You are on page 1of 8

Idea Nursing Journal Vol. VII No.

1 2016
ISSN : 2087-2879

KUALITAS HIDUP PASIEN KANKER SERVIKS: PENGALAMAN PASIEN SUKU


BATAK TOBA

Roma Sitio1, Dewi Elizadiani Suza2, Siti Saidah Nasution3


Magister Keperawatan Medikal Bedah
e-mail: sitioroma@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kanker seviks menimbulkan masalah tersendiri bagi perempuan yang mengalaminya karena kanker ini
berhubungan dengan perubahan pada organ reproduksi perempuan sehingga akan berdampak pada
kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna kualitas hidup pasien
kanker serviks: pengalaman pasien suku Batak Toba. Penelitian ini merupakan studi fenomenologi
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan indept interview dan fieldnote. Patisipan berjumlah 12
orang suku Batak Toba yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Wawancara dilakukan di
rumah sakit, peneliti terlebih dahulu melakukan kontrak. Hasil wawancara dianalisis dengan metode
pendekatan Colaizzi. Hasil analisis penelitian ditemukan 6 tema yaitu: perubahan aktivitas fisik, efek
samping terapi, perubahan psikologis, perubahan interaksi sosial, dampak budaya, dan kegiatan
spiritual. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan bagi perempuan yang menderita kanker serviks untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dengan memperhatikan faktor budaya karena budaya dapat mempengaruhi aspek harapan, kesehatan
dan penyakit.
Kata kunci: kualitas hidup, kanker serviks, suku Batak Toba.

ABSTRACT
Cervical cancer has a specific problem in women who undergo it because of the change in their
reproductive organ which will eventually influence their life quality. The objective of the research was
to analyze the meaning of life quality in Batak Toba cervical carcer patients. The research was a
descriptive phenomenological study. The data were gathered by conducting in - depth interviews and
field notes. There were 12 Batak Toba participans, taken by using purposive sampling technique.
Interviews were conducted in the hospital by having cantract before the interviews took place. The
result of interviews was analyzed by using Collaizzi approach. The result of the research showed that
there were six themes: change in physical activity, side effect of the therapy, psychological change,
social interaction change, cultural change and spiritual activity. It is commended that nurses provide
nursing care for cervical cancer women in order to increase their life quality by paying attention to
cultural factor because culture can influence the aspects of hope, health and sickness.
Keywords: Quality of Life, Cervical Cancer, Batak Toba Ethnic Group

PENDAHULUAN d’Oncologia (ICO) Human Papillomavirus and


Kanker serviks merupakan penyebab Related Diseases Report Indonesia (2014) kanker
ketiga paling umum kematian akibat kanker dan serviks menempati peringkat kedua kanker yang
kanker kedua yang paling umum pada paling banyak ditemukan pada wanita Indonesia
perempuan di seluruh dunia (Jemal et al, 2008 setelah kanker payudara.
dalam Clemmens et al., 2008). Menurut World Kanker seviks akan menimbulkan
Health Organization (WHO) tahun 2013 bahwa masalah tersendiri bagi perempuan yang
hampir 70% dari beban global terjadi di daerah mengalaminya karena kanker ini berhubungan
dengan tingkat perkembangan yang lebih rendah, dengan perubahan pada organ reproduksi
dan lebih dari seperlima dari semua kasus baru perempuan yang dianggap sebagai bagian yang
didiagnosis di India. sangat penting bagi perempuan dan sangat
Kanker di Indonesia menempati mempengaruhi kualitas hidup. Kualitas hidup
peringkat ketiga setelah penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu hasil kesehatan yang
dan masalah maternal, perinatal dan nutrisi memungkinkan pemberi layanan kesehatan untuk
(WHO, 2013). Menurut Institut Catala mampu mengatasi masalah yang sedang
34
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016

