You are on page 1of 11

HUBUNGAN KETERATURAN MENGIKUTI SENAM LANSIA DAN KEBUTUHAN

TIDUR LANSIA DI UPT PSLU PASURUAN DI BABAT LAMONGAN

Gymnastics Elderly And Relations Order Fulfillment Needs Sleep In Elderly At UPT PSLU
Pasuruan At Babat Lamongan

Jefry Mahardika, Joni Haryanto, Abu Bakar


* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Telp. 085755665236, Email : dika_tw@yahoo.co.id

ABSTRACT
Introduction: Sleep is a basic phenomenon essential for life, approximately one third of
human life is run by sleeping. Prevoius indicaties that overall health is closely related to the
fulfillment of sleep. The study aims to analyze the relationship of quality of sleep add regularity
of the gymnastics senior sandelderly sleep needs. Method: This study design used Cross
Sectional kind of research that emphasizes measurement time/observation. Population was
elderly seniors who followed gymnastics at UPT PSLU Pasuruan at Babat Lamongan, camples
comprised recruited by purposive sampling 30 seniors. This research instrument used attedence
list and questionaire. Independent variable in this study was the the regularity of the gymnastics
elderly. Dependent variable in this study was the fulfillmant of the need off sleep quantity and
quality Result and Analysis: The results showed that elderly people doing exercise regularly
can improve sleep needs. Based on the analysis of spearman rank correlation rho in getting the p-
value of 0.000 <α =0.05 mean There is a relationship with the elderly Gymnastics Order
Fulfillment Needs Sleep in the Elderly UPT PSLU Pasuruan at Babat Lamongan. Discussion
and Recommendation: It can beconcluded that the elderly doing exercise regularly can improve
sleep needs of the elderly. Studies to further improve health promotion programs, especially the
elderly exercisers.

Keywords: gyimnastics, sleep, Elderrly

PENDAHULUAN
Tidur merupakan suatu fenomena degenerasi pada lansia menyebabkan waktu
dasar yang penting bagi kehidupan, kurang tidur efektif semakin berkurang, sehingga
lebih sepertiga dari kehidupan manusia tidak mencapai kualitas tidur yang adekuat
dijalankan dengan tidur. Penelitian dan akan menimbulkan berbagai macam
menunjukkan bahwa kesehatan secara keluhan tidur (Marcel, 2008). Salah satu
menyeluruh sangat terkait dengan tingkat terapi non farmakologi adalah olahraga
pemenuhan kebutuhan tidur. Proses secara rutin. Olahraga tertentu dapat

