereka akhirnya menikah. Malin pun menjadi orang terkaya di kota dengan memiliki banyak
kapal dagang, rumah besar yang indah, dan banyak pekerja.

Malin sejahteraa saat itu, tetapi dia lupa akan ibu kandungnya. Dia lupa ibunya yang disetiap
doanya bemaning memohon keselamatan Malin. Dia lupa ibunya yang selalu menunggu
anaknya kembali setiap pagi di pelabuhan. Dia lupa ibunya yang sangat mencintai dan
merindukan anaknya, Malin. Akan tetapi, Malin tidak pernah kembali.

Suatu hari, istri Malin ingin pergi liburan di pulau sebarang yang memakan waktu 3 hari
perjalanan. Maka, Malin pun menyiapkan kapal besar mewah miliknya untuk berlayar. Akan
tetapi, di tengah perjalanan, badai menghadang laju kapalnya. Oleh karena itu, kapal harus
berlabuh di pulau paling dekat, pulau tersebut adalah pulau dimana Malin dilahirkan.

Sangat langka sekali, kapal mewah besar berlabuh di pelabuhan pulau dimana semua
warganya adalah nelayan. Jadi ketika kapal tersebut berlabuh, setiap warga yang tinggal
dekat pelabuhan datang untuk melihat, termasuk juga ibunya Malin. Ibunya Malin terkejut
dan menaning senang. Dia melihat Malin di kapal itu. Dia melihat Malin kembali untuk
menemui ibunya. Dengan bergegas, Ibu Malin pergi menemui anak tercintanya.

“Apakah itu kau, Malin? Apa kah itu kau, anakku yang tercinta? Saya ibu mu, kamu ingat?”
Tanya Ibu Malin.

“Anak? Dia bilang kamu adalah anaknya? Apakah itu benar, Malin? Apakah wanita miskin,
tua, bau ini adalah ibumu?” Istri Malin terkejut.

“Buk.. Bukan, istri ku saying. Saya tidak tahu wanita miskin ini. Saya tidak tahu kamu wanita
tua, miskin bau!” Kata Malin.

Apa yang dikatakan Malin sungguh melukai hati ibunya. Dia menangis. Dia tidak percaya
anak kandungnya akan melakukan hal buruk itu padanya, ibu kandungnya. Dengan marah,
dia berdoa kepada Tuhan yang kuasa untuk membalas apa yang telah anaknya perbuat
padanya.

Tiba-tiba, angina bertiup kencang dan badai bergemuruh. Malin dan istrinya kembali ke
kapalnya untuk berlindung. Bada itu menjadi lebih buruk dan menghantam kapal Malin dan
menghancurkannya. Setiap orang yang berada di dalam meninggal, termasuk juga istri Malin.
Malin sendiri dikutuk. Tubuhnya berubah menjadi batu dan menyatu dengan karang.

You might also like