berlangsung ginekologi pada penderita kanker. acara adat dan tanggung jawab adat dan anak
Konsep kualitas hidup sangat penting untuk laki-laki pembawa nama dalam silsilah
keperawatan, karena perawat secara tradisional kekerabatan dalam masyarakat Batak.
berkaitan dengan perspektif holistik pasien,
dengan fokus pada kelangsungan hidup mereka METODE PENELITIAN
serta kualitas hidup mereka (Ferrans, 2005). Jenis penelitian yang digunakan adalah
Banyak faktor yang mempengaruhi sikap fenomenologi deskriptif. Penelitian ini bertujuan
yang berhubungan dengan kesehatan, salah untuk menggali makna kualitas hidup pasien
satunya adalah budaya. Budaya telah lama kanker serviks khususnya suku Batak Toba.
dikenal sebagai salah satu faktor yang paling kuat Kriteria inklusi partisipan pada penelitian ini
mempengaruhi sikap yang berhubungan dengan adalah partisipan suku Batak Toba, mampu
kesehatan dan keyakinan (Spector, 2004). menceritakan kualitas hidupnya sehingga
Budaya dapat mempengaruhi semua aspek diperoleh informasi yang lebih kaya, bersedia
harapan, kesehatan dan penyakit, sehingga diwawancarai, sukarela, belum memiliki anak
budaya adalah penentu utama dari kualitas hidup laki - laki dan usia produktif. Jumlah partisipan
dan persepsi kualitas hidup yang tertanam dalam hingga mencapai saturasi data berjumlah 12
budaya keyakinan tentang kesehatan (Padilla & orang dengan menggunakan teknik purposive
Kagawa - Singer, 2003). sampling.
Mengenai kebudayaan di Indonesia yang Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
merupakan sebuah negara yang memiliki melalui metode wawancara mendalam dengan
kekayaan aneka ragam budaya. Budaya di alat voice recorder berdasarkan panduan
Indonesia dipengaruhi oleh suku-suku yang ada. wawancara. Panduan wawancara telah dilakukan
Salah satu suku yang mendominasi di Indonesia uji validitas kepada 3 orang expert. Berdasarkan
adalah suku dari Utara pulau Sumatera, yakni Lincoln dan Guba (1985, dalam Polit & Beck,
suku Batak. Suku Batak terdiri dari beberapa 2012). Peneliti melakukan validasi data dengan
fouk, seperti Batak Toba, Simalungun, Karo, beberapa kriteria yaitu derajat kepercayaan
Pakpak, Angkola dan Mandailing (credibility), keteralihan (transferability),
(Koentjaraningrat, 2010). kebergantungan (dependability), kepastian
Suku Batak terkenal sangat menjujung (confirmability), dan keaslian (authenticity).Data
tinggi budaya yang mereka anut (Gultom, 1992). disusun dalam transkip, selanjutnya dilakukan
Banyak nilai - nilai dari suku Batak yang masih analisis data secara content analysis
diterapkan oleh orang Batak dalam menjalani menggunakan pendekatan Collaizi.
kehidupannya. Suku Batak juga memiliki nilai
atau keyakinan yang masih dipegang teguh oleh HASIL DAN PEMBAHASAN
kebanyakan masyarakat atau keluarga berlatar Hasil Penelitian
belakang suku Batak khususnya Batak Toba Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 12
sampai dengan saat in Penelitian oleh Irmawati pasien kanker serviks suku Batak Toba dan
(2002) menyatakan bahwa kekayaan (hamoraon), memenuhi kriteria.Karakteristik demografi dapat
anak (hagabeon) dan kehormatan (hasangapon) dilihat pada tabel 1.
sangatlah penting bagi keluarga Batak Toba. Hal Tabel 1 Karakteristik Demografi Partisipan
ini merupakan bagian dari tujuan hidup Data Demografi Partisipan F %
komunitas Batak Toba. Namun diantara nilai- Umur
nilai tersebut, anak (hagabeon) merupakan nilai 31 - 35 1 7.6
yang paling penting (Lumbantobing, 1992 dalam 36 - 40 1 7.6
≥41 10 76.9
Tambunan 2010). Menurut Lumbantobing Agama
(1992) bahwa masalah anak dalam alam pikiran Islam 4 33.4
etnik suku Batak sangat penting. Jumlah anak Kristen Protestan 8 61.6
dianggap mempengaruhi wibawa orangtua. Status Perkawinan
Menikah 12 100
Menurut Pardosi (1989) dalam Koentjaraningrat Pendidikan Terakhir
(2010) menyatakan beberapa faktor yang SMP 1 7.6
menyebabkan masyarakat Batak Toba SMA 10 76.9
menginginkan anak laki-laki yaitu anak laki-laki Sarjana 1 7.6
dianggap penerus keturunan (marga ayah), anak Pekerjaan
IRT 9 75
laki-laki dapat menggantikan kedudukan dalam
35
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016