1
bermanfaat untuk mengatasi insomnia gangguan pemenuhan kebutuhan tidur lain
(Roland, 2005). Salah satu olahraga yang (Amir, 2007). Established Population for
dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan Epidemiologic of the Elderly (EPESE)
tidur adalah dengan senam lansia secara mendapatkan dari 9000 responden, sekitar
rutin. Frekuensi latihan yang berguna untuk 29% berusia diatas 65 tahun mengalami
mempertahankan dan memperbaiki keluhan gangguan pemenuhan kebutuhan
kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu tidur. Menurut Michaels Breus dalam
minggu sekali dan sebanyak-banyaknya lima Trihendra (2007), ketidakcukupan kualitas
kali dalam satu minggu dengan lamanya 15 dan kuantitas tidur dapat merusak memori
menit (Maryam et al, 2008). Berdasarkan dan kemampuan kognitif. Bila hal ini
informasi dari pengurus UPT PSLU berlanjut hingga bertahun-tahun, akan
Pasuruan di Babat Lamongan pada bulan berdampak pada tekanan darah tinggi,
Maret, jumlah lansia seluruhnya 55 orang, serangan jantung, stroke, hingga masalah
dari jumlah tersebut 30 orang (54%) lansia psikologis seperti depresi dan gangguan
diantaranya mengikuti senam lansia. perasaan lain.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di UPT Siklus tidur dipengaruhi oleh
PSLU Pasuruan di Babat, terdapat 21 lansia beberapa hormone seperti ACTH, GH, TSH,
atau 35% yang mengalami gangguan dan LH. Hormon ini masing-masing
pemenuhan kebutuhan tidur. disekresi oleh kelenjar pituitary anterior
Meningkatnya usia harapan hidup melalui hipotalamus path way. Sistem ini
penduduk Indonesia membawa konsekuensi secara teratur mempengaruhi pengeluaran
bertambahnya jumlah lansia di Indonesia neurotransmitter noreepinefrin, dopamine,
akan lebih cepat dibandingkan Negara- serotonin yang bertugas mengatur
negara lain (Suwoko, 2004). Indonesia mekanisme tidur (Japardi, 2002). Pada
adalah termasuk Negara yang memasuki era lansia, keadaan hormonal yang menurun
penduduk berstruktur lansia (aging akan mengakibatkan pola tidur berubah.
structured population) karena jumlah Hormon melatonin berperan dalam
penduduk yang berusia di atas 60 tahunnya mengontrol irama sirkardian, sekresinya
sekitar 10% (Menkokesra, 2010). Setiap terutama pada malam hari yang
tahun sekitar 20% sampai 50% orang berhubungan dengan rasa mengantuk.
dewasa melaporkan adanya gangguan Lansia sering terbangun pada malam hari
pemenuhan kebutuhan tidur dan sekitar 17% sehingga waktu tidur malam menjadi
mengalami gangguan pemenuhan tidur yang berkurang, ketika bangun pagi terasa tidak
serius. Prevalensi gangguan pemenuhan segar, siang hari mengalami kelelahan, lebih
kebutuhan tidur pada lansia cukup sering tidur sejenak dan merasa mengantuk
meningkat yaitu sekitar 76%. Kelompok sepanjang hari (Marcel, 2008). Latihan fisik
lansia lebih mengeluh mengalami sulit tidur atau olahraga tertentu dapat bermanfaat
sebanyak 40%, sering terbangun pada untuk mengatasi gangguan pemenuhan
malam hari sebanyak 30% dan sisanya kebutuhan tidur. Kelompok yang
2
berolahraga di pagi hari dan rutin berjemur Lamongan. Populasi target dalam penelitian
di pagi hari mengalami pertambahan waktu ini adalah seluruh lansia yang mengikuti
tidur sebanyak satu jam (Youngstedt, 2005). senam lansia di UPT PSLU Pasuruan di
Salah satu bentuk olah raga yang dapat Babat Lamongan berjumlah 20 lansia.
dilakukan untuk mengatasi gangguan Dalam pemilihan sampel, peneliti
pemenuhan kebutuhan tidur lanjut usia menetapkan kriteria inklusi sebagai berikut:
adalah dengan senam lansia yang 1. Lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat
dilaksanakan secara rutin dengan frekuensi Lamongan dengan usia 60 – 80 tahun
yang sesuai. 2. Lansia yang kooperatif.
3. Mampu melakukan uji secara adekuat.
Permasalahannya sedemikian besar Kriteria esklusi dari sampel penelitian ini
yang dihadapi oleh lansia sebagai inspirasi adalah:
untuk memberikan solusi yang tepat untuk 1. Lansia yang memiliki kecacatan fisik.
mengatasi permasalahannya penurunan 2. Lansia yang sedang sakit
kondisi fisik lansia. Salah satu cara yang Penelitian ini menggunakan teknik
dapat dilakukan adalah melalui senam lansia purposive sampling yaitu teknik penetapan
secara teratur agar dapat meningkatkan sampel dengan cara memilih sampel
pemenuhan kebutuhan tidur lansia. diantara populasi sesuai yang dikehendaki
