You are on page 1of 24

Zakarya et al., Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle...

ANALISIS JURNAL TENTANG CUCI TANGAN BERSIH

KEL 1

1. Maulin Masyito (P17220191001)


2. Laila Firda Rahmawati (P17220191002)
3. Charisma Putri Lestyaningrum (P17220191004)
4. Lenia Dwi Nuriyanti (P17220191009)
5. Farza Aulia Ariskhputri (P17220191010)
6. Citra Noriya (P17220191012)
7. Dewi Suci Yanuari (P17220191013)
8. Qonita (P17220191015)

Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain


Puzzle terhadap Kemampuan Melakukan Cuci Tangan Anak
Tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten Jember
(The Effect of Hands Washing Training with Puzzle Method to
Ability to Wash Hands of Children with Mental Retardation at
SDLB-C TPA in Jember)
Yunus Nur Zakarya, Erti I. Dewi, Tantut Susanto

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember


Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax. (0331) 323450
email: erti_i.psik@unej.ac.id

Abstract

Children with mental retardation are children who have a disruption to their intellegence level. One of the
problem that occurs to them is their inability to perform hands washing. An attempt to improve their ability
is to give hands washing training with puzzle method. This study aimed to analyze the effect of hands
washing training with puzzle method to ability to wash hands of children with mental retardation at SDLB-
C TPA in Jember. Study design was a pre experimental research with pretest-posttest group. The samples
were 25 children with mental retardation. Data analysis used Wilcoxon Signed Rank Test. The result
showed that there was an effect of hands washing training with puzzle method with ability to wash hands
of children with mental retardation at SDLB-C TPA in Jember (p value <0.05). Recommendation of this study
is the need of the school to have hands washing facility such as an “emergency” wastafel, soap, and tissue
paper provided anytime

Keywords: Hand Washing, Mental Retardation, Puzzle

Abstrak
Anak dengan tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat kecerdasannya
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 563
Zakarya et al., Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle...

Permasalahan anak tunagrahita adalah ketidakmampuan melakukan cuci tangan. Upaya untuk
meningkatkan kemampuan cuci tangan anak tunagrahita dengan memberikan pelatihan cuci
tangan metode puzzle. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan cuci
tangan bersih dengan metode puzzle terhadap kemampuan melakukan cuci tangan anak
tunagrahita. Desain penelitian pre eksperimental, pre test and post test group design. Tempat
penelitian di SDLB-C TPA Kabupaten Jember. Sampel penelitian berjumlah 25 anak tunagrahita.
Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil menunjukkan ada pengaruh
pelatihan cuci tangan bersih dengan metode puzzle terhadap kemampuan melakukan cuci tangan
anak tunagrahita (p value < 0,05). Peneliti menyarankan kepada sekolah untuk menyediakan
fasilitas mencuci tangan seperti wastafel darurat, tisu, dan sabun.