Wiraswasta 1 7.6 “mual-mualnya ini, kalau kemo pertama,


Guru honorer 1 7.6 kedua, ketiga gak ada, gak ada mual-mual,
PNS 1 7.6
Mulai terdiagnosa kanker serviks keempat semalam, mual kali…” (P5)
<1 tahun 10 76.9 “…kira – kira 4 jam setelah kemoterapi
≥1 tahun 2 15.3 mulailah saya mual” (P6)
Terdiagnosa pada stadium Sedangkan partisipan enam dan pasien sepuluh
I 1 7.6
II 5 38.4
mengatakan mengalami muntah sejak menjalani
III 6 50 terapi kemoterapi dan radiasi
Jenis pengobatan kanker “kalau mualnya berat saya sampai muntah”
Operasi 2 15.3 (P6)
Kemoterapi dan radiasi 9 75 “…kalau udah mual keluar muntah, apa
Belum mendapat terapi 1 7.6 yang dimakan itulah yang keluar…” (P10)
kanker
Partisipan mengungkapkan tidak selera makan
Hasil penelitian ini menemukan 6 tema “selera makannya gak ada terus mau
yaitu perubahan aktiviatas fisik, efek samping kemana-mana pun malas” (P5)
terapi, perubahan psikologis, perubahan interaksi “Makan sedikit sekitar 3 - 4 sendok sekali
sosial, dampak budaya, dan kegiatan spiritual. makan” (P6)
Tema 1 Perubahan Aktivitas Fisik Salah satu efek terapi yang dialami partisipan
1. Peran dalam keluarga adalah lemas dan kelelahan
Berdasarkan data yang diperoleh pada “Saya masih lemas dan mudah lelah
penelitian ini, partisipan mengungkapkan adanya makanya saya sering tiduran” (P1)
perubahan peran dalam keluarga. “badan terasa lemah dan kelelahan padahal
“saya kebanyakan tidur ditempat tidur saya tidak mengerjakan apa - apa” (P2)
aja..gak bisa ngerjain pekerjaan rumah lagi Rasa nyeri yang dirasakan partisipan saat
lah seperti dulu” ( P6) melakukan hubungan seksual
“saya hanya bisa nyapu - nyapu rumah “Sakit saat melakukan hubungan suami
gitu,ngurus anak dan bantu - bantu urus istri” (P1)
rumah mamak saya (P9) Rambut rontok dialami oleh dua orang.
“ya berubahlah, sekarang ga bisa lagi Pernyataan ini sesuai dengan kutipan wawancara
marorot (merawat) anak dan pardijabu (ibu berikut:
rumah tangga) yang baik” (P12) “…sejak siklus pertama kemoterapi rambut
Informan kunci pada penelitian ini saya sudah botak” (P8)
mengungkapkan: “rambut rontok ada tapi gak sampai botak”
“seorang ibu pada keluarga suku Batak (P10)
Toba itu mempunyai tugas dan tanggung Sementara dua partisipan berikut mengalami
jawab sendiri yaitu manuturi, marorot anak,
penurunan berat badan, berikut kutipan
sirongkap ni tondi, parsonduk bolon,
dongan saripe dan ina soripada wawancaranya:
dikeluarganya”. “...sebelum masuk berat saya 85 kilo dan
2. Aktivitas seksual sekarang 74 kilo” (P8)
Partisipan mengatakan mengalami gangguan saat “kalau dulu sebelum berobat kerumah sakit
melakukan aktiviatas seksual. berat saya 64 kg tapi sekarang tinggal 52
“…ada darah waktu kami melakukan
kg” (P9)
hubungan badan” (P1)
“…asal mulanya pada saat saya Berbeda dengan partisipan yang lain, partisipan
berhubungan dengan suami, disitulah delapan ini mengatakan sulit buang air besar. Hal
darahnya keluar” (P9) tersebut diungkapkan seperti pada kutipan
Tema 2 Efek Samping Terapi wawancara berikut ini:
1. Fisik “sulit buang air besar dan warnanya seperti
Sebagian besar partisipan yang menjalani terapi hangus terbakar… (P8)
kemoterapi dan radioterapi mengalami gangguan Sebagian besar partisipan mengatakan
pada sistem pencernaan seperti rasa mual. kemungkinan tidak bisa hamil dan melahirkan
“mual - mual trus, tapi gak ada yang mau lagi setelah mendarita kanker serviks dan setelah
dimuntahkan” (P3)
36
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016

