You are on page 1of 6

Nama : Agussulistyanafta

NIM : 1904026017
Kelas : IAT-A3
Makul : Hadits-hadts Aqidah
Dosen : Muhtarom

Soal Ujian Akhir Semester Hadis Aqidah

1. Coba lakukan kritik historis dan ideologis terhadap hadis tentang al-Mahdi berikut ini.

ِ ِ ُّ ‫َن النَّيِب صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم قَ َال ي ُكو ُن يِف أ َُّميِت الْمه ِد‬
‫صر فَسْب ٌع َوإِاَّل‬ ٍ ِ‫عن أَيِب سع‬
ِّ ‫يد اخْلُ ْد ِر‬
َ َ ُ‫ي إ ْن ق‬ َْ َ َ َ َ َْ ُ َ َّ َّ ‫ي أ‬ َ َْ
ٍ ِ ُ ‫َّخر ِمْنهم شيئا والْم‬ِ ُّ َ‫فَتِ ْس ٌع َفَتْن َعم فِ ِيه أ َُّميِت نِ ْع َمةً مَلْ َيْن َع ُموا ِم ْثلَ َها ق‬
‫وس‬
ٌ ‫ال َي ْو َمئذ ُك ُد‬ َ َ ًْ َ ْ ُ ُ ‫ط ُت ْؤتَى أُ ُكلَ َها َواَل تَد‬ ُ

ُّ ‫ول يَا َم ْه ِد‬


ُ ‫ي أ َْع ِطيِن َفَي ُق‬
‫ول ُخ ْذ‬ ُ ‫الر ُج ُل َفَي ُق‬
َّ ‫وم‬
ُ ‫َفَي ُق‬

- kritik historis: dimaksudkan untuk mengungkap asal usul doktrin tersebut


- kritik ideologis: untuk mengukur kekuatan doktrin tersebut menurut aqidah Islam

2. Menurut hadis, iman memiliki lebih dari 60/70 cabang. Coba anda beri gambaran untuk
menjelaskan masalah ini, dan cabang-cabang tersebut mencakup apa saja?

3. ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ال َْع ْه ُد الَّ ِذي َب ْيَننَ ا َو َب ْيَن ُه ْم‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َ 8َ‫ه ق‬8ِ 8‫د َة َع ْن أَبِي‬8َ 8ْ‫د اللَّ ِه بْ ِن بَُري‬8ِ 8‫َع ْن َعْب‬
ُ َ َ َ‫ال ق‬8

‫يح‬ ِ ‫ن‬8‫يث حس‬ ِ ِ ٍ َ‫اب َع ْن أَن‬8َ‫الصاَل ةُ فَ َم ْن َت َر َك َها َف َق ْد َك َفرَ َويِف الْب‬


ٍ َّ‫س َوابْ ِن َعب‬
ٌ ‫ح‬8 ‫ص‬
َ ٌ َ َ ٌ ‫د‬8‫ه َذا َح‬8َ ‫ى‬8‫و عي َس‬8ُ‫ال أَب‬8
َ َ‫اس ق‬ َّ

ٌ ‫َغ ِر‬
)‫يب (الرتمذي‬

Bagaimana kita membaca fenomena umat Islam yang banyak tidak mengerjakan shalat
dalam kehidupan sehari-harinya dengan menggunakan perspektif hadis ini ?
4. Hadis berikut:

