You are on page 1of 5

Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Agustus 2013 Vol . 1, No.

2: 40-44

Kadar Estrogen dan Munculnya Estrus setelah Pemberian Buserelin (Agonis


GnRH) pada Sapi Bali yang Mengalami Anestrus Postpartum Akibat
Hipofungsi Ovarium

The Levels of Estrogen and the Onset of Estrousafter Administration of


Buserelin (GnRH Agonist) on Bali Cattle Experiencing Anestrous
Postpartum Due to Ovarian Hypofunction

Ni Ketut Suartini1, I Gusti Ngurah Bagus Trilaksana2. Tjok Gde Oka Pemayun2*

1 Program Studi Magister KH Unud Jl. PB. Sudirman Denpasar Bali


2 Bagian Reproduksi Veteriner, FKH UNUD Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali
*Corresponding author: tjokormas@yahoo.co.id

ABSTRACT
The purpose of this study was to measure the levels of estrogen and the onset of estrous after
administration of Buserelin on bali cattle experiencing anestrous postpartum due to ovarian
hypofunction. This research used twenty seven bali cattles which were divided evenly into three
groups of treatment, namely group-one as control group (P0, without treatment), group-two,
receiving a single injection of Buserelin at dose of 0.02 mg (P1) and group three, receiving
repeated injection of Buserelin at dose of 0.02 mg at 24 hours interval (P3). Serum estrogen
levels were measured at a time off before estrous, a time of estrous, and five days after the onset
of estrous using ELISA method. Data were analyzed using statistical analysis of variance and a
Duncan’s Multiple Range Test for a further analysis. The results showed that at the stage of
estrous, the estrogen level of P0 was lower significantly (p<0.05) than two others treatments (P1
and P2), but those of P1 and P2 were statistically the same (p>0.05). The onset of estrous on P2
was shorter than those of P1 (p<0.05). It can be concluded that the administration of Buserelin
can trigger an estrous on Bali cattle that experiencing anestrous postpartum due to ovarian
hypofunction and repeated administrations of Buserelin can shorten the onset of estrous.

Key words: Bali cattle, anestrous postpartum, estrogen, Buserelin, ovarium hypofunction

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar estrogen dan munculnya estrus setelah pemberian
Buserelin pada sapi bali yang mengalami anestrus postpartum akibat hipofungsi ovarium.
Penelitian ini menggunakan 27 ekor sapi bali betina yang dibagi secara merata ke dalam tiga
kelompok perlakuan yaitu kelompok pertama sebagai kontrol (P0, tanpa perlakuan), kelompok
kedua yang mendapatkan injeksi tunggal Buserelin dengan dosis 0,02 mg (P1), dan kelompok
ketiga yang mendapatkan injeksi Buserelin secara berulang dengan dosis 0,02 mg dengan
interval waktu 24 jam (P2). Kadar estrogen serum darah diukur sebelum estrus (saat injeksi), saat
estrus, dan lima hari setelah estrus dengan metode ELISA. Data dianalisis menggunakan analisis
varian dan dilanjutkan dengan uji berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat
estrus, kadar estrogen kelompok kontrol (P0) nyata lebih rendah (p<0,05) daripada yang
ditemukan pada dua kelompok pelakuan lainnya (P1 dan P2), namun, kadar estrogen antar P1
dan P2 tidak berbeda nyata (p>0,05) . Waktu pemuncul estrus pada P2 (5,22±0,833hari) lebih
cepat daripada waktu pemunculan estrus pada P1(9,11±1,054hari) (p<0,05). Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa pemeberian Buserelin mampu menimbulkan estrus pada sapi bali yang
mengalami anestrus post partum karena hipofungsi ovarium. dan pemberian Buserelin secara
berulang dapat mempercepat kemunculan estrus.

Kata kunci: Sapi bali, anestrus postpartum, estrogen, buserelin. Hipofungsi ovarium

