You are on page 1of 12

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal. 156 - 167

ANALISIS PERUBAHAN KURS RUPIAH


TERHADAP DOLLAR AMERIKA

Triyono
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammmadiyah Surakarta
E mail: triums@yahoo.com.sg

ABSTRACT
This research analyse influence of money supply, inflation, SBI rate of interest, and
import to Indonesia Rupiah exchange rate to US Dollar. In analysis, used multiple
regression analysis instrument with model Error Correction Model (ECM). With
this method obtained equation of regression in long-run and short-run equilibrium.
In the long run equilibrium model, covered series of adjustment process that
bringing every shock to equilibrium. In other word, in the long run very possibly
performed full adjustment to every changes in arising out. Estimation result from
regression ECM and long-run analysis indicate that inflation variable, SBI rate of
interest, and import have significant influence with positive direction to exchange
rate. While variable JUB have influence with negative direction to exchange rate.
Keywords: exchange rate, ECM, monetary tight policy

PENDAHULUAN investasi dan pedagangan Internasional.


Perbedaan nilai tukar mata uang suatu negara Indonesia sebagai negara yang banyak
(kurs) pada prinsipnya ditentukan oleh besar- mengimpor bahan baku industri mengalami
nya permintaan dan penawaran mata uang dampak dan ketidakstabilan kurs ini, yang
tersebut (Levi, 1996:129). Kurs merupakan dapat dilihat dari rnelonjaknya biaya produk-
salah satu harga yang lebih penting dalam si sehingga menyebabkan harga barang-
perekonomian terbuka, karena ditentukan barang milik Indonesia mengalami pening-
oleh adanya kseimbangan antara permintaan katan. Dengan melemahnya rupiah menye-
dan penawaran yang terjadi di pasar, mengi- babkan perekonomian Indonesia menjadi
ngat pengaruhnya yang besar bagi neraca goyah dan dilanda krisis ekonomi dan keper-
transaksi berjalan maupun bagi variabel- cayaan terhadap mata uang dalam negeri.
variabel makro ekonomi lainnya. Kurs dapat Sistem devisa bebas dan ditambah
dijadikan alat untuk mengukur kondisi dengan penerapan sistem floating exchange
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan rate di Indonesia sejak tahun 1997, menye-
nilai mata uang yang stabil menunjukkan babkan pergerakan nilai tukar di pasar
bahwa negara tersebut memiliki kondisi menjadi sangat rentan oleh pengaruh faktor-
ekonomi yang relatif baik atau stabil faktor ekonomi maupun non ekonomi. Seba-
(Salvator, 1997:10). Ketidakstabilan nilai gai contoh pertumbuhan nilai mata uang
tukar ini mempengaruhi arus modal atau rupiah terhadap dolar AS pada era sebelum
Triyono - Analisis Perubahan Kurs Rupiah 157