Berdasarkan masalah tersebut hal ini yang peneliti.
menjadi alasan peneliti untuk mengetahui Variabel independen dalam
hubungan frekuensi mengikuti senam lansia penelitian ini adalah keteraturan mengikuti
dan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia. senam lansia. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan
BAHAN DAN METODE tidur lansia berdasarkan kuantitas dan
Penelitian ini menggunakan kualitas.
desain Cross Sectional yaitu jenis penelitian Instrumen dalam penelitian ini
yang menekankan waktu adalah lembar absensi dan keusioner
pengukuran/observasi data variabel mengenai aktivitas sehari-hari.
independen yaitu olahraga senam lansia dan Instrumen yang digunakan pada
dependen yaitu pemenuhan kebutuhan tidur tiap variable, yaitu:
lansia hanya satu kali pada satu saat. Jadi 1. Dalam penelitian ini untuk mengukur
dalam desain penelitian ini tidak ada variabel independen keteraturan
followup/tindak lanjut setelah peneliti mengikuti senam lansia, peneliti
melakukan observasi data dengan menggunakan daftar hadir peserta
menggunakan kuisioner (Nursalam, 2008). senam lansia.
Desain penelitian ini digunakan 2. Variabel dependen yaitu kualitas tidur dan
untuk mengidentifikasi keteraturan kuantitas tidur, diukur menggunakan
mengikuti senam lansia dan kebututuhan instrumen kuesioner Pittsburgh Sleep
tidur lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat Quality Index (PSQI) yang telah
3
dimodifikasi. Kuesioner Pittsburgh Sleep Babat Lamongan sebagian besar berjenis
Quality Index (PSQI) yang telah kelamin perempuan yaitu sebanyak 11 lansia
dimodifikasi terdiri dari 19 pertanyaan. (55 %). Distribusi responden berdasarkan
Pertanyaan tersebut dikombinasikan menjadi jenis kelamin Lansia di UPT PSLU
7 komponen yaitu kualitas tidur secara Pasuruan di Babat Lamongan sebagian
subyektif, ketelatenan tidur, durasi tidur, besar berjenis kelamin perempuan yaitu
efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan sebanyak 11 lansia (55 %). Distribusi
obat tidur, disfungsional harian, masing- responden berdasarkan Keteraturan Senam
masing komponen memiliki skor 0 sampai Lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat
dengan 21. Interprestasi akhir dari 7 Lamongan sebagian besar teratur sebanyak
komponen pertanyaan adalah dengan 10 lansia (50%). Distribusi responden
menjumlahkan skor dari masing-masing berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Tidur
komponen. Menurut Insumar (2009), hasil Lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat
kuesioner tersebut dapat diinterpretasikan Lamongan sebagian besar baik sebanyak
adalah sebagai berikut: 10 lansia (50%).
0 = pemenuhan kebutuhan tidur sangat baik Hubungan Keteraturan Mengikuti
1 – 7 = pemenuhan kebutuhan tidur agak Senam Lansia dengan Pemenuhan
baik Kebutuhan Tidur Lansia di UPT PSLU
8 – 14 = pemenuhan kebutuhan tidur agak Pasuruan di Babat Lamongan bahwa
buruk responden melakukan senam teratur dan
15 – 21 = pemenuhan kebutuhan tidur kebutuhan tidurnya baik serta senam kurang
sangat buruk teratur dan kebutuhan tidur kurang yaitu 7
Untuk menganalisis hubungan responden.
keteraturan mengikuti senam lansia dan Berdasarkan analisis korelasi rank
status Pemenuhan kebutuhan tidur akan spearman rho di dapatkan nilai p sebesar
menggunakan uji Spearman-rank (rho) 0,000 < α = 0,05 berarti Ada Hubungan
Corellation dengan tingkat kemaknaan Keteraturan Mengikuti Senam Lansia
α≤0,05. Uji ini digunakan untuk mengukur dengan Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia
tingkat atau eratnya hubungan antara dua di UPT PSLU Pasuruan di Babat Lamongan.
variabel yang berskala ordinal (Alimul,
2007). Dalam pengolahan data ini dilakukan
menggunakan computer.
HASIL PENELITIAN
Distribusi responden berdasarkan
umur Lansia di UPT PSLU Pasuruan di
Babat Lamongan sebagian besar berumur 71
– 80 tahun sebanyak 12 lansia (60%).
Distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin Lansia di UPT PSLU Pasuruan di
4
Tabel 5.1 Hubungan Keteraturan Senam Lansia dengan Pemenuhan
Kebutuhan Tidur Lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat
Lamongan.
Kebutuhan tidur Sangat
Baik Kurang Total
kurang
Keteraturan
n % N % N % n %
Senam Lansla
Sangat teratur 1 5 0 0 0 0 1 5
Teratur 7 35 3 15 0 0 10 50
Kurang 0 0 7 35 2 10 9 45
Total 8 40 10 50 2 10 20 100
Analisis Korelasi rank spearman rho p = 0,000 α = 0,05

PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada gambar 5.3 Responden yang mengikuti senam


menunjukkan sebagian besar teratur lansia secara teratur adalah lansia dengan
mengikuti senam lansia, hal ini dikarenakan motivasi yang besar sehingga mereka
rasa kesadaran lansia, rasa sosialisasi sesama berusaha mengikuti kegiatan senam lansia.
anggota panti yang begitu besar sehingga Umur juga dapat berpengaruh dalam
jika ada pelaksanaan senam lansia mereka keikutsertaan lansia dalam senam lansia
akan merasa senang dalam mengikuti senam yang termasuk kategori elderly (60-64) ini
lansia, dan mereka juga akan berpikir masih memiliki aktivitas fisik yang baik
kedepan dengan mengikuti senam lansia sehingga mereka tidak mengalami kesulitan.
akan meningkatkan derajat kesehatan seperti Teraturnya latihan yang berguna untuk
mengurangi kadar gula darah dan mereka mempertahankan dan memperbaiki
menerapkan senam lansia merupakan suatu kesegaran jasmani dilakukan sedikitnya satu
kebutuhan dasar dalam meningkatkan minggu sekali dan sebanyak-banyaknya lima
derajat kesehatan meraka, sedangkan lansia kali dalam satu minggu dengan lamanya 15
yang tidak melaksanakan secara teratur menit (Maryam et al, 2008). Salah satu
disebabkan mereka tidak didasari tentang terapi non farmakologi adalah olahraga
pengetahuan serta manfaat senam lansia secara rutin. Olahraga tertentu dapat
serta rasa kesetiakawananan lansia yang bermanfaat untuk mengatasi insomnia
kurang hal ini yang bisa menyebabkan (Roland, 2005). Salah satu olahraga yang
kurangnya motivasi lansia dalam mengikuti dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan
senam lansia tersebut. tidur adalah dengan senam lansia secara
rutin

