You are on page 1of 58
Beccariana Botanical Research Bulletin Beccariana’ adalah Publikasi resmi dari Herbarium Manokwariense (MAN) Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Universitas Negeri Papua (PPKH-UNIPA). Buletin ini ‘memuat hasil-hasil penelitian di bidang tumbuh-tumbuhan yang mencakup Taksonomi, Ekologi, Fisiologi, Keanckaragaman, serta penelitian Emobotani di Papua dan daerah lainnya. Buletin ini terbit secara teratur dua kali dalam setahun pada bulan Mei dan September. Beccariana is officially published by Herbarium Manokwariense (MAN), Biodiversity Research Centre of Papua University. The bulletin contains researches of several aspects including Plant Taxonomy, Plant Ecology, Plant Biodiversity, and Ethnobotany . It is regularly issued twice a year, in May and September. Dewan Pelindung (Adviser board) Rektor Universitas Negeri Papua Kepala Pusat Studi Keanekaragaman Hayati UNIPA. Penyunting Abii (Edivorial Board) John Dransfield (RBG - Kew) William Baker (RBG ~ Kew) Rugayah (Herbarium Bogoriense) Elisabeth A. Wijaya ( Herbarium Bogoriense) Johanes P. Mogea (Herbarium Bogoriense) Penyunting Pelaksana (Desk Editor) J, Wanggai (Ketua) Rudi A. Maturbongs (Anggota) Obed Lense (Anggota) Agustina Arobaya (Anggota) Yohanes Y. Rahawarin (Anggota) Alamat Redaksi (Address for correspondence): Herbarium Manokwariense (MAN), Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Universitas Negeri Papua (The Biodiversity Research Centre Of The State University Of Papua) 31. Gunung Salju — Amban PO. Box 23, Manokwari 98314 Papua, Indonesia. E-mail : pskh_mkw@manokwari.wasantara net id. Telepon (0986) 212758. Gambar Sampul (Cover): Bunga Dendrobium alexandrae Schitr "ISSN 1410-5403 — BULETIN PENELITIAN BOTANI “ Beceariana™ Vol 5 Nomor 1, Mei 2003 Halaman (1-51) CONTENTS 1, Karakterisasi jenis-jenis bamboo pada Kawasan penyangga Cagar Alam Pegunungan Arfak, Kampung Tanah Merah, Distrik Warmare, Kabupaten Manokwari (Characteristics of amboo in the buffer-zone area of Arfak Natural Resource, Tanah Merah Manokwari) E. W. Jendro, S.B. Husodo, dan E.M.Kesaulija (1-7). 2. Karakterisasi Jenis-Jenis Rotan Di Hutan Sepadan Sungai Tami Distrik Arso Kabupaten Jayapura (Characteristics Of Rattan In Sepadan Forest, Sungai Tami, Arso, Jayapura) Negatuwi, Susilo B. Husodo Dan Jacob Manusawai (8-17). 3. Habitat Palem Akar Tunjang (Drymophloeus Spp.) Di Kawasan Hutan Tuwanwouwi Manokwari (Habitat Of Akar Tunjang Palm (Drymophloeus Spp.) In Twwanwouwi Forest, Manokwari) Darmanto Aji, Muhammad Makrus dan Alimudin Yusuf (18-23). 4. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Oleh Masyarakat Suku Maibrat Di Kampung Sembaro Distrik Ayamaru Kabupaten Sorong (Utilization Of Plants As Traditional Medicines By Maibrat Tribe In Sorong) Marthen Howay, Nurhaida I. Sinaga dan E. M. Kesaulija (24-34), 5. Status Populasi Sommieria Leucophylla Becc (Arecaceae) Di Kawasan Hutan Andai- Manokwari(Population Of Sommieria Leucophylla Becc. In Andai-Forest, Manokwari) Hariyanti, Nushaida I. Sinaga Dan Charlie D. Heatubun (35-42), 6. Pemanfaatan Vegetasi Mangrove Oleh Masyarakat Kampung Rayori Di Distrik Supiori Selatan Kabupaten Biak Numfor (Utilization Of Mangrove By The Community In Kampong Rayori, South Supiori, Biak Numfor) Sarah Mamoribo, C.Y. Hans Arwam dan Alimudin Yusuf (43-51), KARAKTERISASI JENIS-JENIS BAMBU PADA KAWASAN PENYANGGA CAGAR ALAM PEGUNUNGAN ARFAK DI KAMPUNG TANAH MERAH DISTRIK WARMARE KABUPATEN MANOKWARI: (CHARACTERISTICS OF BAMBOO AT BUFFER-ZONE AREA OF ARFAK NATURAL RESOURCE, " _TANAH MERAH, MANOKWARD ° Oleh / By Jendro Edy Wibowo , Susiio. Budi Husodo ” dan E.M. Kesaulija ” Abstract ‘The aims of the research was to identify the species of bamboo at the buffer-zone of Arfak Natural Resource, Tanah Merah, Manokwari., Survey was the technique used 10 collect data in the field. Results indicated that there are 5 species found in this area namely Denstrocalamus asper (Schultes £) Backer ex Heyne, Schizostachyum lima (Blanco) Mertill, Neololeba aira (Lindl) Widjaja, Schizostachyum brachyladum Kurz and Bambusa vulgaris Schrader ex Wenland. They grow at 200-470 m asl. Key Word :Bamboo, Arfak Natural’ Resource. PENDABULUAN Hiutan sebagai sumber daya slam. dapat diperbaharai dalam pembangunan ‘dewasa inti sangat berperan penting baik sebagai pengatur ‘memelihara produ non kaya yang ihasitkan dari hutan adalah:bambu. Sebagai salah satu hasil hutan non kayu,. bamboo mempunyai perananan yang sangat penting terutama bagi masyarakat pedesaan di Indonesia, arena. bambu ..terdapat dalam jumlah yong banyak, , mudah cara dan Iuas _ pemanfeatannya. pembuatan bambu (plybamboo), funiture, juga barang- barang, Kerajinan untuk cenderamata, .Pada pembangunan, i sisi lain permintaan . akan kaya juga semakin .meningkat — tetapi Kemampuan , produksi hutan belum dapat ‘memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian bambu mempakan jenis tanaman 1,2) 3) Fakultas Kehutanan UNIPA, Manokwari Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) penting untuk dikembangkan (Berlian tan Raheye 1995) Bambu dapat tumbuh di daerah beriklim ‘basah sampai kering dari dataran rendah hingga pegunungan. Bambu tumbuh berkelompok, dengan jenis. yang beragam untuk masing-masing kelompoknya (Bertin dan Rahayu., 1995). Diperkirakan terdapat 1250 jenis bam’ dansk, 11.9% jens. drt jumlah tersebut diperkirakan terdapat Indonesia dam’ belum diketahui Tiss secara pasti (Untung , dik. 1998). Jenis-jenis bambu di Propinsi Papua’ ada beragam, namun demikian masih’ banyak yang belum diketahui karakteristik dan jenis- Jenisnya, schingga perlu dilakukan penelitian ‘untuk mengetahui jenis-jenis bambu tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakaii ‘pada ‘Kavasan Penyangga' Cagar Alam Pegunungan Arfak di Kampung Tans Merah ‘Distrik Warmare, Pelaksanasit penelitian séleima’ satu bulan. ‘Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif “dengan teknik Survey. Objek yang diamati ‘dalam penelitian ini addlah’ Tumbuhan bambu yang terdapat pada Kawasan Penyangga Cagar ‘Alam Pegunungan Arfak di Kampung Tanah Merah Kerakter Jenis-jenis Bambu .. (1-7) Distrik Warmare. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis-jenis bambu, karakterisasi:bambu “(rumpun, . tipe pertumbuhan, .daun, bulub/batang, . pelepah batang, bunga, dan rebung), dan habitat. ‘Tehnik pengambilan contoh bambu dilakukan secara purposif dengan melakukan penjelajahan didaerah sasaran penelitian ‘HASIL DAN PEMBAHASAN Ienis-jenis Bambu Hasil karakterisasi jenis-jenis bambu di Desa Tanah Merah Kecamatan Warniare'di peroleh 5 jenis yaitu : Dendrocalamus asper (Schultes f) Backer ex Heyne, Schizostachyum lima (Blanco) Merrill, Neololeba ara’ (Lindl.)— Widjaja, Schizostachyum —— brachycladum Kurz, Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland. Ke-5jenis bambu tersebut menyebar pada ketinggian 200-470 m‘dpl. Ini dapat di lihat pada tabel 1 abel 1, Jenis-jenis bambu yang terdapat di Kampung Tanah Merah Ne. ‘Nama Lokal Nama ie 1. Ampiyap ‘Dendrocalamus asper (Schuites £.) Backer ex Heyne 2 Segue ‘Schizostachyum lima (Blanco) Merl 3. Andak Neololeba atra (Lindl) Wiha) 4 ‘Avel ‘Schizostackyum brachyeladum Karz 5. Kembrim Bambusa vulgaris Schrader ex Wendlind Deskripsi Jenis Bambu Habitat: Tumbuh’ pada tansh tidak 1. Dendrocalamus asper (Schultes f.) Backer ex Heyne Rumpun : Simpodial, tegak dengan ujung terkulai, tidak terlalu rapat dengan tinggi tajuk 24 m. Daun : berbentuk lanset dengan ukuran 18-26 cm x 2,5-4 cm, berwama hijau ‘tua, permukaan atas halus, permukaan bawah ‘kasar,ujung daun runcing, pangkal membulat, tata letak berseling, jumlah daun pada setiap tangkai 6-12 fielai, tulang daun’ sejajar. Batang = Buluhnya mencapai 25-30,5 m tingginya, percabangan jauh diatas tanah, satu cabang lebih dominan’ dari cabang lainnya, warma buluh hija tua bintik-bintik putih, diameter 9,6-15,1 cm, ketebalan dinding 13- 19 mm, panjang ruas 45-60 cm. Pelepah : berukuran panjang 44-52 cm dan lebar 55-59 om, wama coklat, ligula dan auricle terlihat dengan jelas, wana miang coklat keemasan. Rebung : Wara miang ungu, diameter 8,5- 12. cm dengan panjang rebung 50 cm. Bunga Tidak ditemukan pada saat penelitian. Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) berbatu, , solum sedang, -lembab, . daerah perbukitan pada ketinggian 420-470 m dpl. ‘Nama dacrah : Ampiyap 2. Schizostachyum lima (Blanco) Merrill ‘Rumpun : Tegak hingga condong dengan ujung terkulai, rapat, tinggi tajuk dari permukean tanah 11,5 m dengan ‘tipe pertumbuhan ‘simpodial. Daun : Berbentuk Janset, berwarna hijau tua, ukuran (14-25 cm x 2,5-3,7 cm), ujung daun runcing, pangkal daun membulat, tepi daun rata, permukaan daun halus,permukean bawah kasar, tata letak daun berseling, jimlah dau’ pada setiap tangkai 5-7 helai, pertulangan daun sojajar. Batang : Penampang batang berwara hijau tua, diameter 2,5-5,1 cm, bentuk batang bulat dan iurus dengan panjang batang ‘8-12 m, tebal dinding 2-4,5 mm, panjang Tuas 48-87 cm, percabangan sama’ besar (Subequel). Pelepah : Berwama coklat, panjang 20-21 com, lebar 13-15 cm, tidak mudah lurus, ligula: dan auricle terlihat dengan jelas dengan wara Karakter Jenis-jenis Bambu ... (1-7) miang coklat, Rebung : Rebung derwama 2,3-3 cm,: panjang rebung” 35 om, Bunga : Tidak ditemmukan, Habitat : Tumbuh pada tanah berbatu, lembab, solum sedang, topografi - datar, ditemukan pada ketinggian 240-400 m dpl. Nama Daerah : Segue 3. Neolobeba atra tum Widjaja Rumpun : simpodial, padat, tegak agak terkulai, pada. bagian ujung, tinggi tajuk dari permukaan tanah 6 m. Daun ; Berbentuk Janset berwama hijau tua dengan ukuran 35- 55cm x 11-13 cm, jumlah daun’ pada setiap tangksi 7-9 helai, permukaan daun halus, permukasn bawah kasar, tepi dam tidak bergerigi, tata letak daun berseling, tulang aun sejajar, ujung damn runcing serta pangkal daun membulat. Batang: Diameter- nya 2,5-3,5 cm, bentuk batang bulat, wama batang hijau tua, tebal dinding 2-3 mm, panjang batang 4-6,6 m, percabangan terdiri dari atas sebuah dominant yang di ‘ikuti oleh cabang lain yang lebih kecil, ruas panjangnya 58-96 cm. Pelepah : Pelepah Duluh mudah luruh, wamanya coklat, panjang, pelepah 12,5-17,5 cm , lebar 7-10 cm, ligula dan auricle terlihat jelas dengan warna miang coklat keputihan, Rebung : Diameternya 2-3 om, wama miang coklat keputihan, panjang rebung 30 cm, Bunga : tidak ditermukan pada saat penelitian, Habitat : Tumbuh pada tanah berbam dengan solum —dangkal, 4. Schizostachyum brachycladum Kurz Rumpun : Simpodial, rumpun tumbuh tegak dan tidak terlalu rapat, tinggi tajuk dari permukaan tanah mecapai 20 m. Batang : Diametsmya 7-10 cm, bentuk buluh bulat, panjangnya 20-25 m, wama buluh hijau tua, tebal dinding buluh 4-10 mm, percabangan sama besar (Subequel) dengan panjang ruas 60-96 cm. Daun : Berbentuk berwama haijau tua, wkuran daun (18-25 cm) x (2,4-4,5 Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) hijeu dengani“wama ‘miiang coklat, diameter cm), jumlah daun pada setiap tangkai 5-9 helai, permukaan daun ” halus,permukaan ‘bawah kasar tepi tidak bergerigi, tata letak daun berseling, tulang daun sejajar ujung daun runcing ; (Acute). pangkal daun membulat. Pelepah. : Berwama .coklat, bderukuran panjang 20-22 qm dan lebar 28-39 cm,’ ligula ada, Auricle. terlihat, miang berwama coklat Kehitaman. Rebung Diametemnya, 6-9 cm dengan panjang 39 cm dan miang berwara coklat. Bunga : Tidak diketemukan. Habitat :| Tumbuh pada tanah, berbatu dengan solum. dangkal pada ‘ketinggian 200-420 m gpl. Nama Daerah : 5. Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland Rumpun : ‘Tegak hingga condong dengan ‘jung adak terkulai, tidak terlalu rapat dengan tinggi tajuk dari “permukaan tanah 21m dengan tipe pertumbuhan simpodial. Batang : Penampeng batang : berwama hijau . tua, diameter 6,5-9 cm, bentuk ‘batang bulat dan Turus’ dengan panjang batang 22-25 m, tebal dinding 9-11 mm, panjang ruas 20-35 cm, percabangan tidak sama panjang atau salah satu dari cabang lebih dominen. Daun : Berbentuk lanset, berwama hijau tua dengan ukuran (17,5-28 om ) x (1,5-2,9 cm ), ujung hoalus, permukaan bawah kasar, tata letak aun berseling, jumlah daun pada setiap tangkai 5-9 helai, pertulangan daun sejajar. Rebung : Rebung berwama hijan dengan ‘wama miang coklat kehitaman, diameter 6- 7,5 om serta panjang rebung 30 cm. Pelepal : Berwama coklat, panjang pelepah 28-29 cm, lebar 46-50 cm, mudah luruh, ligula dan Auricle terlihat jelas dengan warna miang coklat kehitaman, Bunga : Tidak dike- temukan, Habitat : Kondisi tempat tumbuh : pada tanah berbatu, lembab, solum sedang, daerah Karakter Jenis-jenis Bambu .. (1-7) berbukit. Ketinggian tempat : ditemukan pada ‘etinggian 200-420 m dpl. ‘Nama Daerah : Kembrim KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Di Kampung Tanah Merah di temui 5 Jenis bambu yang tumbuh berumpun (simpodial) yaitu : Dendrocalamus asper (Schultes £) Backer ex Heyne, Schizostachyum lima (Blanco)Merrill, Neololeba atra (Lindl) Widjaja, Schizostachyum brachyladum Kurz dan Bambusa vulgaris Schrader ex Wenland. Ke-5 jenis bamboo tersebut menyebar pada ketinggian 200 - 470 m dp 2. Pada jenis Dendrocalamus _asper (Schultes £) Backer ex Heyne mempunyai diameter buluh terbesar, di ikuti- oleh jenis_. Schizostachyum brachyladum Kurz, Bambusa vulgaris Schrader ex Wenland yang memiliki diameter sedang, jenis Schizostachyum Tima (Blanco)Merrill dan Neololeba atra (Lindl) Widjaja_mempunyai diameter buluh kecil Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) 3, Daun memiliki karakter yang sama antara lain berbentuk Ianset, tataletak berseling, tulang daun sejajar, bentuk tepi . daun tidak bergerigi, ujung daun runcing, pangkal daun membulat, permukaan daun hhalus, wama daun hijau tua dan ukuran panjang daun berkisar dari 14-55 cm dan Veber 1,5-13 om. 4. Semua jenis bambu yang di temui di Jokasi penelitian memiliki auricle dan ligula. SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemanfeatan dan budidaya bambu serta pengembangannya oleh masyarakat setempat. DAFTAR PUSTAKA Nur Berlian VA. dan Rahaya Estu. 1995. Budidaya dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya Jakarta. Untung K., Hendarsun S., Elisabeth A.W., Linda G., Ustami, Wahyu L, Mahanani K. 1998. Strategi Nasional dan Rancang Tindak Pelestarian Bambu dan Pemanfaatannya Secara Berkelanjutan i Indonesia. Jakarta Kanakter Jenis-jenis Bambu .. (1-7) Gambar 1. Dendrocalamus asper (Schultes £) Backer ex Heyne { Gambar 2. Schizostachyum lima (Blanco) Mereill ES = Reccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) # . . Korakter Jenis-jenis Bambu .. (1-7) Gambar 3. Neololeba atra (Lindl) Widjgja Gambar 4. Schizostachyum brachyeladum Kurz r re eee Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-81) Karakter Jenis-jenis Bambu .. (1-7) Gambar_5. Bambusa vulgaris Schrader ex Wendland Beccoriana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) ue 1 KARAKTERISASI JENIS-JENIS ROTAN DI HUTAN SEPADAN SUNGAI TAMI DISTRIK ARSO KABUPATEN JAYAPURA (CHARACTERISTICS OF RATTAN IN SEPADAN FOREST, SUNGAI TAML ARSO, JAYAPURA) Oleh /By Negatuwi ”, Susilo B. Husodo ” dan Jacob Manusawai” Abstract The aim of the research was to describe the characteristics of rattan Sepadan Forest, Sungai Tami, Arso, Jayapura. Eight species of genus Calamus (Calamus sp.1, Calamus sp. 2, Calamus sp. 3, Calamus sp. 4, Calamus aruensis Bece., Calamus houmboltianus Becc., Calamuus warburgi K. Schum, dan Calamus -vestitus Bece.) and one species of genus Korthalsia (Korthalsia brassi). Key Word :Morfology, Characteristic of rattan PENDAHULUAN Rotan merupakan jenis tumbuhan palem memanjat yang termasuk dalam famili Palmae atau Arecaceae (Dransfield dan Uhl, 1986). Tumbuhan ini menyebar secara alami i Papua dan terdapat hampir merata di setiap Kawasan hutan alam mulai dari Jayapura, Yapen Waropen, Nabire, Manokwari, Sorong, daeroh kepala burung lainnya sampai ke pedalamam kabupaten Merauke (Maturbongs, 1988). Hadikusumo (1994), melaposkan bahwa sebanyak 48 jenis rotan lokal telah dikumpulkan dari hutan di propinsi Sulawesi Tenggara, Maluku dan Irian Jaya dan kemudian di identifikesi. 39 jenis diantaranya termasuk genus Daemonorops dan sisanya di dalam genus Korthalsia. —_—_Beberapa diantaranya mempunyai nama ilmish yang sama sedangkan beberapa jenis belum dikenal nama ilmiahnya. Dari 48 jenis tersebut hanya 17 jenis yang termasuk rotan komersial, sedangkan yang lainnya adalah non komersial. Untuk memperoleh data _mengenai jenis-jenis rotan perlu dilakukan studi taksonomi sehingga terinventarisir jumlah dan jenis rotan di Papua khususnya di Distrik Arso Kabupaten Jayapura. 1), 2), 3) Falallas Kehutanan UNIPA, Manokwart Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Bertitik tolak dari uraian di atas, sehingga irasa perlu adanya upaya untuk mengenal Jjenis-jenis rotan yang ada di Papua. Adapun Jangkeh awal yang dapat ditempuh adalah melakukan karakterisasi morfologis jenis- jenis rotan yang ada. ‘METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di hutan sepadan sungai Tami Arso kecamatan ‘Arso Kabupaten Jayapura. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan —_metode deskriptif dengan tehnik observasi lapang. Penentuan lokasi pengamatan dilakukan secara purposif, kemudian dilakukan pengukuran panjang dan lebar pada areal pengamatan, selanjutnya ditentukan letak base line dan pembuatan —_jalur pengamatan. Pengamatan pada _lokasi penelitian dengan menggunakan sistem jalur atau transek. Hal ini dimaksudkan agar pengamatan dapat dilakukan secara sistematis dan memudahkan —pengumpulan data Sepang (Goerianegara, 1996). Pembuatan jalur pengamatan diawali dengan pembuatan Jalur jinduk (base line), mengikuti panjang, ‘sungai. Variable yang diamati meliputi karakteristik morfologis dan tempat tumbuh rotan. Pengamatan karakter — morfologi meliputi ciri-ciri morfologis (sifat tumbuh, Karokteristik Jenis-jenis Rotan di Hutan Sepadan ... (8-17) tipe tumbub, batang, dann, duri, bunga, bunga bush, biji), habitat (ketinggian tempat, tipe hhutan, kondisi tanah, pohon’ inang,), dan etnobotani (Pemanfaatan, nama lokal ). HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rotan Dari hasil penelitian diketabui bahwa areal Inutan sepadan Sungai Tami Arso Kecamatan ‘Arso terdapat dua marga rotan yaitu marga Calamus dan Marga Korthalsia, dimana marga Calamus diwakili oleh delapan jenis ‘Wong (Calamus sp.1), Cik 1 (Calanius sp. 2), Cik 2 (Calamus sp.3), Wub (Calamus aruensis Becc), Woi (Calamus houmboltianus bece), Wuryawur (Calamus warburgi K. Schum), Wandai (Calamus sp. 4) dan Awiasam (Calamus vestitus’ Becc) sedangkan untuk marga Korthalsia diwakili oleh satu Jenis yaitu Guata (Korthalsia brass). Keragaman jenis rotan di daerah ini relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan dacrah Jain seperti yang terdapat pada kawasan hutan ‘Berap Jayapura yang dilaporkan oleh Upessi (1995) bahwa: di daerah tersebut terdapat tujuh jenis rotan, serta hasil penelitian yang dilakukan Maipauw (1989) pada kawasan hutan Aimas Kabupaten Sorong dan Marrbongs (1988) Jembah Prafi yang menemukan delapan jenis rotan. ‘Karakter Tumbuh Pengamatan tethadap karakter tumbuh racist tombe dn tps tab. Dsl hhasil pengamatan diperoleh dua jenis yang hidup soliter/tunggal (Wab, Cik 1) dan tujuh jenis hidup berumpun | (Cik 2, Woi, ‘Wuryawur, Wong, Guata, Wandae, Awiasam), sedangkan tipe tumbuh dari kesembilan jenis rotan adalah menjalar dan memanjat. Hal ini dipengaruhi olch keberadaan pohon inang, dimana bila pohon inang berada dekat dengan tumbuhan rotan maka rotan terscbut akan Jangsung memanjat, tetapi bila pohon inang, erada agak’jauh, maka rotan tersebut akan rebah ‘dan menjalar hingga mencapai pohon Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) nang kemudian akan memanjat pada pohon Gerakan ini biasanya dikenal Karakter Daun Untuk wama daun diperoleh tiga wama daun yaitu hijau Tua (Wub, Wong, Woi, Cik 1), empat hijau muda (Cik i, Wandai, Waryawur, Awiasam) dan satu hijau keabuan (Guata). Hasil pengukuran panjang daun diperoleh lima golongan adalah berdaun panjang yaitu Jjenis (Wub, Cik 1, Cik 2, Wuryawar dan ‘Wandac), golongan berdaun sedang (Woi, ‘Awiasam, Guata), pendek (Wong). Dransfield (1979) menyatakan bahwa, panjang daun berbeda-beda tergantung jenisnya, dimana panjang daun dapat mencapai 3 meter. Dari hasil pengukuran. panjang pelepah diperoleh satu jenis yang tergolong memiliki pelepah panjang yaitu ( jenis Wub), tergolong sedang tujuh jenis (Cik 1, Cik 2, Woi, ‘Wuryawur, Guata, Wandae, Awiasam), sedangkan pendek satu jenis, yaitu Wong Johns dan Zibe (1989) menduga bahwa panjang pelepah daun berhubungan erat dengan intemodus (roas) batang itu sendiri. Pelepah daun biasanya tubular membungkus batang, tetapi pada beberapa spesies pelepah daun dapat memibelah/terbelah menurut ukuran panjangnya, Pada ujung pelepah daun terjadi pennyempitan menjadi petiole. Dari basil pengukuran panjang. tangkai daun, yang tergolong dalam ukuran panjang yaitu Gusta, Woi, Wandai, Cik 2, sedang, yaitu Wong, Awiasam, ukuran pendek, yaitu ‘Wub, Wuryawur, Cik 1. Diatas petiol, biasanya terdapat perpanjangan bagian utama dari pelepah daun, Perpanjangan ini disebut okrea. Dari hasil pengamstan kehadiran okrea, diketahui empat jenis yang memiliki okrea yaitu Wandai, Awissam, Woi, dan Guata, sedangkan Jainnya tidak memiliki okrea. Karakteristik Jenis-jenis Rotan di Hutan Sepadan .. Hasil pengamatan terhadap tata letak anak daun, dua jenis diantaranya’ memiliki tata letak anak daun berkelompok (Wong, Woi), dua berkelompok » (1-2) berkelompok kkemnudian berseling © sampai_ keujung « daun yaity (Cik 1, Cik 2), untuk jenis Wub, ‘Wandae, Awiasam, Wuryawur, dan Guata ‘memiliki tata letak anak’ daun berseling sampai keujung anak daun, Hasil pengamatan bentuk anak © daun menunjukan ‘terdapat variasi diantara_jenis- jenis yang ditemukan, yaitu : eliptic (Wong, Cik i, Cik"2), lansat (Wub, “Woi), linier (Wuryawur, Wendae, Awiasam), rhomboid (Guata). Dari -hasil perhitungan jumlah ‘anak daun diketahui bahwa delapan jenis rotan miemiliki jumlah anak daun’ tergolong ‘banyak, yaitu ‘Wuryawur, Wandai, Awiasam, Wub, Cik 1, Cik 2, Wong, dan Woi, sedangkan satu: jenis sedikit, yaitu Guata. Memurut Johns dan Zibe (1989), jumtah pasangan anak daun dikatakan sedikit “apabila pada satu rachis terdapat: kkurang dari sepuluh’ pasang anak daun dan dikataken bannyak bila lebih atau sama dengan sepuluh pasang. Hasil pengamatan tepi dan anak daun diperoleh delapan’ jenis yang memilliki tepi anak daun rata (Wong, Wub, ‘Woi, Wuryawur, Wandai, Awiasam, Cik 1, Cik 2), satu ,bergerigi (Guata), sedangkan permukaan anak daun semuanya licin. Hasil pengamatan tangkai anek daun hanya satu jenis yang memiliki tangkai anak daun (Guata) dengan wluran tangkai anak i i 10 mm), » yang selebihnya tidak memiliki tangkai anak daun, Hasil pengukuran kehadiran lutut daun, 8 jenis memiliki Iutut daun (Cik 1,'Cik 2, Wub, dan satu jenis tidak memilikd lutut detun (enis Guata). Hal ini seswai dengan pernyataan Dransfield (1979), bahwa beberapa spesies rotan yang tidak memanjat dan pada jenis Korthalsia tidak terdapat lutut daun. Pengamatan tethadap alat panjat diproleh empat jenis dengan alat panjat sirrus (Cik 1, Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) @47 " : ‘Wub, Wuryawur, Guata), lima jenis dengan alat panjat flagella (Wong, Woi, .Wandai, Awiasam,’ Cik: 1), Dransfield _ (1979), menyatakan alat panjat berupa flagella hanya dimiliki oleh rotan jenis Calamus, akan tetapi tidak semua Calamus memiliki flagella. Lebih lanjut dikatakan bahwa kehadiran alat panjat pada satu tumbuhan rotan mempunyai alat panjat berupa flagella, maka rotan tersebut, tidak memilki sirrus, ataupun sebaliknya. Pengamatan tylang anak daun menunjukan delapan jenis memilki tulang anak daun jelas, (Wong, Cik 1, Cik 2, Wub, Woi, Wuryawur, ‘Wandai, Awiasam) dan satu jenis tidak jelas, (Guata), Karakter Batang Hasil pengamatan terhadap — karakter batang terlihat bahwa dari semua jenis rotan yang ‘ditemuken’ memiliki- bentuk batang bulat. Variasi warna sesuai dengan jenisnya’ yaitu’ : Hijau tua keabuan (Cik 2, Wub), hijau tua Genis. Wuryawur), hijaw ‘keabuan.(jenis' Guata), ‘hijau kuning-keabuan (Cik 1), -hijau’ kekuningan (Wandai, Awiasam, Wong; Woi). Hasil pengukuran’ panjang iruas dan’ diameter untuk semua jenis, Wub, Wuryawur, Wandai, Awiasamn ‘yang tergolong memiliki ruas panjang (> 30 cm), Cik 1, Cik 2, Wong, Woi, Guata tergolong memiliki panjang ruas sedang (15-30 ‘em) dan tidak’ ada yang memiliki panjang ruas pendek (< 15 cm). Demikian pula unt ‘untuk diameter batang, hampir semuanya memiliki diameter besar (> 17 mm), hanya satu jenis’ yang tergolong, mem diameter sedang yait jenis Wong (10-17 mm). Karakter Duri Péngamatan’ —tethadap. arated uri ‘meminjukan terdapat variasi dalam bentuk, dan warna, Duri’ yang ditemukan antara lain berbentuk : bulai/menjarum (Cikl, Wandai, Awiasam, Woi), ‘segi ‘tiga pipih’ (Wub, atangnya (Wong). Variasi wama meliputi wama hijau muda (Cik 1, Cik 2, Wan Awi, Karokteristik Jenis-jenis Rotan di Hutan Sepadan ... (8-17) Wo), hijau kecoklatan (Gua), coklat (jenis Wy), coklat kehitaman (jenis Wu). Pola penyebaran duri pada batang untuk semua jenis cenderung sama yaitu tidak teratur, hanya jenis (Wy) yang memiliki penyebaran duri pada batang akan sedang teratur Karakter Bunga Dari hasil pengamatan di lapangan hanya tiga jenis ditemukan yang sedang berbinga yaitu. (Wong, Wub, . Guata).Dari _hasil pengamatan menunjukan bahwa dari seluruh Jjenis rotan yang berbunga ada yang memiliki letak pembungaan lateral (Wong, Wub) dan terminal (Guata) dengan tipe pembungaan Hapaxantic (Wong, Guata) dan Pleonantik (Wub). Untuk panjang pembungaan memiliki ukuran panjang bervariasi, ukuran panjang > 2 m dimiliki oleh (jenis Wub), sedang 1-2 m (jenis Wong), pendek < 1.m (Guata). Dengan demikian dapat diketahui pula bahwa musim berbunga untuk ketiga jenis ini adalah pada bulan september. Karakter Buah Hanya tiga jenis rotan sclama penelitian ditemukan berbuah diantaranya yaitu (Wub, Awiasam, Wandai). Dari hasil pengamatan bentuk buah, buah bulat dimiliki (Wub, Awiasam), oval (Wandai), untuk karakter wama buah dari ketiga jenis rotan ‘menunjukan adanya kesamaan wama baik pada waktu muda maupuri waktu masak yaitu ;wama buah muda hijau dan buah_masak kuning, Dari pengamatan karakter sisik buah Kesemuanya tergolong bersisik banyak yaitu > 20. Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Kondisi Habitat Dari hasil pengamatan tempat tumbuh menunjukan bahwa dari kesembilan jenis rotan tersebut, jenis Guata dan Cik 2 hidup pada tempat yang secara periodik tergenang, air dengan topografi rata Jenis Wub, Wandae, Wuriwur, dan Awiasam mempunyai habitat yang hampir sama yaitu hidup pada tempat-tempat yang secara periodik tergenang air, kondisi tanah agak basah lembab berserasah sampai kering berpasir, derigan topografi * rata sampai bergelombang ringan. Jenis Cik 1, Woi, ditemukan tumbuh pada tempat-tempat yang sedikit berbeda, selain ‘menempati ketinggian tertentu, tumbuh pada tempat lembab berserasah dengan kondisi tanah ering berpasir dengan topografi datar Sedangkan jenis Wong memiliki habitat sedikit berbeda yaiti hidup pada tanah berpasir sedikit berkerikil, lembab berserash dengan topografi rata sampai bergelombang ringan, Dimana semua jenis rotan hidup pada ketinggian tempat berkisar antara 40-110 m dph denis Vegetasi Jenis vegetasi yang terdapat pada sepanjang sungai tami Distrik Arsorso antara Jain Pometia sp., Intsia sp., Palagium sp., Alstonia sp., Oktomeles sumatrana, Ficus sp., Fremna korimbosa, Termenilia sp., Pandanus sp. Metroxylon sagu, Myristica cenifera, Hibiscus . tylasius, Homonia __javansis, Spondias dulcis, Haplolobus acuminatus, Diospiros fusicapra, dan Pinanga sp. Dari hasil pengamatan terlihat jenis pohon inang, untuk rotan yang tumbuh cukup bervariasi u Karakteristik Jenis-jenis Rotan di Hutan Sepadan .. (8-17) Pada habitatnya, tumbuhan rotan. akan ‘memanjat pada pohon inang yang memiliki tajuk yang tidak terlalu lebat, dan cenderung ‘mencari pohon-pohon yang memiliki tajuk relat tipis dimana sinar matahari masih dapat menembus celah-celah tajuk ke bawah pohon, dan tidak jarang tajuk-tajuk rotan melewati tajuk tertinggi dari pohon inang yang dirambati, Hal. ini diduga bahwa rotan berusaha mencari sinar matahari. Karakterisasi Rotan 1. Calamus sp 1 Perawakan: tumbuh berumpun, sifat tumbuh menjalar dan memanjat. Batang hijau kekuningan, permukaan halus, panjang ruas, 23,5-28,2 cm, diameter batang tanpa pelepah 0,8-1,4 om, diameter batang, berpelepah 1,6 -1,8 cm, batang bergetah bening. Daun : panjangnya 69,5- 90,1 cm, lebar 33,9-50,1 cm; berduri, duri tidak ada, panjang tangkai daun 7,3-15,3 cm, pajang pelepah 36,9-47,3 om, tidak berokrea, pada agian bawah tangkai daun terdapat lutut daun sangat jelas, panjang 2,7-3,5 cm, lebar 2,3-3. em; rachis berduri sampai keujung daun. Anak daun : jumlahnya 9-10 pasang, bentuk eliptic (15,5-27,1) (4,9-6,7) om, berkelompok 2-3 pasang, berhadapan sampai berseling, tidak bertang- kai, permukaan agian atas hijau tua dan bagian bawah hijau muda mengkilap, halus, tepi rata; jumlah ‘tulang anak daun 7. Alat panjat flagella, Panjang °156,7-185,3 cm. Pembungaan : duduk bunga lateral, tipe _pembungaan hapaxantic, panjang pembungaan 153,8 cm, wama bunga Hijau muda. Biji tidak ditemukan dan ditemukan hanya satu rumpun, Habitat : tumbuh pada ketinggian 110 m dpl, tumbuh pada tempat-tempat tanah berbatu kerikil, berpasir sedikit lembab berserasah, dengan topografi datar sampai bergelombang ringan; berasosiasi dengan semut hitan dan jenis pohon Pometia sp. Manfaat jenis rotan ini jarang dimanfaatkan Beceariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) ‘olch masyarakat Arso Kota dikarenakan sulit ditemukan dan selain itu habitat ‘dari rotan jenis ini menempati ketinggian tertentu, ‘Nama daerah : Wong. 2. Calamus comosus Perawakan : tumbuh ‘tunggal, sifat tumbuh menjalar dan memanjat. Batang : Derwama hijau kuning keabuan, permukaan haalus, setiap ruas yang menjalar dipermukaan tanah ditumbuhi akar. panjang ruas 24,8-29,7 cm, diameter batang tanpa pelepah. 1,5-1,9 cin, batang bergetah putih. Daun panjangnya 102,3-176,1 cm; panjang pelepah 47,3-59,3, cm, berduri, warna dui hijau kekuningan,tidak’ teratur, bentuk uri bulat/menjarum, arah tumbuh duri tegak Iurus batang, pada tumbuhan dewasa duri tidak luruh; jung pelepah tidak berokrea, tangkai daun, panjang 4,1-7.7 om, berlutut daun jelas dengan ukuran panjang 4,2-6,5cm, lebar 3,4- 3,9 om, rachis bagian bawah berduri sampai keujung daun. Anak daun : jumlah anak daun 10-12 pasang, berkelompok, berkelom- pok 1-2 pasang sampai berscling, bentuk elliptic (19,2-32,5)x(5,7-6,7) om, tidak ber- tangkai anak, daun, arah tumbuh keujung, dawn, permukaan bagian atas dan bawah halus, wama anak daun hijau tua, jumlah tulang anak daun 3, tepi anak daun rata. Alat Panjat sirrus, panjang 103,3-110,3 cm. Selama penelitian tidak ditemukan bunga dan buah, hanya ditemukan satu tanaman. Habitat : tumbuh pada ketinggian 70 m dpl, pada tempat kering berbatu. lembab, berserasah, tanah sedikit bepasir dengan topografi datar, tipe hutan primer, berasosiasi dengan semut merah dan jenis pobon Intsia 7? Nama daerah: Cik 1. Pemanfaatan : jenis ini tidak pemah dimanfaatkan arena susah—_dijumpai dikarenakan penyebaran jenis ini sangat jarang n Korakteristik Jenis-jenis Rotan di Hutan Sepadan :. (8-17) 3. Calamus sp. 2 Perawakan : tumbuh tunggal, sifat tumbuh menjalar dan memenjat. Batang : wamanya hijan tua permukean halus, panjang ruas 21,9-28,lem, diameter batang tanpa pelepah 1,5-1,8 om, berpelepal 1,9-2,5 cm, wama getah bening. Daun : Panjangnya 195,2-261,2 cm, panjang pelepah 48,6 ~ 58,5 cm, berduri, duri mengelompok, penycbaran duri hanya pada ujung pelepah hampir di bawah lutut daun dan ditengah batang, tidak teratur, wama duri hijau kkekuningan, ukuran relatif’ besar dengan panjag 1,5 cm dan lebar mencapai 0,8 cm, ‘bentuk segi tiga pipih, pada tumbuhan dewasa_ duri tidalc turub, pertumbuhan duri condong, kebawah, pada ujung pelepah berlutut daun sangat jelas, panjang 5,9-6,6 om, lebar 4,3-4,7 cm, ‘ai daun, panjang 35,1-49,6 cm, rachis bagian bawah berduri samipai keujung daun. Anak daun : jumlahnya 11-13 berbentuk: eliptic (24,7-33,2)x(4,5-12,3) cm, berkelompok sampai berseling, berkelompok 12 pasang, wama anak daun hijau muda, tidak Dertangkai anak daun, permukaan bagian atas dan bawab halus, tepi rata, tidak berduti, jumlah tulang anak daun 5. Alat panjat flagella, panjang 325,4-376,3 om. Selama ppenelitian tidak ditemui bunga dan buah serta ditemukan hanya satu rumpun. topografi atar, kondisi tanah basah, tipe hutan primer, tidak ditemukan berasosiasi dengan semut atau sejenisnya dan jenis pohon inang Ficus sp. ‘Nama dacrah: Cik 2. Pemanfaatan : karena sangat jarang, bagi masyarakat Arso jenis ini tidak dimanfastakan. 4. Wub (Calamus aruensis Bece) Perawakan -: tumbuh tunggal, sifat tumbuh menjalar dan memanjat. Batang wamanya hijau tua keabuan, penmukaan batang halus, panjang ruas 25,7-37,1 cm, Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) diameter batang tanpa pelepah 2,9-3,3 cm, diameter berpelepah 3,3-3,9 om, wama getah bening Daun : panjangnya 272,8-322,5 om, panjang pelepah 95,6-126,3 cm, berduri, duri terfokus pada satu tempat yaitu di bawah lutut daun, tidak teratur, wama duri coklat sampai ‘hitam, ukkuran relatif besar, panjang 1,5 cm. dan lebar 0,8 cm, bentuk segi tiga pipih, pada tumbuhan dewasa tidak Jurih, pertumbuhan uri condong kebawah, pada ujung pelepah tidak berokre, panjang tangkai daun 2,3-3,3 cm; rachis bagian bawah berduri sampai Keujung daun, berlutut daun sangat jelas, Panjang 10,1-11,6 cm, lebar 7,5-7,8 om. Anak Daun : jumlatmya 12-16 pasang, bentuk anak daune lancaulate (54,1- 42)x(5,8- 10,1), letak anak daun berseting, arah tumbuh anak daun keujung daun, permmukaan atas dan ‘bawah halus, tepi anak daun rata, jumlah tulang anak daun 3, Alat Panjat sirrus, anjang 205,7-225,7 cm, Pembungaan : tata letak pembungaan lateral, tipe pembungaan haphasantic, panjang pembungaan 180 cm, ‘wama bunga hijau kabuan. Buali : bentuknya bulat, wama. waktu muda: hijan keabuan, waktu matang kuning, jumlah sisik 75, Biji berbentuk: setengah lingkaran, biji berelif, ukuran bijipanjang 0,4-0,6 cm dengan diameter 0,3-0,4 cm, bentuk endosperm menyerupai peluru senapan angin. Habitat : tumbuh pada ketinggian 30-110 dengan semut hitam dan jenis pohon inang Fikus sp, Pometia sp, Intsia sp, Myristica cenifera R. Br, Homonia javansis. Nama daerah : Wub atau wabu (rotan usia muda) Pemsinfaatan |: Manfaat jenis ini dimanfaatkaan oleh masyarakat Arso Kota sebagai gapit dinding gaba-gaba, atap rumbia, bak perumahan masysrakat maupun rumah adat juda digunakan sebagai tali pengikat. Korakteristik Jenis-jenis Rotan di Hutan Sepacan .. (8-17) Bs ' 5.Calamus humboltianus Bece Perawakan: betumpun, sifat tumbuh menjalar'dan memanjat. Batang : wémanya hija _kekuningan, permukaan halus, ‘panjang ruas 19,7-26,9 cm diameter. batang- tanpa pelepah 1,3-1,9 om, diameter « batang berpelepah 1,9-2,5 cm. Daun : panjang 64,5- 73,5, cm,. panjang: pelopah 52,5-62,6° cm, derduri,:, warna duri, hijaw kekuningan, penyebaran duri tidak teratur,: tumbuh duri tegak lurus tatang, bentuk uri bulat menjarum, pada tumbuhan dewasa duri tidak Turuh, pada ujung pelepah -berokrea, panjang 70,3-72;8 cm, berlutut daun, sangat jelas, panjang,3,5-4,4 cm, lebar 2,2-2,8 cm, tangkai aun ' panjang 38,2-55,5 cm,: tankai daun diumbuhi duri pada kedua: sisinya, duri berwama coklat, bentuk duri bulat menjarum, Rachis pada bagian bawah berduri sampai ke ‘ujung;daun. Anak daun': warmanya hijau tua ‘mengkilap, bentuk * anak ' daun lancaulate (35,3-47,5)x(3,5-6,2) cm, jumlah anak daun 9-11 pasang, berkelompok 2-3 pasang, berha- Hadapan sampai ‘berseling, tepi anak. daun rata tulang anak daun.1. Alat Panjat flagella, panjang 224,7-237,4-cm. Selania pelaksanaan ian hanya ditemui satu rumpun dan ‘tidak ditemui adanya bunga dan buah. Tidak ditemmui adanya bunga dan buah. Habitat : tumbuh pada ketinggian 70-m dpl, tumbuh pada:tempat yang lembab hutan-primer; berasosiasi dengan semut: hitam:~ dan - jenis Hablolobus acuminatus.. ‘Nama daerah : Woi Pemanfaatan : jenis ini tidak dimanfaat- ‘kan Karena karena susah untuk diteriukan, 6.Calamus warburgit K: Schum ‘Péerawakan : tumbuh’ berumpun, sifat tumbuh menjalar dan memanjat, Batang : warnanya hijau | tua, permukaan “ halus, panjarig Twas 29,5-58,3 cm, diameter batang tanpa pelepah " 2,1-2,5, cm, diameter berpelepah 3,9-3,2 cm, Daun : ‘panjangnya TSO 869 Gn, iter 961989 can eae pelepah 68,3-97,2 cm wamna getah putih, Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) ‘pohon inang. : berdur, wanna di coat kekitaman, th uri condong menghadap kearah .pertum- buhan, bentuk duri segi. tiga pipih; ukuran uri , panjang 7. -LJom, lebar 0,1-0,2 .cm penyebaran duri akan sedang teratur, tangkai daun, panjang 4,7-9,9 cm, berlutut daun Panjang 6,2-7,2, om, .lebar 3,5-5,6 cm ujung, pelepah tidak berokrea. Anak Daun: jumlahnya 60-80. ps ‘bentuk anak. daun liniar, (66.1546, x(142,3) om, aun rata berduri halus,. talang utama anak aun, berduri, berwama hitam, jumlah tulang.. anak daun 3. Alat anja sirus,panjang 715° 81,, cm. Selama_pelaksanaan , penelitian ,di areal studi tidak didapatkan bunga maupun ‘buah. peed Habitat : tumbuh pada ketinggian 30-70 m. dpl,tumbuh pada tempat-tempat, yang secara periodik. tergenang, air. sampai pada tempat-tempat lembab, berserasah. .dengan ‘topografi datar, ,berasosiasi dengan. semut hitam dan. jenis pohon Ficus sp.,.Intsia sp, Diospirosfuscarpa, Fometia sp., Macaranga sp., Palagium sp. ; ‘Nama daerah :Wuryawur, + Pemanfastan : jenis) ini di. . banyak dimanfpatkan oleh masyarakat sebagai tali pengikat pagar dan tiang romah. . 1. Korthalsia brassii Burr Perawakan :° ‘tithbuh ‘berumpun,” éifat tumbuh menjalar’ dai memanjat. Batang : warnanya hijan keabuan, panjang nias 20,7- 28,7 ‘cm, diameter batang tanpa pelepah 1,3- 1,7 om, berpelepah 1,6-2,7 cm, bentuk Batang bulat tidak bergetah. Daun : panjangnya daun ° 90,5-107, 8 cm, panjang pelepah 56,9-66,3 cm, berduri, wama duri coklat, ata’ tumbuh uri tegak urus batang, tidak teratut, bentik triangular, pada tumbuhan dewasa duri'tidak Juruh, ujung ‘pelepah ‘berokrea; kompak berbentuk tabung, panjang 30,2-36,4 cm lebar 5,5-6,8.cm, tangkai daun, panjang 18,5-30,4 om, tidak berlutut daun, rachis bagian bawah berduri sampai keujung daun. Anak Daun ; bentuknya rhomboid (jajaran_ genjang)x(25- Karokteristik Jenis-jenis Rotan di Hutan Sepadan ... (8-17) 46) x (3,6-18) cm, jumlah 5-8 pasang, tidak berkelompok, berseling, bertangkai anak daun 2,1-2,8 cm, arah tumbuh anak daun keujung daun, permukean bagian atas dan bawah halus, tepi anak daun bagian ujung bergerigi, jumlah tulang anak daun 10-15. Alat Panjat sirrus, panjang 100,5-150,3 cm. Pembu- gaan: tipe pembungaan _pleonatic, kkedudukakan bunga terminal, panjang 65,7 cm, wama bunga kekuning-kuningan. Buah tidak ditemukan. Habitat : tumbuh pada ketinggian 30-120 m pl, tumbuh pada tempat-tempat yang secara’ periodik tergenang - air dengan topografi datar, ‘berasosiasi dengan semut merah dan jenis pohon inatg Hibiscus ‘ylasius, Macaranga sp., Spondias dulcis, dan Myristica cenifera. ‘Nama daerah : Guata. Pemanfaatan : jenis ini jarang dimanfaat- kan oleh masyarakat namun kadang kalanya imanfaatkan sebgai tali pengikat. 