40
Suartini et al. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Agustus 2013

PENDAHULUAN hormonal, perubahan lingkungan,


manajemen pakan yang kurang baik, dan
Sapi bali merupakan ternak potong penyakit. Arthur (1982) menyatakan
yang ideal ditinjau dari aspek produksi bahwa berat badan yang rendah, kondisi
daging karena kadar lemaknya yang tubuh yang kurang baik, dan stres saat
rendah, aspek reproduksi yang sangat baik laktasi dapat memperpanjang periode
karena kesuburan yang tinggi (rata-rata anestrus. Selain itu, kadar prolaktin tinggi
83%), memiliki daya adaptasi yang baik saat laktasi menyebabkan pelepasan
terhadap lingkungan yang baru baik Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
terhadap suhu udara, kelembaban dan dari hipothalamus tidak direspon secara
angin, maupun tahan terhadap kondisi aktif oleh hipofisa anterior (Kesler and
lahan, pakan dan penyakit (Guntoro, 2002). Garverick, 1982). Hal lainnya adalah
Masalah yang banyak dihadapi oleh faktor manajemen yang berhubungan erat
peternak di Bali adalah kurang optimalnya dengan nutrisi. Kekurangan nutrisi akan
fungsi reproduksi sapi bali yang mempengaruhi fungsi hipofisa anterior
menyebabkan rendahnya angka kelahiran. sehingga produksi dan sekresi hormon
Ada beberapa indikator yang digunakan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan
untuk memprediksi kurang optimalnya Luteinizing Hormone (LH) rendah, yang
fungsi reproduksi sapi bali antara lain menyebabkan ovarium tidak berkembang
rendahnya keberhasilan inseminasi buatan atau mengalami hipofungsi (Noakes dkk.,
(IB), tingginya kejadian silent heat (estrus 2001).
tenang), dan panjangnya calving interval Hipofungsi ovarium merupakan
akibat tidak munculnya estrus lebih dari 3 penyebab utama kegagalan reproduksi sapi
bulan setelah melahirkan. Nitis dan potong khususnya pada sistem
Pemayun (2000) melaporkan bahwa pemeliharaan tradisional . Toelihere (1981)
rendahnya angka kelahiran sapi bali menyatakan bahwa hipofungsi ovarium
disebabkan oleh rendahnya keberhasilan IB postpartum pada sapi disebabkan oleh
yaitu 25,33%, tingginya kejadian silent ketidakseimbangan hormonal yang
heat, tingginya kasus anestrus postpartum dicirikan oleh rendahnya kadar hormon
yaitu rata-rata 4,11 bulan, dan panjangnya gonadotropin terutama FSH. Lebih lanjut
calving interval dengan rata-rata 14,83 dinayatakan bahwa pemeriksaan secara
bulan. palpasi rektal akan teraba ovarium
Kasus infertilitas pada sapi perah dan berukuran normal dengan permukaan licin
sapi potong di Indonesia lebih banyak atau tidak dijumpai adanya perkembangan
disebabkan oleh tingginya kejadian folikel maupun korpus luteum. Kejadian
anestrus postpartum. Kejadian ini ini dapat di atasi dengan penyuntikan
mengakibatkan terlambatnya kawin hormon gonadotropin selain memperbaiki
kembali pascaberanak sehingga manajemen pemeliharaan (Pemayun,
menyebabkan calving interval menjadi 2009).
panjang yang pada umumnya melebihi 18 Gonadotropin Releasing Hormone
bulan (Prabowo, 2010). Kasus seperti ini telah banyak digunakan untuk menginduksi
membuat target untuk mendapatkan satu pelepasan FSH dan LH, dan dilaporkan
ekor anak sapi dari setiap induk per tahun dapat menginduksi munculnya estrus
tidak dapat tercapai. sekitar 80 % pada ternak sapi (Kesler and
Anestrus postpartum pada ternak Garverick, 1982). Beberapa hormon agonis
merupakan faktor utama yang dari GnRH seperti Lutrelin, Fertirelin,
menyebabkan rendahnya angka kelahiran. Deslorelin, Leuprolide dan Buserelin juga
Menurut Kesler and Garverick (1982), dapat digunakan untuk menginduksi estrus
anestrus postpartum pada sapi disebabkan (Kutzler, 2010). Penelitian ini dilakukan
oleh berbagai faktor diantaranya gangguan untuk mengetahui kadar estrogen dan
41
Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Agustus 2013 Vol . 1, No. 2: 40-44

