You are on page 1of 17

2020 Buku Prosiding IFSA 2.

0
Indonesian Fun Science Award

“UNTUNG ATAU BUNTUNG” SIMBIOSIS ANTAR PELAJAR DALAM


MENYIASATI TUGAS SEKOLAH
(“ADVANTAGE OR DISADVANTAGE” SYMBIOSES AMONG STUDENTS IN
ACCOMPLISHING SCHOOL ASSIGNMENTS)

Annisa Uswa Sufia1, Brigitta Pungki Yuliashari1, Tatit Novi Sahara, S.Pd.,
M.Si., M.Nat.Sci.2
1Siswa SMA Negeri 2 Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia

2Guru SMA Negeri 2 Semarang, Provinsi Jawa Tengah,

Indonesia Email: tatitnovi@rocketmail.com

ABSTRACT
Character development in Indonesia has become an intense topic of attention
by the government. One of the programs is the implementation of school assignments.
This learning system has the advantage of activating students to study problems by
trying to solve them and developing initiatives and responsibilities.
Instead of building character, fulfilling these responsibilities is actually tricked
by cheating on a friend's work. Actually, the doers of cheating are not only done by
average students but also those who are intelligent.
This study is aimed at analyzing the reciprocal relationships between high
school students in Semarang in cheating activities. The data collection was obtained
through a questionnaire that was distributed online and then processed in the form of
graphs, percentages, and short paragraphs. The results of the study revealed that from
100 respondents, most of the relationships between assigners and task copyers were
commensalism symbiosis in which one party benefited while the other party was not
disadvantaged. The cheating activity is caused by several determinants that influence
the emergence of the impact for copyists and cheaters.
Keywords: assignment, school, students, cheating, symbiosis.

ABSTRAK
Pengembangan karakter di Indonesia merupakan topik yang gencar
mendapat perhatian oleh pemerintah. Salah satu program yang telah menjadi
tradisi turun-temurun yaitu diterapkannya tugas sekolah. Sistem tersebut memiliki
kebermanfaatan dalam mengaktifkan pelajar untuk mempelajari masalah dengan
menyelesaikannya dan mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab.
Alih-alih membangun karakter, pemenuhan tanggung jawab tersebut
justru disiasati sebagian siswa dengan menyalin pekerjaan temannya. Bahkan, para
pelaku tindakan ini bukan hanya anak dengan kepandaian rata-rata. Mereka yang
cerdas dan aktif pada kegiatan di sekolah juga terlibat didalamnya.

1
100
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan timbal balik yang


terjadi antar pelajar SMA/sederajat di Kota Semarang dalam kegiatan salin
menyalin tugas. Adapun instrumen pengumpulan data, diperoleh melalui data
angket yang dibagikan secara online kemudian diolah dalam bentuk grafik,
persentase, dan paragraf singkat. Hasil penelitian mengemukakan dari 100
responden yang telah dikumpulkan, sebagian besar hubungan antara pemberi dan
penyalin tugas adalah simbiosis komensalisme. Hal itu disebabkan adanya interaksi
yang tidak saling merugikan meskipun salah satu pihak juga tidak diuntungkan.
Adapun kegiatan menyontek disebabkan oleh beberapa faktor penentu yang
mempengaruhi timbulnya dampak bagi penyalin maupun pemberi sontekan.
Kata kunci: tugas, sekolah, pelajar, menyontek, simbiosis

PENDAHULUAN
Pengamat pendidikan Tuti Tuarsih mengatakan bahwa penerapan
Kurikulum 2013 yang diberlakukan sejak tahun ajaran 2017-2018 pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) mendorong siswa lebih kreatif dan inovatif dalam menerima
proses pembelajaran. Penerapan sistem tersebut juga difokuskan pada pendidikan
karakter siswa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Thomas Lickona mengemukakan pendapatnya bahwa memiliki
pengetahuan nilai moral itu harus diikuti dengan karakter yang bermoral, tidak
cukup untuk menjadi manusia berkarakter." (1992: 53). Adapun, tugas sekolah
memainkan peranan penting dalam mendukung efektivitas kinerja pelajar di
Indonesia. Melalui pemberian tugas, siswa akan belajar bagaimana menjadi pribadi
yang bertanggung jawab terhadap tugas dan amanah yang dibebankan kepadanya.
Selain itu, pemberian tugas juga mendidik anak menjadi lebih inisiatif dalam
menyelesaikan berbagai masalah (Roestiah, 2008).
Metode pemberian tugas adalah suatu cara atau proses pembelajaran
apabila guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya,
kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Akan tetapi, para
siswa seringkali merasa terbebani oleh tugas baik individu maupun kelompok.
Berbagai cara dilakukan siswa dalam pemenuhan tanggung jawabnya. Alih-
alih membentuk karakter, pekerjaan rumah justru dapat menjadi peluang untuk
meneruskan budaya menyontek. Menurut Alhadza (Alhadza, 2004) kata
menyontek sama dengan cheating. Hal ini selaras dengan pendapat Bower yang
mendefinisikan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak
sah untuk tujuan yang sah/terhormat demi mendapatkan keberhasilan akademis
atau menghindari kegagalan akademis.
2
101
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Menyontek bukan hanya aktivitas yang dilakukan oleh seorang individu,