5
Sebagai rehabilitas pada lanjut berupa penyakit fisik, stres emosional,
usia terjadi penurunan masa otot serta depresi, aktifiitas fisik dan gaya hidup.
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, Faktor yang mempengaruhi pemenuhan
toleransi latihan, kapasitas aerobik dan kebutuhan tidur lansia di UPT PSLU
terjadinya peningkatan lemak tubuh. Dengan Pasuruan bermacam-macam, berdasarkan
melakukan olahraga seperti senam lansia hasil observasi dan wawancara
secara teratur dapat mengeliminasi berbagai menggunakan kuesioner PSQI, gangguan-
resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes gangguan yang sering dialami responden
mellitus, penyakit arteri koroner dan ketika tidur malam antara lain; responden
kecelakaan (Darmojo, 2000). mengalami depresi sehingga mereka
Pada gambar 5.4 distribusi menjadi sulit memulai tidur, gangguan
berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Tidur karena lingkungan kamar, digigit nyamuk,
Lansia di UPT PSLU Pasuruan di Babat merasa kedinginan atau kepanasan ketika
Lamongan secara kualitas dan kuantitas tidur, dan sering terbangun karena ingin
sebagian besar baik, hal ini disebabkan dari buang air kecil, sedangkan aktifitas
kondisi tubuh lansia yang optimal baik responden menjelang tidur biasanya mereka
secara psikologis maupun fisiologis serta menonton televisi, mendengarkan radio,
tidak adanya beban tanggungan seperti membaca doa-doa, menyulam, bermain
halnya memikirkan ekonomi keluarga catur atau kartu. Hal-hal ini merupakan
ataupun dirinya, dan kestabilan emosi si faktor yang sering dialami lansia di UPT
lansia maka akan menyesuaikan kebutuhan PSLU Pasuruan sehingga menyebabkan
tidur mereka menurut waktu ataupun kebutuhan tidurnya kurang tercukupi.
frekuensi mereka, keadaan seperti ini akan Seorang lanjut usia umumnya
menciptakan kebutuhan tidur yang baik, akan menjadi semakin berkurang
sedangkan lansia yang mengalami kemampuan untuk tidur 5 sampai 8 jam
kebutuhan pemenuhan tidur yang kurang di (Lumbantobing, 2004). Siklus penguatan
sebabkan beberapa faktor seperti perasaan dan penekanan eksibilitas saraf yang
lelah dan tertekan pada waktu pagi atau menyertai siklus siaga dan tidur mempunyai
malam hari, sering tidur di luar jam tidur, efek fisiologis yang sedang pada bagian
tidak aktifnya dalam hubungan sosial, emosi perifer tubuh.Selama dalam keadaan siaga
yang tidak teratur, serta rasa takutnya dalam terjadi peningkatan aktifitas simpatis serta
menghadapi malam karena sulit memulai penambahan jumlah impuls saraf rangka
tidur, hal ini akibat dari pemenuhan yang menuju otot-otot rangka. Sebaliknya,
kebutuhan yang kurang. selama tidur gelombang lambat, aktifitas
Banyak faktor yang dapat simpatis menurun sedangkan aktifitas
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur parasimpatis meningkat. Oleh karena itu bila
faktor eksternal meliputi obat-obatan, terjadi fase tidur nyenyak maka akan timbul
kondisi lingkungan, asupan makanan, dan penurunan tekanan darah arteri, penurunan
hormon. Sedangkan faktor internal dapat frekuensi nadi, dilatasi pembuluh darah
6
kulit, aktifitas traktus gastrointestinal aktifitas HPA axis yang dapat menimbulkan
kadang kala meningkat, otot-otot akan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada
relaksasi dan kecepatan basal metabolisme lansia. Olahraga berupa senam lansia yang
seluruh tubuh menurun (Guyton & Hall, dilakukan selama 30 menit 2 kali seminggu
1997). akan merangsang peningkatan aktifitas HPA
Salah satu olahraga yang dapat Axis dan meningkatkan transport O2
meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur keseluruh tubuh sehingga meningkatkan
adalah olahraga kardiovaskular seperti pemenuhan kebutuhan tidur.
olahraga senam lansia. Olahraga senam Endorphin baru akan muncul bila
lansia secara teratur akan menjaga cadangan glukosa dalam tubuh mulai
keseimbangan homeostasis tubuh dan berkurang akibat aktifitas fisik. Otot tubuh
membawa rasa nyaman, senang, dan membutuhkan oksigen yang cukup untuk
bahagia. Dalam kondisi tersebut lansia tidur membakar glukosa menjadi adenosine
lebih nyenyak. Dengan demikian terjadi triphospate (ATP) yang akan diubah
peningkatan kualitas pemenuhan kebutuhan menjadi energi yang dibutuhkan oleh sel-sel
tidur. tubuh. Ketika glukosa habis, barulah lemak
Didapatkan lansia yang sangat dibakar. Pada saat glukosa habis dibakar
teratur dalam mengikuti senam lansia dalam inilah endhorphine mulai muncul. Jawaban
pemenuhan kebutuhan tidur secara kualitas pentingnya melakukan aktivitas olahraga
dan kuantitas baik, lansia yang teratur dalam yang teratur untuk membakar glukosa
mengikuti senam lansia dalam pemenuhan melalui aktivitas otot yang akan
kebutuhan tidur secara kualitas dan kuantitas menghasilkan ATP sehingga endorphin akan
baik, lansia yang teratur dalam mengikuti muncul dan membawa rasa nyaman, senang,
senam lansia dalam pemenuhan kebutuhan dan bahagia. Olahraga akan merangsang
tidur secara kualitas dan kuantitas kurang, mekanisme HPA axis untuk merangsang
lansia yang kurang teratur mengikuti senam kelenjar pineal untuk mensekresi serotonin
lansia dalam pemenuhan kebutuhan tidur dan melatonin. Dari hipotalamus rangsangan
secara kualitas dan kuantitas kurang, dan akan diteruskan kepituitary untuk
lansia yang kurang teratur mengikuti senam pembentukan beta endorphin dan
lansia dalam pemenuhan kebutuhan tidur enkephalin. Beta endorphin dan encephalin
secara kualitas dan kuantitas sangat kurang. menimbulkan rileks dan senang. Dalam
Pada lansia selain faktor aging kondisi rileks, lansia akan mudah dalam
process terdapat pula faktor-faktor yang memenuhi kebutuhan tidurnya.
dapat menimbulkan stres, diantaranya Olahraga senam lansia juga
meliputi stressor biologis, stressor merangsang penurunan aktifitas saraf
psikologis, dan stressor dari lingkungan. simpatis dan peningkatan aktifitas saraf para
Adanya aging process yang menyebabkan simpatis yang berpengaruh pada penurunan
proses degenerasi dan stresor-stresor hormon adrenalin, norepinefrin dan
tersebut akan mempengaruhi penurunan katekolamin serta vasodilatasi pada
7
pembuluh darah yang mengakibatkan untuk tetap dalam batas normal ketika lansia
transport oksigen keseluruh tubuh terutama bangun tidur.
otak lancar sehingga dapat menurunkan Berdasarkan hasil penelitian
tekanan darah dan nadi menjadi normal. diatas dapat dilihat dengan menganalisis
Pada kondisi ini akan meningkatkan menggunakan uji statistik spearman rho.
relaksasi lansia. Selain itu, sekresi melatonin Analisis korelasi rank spearman rho di
yang optimal dan pengaruh beta endhorphin dapatkan nilai p sebesar 0,000 < α = 0,05 hal
dan membantu peningkatan pemenuhan ini menunjukkan ada hubungan positif
kebutuhan tidur lansia (Rahayu, 2008). antara Keteraturan Senam Lansia dengan
Peningkatan kualitas dan kuantitas Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia di UPT
pemenuhan kebutuhan tidur juga akan PSLU Pasuruan di Babat Lamongan.
mempengaruhi tekanan darah dan nadi

