You are on page 1of 19
UPAYA PENINGKATAN PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP OPERATOR KAITANNYA DENGAN KESELAMATAN PENERBANGAN Lolo Kustoro *} ABSTRAK Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan transporlasi sebagai prioritas dan pertimbangan utama dengan segera melakukan langkablangkah,melaksanakan pengujian dan pemeriksaan terkadap sarana dan prasarana transportasi sesuai dengan kewenangan masing-masing, prosedur, dan tata cara yang diletapkan dalam peratieman perundang-undangan yang berlala agar pengoperasian sarana transportasi memenuhi persyaratan kelaikan baik menyangkut sarana maupun pengawakannya; meningkatkan pengawasan terhadap penanganan dan pemeriksaan penumpang, bagasi dan kargo serta pos termasuk tata cara pemuatannya, sesuai dengan kefentuan peraturan perundang-amdangan yang berlaku. Kata Kunci : Pengmonsan, Keselamatan Penerbangan PENDAHULUAN Dalam menunjang keberhasilan pelayanan jasa transportasi udara yang efisien dan efektif tentunya diperlukan suatu kejelasan mengenai fungsi keberadaan Administrator Bandar Udara dalam mengatasi keselamatan penerbangan. Oleh sebab itu, untuk memberikan kewenangan antara Administrator Bandar Udara sebagai pelaksana fungsi pemerintah dan pengelola bandar udara dalam hal PT (Persero) Angkasa Pura I. Mengacu kepada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbanganmenyatakan bahwa penyelenggara bandar udara untuk umum dan pelayanan navigasi penerbangan dilakulen oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan perturan perundang- undangan yang berlaku (Pasal 26 Ayat 1). Dalam pelaksanaan tugas ada beberapa kewenangan Administrator bandar udara yang belum dilaksanakan sesuai peraturan, hal ini sebaiknya perlu mendapat perhatian seperti: 1. Pengawasan dan pengendalian personil dan fasilitas di bandar udara. 2. Pengawasan kegiatan angkutan udara. 3, Pengawasan pengoperasian pesawat udara. 4, Pengamanan kecelakaan pesawat udara. Maksud kajian adalah dalam upaya peningkatan pengawasan pemerintah terhadap op- erator kaitannya dengan keselamatan penerbangan. Sedangkan tujuan adalah mengatasi keselamatan penerbangan secara optimal. Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 7 POKOK PERMASALAHAN Rumusan masalah dalam pengkajian ini adalah bagaimana Upaya regulator mengatasi mengatasi keselematan penerbangan dan apakah dengan terjadinya beberapa kejadian pesawat udara di bandar udara perlu adanya peningkatan kinerjanya, Kerangka berpikir INSTRUMENTAL INPUT + Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang Penerbangan * Peraturan Pemerintah No, 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, TINJAUAN PUSTAKA 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan. 2, Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan, 3, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Administrator Bandar Udara. Dalam melaksanakan tugas Kantor Ad- ministrator Bandar Udara. 4, Instruksi Menteri Perhubungan Nomor'1 Tahun 2007 tentang Peningkatan Keselamatan Dan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Transportasi. 5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 47 Tahun 2002 Tentang Sertifikat Operasi Bandar Udara (SOB). 6. Majalah Figur Edisi XIV Tahun 2007 halaman 12,13 Penerbit PT. Panca Wira Karsa. 7. Tabloid Transportasi Indonesia (Transindo) Edisi. 03/Th.1 15-30 Juni 2007. 78 Volume 21, Nomor J, Tahun 2009 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis penelitian 1. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Keamanan dan Keselamatan. Peraturan perundang-undangan yang mengatasi tentang keamanan dan keselamatan penerbangan sipildiIndonesia diaturmelalui PeraturanPemerintah Nomor3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Kesclamatan Penerbangan, disebutkan bahwa keamanan dan keselamatan adalah suatu kondisiuntukmewujudkan penyelenggaraantransportasi yang lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan teknis sarana dan prasarana perujang penerbangan, Sedangkan keamanan transportasi adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan transportasi yang bebas dari gangguan dan atau tindakan yang melawan hukam. 2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Administrator Bandar Udara (Pasal 3). Dalam melaksanakan tugas Kantor Administrator Bandar Udara menyelenggarakan fungsi: - a b. & h, Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan Kantor Administrator BandarUdara. Penyusunan rencana dan program kerja pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan serta kelancaran penerbangan. . Penyusunan rencana dan program kerja pengawasan dan pengendalian keamanan dan ketertiban di bandar udara. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian keamanan dan keselamatan serta kelancaran penerbangan. . Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian keamanan dan ketertiban di bandar udara. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi kegiatan fingsi pemerintahan dan pelayanan jasa bandar udara dan jasa penerbangan untuk kelancaran operasional di bandar udara. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan termasuk laporan akuntabilitas kinesja instansi pemerintah Kantor Administrator BandarUdara. Pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggan, serta pelayanan informasi kepada masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Kantor Adminis- trator Bandar Udara mempunyai kewenangan : a b. Menentukan penutupan atau perpanjangan jam operasi bandar udara dan penggunaan atau penutupan sebagian fasilitas pokok sisi udara wntuk dioperasikan dalam keadaan tertentu; Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap setiap person (bersertifikat), meliputi: Volume 21, Nomor 1, Taian 2009 73 80 e 1) petugas pemandu lalu lintas udara; 2) petugas bantu operasi penerbangan; 3) petugas penerangan/ informasi aeronautika; 4) petugas teknisi fasilitas elektronika dan listik: 5) petugas pengatur pergerakan pesawat udara di apron {apron movement controllAMC); 6) petugas pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKP- ): 7) petugas salonge; 8) petugas pengamanan bandar udara; 9) petugas pengamanan operator penerbangan; 10) petugas pasasi; Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap fasilitas dan peralatan bandar udara; Mengawasi pergerakan orang dan kendaraan di daerah terbaias (non public crea/ NPA dan restricied public area/RPA) di bandar udara. yang meliputi: 1) pemberianizin masuk kepada orang atau kendaraan (PAS) yang akan melakukan kegiatan di daerah terbatas (non public area/NFA dan restricted public orea/RPA) di bandar udara; 2) pengawasan terhadap pelaksanaan tugas keamanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara bandar udara dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap penumpang. bagasi dan jinjingan, pos, kargo, personil, petugas, pegawai yang akan melakukan aktivitas di daerah terbatas (non public area/MFA dan restricted public orea/RPA) dan tempat-tempat khusus di bandar udara; 3) pemberian tanda izin mengemudi kendaraan yang beroperasi di sisi udara (air side); 4) pengawasan terhadap petugas yang mengoperasikan kendaraan di sisi udara (air side); 5) pengawasan terhadap kendaraan yang beroperasi di sisi udara (nir side); 6) pemberian ijin khusus (dalam keadaan tertentu) terhadap kendaraan yang bukan Kendaraan khusus sisi udara (air side) ke sisi udara; 7) pengawasan terhadap kendaraan yang diberi jin khusus akan ke dan dari sisi udara (air side), Sebagai penanggung jawab terhadap pengamanan pesawat udara yang mengalami kecelakaan (accident) dan kejadian (incident) untuk diambil tindakan lebih lanjutsesuai ketentuan yang berlaku, meliputi: ‘Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 no 1) melaporkan kezeiakaan (accident) dankejadian (incident) kepada Direktur Jencteral Perhubungan Udara, untuk ditindaklanjuti; 2) mencegah terjadinya tindakan yang dapat mengubah Ietak pesawat udara, mertusak dan/atau mengambil barang-barang dari pesawat udara yang mengalami kecelakaan (accident); 3) mengambil tindakan awal terhadap kecelakaan (eccident) dan kejadian (iucident) pesawat udara. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan sistem pengamanan dan pelayanan bandar udara yang meliputi pengamanan personil, pengamanan fisik materiil, pengamanan informasi dan pengamanan kegiatan, serta melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan unsur-unsur pengamanan yang bertugas di bandar udara dalam kondisi normal (situasi hijau); Sebagai koordinator, pemegang komando dan pengendali keamanan dan ketertiban dalammenghadapi ancaman (situasi kuning), dan meningkatkan pelaksanaan sistem pengamanan bandar udara, serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan, dan segera memberitahuken kepada aparat POLRI setempat; . Pengawasan pelaksanaan keamanan dan ketertiban di daerah Jingkungan kerja bandar udara dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang, berlaku; Mengkoordinasikan penyusunan dan melaksanakan program pengamanan bandar udara bersama-sama dengan pelaksana kegiatan di bandar udara; Scbagai penanggimg jawab atas ferlaksananya program pengamanan bandar udara; Mengamankan sementara tethadap pelaku tindak pidana di daetah lingkungan kerja bandar udara, guna proses lebih lanjut oleh instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat; . Mengawasi pelaksanaan ketentuan Rencana Induk Bandar Udara di wilayah Kewenangannya: Mengawasi pelaksanaan ketentuan Kawasan Kesclamatan Operasi Penerbangan di sekitar bandar udara di wilayah kewenangannya; Mengawasi pelaksanaan ketentuan Kawasan Kebisingan di