namun melibatkan dua sampai beberapa orang. Bentuk perilaku menyontek pun
beragam, diantaranya mencatat jawaban sewaktu ujian berlangsung,
menjiplak/menyalin jawaban dari siswa lain tanpa modifikasi, memberikan
jawaban atau tugas yang telah selesai kepada teman, mengelak dari aturan atau
ketentuan yang dilarang (Klausmeier, 1985). Hasil penelitian berjudul Cheating in
Academic Institution, A Decade of Research dari peneliti Pennsylvania State
University menunjukkan adanya peningkatan jumlah pelajar yang menyontek dari
tahun ke tahun. Bahkan, para pelaku tindakan tersebut juga berasal dari siswa yang
terkenal cerdas dan aktif di sekolah.
Di dalam menyontek, seringkali muncul interaksi antar siswa. Ada yang
berperan sebagai penyalin jawaban dan ada pula yang menjadi pemberi jawaban.
Interaksi tersebut menyebabkan timbulnya hubungan sosial. Segala interaksi antar
organisme baik dalam satu spesies atau berbeda disebut simbiosis. Berdasarkan
kualitas hubungan tersebut, simbiosis dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
simbiosis mutualisme, simbiosis parasitisme, dan simbiosis komensalisme.
Simbiosis parasitisme adalah suatu bentuk interaksi simbiosis yang mana
satu organisme diuntungkan (parasit) dan organisme lain dirugikan. Simbiosis
komensalisme adalah hubungan antar organisme yang menyebabkan satu pihak
diuntungkan dan di lain pihak tidak dirugikan. Simbiosis mutualisme merupakan
bentuk simbiosis dimana kedua spesies mendapatkan keuntungan, melalui
simbiosis ini spesies dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam bertahan
dan berkembang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana simbiosis yang
terjadi, faktor yang mendasari, serta menghubungkan kebiasaan salin menyalin
tugas dengan dampak yang ditimbulkan. Harapannya, penelitian ini dapat
memajukan kualitas kinerja siswa untuk mempersiapkan generasi yang unggul
dalam akademis maupun karakter.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Semarang yang berlokasi di Jalan
Sendangguwo Baru Nomor 1, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang pada bulan
Januari 2020 hingga bulan Februari 2020. Adapun rincian waktu penelitian ini
akan dipaparkan pada tabel 1.

Teknik Pengumpulan Data


Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
angket. Penelitian dengan metode angket merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara pemberian seperangkat pertanyaan untuk dijawab oleh responden.
Angket disebarkan secara online dalam bentuk google form melalui media sosial.
Angket yang digunakan dalam bentuk online menjadikan pengambilan data lebih
praktis dibandingkan dengan angket offline karena ketersediaan responden yang
3
102
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

hampir tidak terbatas, hemat biaya, hemat waktu, serta luasnya jangkauan survei.
Angket disebarkan untuk mengetahui berbagai tanggapan sehingga dapat
diperoleh data kualitatif berupa opini responden dan data kuantitatif berupa grafik
dan tabel yang selanjutnya dapat dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan
terkait rumusan masalah.
Tabel 1. Rincian Waktu Penelitian
Waktu Keterangan Kegiatan
10-14 Januari 2020 Proses penemuan ide
15-21 Januari 2020 Penyusunan abstrak dan
pendahuluan
22-28 Januari 2020 Penyusunan angket online
29 Januari-7 Februari 2020 Penyebaran angket kepada 100
responden
8-21 Februari 2020 Penyusunan Karya Tulis
22-23 Februari 2020 Revisi karya tulis
24-25 Februari 2020 Pembenahan kembali Karya Tulis
26 Februari 2020 Review ulang
27 Februari-1 Maret 2020 Pengecekan ulang
2 Maret 2020 Pengumpulan Karya Tulis