ُ 8‫د َثنَا َر ُس‬8َّ ‫ح‬8َ ‫د اللَّ ِه‬8ُ 8‫ال َعْب‬8


‫ول‬ ٍ ‫د بْ ِن و ْه‬8ِ 8ْ‫ش َع ْن َزي‬
َ 8َ‫ب ق‬ ِ ‫َع َم‬ 8ْ ‫و اأْل‬88ُ‫د َثنَا أَب‬8َّ ‫ح‬8َ ‫ ِع‬8‫الربِي‬
ِ ‫و‬8َ ‫َح‬
ْ ‫ص َع ْن اأْل‬ َّ ‫ ُن بْ ُن‬8‫دثَنَا احْلَ َس‬8َّ ‫ح‬8َ
َ
ِ ِ 8َ ‫ال إِ َّن أ‬8 ِ َّ ‫اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم وهو‬
َ ‫هُ يِف بَطْ ِن أ ُِّمه أ َْربَع‬88‫ع َخ ْل ُق‬8ُ ‫َح َد ُك ْم جُيْ َم‬
َّ‫ا مُث‬88‫ني َي ْو ًم‬ َ َ‫وق ق‬
ُ ‫ ُد‬8‫ص‬
ْ ‫الصاد ُق الْ َم‬ َُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ
ٍ ‫أَرب ِع َكلِم‬8ِ‫ؤمر ب‬8ْ ‫ا َفي‬8‫ث اللَّه ملَ ًك‬ ِ ِ
‫ب‬
ْ ُ‫هُ ا ْكت‬8َ‫ال ل‬8
ُ ‫ات َويُ َق‬8َ َ ْ َُ ُ َ ‫ل ذَل‬8َ ْ‫ضغَةً ِمث‬
َ ُ ُ ‫ك مُثَّ َيْب َع‬8 َ ‫يَ ُكو ُن َعلَ َقةً ِمثْ َل ذَل‬
ْ ‫ك مُثَّ يَ ُكو ُن ُم‬
ِ ‫الرج‬ ِ ‫ر‬8ُّ ‫ه ال‬8ِ ‫عِي ٌد مُثَّ يْن َف ُخ فِي‬8‫ ِق ٌّي أَو س‬8‫هُ و َش‬8َ‫َعملَهُ و ِر ْزقَهُ وأَجل‬
َ ‫هُ َو َبنْي‬8َ‫و ُن َبْين‬8‫ا يَ ُك‬8‫ل َحىَّت َم‬8 َ ُ َّ ‫إ َّن‬8َ‫وح ف‬
ُ ‫ل مْن ُك ْم لََي ْع َم‬8 ُ ُ َ ْ َ َ َ َ َ
ِ ِ ‫م‬8 ‫هُ َفي ْع‬88 ‫ه كِتَاب‬8ِ 8‫بِ ُق َعلَْي‬8‫اجْل ن َِّة إِاَّل ِذراعٌ َفيس‬
ٌ‫هُ َو َبنْي َ النَّا ِر إِاَّل ذ َراع‬88َ‫و ُن َبْين‬88‫ا يَ ُك‬88‫ل َحىَّت َم‬8 ِ
ُ ‫م‬8َ ‫ل النَّار َو َي ْع‬8ِ ‫َه‬8ْ ‫ل أ‬8ِ ‫م‬8َ ‫ل ب َع‬8
َُ َ ُ َْ َ َ
)‫اب َفَي ْع َم ُل بِ َع َم ِل أ َْه ِل اجْلَن َِّة ( البخاري‬ ِ ِ
ُ َ‫َفيَ ْسبِ ُق َعلَْيه الْكت‬

Jelaskan hadis ini dikaitkan dengan konsep takdir dan kebebasan berbuat !

Jawab:

1. Dalam hadits yang berbunyi:

‫صَر فَ َسْب ٌع َوإِاَّل فَتِ ْس ٌع‬ ُّ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال يَ ُكو ُن يِف أ َُّميِت الْ َم ْه ِد‬
ِ ُ‫ي إِ ْن ق‬
َ َّ ‫َن النَّيِب‬
ٍ ِ‫ا ْن أَيِب سع‬
ِّ ‫يد اخْلُ ْد ِر‬
َّ ‫ي أ‬ َ
ٍ ِ ُ ‫َّخر ِمْنهم شيئا والْم‬ِ ُّ َ‫َفَتْن َعم فِ ِيه أ َُّميِت نِ ْع َمةً مَلْ َيْن َع ُموا ِم ْثلَ َها ق‬
‫وم‬
ُ ‫وس َفَي ُق‬
ٌ ‫ال َي ْو َمئذ ُك ُد‬ َ َ ًْ َ ْ ُ ُ ‫ط ُت ْؤتَى أُ ُكلَ َها َواَل تَد‬ ُ
‫ول ُخ ْذ‬ ُّ ‫ول يَا َم ْه ِد‬
ُ ‫ي أ َْع ِطيِن َفَي ُق‬ ُ ‫الر ُج ُل َفَي ُق‬
َّ
Dari Abu Said al-Khudri, Rasulullah saw bersabda: “Dia akan memimpin umatku
selama tujuh tahun atau sembilan tahun. Pada zaman itu, umatku akan mendapat
kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh
banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada ketika itu, harta
melimpah-ruah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi, berilah aku
sesuatu. Maka Imam Mahdi berkata: Ambillah semua yang kamu mau”. (Sunan Ibnu
Majah, no: 4073).
Hadits tersebut berkaitan dengan gambaran saat kedatangan Imam al-Mahdi, di
mana para pengikutnya mendapatkan nikmat yang belum pernah didapatkan sebelumnya.
Selain itu, dijelaskan juga mengenai berapa lamanya Imam al-Mahdi memimpin
umatnya. Dijelaskan dalam hadits tersebut bahwa beliau memimpin sekira tujuh sampai
sembilan tahun. Semua kenikmatan yang diperoleh ini merupakan hasil dari sikap
kepemimpinannya yang mendatangkan banyak keberkahan.