menjalani terapi kanker serviks. Berikut hasil keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh
kutipan wawancaranya: beberapa patisipan berikut ini:
“kata dokter apakah kemungkinannya kecil “saya pun mengerti kenapa suami saya
untuk punya anak lagi apalagi setelah menelepon pun jarang, nanya kabar saya”
kemoterapi dan sinar saya akan dioperasi” (P1)
(P1) “keluarga suami gak pernah nanya ntah mau
“…sakit kanker gini mana mungkin lagi bisa diapai aku…” (P4)
punya anak” (P2) “dia sering membentak saya, memang tidak
“saya kan udah operasi, rahim saya udah pernah memukul saya tapi sering
diangkat jadi gak mungkin punya anak mengacuhkan saya kalau saya bertanya
lagi” (P5) sesuatu padanya…” (P6)
Tema 3 Perubahan Psikologis 2. Interaksi dengan masyarakat
1. Menangis Selain berdampak pada interaksi partisipan
Partisipan mengungkapkan hanya bisa menangis dengan keluarga, kanker serviks juga berdampak
karena kondisinya, berikut ini kutipan pada interaksi partisipan dengan perkumpulan
wawancaranya: sosial dimasyarakat, berikut ini adalah kutipan
“saya hanya bisa nangis tapi yang paling wawancaranya:
kasihan ya suami saya” (P1) “kayak serikat-serikat parna, ronatio, arisan
“bagaimana tidak menangis bu, dada saya ini boru samosir boru bere udah dua bulan ini
terkadang terasa sesak kalau aku gak ikut…” (P3)
saya sudah memikirkan tentang penyait saya “gak bisa seperti dulu, dulu saya aktif ikut
ini, tentang anak, suami …” (P6) kegiatan STM marga suami dilingkungan
2. Cemas kami…” (P9)
Partisipan merasa cemas dengan kondisinya saat Tema 5 Kegiatan Spiritual
ini, berikut kutipan wawancaranya: 1. Berdoa
“saya cemas dan sering bertanya dalam hati Kanker serviks juga berdampak pada pelaksanaan
bisa sembuh apa tidak..” (P2) beribadah partisipan. Beberapa partisipan
“cemas menghadapi semua ini apalagi mengatakan tidak dapat beribadah ke
penyakit saya ini kan kambuh lagi…” (P5) mesjid/gereja tetapi hanya berdoa setelah
“perasaan saya udah pasti sangat cemas saat terdiagnosa kanker serviks seperti ungkapan
ini karena saya gak mengerti tentang penyakit partisipan berikut ini:
yang saya alami ini…” (P7) “…sholat agak terganggu sejak masuk rumah
3. Takut sakit ini, palingan saya ini berdoa sambil
Rasa takut dialami oleh partisipan nangis” (P1)
“saya takut soalnya setiap berhubungan “memang aku gak bisa ke gereja kan karena
suami istri selalu keluar darah…” (P9) sejak kesini gak pernah kegereja…” (P3)
“saya sangat takut saat ini, namanya kita “saya berdoa pada Tuhan, saya sering
wanita yang diangkat peranakan sementara berdoa sambil nangis - nagis agar Tuhan
anak laki- laki saya belum ada, bisa aja kan menolong…” (P6)
suamiku nanti kawin lagi” (P7) 2. Harapan
Berdasarkan informasi dari informan kunci Mayoritas partisipan mengatakan memiliki
bahwa seorang anak laki - laki sangat diharapkan harapan besar untuk kesembuhannya.
pada suku Batak Toba. “harapan saya bisa sembuh dan bisa hamil
“pada suku Batak Toba anak laki - laki itu lagi dan punya anak laki - laki seperti
sebagai penerus keluarga sehingga apa kemauan mertua dan keluarga…” (P1)
pun akan dilakukan demi mendapatkan anak “sehatlah aku, bisalah sehat dan panjang
laki - laki termasuk menikah lagi, sehingga umur itu aja…” (P3)
banyak istri yang merasa takut apabila tidak Tema 6 Dampak Budaya
bisa melahirkan anak laki - laki karena takut 1. Makna Anak Laki - laki
suaminya kawin lagi atau diceraikan. Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian
Tema 4 Perubahan Interaksi Sosial ini, mayoritas partisipan mengatakan bahwa anak
1. Interaksi dengan keluarga laki - laki merupakan penerus marga dalam
Kanker serviks yang dialami oleh pertasipan keluarga. Berikut kutipan hasil wawancaranya:
berdampak pada hubungan Partisipan dengan
37
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016