sekitar bandar udara di wilayah kewenangannya; Mengawasi pelaksanaan ketentuan Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara di wilayah kewenangannya; . Mengawasi pelaksanaan ketentuan Dampak Lingkungan di wilayah kewenangannya; ._ Memberikan rekomendasi pembangunan di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan; Mengawasi ijin terbang (fight approval) terhadap kegiatan angkutan udara; Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 81 8. Mengawasi pelaksanaan rute penerbangan oleh perusahaanangkutan udara nasional; t. Mengawasi penggunaan hak angkut (traffic rig/ts) oleh perusahaan angkutan udara asing; u. Mengawasi pelayanan jasa bandar udara dan jasa angkutan udara, sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku: v. Melaksanakan pemeriksaan dokumen dan kelengkapan untuk pesawat udara yang beregistrasi Indonesia (PK), meliputi : 1) dokumen sertifikat pendaftaran; 2) dokumen sertifikat kelaikan udara; 3) dokumen izin radio (radiopermit): 4) dokumen asuransi pihak ketiga; 5) dokumen sertifikat kecakapan pilot dan personil kabin; 6) daftar pemeriksaan ruang kemudi (cockpit checklist); 7) kapasitas (load sheet) termasuk daftar penumpang (manifest); 8) catatan peraw/atan pesawat udara (aircraft maintenance log); buku. pedoman penerbangan pesawat udara (aircraft flight manual); 9) rencana terbang (flight plan), Pasal 5 (Q) Kegiatan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 meliputi: a) pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan keamanan, kesclamatan dan kelancaran penerbangan, serta keamanan dan ketertiban di bandar udara; 1) tindakan korektif terhadap pelaksanaan keamananjkeselamatan dan kelancaran penezbangan, serta keamanan dan ketertiban di bandar udara. Saat ini jumlah Kantor Administrator Bandar Udara sebanyak 5 (lima) lokasi terdiri dari : a. Kantor Administrator Bandar Udara kelas utama scbanyak 1 (satu) lokasi yaitu: Kantor Administrator Bandar Udara Internasional Jakarta Soekamo-Hatta dijabat oleh Eselon Tra. b. Bandar Udara kelas I sebanyak 4 (empat) lokasi yaitu Kantor Administrator Bandar Udara Polonia-Medan, Juanda-Surabaya, Ngurah Rai-Bali dan Hasanuddin- Makkassar dijabat oleh Eselon Hb. 3. Instruksi Menteri Perhubungan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan Kesclamatan Dan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Transportasi. a. Meningkatkan keselamatan dan keamanandalam penyelenggaraan_transportasi sebagai prioritas dan pertimbangan utama dengan segera melakukan langkah Iangkah sebagai berikut: 82 Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 1) melaksanakan pengujian dan pemeriksaan terhadap sarana danprasazana transportasi sesuai dengan kewenangan masing-masing, prosedur, dan tata cara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku agar pengoperasian sarana transportasi memenuhi persyaratan kelaikan baik menyangkut sarana maupun pengawakannya; 2) meningkatkan pengawasan terhadap penanganan dan pemeriksaan penumpang, bagasi dan kargo serta pos termasuk tata cara pemuatannya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3) melakukan pengawasan terhadap perawatan sarana dan prasarana transportasi, agarselalu dilaksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan; 4) melakukan indentifikasi daerah rawan kecelakaan transportasi dan mengambil Jangkah-langkah pencegahan terjadinya kecelakaan transportasi sesuai dengan prioritas tingkat kerawanan; 5) mengambil tindakan secara dini, berkoordinasi dengan unit kerja atau instansi terkait, apabila menemukan kondisi yang’ dapat membahayakan keselamatan dan keamanan dalam pengoperasian sarana dan prasarana transportasi, 6) memberikan pembinaan kepada aparatur pemerintah atau operator sarana/ prasarana transportasi untuk selalu memahami tugas dan tanggung jawabnya, serta memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kelayakan serta tata cara pengoperasian sarana/prasarana dengan sclamat dan aman; 7) meningkatkan pengawasan terhadap seluruh aparat pada unit-unit pelaksana teknis dalam pelaksanaan togas pengawasan dan pengoperasian, agar sepenuhnya mematuhi peraturan perundang-undangan; 8) melakukan pemeriksaan terhadap setiap terjadinya kecelakaan guna dapat mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan dalam upaya perbaikan, untuk amenghindarkan terjadinya kecelakaan dengan sebab yang sama dikemudian hari. b, Menjatuhikan sanksi secara tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada aparatur pemerintah atau operator sarana/prasarana iransportasi yang lalai dalam membatalkan tagas atau. tidak mentaati peraturan perundangundangan yang berlaku. 4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara. a. Jenis dan jumlah pesawat udara yang dioperasikan : 1) Angkutan udara niaga berjadwal minimal 2 (dua) unit pesawat udara dimiliki dan 3 (tiga) unit pesawat udara yang dikuasai dengan jenis yang mendukung kelangsungan usaha (CASR 121) untuk 30 kursi penumpang keatas. 