krisis melanda Indonesia dan kawasan Asia merupakan perbandingan nilai atau harga
lainya masih relatif stabil. Jika dibandingkan antara kedua mata uang tersebut. Perban-
dengan masa sebelum krisis, semenjak krisis dingan nilai inilah sering disebut dengan kurs
ini terjadi lonjakan kurs dolar AS berada (exchange rate). Nilai tukar biasanya
diantara Rp6.700 - Rp9.530 sedangkan perio- berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa
de 1981- 1996 di bawah Rp2.500 (Bank depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata
Indonesia, 2000). uang rupiah terhadap dolar AS artinya suatu
Melalui mekanisme transmisi, inflasi penurunan harga dollarAS terhadap rupiah.
serta suku bunga domestik bisa turun ke Depresiasi mata uang negara membuat harga
tingkat yang rendah. Sebaliknya, dengan barang-barang domestik menjadi lebih murah
menguatnya dolar AS belakangan, nilai bagi fihak luar negeri. Sedang apresiasi
Rupiah merosot dan berpotensi mendongkrak rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan
inflasi. Pergerakan nilai tukar yang fluktuatif rupiah terhadap dollar AS. Apresiasi mata
ini mempengaruhi perilaku masyarakat uang suatu negara membuat harga barang-
dalam memegang uang, selain faktor-faktor barang domestik menjadi lebih mahal bagi
yang lain seperti tingkat suku bunga dan fihak luar negeri (Sukirno, 1981:297). Kurs
inflasi. Kondisi ini didukung oleb laju inflasi rupiah terhadap dollar AS memainkan peran-
yang meningkat tajam dan menurunnya an sentrel dalam perdagangan internasional,
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan karena kurs rupiah terhadap dollar AS
nasional. memungkinkan kita untuk membandingkan
harga semua barang dan jasa yang dihasilkan
Tingkat suku bunga yang tinggi, akan
berbagai negara. Kurs valuta asing dapat
menyerap jumlah uang yang beredar di
diklasifikasikan kedalam kurs jual dan kurs
masyarakat. Sebaliknya jika tingkat suku
beli. Selisih dari penjualan dan pembelian
bunga terlalu rendah maka jumlah uang yang
merupakan pendapatan bagi pedagang valuta
beredar di masyarakat akan bertambah
asing. Sedang bila ditinjau dari waktu yang
karena orang lebih suka memutarkan uang
dibutuhkan dalam menyerahkan valuta asing
pada sektor-sektor produktif dari pada
setelah transaksi kurs dapat diklasifikasikan
menabung. Dalam hal ini tingkat suku bunga
dalam kurs spot dan kurs berjalan (forward
merupakan instrumen konvensional untuk
exchange).
mengendalikan inflasi (Khalawaty, 200:144).
Semua transaksi valuta asing yang ber-
Dari latar belakang yang telah diuraikan
langsung seketika atau langsung di mana
di atas, penelitian ini menganalisis mengenai
kedua belah pihak sepakat untuk saling
bagaimana pengaruh jumlah uang beredar
membayar secepatnya saat itu atau paling
(JUB), inflasi, suku bunga (SBI), dan impor,
lambat dua hari setelah transaksi, disebut
pada kurs rupiah terhadap dollar AS.
kurs spot (spot exchange rate). Sedangkan
Landasan teori dalam penelitian ini kesepakatannya disebut transaksi spot. Bebe-
sebagai berikut: rapa kesepakatan sering seringkali secara
1. Pengertian Kurs khusus menetapkan tanggal lebih dari dua
hari, misalnya 30 hari, 90 hari,atau 180 hari
Kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran atau bahkan beberapa tahun. Kurs yang
antara dua mata uang yang berbeda, yaitu
158 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

menjadi dasar bagi transaksi semacam ini di Sistem sekeranjang mata uang, keun-
sebut kurs berjangka (forward exchange tungannya adalah sistem ini menawarkan
rate). stabilisasi mata uang suatu negara karena
pergerakan mata uangnya disebar dalam
2. Sistem Kurs dan Dasar Pertimbangan sekeranjang mata uang. Mata uang yang di
Penetapannya masukan dalam keranjang biasanya diten-
Pada dasarnya terdapat lima jenis system tukan oleh besarnya peranannya dalam mem-
kurs utama yang berlaku (Kuncoro,1996:27) biayai perdagangan negara tertentu.
yaitu: sistem kurs mengambang (floating Sistem kurs tetap, dimana negara mene-
exchang rate), kurs tertambat (pegged ex- tapkan dan mengumumkan suatu kurs terten-
change rate), kurs tertambat merangkak tu atas mata uangnya dan menjaga kurs
(crawling pegs), sekeranjang mata uang dengan cara membeli atau menjual valas
(basket of currencies), kurs tetap (fixed ex- dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs
change rate). tersebut. Bagi negara yang sangat rentan
Pada jenis sistem kurs mengambang, terhadap gangguan eksternal, misalnya
kurs ditentukan oleh mekanisme pasar memiliki ketergantungan tinggi terhadap
dengan atau tanpa adanya campur tangan sektor luar negeri maupun gangguan internal,
pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui seperti sering mengalami gangguan alam,
kebijakan moneter apabila ada terdapat menetapkan kurs tetap merupakan suatu
campur tangan pemerintah maka system ini kebijakan yang beresiko tinggi.
termasuk mengambang terkendali (managed
3. Hubungan antara Kurs dengan Jumlah
floating exchange rate).
Uang Beredar
Pada sistem kurs tertambat, suatu negara
menambatkan nilai mata uangnya dengan Bahwa peredaran reserve valuta asing (nera-
sesuatu atau sekelompok mata uang negara ca pembayaran) timbul sebagai akibat kele-
lainnya yang merupakan negara mitra dagang bihan permintaan atau penawaran uang.
utama dari negara yang bersangkutan, ini Apabila terdapat kelebihan jumlah uang
berarti mata uang negara tersebut bergerak beredar maka neraca pembayaran akan defisit
mengikuti mata uang dari negara yang dan sebaliknya apabila terdapat kelebihan
menjadi tambatannya. permintaan uang, neraca pembayaran akan
surplus kelebihan jumlah uang beredar akan
Sistem kurs tertambat merangkak, di
mengakibatkan masyarakat membelanjakan
mana negara melakukan sedikit perubahan
kelebihan ini, misalnya untuk impor atau
terhadap mata uangnya secara periodik
membeli surat-surat berharga luar negeri
dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu
sehingga terjadi aliran modal keluar, yang
nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu.
berarti permintaan akan valas naik sedangkan
Keuntungan utama dari sistem ini adalah
permintaan mata uang sendiri turun (Nopirin,
negara dapat mengukur penyelesaian kursnya
1997: 222). Jika pemerintah menambah uang
dalam periode yang lebih lama jika di
beredar akan menurunkan tingkat bunga dan
banding dengan system kurs terambat.
merangsang investasi keluar negeri sehingga
terjadi aliran modal keluar pada giliran kurs
Triyono - Analisis Perubahan Kurs Rupiah 159

