You are on page 1of 14

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

PERBEDAAN ARANG BIJI KELOR DAN ARANG BIJI SALAK DALAM


PENURUNAN KADAR TIMBAL (Pb) PADA AIR LIMBAH

THE DIFFERENCE OF MORINGA SEEDS CHARCOAL AND BARK SEEDS CHARCOAL


IN DECREASING LEVEL OF RECIPROCAL (PB) IN WASTE WATER

Abdi Iswahyudi Yasril


Departemen BiostatistikadanKependudukanFakultasKesehatanMasyarakat
Universitas Airlangga
iswahyudiabdi2893@gmail.com

ABSTRACT

Moringa seeds and bark seeds have economic value that is made into charcoal as an adsorbent
to heavy metals. Potential charcoal moringa seeds and seed bark lies on active carbon.
Activated charcoal effectively use activator. The aim of research to find out difference charcoal
moringa seed and charcoal bark seed in the decline of Pb in wastewater. Study was a quasi-
experimental design using post testgroup.Object of research is charcoal moringa seeds and
bark seeds activated grains with Al2(SO4)31%, 3 treatment (10gr, 15gr and 20gr) and 8
replications based on a formula (t-1)(r-1)≥15 on absorption of Pb. To know difference
charcoalmoringa seed and charcoal bark seed in the decline of Pb in wastewater conducted by
IndependentTtest and ANOVA test with α95%. Results of study average weight 10gr Pb
decrease of charcoal moringa seeds are 5.2335ppm and average reduction of 83.6958%. While
average decline of charcoal bark seeds are 4.7055ppm average reduction of 75.2518%. 15gr
weight average reduction of charcoal moringa seeds against Pb is 5.5166ppm and average
reduction of 88.2236% while average decrease of charcoal bark seeds are 5.3950ppm average
reduction of 86.2786%. 20gr weight of average reduction of charcoal moringa seeds to waste
Pb is 5.9103ppm and average reduction of 94.5206% while the average decrease of charcoal
bark seeds are 5.7476ppm,average reduction 91.9178%. There are differences in decreased
levels of Pb in wastewater by using charcoal moringa seed and charcoal seed bark. For
absorption of Pb in wastewater are advised to use charcoal moringa seeds 20gr.
Keywords : reciprocal(Pb).,waste water, moringa seeds (MoringaOleifera), bark seeds
(Salaccazalacca).
11
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 01/MARET 2018

ABSTRAK

Biji kelor dan biji salak mempunyai nilai ekonomis yaitu dibuat menjadi arang aktif sebagai
adsorben terhadap logam berat. Potensi arang biji kelor dan biji salak terletak pada karbon
aktifnya. Arang aktif efektifmenggunakan aktifator. Tujuan penelitian untuk mengetahui
perbedaan arang biji kelor dan arang biji salak dalam penurunan Pb pada air limbah.Penelitian
bersifat eksperimen semu menggunakan post test group design. Objek penelitian adalah arang
biji kelor dan arang biji salak teraktivasi dengan Al2(SO4)31%, 3 perlakuan (10gr, 15gr dan
20gr) dan 8 ulangan berdasarkan rumus (t-1)(r-1)≥15 terhadap penyerapan Pb. Untuk
mengetahui perbedaan arang biji kelor dan arang biji salak dalam penurunan Pb pada air limbah
dilakukan dengan uji T Independen dan uji Anova dengan α95%.Hasil penelitian berat 10gr
rata–rata penurunanPb dari arang biji kelor adalah 5.2335ppm dan rata-rata efesiensi penurunan
83.6958% sedangkan rata–rata penurunan dari arang biji salak adalah 4.7055ppm dan rata-rata
efesiensi penurunan 75.2518%. Berat 15gr rata–rata penurunan dari arang biji kelor terhadap
Pb adalah 5.5166ppm dan rata-rata efesiensi penurunan 88.2236% sedangkan rata–rata
penurunan dari arang biji salak adalah 5.3950ppm dan rata-rata efesiensi penurunan 86.2786%.
Berat 20gr rata–rata penurunan dari arang biji kelor terhadap limbah Pb adalah 5.9103ppm dan
rata-rata efesiensi penurunan 94.5206% sedangkan rata–rata penurunan dari arang biji salak
adalah 5.7476ppm dan rata-rata efesiensi penurunan 91.9178%. Terdapat perbedaan penurunan
kadar Pb pada air limbah dengan menggunakan arang biji kelor dan arang biji salak. Untuk
penyerapan Pb pada air limbah disarankan menggunakan arang biji kelor 20gr.
Kata Kunci : timbal (Pb), air limbah, bijikelor (Moringaoleifera), bijisalak (Salacca
zalacca).

PENDAHULUAN yang sulit didegradasi secara


langsung.3Limbah cair industri yang berasal
Industri percetakan adalah sebuah dari industri percetakan, merupakan salah
industri untuk memproduksi secara satu limbah yang mengandung banyak
massal tulisan dan gambar, terutama pencemar yang sulit terurai di
dengan tinta di atas kertas menggunakan 4
lingkungan. Limbah cair ini banyak
sebuah mesin cetak yang merupakan mengandung bahan kimia berbahaya
sebuah bagian penting yaitumengandung logam berat seperti krom
1
dalam penerbitan dan percetakan. (Cr), cobalt (Co), mangan (Mn), cadmium
Kegiatan suatu industri adalah proses (Cd) dan timbal (Pb) (salah satu yang
pengolahan suatu bahan baku menjadi terdapat pada tinta industri percetakan yang
bahan setengah jadi atau bahan jadi untuk dapat larut ke dalam berbagai bahan
keperluan manusia.Disamping itu industri pengikat.
percetakan mempunyai potensi Di dalam limbah cair industri
menghasilkan limbah cair yang dapat percetakan berupa sisa tinta cetak
mencemari lingkungan hidup. Limbah cair mengandung berbagai parameter pencemar
adalah limbah dalam wujud cair yang antara lain adalah warna. Warna yang ada di
dihasilkan oleh kegiatan/ usaha atau dalam limbah cair percetakan yang
industri yang dibuang ke lingkungan dan langsung dibuang tanpa pengolahan akan
diduga dapat menurunkan kualitas menggangu kehidupan aquatik badan air
lingkungan.2 penerima, karena akan menghambat proses
Pada umumnya limbah cair industri fotosintesis dan meyebabkan gangguan
terutama pada percetakan terjadi akibat ekosistem. Limbah percetakan sangat
pencucian plat film dan peralatan cetak berpengaruh tidak hanya pada air
berupa sisa-sisa tinta, terpentin, bensin, dan permukaan sekitar tempat percetakan, tetapi
detergen. Limbah cair industri percetakan juga dampak jangka panjang pada sistem
banyak mengandung bahan kimia organik ekologi air.4
12
PERBEDAAN ARANG BIJI KELOR DAN ARANG BIJI SALAK DALAM.. | ABDI ISWAHYUDI YASRIL