“…tuntutan orang tua suami yang harus Lemahnya fisik, pusing, dan seringnya
punya anak laki - laki lah, mamboan marga darah yang dikeluarkan merupakan hambatan
kek gitulah di adat Batak ini mamboan marga partisipan untuk melakukan peran yang selama
katanya” (P1) ini dijalankannya. Peran sebagai ibu, istri, dan
“kami angkat anak laki - laki sejak kecil biar peran dalam mengurus rumah tangga harus
ada penerus marga suami marga diserahkan kepada orang lain (Susanti, Yani &
Tampubolon…” (P2) Afiyanti, 2011).
“Mamak kandungku justru keberatan Hal ini sejalan dengan kondisi partisipan
katanya pengen punya cucu laki - laki biar dalam penelitian ini bahwa sebagian besar
sumaiku tidak selingkuh dan kawin lagi partisipan mengalami perubahan peran dalam
katanya…” (P4) keluarga yaitu berupa adanya perubahan sebagai
2. Melakukan acara adat mangupa - upa seorang ibu dan istri. Sementara pada suku Batak
(memberi makan) dan mangulosi (memberi Toba terdapat beberapa istilah untuk menyebut
ulos) istri dalam bahasa Batak Toba yaitu: 1) sirongkap
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian ni tondi yaitu belahan jiwa/sukma, yang tercinta,
ini, satu orang partisipan mengungkapkan yang sehati sepikiran 2) tunggane boru/
melakukan acara mangupa - upa dan mangulosi. tungganenta yaitu wanita/pasangan yang
Berikut kutipan hasil wawancaranya: sepadan/serasi 3) paniaran yaitu wanita yang
“saya dulu dikasih makan sama suami dan melahirkan anak marga 4) parsonduk/parsonduk
keluarga istilahnya diupa - upa kemudian bolon yaitu ibu rumah tangga, nyonya rumah
dikasih ulos karena menderita sakit kanker 5) dongan saripe yaitu pendamping/pasangan
ini…” (P12) hidup berkeluarga 6) ina soripada yaitu ibu yang
Berdasarkan informasi dari informan kunci mengasuh, menjaga dan mendidik anak
bahwa seseorang yang mendapat musibah sering 7) pardijabu yaitu yang menata/memelihara/
dilakukan acara adat upa - upa kemudian diulosi mendiami rumah (ibu rumah tangga)
(diberikan ulos). Berikut kutipan wawancaranya: 8) pardibagas yaitu yang menata mengasuh
“bagi suku Batak Toba, kalau ada yang keluarga 9) pardihuta yaitu yang tinggal dan
mendapat musibah seperti kecelakaan, bersosialisasi di lingkungan kediaman
menderita suatu penyakit yang sudah parah, 10) tuan boru yaitu wanita yang dihormati/
biasanya dilakukan acara adat seperti diupa - dituakan dalam keluarga inti 11) boru ni
upa kemuadian sebagian ada yang dikasih raja/boru ni raja i yaitu wanita terhormat, dan
ulos dengan harapan agar tondinya kembali 12) siadopan, ina siadopan, inang siadopan yaitu
ke badan sehingga semangatnya kembali wanita yang selalu dihadapi, yang selalu
pulih dan cepat sembuh”. berhadap - hadapan (Koentjaraningrat, 2002).
3. Mendatangi datu / namalo (dukun) Gejala fisik yang sering dialami klien
Dua orang partisipan pada penelitian ini pada kanker serviks dengan stadium lanjut
mengungkapkan sering mendatangi si datu setelah menjalani terapi adalah nyeri, fatigue,
(namalo) saat menderita suatu penyakit. serta penurunan kemampuan fungsi tubuh secara
“ pertama kali didiagnosa sakit kanker aku keseluruhan. Seluruh gejala fisik ini akan
nggak bisa terima makanya aku pergi ke menimbulkan ketidaknyamanan sehingga akan
dukun, istilahnya sama kami datu” (P3) memperberat ansietas, depresi dan gejala
“sebelum menjalani kemoterapi, saya pergi ke kelainan mental pada klien (Otto, 2001).
datu istilahnya sama kami itu namalo untuk Depresi mendapatkan perhatian khusus
memeriksa kondisiku betul tidak penyakit dalam beberapa penelitian yang terkait dengan
kanker…” (P12) kualitas hidup. Sequelae umum mengganggu
Berdasarkan informasi dari informan kunci aspek psikologis kehidupan penderita kanker
bahwa seseorang yng menderita suatu serviks meliputi ketidakpastian di masa depan,
penyakit sering berobat ke datu (dukun). kehilangan kesuburan, takut kekambuhan,
“masih banyak masyarakat suku Batak Toba kesusahan, kecemasan, depresi, perubahan
terutama masyarakat dipadalaman yang konsep diri seperti berkurangnya rasa percaya
mempercayai datu (dukun) untuk tempat diri, dan pengalaman diubah sebagai perempuan
berobat”. (Bradley et al., 2006; Giwa et al., 2004). Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
PEMBAHASAN Clemmens et al. (2008) yang menyatakan bahwa
38
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016