2) Angkutan udara niaga tidak berjadwal minimal 1 (satu) unit pesawat udara dimiliki dan 2 (dua) unit pesawat udara dikuasai dengan jenis yang mendukung, kelangsungan usaha (CASR 135) untuk 30 kursi penumpang kebawah. ‘Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 83 5. 84 3) Angkutanudara niaga khusus kargominimal 2 (dua) unitpesawatudara dikuasai (Pasal 5 ayat 1). b. Sumber daya manusia termasuk teknisi dan awak pesawat udara sesuai Pasal 4 ayat 1 huruf g butir 4 sekurang-kurangnya memuat tahapan kebutuhan sumber daya manusia langsung maupun tidak langsung menyangkut kualifikasi dan jumlah per tahun untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun kedepan sesuai CASR 121 atau CASR 135. c. Kesiapan atau kelayakan operasi sesuai Pasal 4 ayat 1 huruf g butir 5 sekurang- Kurangnya memuat : 1) Rencana pengadaan, pemeliharaan atau perawatan pesawat udara; 2) Rencana pengadaan fasilitas pendukung operasional pesawat udara; 3) Rencana pengadaan fasilitas pelayanan penumpang pesawat udara; 4) Renenaa pemasaran jasa angkutan udara sesuai CASR 121 atau CASR 135. Kondisi perbengkelan pesawat udara Kondisi perusahaan perbengkelan/perawatan pesawat udara bertumbuh pesat. Berdasarkan AMO Register Domestic Active anggota perbengkelan/perawatan pesawat udara sebagai berikut : ‘Tabel 1. Daftar Anggota AMO Yang Aktif ‘Tahun 2008 =NO! : LA: PERUSAHAAN. SO CALAMAT: | 1. Aircraft Mutti Interior Industry, PT Tangerang 2. Airsindo Mitra Angkasa, PT "Bandung: 3. Adhiprayasa Pratama, PT Jakarta 4, Aero Nusantara indonesia, PT Tangerang 5. Aerotama Dinamika Perkasa, PT Jakarta 6. Aro Abadi Utema, PT Jakarta 7. Atk Futura Angkasa, PT Bekast 8. Atikan Indo Angkasa, PT Bandung, 9. Auvia Gaya Perkaso, PT Jakarta 10. Aviansia PT Bogor 11. Aviantara Dwipa, PE Bandung 12 Avtek Transutama, PT Jakarta 18. Bagas Nusantara Putra, PT Bandung 14. Citra Arya Korindo, PT Bogor 15, Citra Aviatama Dirgantara, PT Tangerang 16. Cipta Mitra Serasi (Citras), PT Jakarta 7. Depo Pemeliharaan 10 Bandung 18. Depo Pemeliharaan 30 Malang 19. Elti Aviomarindo Jakarta 20. Enggal Makmur Abadhi (Ema), PT Jakarta 21. Focus Angkasa Abadi, PT Bogor 22. Gapura Angkasa, PT Jakarta 2. Global Avionika Indonesia, PT Tangerang 24, Gmnf Acroasia, PT Tangerang 25, Indonesia Air Transport, PT Jakarta 26. Indopelita Aircraft Service, PT “Tangerang 27. indo Aero Semesta, PT Jakarta ‘Volume 21, Nomor 1, Takrun 2009 28. Indonesia Technology Aviation Jakarta 29, International Aviation Service Assistance (ASA) Tangerang 30 Jas Aero Engineering Services, PT Jakarta 31. Juanda Aero Maintenance, PT Surabaya 32. Kadomas Avindotama, PT Jakarta 33. Kalimasada Pusaka, PT Jakarta 34, Kandiyasa Dirgantara, PT Jakarta 35. Kemasindo Acrotama, PT Jakarta 36. Laksana Cipta Aero, PT Jakarta 37. Lion Technic Jakarta 38. Maura Cipta Arta, PT Jakarta 39. Muladatu, PT “Tangerang 40. Mulya Sejahtera Technology, PT Tangerang 41. Mitra Lintas Buana Air, PT Jakarta 42. Namida Utama, PT Bandung 43, Nur Avia Mandiri, PT Bogor 44. Orientasi Bina Terpadu, PT Jakarta 45, Prakasa Multisari Mandiri, PT Jakarta 46, Purna Sentana Baja, PT Jakarta 47, Putra Elang Angkasa Raya (Pear), PT Tangerang 48. Rekatama Putra Gegana, PT Bandung, 49. Sapta Jaya Utama, PT Jakarta 50. Sarigema Dinamika, PT Jakarta SL. Sigar Dirgajaya Utama, PT Bandung 52. Sbu-Merpati Maintenance Facility. PT MNA Jakarta 53. Su-Aircraft Services PT DI Bandung 54, Serason Jaya, PT Bandung 55. Surya Kencana Dirgantara, PT Jakarta 56. Star Aero Engineering, PT Tangerang 57. System Bangun Persada, PT Jakarta 58. Tessim Putra Persada, PT Jakarta 59. Tribuana Aerospace, PT Bandung 60. UMC-NTP, PT Bandung 61. Yayasan Jasa Aviasi Indonesia, PT Sentani Jayapura Suntber : Direktorat Kelaikan Pesatoat Udara dan Pengoperasian Pesauet Uda Tate 2008. 5. Perusahaan penerbangan dalam negeri Perkembangan jumlah perusahaan angkutan udara niaga berjadwal dan jumlah ax- mada udara yang beroperasi berdasarkan tipe dapat dilihat pada tabel 23 dan 4. ‘Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 85 Tabel 2. Perkembangan Jumlah Armada Udara Pada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Berjadwat Tahun 2002 - 2006 No PERUSAHAAN TAHUN ANGKUTAN UDARA 2002 | 2003 | 2004 | 2005 | 2006 1. | PE. GARUDA INDONESIA 46 50 so | 7 | 49 2. | PT. MERPATINUSANTARA 38 2 32 | a5 | 3. | PT. BOURAQ INDONESIA. 10 3 8 9 4 4,| PT. MANDALA AIRLINE 13 uu is [10 | 10 5. | PT. DIRGANTARA AIR SERVICE 15 5 ws | 19 [19 6, | PI. LION MENTARI AIR, 10 v w_ | as | 2 7.| PY. PELITA AIRSERVICE 7 6 1 1 8.| PT. AIR WAGON INTERNATIONAL | __*) 5 1 4 + 9.] PT. STAR AIR 4 5. z 5 4 30. | PT. JATAYU GELANG SEJAHTERA 5 9 n 1 | 4 ii. | PT, METRO BATAVIA 5 8 mu | wv | 2 12.