valuta asing naik (apresiasi). Dengan berpendapat bahwa pengetatan moneter


menaiknya penawaran uang atau atau jumlah yang mendorong peningkatan suku bunga
uang beredar akan menaikkan harga barang akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar
yang diukur dengan (term of money) sekali- karena adanya pemasukan modal dan
gus akan menaikkan harga valuta asing yang luar negeri (Arifin, 1998: 4).
diukur dengan mata uang domestik (Herlam-
bang, dkk, 2001) c. Hubungan Nilai Impor dengan Kurs
Di dalam pasar bebas perubahan kurs
a. Hubungan Inflasi dengan Kurs
tergantung pada beberapa faktor yang
Nilai tukar dibedakan menjadi dua yaitu mempengaruhi permintaan dan penawa-
nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. ran valuta asing. Bahwa valuta asing
Nilai tukar nominal menunjukkan harga diperlukan guna melakukan transaksi
relatif mata uang dan dua negara, sedang- pembayaran keluar negeri (impor).
kan nilai tukar riil menunjukkan tingkat Makin tinggi tingkat pertumbuhan penda-
ukuran (rate) suatu barang dapat diperda- patan (relatif terhadap negara lain) makin
gangkan antar negara. Jika nilai tukar riil besar kemampuan untuk impor makin
tinggi berarti harga produk luar negeri besar pula permintaan akan valuta asing.
relatif murah dan harga produk domestik Kurs valuta asing cenderung meningkat
relatif mahal. Persentase perubahan nilai dan harga mata uang sendiri turun.
tukar nominal sama dengan persentase Demikian juga inflasi akan menyebabkan
perubahan nilai tukar riil ditambah perbe- impor naik dan ekspor turun kemudian
daan inflasi antara inflasi luar negeri akan menyebabkan valuta asing naik.
dengan inflasi domestik (persentase peru- (Nopirin, 1997: 148)
bahan harga inflasi). Jika suatu negara
luar negeri lebih tinggi inflasinya diban- Berdasarkan perumusan masalah yang
dingkan domestik (Indonesia) maka ada, maka dapat diambil suatu hipotesis yang
Rupiah akan ditukarkan dengan lebih merupakan jawaban yang bersifat sementara
banyak valas. Jika inflasi meningkat dan masih harus diuji kebenarannya sebagai
untuk membeli valuta asing yang sama berikut;
jumlahnya harus ditukar dengan Rupiah 1. Jumlah uang beredar berpengaruh positif
yang makin banyak atau depresiasi terhadap kurs Rupiah terhadap dollar AS.
Rupiah (Herlambang, dkk, 2001 : 282) 2. Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh
negatif terhadap kurs Rupiah terhadap
b. Hubungan Suku Bunga dengan Kurs
dollar AS.
Kebijakan yang dapat digunakan untuk 3. Besarnya inflasi berpengaruh positif ter-
mencapai sasaran stabilitas harga atau hadap kurs Rupiah terhadap dollar AS.
pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan- 4. Besarnya nilai impor berpengaruh negatif
kebijakan moneter dengan menggunakan terhadap kurs Rupiah terhadap dollar AS.
instrumen moneter (suku bunga atau
agregat moneter). Salah satu jalur yang
digunakan adalah jalur nilai tukar,
160 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

METODE PENELITIAN 5. Nilai Impor (M)