8 Clamus Pachigonus Perawakan : berumpun, sifat tumbuh menjalar dan memanjat. Batang : wamanya ‘hijau ekuningan. bentuk bulat, halus, panjang ruas 33,5-37,2 cm, deameter batang tampa pelepah 1,5-1,9 cm, diameter dengan pelepah 1,9-2,9 cm wama getah bening. ‘Daun : panjangnya 142,3-177,3 cm, panjang pelepah 54.1-65,5 om, berduri, wama duri hijau kekuningan dengan ujung wana coklat, bentuk duri bulat/menjarum, tidak teratur, arah tumbuh duri tegak lurus batang, pada tumbuhan dewasa duri. tidak turub, ujung pelepah berokrea tidak kompak, panjang 8,3- 15,9 cm, lebar 4,5-4,8 cm, berlutut daun jelas, ditumbubi duri, panjang 5,0-6,7 cm, lebar 5,6- 11,5 om bertangkai daun, panjang 14,6-34,2 cm. Anak Daun : jumlahnya 60-70 pasang, bentuk anak daun liniar (30,3-44,2)x(2,2- 3,9)em, pada tanaman muda anak daun berkelompok 3-4 pasang sejajar . sampai Derseling, pada tumbuban dewasa anak-anak daun tidak lagi berkelompok, arah.tumbuh anak daun keujung daun, tepi anak daun rata Beccariana Volume 5 Nemor 1 Mei 2003 (1-51) berduri halus, hitam, jumlah tulang anak daun 3, keseluruhan tulang anak daun ditumbuki durihalus. Alat Panjat flagella, panjang 435,4- 472,3 cm. Buah : wama buah masa ‘muda hijau, matang Inning, bentu buah lonjong, jumlah sisik 90, Biji bentuknya lonjong, berelif, dengan ukuran panjang 0, 6 ‘om, lebar 0,4 cm. ‘Habitat : tumbuh pada ketinggian 30-70 m. dpl; pada tempat-tempat yang secara periodik tergenang air juga tumbuh pada tepat lembab, beserasah, berasosiasi dengan semut merah dan jenis pohon inang Pometia sp., Imsia sp, Palagium sp. Hablolobus acuminatus, Diospiros fusicarpa. Nama Daerah: Wandai. Pemanfaatan : jenis ini dimanfaatkan oleh ‘masyrakat sebagai tali busur. 9. Awiasam (Calamus vests Bece) Perawakan : berumpun, sifat- tumbuh ‘menjalar dan memanjat. Batang : wamanya hijau kekuningan, bentuk halus,:panjang ruas 28,9-32,7 cm, diameter batang berpelepah 1,4-1,9 cm, tanpa pelepah 1-1,5 cm, wama getah bering. Daun : wamanya hijau muda, panjangnya 53,7-119,1 cm, lebar 45,3-60,5 ‘cm, pajang pelepah '50,2-59,9 cm, berduri, wama duri ijn ‘kekuningan, bentuk ‘menjarum, tidak teratur, arah tumbuh tegak lurus. batang, pada tumbuhan dewasa duri tidak luruh, ujung pelepah berokrea, kompak dengan ujung menjala, berlutut daun sangat jelas, panjang 3,4-4,9 cm, lebar 2,1-2,8 cm, tangkai daun , panjang 5,3-19,2 cm, rachis berduri sampai keujung daun. Anak Daun : jumlahnya 25-30 pasang, bentukanak daun iniar - (29,1-39,2)x(1,5-2,5) cm, tidak berkelompok, berseling, tidak bertangkai anak aun, arah tumbuh anak daun keujung daun; permukaan atas dan bawah halus tepi anak daun rata berduri halus; pertulangan anak daun sejajar, jumlah tulang anak daun 3, semua tulang anak daun berduri halus bagian atas dan bagian bawah pada tolang utama anak daun. Alat Panjat flagella, panjang 176,6-243,3 cm. Buah : wamanya waktu 15 Karakteristik Jenis-Jenis Rotan di Hutan Sepadan .. (8-17), matang buah muda tidak ditemukan. bentuk buah ovalt, jumlah sisik 92. bentuknya ovalt, ukuran panjang 0,5 om, lebar 0,3cm biji berelif. Habitat : tumbuh pada ketinggian 30-70 m pl, pada tempat-tempat, yang secara periodic tergenang air sampai lembab berserasah dengan tofografi datar, berasosiasi dengan semut hitam dan jenis pohon inang Pometia sp., Ficus sp., Insia sp. ‘Nama Daerah :.Awiasam ‘KESIMPULAN 1, Pada areal hutan” sepadan sungai Tami Kecamatan Arso terdapat ‘dua marga rotan, yaitu Calamus dan korthasia. ‘Marga Calamus tetdiri dari detapan jenis yaitu Wong (Calamus ‘sp.1), Cik 1 (Calamus mcoosus), “Cik 2 (Calamus sp:2), Wub (Calamus aruensis Becc), Woi (Calamus humboltianus Bec), Wuryawur: (Calamus warburgit K. Schum), Wandae (Calamus: pachigonus) dan awiasam (Calamus vestitus Becc), sedangkan ‘dari marga’Korthalsia hanya satu jenis yaitu Guata (Korthalsia brassii Burt) 2. ‘Kesembilan jenis rotan yang. ditemokan memiliki tipe tumbuh ‘ajo jenis Wong (Calamus -sp.1), Cik 2 (Calamus ~~ sp.2), Woi (Calamus shumboltianus —Bece), _. Wuryawur (Calamus Warburgii K: Schum), Guata (Korthalsia brassit - Burr), : Wandae (Calamus | pachigurus) dan Avwiasam \(Kalamus. vestitus Becc), dua tumbuh tunggal Wub (Calamus aniensis ‘Becc.) dan Cik (Calamus comosus) dengan sift tumbuh kesemunya ‘adalah memanjat dan “menjalar; Tigi bersirrus’ Wub (Calamus arvensis ' Becc), °Cik 1 (Calamus comosus) dan Guata Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2008 (1-51) (Korthalsia brassii Burr), . Enam, Derflagella, Wong (Calamus sp.1),.Cik 2 (Calamus sp.2),__ Woi.. (Calamus houmboltiqnus . ,Becc), . -Wouryawur . (Calamus warburgii K. Schum), Wandae, . {Calamus - pachigonus), dan, Awiasam . (Calamus yestitus Becc), Empat berokrea, Woi (Calamus. houmboltianus Bec), Guata (Korthalsia brassii Burr.), Wandae. (Calamus. pachigonus) dan Awiasam (Calamus vestitus Becc); Tujuh berlutut dann Wong (Calamus sp.l), Cik 1 (Calamus . comosus), Cik., 2. (Calamus. sp.2), Wub (Calamus aruensis Becc.),, Woi (Calamus hownboltianus Becc), ‘Waryawur, (Calamus warburgii XK. Schum), Wandai (Calamus pachigonus) 3. dan awiasam (Calamus vestitus) dan satu. tanpa lutut daun yaitu Guata (Korthalsia brassii Burr). 4. Perbedaan, -karakter . yang amat. mmenyolok antera marge, Calaus- dan Korthalsia yaitu antera lain, bentuk anak daun, kehadiran tangkai ‘anak .daun dan ‘kehadiran futut ‘dqun. 5. Kesemibilan jehis rotan tersebut tumbuh, pada kondisi tempal-tempat yang secara Perla ilakukan penetiian lanjuntan mengenai~penyebaran jenis, sifat fisika dan Kimia ‘rotan pada lokasi yang sama untuk melihat kualitas rotan yang ada. DAKTAR PUSTAKA Dransfield, J. and Uhl, 1986, An Outline of a Classification of Palms. Kwe. Buletin Vol. -30. NO. :A, Hal: 3-11., Royal Botanic Gereden Kwe englan. ‘Dransfield, J. 1979. A’Manual Rattans of The ‘Peninsula... Forest Malay Departemen, Kuala Lumpur. 270 p. Korakteristik Jenis-jenis Rotan di Hutan Sepadan ... (8-17) Hadikusumo, S.A. 1994. Exploration of Physical And MehcanicalProperties of Presently Uused Rattan. Intemational Devel Research Center. Canada. ‘Maturbongs, R.A. 1988. Penyebaran Jenis Rotan Dan PersyaratanTempat Tumbuh Secara Alami Pada Kawasan Hutan Prafi Manokwari. Skripsi Sarjana Kehutanan Faperta Universitas, Conderawasih. (tidak dtiterbitkan). Maipauw, 1989.Potensi beberapa jenis Rotan Pada Kawasan Hutan Aimas Kabupaten Sorong. Skripsi Sarjana Kehutanan Beccariana Volume & Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Faperta Uncen, Manpkwari. (Tidak Diterbitkan), Surianegara, S. 1996. Ekologi, Ekologisme Dan Pengelolazn Sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Upessy, R. F. 1995. Karakteristik Jenis-jenis Rotan Pada areal Hutan Berap Kecamatan Nimboran Kabuapten Jayapura. Skripsi sarjana Kehutanan Faperta Uncen. (Tidak Diterbitkan Zibe. S & Shons. R 1989. A Check List of ‘The Species of Calamus and In papuasia. HABITAT: PALEM AKAR TUNJANG (Drymophloeus spp.) DI KAWASAN HUTAN TUWANWOUWI MANOKWARI (HABITAT OF AKAR TUNJANG PALM (Drymophlocus spp.) IN TUWANWOUWI FOREST, MANOKWARI) . Oleh / By Darmanto Aji”, Muhammad Makrus” dan Alimudin Yusuf ” Abstract ‘The aims of the research was to identify the habitat of Drymophloeus spp. ‘Such as micro-climate and soil. Results indicated that the species mostly found at altitude from 110 to 200 m above sea level and from 5 to 60% slope. They also grow.on Podzolic or utizol soil with pH 5.5 ~ 5.0, very low to high soil nutrient, 22 = 29°C, humidity 84 — 95%, light intensity 200 — 600 lux, and shade 60 ~ 90%. Key Word : Habitat, Akar Tunjang Palm. PENDAHULUAN Palem yang tumbuh pada hutan tropis selain memegang fungsi dan peranan penting dalam penyusunan ekosisitem bhutan, juga tergolong tumbuhan yang telah dimanfaatkan manusia dalam —_kehidupan —_sehari-hari. ‘Menurut Essig (1977), khusus di New Guinea peran palem antara lain sebagai penyedia Fran” makanen, baben ‘anyaman pengikat, bahan membuat busur, inean ‘tangan dan pekerjaan tangan lainnya. Kawasan bhutan Tuwanwouwi yang terletak dalam —wilayah —_administrasi Kecamatan Manokwari telah ditetapkan sebagai hutan Pendidikan dan Latihan ‘) milik Balai Latihan Kehutanan (BLK) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.423/Kpts-IV1987 tanggal 28 Daserber 1987. Kawanan sels 6000 he ik mempunyai potensi keanekaragaman_j palem. Dari hasil peneltan Prasasti (2000) diketahui bahwa terdapat 15 marge palem dari 3 sub famili, yaitu Coryphoideae, Calamoideae dan Arecoideae. Coryphoideae terdiri dari marga Licuala, Calamoideae terdiri dari marga Metroxylon dan Pigafetta; sedangkan sub famili Arecoideae terdiri dari marga Arenga, Caryota, Orania, 1,2) 3) Fakalas Kehtanan UNIPA, Manckwari Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Drymophloeus, Gronophyllum, — Gulubia, Pinanga, Areca, Calyptrocalys, Sommieria, Rhopaloblaste dan Elaesis. Dengan mempe- Jajari dan melakukan upaya pelestarian Keanekaragaman spesies palem, maka dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dunia ilmu pengetahuan tumbuh-tumbuhan di ‘masa mendatang. ‘METODE PENELITIAN: Penelitian dilakukan di kawasan hutan Tuwanwouwi Kabupaten Manokwari, dilan- jutkan snatisis sampel tanah di Laboratorium Tanah Faperta Unipa Manokwari. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Variabel yang diamati berupa variabel tama dan variabel penunjang. Variabel Utama, yaitu ketinggian dan kelerengan tempatlokasi penclitian, tanah yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah, sifat fisik (jenis, waa, tekstur dan struktur) dan kimia (pH H;0 & KCl, kandungen C-organik, unsur N total, P dan K tersedia, Kapasitas Tukar Kation, Kejenuhan Basa) tanah, iklim mikro yang meliputi suhu udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya matahari di sekitar pohon contoh serta vegetssi sekitar yang dibatasi dalam plot contoh lingkaran seluas 0,1 ha yang meliputi Jjenis dan jumlah pohon. Variabel penunjang Yaitu keadaan mum Jokasi penelitian. Habitat Palem Akar Tunjang (Drymophloeus spp.) (18-23) Penentuan plot contoh dilakukan secara purposif, yaitu menyesuaikan dengan etak/lokasi tumbuh palem Drymophloeus oliviformis dan Drymophloeus litigiosus yang, ditemukan di lapangan, = titi pusat plot pengamatan, 17,8.m_~ jari-jrilingkaran © ~ tumbuhan patem © = titik pengambilan sampel tanah Gambar 1. Petak Contoh Untuk Pengamatan Faktor-Faktor Habitat Palom HASIL DAN PEMBAHASAN Tanah Kondisi tanah yang mendukung pertum- buhan suatu tanaman pada _habitatnya diperoleh dengan cara mengkaji sifat fisik dan sifat kimia tanah, Sifat fisik tanah yang diamati pada habitat palem Drymophloeus spp. adalah jenis tanah, fekstur, struktur dan wara tanh, Hasil penelitian struktur, tekstur dan wama tanah pada habitat palem palem Drymophloeus spp. disajikan pada Tabel 1. ‘Tabel 1. Sifat isi tanah pada habitat Palem Drymophlocus spp. di hutan Tuwanwouwi, Manokwari, Hiasil Pengamatan Podsolik / ultisol Tabel 1 menunjukan bahwa jenis tanah yang ditemukan pada habitat _palem Drymophloeus spp. di hutan Tuwanwouwi adalah podsolik/ultisol, dengan kelas tekstur tanah lempung berdebu dan lempung_ fiat berdebu. Tekstur tanah tersebut terbentuk dengan komposisi ‘butir debu yang dominan dari pada butir pasir dan fiat Tekstur Jempung berdebu di temukan pada 3 plot pengamatan (60%) dan fempung liat berdebu 2 plot pengamatan (40%). Struktur tanah yang ditemukan pada 4 plot pengamatan (80 %) adalah gumpal bersudut dan 1 plot penga- matan (20%) yang berstruktur gumpal membulat. Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) TLempung berdebu Lempung Hat berdebu. Gumpal bersudut_gumpal membulat| Coklat coklat tua kelauningan Sifat fisik lainnya yang diamati di tapangan adalah wara tanah. Dengan berpedoman pada buku munsell soil dapat diketahui bahwa wama tanah pada plot-plot_pengamatan habitat palem Drymophloeus spp. adalah coklat sampai coklat tua kekuningan, Warna tanah yang agak gelap pada habitat palem Drymophloeus spp. di hutan Tuwanwouwi terutama pada lapisan top soil. Menurut Hardjowigeno (1987), kondisi demikian dapat memberikan petunjuk bahwa perkembangan tanah dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi serasah (humus). Sifat kimia tanah yang diamati disajikan pada Tabel 2. rr) Habitat Palem Akar Tunjang (Drymophloeus spp.) (18-23) ‘Tabel 2, Hasilanalisis sifat kimia tansh pada habitat Palem Drymophloeus spp. di hatan Tuwanwouwi, Sifat Kimia Tanah ‘Nila Kisaran Penilaian * pH HO 47-50 masa pHKCL 35-45 asain ‘KTK (me! 100g) 2a 58-3416 Tinggi Keg, Basa (%) : 937-981 Sangat rendah Carbon (C-organik) (2) 1187 2,540 rendah sodang (6) 0145-0306 rend — sedang Patersedi 7 1584-2691 sendah — tinggi —Kelium (K-tersedia) (ppm 3082-4158 sod Kalsium (me/100 gr) 02393-02972 Sangat rendah Magnesium (me/100 gr) 02172-03932 sangat ronda ‘atrium (me/100 gs) 0.8183 — 0.9864 Tinggi © Krera PPT/Pusat Penta Tena Bogor, 183 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai kemasaman aktif pH (1:0) adalah 4,7- 5,0 dan nilai kemasaman potensial pH (KCI) adalah 3,5-4,5. Hasil ini secara -umum. ‘menunjukkan bahwa palem Drymophloeus spp. dapat tumbuh pada kondisi masam. Nilai pH tanah yang relatif rendah ini berhubungan erat dengan nilai kejenuhan basa yang sangat rendah (9,37-9,81). Dimana tansh-tanah dengan pH yang rendsh ~—mempunyai kejenuhan basa rendah. sedang tanah-tanah dengan pH yang tinggi mempunyai kejenuhan basa yang tinggi pula (Hardjowigeno, 1987). Hal ini dapat diindikasikan dengan. nilai pengukuran Kapasitas Tukar Kation (KTK), yaitu banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100 gram). Hasil pengukurai KTK sebesar —24,58-34,16 me/100 gram tanah menunjukkan bahwa KTK pada tempat" tumbuh”palem Drymophloeus spp. di hutan Tuwanwouwi adalah tinggi. “Hardjowigeno ‘ (1987), enyatakan bahwa tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hhara lebih baik dari pada tanah’ dengan KTK: rendah. Karena ‘unsur-unsuf hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur- uunsur hara tersebut tidak mudah hilang terciici oleh air. Ketersediaan unsur hara ‘bagi fanaman yang diamati pada plot-plot pengamatan habitat palem Drymophloeus spp. berdasarkan Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Iaiteria dari PPT Bogor (1983) berkisar antara sangat rendah hingga tinggi. Tanaman palem Drymophloeus spp. yang dijadikan obyek pengamatan cenderung ditemukan pada tempat tumbuh dengan kandungan karbon yang rendah hingga sedang dengan kisaran 1,187-2,540 %, dan kandungan nitrogen rendah hingga sedang dengan nilai kisaran 0,145-0,306 %. Untuk kandungan phospor dan kalium (tersedia) cenderung pada kriteria rendah hingga tinggi, dengan ‘nilai kisaran untuk phospor (tersedia) 15,84-26,91 ppm dan kalium (tersedia) 30,82-41,58 ppm. Hasil analisis tanah tempat tumbuh —_palem Drymophloeus spp. juga menunjukkan kandu- ngan kalsium sangat rendah dengan nilai kisaran 0,2393-0,2972, me/100 gram, magne- sium sangat rendah (0,2172-0,3932 me/100 gram), dan kandungan natrium tinggi (0,8183-0,9864 me/100 gram). Berbagai hasil analisis sifat kimia tanah di atas menunjukkan bahwa secara_umum tanaman palem Drymophloeus spp. di hutan ‘Tuwanwouwi dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang tergolong masam dengan tingkat Kandungan unsur hara sangat rendah hingga tinggi, Ikdim Mike Lima plot pengamatan yang ditentukan untuk pengamatan habitat palem Drymophlocus spp. berdasarkan ketinggian disajikan pada Tabel 3. Habitat Palem Akar Tunjang (Orymophloeus spp.) (18-23) ‘Tabel 3, Penentuan plot pengamatan habitat Palem Drymophioeus spp.di hutan Tuwanwouw Plot peagamatan Ketinggian (m_ dpi) Kelerengan (%) 1 5 2 38 3 : 0 0 4 171-190 45 3 191-200. 