Kandungan zat warna terutama pada berupa gelisah, lemas dan depresi.
tinta berisikan pelarut, pigmen, celupan, Penderita sering mengalami gangguan
resin dan pelumas, sollubilizer, surfaktan, system pencernaan. (3) Keracunan kronis,
memungkinkan penyebaran yang mudah, lebih sering dialami para pekerja yang
surfaktan juga menurunkan tekanan antar terpapar timbal pada berbagai industri,
permukaan antara dua cairan, materi-materi sehingga keracunan ini disebut sebagai
partikuler, pemijar.5 Salah satu jenis tinta penyakit industri, seperti penyusun huruf
yang digunakan untuk mencetak adalah pada percetakan, pengatur komposisi media
tinta berpigmen yang mengandung unsur- cetak, pembuat huruf mesin cetak, pabrik
unsur yang memperkuat peresapan. Pigmen cat, petugas pemasang pipa gas. Keracunan
tersebut mengandung salah satu logam yang kronis dapat mempengaruhi sistem syaraf
beracun yaitu timbal (Pb).6 dan ginjal, sehingga menyebabkan anemia
Timbal dan gas-gas lainnya seperti Cr dan kolik, mempengaruhi fertilitas,
dan Cd, merupakan logam yang berasal dari menghambat pertumbuhan janin .8
zat warna yang terdapat dalam tinta yang Masuknya logam berat ke dalam
digunakan untuk menghasilkan percetakan. lingkungan membuat manusia meneliti dan
Pada waktu pencetakan media, logam berfikir untuk melakukan pengolahan
tersebut akan dilepaskan ke udara sehingga terhadap limbah Pb. Beberapa proses dan
bahan-bahan kimia di lingkungan kerja teknologi yang telah diaplikasikan dalam
akan meningkat terutama pada perusahaan pengolahan air limbah yang mengandung
media cetak, sehingga dapat mengganggu logam berat dalam air limbah industri,
keselamatan dan kesehatan pekerja.6 seperti: (1) Pengendapan, koagulasi dan
Logam Pb merupakan logam yang flokulasi; (2) Proses pertukaran ion / resin
paling banyak ditemukan dalam air limbah penukar ion (Ion Exchange); (3) Proses
pada industri percetakan. Pb termasuk Elektrokimia (oksidasi-reduksi); (4)
kedalam kelompok logam-logam golongan Biodsorbsi (penyerapan dengan
IV–A pada tabel periodik unsur kimia. mikroorganisme/ biologi).9
Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan Teknologi pengolahan limbah yang
bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu banyak digunakan pada masa ini adalah
logam berat berwarna kelabu kebiruan dan teknologi biosorben. Biosorben merupakan
lunak dengan titik leleh 327 oC dan titik proses penyerapan senyawa-senyawa
didih 1.620 oC. Pada suhu 550- 600 oC. Pb organik, ion atau molekul-molekul pada
menguap dan membentuk oksigen dalam permukaan bahan. Jenis material yang
udara membentuk timbal oksida. Bentuk mempunyai potensi sebagai bahan penyerap
oksidasi yang paling umum adalah timbal adalah limbah pertanian seperti sekam padi,
(II). Pb sangat rapuh dan mengkerut pada ampas tebu, tongkol jagung, biji salak ,biji
pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air kelor.10
panas dan air asam timah hitam dapat larut Salak (Salacca zalacca) merupakan
dalam asam nitrit, asam asetat dan asam tanaman asli Indonesia yang buahnya
sulfat pekat.7 banyak digemari masyarakat karena
Ada beberapa bentuk keracunan rasanya manis, renyah dan kandungan gizi
timbal, yaitu : (1) Keracunan akut, yang tinggi. Konsumsi per kapita salak
masuknya senyawa timbal yang larut dalam pada tahun 2008 sebesar 1,64 kg/kap/th,
asam atau inhalasi uap timbal. Efek dengan tingkat kerusakan rata-rata 15%,
adstringen menimbulkan rasa haus dan rasa maka keperluan salak per tahun adalah
logam disertai rasa terbakar pada mulut. sebesar 420 ribu ton/tahun atau 35 ribu
Gejala lain ialah mual, muntah serta ton/bulan.11 Banyak masyarakat yang
gangguan sistem syaraf pusat berupa gejala mengkonsumsi salak, dan banyak sampah
ringan,yaitu kebas dan vertigo. Gejala yang salak yang terbuang tanpa ada pengolahan
berat menyebabkan pergelangan tangan terutama pada biji salak, pemanfaatan biji
terkulai (wrist drop) dan pergelangan kaki dari buah salak kurang mendapat perhatian
terkulai (foot drop). (2) Keracunan subakut,
13
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 01/MARET 2018

