You are on page 1of 6

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT ARTERI PERIFER DENGAN

FAKTOR RISIKO KARDIOVASKULAR


PADA PASIEN DM TIPE 2

1
Maria Simatupang
2
Karel Pandelaki
2Agnes L. Panda

1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP. Prof. Dr. R.D Kandau Manado
Email: ikaveronika_simatupang@ymail.com

Abtract: Peripheral arterial disease (PAD) is one of the complications that occurs in patients
with type 2 diabetes mellitus due to the process of atherosclerosis. Age, hypertension, obesity,
LDL cholesterol, and smoking are the cardiovascular risk factors that can be found in diabetes
patients. Ankle brachial index (ABI) is a simple way to confirm the diagnosis of PAD. This
study used a cross sectional design. The subjects numbered 100 patients with type 2 diabetes
mellitus who were examined in the Metabolic Endocrine Clinic of Prof. Dr. R.D Kandou
Hospital. Data of variables were based on the patients’ medical records, interviews about
smoking, and blood pressures measured on legs and arms in a supine position. A Chi-square
test showed that there was a correlation between blood pressure and ABI values (P = 0.049).
Moreover, there was no correlation between risk factors of age (P = 0.144), obesity (P =
0.488), LDL cholesterol (P = 0.197), and smoking (P = 0.512) with ABI values. Multivariate
analysis showed that there was a significant correlation between blood pressures and ABI
values (P = 0.037). Conclusion: From all the examined cardiovascular risks, the most
correlated with the incidence of PAD in patients with type 2 diabetes mellitus was blood
pressure.
Keywords: cardiovascular risk factors, PAD, type 2 diabetes mellitus

Abstrak: Penyakit Arteri Perifer (PAP) merupakan salah satu komplikasi yang terjadi pada
pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) akibat proses aterosklerosis. Usia, hipertensi, obesitas,
kadar kolesterol LDL dan merokok merupakan faktor risiko kardiovaskular yang dapat
ditemukan pada pasien diabetes. Ankle Brachial Index (ABI) merupakan cara sederhana untuk
mendiagnosis PAP. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 100 pasien DMT2 yang melakukan pemeriksaan di Poliklinik
Endokrin Metabolik RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. Pengukuran variabel berdasarkan
pada catatan rekam medik pasien, anamnesis riwayat merokok, dan pengukuran nilai tekanan
darah kaki maupun tangan dalam posisi berbaring. Uji chi-square menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara tekanan darah dan nilai ABI (P = 0,049), sedangkan
faktor risiko usia (P = 0,144), obesitas (P = 0,488), kolesterol LDL (P = 0,197) dan riwayat
merokok (P = 0,512) tidak didapati adanya hubungan. Analisis multivariat, menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tekanan darah dengan nilai ABI (P =
0,037). Simpulan: Dari semua faktor risiko kardiovaskular yang di teliti, tekanan darah yang
paling berhubungan dengan kejadian PAP pada pasien DMT2.
Kata kunci: DMT2, faktor risiko kardiovaskular, PAP

7
8 Jurnal e-CliniC (eCl), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 7-12

Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) merupa- protein).11


kan penyakit kronik dan kompleks yang DMT2 dipercayai merupakan kontri-
melibatkan berbagai defek patofisiologis.1 busi terjadinya risiko peningkatan PAP. Pa-
Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi sien DM lebih sering mendapatkan faktor
pada tingkat pembuluh darah kecil (mikro- risiko tambahan PAP pada peningkatan
vaskular) dan pembuluh darah besar (makro- tekanan darah, trigliserida, dan kolesterol
vaskular) yaitu pembuluh darah serebral, (LDL), serta kelainan lipid lainnya. Tingkat
pembuluh darah koroner, dan pembuluh da- keparahan DM sangat berperan penting
rah perifer.1,2 dalam terjadinya PAP, yang juga ber-
Indonesia kini telah menduduki pe- hubungan dengan kejadian kardiovaskular.5
ringkat keempat jumlah penyandang DM
terbanyak setelah Amerika Serikat, China,
METODE PENELITIAN
dan India.3 WHO memrediksi adanya pe-
ningkatan jumlah penyandang diabetes Penelitian ini bersifat deskriptif analitik
yang cukup besar pada tahun-tahun men- dengan pendekatan cross sectional yang
datang yaitu di Indonesia dari 8,4 juta pada dilaksanakan di Poliklinik Endokrin Meta-
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada bolik Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP
tahun 2030.3,4 Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama
Tingkat keparahan DMT2 berperan bulan November 2012.
penting dalam terjadinya Penyakit Arteri Populasi ialah pasien DM tipe 2
Perifer (PAP).5 DMT2 akan meningkatkan (DMT2) yang datang melakukan peme-
risiko baik PAP asimtomatik maupun PAP riksaan kesehatan rawat jalan di Poliklinik
simpomatik sebesar 1,5-4 kali lipat dan Endokrin Metabolik. Sampel ialah total
berhubungan dengan kejadian kardiovas- populasi yang memenuhi kriteria inklusi
kular dan mortalitas pada individu dengan selama periode yang ditentukan.
PAP.5 Sekitar 75% penyandang DMT2 Kriteria pengambilan sampel terdiri
akhirnya meninggal karena penyakit vas- dari kriteria inklusi, yaitu pasien DMT2
kular.6 yang mencantumkan data lengkap, berupa
Pada DMT2, dapat ditemukan faktor usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi ba-
risiko kardiovaskular seperti: resistensi dan, kadar kolesterol LDL, tekanan darah,
insulin, hiperinsulinemia, dislipidemia, hi- dan riwayat merokok. Kriteria eksklusi, ya-
pertensi, dan obesitas viseral.7 Keadaan itu pasien dengan riwayat penyakit jantung
yang sangat multifaktorial ini menyebab- dan pasien yang menolak menjadi responden.
kan insidens penyakit kardiovaskular pada Definisi operasional dan cara peng-
DMT2 tinggi dan terus meningkat bila ukuran variabel yaitu: usia berdasarkan
pengelolaannya tidak komprehensif.7 Me- tanggal lahir yang tercantum direkam me-
kanisme terjadinya PJK pada DMT2 sangat dik; jenis kelamin dibedakan antara pasien
kompleks, salah satunya yaitu pembentuk- laki-laki dan perempuan; obesitas berda-
an lesi aterosklerotik.8 Prevalensi penyakit sarkan pada rekam medik, pengukurannya
aterosklerosis perifer meningkat pada pada berdasarkan pada Indeks Massa Tubuh
kasus DMT2, hiperkolesterolemia, hiper- (IMT)12; kadar kolesterol Low Density
tensi, hiperhomosisteinemia dan perokok.9,10 Lipoprotein (LDL) berdasarkan rekam
Uji Ankle Brachial Index (ABI) di- medik, tanpa penyakit kardiovaskular
gunakan untuk menjelaskan ada tidaknya (<100 mg/dL) dan dengan penyakit kardio-
PAP, dan juga digunakan untuk menilai vaskular (<70 mg/dL)4; hipertensi berdasar-
tingkat keparahan PAP.9,11 Nilai ABI yang kan rekam medik menurut kriteria Joint
rendah berhubungan dengan risiko yang le- National Commitee on the prevention,
bih tinggi. Nilai ABI dapat menjadi pre- detection, evaluation and treatment of high
diktor yang akurat untuk pasien dengan blood pressure (JNC-VII);13 riwayat
PJK (seperti kadar kolesterol darah, kadar merokok didapatkan dari anamnesis; dan
kalsium jantung, dan kadar C-reaktif PAP melalui pengukuran ABI yaitu per-
Simatupang, Pandelaki, Panda; Hubungan antara Penyakit Arteri Perifer... 9

