Professional Documents
Culture Documents
0
Indonesian Fun Science Award
Annisa Uswa Sufia1, Brigitta Pungki Yuliashari1, Tatit Novi Sahara, S.Pd.,
M.Si., M.Nat.Sci.2
1Siswa SMA Negeri 2 Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia
ABSTRACT
Character development in Indonesia has become an intense topic of attention
by the government. One of the programs is the implementation of school assignments.
This learning system has the advantage of activating students to study problems by
trying to solve them and developing initiatives and responsibilities.
Instead of building character, fulfilling these responsibilities is actually tricked
by cheating on a friend's work. Actually, the doers of cheating are not only done by
average students but also those who are intelligent.
This study is aimed at analyzing the reciprocal relationships between high
school students in Semarang in cheating activities. The data collection was obtained
through a questionnaire that was distributed online and then processed in the form of
graphs, percentages, and short paragraphs. The results of the study revealed that from
100 respondents, most of the relationships between assigners and task copyers were
commensalism symbiosis in which one party benefited while the other party was not
disadvantaged. The cheating activity is caused by several determinants that influence
the emergence of the impact for copyists and cheaters.
Keywords: assignment, school, students, cheating, symbiosis.
ABSTRAK
Pengembangan karakter di Indonesia merupakan topik yang gencar
mendapat perhatian oleh pemerintah. Salah satu program yang telah menjadi
tradisi turun-temurun yaitu diterapkannya tugas sekolah. Sistem tersebut memiliki
kebermanfaatan dalam mengaktifkan pelajar untuk mempelajari masalah dengan
menyelesaikannya dan mengembangkan inisiatif serta tanggung jawab.
Alih-alih membangun karakter, pemenuhan tanggung jawab tersebut
justru disiasati sebagian siswa dengan menyalin pekerjaan temannya. Bahkan, para
pelaku tindakan ini bukan hanya anak dengan kepandaian rata-rata. Mereka yang
cerdas dan aktif pada kegiatan di sekolah juga terlibat didalamnya.
1
100
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
PENDAHULUAN
Pengamat pendidikan Tuti Tuarsih mengatakan bahwa penerapan
Kurikulum 2013 yang diberlakukan sejak tahun ajaran 2017-2018 pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) mendorong siswa lebih kreatif dan inovatif dalam menerima
proses pembelajaran. Penerapan sistem tersebut juga difokuskan pada pendidikan
karakter siswa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Thomas Lickona mengemukakan pendapatnya bahwa memiliki
pengetahuan nilai moral itu harus diikuti dengan karakter yang bermoral, tidak
cukup untuk menjadi manusia berkarakter." (1992: 53). Adapun, tugas sekolah
memainkan peranan penting dalam mendukung efektivitas kinerja pelajar di
Indonesia. Melalui pemberian tugas, siswa akan belajar bagaimana menjadi pribadi
yang bertanggung jawab terhadap tugas dan amanah yang dibebankan kepadanya.
Selain itu, pemberian tugas juga mendidik anak menjadi lebih inisiatif dalam
menyelesaikan berbagai masalah (Roestiah, 2008).
Metode pemberian tugas adalah suatu cara atau proses pembelajaran
apabila guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya,
kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Akan tetapi, para
siswa seringkali merasa terbebani oleh tugas baik individu maupun kelompok.
Berbagai cara dilakukan siswa dalam pemenuhan tanggung jawabnya. Alih-
alih membentuk karakter, pekerjaan rumah justru dapat menjadi peluang untuk
meneruskan budaya menyontek. Menurut Alhadza (Alhadza, 2004) kata
menyontek sama dengan cheating. Hal ini selaras dengan pendapat Bower yang
mendefinisikan cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak
sah untuk tujuan yang sah/terhormat demi mendapatkan keberhasilan akademis
atau menghindari kegagalan akademis.
2
101
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Semarang yang berlokasi di Jalan
Sendangguwo Baru Nomor 1, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang pada bulan
Januari 2020 hingga bulan Februari 2020. Adapun rincian waktu penelitian ini
akan dipaparkan pada tabel 1.
hampir tidak terbatas, hemat biaya, hemat waktu, serta luasnya jangkauan survei.
Angket disebarkan untuk mengetahui berbagai tanggapan sehingga dapat
diperoleh data kualitatif berupa opini responden dan data kuantitatif berupa grafik
dan tabel yang selanjutnya dapat dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan
terkait rumusan masalah.
Tabel 1. Rincian Waktu Penelitian
Waktu Keterangan Kegiatan
10-14 Januari 2020 Proses penemuan ide
15-21 Januari 2020 Penyusunan abstrak dan
pendahuluan
22-28 Januari 2020 Penyusunan angket online
29 Januari-7 Februari 2020 Penyebaran angket kepada 100
responden
8-21 Februari 2020 Penyusunan Karya Tulis
22-23 Februari 2020 Revisi karya tulis
24-25 Februari 2020 Pembenahan kembali Karya Tulis
26 Februari 2020 Review ulang
27 Februari-1 Maret 2020 Pengecekan ulang
2 Maret 2020 Pengumpulan Karya Tulis
Jenis angket yang kami gunakan adalah angket tertutup dan terbuka.