semuam partisipan melaporkan shock dan takut dalam nilai ini selanjutnya adalah bagi orang tua
mereka pada saat mereka di diagnosis. Mereka anak laki - laki adalah penerus keturunannya,
ingat informasi yang sangat rinci, konteks, kata- sehingga anak laki - laki sering disebut sebagai
kata yang diucapkan, dan apa yang terjadi di hari sinuan tunas, artinya tunas yang baru. Ungkapan
mereka di diagnosis. ini memperlihatkan bahwa anak laki - laki
Kanker serviks menimbulkan masalah memiliki keistimewaan dalam pandangan orang
tersendiri bagi wanita yang mengalaminya karena tua, terlihat pula dari perbandingan jumlah anak
kanker ini berhubungan dengan perubahan pada laki - laki yang diinginkan lebih banyak dari anak
organ reproduksi yang dianggap sebagai bagian perempuan (Tambunan, 2010).
yang sangat penting bagi perempuan. Menurut Jika seseorang mati tidak mempunyai
penelitian yang dilakukan oleh Greimel et all. anak laki - laki, kesinambungan generasinya akan
(2009) tentang kualitas hidup dan fungsi seksual putus. Oleh sebab itu menjadi hal yang wajar jika
setelah terapi kanker serviks mengungkapkan seorang suami tidak memiliki anak laki - laki dari
bahwa keluhan vagina menjadi sempit secara seorang istri, kemudian akan kawin lagi
signifikan lebih tinggi ditemukan pada (Lumbantobing, 1992). Hal ini lah yang menjadi
perempuan yang menjalani radioterapi salah satu penyebab pada komunitas suku Batak
dibandingkan kelompok lain yang menjalani Toba mengapa harus memiliki anak laki - laki.
terapi histerektomi dan kemoterapi. Perubahan fisik penderita kanker
Penelitian yang dilakukan oleh Anderson serviks dapat mempengaruhi kondisi
& Lutgendorf (1997) bahwa histerektomi dapat psikologis penderitanya. Faktor lain yang
menyebabkan perempuan kehilangan fungsi dapat mempengaruhi perubahan psikologis
menstruasi, infertil dan disfungsi seksual. adalah adanya gejala fisik akibat terapi.
Berbagai perubahan ini disebabkan oleh
perubahan vaskuler pada kulit yang terkena
Gejala yang semakin berat menyebabkan
radiasi saat pemberian brachytherapy sehingga kualitas hidup berkurang dan meningkatkan
menyebabkan atropi vagina serta adanya keluhan gejala depresi. Gejala fisik yang sering
vagina menjadi kering dan nyeri saat dialami klien pada kanker serviks dengan
berhubungan seksual (Otto, 2001). stadium lanjut setelah menjalani terapi adalah
Radioterapi pada kanker serviks akan nyeri, fatigue, serta penurunan kemampuan
menyebabkan kerusakan sel pada jaringan yang fungsi tubuh secara keseluruhan. Seluruh
terkena sinar radiasi, diantaranya adalah ovarium. gejala fisik ini akan menimbulkan
Kehilangan fungsi ovarium menyebabkan ketidaknyamanan sehingga akan
hilangnya fungsi beberapa hormon seperti memperberat ansietas, depresi dan gejala
estrogen dan progesteron. Hal ini dapat
kelainan mental pada klien (Otto, 2001).
menyebabkan risiko terjadinya menopause dini
Kondisi fisik dan terapi yang dijalani
pada perempuan yang mendapat radioterapi
oleh penderita kanker serviks menyebabkan
(Anderson & Lutgendorf, 1997; Ester, 2000).
perubahan interaksi sosial. Kemampuan dan
Pada penelitian ini, semua partisipan
keberadaan orang yang berarti dalam menghadapi
tidak memiliki anak laki - laki sementara salah
diagnosa dan terapi secara signifikan dapat
satu keyakinan yang terkandung dalam filsafah
berpengaruh terhadap pandangan perempuan
yang juga masih dipegang teguh oleh suku Batak
terhadap dirinya dan potensial bertahan dalam
Toba adalah sebuah tujuan hidup yang lebih
menghadapi penyakitnya. Seseorang yang
dikenal dengan istilah 3H, yaitu hagabeon
mempunyai dukungan dan hubungan dekat
(kebahagiaan dalam keturunan), hamoraon
dengan keluarga dan teman serta masyarakat
(kekayaan) dan hasangapon (kemuliaan dan
akan mampu untuk menggunakan koping yang
kehormatan).
efektif.
Bagi suku Batak Toba, kebahagiaan
Penelitian yang dilakukan oleh Mattioli
dalam berketurunan (gabe) ini terasa lengkap
et al. (2008) tentang harapan dan dukungan sosial
dalam sebuah keluarga apabila keluarga itu
pada penderita kanker mengungkapkan bahwa
memiliki anak laki - laki dan perempuan. Sebuah
banyaknya dukungan yang diperoleh dari
keluarga Batak belum dikatakan gabe kalau
keluarga, teman dan petugas kesehatan sangat
hanya memiliki anak laki-laki atau hanya ada
berpengaruh.
anak perempuannya saja (Harahap & Siahaan
dalam Irmawati, 2007). Menjadi penekanan
39
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016