2. Dalam hadits:

ْ ِ‫ اإْلِ ميَا ُن ب‬: ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬


ْ ِ‫ أ َْو ب‬،‫ض ٌع َو َسْبعُو َن‬
‫ض ٌع‬ ِ ِ
َ ‫َع ْن أَيِب ُهَر ْيَرةَ َرض َي اللَّهُ َعْنهُ قَ َال قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل‬
ِ َ‫ واحْل ياء ُشعبةٌ ِمن اإْلِ مي‬،‫ وأ َْدنَاها إِماطَةُ اأْل َذَى ع ِن الطَِّر ِيق‬،‫ اَل إِلَه إِاَّل اللَّه‬: ‫ضلُها َقو ُل‬ ِ
‫ان‬ َ َْ ُ ََ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ‫ فَأَف‬،ً‫َوستُّو َن ُش ْعبَة‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih.
Yang paling utama yaitu perkataan La ilaha illallah, dan yang paling ringan yaitu
menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman.
Maksud dari hadits yang sudah dipaparkan di atas adalah iman itu memiliki
cabang-cabang. Cabang-cabang itu sendiri terdiri dari sekira tujuh puluh atau enam
puluh cabang lebih. Hal ini menimbulkan sedikit keraguan tentang berapa jumlah pasti
cabang-cabang keimanan. Imam Baihaqi lebih merujuk pada pendapat yang menyatakan
bahwa cabang-cabang iman itu terdiri dari enam puluh cabang. Hal ini diuatkan oleh
pendapat salah satu rawinya yaitu Sulaiman, serta dikuatkan pula oleh Ibnu Shalah yang
memilih pendapat bahwa cabang-cabang iman terdiri dari enam puluh cabang dengan
alasan mengikuti jumlah yang sedikit karena dianggap lebih pasti.

Dalam hadits yang telah tertukis di atas pula, menunjukkan bahwa iman
mencakup keyakinan dan perbuatan hati, amalan anggota badan, perkataan lisan, serta
semua yang bisa mendekatkan diri kepada Allâh Azza wa Jalla, juga segala yang dicintai
dan diridhai-Nya, baik yang wajib maupun yang sunnah. Itu semua masuk dalam iman.

Dari sekian banyaknya cabang-cabang keimanan yang ada, apabila salah satu
diantaranya ada yang ditinggalkan, maka akan menyebabkan timbulnya kekufuran
dalam diri seseorang. Ada pula yang apabila ditinggalkan akan mengakibatkan dosa,
baik dosa besar maupun disa kecil. Bahkan, ada pula yang apabila ditinggalkan akan
menyebabkan keimanan akan hilang dan tidak membekas sama sekali.

Dalam pembagian cabang dan tingkatan iman sendiri, bisa dikategorikan menjadi
3 bagian, yaitu:

a. Tingakatan tertinggi
b. Tingkatan menengah
c. Tingkatan terendah
Terkait tingkatan iman, dikatakan dalam hadits tersebut bahwa terdapat tiga
tingkatan iman. Pertama, tingkatan tertinggi yaitu “Perkataan Lâ ilâha illallâh”. Hal
ini menunjukkan bahwa meyakini akan adanya Allah SWT adalah pondasi utama
dalam sebuah Iman. Kedua,tingkatan menengah yaitu “Malu”. Malu dikategorikan
sebagai tingkatan menengah karena dengan adanya rasa malu, seseorang akan
memikirkan baik buruknya dalam berperilaku dan menerapkan seluruh cabang
keimanan. Dan tingkatan yang terakhir, adalah tingkat terendah, yaitu “Menyingkirkan
gangguan dari jalan”. Hal ini merupakan hal yang tampak sepele, akan tetapi manfaat
dan akibatnya sangat besar, salah satunya adalah memberi rasa aman dan nyaman bagi
orang-orang yang ada di sekitar.