SIMPULAN DAN SARAN untuk mengikuti senam lansia secara


Simpulan : rutin dan teratur.
Simpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini antara lain : 2. Bagi petugas kesehatan
1. Keteraturan Mengikuti Senam Lansia di Diharapkan dijadikan dasar untuk
UPT PSLU Pasuruan di Babat membuat melaksanakan promosi
Lamongan sebagian besar teratur karena kesehatan tentang pentingnya senam
lansia memiliki rasa kesadaran yang lansia secara teratur.
tinggi akan pentingnya dalam 3. Bagi penelitian selanjutnya
meningkatkan derajat kesehatan. Diharapkan dijadikan dasar
2. Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia di penelitian berikutnya untuk lebih
UPT PSLU Pasuruan di Babat meningkatkan program promosi
Lamongan sebagian besar baik karena kesehatan khususnya senam lansia.
kondisi secara psikis maupun fisik
lansia yang optimal. KEPUSTAKAAN
3. Ada Hubungan Keteraturan Mengikuti American Council of Exercise. 2001. The
Senam Lansia dengan Pemenuhan Best Time to Exercise. San Diego:
Kebutuhan Tidur Lansia di UPT PSLU ACE Fit Facts. Page 13
Pasuruan di Babat Lamongan karena
Amir, N. 2007. Gangguan Tidur pada
dengan mengikuti senam lansia secara
Lanjut Usia Diagnosis dan
teratur maka dapat meningkatkan
Penatalaksanaan. Cermin Dunia
pemenuhan tidur.
Kedokteran No. 157 hal 197
Saran :
1. Bagi lansia
Diharapkan penelitian ini dapat
memberikan motivasi kepada lansia
8
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Gunawan. 2001. Insomnia, Gangguan Sulit
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Tidur. Yogyakarta: Kanisisus
Rineka Cipta. (Anggota IKAPI) hal:7