Jenis angket yang kami gunakan adalah angket tertutup dan terbuka.
Penyajian pertanyaan berupa pilihan, skala, dan uraian untuk mengetahui opini
dari masing-masing responden. Angket yang dibuat memiliki 4 bagian. Bagian
pertama merupakan pertanyaan seputar identitas dan asal sekolah untuk
mengetahui seberapa luas jangkauan survei penelitian ini. Bagian kedua
merupakan pertanyaan tentang rutinitas sebagai seorang pelajar SMA/sederajat di
Kota Semarang. Pada bagian kedua ini terdapat pertanyaan yang dimana jawaban
responden mempengaruhi bagian selanjutnya karena angket ini merupakan angket
bercabang. Tujuannya yaitu untuk memisahkan pertanyaan antara pemberi
salinan atau penyalin tugas. Bagian ketiga berisi pertanyaan seputar frekuensi
kegiatan salin menyalin, reaksi kedua pihak, faktor terjadinya kegiatan salin
menyalin tugas, serta dampak yang dirasakan bagi kedua pihak. Bagian keempat
berisi pertanyaan pendapat responden mengenai dampak jangka panjang kegiatan
salin menyalin tugas.

Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini terdiri dari 100 pelajar SMA/sederajat di Kota
Semarang. Responden dipilih dengan metode purposive sampling, dimana
pengambilan sampel didasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-
sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,
2010). Luasnya jangkauan survei penelitian ini mencakup SMA dan SMK di Kota
Semarang, diantaranya yaitu SMAN 2 Semarang, SMAN 1 Semarang, SMAN 3
Semarang, SMAN 11 Semarang, SMAN 15 Semarang, SMA Masehi 2 PSAK, SMKN 2
4
103
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Semarang, SMKN 6 Semarang, SMKN 7 Semarang, SMK Pelayaran, dan SMK Bhakti
Nusantara.

Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang memberikan informasi. Sumber
data diperoleh melalui dua sumber yaitu data primer dan data sekunder.
Menurut Sugiyono (2012: 139) data primer merupakan data yang
diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber pertama. Adapun data primer pada
penelitian ini bersumber dari jawaban para responden pada 100 kuesioner yang
telah disebarkan. Data ini kemudian diolah menjadi bentuk diagram dan grafik.
Adapun data sekunder menurut Sugiyono (2012: 141) adalah data yang
bersumber dari literatur atau dokumen terkait yang diperoleh melalui kegiatan
membaca, mempelajari, dan memahami.

Metode Pengolahan dan Analisis Data


Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode kuantitatif dan kualitatif. Data berupa nilai atau angka diolah
menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang lebih
menekankan kepada aspek pengukuran terhadap fenomena sosial. Data berupa
angka yang telah terkumpul disampaikan ke dalam bentuk diagram dan grafik.
Sedangkan data berupa pernyataan, tindakan dan opini responden diolah
menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan pendapat Moleong (2005:6),
penelitian kualitatif digunakan untuk memahami perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan subjek penelitian dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata-
kata dan bahasa.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
analisis data primer dengan menyampaikannya ke dalam bentuk diagram dan
paragraf. Selanjutnya yaitu metode analisis sekunder yang dilakukan dengan cara
mengaitkan data yang primer yang didapat dengan data sekunder berupa jurnal-
jurnal penelitian yang sudah ada. Metode ini bertujuan sebagai penambah
referensi serta menguatkan hasil analisa penelitian ini dengan adanya data
pendukung yang sesuai dengan apa yang peneliti simpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh data tentang
rutinitas responden di luar jam pelajaran yang ditunjukkan pada gambar 1.

5
104
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Gambar 1. Diagram rutinitas responden sepulang sekolah

Rata-rata pelajar SMA/sederajat di Kota Semarang pulang sekolah pada


pukul 17:00 WIB. Sebagian besar rutinitas sepulang sekolah para responden yaitu
bermain handphone. Sisanya berupa kegiatan lain, seperti: les, hiburan, kegiatan
organisasi, dan membersihkan rumah. Hal ini mempengaruhi kualitas tidur pelajar.
Kebanyakan responden menyatakan bahwa mereka membutuhkan waktu ±6 jam
untuk tidur. Rutinitas diluar jam pelajaran sekolah, apabila tidak dilandasi dengan
manajemen waktu yang baik dapat mengganggu pola tidur pelajar. Studi
menyebutkan bahwa pelajar yang kurang tidur, lebih rentan stres sehingga tidak
fokus yang mengakibatkan tanggung jawab siswa terhadap tugas sekolah dan nilai
akademis menurun.