3. Pada zaman sekarang, tidak sedikit kita lihat orang yang mengaku beragam Islam namun
enggan dan malas melaksanakan sholat dengan beebagai alasannya. Dalam menyikapi
hadits tentang orang yang meninggalkan shalat adalah digolongkan sebagai kafir, di sini
para ulama memiliki perbedaan pendapat.
Pendapat pertama yang menyatakan bahwa orang yang meninggalkan sholat
termasuk dalam golongan kafir. Hadits di atas dianggap menjeaskan bahwa yang menjadi
batasan dan pemisah antara orang yang kafir dengan yang tidak adalah ibadah shalat.
Oelh karena itu, siapa saja yang meninggalkan shalat secara sengaja, maka ia
digolongkan dalam golongan yang kafir. Hal ini tidak hanya dibuktikan dengan hadits-
hadits yang berkaitan, namun juga di dalam al-Qur’an sudah sangat jelas bahwa orang-
orang yang tidak melaksanakan shalat dan meninggalkan shalat dengan sengaja, maka dia
bukan lah saudara seagama. Sehingga, bisa dikatakan bahwa orang tersebut telah kafir an
keluar dari agam islam.
Pendapat yang kedua yang menyatakan bahwa meningggalkan shalat tidaklah
menggolongkan seseorang kepada golongan kafir. Mereka menggolongkannya dalam
golongan orang-orang yang fasik. Hal ini disampaikan oleh Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, dan Imam Syafi’i. Namun mengenai hukuman bagi orang yang meninggalkan
shalat, mereka berbeda pendapat. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Malik, orang yang
menimgglkan shalat harus dihukum dengan hukuman mati sebagai bentuk hadd.
Sedangkan menurut Imam Hanifah, ia hanya dihukumi dengan ta’zir (peringatan) saja,
bukan hukuman mati. Jumhur ulama juga berpendapat bahwa orang yang meningalkan
shalat tidak dihukumi kafir, namun hanya dihukumi fasiq. Ada juga pendapat yang
menyatakan bahwa hukum meninggalkan shalat masih jauh di bawah dosa syirik dan
kekafiran.
Hikmah yang bisa diambil adalah sebagai seorang muslim yang ta’at akan aturan
Allah, sebaiknya kita tetap menjaga shalat kita bagaimanapun keadannya untuk
mnegantisipasi gelar apa yang akan disematkan kepada kita jika kita meninggalkannya.

4. Hadits di atas berkaitan dengan hal-hal yang masuk dalam kajian takdir yang telah
dtetapkan oleh Allah. Sebelumnya, kita harus mengetahui terlebih dahulu pembagian
takdir. Takdir sendiri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu takdir muallaq dan takdir
mubram.
Takdir muallaq sendiri adalah takdir yang manusia masih memiliki kesempatan
untuk mengubah dengan kemampuan yang dimiliki. Seperti rejeki dan jodoh. Semua itu
merupakan takdir yang masih bisa diusahakan dengan segenap kemampuan manusia.
Sedangkan takdir mubram adalah takdir yang manusia tidak memiliki kesempatan dan
kemampuan untuk mengubahnya karena itu merupakan takdir dan ketetapan Alllah.
Contohnya adalah kematian.
Manusia memang sudah memiliki garis takdir masing-masing yang sudah
ditetapkan oleh Allah seperti yang tertuang dalam hadits di atas. Akan tetapi manusia
juga diberi kesempatan untuk mengubah dan memperbaiki takdirnya menjadi lebih baik.
Dengan adanya takdir yang sudah ditetapkan Allah tidak semerta-merta membuat
seseorang pasrah akan apa yang ditakdirkan tersebut. Jika hanya mengandalkan apa yang
ditakdirkan Allah, maka ada kemungkinan agama ini akan rusak, misalnya saja seseorang
sudah ditakdirkan menjadi maling. Jika ia tidak brupaya untu merubah dirinya menjadi
lebih baik dan mencari rejeki yang halal, maka akan berdampak buruk tidak hanya bagi
dirinya, namun juga bagi orang lain.

You might also like