| PT, BALI AIR 4 6 4 5 4 13 | PT. RIAU AIRLINES 1 2 2 2 4 14,| PT. AIR PARADISE, 5 2 2 4 ) 15, | PT. TRIGANA AIR SERVICE *) 4 6 8 8 16. | PT. WING ABADI AIRLINES » 2 5 w | 7. | PT.DERAYA y 6 é 5 5 38. | PT. TRAVEL EXPRESS » 2 4 2 2 19. | PL. SRIWJAYA AIRLINES » 2 6 13_| 45 20.| PT. ADAM AIR BY 2 5 15 _[_ 20 21, | PT. AIRMARK INDONESIA, 2 5 » 4 4 22 | PT. KARTIKA AIRLINES 1 1 *) 2 2 23, | PT. INDONESIA AIRLINES. 3 a ’ 4 5 24, | PT. BAYU INDONESIA AIR 1 ». 4) 4) w 25, | PT_ASIA AVIA MEGATAMA *) i %) 79 26, | PT. SEULAWAH NAD AIR 1 ) ) 5 5 27_| PT. EFATA *) 4 5 % 2 28, | PT. REP. EXP 1 2 4» 3 3 29, | PT. CARDIG AIR 4 ) 4 » a 30.| PT. TOP SKY 9 5 5 214 31. | PT. INDONESIA AIR ASIA 5 4 4 4 6 JUMLAH se7_| 209 | 228 | ma | 226 ‘Sunder: Dj Pie Ua, dol Paso tang Ph, Lars 9) Tidak erpersi Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 NO Tabel 3, Jumlah Armada Udara Yang Beroperasi ‘TYPE PESAWAT B747-400 3B 747-200 1B 737-800 1B 737-500 B737-400 1B 737300 B737-200 B737-900ER, A330 A320 4310300 A319 ‘™MD90 ‘MD-82 MDs F100 B28 FQ E50 F.28-MK 400 F.28-MK 300 DC-10 212-100 212-200 e212 BN2A GAS ATR ATR2 we rar @NBa & TROANNES MRNGaNNE 2 5 Berdasarkan Tipe ‘TAHUN 2005, 2006 3 3 2 2 6 6 AL a a 33 52, 53 6 6 - 1 - 2 5 5 7 7 7 8 : 1 1 1 4 1 2 4 1 1 6 6 4 3 7 7 4 4 1 1 3 2 6 5 203 28 Niran ci nemenis Grn wasn noma pton: of ‘Tabel 4. Data Kecelakaan Penerbangan Sipil di Indonesia Berdasarkan Penyebab Kejadian Talwun 2000-2007 Serswerr wears CG eases mane egos 6B ‘Tahun Kejadian PenyebabTerjadinya Kecelakaan ‘Volume 21, Nomor 2, Tahun 2009 88 2001 2330 BNA 8737-200 BI37-400- I B737-500, 1B747-200, 27 Fs FIO 32.100 C2130 Unknown Casa, ‘Cessna 402 33-30 utah 2002 DAC BN2A 8737-200 'BI37-300 B137-500 1B747-200, B747-400 ‘Unknown Boeing MD 28 212-200, Unknown Casa Pilatus PC-6 Tomah B737-200, 'B737-500 MD 82 F7, 28, F50 F100, Cessna 172 Jamiah, i 2004 BN-2A. 8727-200, 1B737-200 8737-500 Maz Lt P28 Jumlah ° Eu efelofepolelels ‘Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 DHCS T 72] DHC7 1 1 BN-2A Tf 'B737-200 2 } 24 8737-400 1 1 {2 2005 MD82 3 i 13 Fos i r (212-200 3 3 “Unknown Casa 7 i Jemiah [Ols{ofoj3 lol «jojo ;o};o joj]. | 1 DHC4 a5 DHC6. 1 z {3 A330 1 {a BN-2A z 2 737-200 | 2 4 4 (10 737-400 [3 i 4 2006 | _B747-400 I aja MD 82 3 [3 12200 z 1 [2 ‘ATR42/300_[1 1 GAS-Airvan [1 jumtah J] 7{o}olo}9 fof} ofofof{o]}o lo] a3 | 2 ‘Sioa: Database RNR KeterangarcH =u T=Tecaical —W= Weather E = Exsioimnent (Catatan: Penycbab kecelakaan “unknown” Karena tidak terideutikasi dengan jes Pembahasan hasil penelitian 1. Regulator DireKtorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai regulator mempunyai tugas dan ‘wewenang sebagai pembina, pengawas penerbangan bertanggung jawab dalam mensupervisi terhadap regulasi pearaturan perundang-undangan dan mengembangkan serta menyebarluaskan mengenai keselamatan penerbangan secara cepat, tegas dan jelas, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga bertanggungj awab untuk memastikan bahwa supervisi terhadap penerbangan ini harus diatur oleh Peraturan Pemerintah, sesuai ketentuan CASR/PKPS (Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil) tentunya mengacu kepada ketentuan Annex ICAO/FARs/JARs/CASR. Pemerintah telah membuat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992tentang Penerbangan yang isinya bersifat umum untuk pelaksanaan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 juga mengatur ketentuan mengenai sistem keamanan dan kesclamatan penerbangan, pelayanan operasi pesawat udara, pengoperasian bandar udara, pengaturan mengenai ruang udara, personil keamanan dan keselamatan penerbangan, pelayanan kesehatan penerbangan, tata cara penanganan dan pemeriksaan penumpang, bagasi, kargo dan pos, pencarian dan pertolongan kecelakaan pesawat udata, penelitian sebab-sebab kecelakaan pesawat udara, program pengamanan penerbangan sipil seria tarif jasa pelayanan navigasi penerbangan. Untuk pelaksanaan operasional penerbangan berkaitan dengan keselamatan dan keamanan di bandar udara, pemerintah melalui Dirjen Perhubungan Udara telah ‘Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 89 90 mengeluarkan Peraturan Nomor 76 Tahun 2005 tentang, Petunjuk Pelaksanaan KM.47 ‘Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandara tentunya berpedoman kepada CASR Part 139 mengenai Aerodlrome tetapi secara jelas belum ada peraturan perundang- undangan berbentuk Keputusan Menteri. Mengenai Manual of Standard (MOS) peraturan Disjen Perhubungan Udara baru berupa konsep berupa guidanee material dalam bentuk advisory circular dan staff instruction juga dalam bentuk peraturan Disjen Perhul Udara. Untuk CASR Part 139 Aerodrome mengacu pada Amex 14 Doc 9774 Manual of Aerodrome Certification. . Administrator