Nilai impor adalah jumlah masukan hasil
Jenis dan Sumber Data
perdagangan dari luar ke dalam negeri
Jenis data yang digunakan adalah data sekun- selama rentang waktu tertentu. Diukur
der yang terdiri dan satu variabel terikat yaitu dalam satuan juta $US dan telah diubah
kurs dan empat variabel bebas yaltu jumlah menjadi satuan rupiah.
uang yang beredar, inflasi, tingkat suku
bunga SBI, dan nilai impor. Data sekunder
Metode Analisis Data
ini bersumber pada Bank Indonesia (BI) dan
beberapa pustaka lainnya. Alat analisis yang digunakan dalam peneli-
tian ini adalah regresi berganda. Model yang
Definisi Operasional Variabel digunakan adalah Error Correction Model
(ECM) yang formulasi jangka panjang seba-
1. Kurs
gai berikut:
Kurs atau nilai tukar mata uang (ex-
change rate) merupakan harga suatu Log kurst = β0 + β1 LogJUBt + β2 JNFt +
mata uang terhadap mata uang lain.
β3 SBIt + β4 LogMt + Ut
Dalam penelitian digunakan nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS. Diukur dalam
dimana:
satuan rupiah (Rp/$ ).
β1, β2 , β3, β4 = koefisien jangka panjang
2. Tingkat Inflasi (INF)
Inflasi adalah kenaikan harga-harga Sementara hubungan jangka pendek
barang kebutuhan umum yang terjadi dinyatakan dengan persamaan sebagai beri-
secara terus-menerus. Inflasi diukur kut:
dalam satuan persen (%) α1 DLogJUBt + α2 DJNFt + α3 SDBIt+
3. Jumlah uang yang beredar (JUB) α4 Dlog
Jumlah uang yang beredar adalah uang
dalam arti sempit yang terjadi dari uang D Log kurs = Mt – α (LogKurst-1 - β0 -
kartal dan uang giral yang dipegang oleh
masyarakat. Data jumlah uang yang bere- β1LogJUBt-1 + β2INFt-t +
dar yang digunakan diukur dalam satuan β3SB1t-1 + β4LogMt-1 ) + Ut
rupiah.
4. Tingkat Suku Bunga SBI (SBI) dimana:
Tingkat suku bunga SBI adalah rata-rata α1, α2, α3, α4 = parameter jangka panjang
persentase suku bunga SBI yang ditetap-
αs = parameter penyesuaian
kan oleh Bank Indonesia. Data suku
bunga yang digunakan diukur dalam Parameterisasi persamaan jangka pendek
satuan persen.
dapat menghasilkan bentuk persamaan:
Triyono - Analisis Perubahan Kurs Rupiah 161

y0+ y1DLogJUBt + y2DINFt + y3DSBIt + y4D jat integrasi (Integration Test) sampai
memperoleh data yang stasioner.
D Log Kurst = LogMt, + y5LogJUBt-1 +
y6JNFt-1+ y7SBIt-1 +y8LogMt-1 + b. Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

y9ECT + Ut Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya


hubungan jangka panjang antara variabel
ECT = LogJUBt-1 + 1NFt-1 + SBIt-1 + bebas dan terikat, uji ini merupakan
kelanjutan dari uji akar-akar unit (Unit
LogMt-1 - LogKurst-1
Root Test) dan uji derajat integrasi
(Integration Test).
Keterangan:
D Log kurs = Kurs rupiah terhadap dolar AS 2. Uji Asumsi Klasik
D log JUB = Jumlah Uang Beredar
a. Heteroskedastisitas
D INF = Inflasi
D SBI = Tingkat Suku Bunga SRI Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi
D Log M = Nilai Impor Ut tidak konstan atau sering berubah-
Log JUBt-1 = Kelambanan Jumlah Uang ubah seiring dengan berubahnya nilai
Beredar (JUB) variabel independen (Gujarati, 2002:61).
INF t-1 = Kelambanan Inflasi Untuk melacak keberadaan heteroskedas-
SBI = Kelambanan Tingkat Suku tisitas dalam penelitian ini digunakan uji
Bunga (SBI) White.
Log M t-1 = Kelambanan Nilai Impor
ECT = Error Correction Term b. Autokorelasi
Ut = residual Autokorelasi dapat diidentifikasi sebagai
D = perubahan korelasi antara anggota serangkaian
t = periode waktu observasi. Dalam penelitian ini menggu-
nakan uji Breusch Godfrey.