Kata kunci: Cuci Tangan, Tunagrahita, Puzzle

Pendahuluan secara optimal. Beberapa anak mengalami


kegagalan atau gangguan tumbuh kembang.
Tumbuh kembang anak terjadi secara Beberapa kelompok anak yang mengalami
kompleks dan sistematis [1]. Selama proses gangguan tumbuh kembang, yaitu penyandang
pertumbuhan dan perkembangan baik selama cacat fisik dan mental. Kelompok anak dengan
kandungan maupun yang telah terlahir, tidak disabilitas digolongkan kedalam anak
semua anak mampu melalui semua tahapan berkebutuhan khusus (ABK) [2]. Salah satu
anak berkebutuhan khusus adalah anak terbagi atas lima Sekolah Luar Biasa yang
tunagrahita. sederajat Sekolah Dasar, yaitu SDLB-C Negeri
Anak dengan tunagrahita adalah anak Jember sebanyak 41 anak, SDLB-C TPA (Taman
yang mengalami gangguan pada tingkat Pendidikan dan Asuhan) sebanyak 35
kecerdasannya [3]. Karakteristik khusus anak
tunagrahita yang membedakan dengan anak
lain seusianya dapat terlihat secara fisik, yang
meliputi wajah lebar, bibir tebal atau sumbing,
mulut menganga terbuka, dan lidah biasanya
menjulur keluar [4]. Selain itu, anak dengan
tunagrahita juga mengalami kesulitan dalam
merawat diri, kesulitan dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar, serta keterbatasan
dalam sensori dan gerak [5]. Permasalahan lain
yang dihadapi anak tunagrahita adalah pada
usia sekolah, dimana mereka tidak mampu
mengikuti pelajaran dengan baik.
Jumlah anak dengan tunagrahita di dunia
diestimasikan antara 1-8% dari total jumlah
penduduk, sedangkan di Indonesia diperkirakan
angka prevalensi anak dengan tunagrahita
sebesar 3%. Angka ini diperkuat dengan data
statistik yang menunjukkan di Indonesia terdapat
1.750.000-5.250.000 anak dengan tunagrahita
[6]. Selain itu, dari 33 provinsi tercatat 14 provinsi
yang memiliki jumlah prevalensi tinggi anak
dengan tunagrahita, salah satunya adalah
provinsi Jawa Timur yang berada di urutan kedua
[2]. Prevalensi anak tunagrahita di beberapa
kabupaten di Provinsi Jawa Timur terbilang tinggi
dan tercatat sejumlah 125.190 jiwa. Menurut hasil
wawancara dengan Kepala SLB Negeri Jember
tercatat jumlah total anak usia sekolah dengan
tunagrahita yaitu 166 anak. Jumlah total tersebut
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 564
Zakarya et al., Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle...

Salah satu permasalahan anak tangan metode puzzle.


tunagrahita adalah ketidakmampuan
melakukan cuci tangan. Hasil wawancara Metode Penelitian
peneliti dengan Kepala SDLB-C TPA Desain penelitian pre eksperimental, pre
didapatkan informasi bahwa SDLB-C TPA telah test dan post test group [8], sampel penelitian
memiliki kurikulum bina diri, dimana salah satu berjumlah 25 anak tunagrahita [9], teknik
kegiatan didalam kurikulum tersebut adalah pengumpulan data menggunakan lembar
kegiatan cuci tangan, akan tetapi didalam observasi tentang kemampuan cuci tangan
kurikulum tersebut tidak ditemukan SOP bersih, dan analisis data menggunakan uji
(Standart Operating Procedure) cuci tangan wilcoxon rank test. Alat dan bahan yang
untuk anak tunagrahita. Kondisi ini membuat digunakan untuk penelitian yaitu puzzle,
para guru hanya menjelaskan teori mencuci wastafel darurat, sabun cair cuci tangan, tisu, air
tangan dengan metode ceramah tanpa galon. Tempat penelitian di halaman SDLB-C
berpedoman pada SOP yang telah ditetapkan TPA Kabupaten Jember .
oleh WHO [7]. Selain itu, guru tidak
mengajarkan praktik cuci tangan karena Hasil Penelitian
keterbatasan fasilitas seperti wastafel dan air Tabel 1 Karakteristik jenis kelamin anak dengan
untuk mencuci tangan. Upaya untuk tunagrahita di SDLB-C TPA Kabupaten
meningkatkan kemampuan cuci tangan anak Jember Bulan Agustus-September
tunagrahita dengan memberikan pelatihan cuci 2013 (n=25)
anak, SDLB-C Kaliwates 40 anak, SDLB-C
Karakteristik frekuensi Presentasi (%)
Balung 32 anak, dan SDLB-C Semboro
responden
sebanyak 18 anak.
Anak dengan tunagrahita membutuhkan
institusi sekolah baik tingkat TK, SD, SMP, dan
SMA sebagai media untuk memfasilitasi dan
meningkatkan seluruh kemampuan yang
dimilikinya. Sekolah luar biasa (SLB)
memberikan pendidikan disesuaikan dengan
kapasitas anak tunagrahita yang diklasifikasikan
menjadi anak dengan tunagrahita ringan, anak
dengan tunagrahita sedang, dan anak dengan
tunagrahita berat. Berdasarkan ketiga klasifikasi
anak dengan tunagrahita tersebut, hanya
tunagrahita ringan dan sedang yang dapat
diminimalkan tingkat ketergantungannya.