bandara sebagai pengawasa keselamatan penerbangan Dalam penyelenggaraan angkatan udara aspek keamanan, keselamatan dan pelayanan penerbangan merupakan unsur utama yang mendapatkan perhatian dan membutuhkan dukungan biaya yang cukup besar. Dari kenyataan kecelakaan penerbangan di Indonesia didasarkan beberapa penyebab bukan hanya disebabkan human error (kesalahan manusia) tetapi dikarenakan cuaca maupun teknik, bisa juga kesalahan pengawas bandara. Untuk menekan jumlah kecclakaan yang terjadi belakangan ini pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah melakukan langkah-langkah perbaikan seperti dibenahinya sistem perawatan pesawat yang ada agar lebih dioptimalkan, SDM dari operator juga diwajibkan harus memiliki sertifikat kecakapan ditambah lagi ilmu pengetahuan, regulator juga ditingkatian dari jumlah dan pengetahuan yang dilengkapi kecakapan. Administrator bandara sebagai pelaksana fungsi pemerintah sudah seharusnya melakukan kewenangan dan tanggung jawab terhadap semua kejadian yang texjadi di lingkungan kerja bandara sesuai peratutan perundang-undangan yang berlaku secara tegas, Seperti melakukan mmp check terhadap dokumen tweight and balance, load, manifest dan petugas FOO, melakulan tindakan korektif dan preventif terhadap perusahaan angkutan udara dengan mengurangi muatan serta menghitung ulang load manifest. Untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan angkutan. udara, pe merintah telah melakukan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Manage- ment Systen/SMS) di bidang penerbangan, dengan menggunakan sistem tersebut bertujuan monitoring dari organisasi di dalam suatu perusahaan penerbangan yang memiliki tugas dan tanggung jawab memonitor kinerja keselamatan dari perawatan dan pengoperasian serta memprediksi suatu bahaya, menganalisis risiko dan melakukan lindakan pengurangan risiko terscbut dengan membahas perihal keselamatan secara berkala olch Presiden Direktur Perusahaan Penerbangan schagai pemegang komitmen sajeiy sesuai ketentuan ICAO. Dalam kejadian pesawat udara selama ini diakibatkan oleh 4 (empat) pihak yang dianggap bertanggung jawab aniara lain : a. Operator yang mengoperasikan pesawat. b, Regulator pembuat kebijakan. <. Suporting operator yang bertugas terhadap infrastruktur bandar udara. Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 Belum optimainya penerapan sistem keselamatan penerbangan dikarenakan belum diterapkannya sistem manajemen keselamatan (SMS) oleh pihak maskapai penerbangan sesuai ketentuan ICAO antara Jain memuat : a. Membuat kebijakan perusahaan (chief excecutive officer). b. Struktur organisasi perusahaan. c. Perencanaan dan target pengelolaan keselamatan. d, Budaya keselamatan dalam perusahaan. e, Perencanaan respon terhadap situasi darurat Selama ini program keselamatan hanya mendasarkan kepada regulasi berupa program manual keselamatan penerbangan (flight saféty programmanual) yang berisikan kornitmen manajemen terhadap keselamatan. Saat ini ada 500 personil diindustri penerbangan nasional yang telah mengikuti pelatihan tentang SMS, tefapi hanya sekitar 2% diantaranya tidak bekerja di bidang SMS. Hal ini yang mengakibatkan kurang optimalnya bidang keselamatan, Adapun yang sudah mengimplementasikan SMS PT Garuda Indonesia karena bertujuan untuk mendapatkan TOSA wafib menerapkan SMS secara penuh. Perusahaan Perawatan Pesawat Udara Dalam penerapan CASR 121 (AOC 121), dimana operator penerbangan yang beroperasi menunjukkan kepatuhannya terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur keselamatan penerbangan pada tahun 2007 meliputi: perusahaan penerbangan berjumiah 21 perusahaan yang menunjukkan 1 (satu) perusahaan penerbangan termasuk kategori I yaitu PT Garuda Indonesia, sedangkan 19 (sembilan belas) perusahaan lainnya berada pada kategori I (18 perusahaan lama dan 1 perusahaan baru). Untuk penerapan (AOC 135), operator penerbangan yang beroperasi berjumlah 34 perusahaan, hasil pemeringkatan menunjukkan 23 perusahaan berada pada kategori It dan 11 perusahaan berada pada kategori IIL. Latar belakang pengkategorian/ peringkat tersebut diatas disebabkan adanya kejadian incident, serious incident maupun accident. Parameter yang diganakannya salah satu diantaranya adalah pusat fasilitas perawatan (maintenance base); cabang tempatperawatan (out stations); personil perawatan (maintenance engineering); daftar penundaan perbaikan (told item list (HL Ydeferred maintenance item (DMI) serta kerusakan berulang (repetitife rouble); unit kerja pengendalian mutu (quality control department). Sedangkan implementasi/pelaksanaan perbengkclan/perawatan pesawat udara pada perbengkelan PT, Mexpati Nusantaxa/Merpati Maintenance Facility (MME) di Surabaya berdasarkan hasil survei, yang mana menjadi acuan peraturan