Gambar 2. Hubungan kesadaran responden mengenai pentingnya


mengerjakan tugas dengan sikapnya apabila lupa mengerjakan
tugas.

Tanggung jawab dalam konteks pembelajaran, menurut Lewis (2004:385)


adalah kesediaan pelajar untuk mengerjakan tugas yang diberikan pengajar
dengan sebaik-baiknya. Melalui pernyataan tersebut, tugas menjadi pendidikan
karakter bagi pelajar untuk memperbaiki sikap ataupun membiasakan siswa untuk
bertanggung jawab dengan setiap apa yang dilakukannya. Dari hasil yang

6
105
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

didapatkan, 78% responden menyatakan bahwa mereka masih ada niat untuk
mengerjakan tugas dengan usaha mereka sendiri. Sedangkan sisanya, memiliki
berbagai cara untuk menyiasatinya. Hal ini menunjukkan pengaruh kesadaran
untuk memenuhi tanggung jawab sebagai seorang pelajar dengan sikapnya dalam
mengerjakan tugas yang ditunjukkan pada gambar 2.
Berdasarkan gambar 2, responden menyatakan bahwa tugas sekolah wajib
dikerjakan karena dapat menaikkan nilai. Selain itu, terdapat dorongan yang
timbul karena ketakutan apabila dihukum oleh guru. Oleh karena itu, mereka
berusaha memaksimalkan hasil pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Responden
yang menjawab bisa jadi cenderung mengerjakan tugas sesuai dengan minat dan
cenderung mengesampingkan tugas yang dirasa tidak sesuai dengan bidangnya
meskipun pada akhirnya mereka akan tetap mengerjakan tugas tersebut. Mulai
muncul suatu rasa keterpaksaan dalam mengerjakannya sehingga mereka mencari
solusi untuk tidak perlu memutar otak lebih demi mengerjakan sesuatu yang
sifatnya setengah hati. Sedangkan, 2% responden yang menyatakan tidak wajib
disebabkan karena rasa malas, lebih menyukai praktek, dan merasa telah
melakukan kewajiban sebagai pelajar, yaitu belajar di sekolah. Sesuai dengan
pendapat Prasetya (2006: 137) bahwa beberapa anak yang malas belajar akan
sering mengandalkan keberuntungan dalam beberapa kesempatan, mereka dapat
menghalalkan berbagai cara demi memperoleh nilai yang memuaskan.
Pentingnya kedudukan tugas sekolah sebagai tolak ukur pemahaman materi
dapat mempengaruhi niat dan usaha yang akan dilakukan selama pengerjaan.
Realitanya, tidak sedikit pelajar yang menginginkan sesuatu tanpa bersusah payah,
ketika mendapatkan tanggung jawab dari guru dalam mengerjakan soal, seringkali
berujung pada keluhan yang membuat pelajar saling menukarkan pekerjaannya
dengan siswa lain. Dari kasus itulah, peneliti dapat mengklasifikasi pelajar menjadi
dua golongan, seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Klasifikasi partisipasi responden yang biasa dilakukan


dalam pengerjaan tugas
Pada gambar 3, tercatat bahwa pengisian angket didominasi oleh
responden yang cenderung lebih sering menyalin tugas. Penggolongan tersebut
diperkuat dengan grafik frekuensi perbandingan kebiasaan responden dalam
menyalin dan memberi jawaban. Adapun hasil disajikan dengan menggunakan
Skala Likert. Skala Likert menurut Djaali (2008:28) adalah skala yang digunakan

7
106
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

dalam mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
terhadap suatu gejala atau fenomena pendidikan.

Gambar 4. Grafik frekuensi responden sebagai penyalin dan pemberi


salinan tugas.

Semakin besar nomor skala, semakin sering responden melakukan


tindakan menyalin tugas dan memberi jawaban. Pada gambar 4, posisi tertinggi
grafik penyalin jawaban berada di nomor 3 dan disusul tertinggi kedua adalah
nomor 4 yang menunjukkan frekuensi responden dalam menyalin tugas teman
lebih sering. Sedangkan, posisi tertinggi grafik pemberi jawaban berada di nomor
3 yang menunjukkan jarang atau hanya kadang kala saja. Namun, disusul oleh skala
nomor 4 yang berarti lebih sering memberikan jawaban.

