You are on page 1of 9
‘Pengembangen Sistem Transm! Otomatts Pasa Sepeda Motor Sut (Fel: Pasi, o a.) Pengembangan Sistem Transmisi Otomatis Pada Sepeda Motor Suzuki Heri Susanto Follx Pasiia, Fakultas Teknolog! Indust, Jurusan Toknik Elektro ~ Universitas Krieten Petra, Ema: folix®@peter petra.acid Fete Teknoog indus, tan Talk Resin z . ~ Univertas Kiston Petra al vento Opetorpe. acd ‘Abstrak ‘ctomotif memungkinian sistom tranmisi konvensional pada i dibidang separa Ent edt cnt ri sma pera kenyamanan dalam pengguna dan tidak berkendara. ‘mengabaikan ‘Pengembangan Setem ‘Transmisi Otomatis pada sepeda motor ini bertujuan mengganti sistem transmisi konvensional (semi otomatis) menjadi otomatis, dengan menggunakan mikrokontroler sebegei olak utama sister. ‘Mikrokontroler ATMEL C51 menerima pulsa dari sensor acuan untuk 3n motor DC oda sepeda motor set tranamisi. Pada sistem ini ete haa eine ditentuken untuk gigi 1 bekerja pada kecepatan 0-18 2 bekerja pada kecepatan 19-37 Stas onan as terme Dari tolah dilakukan di dapatkan behwa respon dari sistem transmisi percobaan yang ‘otomatis ini lebih lambat dibandingkan dengan sistem konvensional. Untuk kecepatan dari 0 hhingge 60 km/jam pada kondisi jalan lurus, dengan sisten transmisi otomatis memerlukan wakty 14,78 detik, oedang untuk sistem konvensional memerlukan waktu hanya 19,59 detik. Kata kunci: Otomotif, Sepeda Motor, Sistem Transmisi Otomatis. Abstract ‘The fast growing technology in automotive has made possible to replace convensional transmission development sm on motoreyele with automatic transmission system to ease the rider. The tomatic transmderion sytem on mtarcyce is intend! i replace the conoeasionat transmission system (semi automatic) with automatic transmission system by using microcontroller ‘a3 brain of the new system. The final project used ATMEL 89C51 microcontroller to recieve pulse from wheel rotation ‘sensor as a reference to energise DC motor to change ‘transmission gear. This system used first gear at speed 0-18 hhh, second gear at speed 19-37 km/h, third gear at speed 38-60 km/h and fourth ‘Bear at speed above 60km/h. The result of the shown that the respons ofthis automatic ranemisson system is slower than contensionsl system. The experiment had shown that to reach velocity from 0 to 60 mnih, the cutomatie transmission tytem neod 1473 seconds, meanuhile convenssonal system need 13,59 seconds. Keywords: Automatic, Motoreycle, Transmission System. 1. Pendahuluan Pada perencanaan sistem transmisi otoma- tis ini akan dibuat sebuah microcontroller yang dapat mendeteksi kecepatan putaran dari roda sepeda motor sebagai acuan untuk mengontrol dua buah motor DC. Motor DC ini masing — i sebelah kanan (untuk ‘menggerakkan (untuk menggerakkan dan mengganti pedal gigi ‘transmisi) dari sepeda motor. Sedangkan untuk CCatatan : Diskusi untuk makalah ii dterena sobolum tanggal ‘Septomber 2004. Diskus! yang layak muat akan dlorbikan ‘peda Jumal Teknik Mesin Volume 6 Nomor 2 Oktober 2004, sensor pendeteksi putaran roda sepeda motor menggunakan photodiode dan infrared yang diletakkan pada speedometer dari sepeda motor tersebut. ‘Cara kerja dari sistim ini adalah men- deteksi torlebih dahulu kecepatan roda. Apabila Kecopatan roda tersebut dirasakan sudah cukup untuk berpindah ke gigi transmisi yang lebih besar, maka motor DC-1 akan berputar untuk menggerakkan tuas kopling terlebih dahulu dan setelah itu ‘motor DC-2 berputar untuk menggerakkan pedal gigi transmisi_ ke depan (ke gi transmist yang lobih beets) ‘Motor DC-1 ini akan berputar dari gi Ins ie akan dipndaban sampel selon, jd URAL TEKNIK MESIN Vol. 6, No.1, Apr 2004: 25-34 motor DC-1 ini berputar sampai motor DC-2 selesai mengganti gigi transmisi, dimana motor DC-1 ini berhenti bila limit switch yang etaknya berdekatan dengan tuas kopling ini dalam kondisi close. Proses ini juga berlaku pula untuk perpindahan ke gigi transmisi yang lebih kecil. 