Penyajian pertanyaan berupa pilihan, skala, dan uraian untuk mengetahui opini
dari masing-masing responden. Angket yang dibuat memiliki 4 bagian. Bagian
pertama merupakan pertanyaan seputar identitas dan asal sekolah untuk
mengetahui seberapa luas jangkauan survei penelitian ini. Bagian kedua
merupakan pertanyaan tentang rutinitas sebagai seorang pelajar SMA/sederajat di
Kota Semarang. Pada bagian kedua ini terdapat pertanyaan yang dimana jawaban
responden mempengaruhi bagian selanjutnya karena angket ini merupakan angket
bercabang. Tujuannya yaitu untuk memisahkan pertanyaan antara pemberi
salinan atau penyalin tugas. Bagian ketiga berisi pertanyaan seputar frekuensi
kegiatan salin menyalin, reaksi kedua pihak, faktor terjadinya kegiatan salin
menyalin tugas, serta dampak yang dirasakan bagi kedua pihak. Bagian keempat
berisi pertanyaan pendapat responden mengenai dampak jangka panjang kegiatan
salin menyalin tugas.
Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini terdiri dari 100 pelajar SMA/sederajat di Kota
Semarang. Responden dipilih dengan metode purposive sampling, dimana
pengambilan sampel didasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat-
sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,
2010). Luasnya jangkauan survei penelitian ini mencakup SMA dan SMK di Kota
Semarang, diantaranya yaitu SMAN 2 Semarang, SMAN 1 Semarang, SMAN 3
Semarang, SMAN 11 Semarang, SMAN 15 Semarang, SMA Masehi 2 PSAK, SMKN 2
4
103
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
Semarang, SMKN 6 Semarang, SMKN 7 Semarang, SMK Pelayaran, dan SMK Bhakti
Nusantara.
Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang memberikan informasi. Sumber
data diperoleh melalui dua sumber yaitu data primer dan data sekunder.
Menurut Sugiyono (2012: 139) data primer merupakan data yang
diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber pertama. Adapun data primer pada
penelitian ini bersumber dari jawaban para responden pada 100 kuesioner yang
telah disebarkan. Data ini kemudian diolah menjadi bentuk diagram dan grafik.
Adapun data sekunder menurut Sugiyono (2012: 141) adalah data yang
bersumber dari literatur atau dokumen terkait yang diperoleh melalui kegiatan
membaca, mempelajari, dan memahami.
5
104
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
6
105
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
didapatkan, 78% responden menyatakan bahwa mereka masih ada niat untuk
mengerjakan tugas dengan usaha mereka sendiri. Sedangkan sisanya, memiliki
berbagai cara untuk menyiasatinya. Hal ini menunjukkan pengaruh kesadaran
untuk memenuhi tanggung jawab sebagai seorang pelajar dengan sikapnya dalam
mengerjakan tugas yang ditunjukkan pada gambar 2.
Berdasarkan gambar 2, responden menyatakan bahwa tugas sekolah wajib
dikerjakan karena dapat menaikkan nilai. Selain itu, terdapat dorongan yang
timbul karena ketakutan apabila dihukum oleh guru. Oleh karena itu, mereka
berusaha memaksimalkan hasil pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Responden
yang menjawab bisa jadi cenderung mengerjakan tugas sesuai dengan minat dan
cenderung mengesampingkan tugas yang dirasa tidak sesuai dengan bidangnya
meskipun pada akhirnya mereka akan tetap mengerjakan tugas tersebut. Mulai
muncul suatu rasa keterpaksaan dalam mengerjakannya sehingga mereka mencari
solusi untuk tidak perlu memutar otak lebih demi mengerjakan sesuatu yang
sifatnya setengah hati. Sedangkan, 2% responden yang menyatakan tidak wajib
disebabkan karena rasa malas, lebih menyukai praktek, dan merasa telah
melakukan kewajiban sebagai pelajar, yaitu belajar di sekolah. Sesuai dengan
pendapat Prasetya (2006: 137) bahwa beberapa anak yang malas belajar akan
sering mengandalkan keberuntungan dalam beberapa kesempatan, mereka dapat
menghalalkan berbagai cara demi memperoleh nilai yang memuaskan.
Pentingnya kedudukan tugas sekolah sebagai tolak ukur pemahaman materi
dapat mempengaruhi niat dan usaha yang akan dilakukan selama pengerjaan.
Realitanya, tidak sedikit pelajar yang menginginkan sesuatu tanpa bersusah payah,
ketika mendapatkan tanggung jawab dari guru dalam mengerjakan soal, seringkali
berujung pada keluhan yang membuat pelajar saling menukarkan pekerjaannya
dengan siswa lain. Dari kasus itulah, peneliti dapat mengklasifikasi pelajar menjadi
dua golongan, seperti pada gambar 3.