Gambar 5. Faktor utama penyebab responden menyalin jawaban teman


Klasifikasi tersebut didasari oleh pernyataan responden terkait alasannya
dalam bertindak sebagai penyalin maupun pemberi jawaban sesuai dengan
keseringan mereka melakukan tindakan tersebut. Gambar 5 menyatakan alasan
responden untuk menyalin jawaban.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar alasan responden
melakukan tindakan menyalin tugas dikarenakan kurangnya pemahaman
mengenai sub bab yang dijadikan tugas. Ahmadi (2004: 138) mengungkapkan
bahwa pemahaman yang dicapai pelajar merupakan hasil interaksi berbagai faktor
yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri
individu (faktor eksternal). Faktor internal responden dalam menyalin tugas
8
107
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

adalah rasa minder atau krisis kepercayaan diri yang membuat tugas menjadi
susah untuk dipahami. Faktor eksternal responden dalam menyalin tugas yaitu
kesibukan diluar jam pelajaran, seperti rutinitas sepulang sekolah sehingga
mereka cenderung ingin segala sesuatu yang instan agar tidak kerepotan dalam
membagi waktu untuk mengerjakan tugas yang terlalu banyak. Bagi sebagian
responden yang bertindak sebagai penyalin jawaban, hal-hal tersebut menjadi
penghambat dalam mengerjakan tugas dengan usaha sendiri. Namun, hal itu
menjadi lebih dapat terkendali bagi para pemberi jawaban tugas.

Gambar 6. Faktor utama penyebab responden memberikan jawaban


kepada teman

Kegiatan menyalin dan memberi jawaban tugas merupakan salah satu


bentuk interaksi sosial. Proses interaksi akan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
meliputi : faktor imitasi (peniruan secara fisik), sugesti (penilaian sikap individu),
identifikasi (peniruan fisik dan psikologis), dan simpati (ketertarikan terhadap
individu). Pada gambar 6, faktor simpati mendominasi alasan responden untuk
memberikan jawaban kepada penyalin. Adanya suatu keinginan dari pemberi
jawaban untuk memahami pihak penyalin dan bekerja sama dengannya. Hal ini
dinyatakan oleh responden yang berharap akan mendapatkan suatu keuntungan
nantinya. Selain itu, timbul rasa saling memahami alasan teman dalam menyalin
karena sama-sama pelajar menjadi dorongan utama bagi responden untuk rela
memberikan jawabannya yang ditambah dengan sebagian kecil responden
mengalami pengalaman tidak mengenakkan, seperti bullying.
Faktor-faktor yang telah dikemukakan oleh responden dari kedua belah
pihak memunculkan pertanyaan apakah alasan tersebut juga berlaku kepada siapa
saja yang diajak untuk bekerja sama. Studi menyatakan bahwa semakin baik
interaksi dalam kelompok teman sebaya yang dimiliki oleh pelajar, maka motivasi
belajarnya akan semakin tinggi (Susanti I. 2015). Hal ini juga berlaku di dalam kerja
sama antara penyalin dan pemberi jawaban tugas.

9
108
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Gambar 7. Persentase responden dalam memilih teman untuk disalin


jawabannya

Pada gambar 7 disajikan pilihan responden sebagai penyalin jawaban


dalam mengajak bekerja sama pada kegiatan menyalin dan memberi jawaban
tugas. Hasil survei yang dilakukan Mc Cabe dkk pada tahun 2001 di Amerika
Serikat, ditemukan bahwa lingkungan berandil lebih besar dalam memunculkan
tindakan menyontek, berupa teman dan hukuman. Dari studi yang telah
dikemukakan, terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara interaksi
dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar. Teman sebaya mampu
menjadi tempat bergantung responden dalam menyalin jawaban.
Penyalin jawaban lebih banyak memilih untuk tidak membeda-bedakan
teman dalam meminta bantuan. Permasalahan sikap pelajar yang mengalami
ketergantungan disiplin kepada kontrol luar bukan karena niat sendiri ditandai
dengan gejala kemalasan. Saat ini, pandangan pelajar yang menganut prinsip “asal
lulus” atau “asal naik kelas” menjadi dasar mereka tidak pilih-pilih teman dalam
menyalin tugas.
Responden yang memilih teman akrab untuk dimintai jawaban karena
timbul perasaan nyaman dan tidak canggung ketika hendak meminta bantuan.
Dilansir dari artikel IDN Times, sahabat mampu memiliki keterikatan emosional
yang kuat dan saling terhubung sehingga mereka ingin saling membahagiakan satu
sama lain. Sedangkan, sisanya adalah responden yang menggantungkan hasil
jawaban siswa yang rajin atau pandai hanya berjumlah 19%.
Tanggapan yang berbeda ditunjukkan pada pihak pemberi jawaban.
Mereka memberikan respon yang berlainan pada teman yang kurang akrab
dengan yang telah akrab.
Pada gambar 8 menunjukkan keakraban seorang penyalin
mempengaruhi reaksi pemberi jawaban. Pernyataan ini muncul karena
responden yang memberikan dengan ikhlas lebih tinggi dan cenderung tidak
menolak apabila yang meminta adalah teman dekat atau sahabatnya. Hal ini
dapat dijelaskan secara ilmiah oleh studi yang dilakukan Emory University
tentang bagaimana gambaran otak seseorang yang saling mencintai. Ternyata,
kadar hormon oksitosin keduanya dalam jumlah tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa hormon oksitosin dapat mempererat ikatan batin antara dua orang yang
saling mencintai termasuk dalam persahabatan. Selain itu, hormon ini dapat