1.1 Sistem Pemindah Tenaga (Control Train) Kopling (Clutch) Keterangan: plese Clutch drive plate No.1 ‘Cluteh driven plate (Glatch drive plate No.2 ‘Clueth push red Concaved washer ‘Washer seat Chuteh leeve bub . Clueth housing fl pump drive gear Gambar 1. Kopling Mekanis dan Kelengkapannya Cara Kerja Kopling Mekanis ‘Rumah kopling (clutch housing) ditempat- kan pada poros utama (main shafi), yaitu poros ‘yang menggerakkan semua roda gigi transmisi. ee ee ee ee utama, artinya bila rumah kopling berputar, poros utama tidak ikut berputar. Pada bagian luar rumah kopling terdapat roda gigi. Roda gigi ini berhubungan dengan oda gigi pada poros engkol, schingga bila poros engkol berputar maka rumah kopling juga ikut berputar. pe esogeene ‘Agar putaran rumah kopling dapat sampai pada poros utama maka pada poros utama dipasang hub kopling (clutch sleeve hub). Untuk menyatukan rumah kopling dengan hub kopling, digunakan dua tipe pelat. Kedua pelat tersebut terdiri dari pelat tekan (clutch driven plate) dan pelat gesek (clutch drive plate). Pelat gesek dapat bebas bergerak terhadap hub kopling, tetapi tidak bebas torhadap rumah ‘kopling. Berbeda dengan pelat tekan yang dapat bebas bergerak terhadap rumah kopling, tetapi tidak bebas terhadap hub kopling. oy Gambar 2. Cara Kerja Kopling Mekanis Bila handel kopling pada batang kemudi bebas (tidak ditarik), maka pelat tekan dan pelat gesek dijopit oleh piring penekan (clutch ‘pressure plate) dengan bantuan pegas kopling. Ini berarti tenaga putar dari poros engkol sampai pada roda belakang. Bila handel kopling pada batang kemudi ditarik maka kawat kopling akan menarik alat pembebas kopling. Alat pembebas kopling akan menekan batang tekan (push rod) yang ditempatkan di dalam poros utama, Push rod akan mendorong piring penckan ke arah berlawanan dengan arah gaya pegas kopling. Akibatnya pelat gesek dan pelat tekan saling ‘merenggang dan putaran rumah kopling tidak diteruskan pada poros utama, atau hanya ‘memutarkan rumah kopling dan pelat geseknya saja. Kopling Otomatis Kopling otomatis banyak dipakai pada sepeda motor jonis bebek. Kopling jenis ini biasanya ditempatkan pada bagian poros engkol. Kopling otomatis terdiri atas dua unit pling, yitu Yopling pertama dan kopling iva, Pengembangan Sete Tranemle! tomate Pass Sopeda Motor Suit (Fels Pia ota) a. Kopling pertama Hap a kopling, Gaya sentrifugal pada kanvas pengombali. Rumah kopling ikut berputar URAL. TEKNIK MESIN Vo. , No.1, Apt 2004: 25 = 94 dengan itu lengan pemutar shift drum akan i hingga perencanaan sensor pendeteksi putaran roda, perencanaan saklar pendeteksi posisi gigi transmisi, perencanaan driver motor DC. Power Supply power supply rus total dari kedua motor DC sebesar = 4,8 ampere, sedangkan baterai dari sepeda motor memiliki kapasitas arus maksimal sebesar 5 ampere (dalam kenyataan sckitar 44,5 ampere). Keadaan tersebut yang membuat sistim menjadi kacau karena kel arus, Untuk microcontroller diberi supply berupa oki 12 Volt - 8 Ampere, sedangkan untuk kedua ‘motor DC diberi