bandingan antara tekanan darah sistolik terdapat 7 orang (63,6%) dengan kadar
ankle dan sistolik brachial, interpretasi kolesterol LDL normal memiliki nilai ABI
nilai ABI menurut American Collage of normal, sedangkan pasien dengan nilai ABI
Cardiologi (ACC)/American Diabetes Asso- tidak normal hanya 4 orang (36,4%). Pa-
ciation (ADA).14,15 sien dengan kadar kolesterol LDL mening-
Analisis data dengan menggunakan kat terdapat 71 orang (79,8%) dengan nilai
program komputerisasi SPSS versi 20, ABI normal dan 18 orang (20,2 %) dengan
dilakukan uji bivariat menggunakan chi- nilai ABI tidak normal. Nilai P = 0,197
square, pemilihan variabel multivariat, uji menunjukkan tidak terdapat hubungan ber-
multivariat menggunakan regresi logistik makna antara kadar kolesterol LDL dan
berganda, pengujian model akhir, inter- nilai ABI.
pretasi, dan penyajian data. Pada penelitian ini terdapat 48 orang
(78,7%) yang tidak merokok memiliki nilai
ABI normal, sedangkan 13 orang (21,3%)
HASIL PENELITIAN
yang tidak merokok memiliki nilai ABI
Pada penelitian ini jumlah pasien tidak normal. Pasien dengan riwayat me-
DMT2 yang berkunjung di Poliklinik rokok terdapat 30 orang (76,9%) dengan
Endokrin Metabolik selama periode nilai ABI normal dan 9 orang (23,1%)
November 2012 sebanyak 548 orang, dan dengan nilai ABI tidak normal. Nilai P =
diambil 100 orang yang memenuhi kriteria 0,512 menunjukkan tidak terdapat hubung-
inklusi. Terdapat 37 orang (84,1%) berusia an bermakna antara variabel riwayat mero-
≤59 tahun dengan nilai ABI normal dan kok dan nilai ABI.
hanya 7 orang (15,9%) dengan nilai ABI Mendahului uji terhadap seluruh varia-
tidak normal. Pada pasien usia lanjut (≥60 bel, dilakukan seleksi variabel yang me-
tahun) terdapat 41 orang (73,2%) dengan menuhi syarat untuk dilanjutkan dalam mo-
nilai ABI normal dan 15 orang (26,8%) del multivariat. Hasil seleksi dihitung ber-
dengan nilai ABI tidak normal. Nilai P = dasarkan uji regresi logistik berganda yang
0,144 menunjukkan bahwa tidak terdapat menunjukkan bahwa semua variabel bisa
hubungan bermakna antara variabel usia diikutsertakan dalam model multivariat
dan nilai ABI. (Tabel 1).
Data penelitian ini memperlihatkan ter- Hasil model awal multivariat menun-
dapat 34 orang (89,5%) dengan tekanan da- jukkan bahwa nilai P < 0,05 hanya terdapat
rah normal memiliki nilai ABI normal dan pada variabel tekanan darah, sedangkan
hanya terdapat 4 orang (10,5%) dengan variabel yang lain tidak berhubungan ber-
ABI tidak normal, sedangkan pada pasien makna (Tabel 2).
hipertensi terdapat 44 orang (71,0%) de- Pada pemodelan selanjutnya dikeluar-
ngan ABI normal dan 18 orang (29,0 %) kan variabel dengan nilai P paling tinggi,
ABI tidak normal. Nilai P = 0,025 menun- dalam hal ini variabel jenis kelamin, IMT,
jukkan terdapat hubungan bermakna antara riwayat merokok, kadar kolesterol LDL,
variabel tekanan darah dan nilai ABI. usia dan disertai dengan perubahan nilai
Pada penelitian ini terdapat 12 orang Odd Ratio (OR) sesudah masing-masing
(75,0 %) dengan IMT normal yang memili- variabel dikeluarkan. Tidak terdapat peru-
ki nilai ABI normal, dan hanya 4 orang bahan > 10 % dari setiap variabel yang di-
(25,0 %) dengan nilai ABI tidak normal. keluarkan, berarti masing-masing variabel
Sampel obesitas ditemukan 66 orang (78,6 ini tetap dimasukkan karena tidak ber-
%) dengan nilai ABI normal dan 18 orang pengaruh besar terhadap perubahan OR
(21,4 %) dengan nilai ABI tidak normal. variabel lain sehingga pemodelan terus
Nilai P = 0,448 menunjukkan tidak terda- berlanjut. Model akhir dari analisis multi-
pat hubungan bermakna antara variabel variat memperlihatkan bahwa tekanan da-
IMT dan nilai ABI. rah berpengaruh paling dominan diban-
Data penelitian ini memperlihatkan dingkan variabel lain (Tabel 3).
10 Jurnal e-CliniC (eCl), Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 7-12