35 Dari tabel di atas terlihat bahwa palem Drymophloeus oliviformis dan Drymophloeus litigiosus dijumpai pada ketinggian 110 hhingga 200 meter dpl, dengan variasi kkelerengan antara 5-60 %, Selanjutnya Tabel 4. Ikim mikro dan persentase naungan pada habitat P variabel_pengamatan terhadap iklim mikro yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, an intensitas cahaya matahari disajikan pada Tabel 4. lem Drymophloeus spp di hutan Tuwanwouvi Keterangan _Diukur pada pagi, Siang dan sore __ mn %)___ Diulur. Siang d - Intensitas Cahaya Matahari (lux) Diukur pada siang, Penaungan (%) Berdasarkan Tabel 4, suhu udara tempat tumbuh palem Drymophloeus spp. berkisar antara 23-29 °C dan kelembaban udara antara 84-95 %, Kisaran suhu udara di pagi hari adalah 23-26 °C, di siang hari 27,5-29 °C, dan i sore hari 24-27 °C. Kelembaban udara di pagi hari berkisar 89-95 %, siang hari 87-89 % dan sore hari 88-95 %. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan pada tempat tumbuh palem Drymophloeus spp. adalah berkisar antara 200-600 Tux. Penutupan tajuk pada tempat tumbuh palem Drymophloeus spp. yang dibatasi pada luasan 0,1 ha berkisar antara 60-90%. Dengan menggunakan kriteria penuh (75-10%), agak penuh (50-75%), sedang (25-50%), sedikit (0-25%), maka dapat disimpulkan — bahwa_—_palem Drymophloeus spp. menyukai Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Secara visual yang dibatasi pada luasan 0,1 Ha kondisi habitat dengan tingkat penaungan vegetasi (pohon) agak penuh hingga penuh. Hal ini berarti palem Drymophloeus spp. termasuk jenis semi toleran dan toleran terhadap naungan. Jadi iklim mikro yang terbentuk pada habitat palem Drymophioeus spp. dipengaruh oleh kemampuan tanaman ini dalam berasosiasi dengan vegetasi_ di sekitarnya, As si un Ve Ss ir Secara kescluruhan dijumpai 49 _jenis vegetasi pohon yang tumbuh bersama-sama (berdampingan) dengan palem Drymophloeus spp. Secara lengkap hasil analisis vegetasi pohon pada 5 unit pengamatan disajikan pada Tabel 5. nu Habitat Polem Akar Tunjang (Drymophioeus spp.) (18-23) ; ‘Tabel 5. Hasilanalisis vegetasi tingkat pohon pada habitat Palem Drymophloeus spp. di hutan Tuwanwouwi. Nama Tenis “Fanili Tumlah — Nisbah Adina matiolia ‘Rubiaceae. agi 180 Aglaia sp ‘Meliaceae 20 3,99 “Arthocarpus communis ‘Moraceae 1 030 Callophylium inophyllum L. Gutiferae 6 180, ‘Canangga odorata Hoock £ ‘Annonaceaé 7 2,10- (Canarium sp. ‘Burseraceae 14 ‘Capnosperma brevipetiolata volkens, 4 Calis lanfolia planch — L ~Cerbera floribunda 4 “I~ Chisocheton_ceramicus 3 UL. _Diospyros sp. 5 12. Dracontomelum edule Mest 4 “Hlaeocarpus sp. 1 14, Fndospermum moluccanum Bec. 2 = 15. Eugenia 35 16. Bvodia elleryana EM. - 13 17 Fleus sp. 14 18. Garcinia sp 3 19.__ Gironniera sp. 3 20.~Ginetum grenon _Getaceae 21. Gonoea Teacinaceas 2 22. Haplolobs Ea Bursoraceae, 26 23.___Homalium foetidum Bi. Flacouriaceae 6 24. Hopea sp. —_ Dipterocarpaceae 2 35. Horsfleldia wp. ‘Myristicacese 1 26. ~Insia palembanica Mig Fabacaceac. 1 27.__Litsea tu Tauraceae 8 28, Macaranga sp. —_—_ Eporbiaceae i 29, Myristca sp. — Mristicaceae 18 30, Rubiaceae 8 31 u Sapotaceae —3 32. Pangium sp. —_Flacourtiaceae ® 33. Pentaphalangium paelycarpum AC. Smith Gutiferae 10 “34. Pimeleodendron amboinicum Hsk. Euphorbiaceae 10 35. Planchonella sp. 1 36. — Podocarpus blumei Endl 3 37. Pometia acuminata a 10 38. Pometia pinnara Sepindaccae 3 "38. Peerigota horsfeldit Stereliaceae| 1 39. Preroeymbium sp. Storouliaceae 1 40. Pygium sp. Ruiacese 1 4 Rhus taitensis Gull -Anscardiateae to 42. Sterculia conwentzih Steteuliaceae 3 43. Sierculia parkinsoni Sicrculiaceac 2 44. Syzygium sp. ‘Myrtaceae 2 45._Terminalia canaliculata ‘Comibreaceae a 46. Tetraplasendra sp. ‘Araliaceae 3 47. Teysmanniodendron sp Ferbenacese 2 48. Vitex quinata (Lou) FN. Will Verbenaceae 5 Total 334 Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) n Habitat Palem Akar Tunjang (Drymophioeus spp.) (18-23) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenis: terbanyak ‘ms dijumpai hidup ve tanal : dengan palem. Drymophloeus . spp. adalah Eugenia ‘sp.(16,47%) dan Haplolobus’ sp. (7,78%). Jenis yang paling jarang Sump (0.30%) adalah Arthocarpus communis, “Celtis latifolia Elaeocarpus sp., Pygium sp., Horsfiledia sp., Planch, » Inisia palembanica Mig. Macaranga sp..*' Pterygota horsfieldii, Rhus taitensis Guill,Pierocyinbiuim sp. dan Planchonélla sp. KESIMPULAN 1. Hasif penelitian menunjukkan habitat palem Drymophloeus spp. di kawasan huitan” Tuwanwouwi ditemukan pada arias ketingyian 110 m dp hinge 200 dengan kelerengan berkisar antar 5-60 % (lanl hingga curam), 2. _Drymophloeus spp.di hutan Tuwanwouwi tumbuh pada jeais'tanah podsolik/ultisol dengan tekstur tanah yang ditemui adalah Jempung, berdebu' dan lempung iat berdebu, ‘struktur tanah bersudut ‘sampai ‘gumpal membulat dan wama tanah coklat ‘bingga coklat tua kekuningan, 3: Pale jenis Drymophlocus spp. manipir tumbuh pada kondisi tanah yang ‘masam (pH 3,5-5,0), ‘dimana nilai KTK tinggi (24,58-34,16 me/100 gr), Kejenuhan basa rendah (9,37-9,81°%), dan’ kandingan ungur hara (Carbon, nitrogen, Phospor, Kalium, Kalsium, Magnesiuin: Natrium) berkisar antara sangat rendah hingga tinggi. 4. “Sulu” udara. di sekitar tempat tumbuh palem Drymophloeus spp. berkisar antara 22-29 °C, kelembaban tidara 84-95 %, Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) dan intensitas cahaya matahari yang diteritha sebesar 200-600 tux, dant hidup dibawah penainigan 60-90 %(agak penuh hingga penuh), - 5. Palem Drymophlocus spp. dijumpai berdampingan dengan tumbuhan jenis lainnya bervegetasi pohon. Jenis yang Eugenia sp. (16,47%) dan Haplolobus (7,78%), sedangkan _jenis yang Paling. jarang dijumpai_(0,30%) 0 sp,, Horsfiledia sp., Intsia palembanica Miq., . Macaranga sp.,: Pterygota horsfieldi, - Rhus taitensis- Guill, Prerocymbium sp. dan Planchonella sp. SARAN Perlu dilakukan penelitian yang sama pada daerah yang. ain. untuk Sagaimana kondisi tempat _tumbuhnya, bisa mendukung = ‘saba pergenbandan Jenis palem Drymophloeus spp. Khususnya ‘dan _pengembangan , ilmu DAFTAR PUSTAKA Essig, 'F. G:, 1977. The Palm ‘Flora of New Guinea, A Preliminary Analisis Botany. Bulletin No. 9 Office of Forest Division of Botany LAE. Papua New Guinea. Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu’ Tanah. Edisi Revisi, PT. Mediyatma Sarana Petkasa. Jakarta. Prasasti, A.A.W.,' 2000! Eksplorasi Palem : pada Kawasan Hutan Tuwanwouwi Kabupaten Manokwari. Skripsi Sarjana Kehtanan’ Faperta Uncen Manokwari (dak citeebitkan, PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT SUKU MAIBRAT DI KAMPUNG SEMBARO DISTRIK AYAMARU KABUPATEN SORONG (UTILIZATION OF PLANTS AS TRADITIONAL MEDICINES BY MAIBRAT TRIBE IN SORONG) Oleh / By Marthen Howay ”, Nurhaida I. Sinaga” dan E. M. Kesaulija> Abstract ‘The aims of the research were to identify the main plant species which are used as traditional medicines by Maibrat tribe in Sorong, to describe the method of preparation and uses of some of the medicinal Plants, and to study methods for passing tha knowledge of traditional medicines amongst the tribe. Results indicate that the traditional knowledge of medicinal plants within these groups were known by the elders only. The tribe has used 40 species of plants from 30 families. Bark and leaf materials were the ‘most common part of the plant used by the Traditional Medical Practitioners. In most cases plants are ‘Prepared by brewing a tea or infusion for drinking. ‘Key Words : Medicinal plants, Maibrat tribe. yang ada di sekitar hutan sebagai sumber obat tradisional. _Informasi tentang jenis-jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai kemudian diturunkan pada generasi berikumya, sehingga pengetahuan yang berasal dari pengalaman. dan kebiasaan tersebut hanya menjadi pengalaman dan pesgetdan masyerabtsteupat (Ashari, Pengetahoan tentang pemanfaatan tumbub- tumbuhan sebagai sumber atau, bahan obat ‘tadisional oleh masyarakat Indonesia sokarang merupekan warisan pengetahuan dari nenek moyang. (Ajijah dan Iskandar 1995), mengataken behwa sudah sejak lama nenek moyang bangsa kita mengenal berbagai jenis tumbuhan yang digunakan untuk ‘mengobati berbagai jenis penyakit yang 1,3) Fada Katina UPA Nanak 2) Hera Manoknicne PPRH UNIPA, Marea Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mel 2003 (1-51) diderita. Cara pengobatan ini merupakan cara yang dilakukan secara tur - temurun dan ‘menjadi tradisi yang khas di beberapa dacrah dan suku di Indonesia. Oleh sebab itn guna melestarikan dan mengembangkan penge- tahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan obat Salah satu suku di Papua yang mendiami wilayah Kabupaten Sorong. adalah suku Maibrat. Suku. ini diperkirakan memiliki Pengetahuan lokal mengenai ‘tumbuhan sebagai sumber atan bahan obat’ METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kampung Sembaro Distrik Ayamaru Kabupaten metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pengambitan data melalui teknik wawancara semi struktural yang mengacu pada daftar topik pertanyaan dan pengamatan di lepangen. Teknik pengambilan contoh _responden dilakukan secara purposif yaitu dipilih para tetua adat, kepala suku, petugas kesehatan dan orang-orang yang mengetahui tentang obat tradisional (responden kunci) di lokasi Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional .. (24-34) yaita antara 25-40 tahun dan diatas 40 tahun, Intensitas sempling yang digunakan adalah 15 %. Teknik demikian dilakukan dengan asumsi bahwa pengetahuan —tradisional tentang obat-obatan hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu saja. Variabel yang diamati metiputi data primer’ (informasi ‘mengenai pemanfaatan tumbuhan baik berupa tumbuhan bawah maupun tingkat informasi — botanis, HASIL DAN PEMBAHASAN ‘[dentitas Responden Kampung:Sembaro merupakan salah satu kampung. di distrik Ayamaru ‘dan termasuk dalam masyarakat suku Maibrat dihuni oleh 68 KK yang terdiri dari 119 pria dan 111 wanita, (230 jiwa). Dari sekian banyak penduduk ternyata . pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan yang berihasiat obat umumnya hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu dengan usia diatas 40 tahun (Tabel 1). Pengetahuan tersebut mereka peroleh dari ajaran tetua terdahulu dan: pengalaman mereka. Untuk lebih jelasnya tentang identitas responden dapat disajikan pada Tabel 6 dibawah ini 25.35 7 ea : 3 z soe 36-45 ks 3 RTs = 1 = 2 Sire a6 50 mk $user eee ak ocer-veee 5 i. 3 $3352 a : Too. Total 915 6 [ommend cae yj Tag Tat Ags SU Kl es eB Pada umumnya masyarakat ‘kaum muda ng, mendiami tampung Sembar schapai stan yang berumur kurang dari 40 tahun Ghat tradisional memiliki tentang pemenfaatan Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan ‘oleh pengetabuan tumbuhan obat tradisional hanya terbatas pada tumbuhan yang sering digunakan sehari- hari seperti ramuan untuk penyembuh sakit malaria dan Iain-lain, Sedangkan kaum tua lebih dari 40 tahun memiliki. pengetahuan tentang penianfaatan tumbuhan —obat ‘tradisional yang berlaku untuk semua semua, macam penyakit baik itu sakit penyakit ‘maupun sakit karena suanggi atau magis, ies Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan responden kunci, ditemukan 40 jenis tumbuhan hutan dari 30 famili yang dapat digunakan oleh masyarakat suku Maibrat Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) masyaraket —sangat —beragam dalam tingkatannya yaitu tingkat pohon 18 jenis, Pew 10 jnis soma 2 jens, Sana 7 Jeni jenis, jadi jumiah kescluruhannya aaah a jenis (Lampiran 1), Tumbuhan yang dimanfaatkan ini pada umumnya berada isckitar tempat tinggal penduduk dan watuk pemanfatannya masyarakat dengan mudah ‘untuk memperoleh tumbuhan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa disekitar tempat tinggal penduduk masih kaya akan keanckaragaman jenis tumbuban yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Keadaan demikian ‘tidak terlepas dari sikap penduduk yang