munculnya estrus setelah pemberian HASIL DAN PEMBAHASAN


Buserelin pada sapi bali yang mengalami
anestrus postpartum akibat hipofungsi Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
ovarium. pada fase saat estrus, kadar estrogen
kelompok kontrol dengan kedua kelompok
MATERI DAN METODE perlakuan berbeda nyata (p<0,05), namun,
kedua kelompok perlakuan tersebut
Penelitian ini merupakan penelitian mempunyai kadar estrogen realtif sama
eksperimental lapangan dengan rancangan (p>0,05). Pada fase sebelum estrus (saat
one pre and post test, menggunakan 27 injeksi) dan 5 hari setelah estrus kadar
ekor sapi yang mengalami anestrus estrogen kelompok kontrol dan perlakuan
postpartum akibat hipofungsi ovarium. (P1 dan P2) tidak menunjukkan perbedaan
Sapi tersebut dibagi secara merata menjadi yang nyata (p>0,05, Tabel 1). Pengamatan
tiga kelompok perlakuan yaitu kontrol (P0), terhadap waktu pemunculan estrus
perlakuan satu (P1) berupa injeksi tunggal menghasilkan bahwa pemberian Buserlin
Buserelin dosis 0,02 mg, dan perlakuan berulang (P2) dapat mempercepat
dua (P2) berupa injeksi berulang Buserelin pemunculan estrus dibandingkan dengan
dosis 0,02 mg dengan selang waktu 24 perlakuan lainnya (Tabel 2).
jam. Penentuan anestrus postpartum akibat Buserelin sebagai agonis dari GnRH
hipofungsi ovarium dilakukan dengan berfungsi untuk merangsang pelepasan
melakukan palpasi rektal pada sapi yang gonadotropin (FSH dan LH) dari hipofisa
tidak menunjukkan tanda estrus tiga bulan sehingga terjadi pertumbuhan dan
atau lebih setelah melahirkan dan pada perkembangan folikel. Folikel yang
palpasi rektal ditemukan ovarium tumbuh dan berkembang akan
berukuran normal dengan permukaan yang menghasilkan estrogen yang dilepaskan ke
licin karena tidak ada perkembangan dalam aliran darah sehingga hewan akan
folikel atau korpus luteum. menampakkan tanda-tanda estrus. Hasil
Pengamatan terhadap munculnya penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
estrus dilakukan dua kali sehari yaitu pagi kadar estrogen saat estrus pada sapi bali
hari pukul 06.00 -07.00 WITA dan sore adalah 108,33 – 111,67 pg/ml (Tabel 1).
hari pukul 17.00 – 18.00 WITA, tanda Pemberian Buserelin dosis berulang
estrus yang diamati adalah keluarnya cenderung meningkankan kadar estrogen
leleran dari vagina. Kadar estrogen serum pada saat estrus dibandingkan dengan
diukur dengan metode ELISA. Sampel pemberian dosis tunggal meskipun secara
darah diambil melalui vena jugularis statistik perbedaan ini tidak nyata (p>0,05).
sebanyak 3 kali yaitu sebelum estrus (saat Kadar estrogen saat estrus yang lebih
injeksi Buserelin), saat estrus, dan lima tinggi pada perlakuan pemberian Buserelin
hari setelah estrus. Pada kelompok kontrol secara berulang berkaitan erat dengan
pengamatan estrus dilakukan selama 24 peningkatan pelepasan gonadotropin oleh
hari, dan pengambilan darah dilakukan saat hipofisa yang menyebabkan jumlah folikel
mulai, 14 hari , dan 24 hari setelah yang tumbuh dan berkembang semakin
perlakuan P1 (injeksi Buserelin pertama). banyak. Peningkatan jumlah folikel ini
Data yang didapatkan dianalisis dengan membawa konsekuensi peningkatan kadar
analisis varians dan bila ada perbedaan estrogen dalam darah. Estrogen selain
yang nyata (p<0,05) dilanjukan dengan Uji menimbulkan estrus pada sapi, juga
berganda Duncan. memacu terjadinya ovulasi karena efek

42
Suartini et al. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Agustus 2013

umpan balik positfnya terhadap LH (Hafez, setelah penyuntikan GnRH. Beberapa


2000). Kadar estrogen yang masih agonis GnRH juga dilaporkan dapat
terdeteksi pada saat sebelum estrus dan menginduksi munculnya estrus pada anjing
lima hari setelah estrus pada kelompok (Kutzler, 2010).
perlakuan P1 dan P2 mungkin berkaitan Pada penelitian ini diperoleh hasil
dengan organ penghasilnya. Estrogen tidak bahwa penyuntikan Buserelin baik dosis
hanya diproduksi oleh sel-sel theka pada tunggal maupun dosis berulang dapat
folikel tetapi juga dihasilkan korteks menginduksi munculnya estrus walaupun
adrenal (Partodihardjo, 1980; Toellihere, munculnya estrus pada pemberian
1981). Pada kasus anestrus postpartum Buserelin dosis berulang lebih cepat (5,22
akibat hipofungsi ovarium, apabila tidak + 0,833 hari) secara nyata (p<0,05)
ditangani dengan pemberian preparat dibandingkan dengan pemberian dosis
hormon yang dapat merangsang tunggal (9,11 + 1,054 hari). Pemunculan
pertumbuhan dan perkembangan folikel estrus yang lebih cepat mungkin
(gonadotropin) atau preparat yang dapat disebabkan oleh kadar hormone estrogen
merangsang pelepasan gonadotropin yang lebih tinggi akibat pemberian
(GnRH), maka tidak akan terjadi berulang. Pemberian dosis berulang akan
pertumbuhan dan perkembangan folikel meningkatkan pelepasan gonadotropin
sehingga tidak akan muncul estrus. sehingga jumlah folikel yang tumbuh dan
Menurut Pemayun (2009), untuk mengatasi berkembang semakin banyak. Peningkatan
kejadian anestrus postpartum akibat jumlah folikel menyebabkan kadar
hipofungsi ovarium dapat dilakukan estrogen darah meningkat. Pada kelompok
dengan penyuntikan gonadotropin dan kontrol yang tidak mendapat perlakuan,
memperbaiki manajemen pemeliharaan. tidak muncul tanda-tanda estrus selama 24
Penyuntikan GnRH dilaporkan dapat hari pengamatan. Hal ini mengindikasikan
menginduksi munculnya estrus sekitar 80 bahwa keadaan anestrus postpartum akibat
% pada sapi yang mengalami anestrus hipofungsi ovarium apabila tidak ditangani
postpartum (Kesler dan Garverick, 1982). dengan pemberian preparat hormon yang
Sementara, Farin dan Estill (1993) dapat memicu pelepasan gonadotropin,
melaporkan bahwa estrus muncul 9-14 hari maka tanda-tanda estrus tidak akan
muncul.