Astawan, M. 2005. Tidur jadi Lebih Hidayat, A, A. 2007. Metode Penelitian


Berkualitas. Keperawatan dan Analisis Data.
http://www.medicastore.com/med/art Jakarta: Salemba Medika
ikel.php?=137&iddtl=&idktg=&idob
Immanuel, S. 2008. Pemeriksaan
at=&UID=20080508112137210.57.2
Laboratorium dalam Anti Aging
08.133. Diakses tanggal 03 Maret
Medicine. Cermin Dunia Kedokteran
2012 pukul 13.00WIB
161/Vol. 35 no. 2, hal : 83
Azwar. 2000. Sikap Manusia Teori dan
Insumar, PR. 2009. Pengaruh Aroma
Pengukurannya edisi 2. Yogyakarta:
Therapy Lavender terhadap
Pustaka Pelajar
Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada
Bliwise DL. 2000. Normal Aging, Sleep Lansia Di Wilayah Kupang Praupan
Medicine 3rd edition. London: WB RW VII Kelurahan Dr. Soetomo
Saunders Co, hal: 26-38 Kecamatan Tegalsari. Skripsi untuk
memperoleh gelar Sarjana
Buysse DJ, et all. 1989. The Pittsburg Sleep Keperawatan UNAIR. Tidak
Quality Index: A New Instrumen for dipublikasikan
Psychiatric Practice And Reseach.
Pittsburg: Univercity of Pittsburgh Lumbantobing. 2004. Gangguan Tidur.
page: 193-213 Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Eser Ismet, Lela Khorsid, Sebnem Cinar. Marcel R, Ashwin et all. 2008. Makalah
2007. Sleep Quality of Older Adults Gangguan Tidur pada Usia Lanjut.
in Nursing Homes in Turkey; http://www.perdossi.or.id/perdossi.ht
Enhanching the Quality of Sleep ml?xmodule=detail&xid=14619
Improves Quality of Life. Journal of diakses 14 Maret 2012 pukul 03.00
Gerontological Nursing. Thorofare: WIB
Oct. Vol 33 pg 42-49
Maryam, S et all. 2008. Mengenal Usia
Ganong, WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC. Salemba Medika
Hal 189-195
Mary and Christ et all. 1993. Gerontologi
Nursing. Pennsyluania: Springhouse
Corporation

9
Menkokesra. 2008. Lansia Masa Kini dan 20Tidur%20Tanpa%20Obat&UID=2
Masa Mendatang. 008012401012866.249.67.76.
http://www.menkokesra.go.id/index2 Diakses tanggal 15 Februari 2012
.php?option=com_content&do_pdf= pukul 20.00 WIB
1&id=2933 diakses 03 Maret 2012
pukul 07.00 WIB Rahayu, RM. 2008. Pengaruh Perendaman
Kaki Air Hangat Terhadap
Menpora. 2010. Pengertian Olahraga. Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia
http://www.topskor.co.id/index.php? Di UPT PSLU Jombang. Skripsi
option=com_content&view=article& untuk memperoleh gelar Sarjana
id=304:pengertian-penjas-dan- Keperawatan UNAIR. Tidak
olahraga&catid=19:sport-wiki dipublikasikan

Morre CA, Williams RL, Hirshkowits. 2000. Saputra, R. 2009. Meningkatkan Kualitas
Sleep Disorder. Kaplan & Sadock Tidur. http://rizasaputra.wordpress.
(ed) Comprehensive textbook of com/2008/01/18/meningkatkan-
Psychiatry, vol 2. 7th ed. kualitas-tidur/. Diakses 15 Februari
Philadelphia: Lippincot Will & 2012 pukul 19.00
Wilkins; hal: 1677-1699
Stanley, M. 2007. Buku Ajar Keperawatan
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal
Jakarta: EGC hal 16-29 11-17, 127-259

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Starawaji. 2009. Disiplin dan taat
Metodologi Penelitihan Ilmu peraturan. Jakarta: Salemba Medika
Keperawatan pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitihan Ulumudin, M C. 2006. Pengaruh Olahraga
Keperawatan. Jakarta: Salemba Berjalan Terhadap Kebugaran pada
Medika Lansia Di Wilayah Pacarkembang.
Skripsi untuk memperoleh gelar
Orem, J. 2000. Physiology in Sleep. In: Sarjana Keperawatan UNAIR. Tidak
Kryger MH, editor. Sleep dipublikasikan
Medicine.3rd ed. London: WB
Saunders Co; 2000. Page 25-38 Waehner, P. 2006. How Exercise can Help
Improve Your Sleep. diakses 17
Pakasi, R. 2005. Jurus Ampuh Mengatasi Februari 2012 pukul 20.00 WIB
Kesulitan Tidur tanpa Obat. <http://exercise.about.com/b/2006/0
http://www.medicastore.com/med/art 9/29/how-exercise-can-help-
ikel.php?id=130&judul=Jurus%20A improve-your-sleep.html>
mpuh%20Mengatasi%20Kesulitan%
10
Wikipedia. 2010. Walking. Wikipedia Public Health, University of South
Foundation Inc. Carolina, 1300 Wheat Street,
Columbia, SC 29208, USA. Pages
Youngstedt, SD. 2005. Effects of Exercise 355-365
on Sleep. Department of Exercise
Science, Norman J. Arnold School of

11

You might also like