dikarenakan bentuknya yang keras dan menjadi sumber antioksidan alami karena
kasar. kelor mengandung berbagai jenis senyawa
Kandungan yang terdapat pada salak antioksidan seperti askorbat acid, flavonoid,
adalah Vitamin C 31, 92%; karbohidrat phenolic dan karotenoid.
21,35%; Protein 0,97%; Lemak 0,17% dan Biji kelor dapat digunakan sebagai
kadar air adalah sebesar 76,67%. Selain itu adsorben bahan organik, koagulan pada
salak termasuk dalam angiospermae yaitu pengolahan air, dan zat polimer organik
tumbuhan berbiji tertutup, yaitu tumbuhan yang tidak berbahaya, dan biji kelor juga
yang memiliki struktur dinding sel yang merupakan tumbuhan biji tertutup yang
kaku yang tersusun dari senyawa selulosa.12 mengandung selulosa. Biji kelor diketahui
Selulosa adalah komponen struktur utama mengandung polielektrolit kationik dan
pada dinding sel tumbuhan. Selulosa dapat flokulan alamiah dengan komposisi kimia
didegradasi oleh enzim menjadi beberapa berbasis polipeptida, mengandung asam
unit glukosa dan biasanya dihidrolisis amino sehingga dapat mengkoagulasi dan
dengan menggunakan asam kuat. Selulosa flokulasi kekeruhan air. Biji kelor berperan
mempunyai kemampuan untuk sebagai pengendap (koagulan) dengan hasil
mengadsorpsi logam berat. Selain itu, yang memuaskan. Bahkan biji kelor juga
berdasarkan percobaan sebelumnya telah berkhasiat sebagai anti bakteri .
diketahui bahwa kayu dan komponenya, Berdasarkan penelitian di Universitas Gajah
seperti selulosa, lignin, hemiselulosa, dan Mada Yogyakarta, serbuk biji kelor mampu
sebagainya, telah digunakan dalam industri membersihkan 90 % dari total bakteri E.
penjernihan air untuk menghilangkan coli dalam satu liter air sungai dalam waktu
logam berat seperti Cu(II), Pb(II), Cd(II), 20 menit.13
Cr(III) dan sebagainya. Untuk Biji buah kelor mengandung zat aktif
meningkatkan nilai ekonomis dari rhamnosyloxy - benzil-isothiocyante, yang
tumbuhan ini maka salah satunya biji salak mampu mengadsorbsi dan menetralisir
dijadikan sebagai adsorben. Menurut partikel-partikel lumpur serta logam yang
penelitian Aji, B. K. dan Kurniawan, F, biji terkandung dalam limbah tersuspensi
salak dimanfaatkan sebagai absorben dengan partikel kotoran yang melayang
Cr(VI) dengan menggunakan metode dalam air.Serbuk biji kelor dapat
kolom yang diharapkan mampu memberikan efisiensi penurunan pada
mengoptimalkan usaha dari pengolahan logam berat (Pb, Cu, Mn, Zn). Efektifitas
limbah lingkungan, Adsorpsi Cr(VI) koagulasi dari serbuk biji kelor ditentukan
menggunakan adsorben serbuk biji salak. oleh kandungan protein kationik
Biji salak dipreparasi hingga menjadi bertegangan rapat dengan berat molekul
serbuk. Serbuk biji salak dicuci dengan sekitar 6,5 kdalton.14
aqua DM dan metanol. Konsentrasi ion Biji kelor diketahui mengandung
logam ditentukan dengan Spektrofotometer polielektrolit kationik dan flokulan alamiah
UV-Vis. Kondisi optimum adsorpsi ion dengan komposisi kimia berbasis
Cr(VI) diperoleh waktu kontak 60 menit polipeptida, mengandung asam amino
dengan ukuran partikel 125 μm, dan sehingga dapat mengkoagulasi dan
konsentrasi ion logam 100 mg/L. Kapasitas flokulasi kekeruhan air.
penyerapan optimum ion Cr(VI) oleh PT. Padang Graindo Mediatama
serbuk biji salak adalah 0,59 mg/g.12 merupakan industri percetakan yang ada di
Kelor (Moringa oleifera. Lamk) kota Padang, yang mana perusahaan ini
termasuk jenis tanaman perdu yang menghasilkan limbah cair yang berasal dari
memiliki ketinggian batang 7-11 meter. bahan pelarut, bahan pencair, bahan
Batang kayunya getas (mudah patah) dan pengering dan tinta. Limbah tersebut
cabangnya jarang tetapi mempunyai akar mengandung logam berat seperti Cr, Cd,
yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dan Pb. PT. Padang Graindo Mediatama
dengan ukuran kecil-kecil bersusun belum ada melakukan pengolahan untuk
majemuk dalam satu tangkai.13 Kelor limbah cair, sehingga akan sangat
14
PERBEDAAN ARANG BIJI KELOR DAN ARANG BIJI SALAK DALAM.. | ABDI ISWAHYUDI YASRIL

berbahaya terutama bagi pekerja yang salak dilakukan secara bergantian, namun
bekerja di perusahaan tersebut, dan akan perlakuan pembakaran sama. Tutup kaleng
membahayakan masyarakat jika langsung bagian atasnya dan bagian bawahnya
dibuang ke lingkungan. Maka perlu dilubangi dengan diameter 4 mm sebanyak
dilakukan pengolahan salah satunya dengan empat buah dengan jarak yang sama (10
cara adsorpsi. Biji kelor dan biji salak cm). Kaleng ditempatkan di atas batu yang
merupakan salah satu adsorben yang dapat disusun seperti tungku dan dilakukan
menurunkan kadar logam berat, dan dapat pembakaran. Selama api menyala biji kelor
dijadikan alternatif teknologi tepat guna dan biji salak ditambahkan sedikit demi
untuk menurunkan logam berat terutama Pb sedikit sampai setinggi permukaan kaleng.
dalam industri percetakan seperti PT. Selanjutnya kaleng ditutup dengan kain
Padang Graindo Mediatama. basah yang dilapisi dengan penutup logam
Berdasarkan uraian di atas, maka dengan rapat. Selanjutnya dibiarkan dingin
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian selama satu malam. Arang Biji kelor dan
tentang perbedaan penggunaan arang biji arang biji salak hasil pembakaran ditumbuk
kelor dan arang biji salak dalam penurunan kemudian dicuci dengan air hingga pH
kadar timbal (Pb) pada air limbah di PT. netral dan dikeringanginkan pada suhu
Padang Graindo Mediatama. Berdasarkan kamar selama satu minggu sebelum
uraian pada latar belakang diatas, maka digunakan.
tujuan penelitian ini adalah mengetahui Pembuatan arang biji kelor dan biji
perbedaan penggunaan arang biji kelor dan salak yang diaktifasi dengan Al2(SO4)3
arang biji salak dalam penurunan kadar Pb 1%.Arang biji kelor dan biji salak yang
pada air limbah. sudah ditumbuk kemudian direndam
dalam Al2(SO4)3 1%selama 3 jam.
METODE PENELITIAN Kemudian dicuci dengan air hingga pH
Penelitian ini bersifat eksperimen netral dan dikeringkan pada suhu kamar
semu, yaitu melakukan perbedaan selama satu minggu sebelum
penggunaan arang biji kelor dan arang biji digunakan.Perlakuan arang biji kelor dan
salak dalam penurunan kadar timbal (Pb) biji salak yang sudah teraktifasi. Sediakan 3
pada air limbah dengan perlakuan berat (gr) buah kromatografi kolom lalu dimasukkan
yaitu 10 gr, 15 gr dan 20 gr yang masing- kapas ke dalam masing-masing kromatgrafi
masing dilakukan 8 pengulangan kolom. Lalu masukkan arang biji kelor dan
berdasarkan rumus (t-1) (r-1) ≥ 15 arang biji salak teraktifasi ke dalam masing-
Desain penelitian menggunakan post masing kromatografi kolom sesuai dengan
test group desain sehingga dapat dilihat kebutuhan (lakukan masing-masing pada
besaran perbedaan antara sebelum dan ketiga kolom) yaitu 10 gr, 15 gr dan 20 gr.
sesudah memanfaatkan adsorben arang biji Kemudian limbah media cetak yang
kelor dan arang biji salak.Objek penelitian mengandung logam Pb dimasukkan ke
adalah biji kelor dan biji salak yang telah dalam kolom secara perlahan, kemudian
dilakukan proses karbonisasi sehingga biarkan sebentar sampai penyerapan
menjadi arang melalui cara pembakaran sempurna. Hasil eluat di tampung dengan
selanjutnya di aktivasi dengan gelas kimia yang masing-masing sudah
menggunakan Al2(SO4)3 1%. diberi label dan di saring.
Pembuatan arang biji kelor dan biji Pengukuran konsentrasi logam berat
salak. Biji kelor dan biji salak dicuci dengan pada semua perlakuan dilakukan secara
air sampai bersih, lalu dikeringkan. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
Kemudian Biji kelor dan biji salak tersebut Banyaknya ion logam yang diserap
ditumbuk dan dicacah sedikit terlebih biosorben adalah perbedaan konsentrasi ion
dahulu untuk memudahkannya dalam logam sebelum dan sesudah ion logam
proses pembakaran, kemudian biji kelor dan dilewatkan pada kolom kromatografi.
biji salak di bakar di dalam kaleng yang Analisis univariat dilakukan dengan melihat
berbeda. Pembakaran biji kelor dan biji mean, nilai minimum, nilai maksimum dari
15
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 01/MARET 2018