10
109
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

meningkatkan perasaan empati kepada sesama. Reaksi ini juga yang timbul dari
pihak penyalin yang mempercayakan teman akrab untuk diajak bekerja sama.

Gambar 8. Perbandingan reaksi pemberi jawaban dalam menyikapi teman


yang kurang akrab dengan yang telah akrab
Pilihan yang ditunjukkan oleh kedua belah pihak mempengaruhi
tanggapan yang dihasilkan. Secara umum, reaksi responden adalah bentuk dari
perasaan diuntungkan atau dirugikan.

Gambar 9. Diagram dampak positif dan negatif yang dialami pihak


pemberi salinan tugas

11
110
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Gambar 10. Diagram dampak positif dan negatif yang dialami responden
sebagai pihak yang menyalin tugas teman

Adanya kegiatan salin menyalin memiliki keuntungan maupun kerugian


bagi kedua belah pihak. Pada gambar 9 menunjukkan adanya keuntungan dan
kerugian jangka panjang yang dirasakan pihak pemberi salinan tugas.
Psikolog anak dan remaja dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana
Hadiwidjojo, mengatakan bahwa hakikat manusia sebagai makhluk sosial memiliki
mekanisme secara otomatis ketika memberikan sesuatu kepada orang lain dengan
ikhlas akan timbul perasaan puas dan bahagia. Aura positif itulah yang membuat
kegiatan berbagi bisa mengurangi stres yang dialami dan meningkatkan tanggung
jawab responden dengan rajin mengerjakan tugas.
Dampak negatif pemberi tugas kebanyakan berasal dari diri sendiri yang
merasa terbebani dan takut melakukan kesalahan. Ada pula yang berpendapat
sikap penyalin menjengkelkan.
Keuntungan memberikan salinan tugas, antara lain: dapat melatih
kemampuan otak, mendapatkan imbalan, mendapat kepuasan karena dapat saling
membantu, dan lain-lain. Adapun kerugian yang juga dirasakan, seperti di cap pelit
ilmu apabila menolak, sebal ketika dimarahi guru, dan sebagainya.
Selanjutnya, pada diagram 10 menunjukkan adanya dampak positif dan
negatif bagi pihak penyalin tugas. Keuntungan menyalin tugas yaitu terbantu untuk
lebih paham dan mendapatkan cara untuk menyelesaikan tugas dengan cepat.
12
111
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Adapun kerugian dalam kegiatan menyalin tugas, seperti terbentuk sifat malas,
kurang percaya diri, dan sebagainya.

Tabel 2. Reaksi pemberi salinan menurut kedua belah pihak

13
112
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Adanya dampak positif dan negatif yang dialami oleh kedua belah pihak
menimbulkan suatu hubungan timbal balik yang disebut simbiosis. Penentuan
interaksi ini didasarkan pada reaksi pemberi salinan seperti yang tertera pada
tabel 2. Reaksi difokuskan hanya kepada pemberi salinan karena reaksi penyalin
telah dipastikan merasa senang karena mendapatkan bantuan dari pemberi
salinan, sedangkan reaksi pemberi salinan dapat bervariasi mengingat merekalah
yang memiliki hak atas jawaban tugas mereka. Terdapat 4 reaksi, tiga diantaranya
dapat menentukan jenis interaksi yang terjadi, sedangkan satu diantaranya tidak
terjadi interaksi antar kedua pihak karena pemberi salinan yang memilih menolak
untuk memberikan salinan tugasnya.