Tabel 2 Karakteristik umur dan lama sekolah Pembahasan


anak dengan tunagrahita di
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
SDLB-C TPA Kabupaten Jember Bulan
25 anak yang diteliti diketahui bahwa jenis
Agustus-September 2013 (n=25)
kelamin yang paling dominan adalah laki-laki,
Karakt Mean Media Maxim Minim st. yaitu sebanyak 17 anak (68%) dan jenis kelamin
eristik n um um deviasi perempuan sebanyak 8 anak (32%). Secara
umum anak laki-laki lebih aktif bermain jika
Umur 14.04 14 22 8 3.88 dibandingkan dengan anak perempuan. Anak
laki-laki cenderung lebih aktif bergerak
Lama 6.36 6 12 1 3.38
dibanding anak perempuan [10]. Jenis kelamin
sekola
h laki-laki dan perempuan memiliki pengaruh
terhadap agresifitas anak. Tabel 2 menunjukkan
rata-rata umur dan lama sekolah anak. Rata-
Tabel 3 Kemampuan cuci tangan anak dengan rata usia anak adalah 14 tahun dan umur yang
tunagrahita sebelum dilakukan pelatihan paling tua adalah 22 tahun serta umur yang
cuci tangan dengan metode bermain termuda adalah 8 tahun. Ketika anak
puzzle Bulan Agustus-September tunagrahita berusia 6 tahun maka usia
2013 (n=25)
Kemampuan cuci tangan bersih Cukup kurang

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 565


Zakarya et al., Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle...

Frekuensi mentalnya setara dengan anak berusia 4 tahun,


11 44 sehingga anak tidak dapat dipaksakan untuk
Presentasi (%) menerima materi pembelajaran seperti anak
14 56 normal. Rata-rata lama sekolah anak adalah 6
tahun dan lama sekolah maksimal anak adalah
Total 25 100 12 tahun dan yang paling rendah adalah 1
tahun. Anak tunagrahita yang lama sekolah
Tabel 4 Kemampuan cuci tangan anak dengan akan sering terpapar dan sering diberikan
tunagrahita setelah dilakukan pelatihan pelatihan dengan frekuensi teratur maka anak
cuci tangan dengan metode bermain akan lebih mudah mengingat bentuk kegiatan
puzzle Bulan Agustus-September yang telah dilakukan. Pengulangan latihan
2013 (n=25) tertentu dan bervariasi memudahkan anak
mengingat dan meminimalkan rasa bosan pada
Kemampuan Frekuensi Presentasi (%) anak [11].
Hasil penelitian menunjukkan
cuci tangan
kemampuan cuci tangan anak dengan
bersih
Baik 8 4 tunagrahita sebelum dilakukan pelatihan cuci
tangan dengan metode bermain puzzle.
cukup 16 64 Kemampuan cuci tangan bersih kategori kurang
terbilang tinggi sebanyak 14 anak (56%). 11
kurang 1 32
langkah cuci tangan bersih yang mayoritas bisa
dilakukan oleh anak tunagrahita diantaranya
Total 25 100
adalah langkah 1 (membuka kran dan
membasahi tangan) dilakukan sesuai SOP
sedangkan langkah 2 sampai 10 tidak
Tabel 5 Perbedaan kemampuan cuci tangan dipraktikkan. Langkah 11 dilakukan namun tidak
anak dengan tunagrahita sebelum sesuai dengan SOP cuci tangan bersih. Hasil
dan sesudah dilakukan pelatihan cuci
tangan dengan metode bermain puzzle
Bulan Agustus- September 2013 (n=25)
Kateg
ori
Sebelum Sesudah
observasi diperoleh peneliti bahwa SDLB-C TPA
telah memiliki kurikulum bina diri, dimana salah
pelatihan pelatihan P
kema satu kegiatan didalam kurikulum tersebut adalah
mpuan value
n % n % kegiatan cuci tangan, akan tetapi didalam
Kurang 14 56 1 4 kurikulum tersebut tidak ditemukan SOP (Standart
cukup 11
Operating Procedure) cuci tangan untuk anak
44 16 64 0,0001
tunagrahita. Kondisi ini membuat
baik 0 0 8 32