masing-masing parameter, dan efesiensi α = 5 % (0,05). Jika diperoleh p ≤ α (0,05),


penyerapan dihitung dari konsentrasi awal maka Ho ditolak yang berarti rata-rata
sebelum dimasukan ke kolom dikurangi ketiga perlakuan tersebut memang berbeda
konsentrasi setelah dilewatkan ke dalam nyata. Untuk melihat mana saja perlakuan
kolom, dibagi dengan konsentrasi awal yang berbeda dan mana yang tidak berbeda
dikali 100 %. Efesiensi penyerapan dapat dilakukan test Bonferroni. Jika diperoleh p
ditulis sebagai berikut : ≤ α (0,05), maka Ho ditolak berarti ada
perbedaan besar serapan adsorben arang biji
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛
𝐶𝑜 − 𝐶 kelor dan arang biji salak pada ukuran berat
= × 100% terhadap logam Pb.
𝐶𝑜
Keterangan : HASIL DAN PEMBAHASAN
Co = Konsentrasi awal
Setelah dilakukan pemeriksaan
C = Konsentasi setelah perlakuan
limbah percetakan PT. Padang Graindo
Sementara itu, analisis bivariat Mediatama dengan menggunakan SSA,
dilakukan untuk melihat perbedaan antara maka dipeoleh logam Pb dengan
masing-masing berat atau dua kelompok konsentrasi 6.253 ppm. Hasil penelitian
data dilakukan dengan metode uji T terhadap penggunaan arang biji kelor dan
Independen dan juga dilakukan uji anova arang biji salak dalam penurunan kadar
untuk menguji apakah masing-masing timbal (Pb) pada air limbah dengan
ketiga perlakuan mempunyai rata-rata yang berbagai berat dapat dilihat :
sama dengan derajat keperayaan 95% atau
Tabel 1
Besar Penurunan Kadar Pb pada Air Limbah menggunakan Arang Biji Kelor dan Arang Biji
Salak dengan Berat 10 gram
BijiKelor BijiSalak
Berat (g) Perla Kons. Kons. BesarP Efesiensi Kons. Besar Efesiensi
kuan AwalPb Akhir enu Penyerapan Akhir Penuru Penyerapan
runan nan
10 1 6,253 0,931 5,322 85,1111 0,974 5,279 84,4235
10 2 6,253 1,138 5,115 81,8007 0,981 5,272 84,3115
10 3 6,253 1,068 5,185 82,9202 1,596 4,657 74,4763
10 4 6,253 0,951 5,302 84,7913 1,87 4,383 70,0944
10 5 6,253 0,951 5,302 84,7913 1,697 4,556 72,861
10 6 6,253 1,129 5,124 81,9447 0,975 5,278 84,4075
10 7 6,253 0,992 5,261 84,1356 2,137 4,116 65,8244
10 8 6,253 0,996 5,257 84,0716 2,15 4,103 65,6165
Mean 1,0195 5,233 83,6958 1,5475 4,7055 75,2518

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat rata-rata konsentrasi akhir adalah sebesar


bahwa besar penurunan arang biji kelor 1.0195 ppm, rata-rata konsentrasi
yang teraktivasi terhadap logam limbah Pb penurunan sebesar 5.2335 ppm dan rata-rata
dengan berat 10 gram ternyata memiliki efesiensi penurunan sebesar 83.6958 %.
konsentrasi minimum setelah dilakukan Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
penyaringan adalah sebesar 0.931 ppm, bahwa besar penurunan arang biji salak
penurunan minimum sebesar 5.115 ppm yang teraktivasi terhadap logam limbah Pb
serta efesiensi penyerapan minimum arang dengan berat 10 gram ternyata memiliki
kelor sebesar 81.8007 %. Sedangkan konsentrasi minimum setelah dilakukan
konsentrasi maksimum setelah dilakukan penyaringan adalah sebesar 0.9740 ppm,
penyaringan adalah sebesar 1.1380 ppm, penurunan minimum sebesar 4.1030 ppm
konsentrasi penurunan maksimum sebesar serta effesiensi penyerapan minimum arang
5.3220 ppm serta efesiensi penyerapan salak sebesar 65.6165 %. Sedangkan
maksimum sebesar 85.1111 %. Sementara konsentrasi maksimum setelah dilakukan