Tabel 1 Rata-rata (x + SD) Kadar Estrogen Sapi Bali sebelum Estrus (Saat Injeksi), Saat
Estrus dan Lima Hari setelah Estrus
Kadar Estrogen (pg/ml)
Perlakuan Sebelum estrus 5 hari setelah
Saat estrus
(saat injeksi) estrus
a a
Kontrol (P0) 55,00 + 5,00 55,00 + 4,33 55,56 + 3,91a
Buserelin Tunggal (P1) 51,11 + 4,86a 108,33 + 3,54b 53,89 + 3,33a
a b
Buserelin Berulang (P2) 54,44 + 3,91 111,67 + 2,50 55,00 + 3,54a
Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata(p<0,05).

Tabel 2. Rata-rata (x + sd) Waktu Pemuncul Estrus Setelah Perlakuan


Perlakuan Waktu munculnya estrus
(hari)
Kontrol >24 a
Buserelin tunggal 9,11 ± 1,054 b
Buserelin berulang 5,22 ± 0,833 c
Huruf yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05).

43
Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, Agustus 2013 Vol . 1, No. 2: 40-44

SIMPULAN Animals”. 7th ed. Lippincott. William


and Wilkins. A Walter Kluwer
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Company. : 8-9.
1. Pemberian Buserelin dapat Kesler DJ, Garverick HA. 1982. Ovarian
menginduksi munculnya estrus pada Cysts in Dairy Cattle : A review.
sapi bali yang mengalami anestrus Journal of Animal Science 55 : 1147-
postpartum akibat hipofungsi ovarium. 1159.
2. Pemberian Buserelin dosis berulang Kutzler MA. 2010. Induction and
dengan interval waktu 24 jam Synchronization of Estrus in Dogs.
menyebabkan munculnya estrus lebih Oregon State university. Departemen
cepat secara nyata (p<0,05) of Animal Science- Companion
dibandingkan dengan pemberian Animal Industriees 312 Withyeombe
Buserelin dosis tunggal. Hall Corvallis, OR.97331.
Nitis IM, Lana K, Sukanten W, Pemayun
TGO, Puger AW. 2000. Reproduksi
UCAPAN TERIMA KASIH Sapi Bali pada Sistem Tiga Strata di
Daerah Tingkat II Badung.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Penampilan reproduksi ke-4 fapet
Kepala Laboratorium Reproduksi FKH Unud, Denpasar. :18.
Unud, atas fasilitas yang diberikan selama Noakes DE, Geoffrey HA, Timothy JP,
penelitian. Gary CWE. 2001. Arthur’s Veterinary
Reproduction And Obstetrics, Eighth
DAFTAR PUSTAKA Editions. Elsevier Health Sciences.
Partodihardjo S. 1980. Ilmu Reproduksi
Arthur GH. 1982. Veterinary Reproduction Hewan. Fakultas Kedokteran
and Obstetrics. 5th edition Bailleire Veteriner. Institut Pertanian Bogor.
Tindall, London,UK. : 616. Pemayun TGO. 2009. Induksi Estrus
Farin PW, Estill CT. 1993. Infertility due to Dengan PMSG Dan GnRH Pada Sapi
Abnormalities of the Ovaries In Cattle. Perah Anestrus Post Partum. Buletin
Vet. Clin North Am Food Anim Pract. Veteriner Udayana 1 (2) : 83-87.
9(2) : 291-308. Prabowo 2010. Teknik Sinkronisasi Estrus
Guntoro S. 2002. Membudidayakan Sapi Pada Sapi. Bagian Reproduksi dan
Bali. Kanisius. Yogyakarta. Obstetri Fakultas Kedokteran Hewan
Hafez ESE. 2000. Anatomi of Male Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Reproduction.“Reproduction in Farm Toelihere MR. 1981. Fisiologi Reproduksi
pada Ternak. Angkasa Bandung.

44

You might also like