Uji dalam Penelitian c. Uji Normalitas


1. Uji Stasioneritas Asumsi normalitas gangguan Ut adalah
Uji ini terdiri dari: penting sekali mengingat uji validitas
pengaruh variabel independen baik seca-
a. Uji Akar-Akar Unit (Unit Root Test)
ra serempak (uji F) maupun sendiri-
Uji akar-akar unit ini dimaksudkan untuk sendiri (uji t) dan estimasi nilai variabel
menentukan stasioner tidaknya sebuah dependen mensyaratkan hal ini. Apabila
variabel. Data dikatakan stasioner bila asumsi ini tidak terpenuhi, maka kedua
data tersebut mendekati rata-ratanya dan uji ini dan estimasi nilai variabel depen-
tidak terpengaruh waktu. Apabila data den adalah tidak valid untuk sampel kecil
yang diamati dalam uji akar-akar unit atau tertentu (Gujarati, 2002:143). Uji
(Unit Root Test) ternyata belum stasioner normalitas Ut yang digunakan dalam
maka harus dilanjutkan dengan uji dera- penelitian ini adalah uji Jarque Bera.
162 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

d. Uji Spesifikasi Model (Uji Ramsey- besarnya pengaruh masing-masing varia-


Reset) bel independen terhadap variabel depen-
den secara dua sisi (two tail).
Uji spesifikasi model pada dasarnya
digunakan untuk asumsi (CLRM) tentang
linearitas model, sehingga sering disebut HASIL PENELITIAN DAN
uji linearitas model. Pada penelitian ini PEMBAHASAN
digunakan uji Ramsey-Reset yang terke-
nal dengan sebutan uji kesalahan spesifi- Pengujian dengan Error Correction Model
kasi umum. (ECM)
Model ECM (Error Correction Model) me-
3. Uji Statistik
rupakan model ekonometrik yang digunakan
a. Uji F (F Test) untuk mencari persamaan regresi keseim-
Uji F dilakukan untuk mengetahui apa- bangan jangka panjang dan jangka pendek.
kah model yang digunakan eksis atau Dalam penelitian ini hasil estimasi regresi
tidak. seperti nampak pada Tabel 1.
Dari hasil Error Correction Model
b. R2 (Koefisien Determinasi Majemuk) (ECM) nampak bahwa nilai ECT sebesar
Koefisien determinasi merupakan pro- 0,483191 pada derajat α = 5%. Hal ini berarti
porsi atau prosedur total varian dependen nilai ECT tersebut sudah memenuhi kriteria
yang dijelaskan oleh variabel indepen- yaitu 0<ECT<1. Dengan kata lain model
den. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1. ECM dalam penelitian ini dapat dipakai
untuk menganalisis pengaruh variabel bebas
c. Uji Validitas Pengaruh yaitu inflasi, JUB, SBI, dan impor (M)
terhadap variabel tidak bebas yaitu kurs. Dari
Untuk menggunakan fungsi validitas pe-
hasil analisis regresi ECM bila ditulis dalam
ngaruh dari variabel independen terhadap
bentuk persamaan linier sebagai berikut:
variabel dependen digunakan uji t. Uji t
statistik ini bertujuan untuk mengetahui

Tabel 1. Hasil Analisis Model ECM


Variabel Koefisien Std. error T. Ststistik Prob
C 3.546013 1.795917 1.974485 0.0595
D(INF) -0.000168 0.002526 -0.066645 0.9474
D(LNM) 0.041126 0.031006 1.326398 0.1967
D(SBI) 0.011526 0.017263 0.667668 0.5105
D(LNJUB) 0.749601 0.274389 2.731896 0.0114
INF(-1) -0.482204 0.156806 -3.075165 0.0050
LNM(-1) -0.371070 0.134930 -2.750087 0.0109
SBI(-1) -0.483551 0.155602 -3.107607 0.0047
LNJUB(-1) -0.545433 0.197522 -2.761380 0.0106
ECT 0.483191 0.156966 3.078313 0.0050
Sumber: Data sekunder diolah
Triyono - Analisis Perubahan Kurs Rupiah 163

D(LKURS)= 3,54601288 – χ tabel


2
= 27,587 > χ hitung
2
= 13,798244 berar-
0,0001683258664* D(INF) +
ti tidak ada masalah heteroskedastisitas.
0,04112572539*D(LN M) +
0,01152604922*D(SBI) = 2. Autokorelasi
0,7496011781*D(LN JUB) –
0,4822037777*INF(-1) – Dalam penelitian ini digunakan uji Breusch
0,371069781*LN M(-1) – Godfrey dengan kesimpulan:
0,4835505342*SBI(-1) – χ hitung
2
= 6,718503 < χ tabel =7,81473 berarti
2

0,5454332375*LN JUB(-1)+
dalam model tidak terdapat masalah auto-
0,4831908372*ECT
korelasi.