16
PERBEDAAN ARANG BIJI KELOR DAN ARANG BIJI SALAK DALAM.. | ABDI ISWAHYUDI YASRIL

penyaringan adalah sebesar 2.1500 ppm, rata-rata konsentrasi akhir adalah sebesar
konsentrasi penurunan maksimum sebesar 1.5475 ppm, rata-rata konsentrasi
5.2790 ppm serta efesiensi penurunan penurunan sebesar 4.7055 ppm dan rata-rata
maksimum sebesar 84.4235 %. Sementara efesiensi penurunan sebesar 75.2518 %.
Tabel 2
Besar Penurunan Kadar Pb pada Air Limbah menggunakan Arang Biji Kelor dan Arang Biji
Salak dengan Berat 15 gram
BijiKelor BijiSalak
Berat (g) Perla Kons. Kons. Besar Efesiensi Kons. BesarP Efesiensi
kuan Awal Akhir Penu Penyerapan Akhir enurun Penyerapan
Pb runan an
10 1 6,253 0,889 5,364 85,7828 0,799 5,454 87,2221
10 2 6,253 0,838 5,415 86,5984 0,795 5,458 87,2861
10 3 6,253 0,726 5,527 88,3896 0,961 5,292 84,6314
10 4 6,253 0,720 5,533 88,4855 0,871 5,382 86,0707
10 5 6,253 0,825 5,428 86,8063 0,892 5,361 85,7348
10 6 6,253 0,651 5,602 89,589 0,965 5,288 84,5674
10 7 6,253 0,871 5,382 86,0707 1,116 5,137 82,1526
10 8 6,253 0,525 5,728 91,604 0,929 5,324 85,1431
Mean 0,7556 5,4973 87,9157 0,9160 5,3370 85,3510
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat
bahwa besar penurunan arang biji salak
bahwa besar penurunan arang biji kelor
yang teraktivasi terhadap logam limbah Pb
yang teraktivasi terhadap logam limbah Pb
dengan berat 15 gram ternyata memiliki
dengan berat 15 gram ternyata memiliki
konsentrasi minimum setelah dilakukan
konsentrasi minimum setelah dilakukan
penyaringan adalah sebesar 0.7950 ppm,
penyaringan adalah sebesar 0.5250 ppm,
penurunan minimum sebesar 5.1370 ppm
penurunan minimum sebesar 5.3640 ppm
serta effesiensi penyerapan minimum arang
serta effesiensi penyerapan minimum arang
salak sebesar 82.1526 %. Sedangkan
kelor sebesar 85.7828 %. Sedangkan
konsentrasi maksimum setelah dilakukan
konsentrasi maksimum setelah dilakukan
penyaringan adalah sebesar 1.1160 ppm,
penyaringan adalah sebesar 0.8890 ppm,
konsentrasi penurunan maksimum sebesar
konsentrasi penurunan maksimum sebesar
5.4580 ppm serta efesiensi penurunan
5.7280 ppm serta efesiensi penurunan
maksimum sebesar 87.2861 %. Sementara
maksimum sebesar 91.6040 %. Sementara
rata-rata konsentrasi akhir adalah sebesar
rata-rata konsentrasi akhir adalah sebesar
0.9160 ppm, rata-rata konsentrasi
0.7556 ppm, rata-rata konsentrasi
penurunan sebesar 5.3370 ppm dan rata-rata
penurunan sebesar 5.4973 ppm dan rata-rata
efesiensi penurunan sebesar 85.3510 %.
efsiensi penurunan sebesar 87.9157 %.
Tabel 3
Besar Penurunan Kadar Pb pada Air Limbah menggunakan Arang Biji Kelor dan Arang Biji Salak
dengan Berat 20 gram
BijiKelor BijiSalak
Berat (g) Perla Kons. Kons. Besar Efesiensi Kons. Besar Efesiensi
kuan Awal Pb Akhir Penu Penyerapan Akhir Penurunan Penyerapan
runan
10 1 6,253 0,489 5,764 92,1798 0,547 5,706 91,2522
10 2 6,253 0,283 5,970 95,4742 0,547 5,706 91,2522
10 3 6,253 0,370 5,883 94,0828 0,661 5,592 89,4291
10 4 6,253 0,296 5,957 95,2663 0,465 5,788 92,5636
10 5 6,253 0,312 5,941 95,0104 0,396 5,857 93,667
10 6 6,253 0,312 5,941 95,0104 0,477 5,776 92,3717
10 7 6,253 0,308 5,945 95,0744 0,485 5,768 92,2437
10 8 6,253 0,371 5,882 94,0668 0,465 5,788 92,5636
Mean 0,3426 5,9103 94,5206 0,5053 5,7476 91,9178

17
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 01/MARET 2018

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat 4.7055 ppm. Setelah dilakukan uji statistik
bahwa besar penurunan arang biji kelor didapatkan p ≤ α (0.05), dan p value sebesar
yang teraktivasi terhadap logam limbah Pb p = 0.022 artinya ada perbedaan rata – rata
dengan berat 20 gram ternyata memiliki penurunan 10 gram antara arang biji kelor
konsentrasi minimum setelah dilakukan dengan arang biji salak dalam menurunkan
penyaringan adalah sebesar 0.2830 ppm, kadar limbah Pb.
penurunan minimum sebesar 5.7640 ppm Pada tabel 4 dapat dilihat rata – rata
serta effesiensi penyerapan minimum arang penurunan 15 gram arang biji kelor adalah
kelor sebesar 92. 1798 %. Sedangkan 5.4973 ppm, sedangkan untuk arang biji
konsentrasi maksimum setelah dilakukan salak, rata – rata penurunan 15 gram adalah
penyaringan adalah sebesar 0.4890 ppm, 5.3370 ppm. Setelah dilakukan uji statistik
konsentrasi penurunan maksimum sebesar didapatkan p ≤ α (0.05), dan p value sebesar
5.9700 ppm serta efesiensi penurunan p = 0.014 artinya ada perbedaan rata – rata
maksimum sebesar 95.4742 %. Sementara penurunan 15 gram antara arang biji kelor
rata-rata konsentrasi akhir adalah sebesar dengan arang biji salak dalam menurunkan
0.3426 ppm, rata-rata konsentrasi kadar limbah Pb.
penurunan sebesar 5.9103 ppm dan rata-rata Pada tabel 4 dapat dilihat rata – rata
efesiensi penurunan sebesar 94.5206 %. penurunan 20 gram arang biji kelor adalah
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat 5.9103 ppm, sedangkan untuk arang biji
bahwa besar serapan arang biji salak yang salak, rata – rata penurunan 20 gram adalah
teraktivasi terhadap logam limbah Pb 5.7476 ppm. Setelah dilakukan uji statistik
dengan berat 20 gram ternyata memiliki didapatkan p ≤ α (0.05), dan p value sebesar
konsentrasi minimum setelah dilakukan p = 0.001 artinya ada perbedaan rata – rata
penyaringan adalah sebesar 0.3960 ppm, penurunan 20 gram antara arang biji kelor
penurunan minimum sebesar 5.5920 ppm dengan arang biji salak dalam menurunkan
serta effesiensi penyerapan minimum arang kadar limbah Pb.
salak sebesar 89.4291 %. Sedangkan Hasil uji anova bertujuan untuk
konsentrasi maksimum setelah dilakukan mengetahui perbedaan penurunan rata-rata
penyaringan adalah sebesar 0.6610 ppm, dari masing-masing arang biji kelor dan
konsentrasi penurunan maksimum sebesar arang biji salak dari berbagai masing –
5.8570 ppm serta efesiensi penurunan masing berat dalam menurunkan kadar
maksimum sebesar 93.6670 %. Sementara timbal (Pb) pada air limbah.
rata-rata konsentrasi akhir adalah sebesar Tabel 5
0.5053 ppm, rata-rata konsentrasi Hasil analisis Anova Arang Biji Kelor dan Arang
penurunan sebesar 5.7476 ppm dan rata-rata Biji Salak terhadap Limbah Pb dengan berbagai
efesiensi penurunan sebesar 91.9178 %. berat
Tabel 4
Hasil analisis T independen Arang Biji Kelor dan Sig.
Arang Biji Salak terhadap Limbah Pb dengan Penurunan Limbah setelah disaring
berbagai berat .000
arang kelor
Sig. (2-
Arang N Mean
tailed) Penurunan Limbah setelah disaring
10 gram Kelor 8 5.2335 .000
Salak 8 4.7055 0.022 arang salak
15 gram Kelor 8 5.4973
Salak 8 5.3370 0.014
20 gram Kelor 8 5.9103 Pada tabel 5 terlihat bahwa hasil uji
Salak 8 5.7476 0.001 Anova diperoleh p ≤ α (0.05) untuk masing
– masing perlakuan baik terhadap limbah
Pada tabel 4 dapat dilihat rata – rata yang disaring arang kelor maupun limbah
penurunan 10 gram arang biji kelor adalah yang disaring arang biji salak, dengan
5.2335 ppm, sedangkan untuk arang biji demikian Ho ditolak yang artinya ada
salak, rata – rata penurunan 10 gram adalah
18
PERBEDAAN ARANG BIJI KELOR DAN ARANG BIJI SALAK DALAM.. | ABDI ISWAHYUDI YASRIL