Perubahan kondisi fisik yang dialami kesehatan dan penyakit, sehingga budaya adalah
oleh partisipan menyebabkan beberapa partisipan penentu utama dari kualitas hidup dan persepsi
pada penelitian ini mendatangi si datu (namalo) kualitas hidup yang tertanam dalam keyakinan
saat menderita suatu penyakit. Hal ini sesuai tentang kesehatan.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fenomena tentang kualitas hidup
Situmorang (2009) bahwa pengobatan oleh perempuan yang menderita kanker serviks
seorang namalo kerap dilakukan disebuah memberikan pengetahuan tentang pengalaman
ruangan khusus (kamar) yang memang sudah berbeda yang diungkapkan oleh tiap perempuan
dikhususkan untuk ruangan pengobatan. Ada yang mengalaminya. Hal ini mendorong untuk
juga yang dilakukan ditempat - tempat tertentu mengembangkan asuhan keperawatan pada
yang dianggap sakral dan sepi. Hal ini untuk bisa perempuan yang menderita kanker serviks dan
melakukan konsentrasi karena kebudayaan itu menjalani terapi demi untuk meningkatkan
melengkapi manusia dengan cara-cara kualitas hidup khususnya pada perempuan yang
penyesuaian diri pada kebutuhan - kebutuhan berbeda suku.
fisiologis dari badan mereka sendiri, dan Pada penelitian ini ditemukan domain
penyesuaian pada lingkungan yang bersifat fisik - dampak budaya sementara secara konseptual,
geografis maupun pada lingkungan sosialnya. kualitas hidup pasien kanker hanya ada empat
Dengan perkataan lain tempat ritual dilakukan domain yaitu fisik, psikologis, sosial dan spiritual
dengan memperhatikan keadaan sekitar, tidak untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
boleh ribut. tentang kualitas hidup perempuan yang menderita
kanker serviks berdasarkan suku - suku yang ada
KESIMPULAN DAN SARAN di Indonesia dengan menggunakan metode
Kesimpulan pendekatan grounded theory untuk menghasilkan
Empat dimensi kualitas hidup pasien teori dan konsep tentang kualitas hidup
kanker yaitu: dampak fisik, psikologis, sosial dan perempuan kanker serviks ditinjau dari adat dan
spiritual. Sementara pada penelitian ini, peneliti budaya yang berbeda.
menemukan dimensi dampak budaya dengan sub
tema makna anak laki - laki, melakukan upacara DAFTAR PUSTAKA
adat mangupa - upa dan mangulosi, mendatangi Anderson, B., & Lutgendorf, S. (1997). Quality
datu / namalo (dukun). Pada pada suku Batak of life in gynecologic cancer survivors.
Toba makna anak laki - laki pada adalah sebagai Cancer Journal for Clinicians, Vol : 47.p.
penerus marga (mamboan marga) bapaknya, 218-225.
sebagai penambah sahala (wibawa) orangtuanya, Bradley, S., Rose, S., Lutgendorf, S., Costanzo,
ahli waris, pelaksana upacara adat, pembawa E., & Anderson, B. (2006). Quality of life and
rejaki dan pengambil keputusan sehingga sebuah mental health in cervical and endometrial
keluarga pada suku Batak Toba belum dikatakan cancer survivors. Gynecologic Oncology, 100
gabe (lengkap) kalau hanya memiliki anak laki - (3), 479-486.
laki atau hanya ada anak perempuannya saja. Clemmens, D. A., Knafl, K., Lev, E. L., &
Pada suku Batak Toba, apabila seseorang McCorkle, R. (2008). Cervical cancer:
yang mendapat musibah seperti mengalami patterns of long-term survival. Oncology
kecelakaan, menderita suatu penyakit sering Nursing Forum, 35 (6), 897-903.
dilakukan acara adat mangupa - upa kemudian Ester. (2000). Rencana asuhan keperawatan
diberikan ulos dengan tujuan untuk onkologi. Jakarta: EGC
mengembalikan semangat dan sembuh seperti Ferrans, C. E. (2005) Quality of life as an
semula. outcome of cancer care. In C.H. Yarbo, M.H.
Frogge, & M. Goodman (Eds.), Cancer
Saran nursing: Principles and practice (6th ed).
Pelayanan keperawatan diharapkan dapat Sudbury: Jones and Bartlett Publishers.
memberikan pelayanan keperawatan bagi Giwa, K. T. et al., (2004). The impact of cervical
perempuan yang menderita kanker serviks untuk cancer and dysplasia: A qualitative,
meningkatkan kualitas hidupnya dengan multiethnic study. Psycho-Oncology, 13 (10),
memperhatikan faktor budaya karena budaya 709-728.
dapat mempengaruhi semua aspek harapan,