Gambar 11. Hubungan simbiosis antara pemberi hasil tugas dengan


penyalin jawaban
Pada gambar 15 menunjukkan hubungan sosial yang terjadi antar pelajar
yang diambil dari dampak semua pihak dengan reaksi yang ditunjukkan oleh
pemberi kepada penyalin tugas. Sesuai dengan definisi simbiosis dan jenis-
jenisnya yang telah disampaikan pada bab pendahuluan, peneliti dapat
mengelompokkan hubungan antara pelajar yang memiliki kebiasaan menyalin
dengan pelajar yang memberikan jawaban dari jumlah hasil yang terbanyak yaitu
sebagai berikut.
1. Simbiosis komensalisme
Pada gambar 11 ditunjukkan responden yang mengalami simbiosis
komensalisme sebanyak 71%. Persentase tersebut didapatkan karena responden
sebagai penyalin jawaban lebih banyak merasa terbantu untuk memahami soal
yang susah daripada yang tidak paham setelah menyalin jawaban. Adapun
responden sebagai pemberi jawaban tidak merasa keberatan karena bisa
membantu karena keikhlasannya dalam memberikan jawaban seperti yang tertera
pada tabel 2, merupakan suatu bentuk empati dan kesetiakawanan yang tinggi baik
pada teman akrab maupun kurang akrab.
2. Simbiosis parasitisme
Pada gambar 11 ditunjukkan responden yang mengalami simbiosis
parasitisme sebanyak 18%. Persentase tersebut berasal dari responden yang
bertindak sebagai pemberi jawaban merasa rugi dan terbebani ketika dimintai
jawaban tugasnya. Dampak negatif terbesar yang dirasakan pemberi jawaban
adalah perasaan was-was akan dimarahi guru karena ada kemiripan jawaban.
14
113
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Sebesar 12.7% dari responden pemberi jawaban ketika dimintai hasil


pekerjaannya oleh teman yang akrab mengaku memberikan secara tidak rela.
Sikap pemberi jawaban ini dapat dirasakan pula oleh pihak penyalin seperti yang
tertera pada tabel 2. Dalam artikel Kompasiana disebutkan bahwa perasaan risih
dan tidak rela tersebut dapat menjadikan siswa pemberi jawaban merasa malas
belajar. Selain itu, sejumlah responden (10.6%) mengaku terpaksa karena tidak
tahu cara menolak dan takut terjadi bullying, seperti : dikucilkan, di cap pelit ilmu,
dsb. Persentase yang lebih besar terjadi pada teman yang kurang akrab yaitu
29.2%. Bahkan 18.8% responden menolak secara halus ketika dimintai jawaban
oleh teman yang kurang akrab karena dinilai hanya datang ketika membutuhkan
bantuan.
3. Simbiosis mutualisme
Menurut Dra. Erin Mutiara Naland, M.Psi, di dalam hubungan pertemanan
menganut prinsip simbiosis mutualisme dimana masing-masing dapat
memberikan manfaat satu sama lain. Pada gambar 11 menunjukkan simbiosis
mutualisme menduduki posisi terakhir dalam hubungan pelajar. Pemberi jawaban
dapat mengasah otak dengan berlatih menjelaskannya kepada penyalin. Dikutip
dari artikel Kompasiana, ketika ada siswa pandai memberi jawaban pasti akan
menjadi idola para penyalin sehingga apabila dilihat dari jumlah teman, pemberi
jawaban lebih mudah mendapatkan teman. Pada tabel 2, kerja sama diantara kedua
belah pihak ini juga dapat terjadi ketika penyalin berusaha memberi imbalan
kepada pemberi jawaban.

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa faktor
utama terjadinya kegiatan salin menyalin tugas adalah pihak pemberi jawaban
merasa iba terhadap pihak penyalin yang kesusahan dalam mengerjakan tugas.
Keikhlasan pemberi jawaban untuk membantu sesama pelajar menjadikan
simbiosis komensalisme yang lebih banyak terjalin. Meskipun begitu, baik pihak
penyalin maupun pemberi jawaban sama-sama buntung karena jumlah dampak
negatif lebih banyak daripada dampak positif.

Saran
Ketepatan hasil penelitian antara hubungan responden sebagai pemberi
salinan tugas dengan penyalin jawaban perlu dikaji lebih lanjut berupa penambahan
responden yang terlibat dan cakupan wilayah yang lebih luas untuk menganalisa
pengaruh lingkungan bagi sikap responden.
Bagi para responden, sebaiknya tidak terlalu bergantung pada nilai yang
tercetak pada lembaran kertas sehingga menghilangkan budaya kejujuran yang
ditanamkan secara turun-temurun. Nilai tersebut akan terasa lebih bermakna dan
15
114
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

menimbulkan kepuasan batin apabila dikerjakan dengan maksimal demi


mendapatkan ilmu. Perlunya peran guru dalam hal ini juga bertujuan untuk
mendengarkan aspirasi dari pelajar agar prestasi yang didapat pelajar seimbang
baik dari segi akademis maupun non akademis.