perbedaan rata – rata penurunan dari ketiga rata – rata penurunan arang biji salak
perlakuan diantara arang biji kelor dan dengan berat 15 gr adalah 5.3370 ppm dan
arang biji salak dalam menurunkan kadar rata-rata efesiensi penyerapan sebesar
limbah Pb. 85.3510 %.
Tabel 6 Demikan pula rata – rata penurunan
Hasil analisis Test Bonferroni Penurunan Arang Biji arang biji kelor dengan berat 20 gr terhadap
Kelor dan Arang Biji Salak dalam menurunkan limbah Pb adalah 5.9103 ppm dan rata-rata
kadar Pb pada air limbah efesiensi penyerapan sebesar 94.5206 %
(I) (J) dan rata – rata penurunan arang biji salak
perlak perlak dengan berat 20 gr adalah 5.7476 ppm dan
uan uan Sig.
rata-rata efesiensi penyerapan sebesar
91.9178 %.
penurunan Kelor 10 15 .000 Hasil uji T Independen dari ketiga
20 .000 perlakuan berat didapatkan p ≤ α (0.05),
15 10 .000
artinya ada perbedaan rata – rata penurunan
dari ketiga perlakuan antara arang biji kelor
20 .000 dengan arang biji salak dalam menurunkan
20 10 .000 kadar limbah Pb. Apabila dilihat rata- rata
15 .000
penurunan limbah Pb didapatkan 10 gr
arang biji kelor adalah 5.2335 ppm,
penurunan salak 10 15 .001 sedangkan untuk arang biji salak, rata – rata
20 .000 penurunan 10 gram adalah 4.7055 ppm.
15 10 .001
Sementara rata – rata penurunan dengan 15
gr arang biji kelor adalah 5.4973 ppm,
20 .040 sedangkan untuk arang biji salak, rata – rata
20 10 .000 penurunan 15 gr adalah 5.3370 ppm.
Demikian pula rata – rata penurunan dengan
15 .040
20 gr arang biji kelor adalah 5.9103 ppm,
Pada tabel 6 terlihat bahwa hasil uji sedangkan untuk arang biji salak, rata – rata
Bonferroni diperoleh p ≤ α (0.05), maka H0 penurunan 20 gram adalah 5.7476 ppm.
ditolak artinya ada perbedaan yang Dari ketiga perlakuan dengan masing –
signifikan antara penurunan arang biji kelor masing berat yang sama terlihat arang biji
dan arang biji salak. Yang mana kelompok kelor lebih efektif dibandingkan arang biji
yang berbeda signifikan pada penurunan salak dalam menurunkan kadar Pb dalam air
arang biji kelor adalah penurunan 10 gr limbah.
dengan 15 gr, 10 gr dengan 20 gr, dan 15 gr Hasil uji Anova diperoleh p ≤ α (0.05),
dengan 20 gr, sedangkan penurunan arang dengan demikian maka Ho ditolak yang
biji salak adalah pada penurunan 10 gr berarti rata-rata ketiga perlakuan tersebut
dengan 15 gr, 10 gr dengan 20 gr, dan 15 gr memang berbeda nyata. Demikian pula dari
dengan 20 gr. hasil uji Bonferroni diperoleh nilai p ≤ α
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh (0.05), yang berarti ada perbedaan yang
rata – rata penurunan arang biji kelor signifikan antara penurunan arang biji kelor
dengan berat 10 gr terhadap limbah Pb dan arang biji salak pada masing - masing
adalah 5.2335 ppm dan rata-rata efesiensi berat dalam menurunkan kadar Pb pada air
penurunan sebesar 83.6958 % dan rata – limbah. Yang mana kelompok yang berbeda
rata penurunan arang biji salak dengan berat signifikan pada penurunan arang biji kelor
10 gr adalah 4.7055 ppm dan rata-rata adalah penurunan 10 gr dengan 15 gr, 10 gr
efesiensi penurunan sebesar 75.2518 %. dengan 20 gr, dan 15 gr dengan 20 gr,
Sementara rata – rata penurunan arang sedangkan penurunan arang biji salak
biji kelor dengan berat 15 gr terhadap adalah pada penurunan 10 gr dengan 15 gr,
limbah Pb adalah 5.4973 ppm dan rata-rata 10 gr dengan 20 gr, dan 15 gr dengan 20 gr.
efesiensi penyerapan sebesar 87.9157% dan
19
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 01/MARET 2018