40
Idea Nursing Journal Vol. VII No. 1 2016

Gultom, R. D. J. (1992). Dalihan na tolu nilai World Health Organization (WHO). International
budaya suku batak. Medan: CV Armandes. Agency for Research on Cancer (2013).
Greimel. et al., (2009). Quality of life and sexual Diperoleh pada tanggal 24 Desember 2014
functioning after cervical cancer treatment: a dari http://www.iarc.fr/.
long-term follow-up study. Psycho-Oncology.
Vol:18, p. 476–482
Institut Catala d’Oncologia (ICO) Human
papillomavirus and related diseases report
indonesia (2014). Diperoleh tanggal 24
Desember 2014 dari http://www.
hpvcentre.net.
Irmawati. (2002). Motivasi berprestasi dan pola
pengasuhan pada suku bangsa batak toba dan
suku bangsa melayu (Tesis). Jakarta: Fakultas
Psikologi UI.
. (2007). Nilai - nilai yang mendasari
motif - motif penentu keberhasilan suku batak
toba (Disertasi). Jakarta: Fakultas Psikologi
UI.
Koentjaraningrat. (2002). Pengantar ilmu
antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2010). Manusia dan
kebudayaan di indonesia. Jakarta: Djambatan.
Lumbantobing, A. (1992). Makna wibawa
jabatan dalam suku batak. Jakarta : BPK
Gunung Mulia
Mattioli, et al., (2008). The Meaning of hope and
social support in patients receiving
chemotherapy. Oncology Nursing Forum .
Vol : 35(5),p.822-829
Otto, E, S. (2001). Oncology Nursing (4th ed).
Philadelphia: Mosby.
Padilla, G. V., & Kagawa-Singer, M. (2003).
Quality of life and culture. In C.R. King, &
P.S. Hinds (Eds.) Quality of Life: From
Nursing and Patients Perspectives (3th ed).
117-142.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing
Research: Generating and assessing evidence
for nursing practice. (9th ed). Lippincott
Williams & Wilkins.
Spector, R. E. (2004). Cultural diversity in health
and illness (6th ed.) New York: Prentice Hall
Health.
Susanti, D. D., Yani, A. Y. S., & Afiyanti, Y.
( 2011). Pengalaman spiritual perempuan
dengan kenker serviks. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 14 (1), 15 - 22
Tambunan. (2010) Perubahan fungsi dan makna
anak laki - laki pada komunitas batak toba -
kristen suatu kajian antropologis pada
masyarakat desa cinta damai kecamatan
percut sei tuan (Tesis). Universitas Medan.

41

You might also like