selalu Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional .. (24-34) ‘menjaga huten di sekitar tempat tinggal dalam pengaturan pemanfaatan tumbuhan dengan rasa tanggung jawab terhadap alam di yang diyakini sebagai obat oleh masyarakat sekitar mereka, Tokal. Banyaknya jenis_ tumbuhan erat ‘hubungannya dengan budaya yang tersirat Tabel 2, Daftar famili beberapa jenis tumbuhan yang iguakan sebagai bahan Daku obat oleh Masyarakat Suku ‘Maibrat di Kampung Sembaro. No. Famili Jumlah Jenis | | Beceariana Volume 5 Nomor 1 Mel 2003 (1-81) + 26 Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisiona! ... (24-34) ‘abel 3. Bagian tumbuhan yang digunakan schagai bahan ramuan obst tradisional "oleh Masyarakat Suku Maibrat i Kampung Sembary ‘Bagian Tumbuhan yang digunakan | Species (Lokal/Timiah) ‘Akar \ Foo (Derris eliptica) Sibun ayoh (Inperata éylindrica) _Hiyoh kat (Citrus sp.) Ubi Kulit Bolt (Zingiber officinale) ‘Fangia Pimeleodendron amoboinicun) Te (ododndon we) Zugenia sp, Kaser (Leokosye sp.) Kma Pomettia coreacea) Sowe (Aistonia scholaris) Faas (Elaeocarpus sp.) ‘ Hererem (Ficus sp) Ifate (Vatica resak) Rifeah (Cinamomum culilawan) Yukam (Ficus sp.) Asnah (Areangelisia flava) Kalu (Merremia peltata) awe (Palmeria sp) ‘aah (Condyine raticosa) ‘Aus Capparis sp.) Hwim Zingiber sp.) fate (Vatica papuana) Urau (Pandanus sp.) Aaa (Metroxsylon sp.) Tahsi (Pleomele anguiifolia) Afa (Laportea sp.) : Affit (Dendronicde sp.) Att (Smilax sp.) Kau (Omalanthus popuineus) ‘Mbawiah (Myristica sp.) Hiyoh hat (Citrus sp) Basi (Scindapsus hederaceus ) Mosbi /Scindapsus sp.) Samak (Melastoma malabathricum ) Ara kek (Baccaurea sp.) ‘Tfan (Acanthus sp) ‘Bush — Getah Selurab Bagian Fayu (Morinda ciirifotia) Hewi (Buchanania sp,) Herin (Pittosporum sp.) ‘Nagamit (Pipturus sp) Habua (Physatis angulata) gM abel 3, ethat baa masyaratat suku Maibrat paling banyak menggunakan agian Kulit (12 jenis) dan daun (12 jenis). tergolong mudah, selain itu khasiat yang dirasakan “ “lebih banyak ‘dalam * segi pengobatan. Bagian tumbuhan yang" dipat Beccariana Volume & Nomor 1 Mei 2003 (1-51) digunakan untuk pengobatan pada umumnya ‘masih’ dalam keadaan ‘segar, kecuali kulit dimana bagian yang digunakan bisa berupa ‘segar maupun kering. Khasiat Tambuhan Dari seluruh jenis (40 jenis) tumbuhan hutan yang berhasil diidentifikasi memiliki 25 Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional .. (24-34) Khasiatkegunaan yaitu. 24 Khasiat untuk ‘manusia dan 1 kbasiat untuk hewan, Pada umumnya masyarakat suku Maibrat memegang _tegub/percaya —_—tethadap kemampuan ramuan yang dapat digunakan sebagai racun (pembunuh) masih kuat. ‘Namun sesuai dengan aturan kepemilikan dan hubungannya dengan alam gaib (supra- natural), maka secara adat hanya diketahui oleh keluarga laki-laki dari pemilik pengetahuan ‘ini, sehingga informasi tersebut tidak dapat diperoleh. Khasiat Penyembuh-Penyakit Terdapat 34 jenis tumbuhan yang Khasiamya dapat menyembuhkan 24 jenis penyakit, baik penyakit ringan maupun petiyakit dengan Kategori berat. Tabel 4 ‘imemberikan informasi tentang jenis penyakit yang dapat diobati dengan obat tradisional. Tabel 4. Penyakit dan jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh Masyarakat Suku Maibrat di Kampung Sembaro, No, Nanna Penyakit ‘Nama Tumbuhan Lokai/Iimiah 1 Malaria z "Taah (Cordhline frticosaL.) Famnga (Pimeleo dendron amboenicum) ‘Afa (Laporia sp.) Sowe (Alstonia scholaris) ‘Naggamit (Piprurus sp) Habua (Physalis angulata) 2 Sakiteigt Qii Eugenia sp) . 7 Kma (Pometia coreaceae) 3 Sakitmats ‘Kasex (Leokosyke 5p) 4. Sakit lings ate (Varica_papuana) —_— 3. Luka bart “Hererem (Ficus sp) Mbawiah (Msristika sp) ‘Tahsi Pleomele angutfolta Saka arma — Hiatar (Rhododendron sp). — “Asnah (Areangelisia) 7. aka baka ‘Ukrau (Pandamus sp) $._Luka gigitan anjing = ate (Vatica resak) 9 Bisul ‘Kau (Omalanthus populneus) 10, Sakit kepala “Mosbi (Scindapsus sp) U1. Patah tulang ‘Basi (Scindapsus hederaceus) 12._Usus bunto Sibun ayoh (inperaia cylindrica) 13. Serampa. — Aaa (Metonylon sp) 14. Susah buaag air besar ‘Abweh (Palmeria sp) ‘Aus (Capparis sp) “T5__Penawar racun/bisa “Hwim (Zingtber sp) 16. ‘Cacingan_ Bofit (Z officinole) 17. Kaskadw/peayakt kat “Hewi (Bucharania sp) Alt (Smilax sp) 18 Serawan i ‘Kafu (Mferennia peli) 19. Memudahian keluarnya bayi yang meninggal dalam rahi —_Bta-bta (Areca sp) 20. Muntaber ‘Samak (Melastoma malabatricum L.) 21. Mang — Fayn (Morinda citrfolia) 22. Remati ‘Ara kok (Baccaurea sp) 23. Saki tuk Fifaah (Cinnamomum culilawany 24. Sakit perut "Tian (Acanthus sp) Dari seluruh. jenis ramuan ini ada masyarakat umum untuk menyembuhkan beberapa jenis ramuan yang dapat digunakan _penyakit seperti malaria, batuk, sakit mata, Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisiondl .. (24-34) sakit kepala dan sakit gigi, karena penyakit tersebut adalah penyakit yang sering di derita oleh masyarakat. Khasiat Penyembu Guns-Guna (Magis) Tumbuhan yang digunakan” masyarakat untuk menyembuhkan sakit yang disebabkan Taba 5. oleh Kekuatan gaib atm. penyembuh ‘guna? guna (magis) tidak dapat. diperoleh informasinya karena, mengandung rahasia bagi mereka yang memiliki pengetaman ini. manusia dan 1 khasiat untuk hewan (Tabel 5). Jenis tumbuhan berkhasiat perangsang yang digunakah olch Masyarakat Syku Maibrat di Kampung ‘Sembaro. No. Khasiat Tumbuhan_ _ ‘Nama Tumbuhan Lokal/Iimiab_ 1 “Melancarkan proses persalinan ‘Herios (Zizypus sp.) ‘Ahwch (Palmeria sp.) 2. ‘Menggalakan anjing ‘Affit (Dendronicde sp.) Fass (Elaeocarpus sp.) ‘Herin (Pittosporum sp.) Hiyoh kat (Citrus sp.) kh obat, umumnya diperoleh dari hutan sekitar Tumbuhan hutan yang berkhasiat sebagai obat perangsang dijumpai 1 Khasiat ‘untuk Khasiat perangsang yang dimaksud adalah hhasil tumbuhan yang diberikan dapat ménambah daya/vitalitas tubuh dan membantu mempercepat kontraksi otot. Satu Khasiat’ untuk menggalakan anjing bertujuan agar anjitig tersebut dapat membant dalam berburu. Tumbuhan yang digunakan sebagai ‘abel 6: Cara meraitm obat iradisional olch Masyarakat Suku Maibrat di Kampung Sembaro, tempat tinggal. Cara Meramu ‘Masyarakat -suku Maibrat . dalam ‘meramwmembuat obat _tradisional » dari tumbuhan hutan pada umumnya dilakukan secara sedethana, dimana dari jenis yang ada hampir sebagian besar ‘hanya dapat ‘diramu Jangsung ‘pada tempat atau ‘lékasi dimana ‘tumbuban itu diperolch (Tabet 6). fo. ‘Cara Meramu 1 Dikikis + Dy 2. Diparut + Diperas 3. Diperas 4. Dikunyah 5.1 Dibakar 6, Diremas, 7. Debus. 8. Ditumbuk ‘9. Dikikis 10. Dimas 1. Diparut 12. Digosok 13. Tampa dram Total Beecariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) i Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional .. (24-34) Dikikis dan Dipanaskan Cara meramu dengan mengikis atau ‘memarut dilakukan pada bagian tumbuhan yang memiliki tekstur yang keras yaitu bagian batang dan kulit kaya misalnya pada’ jenis Taah (Cordyline fruticosa). Setelah diparut kemudian hasil parutan tersebut dibungkus dan “dipanaskan di api dengan tujuan agar Khasiat dari obat ini bisa dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Diparut dan Diperas Proses diparut dan diperas ini khusus pada tumbuhan yang keras, dimana hasil parutan dapat dibasahi dengan air kemudian diperas untuk mendapatkan sarinya dari bahan yang akan digunakan sebagai obat, misalnya pada tumbuhan Fangga _—_(Pimeleodendron amboenicum), sari hasil perasan tersebut diminum “untuk menyembubkan —sakit malaria. Diperas pada daun Atait (Smilax sp.), daun diperas kemudian diteteskan pada bagian kulit, daun ini berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit. Dikunyah Meramu dengan mengunyah ini dapat dilakukan khusus pada bagian daun, dimana cara ini dilakukan dengan tujuan menghan- curkan daun dan sekaligus mengeluarkan aimya untuk proses pengobatan, sisa dari daun yang dihancurkan tersebut ditempel pada bagian yang luka, misalnya tumbuhan Mbawish (Myristica sp.), daun dikunyah Kemudian simys dapat diteteskan pada loka it Cara meramin seperti ini dilakukan pada agian daun, akar dan kulit tumbuhan, dimana bagian tumbuhan terscbut dapat dibersihkan terlebih dabulu kemudian direbus dengan air hingga mendidib, didinginkan dan siap diminum, Tumbuban yang diramu dengan Beccariana Volume § Nomor 1 Mei 2003 (1-51) cara merebus bagian kulit misalnya Sowe (Alstonia scholaris) dan merebus bagian daun misalnya Habua (Physalis angulata), air rebusan tersebut diminum, berkhasiat untuk ‘menyembubkan penyakit malaria. Dimakan ‘Meramu dengan makan bagian tumbuhan dapat dilakuken pada bagian buah, yaitu bagian buah yang sudah masak dapat dimakan, Tumbuhan yang diramu dengan cara dimakan buah misalnya Fayu (Morinda citrifolia), bush yang masak dapat dibersihkan untuk " dimakan, —berkhasiat ‘menyembubkan sakit maag, menyembuhkan kolestrol. Diremas roses meremas biasanya pada bagian daun, dengan tujuan agar daun menjadi lemas kemudian ditempelkan pada bagian yang sakit. Confoh tumbuhan yang diramu dengan meremas adaleh " Basi (Seindapsus : menyembubkan sakit kepala/demam. Digosok Meramu dengan mengosok dilakukan pada agian getah. dengan tujuan agar getah terscbut dapat lengket pada kulit untuk menyembuhkan penyakit kulit. Proses ini Jangkeh awalnya adalah bagian kulit dibersihkan sampai merah kemudiam getah tersebut dapat dioleskan pada bagian kulit yang sudah dibersihkan tersebut. Contoh tumbuhan ini adalah Hewi (Bucharania sp.), berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit, Aftit (Dendronicde sp.) berkhasiat menggala- kan Anjing. Cara Pemaksian Obat Pemakaian ramuan obst tradisional oleh masyarakat suku Maibrat dapat dibedakan ‘menjadi beberapa cara. Tabel 7 memberikan gamberan tentang jumlah jenis dengan cara pemakaiannya. Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional -. (24-34) ‘Tabel 7. Cara pemakaian obat oleh Masyaraket Suku Maibrat di Kampung Sembaro. Ree (Cara Pemakaian Obat Tula Jeni 1, Diminum _ . 16 2 Ditempel B 3. Dates 4 4 Digosok : z 3 Dima 4 Total 0 = Bagian tumbuhan yang’ disiapkan dibersibkan terlebih dahulu kemudian direbus atau rhenyeduh bahan dengan’ an panas kemudizn diminum: Contoh tumbuban ini adalah Habua (Physalis angulita,) yang berihasiat untuk — menyembubken sakit malaria, Pengobatan dengan cata ini yang bey dink oleh masyaraket Kampung Dua Pengobatan dengan cara ini dilakukan dihancurkan pada bagian tubuh yang sakit Contoh tumbuhan ini adalah Basi (Scindapsus hederaceus), Ditetes. Biasanya cara ditetes ini dilakukan dengan meneteskan cairan dari bagian tumbuhan langsung pada bagian tubuh yang sakit atau Iuka. Pengobatan dengan cara ini lebih banyak dilakukan dengan menggunakan getah, daun atau batang muda yang telah dipanaskan dan kemudian dipétas aimya untuk diteteskan pada bagian tuboh yang digunakan sclama pasion sakit dengan waktu pemakaian dug kali sehari untuk ramuan yang di minum, yaitu dosis ramuan rata-rata adalah seperempat gelas hasil tumbukan bagian Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) tumbuhan dicampur dengm air: hingga mencapai satu gelas penuh, « maupun waktu pemakaian. . Pelestarian dan Pembudidayaan Tanaman ‘Tumbiban yang. digunakan sebagai cbat tradisional ‘diperoleh dari turebuhan: yang. tumbuh secara. liar namun- masih «dapat dilestarikan dengan : baik. Hal ini. terlihat pada saat masyarakat’mengambil tumbuhan obat itu dengen peigambilan khusus’ pada penelitian “di lapangan ditemukan bahwa dari 40 jenis tumbuhan obat yang dikumpulkan hanya ada dua jenis yang Gijadikan sebagai Tanaman Obat Keluarga (toga) yaitu Afa (Laportea sp.) dan Bofit (Zingiber officinale), dan yang ainnya tersimpan di: dalam hutan. Jenis-jentis yang Gikumpulkan ini senmanys berada disekitar pemukiman dan untuk peman- fantannya masyarakal tidak’lagi mencari jauh af Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional .. (24-34) ke dalam hutan tetapi hanya memanfaatkan tumbuhan yang ada disekitar mereka. Hal ini memudahkan masyarakat karena kkesadaran masyarakat akan Kesehatan itu sangat utama dan juga —keperdulian masyarakat untuk dapat menjaga hutan agar tetap lestari Pemasaran Berdasarkan informasi yang diperoleh tornyata ditemukan 3 dari 40 jenis tumbuhan yang dikumpulkan memiliki nilai ekonomis. Tumbuban-tersebut adalah Afa (Laporiea sp.) yang berkhasiat ‘sebagai obat malaria, Fayu (Morinda: citrifolia) yang berkhasiat sebagai bat: maah dan. Foo -(Derris elliptica) yang bderihasiat sebagai obat peracun ikan.. Jenis tumbuhan ini biasanya dapat dijual ke pasar atau dipesan oleh masyarakat luar. Dari hasil penjualan ini dapat menambah pendapatan Keeluarga mereka atau bisa untuk mencukupi_ ‘ebutuhan sehari-hari dalam keluarga Te Tum! ‘Obat Pengetahuan tentang tumbuhan obat yang dimiliki oleh para. tetua diturungkan pada seorang anak/generasi berikutnya » setelah seorang anak telah dianggap dewasa yaitu bisa masuk kedalam histan di sekitar mereka, Dengan demikian orang tua akan menunjukan tumbuban yang dapat dimanfaatken sebagai obat kepada’ seorang anak, © Namun pengetahuan yang disampaikan kepada anak ‘hanya jenis-jenis tumbuhan yang digunakan hanya dituramkan pada seorang anak laki-laki tertua, KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diperolch. dari ponelitian ini adalah : 1. Pengetahuan tentang. pemanfaatan tumbuhan hutan sebagai ramuan_ obat Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) tradisional pada masyarakat Sulu Maibrat di Kampung Sembaro hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu. dengan usia diatas 40 tahun, 2. Terdapat 40 jenis dari 30 famnili tumbuhan hutan yang dimanfaatkan sebagai ramuan obat tradisional masyarakat Suku-Maibrat di Kampung Sembaro. 