Apabila dilihat rata-rata penurunan melayang dalam air dan biji kelor juga
serapan terhadap limbah Pb baik pada berat mengandung polielektrik kationik dan
10 gr, 15 gr dan 20 gr menunjukkan bahwa flokulan alamiah yang dapat mengkoagulasi
penurunan paling besar terjadi pada berat 20 dan flokulasi kekeruhan air, dan komposisi
gr yaitu sebesar 5.9103 ppm dengan biji salak hanya mengandung selulosa dan
menggunakan arang biji kelor dan 5.7476 lignin. Penyerapan logam oleh adsorben
ppm dengan menggunakan arang biji salak melibatkan adanya kandungan lignin,
. Demikian pula dengan efesiensi selulosa serta zat aktif rhamnosyloxy –
penyerapan terbesar terjadi pada berat 20 gr benzyl – isothiocyante. Dengan adanya
yaitu sebesar 94.5206 % dengan gugus fungsi pada senyawa organik
menggunakan arang biji kelor dan 91.9178 tersebut, H+ digantikan oleh ion logam
% dengan menggunakan arang biji salak. dalam air limbah.
Hal ini terjadi karena semakin kecil laju alir Biji kelor dan biji salak bukan hanya
dan semakin banyak arang adsorben yang dapat menurunkan Pb saja tetapi juga
ditimbang maka semakin besar berat terhadap logam lain seperti Fe, Cr, Cd, dan
adsorben sehingga akan menambah tinggi sebagainya. Hal ini sesuai dengan penelitian
adsorben pada kolom, dan akan semakin Wahyu Kurniawan, dan Siti Tjahyani
lama waktu kontak antara limbah dengan (2012) bahwa Biji kelor (MoringaOleifera)
adsorben sehingga semakin banyak polutan dengan kulit merupakan bahan tumbuhan
yang terabsorbsi oleh adsorben. Hasil ini yang juga dapat berfungsi sebagai adsorben
sesuai dengan penelitian Sri Lestari (2010) untuk menurunkan kadar ion logam dalam
yang menyatakan terjadi peningkatan kadar air seperti ion besi (Fe). Dalam penelitian
(Pb) yang teradsorpsi, penambahan berat ini dilakukan adsorpsi ion logam besi dalam
adsorben mempengaruhi peningkatan kadar air sungai Brantas oleh serbuk biji kelor (
(Pb) teradsorpsi.25 moringa oleifera ) dengan menggunakan
Adsorpsi merupakan peristiwa variasi massa 0,0000 g; 0,2001 g; 0,4000 g;
penyerapan di permukaan oleh suatu 0,6001 g; 0,8001 g dan 1,0000 g. Penentuan
adsorben atau daya serap dari zat penyerap kadar ion besi yang teradsorpsi dilakukan
yang terjadi pada permukaan. Proses dengan Spektro Fotometer Serapan Atom
adsorpsi sangat sesuai untuk memisahkan (SSA). Data yang diperoleh dianalisis
bahan dengan konsentrasi yang kecil dari secara deskriptif menggunakan persamaan
campuran yang mengandung bahan lain adsorpsi isoterm. Kadar Fe hasil penelitian
yang berkonsentrasi tinggi.20 Banyak untuk variasi masa serbuk biji kelor tersebut
senyawa yang dapat diadsorpsi oleh di atas berturut – turut 6,0036 %; 69,0342
Adsorben dipengaruhi oleh sifat – sifat %; 85,0429 %; 89,0443 %; 91,5456 dan
fisika dan kimia dari zat yang diserap, luas 92,5467 %. Hasil penelitian menunjukkan
permukaan, jenis adsorbat, konsentrasi bahwa penurunan maksimum kadar ion besi
adsorbat, temperature, pH, kecepatan yang teradsorpsi serbuk biji kelor diperoleh
pengadukan dan waktu kontak adsorpsi.21 pada masa 1,0000 g yakni 92,5467 %.25
Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus Dan dalam penelitian Aji, B. K. dan
fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, Kurniawan, F, biji salak dimanfaatkan
struktur rantai dan senyawa serapan.10 Biji sebagai adsorben Cr(VI) dengan
kelor lebih besar menurunkan penyerapan menggunakan metode kolom, serbuk biji
Pb dalam limbah dibandingkan biji salak, salak diayak dengan ukuran partikel 125,
Hal ini dapat dilihat dari komposisi biji 180, 250 dan 425 μm, dan hasil yang paling
kelor yang mengandung selulosa dan optimum adalah Ukuran adsorben biji salak
memiliki kandungan lain ,yaitu zat aktif berbanding terbalik dengan jumlah Cr(VI)
rhamnosyloxy – benzyl – isothiocyante, yang teradsorpsi. Semakin kecil ukuran
yang mampu mengadsorpsi dan adsorben, semakin besar pula luas
menetralisir partikel – partikel lumpur serta permukaan untuk mengadsorpsi. Ukuran
logam yang terkandung dalam limbah optimum serbuk biji salak sebesar 125 μm
tersuspensi dengan partikel kotoran yang dengan presentase adsorpsi Cr(VI) sebesar
20
PERBEDAAN ARANG BIJI KELOR DAN ARANG BIJI SALAK DALAM.. | ABDI ISWAHYUDI YASRIL

45,2 % diperoleh dengan waktu kontak 60 salak teraktivasi sebesar 10 gr adalah


menit, dan kapasitas penyerapan optimum 4.7055 ppm dengan efesiensi penyerapan
ion Cr(VI) oleh serbuk biji salak adalah sebesar 75.2518 %.
0,59 mg/g. Laju alir optimum adsorpsi Besar penurunan kadar Pb pada air
Cr(VI) oleh adsorben biji salak adalah 1 limbah dengan menggunakan arang biji
mL/menit dengan prosentase Cr(VI) kelor teraktivasi sebesar 15 gr adalah
teradsorpsi sebesar 49,5 %. Semakin lambat 5.4973 ppm dengan efesiensi penyerapan
laju alir, semakin besar pula tingkat sebesar 87.9157 %.
adsorpsi.12 Besar penurunan kadar Pb pada air
Selain kadar karbon, proses adsorpsi limbah dengan menggunakan arang biji
juga dipengaruhi oleh sisi aktif dari salak teraktivasi sebesar 15 gr adalah
permukaan adsorben yang biasa disebut 5.3370 ppm dengan efesiensi penyerapan
aktivasi. Aktivasi adalah proses sebesar 85.3510 %.
penambahan zat kimia (aktivator) yang Besar penurunan kadar Pb pada air
bertujuan untuk membangun porositas dan limbah dengan menggunakan arang biji
memperbesar luas permukaan. Semakin kelor teraktivasi sebesar 20 gr adalah
tinggi konsentrasi aktivator semakin besar 5.9103 ppm dengan efesiensi penyerapan
pula pengaruh untuk mengikat senyawa – sebesar 94.5206 %.
senyawa “tar” keluar melewati pori-pori Besar penurunan kadar Pb pada air
sehingga volume pori-pori semakin limbah dengan menggunakan arang biji
luas.10dengan demikian daya serapnya salak teraktivasi sebesar 20 gr adalah
semakin besar pula. 5.7476 ppm dengan efesiensi penyerapan
Berdasarkan besar penurunan dan sebesar 91.9178 %.
efesiensi penyerapan arang biji kelor aktif Terdapat perbedaan rata – rata
dan arang biji salak aktif, maka dapat penurunan 10 gr antara arang biji kelor
disimpulkan bahwa arang biji kelor maupun dengan arang biji salak dalam menurunkan
arang biji salak aktif dapat dipergunakan kadar Pb pada air limbah.
sebagai adsorben terhadap limbah logam Terdapat perbedaan rata – rata
berat dan diantara keduanya yang lebih penurunan 15 gr antara arang biji kelor
efektif adalah arang biji kelor dalam dengan arang biji salak dalam menurunkan
menurunkan kadar Pb dalam air limbah. kadar Pb pada air limbah.
Namun demikian untuk mengetahui Terdapat perbedaan rata – rata
kemampuan penyerapan logam dengan penurunan 20 gr antara arang biji kelor
optimal tanpa regenerasi perlu dilakukan dengan arang biji salak dalam menurunkan
penelitian lebih lanjut tentang konsentrasi kadar Pb pada air limbah.
karbon aktif yang paling efektif dan berapa Terdapat perbedaan penurunan kadar Pb
kali arang biji kelor maupun arang biji salak pada air limbah dengan menggunakan arang
aktif dapat dipergunakan dalam biji kelor teraktivasi dan arang biji salak
menurunkan logam berat dengan optimal teraktivasi.
tanpa regenerasi serta dapat meneliti lebih Untuk penurunan penyerapan logam Pb
lanjut dengan mengukur ukuran partikel pada air limbah dapat disarankan
dan waktu kontak pada adsorben arang biji menggunakan arang biji kelor dan arang biji
kelor dan arang biji salak. salak 20 gr.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
SIMPULAN DAN SARAN tentang konsentrasi karbon aktif yang
Besar penurunan kadar Pb pada air palingefektif.
limbah dengan menggunakan arang biji Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
kelor teraktivasi sebesar 10 gr adalah dengan mengukur ukuran partikel dan
5.2335 ppm dengan efesiensi penyerapan waktu kontak pada adsorben arang biji kelor
sebesar 83.6958 %. dan arang biji salak.
Besar penurunan kadar Pb pada air
limbah dengan menggunakan arang biji
21
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 01/MARET 2018