Tabel 1. Seleksi variabel yang memenuhi syarat untuk model multivariat berdasarkan regresi
logistik berganda.
Nilai Syarat P <0,05 dengan
variabel keterangan
P toleransi P <0,25
Tetap dimasukan mengingat variabel
Jenis kelamin 0,906 ditolak
cukup substansial dalam aspek klinis
Tetap dimasukan mengingat variabel
Riwayat merokok 0,836 ditolak
cukup substansial dalam aspek klinis
Tetap dimasukan mengingat variabel
IMT 0,755 ditolak
cukup substansial dalam aspek klinis
Usia 0,187 Diterima/lolos
Tekanan darah 0,024 Diterima/lolos
LDL 0,247 Diterima/lolos

Tabel 2. Model awal multivariat.


95% C.I.for EXP(B)
Variabel Nilai P Exp(B)
Lower Upper
Jenis Kelamin ,999 515782921,145 ,000 .
Riwayat Merokok ,999 588377332,833 ,000 .
IMT ,903 ,921 ,245 3,459
Usia ,166 2,111 ,734 6,076
Tekanan Darah ,049 3,319 1,003 10,978
Kolesterol LDL ,344 ,510 ,127 2,057
Konstanta ,999 ,000

Tabel 3. Model akhir multivariat.


95% C.I.for EXP(B)
Variabel Sig. Exp(B)
Lower Upper
TekananDarah ,037 3,477 1,077 11,229
Konstanta ,000 ,118

BAHASAN menunjukkan bahwa terdapat hubungan


bermakna antara hipertensi dengan kejadi-
PAP merupakan kondisi yang disebab-
an PAP. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
kan oleh pengurangan aliran darah arteri
makin tinggi tekanan darah, makin besar
perifer.15 Prevalensi PAP meningkat pada
risikonya.16
kasus hipertensi, DMT2, hiperkolesterol-
Prevalensi PAP meningkat tajam sesuai
emia, hiperhomosisteinemia, perokok, dan
juga meningkat seiring dengan bertambah- dengan pertambahan usia, dari 3 % pada
nya usia. Secara umum faktor risiko ini pasien <60 tahun hingga 20 % pada pasien
bekerja pada terjadinya aterosklerosis.5,9 >75 tahun. Pada Framingham Heart Study
Hampir semua penelitian epidemiologi didapati usia ≥65 tahun meningkatkan risi-
menunjukkan hubungan yang kuat antara ko PAP. Meskipun PAP didapati juga pada
hipertensi dengan PAP, dimana 50-92% usia ≤50 tahun, tetapi jumlah kasusnya
didapati dengan hipertensi. Penelitian sangat kecil.5 Pada penelitian ini didapat-
NHANES dan PARTNERS melaporkan kan bahwa orang dengan usia yang lebih
hubungan PAP dengan hipertensi masing- tua berisiko 1,881 kali mendapatkan PAP,
masing 74% dan 92%.5 Berdasarkan hasil walaupun nilai P menunjukan hubungan
penelitian yang dilakukan oleh penulis yang tidak bermakna. Hal ini dapat
Simatupang, Pandelaki, Panda; Hubungan antara Penyakit Arteri Perifer... 11