3. Bagian dominan tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan obat fradisional adalah bagian kulit yaitu sebanyak 12 jenis dan daun sebanyak 11 jenis.. Cara peramuan obat terbanyak dilakukan. dengan cara merebus yaitu sejumlah 6 jenis, sedangkan cara pemakaian terbanyak dengan’ cara diminum yaita sebanyak 16 jenis, Tradisi “ pewarisan _pengetahuan pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional dapat dibedakan : a. Pengetahuan yang dapat diketahui secara bebas oleh siapapun. b. Pengetahuan’ yang hanya boleh diketahui oleh orang tertentu: 3. Terdapat dua jenis tumbuhan yang dapat dibudidaya oleh masyarakat sebagai ‘Tanaman Obat Keluarga (toga) yaitu Afa Caportea sp.) dan Bofit (Zingiber officinale) 6. Terdapat tiga jenis tumbuban yang bemilai ekonomis, yaitu tumbuhan Fayo (Morinda citrifolia) sebagai obat maah, Afa (Laportea sp.) dan Foo (Derris clliptica) sebagai obat racun ikan, SARAN Perlu dilakukan penelition lanjutan untuk mengetahui.komponen kimia penyusun tumbuhan berkhasiat obat dalam rangka usaha pemenuhan akan bahan baku obat, serta perla adanya upaya pembudidayaan tumbuhan obat secara Iuas oleh masyarakat. dan instansi terkait dalam usaha pelestarian. ‘DAFTAR PUSTAKA Aiijah, N. dan M. Iskandar. 1995, Menggali Budaya Orang Tua Tempo Doloe - Pemanfoatan Tumbuhan Sebagai Obct Tradisional .. (24-34) Dalam Pemanfaatan Obat di Daerah Ashari, M. 1999. Pemanfaatan Tumbuhan Pedesaan Jawa Barat Dalam Proseding Sebagai Obat. : Tradisional Oleh Seminar dan Lokakarya Nasional Masyarakat Suku Moskona di Desa Emobotani I. . Tkatan Pustakawan Merdey Kevamatan merdey Indonesia (IPI). Jakarta manokwari (skripsi mahasiswa tidak diterbitkan). Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) : a 33 Pemanfaatan Tumbuhan Sebagal Obat Tradisional ... (24-34) ‘Lampiran 1. Jens tumbuhan dan lokasi tempat tumbul No. Nama Lokal Maibrat ‘Nama Iimiah (Famili) Tipe Jenin Mating Aa “Meiraxylon 3p. (Areeacc30) Poon 415, 2 Abweh pia sp. (Cunoniaccae) Semak 310) 3. Aus __Cappanis sp. (Capparidses35) Lina. 410 4 Ait “Sailer sp. (Smilxaceae) Tiana a5 3 Af Tgporiea sp. (Uricaceec) Peru 410 6 Asoal ‘Areangelisia flava (Menispermaccae) Tiana 4085 7 Bolt Zingiber officinale Zngiberaceae) Herba 400 3 Bia ba ‘Areca sp. (Arecaceae) Poon 400) 9 Basi ‘Scindapsus hederacens (Arascae) ‘Liana 405; 10 Fey “Morinda clirolia Rubiocene) “pobos 430) i Fangga Pineleodendron anbocinikum (Euphorbiaceae) — Pobon a5; 12 Fass ‘Elacocarpus sp (Elaco Uy] > (Gambar 1. Bentuk Plot Pengamatan ‘Keterangan: Peak A= Untuk tingkat emai (seeding) luas PU 2 X 2m ‘Petak B= Untuk tinghat sapian (saplings) as PO $X 5m Variabel yang diamati adalah kerapatan dan kerapatan relatif (jumlah individu per hektar), frekuensi dan frekuensi relatif (pola sebaran), dominansi dan dominansi relatif, dinamika populasi, dan profil tegakan (sketsa penyebaran). Data yang dikumpulkan di lapangan meliputi Data utama, yaitu Palem Sommieria leucophylla. Becc. (tinggi dan diameter, jumish individu, _penyebaran, ‘tingkat pertumbuhan, jarak dalam jalut, keadaan tempat tumbuh), dan vegetasi sekitarnya (jenis dan jumlah individu) Data yang telah diperoleh - dilapangan diolah secara kuantitatif’ untuk menghitung kerapatan, Kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, dominansi, — dominansi relatif, indeks nilai penting Sistem Klasifikasi tiga _peringkat, berdasarkan kemungkinan kepunahan (Mace an Lande, 1991 dalam Primack dick, 1998: @ Spesies erisis. adalah yang ‘mempunyai kemungkinan 50% atau Jebih untuk punah dalam waktu 5 tahun atau 2 generasi. Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Potak C= Uatuk tingkat tang (poe) tus PU 10 X 10m Paik D = Unk tiga pon (ress) has PU 20 X20 m? b. Spesies genting adalah memiliki kemungkinan 20-50 % untuk punah dalam waktu 20 tahun atan 10 generasi, ©. Spesies rentan adalah yang mempunyai kemungkinan 10-20 % untuk punah dalam waktu 100 tahun. Data hasil pengamaten diolah berdasarkan rumus-rumus, menurut Kusmana (1997) sebagai berikut : aepetm Jumlah Individu suatu Jenis exis -= | ema Todivida vuate Joni . Luas Plot Contoh ‘Kerapatan Kerapatan suatu Jenis ito if (%) = Relat. (%) Kerapatan semua Jenis Dominasi Jamlah Bidang dasar Jenis = Laas Plot Contoh Dominesi we Relat (9%) = Dominasi suatu jenis 1. Dominasi_ ‘Scluruh jenis * 36 Status Populasi Sommieria leucophylia Bece (9542) et Jumlah Plot Frekwensi _ Ditemukannya Suatu Jenis Jenis = : Jumlah Plot Contoh Frekwensi 5 is 2 Rrsioronsi” Frekwensi Suatuienis_ 99 Frekwensi Seluruh ienis Penentuan Indeks Nilai Penting untuk tingkat tiang dan pohon menggunakan ramus : INP(%) = KR +DR+FR, Untuk tingkat semai dan pancang penentuan Indeks Nilai Peating menggunakan rumus : INP (%) = KR + FR Penentuan dominansi suatu jenis dihitung berdasarkan Iuas bidang dasar dengan rumus sebagai berikut : LBD = % x (d/100) Dimana : LBD = Luas Bidang Dasar (m’) Hasil penelitian’ ditemmkan - bahwa Sommieria leucophylla Becc. di hutan Andai tumbuh bérsama 16 ‘tumbuhan lain * yang berasal dari 13 famili, Jumlah tersebut terdiri dari 14 jenis (11 famili) pada tingkat semai, 6 jenis (6 famili) pada tingkat pancang, 5 jenis (S famili) pada tingkat tang, 5 jenis (5 famili pada tingkat pohon. : ‘Tingkat Sémai Hasil analisis kuantitatif tingkat semai Sommieria leucophylla pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. “obel 1. Has anaisisuantitatif Sommieria lencophyla bxsana beberapa vegeta ting sem ain eas Fain K__KR@)___F FRO) ___INP Aglaia sp elisceae 1000 7.4349 0,05__7,3529 14,7878 Podocarpus bhumiel Fodocarpacese 750 5,5762__0,04 5.8823. 11,4585 ‘Conarium sp. Burseraceae 1080__7,8066 __0,05__7,3529 15,1595 ‘Canarium indtew Burseraceac 1125 83643 0,06 88235 17,1878 Ficus $9. ‘Moraceae. 87365085 0,04 58823 12,3878, ‘Semecarpus sp. ‘Knacardiaceae 750 5,5762__,0,04 5.8823 11,4585 “Homonia javensis, Euphorbiaceae 75055762 0,04 5.8823 11,4885, Tora sp. Rubiaceae 8756 5055 0,04 5.8823 12,3878 Buchaylania p. “Fnacardiaceae "115085501 0,06 __8,8235__17,3736 ‘Myristica sp. “Myristicoceas 1075 7.9925 0,05 _73529._15,3454 Ghisocheton sp ‘Meliactae 1050 7,806 0,05 7.3529 15,1595 Arenga sp. ‘Arecaceas 750 5.5762 0,04 5,823 11,4585 Tastia palembanica Cacsalpinaceae__625_A,6468 0,03 44117___ 9.0585 ‘Fagraea sp. Loganinccac 625 4.6468 0,03 44117 9,0585 ‘Sommieria lencophylla 7 Arecaoeae = 7.4349 0,06 88235 16,2584 Total TSO 99,9993 0,68 99,9993 199.9986 Ke Kerepataa Gad), KR= Kerapatan Relatif (4), ‘abel 1 menunjukkaan bahwa Sileucophyila pada tingkat semai memiliki nilai ‘rendah (1000: ind/ha; KR = 7,4349 %) bila dibandingkan dengan jenis Iainnya -seperti Canarium sp.” (1050 ind’ha ; KR = 7,806 %), Canarium indicum (1125 ind/ha, KR = 8,3643 %), Buchanania sp. (1150 ind/ha; KR = 8,5501-%), Myristica sp. (1075 ind/ha; KR Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2008 (1-51) rekuasi, FR=Frekensi Relalif(%), INP= Indeks Nii penting, = 7,925 %), Chisocheton sp. (1050 ind/ha; KR = 7,8066 %). Rendahnya nilai kerapatan ini menuojukkan bahwa keberadaan dari Sommieria leucophylla pada ‘tingkatan ini ‘memiliki jumlah sedikit, pada tingkat ini Sommieria leucophylla ditemukan tumbuh pada saluran-saluran (cekungan kecil) yang dialiri air Karena pada tingkat ini sangat ‘Status Populasi Sommieria leucophylia Bece .. (35-42) membutubkan air guna proses pertumbuhan selanjuimya, juga tampak pada tingkat ini Sommieria leucophylia tumbuh. membentuk kelompok-kelompok schingga penyebarannya tidak merata, = Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Sommieria leucophylla pada tingkat semai ‘merupakan jenis yang. kurang mendominasi Kawasen hutan Andai Manokwari bila Gibandingkan dengan jenis lainnya seperti Buchanania sp. (INP = 17,3736%), Canarium indicum (INP = 17,1878%). ‘Tingkat Pancang Pada tingkat pancang . Sommieria eucophylla Bece ditemukan tumbuh bersama 6 jenis (6 famili) vegetasi lainnya Pada tingkatan ini terdapat 2 jenis bara yang sebelumnya tidak ditemui pada tingkat semai yaitu. Palmeria sp, Donax caniformis. Sebaliknya 10 jenis yang ditemukan pada Semecarpus sp., dan'Homonia javensis Pada Tabel 2 dapat dilihat hasil analisis kuantitatif tingkat pancang S.leucophylla bersama beberapa jens tingkat pancang Jainnya. “Tobe! 2. Hasil analisis kuamttaifSommieria leucophyliabersama beberapa jenis tingkat pancangIsinnys, Tenis Fan K__eRO)__F FRO) INP) Aalaia ap. Hlagsag 112 15,6024 008 15 3846 31,027 ‘Canaria indica Biuseoces 190 16,7597 0,08 15,3846 32,1443, Buchanania 9. ‘Anacardigese 112 15,6424 004 18,3846 31,027 ‘Palmeria sp. ‘Monimiaceac 80 11,1731 0,03 11,5384 22,7115, Dona comformis Maranfiaseae 10013 9664 0,03 115384 25'5048 Fle 6p. Mersoss 112156424 —_ 00815 3846 31,027 ‘Sommiera Tewcopigila ‘Rrscasss 8011781008 18,3846 26,557 Teal TIE 99.955 06 98 9908 199,9998 KeKerapatan (ihe), KR-Kerapatm Relatf (4), F=Frekorss, Tebel == 2 menunjukkan © bahwa Sileucophylla pada tingkat pancang masih bahkan terjadinya penurunan nilai kerapatan dari tingkat semai ke tingkat panceng yaitu (1000 ind; KR = 7.4349 96) menjadi (80 11,1731 %). Penurunan lai kkerapatan ini menunjukkan bahwa pada tingkat ini keberadaan dari. Sommieria Jeucophylla berkurang. Berkurengnya jumlah jenis ini disebabkan oleh faktor yang ‘menekan laju pertumbuhan populasi jenis ini dan ietap hidup demikian sebaliknya. Pada tingkat ini sudah mulai terlihat dimana Sileucophylla sudah mulai menempati daerah topografi miring. pada tingkat ini pun penyebarannya tidak merata. Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) [FReFrekuensi Relatif (6), INP-lndeks Nai Penting (4) Pada tingketan ini juga, S.Jeucophylla ‘merupakan jenis yang kurang mendominasi Kawasan hutan Andai-Manokwari ini dapat dilihat dari besarnya Indeks Nilai Penting dari jenis ini (INP 26,5577 %), bila dibandingkan dengan Canarium indicum (INP = 32,1443 %), Aglaia sp., Buchanania sp., dan Ficus sp. (INP = 31,027 %). Tingkat Tiang (berbunga dan berbuah). Pada tingkat ini S. leucophyila ditemukan tumbuh bersama $ jenis ( 5 famili) jenis lainnya, Seperti pada ‘ingkat sebelumnya pada tingkat tiang ini ditemukan satu jenis baru yang tidak tingkat pancang yaitu Geniothoma sp., Sedangkan satu jenis; yang ditemukan pada ‘Status Populasi Sommieria leucophylla Bece .. (35-42) os ditemukan yaitu Ficus sp. Dari adanya saling ‘menggantikan posisi baik jenis maupun famili merupakan gambaran adanya dinamika hutan tropis. Di dalam ekosistem hutan tropis terjadi pergerskan dan perubshan dengan pola-pola tertentu saling menggantikan baik struktur ‘maupun komposisi. Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil analisis kuantitatif Sommieria leucophylla _tingkat tiang bersama beberapa_jenis vegetasi tingkat tiang lainnya, abel 3. Hasilanalisis kuanttatif Sommieria leucophylla bersama beberapa jenis vegetasi tingkat tiang lainnya, Jens Famili —K_KR(@) FF _FR(@%)___D___DR(%)__INP_ ‘Canarium indicum Burseraccas 425. 0,04 2802374 29,5604 79,5604. ‘Donax caniformis Maranthaceae 318,75 0,03 18,75 0,154 19.8480... 57.348 Palmeria sp. Monimiaoeae 2 12,5 0,02 12,5 _O.1187_14,7802, 39,7802 ‘Aglaia sp. ‘Mel 16 0,01 625 0,0707 8.8033 21,3033 ‘Geniothoma sp. 3 —0,03 18,75 0,1935_ 24,0981 61,5941 Sommieria leucophyila ‘Arecaceac 318.75 0,03 18,75 0,0234 2.9137 40,4137 Total 16 100 016 100 0.8031 99,9997 299,9007 ceapatn (nda), KR*Kerapatan Relat (), Relat), INPindcks Nils Penting (4) Berdasarkan tabel 3 di atas ditemukan Nilai Kerapatan S. Jeucophylla tingkat tiang masih tergolong rendah bahkan —terjadi penurunan nilai kerapatan dari tingkat pancang ketingkat tiang yaitu (80 ind/ha; KR = 11,1731 %) menjadi (3 ind/ba; KR = 18,75 %). Penurunan nilai_—_kerapatan ini menunjukkan bahwa . pada tingkat tiang ‘keberadaan dari. S.leucophylla — semakin berkurang. Berkurangnya nilai kerapatan pada tingkatan ini menunjukkan bahwa Sommieria Teucophylla Bece pada kawasan hutan Andai- Manokwari jumlahnya semakin berkurang. Pada tingkat ini S. leucophylla ditemukan sudah menempati daerah lereng hal ini disebabkan karena dalam hal penyebaran dari jenis. ini didukung oleh. faktor-faktor yang ‘membantu dalam proses penyebaran jenis ini yaitu adanya bantuan dari air hujan yang, ‘abel 4, Hasilanalisiskuanttatitingkat pohon rekuensi, FR=Fiehiionsi Relatf (9), D=Dominansi (indha), BR=Dominansi membawa benih ini, Hal ini juga dsebabkan karena adanya persaingan yang dialami oleh jenis ini schingga jenis yang mampu bertahan hhidup sampai tingkat tiang ini adalah jenis yang benar-benar berkualitas. Pada tingkatan ini S. leucophylla merupakan jenis yang kurang mendominasi kawasan hutan ini bila dibandingkan dengan Jjenis lainnya seperti Canarium indicum (INP = 79,5604 %), Donax caniformis (INP = 57,348 %), Geniothoma sp. (INP = 61,5941 %). . ‘Tingkat Pohon Pada kawasan -hutan Andai-Manokwari ditemukan SJeucophylla tumbuh bersama 5 jenis (5 famili) tingkat pohon vegetasi lain. ‘Adapun: hasil analisis kuantitatif tingkat pohon dapat dilihat pada Tabel 5 dibawab ini Famili K_ KR) F D___DR(%).__ INP. Aglaia sp. Melina 05 12,502 0.0538 320_41,7987 Canarium Burseraceae 0,512, 02 0,0523 12,2798 41,4465 ‘Semecarpus sp. Anacardinceae 1253125. 