DAFTAR PUSTAKA Erdinur. Pemanfaatan Biosorben Arang


Sekam Padi dengan Metode Aktivasi
Wikipedia. Percetakan. 2014. [diakses 28
terhadap Penyerapan Logam Berat.
januari 2014]. Tersedia
Padang : Politeknik Kesehatan Padang.
dari:URL:http://id.wikipedia.org/wiki/
2012
Percetakan
Departemen Pertanian. Kawasan Salak.
Keputusan Menteri Pertanian.laporan
Jurnal Pertanian Direktur Budidaya
pemantauan limbah cair
Tanaman Buah. 2009
kegiatan/usaha dan atau industri
Aji, Kurniawan. Pemanfaatan Serbuk Biji
pertanian.UU Menteri Pertanian 818
Salak (Salacca zalacca) sebagai
tahun 1998
Adsorben Cr(VI) dengan Metode Batch
Wiskandini Yunaska Ridaningtiyas, Setiyo
dan Kolom. Surabaya : Institut
Didik Widodo, Hastuti Rum.
Teknologi Sepuluh November. 2012
Pengolahan Limbah Cair Industri
Arnas Ika Puji Astutik. Pengaruh Suhu
Percetakan Secara Elektrolisis dengan
Interaksi Minyak Goreng Bekas dengan
Elektroda Karbon/karbon. Semarang :
Menggunakan Karbon Aktif Biji Kelor
Universitas Diponegoro. 2013
(Moringa oleifera. LAMK) terhadap
Ririn. Degradasi Zat Warna Rhodamin b
Angka Iodin dan Angka Peroksida.
dengan AOPs Metode Fenton
Malang : UIN Malang. 2010
berdasarkan Variasi Konsentrasi Fe2+.
Sri Rozanna Irianty. Pengaruh Massa Biji
Semarang: Universitas Muhammadiyah
Kelor (Moringa oleifera Lamk) Dan
Semarang. 2010
Waktu Kontak pada Pengolahan Air
Komunitas Software. Tinta (Sejarah, bahan,
Gambut. Riau : Univeritas Riau. 2010
dan kandungan kimia). 2013. [diakses
Soeparman h.m ,Suparmin. Pembuangan
28 januari 2014]. Tersedia dari : URL :
Tinja dan Limbah. Jakarta : EGC . 2001
http://masbadar.com/tinta-sejarah-
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
bahan-dan-kandungan-kimia-nya/.
Hidup. Baku Mutu Limbah Cair.
Suksmerri, Sugiarta Evino. Analisis Resiko
NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995
Lingkungan pada Perusahaan Media
Djabu Udin, dkk. Pedoman bidang Studi
Cetak di Kota Padang tahun 2012.
Pembuangan Tinja dan Air Limbah
Padang : Politeknik Kesehatan Padang.
pada Institusi Pendidikan Sanitasi
2012
Kesling. Jakarta : Departemen
Ardyanto Denny. Deteksi Pencemaran
Kesehatan RI. 1990/1991
Timah Hitam (Pb) dalam Darah
Widowati Wahyu, Sastiono Astiana, Jusuf
Masyarakat yang Terpajan Timbal
Rymond Rumampuk. Efek Toksik
(Plumbum). Surabaya : Universitas
Logam , Pencegahan dan Penanggulan
Airlangga. 2007
Pencemaran. Yogyakarta : Andi. 2008
Prayitno Edi. Bahaya timbal bagi
Edahwati Luluk, Suprihatin. Kombinasi
kesehatan. 2012. [ diakses 29 januari
Proses Aerasi, Adsorpsi, Dan Filtrasi
2014]. Tersedia dari : URL :
Pada Pengolahan Air Limbah Industri
http://hex-
Perikanan. Jawa Timur : Upn. 2005
a.blogspot.com/2012/09/bahaya-
Tandy Edward, Fahmi Ismail Hasibuan,
timbal-bagi-kesehatan.html:FOSS
Harahap Hamidah. Kemampuan
Informatika
Adsorben Limbah Lateks Karet Alam
Suprihatin, A Erriek. Biosorpsi Logam
Terhadap Minyak Pelumas Dalam Air.
Cu(II) dan Cr (VI ) pada Limbah
Medan : USU. 2012
Elektroplating dengan Menggunakan
Kurniawan, Wahyudi, Tjahyani Siti.
Biomasa Phanerochaete
Adsorpsi Ion Logam Besi Dalam Air
Chrysosporium. Yogyakarta :
Sungai Brantas Oleh Serbuk Biji Kelor
Universitas Pembangunan Nasional.
(Moringa oleifera). Surabaya : UNESA.
2009
2012

22
PERBEDAAN ARANG BIJI KELOR DAN ARANG BIJI SALAK DALAM.. | ABDI ISWAHYUDI YASRIL

Lestari,Sri. Pengaruh Berat Badan Waktu


Kontak untuk Adsorpsi Timbal oleh
Adsorben dari Kuli t Batang Jambu Biji
(PsidiumGuajava L). Universitas
Mulawarman.2010

23
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 07/NOMOR 01/MARET 2018

24

You might also like