supply berupa aki 12 Volt ~ 5 Ampere. re e=) 20st putaran roda dan posisi dari gigi transmisi. Sensor Pendeteksi Putaran Roda ‘atatan di atas bahwa pada tea der warna itam dan putih @hitam dan 5 push) yang bertujuan agar saat infrared aktif, wh roti apt mentee kan kedua warna tersebut. Pada saat sinar dari infrared ‘warna hitam, sinar pantulan dari infrared tidak dipantulkan dan Peogenbangan Stem Transm! tomate Pass Sapeda Motor Sud (Fe: Pest, at) logic low. Ketika sinar dari infrared mengenai “ Gambar 8. Rangkaian infrared sebagai transmitter, maka diperlukannya ‘tegangan dan arus yang cukup. Dari data — data yang diperoleh, infrared membutuhkan : = Arus forward (1) sebesar 10 - 30 mA, diambil nilai 10 mA. © Tegangan forward (VO sebesar 1,18 - 1,5 ‘Volt, diambil nilai 1,3 Volt ‘Tegangan yang diperolch dari perangkat eras sebesar 5 Volt sedangkan tegangan forward dari infrared sebesar 1,3 volt, maka wurunken tegangan ‘menjadi 1,3 volt, maka perlu diberikan sebuah resistor sebelum arus masuk ke infrared (Gambar 3.16.). Dari gambar di atas dapat diperoleh rumus untuk mencarinilai hambatan sebagai berikut Vresistor (Vr) = Voe— VE o vr =5-1,8 Volt =3,7 Volt = 10mA R =Vr/Ir @) =3,7/109 =370 Ohm ~ 330 Ohm reverse dari photodiode yang untuk mengaktifkan transistor Ql. Apabila photodiode dipaseng tidak terbalik Gambar 10. Rangkaian Dasar Pendeteks! Gig! Transmist Apabila saklar penunjuk gigi transmisi dalam keadsan open, maka infrared yang terdapat. pada oplocoupler ANOS tidak skit tidak adanya dalam keadaan cut - off. Olch karena itu pada titik A terdapat beda tegangan terhadap ground sebesar 5 volt yang mengakibatkan micro- » controller mendapat logic JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 6, No.1, April 2004: 2594 Data — data: Vee = 5 Volt Arus forward (if) = 10 ~ 30 mA, diambil nilai 10 mA. ‘Tegangan forward (Vf) = 1,18 — 1,5 Volt, diambil nilai 1,3 Volt Dari data — data yang diperoleh, maka dapat ditentukan besar nilai hambatan R1 dan R2 agar rangkaian dapat, berjalan dengan baik dan aman sebagai berikut VRI =12-13 @) 10,7 Volt IRL If= 10 mA. RL VRI/IRL w 10,7/10-2 = 1070 Ohm = 1000 Ohm. Seperti yang diketahui di atas, titik A memiliki nilai yang sebanding dengan ground maka microcontroller mendapat logic low. Dimana arus yang boleh masuk ke ‘microcontroller (Un) dibatasi sebesar 50 yA. Sodangkan untuk R2 diberi nilai tahanan sebesar 10 ~ 47 KOhm, yang berfungsi sebagai pull = up. Gambar 11. Rangkaian Penunjuk Gigi Transmisi Rangkaian penunjuk gigi transmisi secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 11, dimana titik A pada gambar 2.4 dihubungkan masing -masing ke microcontroller melalui port 2.0 (gigi 1), port 2.1 (gigi2), port 2.5 (gigi 3), port 2.6 (gigi 4). Driver Motor DC Perencanaan driver motor DC-1 (meng- gerakkan tuas kopling) menggunakan 1 buah transistor PNP dan 1 buah transistor NPN, dimana kedua transistor ini akan mengaktifkan relay 12 volt. Relay inilah yang menghubungkan togangan aki 12 Volt - 5 Ampere dengan motor 30 DC-1. Pada dasarnya porencanaan driver motor DC-2 sama dengan driver motor DC-1, hanya saja pada driver motor DC-2 dibutuhkan relay sebanyak 2 buah schingga dibutuhkan juga 2 buah transistor PNP dan 2 buah transistor NPN. Jenis transistor PNP akan aktif jika diberi logic ‘low’ sedangkan NPN akan aktif Jika diberi logic ‘high. Kemampuan ATS9C51 yang memiliki arus Tor sebesar 1,6 mA inilah yang digunakan untuk ‘mengaktifkan transistor PNP. Rangkaian driver ‘motor DC dapat dijelaskan sebagai berikut : Gambar 12. Dasar Driver Motor DC Prinsip kerja dari rangkaian di atas terletak pada input yang diberikan pada basis transistor pertama, Jika basis transistor pertama (Ql) mendapatkan logic low (Veb1 = 0,7 Volt) sampai QI dalam keadaan saturasi maka arus akan mengalir menuju basis, transistor kedua untuk mengaktifkan transistor kedua (Vbe2 = 0,7 volt). Pada keadaan ini kedua transistor berada dalam kondisi saturasi, yang mengakibatkan relay menjadi aktif dan pada akhirnya motor akan bergerak. Data- Data : Veco —-=5 Volt. Vrelay = 12 Volt - Vee(S.12) 12-02 18V Trelay = 100 mA. 2.2 Perencanaan Software Pereneanaan dan pembuatan software sistem otomatis ini dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu perencanaan timer interrupt software dan software utama. Perencanaan software juga sangat berperan dalam penentuan batas ~ batas perpindahan gigi transmisi baile naik maupun turun, Berikut disertakan bagan flowchart yang mendukung perencanaan dan pembuatan software sistem kontrol : Pengambengan Sistem Tranemial Otomats Paes Sepeda Motor Surst (Flt Paste, ota) ‘Tabel 1. Perencanaan Software dengan Per- Pindahan Gigi Transmisi naik Transmit [Juma 12 pelt 23, 328 3 >=4B ‘Tabel2, Perencanaan Software dengan Per- Pindahan Gigi Transmisi Toran igi Tranemisi_[_Jumiah 43, <=38 32, 1 2 0 External Interrupt Software Dalam microcontroller AT89C51 momiliki dua fasilitas external interrupt, yaitu external interrupt 0 dan external interrupt 1. Hanya external interrupt 1 yang digunakan untuk mendeteksi putaran yang dihasilkan oleh ‘speedometer. Interrupt 1 menghitung pulsa yang dihasilkan oleh sensor putaran roda, dimana setiap 500 milidetik data tersebut diambil dan i-nol-kan Kembali. Proses penghitungan 500 milidetik ini menggunakan fasilitas timer pada microcontroller AT89C51 dengan mode 0. Oleh ‘karena itu hasil dari counter tersebut dikalikan 2 agar didapat pethitungan per detiknya. Timer wT] ¥ ‘Speed Counter = Counter y lee Cont) Gambar 13, Flowchart Wenghitung Speed Counter 3. Hasil Pengujian Pengujian Percepatan Sepeda Motor Pada pengujian ini dilakukan pengukuran waktu yang diperlukan untuk mencapai kecepatan tertentu, dimana kecepatan tersebut digunakan sebagai acuan dari posisi gi transmisi, Tingkat kecopatan untuk tiap per- pindahan gigi sudah terlebih dahulu ditentukan dan sudah di setting pada microcontroller. ‘Tabel 3. Tingkat Kecepatan Pada Setiap Per- pindahan Gigi Transmisi Naik 18 i= 2 7 a= o Tabel 4. Tingkat Kecopatan Pada Setiap Per- pindahan Gigi Transmisi Turun 49 4-3 3-2 2 2-1 3 Pengujian ini dilakukan dalam tiga kondisi yang berbeda yaitu untuk jalan lurus, jalan naik, dan jalan turun, Hel ini bertujuan untuk mengetahui respon kendaraan dengan sistem transmisi manual dan otomatis pada ketiga ‘kondisi tersebut. Pengujian percepatan sepeda motor ini dilakukan dengan menarik kabel gas yang relatif sama, agar dapat diambil nilai rata—rata yang relatif sama pula. Kondisi Jalan Lurus Pengujian ini dilakukan di JI, Raya Jemur- sari, Surabaya. Pengujian dilakukan selama sepuluh kali dan diambil nilai rata-ratanya. Dari data ~data yang diperolch, dapat dihitung tingkat pereepatan dari kecepatan 0-60 Km/ jam. Untuk sistem transmisi manual diperoleh ‘tingkat percepatan rata-rata 1,23 m.s?, sedang- kan untuk sistem otomatis diperoleh tingkat percepatan rata-rata 1,13 m.s?, Gambar 14, Grafik Woktu Yang Ditempuh Pada Jalan Lurus Kondisi Jalan Naik Pengujian ini dilakukan di JLPakis Gunung, Surabaya dengan kemiringan 230°. Pengujian dilakukan selama sepuluh kali dan diambil nilai rata-ratanya. 