03 0.1301 30,5470 86,797 “Ficus sp. Moraceae 12503 0.1076 25,2681 75.2641 Myristica sp. Myristicaceae 0,75 "18,7502 “0.0821 19,2768 54,6935, Total 4 100 012 0A: 99,9997 299,9998 Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) 9 ‘Status Populasi Sommieria leucophylla Bece ... (35-42) Pada Tabel 5 ditunjukkan bahwa pada tingkat ini Sommieria leucophylla tidak ditemukan. Dimana S. leucophylla di kawasan Thutan Andai-Manokwari hanya _mencapai tingkat tiang saja dengan tinggi tidak lebih dari 2m dengan diameter 10 cm, keadaan tanah lembab dan berserasah, tumbuh dibawah naungan. Dinamika Populasi Untuk dapat melihat dinamika populasi Sommieria leucophylla didalam ekosistem fnutan Andai-Manokwari didekati dengan struktur populasi seperti pada Tabel 6. ‘Tabel 5. Struktur populasi Sommieria leucophylla didalam ekosistem hutan Andai, Manokwar, 5 Persentase ‘Tumlah Yang Persentase aes Sumlahiha _Pertingkatan (%) Gagal Gagal (%), Sema 1000 92.3361 Pancang. ~~ 20, 7.3868 R Tiang 3 02770 Tr 96.25, Total. 083 99,5999, 997 188,25 + Struktur populasi Sommieria leucophylla (Tabel 5) memperlihatkan suatu bentuk piramida populasi normal. Adapun bentuk 0,2770% 7,3868 % piramida tersebut dapat digambarkan seperti Gambar 2 berikut: Tingkat Tiang Tingkat Pancang 92,3361 % [Tingkat Semai ‘Gambar 2. Piramida populasi Sommieria leucophylla Dari piramida populasi di atas, menunjuk- kan populasi Sommieria —_leucophylla membentuk piramida populasi yang normal dimana tingkatan semai (92,3361 %) menempati alas piramida, tingkat pancang (7,3868 %) menempati bagian tengah dan tingkat tiang (0,270 %) menempati puncak pirainida, Dari piramida populasi terlihat bahwa tingkatan semai masih cukup banyak, ini merupakan strategi dari S:/eucophlla untuk ‘mempertahankan jenis ini di alam. Kondisi demikian bisa dijampai pada jenis-jenis yang baru menempati suatu ekosistem hutan yang ‘merupakan tahap awal proses pertumbu- hanya, Pada tahapan ini terjadi seleksi-r dimana_ kuantitas jenis akan beralih ke ‘kvalitas atau dengan kata Jain jumlah individu S. feucophylia yang bethasil menjadi tumbuhan tingkat tiang adalah individu yang benar-benar berknalitas. Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Persentase kegagalan S. leucophylla dari tingkat semai ketingkat pancang sebesar 92 %, dari tingkat pancang ke tingkat tiang sebesar 96,25 %. Persentase kegagalan ini sangat besar yang disebabkan oleh faktor seleksi alam baik secara eksteren’ maupun interen. Faktor eksteren seperti adanya persaingan -baik antar sesama individu Sleucophylla maupun déngan vegetasi lain pada tingkatan yang sama maupun berbeda. Persaingan disini dalam hal mendapatkan cahaya; ruarig tumbuh dan nutrient. Faktor interen menyangkut —potensi__genetik S.leucophylla. Persentase kegagalan dalam perkemba- ngan S. feucophyla dari tingkatan awal ketingkatan berikutnya dapat digunakan untuk ‘mengetahui perkembangan dari satu individu ‘S..leucophylla tingkat tiang terhadap kesta- bilan populasinya di alam. ‘Status Populasi Sommieria leucophylia Bece ... (35-42) ' Dengan’ demikian dapat _disimpulkan bahwa: populasi S. iéucophylla ‘di “hutan Andai-Manokwari° memiliki ‘kriteria sebagai opulasi sangat kecil, hal ini diakibatkan oleh faktor-faktor yang mehekan laju populasi ini antara Tain dibukanyd “perkebunan coklat, aktifitas penduduk setempat yang merambeh hutan untuk: dijadikan kebun atau ladang dan saat °ini direncanakan -ckan ‘dibangun perumahan pemda. Dari kondisi yang ada maka tentunya populasi khususnya S. leucophylla di hutan Andai-Manokwari akan terancam populasinya dan kemungkinan akan mengalami kepunahan yaitu sebagai spesies Icitis dimana jumlah individu dewasa < 50 dan mempunyai kemungkinan putiah >50% selama 5 tahun (IUCN dalam Primack dkk, 1998). Oleh karena itu perlu dilakukan usaha pembudidayaan terhadap jenis S. leucophylla ini agar tidak punah, Profil Tegakan Sommieria leucophylla dengan tinggi tidak lebih dari 2 m menempati stratum D sebagai Japisan semak dalam komunitas bhutan (Soerianegara, 1979). Gambar 3, Profil tegnkan Sommieria leucophylia di kawasan Hutan Andsi Manokwari, Keterangan : 1. Canarium indicum.; 2. Instia palembanica,; 3. Arenga sp.; 4. Aglaia sp.; 5. Ficus sp ; 6 Canarium so.: Buchanania so.: 8. Mvristica sp., 9Sommieria leucophvila KESIMPULAN 1, Struktur dan komposisi vegetasi di kawasan hutan Andai-Manokwari dibentwk oleh S.—_leucophylla bersama-sama dengan 16 tumbuhan Jain dari 13 fail. 2. Dari hasil anelisis kuantitatif ditemukan bahwa keberadaan dari S. leucophylia di kawasan bhutan Andai-Manokwari mulai dari tingkat semai sampai tingkat tiang Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) mengalami penurunan jumlah yang sangat besar. 3. Sturuktur populasi_— Sommieria Ieucophylla di kawasan hutan Andai- Manokwari membentuk —suatu piramida yang normal. 4, Populasi Sommieria leucophylla di hutan Andai-Manokwari memiliki kkriteria sebagai populasi sangat kecil dan tergolong sebagai populasi terancam kepunahan yaitu sebagai spesies kritis dimana jumlah individu a ‘Status Populasi Sommieria leucophylla Bece (35-42) dewasa < 50 yang mempunyai kemungkinan punah > 50% selama 5 tahun. SARAN Perlu segera dilakukan suatu tindakan oleh pemerintah setempat untuk tetap menjaga kelestarian dari jenis ini mengingat populasi Jjenis ini terancam Karena habitamnya terus ‘mengalami konversi.’ DAFTAR PUSTAKA 2002. A Monograph of ia (Arecaceac), Kew Bulletin Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Primack. B. R, J. Supriaina, M. Indrawan, P. Kramadibrata,1998. Biologi Konser- vasi. Yayasan Obor indonesia Jakarta. Uhl dan. Dransfialds,1987. The Genera of Palmarum A Clasification of Palm Based or The Work of Harold E. Moore. Jr. L..H. Bailey. Hortorium Comell, University and Royal Botanical Gardens, Kew Allen. Press, Lawrence Kansas. PEMANFAATAN VEGETASI MANGGROVE OLEH MASYARAKAT KAMPUNG RAYORI DI DISTRIK SUPIORI SELATAN KABUPATEN BIAK NUMFOR (UTILIZATION OF MANGROVE BY THE COMMUNITY IN KAMPONG RAYORI, SOUTH SUPIORI, BIAK NUMFOR) Oleh / By Sarah Mamoribo”, C.Y. Hans Arwam ” dan Alimudin Yusuf > Abstract The aims of the project were to study the utilization of mangrove by the community at Kampong Rayori, south Supiori, Biak-Numfor. Results show that the community in this area have used nine species of ‘mangrove namely Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sp., Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Xylocarpus moluccensis, Ceriops tagal, dan Xylocarpus granatum. Key Word : Manggrove, Rayori Community. PENDAHULUAN Vegetasi_ mangrove adalah salah satu bagian dari biota penyusun hutan mangrove. Hutan ini umumnya térdapat di sepanjang antai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, Seringkali hutan mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hbutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Hutan bakau biasanya hanya diguna- kan untuk jenis-jenis tumbuhan tertentu saja yaitn dari marga Rhizophora, sedangkan istilah tan mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di lingkungan vyang khas ini. ‘Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Bissanya di tempat yang tidak ada muara sungainya mangrove tersebar agak sedikit, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran aimya ‘banyak mengandung lumpur dan pasir mangrove dapat tumbuh dengan - baik. Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal dan berombak dengan arus pasang surut yang kuat Karena hal ini tidak memungkinkan terjadinya peng- endapan lumpur dan pasir, substrat yang diperlukan untuk pertumbuban- nya (Nontji, 1993). 1,2), 3) Fakulas Kehutanan UNIPA, Manokwari Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) Hutan mangrove di Papua tumbuh tersebar di pantai Utara dan pantai Selatan pulau Papua. Di daerah pantai Utara Papua mangrove terdapat di pantai Tenggara Teluk Sereva, di sepanjang tepi_ Sungai Mamberamo, di Teluk Humblok di Jayapura dan di pantai Waropen. Di pantai. Selatan Pulau Yapen mangrove dijumpai tumbuh di dekat Tanjung Wasoki Teluk Waly sepanjang Pulau Kalton, di sepanjang pantai antara Antungi dan Ansus serta sebelah Timur dari Serui sampai ke ujung Timur. Di antara Pulau Biak dan Yapen, mangrove tumbuh di pantai ‘Utara Marau dan Awbu dan di Pulau Numfor ditemuken di Teluk Bawei. Di sebagian Selatan Papua, mangrove tumbuh di sepanjang: Pantai Waigeo sebelah Selatan Sorong, di. pantai semenanjung Bebarai. di sekitar Teluk Bintuni ( Van Zon, 1934 dalam Silalahi 1995). Pemanfaatan hutan mangrove di Papua selain sebagai fhutan produksi juga dimanfastkan oleh masyarakat sebagai area pemukiman, area pertambakan, tempat ‘mencari ikan, kayu bakar, bahan bangunan dan makanan, Hal ini terlihat jelas pada masyarakat Kampung Rayori di Distrik Supiori Selatan, Kabupaten Biak Numfor. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada Kantor BKKBN Kabupaten Biak ‘Numfor bahwa jumlah KK Kampung Rayori Pemanfoatan Vegetasi Mangrove ... (43-51) saat eatin Derjumlah 155-KK dimarta sebagian, besar masyarakat - memanfoatkan i vegetasi mangrove, Hutan di; Kampung Rayori umumnya digunakan oleh masyarakat sebagai tempat pengambilan kayu bakar, bahan bengunen, dan digunakan juga sebagai tempat pemeliharaan ikan, Namun hingga kinj, belum diketahui secara pasti jenis-jenis vegetasi mangrove yang dimanfaatkan; bagian-bagian vegetasi_ mangrove yang, dimanfaatkan dan manfaat vegetasi mangrove Semistruktural. Penentuan responden dibagi ‘menjadi 2: bagian, ‘yaitu responden kunci dan contoh. Responden kunci sederhana sebanyak. 15 KK dari 155: KK (15%) -yang. terdapat di Kampung Rayori. Responden terpilih . didasarkan . . atas pertimbangan. keragaman penduduk berdasarkan umur, até pencaliarian, dan Jama bermukim. Variabel yang diamati dalam ‘ penelitian’ ini terdiri’ daridua bagisn yaitu Variabel utama dan variabel penunjang. Beccariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) -ariabel utama ‘meliputi : Jenis-jenis-vegetasi mangrove yang dimanfaatkan ‘ vegetasi. mangrove — yang. dimanfaatkan }; bagian-bagian sedangkan untuk variabel penunjang meliputi informasi keadaan umum daerah, peta lokasi penelitian, persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan jenis vegetasi mangrove, sosial ekonomi, keterlibatan institusi lokal terhadap pemanfaatan jenis vegetasi mangrove, upaya onservasi yang ‘terhadap pemanfaatan ‘jenis vegetasi mangrove’ dan ‘nformasi lain yang telah terdokumentasi, HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasj Penelitian Kampung Rayori terdiri dari tiga Kampung, _dimana_ Kampung. Rayori merupeken’ Kampung induk dan kedua Kampung yang lainnya adalah Kampung Mangrarem dan Kampung Mbruwandi. Kampung Rayori sendiri dibagi menjadi 2 dusun yaitu dusun 1 dan dusun 2. Dusun 1 dihuni oleh ‘marga Mansawan, Rumbekwan, Kafiar dan Manufandu, Dusun 2 dihuni oleh Marga Wambrauw dan Marga Kuri, Pemanfantan Jenis Vegetasi Mangrove Secara lebih jelas tentang ‘vegetasi mangrove berdasarkan jumilah jenis sin Sonali caps diibat pan Tabet 1 Sera Pemanfactan Vegetasi Mangrove .. (43-51) ‘Tabet 1, Pemingaatan vegetasi'mangrove berdasackan jumlah jenis dan tamili oleh masyarakat Kamping Rayoti ‘Tahun 2002. Begin: Na Name Nama Tah Famili digunalan, Bente ‘Koterangan ‘Bruguiera Bush Makanan _Seteiah di ola 1 Aibon —_gimcirhisa _ Ritzophoraceae Batang, Kaya bakar & — Sctelah kering dan 2. Sawawire Sonneratia alba Sonneratiaceae cabang, konsrtuksi__mencapai ® yg di ranting _bengunan “_tentukan = ‘Batang,Kayu bakar & Soiclah Kering dan 3. Porm -Rtophora —Rhzophoraceae. cabang,-Konsrtuksi- mencapai Oyg di i ; raging bangunan____tentukan Rhizophora ‘Batang, _ Kayu bakar & Setelah kering dan 4. Mampiuw Rie Rhizophoraceae cabeng, konsrtuksi___mencapai O yg di ronan tentukan Xplocarpus 3. Kaba ‘granatum 6 Aibon ——-Bruguiera sp 7. Mampiuw — Ceriops tagal Xylocarpus & Kabat mekongensis S Mampiny Rhtophora Batang “Keyatatae Seth ling dan 9. —Mampiow —Tmeronaa —Rhiphoaceae stg, onatitsi "nena 5 Sumber; Dilah dari Dat Primer, Teun 2002. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari, untuk — memenuhi kebutuhan _hiidup, masyarakat Kampung Rayorj menggunakan vegetasi mangrove yang berada’ di yaitu untuk — memenuhi kebutuhannya dimana vegetasi_ mangrove dimanfsatkan sebagai bahan makanan, konstruksi bangunan (tiang rumah, tangga, jembatan, bantalan seng, bantalan perahu motor Johnson, dan pagar), dan symber energi. Disamping itu juga vegetasi digunakan juga untuk melengkapi peralatan Tumah tangga seperti perahu, meja, kursi, dan tiang iintuk meniofak perahu (tiang belo). Bahan Makanan Jumlsh -jenis vegetasi. thangrove yang dimanfaatican oleh masyarakat sebagai bahan Betcariana Volume 5 Nomor 1 Mei 2003 (1-51) makanan. hanya satu .jenis:. saja,. yaitu Bruguiera gymnorthiza, yang. dalam bahasa dacrah setempat disebut Aibon yang selama ini oleh masyarakat dijadikan sebagai: makanan pokok pengganti beras, keladi, ubi ‘ayy, dan ubi- jalar. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor dkk (1999) bahwa ‘bagian dalam dari hipokotil Bruguiera. gymnorrhiza dapat dijadikan sebagai bahan makanan. Jenis vegetasi mangrove selain dijadikan sebagai. bahan makanan juga digunakan sebagai obat untuk. mengobati penyakit diare dan Iuka... Selain itu juga digunakan sebagai racun - pengganti akar tuba untuk meracun.. ikan serta dapat digunakan untuk menguatkan tali jaring. Buah dari vegetasi ‘mangrove ini yang digunakan sebagai bahan makanan adalah hipokotilnya yang telah 455

You might also like