Keterangan: 3. Normalitas μt
* = signifikan pada α = 0,05
Uji normalitas μt dalam pembahasan ini
menggunakan Uji Jarque-Bera dengan
kesimpulan: nilai statistik Jarque-Bera =
Model tersebut merupakan model jangka
pendek. Model jangka panjang harus melihat 0,289995 lebih kecil dari χ 02, 05;3 = 5,99146
keseimbangan dimana di dalamnya tercakup berarti distribusi μt normal
serangkaian proses penyesuaian yang mem-
bawa setiap shock kepada equilibrium. Spesifikasi Model
Dengan kata lain dalam jangka panjang
memungkinkan mengadakan penyesuaian Dalam penelitian ini digunakan uji Ramsey-
penuh untuk setiap perubahan yang timbul. Reset. Karena Fhitung = 2,18131 < Ftabel = 3,40
(Lihat Tabel 2) berarti model linier.

Uji Asumsi Klasik


1. Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi masalah heteroskedastisi-
tas dilakukan dengan menggunakan Uji
White dengan kesimpulan, karena nilai

Tabel 2. Koefisien Regresi Jangka Panjang

Variabel Perhitungan
C 3,546013/0,490864 = 7,22402
INF(-1) -0,482204 + 0,490564/0,490864 = 0,01764
JUB(-1) -0,545433 + 0.490864/0,490864 = -0,11117
SBI(-1) -0,483551 + 0,490564/0,490864 = 0,01490
M(-1) -0,371070 + 0,490564/0,490864 = 0,24405
Sumber: Data sekunder diolah
164 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

Uji Statistik Tabel 4. Koefisien Regresi dalam Jangka


Pendek dan Jangka Panjang
1. Uji t
Variabel Koefisien Regresi
Tabel 3. Hasil Uji t Jangka Jangka
Panjang Pendek
Nama t hitung t tabel Kesimpulan
Variabel C 3.546013 7,22402
D(INF) -0.000168 -
Inflasi -0,066645 2,056 Tidak
berpengaruh D(LNM) 0.041126 -
JUB 2,731896 2,056 Berpengaruh D(SBI) 0.011526 -
SBI 0,66768 2,056 Tidak D(LNJUB) 0.749601 -
berpengaruh INF(-1) -0.482204 0,01764
Import 1,326398 2,056 Tidak
LNM(-1) -0.371070 0,24405
berpengaruh
Inflasi-1 -3,075165 -2,056 Berpengaruh SBI(-1) -0.483551 0,01490
JUB-1 -2,761380 -2,056 Berpengaruh LNJUB(-1) -0.545433 -0,11117
ECT 0.483191 -
SBI-1 -3,107607 -2,056 Berpengaruh
Impor-1 -2,750087 -2,056 Berpengaruh Sumber: Data sekunder yang diolah
ECT 3,078313 2,056 Berpengaruh

2. Uji F 1. Inflasi
Dengan kesimpulan: Karena Fhitung= Dari hasil analisis jangka pendek variabel
2,678083 > Ftabel = 2,27 berarti model yang inflasi tidak mempunyai pengaruh yang
dipakai adalah eksis. signifikan terhadap kurs. Sedangkan dari
hasil perhitungan jangka panjang variabel
3. Koefisien Determinasi (R2) inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan
Nilai R2 = 0,490864 berarti besarnya penga- terhadap kurs, sebesar 0.01764 dengan arah
ruh variabel independen terhadap variabel positif yang berarti naiknya variabel inflasi
dependen sebesar 49,0864 persen, sedang mengakibatkan naiknya variabel kurs sebesar
sisanya sebesar 50,9136 persen menggam- 0,01764 atau 1,764 persen.
barkan pengaruh dari variabel-variabel di
2. JUB
luar model.
Hasil analisis jangka pendek variabel JUB
Interpretasi Ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terha-
dap kurs sebesar 0,749601 dengan arah
Analisis regresi baik model jangka pendek positif yang berarti naiknya variabel JUB
maupun jangka panjang disajikan dalam akan mengakibatkan naiknya variabel kurs
Tabel 4 yang selanjutnya dilakukan inter- sebesar 0,74601 atau 74,601 persen. Sedang-
pretasi ekonomi. kan perhitungan jangka panjang variabel JUB
Interprestasi terhadap masing-masing berpengaruh signifikan terhadap kurs sebesar
nilai koefisien regresi variabel bebas adalah: -0,11117 dengan arah negatif artinya turun-
Triyono - Analisis Perubahan Kurs Rupiah 165