3t SURWAL TEKNIK MESIN Vo. 6, No.1, Apt! 2004: 25 = 94 Gambar 16. Grafik Waktu Yang Ditempuh Pada Jalen Naik Dari data-data yang diperoleh, dapat dihitung tingkat percepatan dari kecepatan 0 ~ 60 Kmjam.Untuk sistem transmisi_ manual diperoleh tingkat percepatan rata-rata 0,7 m.s?, sedangkan untuk sistem otomatis diperoleh tingkat percepatan rata-rata 0,66 m.s2, Kondisi Jalan Turun Pengujian ini dilakukan di Jl. Mayjen Sungkono, Surabaya dengan._tingkat Kemiringan + 20°. Pengujian dilakukan selama sepuluh kali dan diambil nilai rata — ratanya. Dari data ~data yang diperoleh, dapat dihitung tingkat percepatan dari kecepatan 0 - 60 Km/jam, Untuk sistem transmisi manual diperoleh tingkat percepatan rata-rata 1,67 m.s 2, sedangkan untuk sistem otomatis diperolch tingkat percepatan rate-rata 1,43 m.s?. * o 7 © © w ecepcan Kf) Sa Mend iE Corts ‘Waktu (detik) Gamba 16. Grafik Waktu Yang Ditempuh Pada Jalan Torun Dapat dilihat pada data di atas bahwa adanya selisih waktu antara sistem transmisi ‘manual dengan otomatis yang berkisar antara 1 ~ 2 detik untuk semua Kondisi jalan, dimana tingkat percepatan dari sistem otomatis lebih lambat dibandingkan dengan manual. Hal ini terjadi karena pada sistem transmisi otomatis menggunakan motor DC-1 untuk menggerak- kan tuas kopling, dimana respon dari motor DC = 1 ini lambat. Untuk meneari motor DC yang cepat tapi torsinya besar sangatlah sulit. Pada sistem yang dibuat ini lebih memerlukan torsi yang besar dari motor DC, tapi juga tidak mengesampingkan faktor kecepatan dari motor DC. Pada sistem pemindahan gigi transmisi ‘otomatis ini operasional kopling perlu diubah ‘menjadi manual. Kopling tidak lagi beroperasi secara otomatis menurut tingkat putaran mesin, totapi dikendalikan oleh motor. Pelepasan dan pengkopelan kopling terjadi sesaat sebelum dan sesudah pemindahan gigi transmisi, Dampak perubahan mekaniame pengoperasian kopling ini terasa ketika terjadi perubahan gigi transmisi Kondaraan.sedikit terasa menghentak karena pelepasan dan pengkopelan kopling tidak sinkron dengan tingkat putaran mesin pada saat itu, 4, Kesimpulan 1. Respon dari sistem transmisi otomatis (pada sistem ini) lebih lambat daripada sistem transmisi manual, hal ini dapat dilihat pada tingkat percepatan masing ~ masing sistem untuk mencapai kecepatan 60 Km/jam untuk semua kondisi jalan 2, Motor DC — 1 yang dipakai terlalu lambat sehingga mempengaruhi respon yang lambat dari sistem transmisi otomatis 3. Perlu pengatur mekanisme _pelepas! pengkopel kopling yang mengacu pada tingkat putaran ‘mesin agar tidak ‘erjadi.hentakan pada saat pemindahan gigi teranmisi. 4. Sering terganggunya microcontroller ATS9C51 karena adanya getaran - getaran elektrik (sistem pengapian dan pengisian) yang berupa gangguan medan elektro- magnetik, dan getaran mekanik (getaran dari kerangka) dari sepeda motor dikarenakan umur dari sepeda motor yang sudah usang. Daftar Pustaka 1. Suganda, Hand Kagemaya Pedoman Perawatan Sepeda Motor, Jakarta, PT, Pradnya Paramita, 1984. 2. Sutrisno,0. and Yakob. Petunjuk Kerja ‘Pengerbangen Sate Transm! Otomats Pase Sepede Motor Sutuki (Felix Patil, oa) 3, Terrel, David L. Op Amps Design, Applica- tion and Troubleshooting, Washington, Butterworth-Heinemann, 1996, 4. Williams, Arthur B, Designer's Handbook of Integrated Cirewits, New York, McGraw- Hill, 1989,

You might also like