dalam pengoperasian perusahaannya dan sertifikasi yang dimiliki dalam hal perawatan pesawat udara berdasarkan pada peraturan yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (CASR) dan juga peraturan-peraturan dari Negara lain seperti Philipina, Bangladesh, Pakistan, Nepal, dan Jain-lain dan juga mengingat MMF memiliki approval AMO dari Negara-negara tersebut. Hal terscbut tentunya berkaitan dengan fasilitas yang Volume 2, Nomor 1, Tahun 2009 on 92 telah dimiliki memenwhi standar baik untuk bangunan maupun peralatan terhadap keselamatan kerja. Untuk sumber daya manusia khususnya tenaga teknisi MMF sudah mendapat pelatihan dari Approved Training School maupun dari vendor (perusahaan/ pabrik yang mengeluarkan peralatan tersebut), dan memiiliki kualifikasi sesuai dengan jenis perawatan yang dilakukan serta training yang dilakukan Aircraft Type Training ( sesttai tipe pesawat baik AP maupun ERD, Human Factor Training, Specialized Training seperti : NDT, Weight & Balance, Painting dll. Untuk audit/ pengawasan oleh Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara (DSKU) selalu dilaksanakan secara periodik dan sudah memenuhi kebutuhan terhadap perusahaan perawaian pesawat serta surveillance oleh Inspector DSKU. Merpati Maintenance Facility (VME) selalu mengacu kepada Approved Document baik itu Service Bulletin dari mamuftc- ijurer, maupun Engineering Design yang sudah disyahkan oleh DSKU. Dalam pelaksanaan/implementasi perawatan pesawat udara yang dilakukan oleh perusahaan Merpati Maintenance Facility (VIMF) telah mengacu/berdasarkan kepada CASR 121 subpart L Maintenance, Preventive Maintenance And Alterations (Perawatan, Perawatan Pencegahan, dan Penerapan Modifikasi) meliputi : ‘Mengenai persyaratan pemegang sertifikat. Tanggung jawab pemegang sertifikat tethadap kelaikan pesawat udara Organisasinya/Conpany Maintenance Manual Requirments (CMM) disetujui oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemampuan AOC dalam melakukan perawaian harus sesuai standar (CASR). Persyaratan personil yang melakukan inspeksi wajib berlisensi. Melaksanakan training yang, tepat. Berkualifikasi dan memiliki kuasa/kewenangan. ‘Yang mengerjakan dan yang melakukan inspeksi tidak boleh orang yang sama. Listing personil. Melakukan pengawasan dan analisis yang berkelanjutan melipati: @ Sistem (kinerja, keefektifan,cakupan sistem dan prosedur kebijakan keselamatan). @ Program intemal audit @ Prosedur corrective action. @ Prosedur preventive action. © Prosedur management review, direct access. (chief executioe). @ Tmining program maintenance dn preventive maintenance Persyaratan pencatatan perawatan dan pemindahan catatan perawatan. Perawatan Preventif Perawatan yang mencegah terjadinya kegagalan komponen sebelum komponen susak + ‘Volume 21, Nomox 1, Tahun 2009 ~ Perawatan Periodik (Hard Time) perawatan yang dilakukan berdasarkan batas waktu dari umur maksimum suatu komponen pesawat, perawatan pencegahan dengan cara mengganti komponen pesawatmeskipan komponen terscbut belum. mengalami kerusakan. - Perawatan on condition, perawatan yang memerlukan inspeksi untuk menentukan_ kondisi suatu komponen pesawat. Perawatan Korektif Perawatan yang memperbaiki komponen yang rusak agar kembali ke kondisi awal atau dilakukan setelah ditemukan kerusakan pada satu komponen, dengan memperbaiki komponen terscbut apabila dengan cara perbaikan tidak bisa dengan alas an teknik maupun ekonomi, maka harus dilakukan penggantian. Interval Perawatan Pesawat (Clustering): - Flight Hours, interval inspeksi yang didasarkan pada jumiah jam operasional suatu pesawat terbang, - Flight Cycle, interval inspeksi yang didasarkan pada jumlah tale offlanding yang dilakukan suatu pesawat terbang. Satu kali take offlanding dihitung satu cycle, - Calender Time, interoal inspeksi yang dilakukan sesuai dengan jadwal tertentu. Minor Maintenance: . - Transit Check, inspeksi ini harus dilaksanakan setiap kali setelah melakukan penerbangan saat transit di station manapun. Operator biasanya memeriksa pesawat untuk memastikan bahwa pada pesawat tidak terdapat satupun kerusakan struktur, semua system berfungsi dengan sebagaimana mestinya dan servis yang harus dilakukan. ~ Before Departure Check, inspeksi ini harus dilakukan sedekat mungkin sebelum iiap kali pesawat berangkat beroperasi, maksimal 2 jam sebelumnya. - Daily Check (Overnight Check), pemeriksaan ini harus dilakukan satu kali dalam jangka waktu 24 jam setelah daily check scbelumnya dilakukan. Setiap hari pesawat telah diprediksi. akan ground stiop minimal sclama 4 jam. Inspeksi ini mencakup pemeriksaan komponen, pemeriksaan keliling pesawat secara visual untukmendeteksiada atau ketidaksesuaian, melakukan pengamanan lebih lanjut, dan pemeriksaan system operasional ~ Weekly Check, pemerikeaan ini haras telah dilakukan dalam fjuh hari penanggalan, ik dalam inspeksi before d heck Aircraft Maintenance Check Periode pemeriksaan yang harus dilakukan pada pesawat setelah penggunaan untuk jangka waktu tertentu, digunakan sebagai parameter interval untuk heavy mainte- nance: A Check: Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 93 Dilakukan setiap satu bulan. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan hingga 10 jam bervariasi bergantung pada tipe pesawat, jumlah siklus (ake off dan landing dianggap sebagai siklus pesawal) atau jam terbang sejak pemeriksaan terakhir. Perawatan pesawat jenis ini hanya melakukan pemeriksaan pada pesawat terbang untuk memastikan kelaikanmesin, sistem-sistem, komponen-komponen, danstruktur pesawat untuk beroperasi. Pada pesawat terbang tipe Boeing 737 classic, A-check dilakukan setelah 300 jam terbang, Airbus 340 setelah 450 jam terbang dan Boeing 747 setelah 650 jam terbang, BCheck: Biasanya dilakukan kita-kira setiap lima bulan, tergantung pada masing-masing jenis pesawat. Pemeriksaan berkisar antara 9hingga 28 jant ground time, Perawatan pesawat dalam sekala kecil hanya meliputi proses pembersihan, pelumasan, penggantian ban apabila sudah aus, penggantian baterai, dan inspeksi struktur bagian dalam. C Check : Sebuah pesawat harus melakukan C dleck seielah 15 sampai 18 bulan, tergantung pada tipe pesawat, Pemeriksaan ini bisa memakan waktu 10 hari dan merupakan inspeksi komprehensif termasuk bagian-bagian yang tersembunyi, schingga kerusaken dan keretakan dibagian dalam dapat ditemukan. Untuk Boeing 737-300 dan 737- 500 inspeksi dilakukan setelah 4.000 jam terbang, untuk Boeing 737-400 dilakukan setiap 4.500 jam terbang, Boing 747-400 dilakukan setiap 6.400 jam terbang dan Airbus A-330-341 dilakukan setiap 21 bulan. D Check : Inspeksi ini biasa disebut overhoul, Pemeriksaan jenis ini adalah perawatan yang paling detail untuk pesawat Boeing 737-300, 737-400 dan 737-500 inspeksi dilakcukan setiap 24.000 jam terbang, Sedang Boeing 747-400 dilakukan 28.000 jam terbang dan untuk Airbus A-330-A-341 dilakukan setiap 6 tahun. Pada pengecekan jenis pesawat ini inspeksi secara keseluruhan biasanya menakan waktu 1 bulan PENUTUP A. Kesimpulan 1. Untuk menekan tingkat kecclakaan pihak pemerintah sebagai regulator yang harus dibenahi antara lain : pembenahan sistem perawatan pesawat, SDM operator, SDM regulator serta para konsumen, maka kualitas manajemen dari tingkat keselamatan tarnsportasi udara akan tetap rendah. 2. Disiplin yang tegas dan keras harus ditegakkan dari semua pihak sebagai salah satu syerat mutlak dalam penerbangan. 3. Masih ada pengusaha penerbangan yang tidak mengerti persyaratan teknis operasional penerbangan Khususnya aspek keselamatan (flight safety) 94 ‘Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 4. Undang-undang penerbangan belum tegas mengatur segi ekonomi maskapai penerbangan (economic regulations), sehingga persyaratan untuk memperoleh Air Oper- ating Certificate (AOC) yaitu mewajibkan operator melaporkan secara berkala data-data irafik dan keuangan perusahaan tidak dilaksanakan. 5. Tidak jelas melaporkan asal-usul modalnya belum diatur. 6. Belum adanya tindakan law enforcement dari regulator terutama kebijakan manajemen, aircarft maintenance, flight operations procedure, proficincy check dan pelatihannya. 7. Faltor kecelakaan bukan hanya disebabkan /raman error (kesalahan manusia) bisa juga Karena kesalahan pengawas bandara, teknisi B, Saran 1. Perlunya pihak regulator mempertegas dan menjalankan peraturan perundang- undangan dan melakukan law enforcement (penegakan hukum) yang tegas khususnya dalam segi kesclamatan penerbangan. 2. Diperlukan penambahan pegawai di setiap Kantor Administrator Bandara sesuai keahliannya seperti tenaga inspektor begitu juga dengan SDM operator penerbangan yang bersertifikat. 3. Dipertukan pembinaan dari pemerintah regulator tethadap operator secara berkala. 4, Perlu aturan jelas mengenai permodalan untuk mendirikan perusahaan penerbangan. DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Administrator Bandar Udara, Dalam melaksanakan tugas Kantor Ad- ministrator Bandar Udara. Instruksi Menteri Perhubungan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan Keselamatan Dan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Transportasi. Peraturan Menteri Pethubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 47 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara (SOB). Majalah Figur Edisi XIV Tahun 2007 halaman 12, 13 Penerbit PT Panca Wirakarsa. Tabloid Tansportasi Indonesia (Transindo) Edisi 03/Tahun 1 15 - 30 Juni 2007 4) Jakaria9 Mei 1960 Universitas Islam Jakarta 1992 Saatini Peneliti Muda pada Puslitbang Perhubungan Udara ‘Volume 21, Nomor 1, Tahun 2009 95

You might also like