disebabkan karena kemungkinan variabel pasien tanpa megetahui jumlah dan lama-
usia dipengaruhi oleh variabel lain. nya pasien merokok. Sebagian besar pasien
Studi Framingham melaporkan bahwa yang berobat jalan di Poliklinik Endokrin
kolesterol LDL merupakan suatu kom- Metabolik yang didapatkan berdasarkan
ponen aterogenik yang mempunyai dampak anamnesis pernah memiliki riwayat mero-
klinis pada penyakit kardiovaskular.17 kok, namun setelah meyandang DMT2
Peningkatan kolesterol total, kolesterol pasien mengurangi intensitas merokok.
LDL, kolesterol very low density lipopro- Sebagian pasien berhenti merokok sama
tein (VLDL), dan trigliserida merupakan sekali setelah menyandang DMT2. Peng-
faktor risiko independen terjadinya PAP. hentian rokok menghasilkan perbaikan te-
NHANES melaporkan bahwa pada lebih kanan darah di ankle dan mempunyai efek
dari 60% individu dengan PAP terdapat besar pada penurunan komplikasi, termasuk
hiperkolesterolemia, sedangkan PARTNES progresivitas PAP, infark otot jantung, dan
menemukan prevalensi hiperlipidemia pada mortalitas.15
pasien PAP sebesar 77%.5 Pada penelitian
ini didapatkan tidak terdapatnya hubungan SIMPULAN
bermakna antara kadar kolesterol LDL de-
ngan kejadian PAP. Hal ini mungkin Dari semua faktor risiko kardio-
disebabkan karena penggunaan terapi obat vaskular yang di teliti, tekanan darah
antilipidemik pada pasien DMT2 yang da- yang paling berhubungan dengan keja-
pat mempengaruhi kadar kolesterol LDL. dian PAP pada pasien DMT2.
Keterbatasan penelitian ini ialah pemberian
obat antilipidemik pada pasien DMT2 tidak SARAN
ditelusuri.18
Obesitas merupakan konstributor terha- Diperlukan penelitian lebih lanjut ten-
dap aterosklerosis koroner.19 Pada pene- tang faktor risiko kardiovaskular lain yang
Wlitian di Jepang menunjukkan bahwa dapat mempengaruhi kejadian PAP pada
obesitas sentral merupakan faktor penting pasien DMT2.
untuk menentukan adanya resistensi insulin
yang dihubungkan dengan komponen UCAPAN TERIMAKASIH
sindrom metabolik. Katzmarzyk et al. me-
Disampaikan kepada Prof. Dr. dr.
nunjukkan bahwa lingkar pinggang meru-
Karel Pandelaki, SpPD-KEMD sebagai
pakan komponen utama terjadinya PAP dan
Penguji I, Prof. dr. Linda Rotty, SpPD-
risiko kardiovaskular lainnya (P = 0,015).19
KHOM sebagai Penguji II, dan kepada
Pada penelitian ini, tidak terdapat hubung-
semua pihak yang baik secara langsung
an bermakna antara obesitas dan kejadian
ataupun tidak langsung telah menumbuh-
PAP. Hal ini dapat disebabkan karena
kan ide atau gagasan sehingga penulis
keterbatasan penelitian ini yang hanya me-
dapat menyelesaikan artikel ini.
lakukan pengukuran berdasarkan Indeks
Massa Tubuh [IMT=BB (kg)/TB (m2)].12,20
Merokok merupakan hal yang paling DAFTAR PUSTAKA
penting dalam perkembangan penyakit 1. Cahyadi A. Terapi terbaru diabetes
aterosklerosis.15 Merokok dapat mening- melitus tipe 2. Medika Jurnal Kedokteran
katkan risiko PAP empat kali lipat. Per- Indonesia. 2010. Volume 36 (12).
kembangan progresivitas PAP berhubungan Available from: http://jurnalmedika.
dengan jumlah batang yang dihisap dan com/edisi-tahun-2010/edisi-no-12-vol-
juga lamanya merokok.5,15 Pada penelitian xxxvi-2010/264-artikel-penyegar/470-
ini tidak didapatkan hubungan bermakna terapi-terbaru-diabetes-melitus-tipe-2
antara merokok dan kejadian PAP. Hal ini [Accesed on Oct 19th 2012].
dapat terjadi karena data yang diperoleh 2. Waspadji S. Kaki diabetes. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
hanya berdasarkan pada riwayat merokok
12 Jurnal e-CliniC, Volume 1, Nomor 1, Maret 2013, hlm. 7-12

Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku 12. Sugondo S. Obesitas. Dalam: Sudoyo


Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, edisi AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
kelima. Jakarta: Interna publishing, 2009. M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu
h.1961. Penyakit Dalam Jilid III (Edisi Kelima).
3. Pdpersi. RI Ranking keempat jumlah Jakarta: Interna publishing, 2009;
penderita diabetes terbanyak dunia. 2011. h.1973-77.
URL: http://pdpersi.co.id/content/news. 13. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial.
php?mid=5&nid=618&catid=23 Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
[Accesed on Oct 8, 2012]. I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku
4. PB PERKENI. Konsensus pengelolaan Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, edisi
dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di kelima. Jakarta: Interna publishing,
Indonesia. Jakarta; 2011. 2009;h.1079
5. Rangkuti DM. Hubungan kejadian 14. Ibrahim ZS. Pengaruh senam kaki
penyakit arteri perifer dengan lamanya terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki
menjalani hemodialisi November 2007- pasien diabates melitus tipe 2 Di RSUP
Januari 2008 [Tesis]. Medan: Universitas Fatmawati Jakarta Tahun 2012 [skripsi].
Sumatera Utara; 2008. Jakarta: Universitas Pembangunan
6. Schteingart DE. Pankreas: Metabolisme Nasional Veteran; 2012.
glukosa dan diabetes melitus. Dalam: 15. Sihombing B. Prevalensi penyakit arteri
Price SA, Wilson LM, editors. Pato- perifer pada populasi penyakit diabetes
fisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses melitus di Puskesmas Kota Medan
Penyakit, volume II, edisi keenam. Januari-Juli 2008. [Tesis]. Medan:
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; Universitas Sumatera Utara; 2008.
2006.h.1263-70. 16. Brown CT. Penyakit aterosklerotik
7. Permana H. Pengelolaan hipertensi pada koroner. Dalam: Price SA, Wilson LM,
diabetes melitus tipe 2. Bandung: editors. Patofisiologi: Konsep klinis
Fakultas Kedokteran Universitas proses-proses penyakit, volume 1(6).
Padjajaran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
8. Rayanti Y. Hubungan glukosa darah 2006; h.576-87.
puasa dengan profil lipid pada pasien 17. Siregar J. Perbandingan kadar LDL
diabetes melitus tipe 2 sebagai faktor kolesterol pada DM tipe 2 dengan atau
resiko penyakit jantung koroner di tanpa hipertensi [Tesis]. Medan:
Rumah Sakit Moh. Ridwan Meuraksa Universitas Sumatera Utara; 2010.
periode Juli 2010 - November 2011 18. Josten S, Mutmainnah, Hardjoeno.
[Skripsi]. Jakarta: Fakultas Kedokteran Profil Lipid Penderita Diabetes Tipe 2.
Universitas Pembangunan Nasional Indonesian Journal of Clinical Pathology
Veteran; 2011. and Medical Laboratory. 2006;13(1):20-
9. Antono D, Ismail D. Penyakit arteri 22.
perifer. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi 19. Chaniago LS. Penyakit Arteri Perifer
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, pada Sindroma Metabolik [Tesis].
editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Medan: Universitas Sumatera Utara;
jilid II, edisi kelima. Jakarta: Interna 2007.
publishing; 2009.h:1831-6. 20. Guyton AC, Hall JE. Keseimbangan
10. Vascular Disease Foundation. PAD risk Diet; Aturan Pemberian Makanan;
factors. Available from: http://vascular- Obesitas dan Kelaparan; Vitamin dan
disease.org/peripheral-artery-disease/ Mineral. Dalam: Rachman LY, Hartanto
pad-risk-factors/ [Accesed on Oct 20th H, Novrianti A, Wulandari N, editors.
2012]. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Guyton
11. Vascular Disease Foundation. Ankle- & Hall, edisi 11. Jakarta: Penerbit Buku
Brachial Index. Available from: Kedokteran EGC, 2007; h.917.
http://vasculardisease.org/peripheral-
artery-disease/pad-diagnosis/ankle-
brachial-index/ [Accesed on Oct 18th
2012].

You might also like