7
106
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
dalam mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
terhadap suatu gejala atau fenomena pendidikan.
adalah rasa minder atau krisis kepercayaan diri yang membuat tugas menjadi
susah untuk dipahami. Faktor eksternal responden dalam menyalin tugas yaitu
kesibukan diluar jam pelajaran, seperti rutinitas sepulang sekolah sehingga
mereka cenderung ingin segala sesuatu yang instan agar tidak kerepotan dalam
membagi waktu untuk mengerjakan tugas yang terlalu banyak. Bagi sebagian
responden yang bertindak sebagai penyalin jawaban, hal-hal tersebut menjadi
penghambat dalam mengerjakan tugas dengan usaha sendiri. Namun, hal itu
menjadi lebih dapat terkendali bagi para pemberi jawaban tugas.
9
108
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
10
109
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
meningkatkan perasaan empati kepada sesama. Reaksi ini juga yang timbul dari
pihak penyalin yang mempercayakan teman akrab untuk diajak bekerja sama.
11
110
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
Gambar 10. Diagram dampak positif dan negatif yang dialami responden
sebagai pihak yang menyalin tugas teman
Adapun kerugian dalam kegiatan menyalin tugas, seperti terbentuk sifat malas,
kurang percaya diri, dan sebagainya.
13
112
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
Adanya dampak positif dan negatif yang dialami oleh kedua belah pihak
menimbulkan suatu hubungan timbal balik yang disebut simbiosis. Penentuan
interaksi ini didasarkan pada reaksi pemberi salinan seperti yang tertera pada
tabel 2. Reaksi difokuskan hanya kepada pemberi salinan karena reaksi penyalin
telah dipastikan merasa senang karena mendapatkan bantuan dari pemberi
salinan, sedangkan reaksi pemberi salinan dapat bervariasi mengingat merekalah
yang memiliki hak atas jawaban tugas mereka. Terdapat 4 reaksi, tiga diantaranya
dapat menentukan jenis interaksi yang terjadi, sedangkan satu diantaranya tidak
terjadi interaksi antar kedua pihak karena pemberi salinan yang memilih menolak
untuk memberikan salinan tugasnya.
Saran
Ketepatan hasil penelitian antara hubungan responden sebagai pemberi
salinan tugas dengan penyalin jawaban perlu dikaji lebih lanjut berupa penambahan
responden yang terlibat dan cakupan wilayah yang lebih luas untuk menganalisa
pengaruh lingkungan bagi sikap responden.
Bagi para responden, sebaiknya tidak terlalu bergantung pada nilai yang
tercetak pada lembaran kertas sehingga menghilangkan budaya kejujuran yang
ditanamkan secara turun-temurun. Nilai tersebut akan terasa lebih bermakna dan
15
114
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
DAFTAR PUSTAKA
Alhadza, Abdullah. 2004. Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan.
Universitas Negeri Malang. Malang.
Anna, Lusia Kus. 2014. Kebiasaan Berbagi Mengurangi Stres dan Depresi (online),
(https://amp.kompas.com/manado/read/2014/11/21/170000223/Kebia s
aan.Berbagi.Mengurangi.Stres.dan.Depresi, diakses tanggal 3 April 2020)
Anonim. 2017. Kurikulum 2013 Dorong Siswa Lebih Kreatif, [online],
(https://www.beritasatu.com/nasional/446987/kurikulum-2013-dorong-
siswa-lebih-kreatif, diakses tanggal 5 Februari 2020)
Bali, M. M. E. I. 2017. Model Interaksi Sosial dalam Mengelaborasi Keterampilan
Sosial. Universitas Nurul Jadid, Paiton. Probolinggo.
Bowers, W. J. (1964). Student Dishonesty and Its Control in College. Bureau of
Applied Social Research, Columbia University. New York.
Damayanti, V. 2017. Waspadai Ketika Teman Jadi Beban, (online),
(https://www.femina.co.id/health-diet/waspadai-ketika-teman-jadi-beba
-, diakses tanggal 3 April 2020)
Gati, Rindri Andewi. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas
Brawijaya. Malang.
Hanim, A. 2020. Bukan Cuma Jodoh, 5 Alasan Sahabat Sejatimu juga disebut
Soulmate, (online), (https://www.idntimes.com/life/relationship/afifah-
hanim/alasan-sahab at-sejatimu-juga-bisa-disebut-soulmate-, diakses tanggal
3 April 2020)
Hastuti, N.A. 2013. Simbiosis sebagai Bentuk Interaksi Organisme. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Ismail SM. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Rasail Media
Group. Semarang.
Lexy J. Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Lickona, Thomas. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. Bantam Books. New York.
McCabe, Donald L., dkk. 2001. Cheating in Academic Institutions: A Decade of
Research. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. New Jersey.
Muslifah, A.R. 2012. Perilaku Menyontek Siswa ditinjau dari Kecenderungan Locus of
Control. Talenta Psikologi. Surakarta.
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Novianty, Firsta Nodia. 2017. Empat Manfaat Hormon Cinta yang Harus Anda
Tahu, (online),
(https://www.suara.com/health/2017/02/20/124325/empat-manfaat-ho rmon-
cinta-yang-harus-anda-tahu, diakses tanggal 3 April 2020)
16
115
2020 Buku Prosiding IFSA 2.0
Indonesian Fun Science Award
17
116