nya variabel JUB akan mengakibatkan naik- 1. Berdasarkan hasil uji stasioneritas
nya variabel kurs sebesar 11,117 persen. menunjukkan bahwa variabel impor
sudah stasioner pada derajat α = 5%.
3. SBI Sedangkan variabel kurs, inflasi, JUB
Hasil analisis jangka pendek variabel SBI dan SBI tidak stasioner pada derajat α =
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap 5%.
kurs. Sedangkan dan perhitungan jangka 2. Berdasarkan uji kointegrasi menunjukkan
panjang variabel SBI berpengaruh secara bahwa inflasi, impor, SBI dan JUB tidak
signifikan terhadap kurs sebesar 0,01490 berkointegrasi terhadap kurs pada derajat
dengan arah positif artinya naiknya variabel kepercayaan α = 5%.
SBI akan mengakibatkan naiknya variabel 3. Berdasarkan uji derajat integrasi menun-
kurs sebesar 1,49 persen jukkan bahwa variabel kurs, inflasi, JUB,
SBI dan impor stasioner pada derajat α =
4. Impor (M)
5%.
Hasil analisis jangka pendek variabel impor 4. Berdasarkan hasil estimasi regresi ECM
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dan analisis jangka panjang variabel
kurs. Sedangkan dari perhitungan jangka inflasi, SBI dan impor mempunyai
panjang variabel impor berpengaruh secara pengaruh yang signifikan pada α = 0,05
signifikan terhadap kurs sebesar 0,24405 dengan arah positif terhadap kurs.
dengan arah positif yang berarti naiknya Sementara variabel JUB mempunyai
variabel impor (M) akan mengakibatkan pengaruh dengan arah negatif terhadap
naiknya kurs sebesar 0,24405 atau 24,405 kurs pada α = 0,05.
persen.
5. Berdasarkan hasil pengujian asumsi
5. ECT klasik, tidak ditemukan masalah hetero-
skedastisitas dan autokorelasi dalam
Signifikansi pada tingkat α = 0,05 dengan model. Model yang digunakan dalam uji
nilai koefisien sebesar 0,483191. Hal ini normalitas tidak terdapat penyimpangan,
menunjukkan proporsi ketidakseimbangan sehingga dapat dikatakan bahwa distri-
dalam variabel kurs sebelum disesuaikan busi Ut normal. Dalam uji linieritas
pada periode sekarang adalah 0,519125. nilai menunjukkan spesifikasi model benar.
koefisien tersebut dapat menjelaskan feno-
6. Hasil analisis dengan uji t diketahui
mena jangka panjang.
bahwa regresi jangka pendek variabel
inflasi, SBI dan impor tidak signifikan
KESIMPULAN terhadap kurs pada α = 5%, sementara
Berdasarkan hasil regresi model ECM (Error variabel JUB berpengaruh secara signifi-
Correction Model) mengenai pengaruh kan terhadap kurs pada α = 5%. Dalam
inflasi, JUB, SBI, dan impor (M) terhadap regresi jangka panjang variabel inflasi,
kurs, maka dapat disimpulkan adalah sebagai JUB, SBI, dan impor berpengaruh secara
berikut: signifikan terhadap kurs pada α = 5%.
166 Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 9, No. 2, Desember 2008

7. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan tian ini dapat dijadikan sebagai penun-
bahwa variabel inflasi, JUB, SBI dan jang untuk penelitian selanjutnya.
impor memberikan kontribusinya sebesar
49,0864 persen terhadap kurs, sedangkan DAFTAR PUSTAKA
sisanya 50,9136 persen dipengaruhi oleh
variabel bebas lain di luar model yang Adias, Levi lqbal. 2003. Analisis Fluktuasi
digunakan. Kurs Rupiah terhadap Dollar AS.
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Surakarta:
8. Variabel ECT (Error Correction Term) Universitas Sebelas Maret
signifikan pada tingkat α = 5% dengan
nilai koefisien regresi sebesar 0,483191. Bank Indonesia. Beberapa tahun edisi, Sta-
tistik Ekonomi-Keuangan Indonesia.
Berdasarkan hasil-hasil kesimpulan di Jakarta: BI
atas, penulis memberikan beberapa saran
sebagai berikut: Bank Indonesia. Beberapa tahun edisi.
Laporan Tahunan. Jakarta: BI
1. Kebijakan untuk menjaga inflasi yang
rendah dalam jangka panjang melalui Arifin, Samsjul. 1998. Buletin Ekonomi
pengetatan moneter (monetary tight Moneter dan Perbankan. Vol.1 No.3,
policy) untuk mengurangi jumlah uang Desember hal 1-16
beredar dan ini akan menimbulkan ting- Boediono. 2000. Ekonomi Mikro. Yogyakar-
kat inflasi yang menurun. Kebijakan ta: BPFE UGM.
menurunkan tingkat inflasi dapat dilaku- Gujarati, Damodar. 2002. Ekonometrika
kan dengan melihat penyebab terjadinya Dasar. Jakarta: Erlangga
inflasi tersebut apakah demand pull
Herlambang, Sugiarto dan Baskara Said
inflation atau cost push inflation. Penge-
Kelana. 2001. Ekonorni Makro: Teori
tatan moneter ini juga akan meningkat-
Analisis dan Kebijakan. Jakarta: Gra-
kan suku bunga yang berakibatkan
media Pustaka Utama
menguatnya kurs rupiah karena adanya
peningkatan pemasukan aliran modal luar I Swatini, Fidya. 2003. Analisis Nilai Tukar
negeri. Rupiah terhadap Dollar AS dan Faktor-
fàktor yang Mempengaruhinya. Skripsi.
2. Pemerintah agar melakukan usaha-usaha
Tidak Diterbitkan. Surakarta: Univer-
agar nilai tukar tetap terkendali. Upaya
sitas Muhammadiyah Surakarta
ini harus didukung dengan memperkuat
cadangan devisa terletak dahulu melalui Kuncoro, Mudrajad. 1996. Manajemen
peningkatan ekspor dan meminimalkan Keuangan internasional. Edisi pertama.
impor. Yogyakarta: BPFE UGM
3. Dalam penelitian seperti ini yang mung- Levi, Maurice D. 1996. Keuangan Interna-
kin dilakukan untuk selanjutnya yaitu sional. Yogyakarta: Andi Offset
menambah variabel ekonomi lainnya Levi, Maurice D. 2001. Keuangan Interna-
dengan beberapa metode yang berbeda sional. Yogyakarta: Andi Offset
sehingga kita dapat membandingkan
Nastain. 2003. Analisis Pengaruh Penda-
hasilnya. Selanjutnya diharapkan peneli-
patan Nasional, Laju Inflasi, Tingkat
Triyono - Analisis Perubahan Kurs Rupiah 167

Suku Bunga dan Jumlah Uang Beredar Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonorni
terhadap Nilai Tukar Rupiah terhadap Modern Perkembangan Pemikiran dari
Dollar AS Periode 1985-2001. Skripsi. Klasik Hingga Keynesian Baru. Jakarta:
Tidak Diterbitkan.Surakarta: Universi- PT. Raja Grafindo Persada.
tas Muhammadiyah Surakarta Susilo, Y. Sri; Sigit Triandaru dan A. Totok
Nopirin. 1997. Ekonomi Moneter. Buku I. Budi Santoso. 2000. Bank dan Lembaga
Yogyakarta: BPFE UGM Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Em-
Purnomo, Didit dan Wahyudi. 2003. Hubu- pat.
ngan Kausalitas Defisit Neraca Tran- Utomo, Yuni Prihadi. 2005. Penurunan
saksi Berjalan dengan Kurs di Indone- Model Estimasi Jangka Pendek ECM.
sia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Surakarta (makalah tidak diterbitkan).
Vol. 4. No. 1, Juni. hal 18-29 Surakarta:
BPPE FE UMS
Setyowati, Eni, dan Soepatini. 2004. Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai
Tukar Rupiah terhadap Dollar AS
dengan Pendekatan Neraca Pembayaran
(Pendekatan Engle Granger Error Cor-
rection Model). Jurnal Ekonomi Pem-
bangunan Vol. 5. No.2, Desember hal
147-159, Surakarta: BPPE FE UMS.

You might also like