DAFTAR PUSTAKA
Alhadza, Abdullah. 2004. Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan.
Universitas Negeri Malang. Malang.
Anna, Lusia Kus. 2014. Kebiasaan Berbagi Mengurangi Stres dan Depresi (online),
(https://amp.kompas.com/manado/read/2014/11/21/170000223/Kebia s
aan.Berbagi.Mengurangi.Stres.dan.Depresi, diakses tanggal 3 April 2020)
Anonim. 2017. Kurikulum 2013 Dorong Siswa Lebih Kreatif, [online],
(https://www.beritasatu.com/nasional/446987/kurikulum-2013-dorong-
siswa-lebih-kreatif, diakses tanggal 5 Februari 2020)
Bali, M. M. E. I. 2017. Model Interaksi Sosial dalam Mengelaborasi Keterampilan
Sosial. Universitas Nurul Jadid, Paiton. Probolinggo.
Bowers, W. J. (1964). Student Dishonesty and Its Control in College. Bureau of
Applied Social Research, Columbia University. New York.
Damayanti, V. 2017. Waspadai Ketika Teman Jadi Beban, (online),
(https://www.femina.co.id/health-diet/waspadai-ketika-teman-jadi-beba
-, diakses tanggal 3 April 2020)
Gati, Rindri Andewi. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas
Brawijaya. Malang.
Hanim, A. 2020. Bukan Cuma Jodoh, 5 Alasan Sahabat Sejatimu juga disebut
Soulmate, (online), (https://www.idntimes.com/life/relationship/afifah-
hanim/alasan-sahab at-sejatimu-juga-bisa-disebut-soulmate-, diakses tanggal
3 April 2020)
Hastuti, N.A. 2013. Simbiosis sebagai Bentuk Interaksi Organisme. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Ismail SM. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Rasail Media
Group. Semarang.
Lexy J. Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Lickona, Thomas. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. Bantam Books. New York.
McCabe, Donald L., dkk. 2001. Cheating in Academic Institutions: A Decade of
Research. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. New Jersey.
Muslifah, A.R. 2012. Perilaku Menyontek Siswa ditinjau dari Kecenderungan Locus of
Control. Talenta Psikologi. Surakarta.
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Novianty, Firsta Nodia. 2017. Empat Manfaat Hormon Cinta yang Harus Anda
Tahu, (online),
(https://www.suara.com/health/2017/02/20/124325/empat-manfaat-ho rmon-
cinta-yang-harus-anda-tahu, diakses tanggal 3 April 2020)

16
115
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award

Putra, M. Ishaq Dwi. 2019. Akibat Kurang Tidur, [online],


(http://indonesiabaik.id/infografis/akibat-kurang-tidur, diakses tanggal 24
maret 2020)
Putra, Dharma. 2010. Menyontek dapat Meningkatkan Hasil Belajar, [online],
(https://www.kompasiana.com/dharma_putra/menyontek-dapat-mening
katkan-hasil-belajar, diakses tanggal 3 April 2020)
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Satriani, A. 2018. Tindakan Menyontek dan Pendidikan Karakter, [online],
(https://republika.co.id/berita/p8rbih396/tindakan-menyontek-dan-pen
didikan-karakter, diakses tanggal 5 Februari 2020)
Setiawan, Titus Permadi. 2012. Survei Online Penunjang Penelitian Praktis dan
Akademis. Universitas Ciputra. Surabaya.
Siagian, R. E. F. 2012. PENGARUH MINAT DAN KEBIASAAN BELAJAR SISWA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA. Universitas Indraprasta PGRI.
Jakarta Selatan.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. PT Alfabet.
Bandung.
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.Syafitri,
Rodhiyah. (2017). Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar Melalui Strategi
Giving Questions and Getting Answers Pada Siswa. Universitas Pendidikan
Ganesha. Buleleng.
Sukanta, Herpratiwi, Muhammad Sukirla. Pengembangan Media Pembelajaran
Multimedia Interaktif Kompetensi Dasar Teks Prosedur Berbentuk Manual.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Susanti, I. 2015. Hubungan Interaksi dalam Kelompok Teman Sebaya dengan
Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas X PMS SMK PGRI 3 KEDIRI. Universitas
Nusantara Persatuan Guru Republik Indonesia. Kediri.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Ibid.
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

17
116

You might also like