Total 25 100 25 100 para guru hanya menjelaskan teori mencuci


tangan dengan metode ceramah tanpa
berpedoman pada SOP yang telah ditetapkan
oleh WHO [7]. Selain itu, guru tidak
mengajarkan praktik cuci tangan karena
keterbatasan fasilitas seperti wastafel dan air dilakukan sesuai SOP, sedangkan langkah
untuk mencuci tangan. 3,4,5,6,7,8,dan10 tidak dilakukan. Langkah 11
Kemampuan cuci tangan bersih kategori dilakukan oleh anak diantara mayoritas dilakukan
cukup sebanyak 11 anak tunagrahita (44%). 11 sesuai SOP. Kemampuan cuci tangan bersih
langkah cuci tangan bersih kategori cukup yang kategori cukup pada anak tunagrahita
mayoritas bisa dilakukan oleh anak tunagrahita kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
diantaranya yaitu langkah 1 (membuka kran dan Umur dan lama sekolah merupakan beberapa
membasahi tangan), langkah 2 (mengambil faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan
sabun) dan langkah 9 (membilas tangan) cuci tangan bersih pada anak tunagrahita

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 566


Zakarya et al., Pengaruh Pelatihan Cuci Tangan Bersih dengan Metode Bermain Puzzle...

sedang. Menurut Sandra umur berpengaruh menurunnya jumlah kemampuan cuci tangan
terhadap aktifitas atau gerakan pada anak kategori kurang sebanyak 12 anak. Peningkatan
tunagrahita sedang. Pendidikan merupakan kemampuan cuci tangan bersih kategori cukup
salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pada anak tunagrahita didukung oleh media
kemampuan anak tunagrahita dalam melakukan puzzle yang dapat menarik perhatian anak untuk
aktifitas cuci tangan bersih. Pendidikan dapat mengikuti pembelajaran. Media puzzle dengan
diartikan juga melatih atau merawat seseorang ukuran besar lebih memudahkan anak untuk
supaya memiliki pengetahuan [10]. menirukan gerakan cuci tangan sehingga secara
Tidak terdapat anak tunagrahita memiliki tidak langsung anak akan melatih kemampuan
kemampuan cuci tangan bersih kategori baik, motorik halusnya [13]. Hasil diperkuat oleh
selain dikarenakan anak tunagrahita sedang penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
memiliki keterbatasan fisik maupun mental yang Wismaningrum pengaruh teknik puzzle terhadap
dapat berpengaruh terhadap kemampuannya hasil belajar siswa SD kelas 2. Hasil belajar
dalam melakukan cuci tangan bersih [12]. siswa SD kelas 2 mengalami peningkatan yang
Hasil penelitian menunjukkan signifikan.
kemampuan cuci tangan anak dengan Kategori baik hanya terdapat 8 anak yang
tunagrahita setelah dilakukan pelatihan cuci mampu melakukan cuci tangan bersih yang
tangan dengan metode bermain puzzle. sebelumnya tidak ada anak yang memiliki
Kemampuan cuci tangan bersih kategori kurang kemampuan cuci tangan bersih kategori baik.
terdapat 1 anak (4%). Terjadi penurunan jumlah Mayoritas langkah cuci tangan bersih yang bisa
kemampuan cuci tangan kategori kurang dilakukan oleh anak diantaranya langkah 1, 2, 3,
sebanyak 13 anak menjadi 1 anak. Penurunan 4, 5, 10, dan 11 sesuai SOP cuci tangan.
jumlah anak yang memiliki kemampuan cuci Peningkatan jumlah anak kategori baik
tangan kategori kurang disebabkan oleh dipengaruhi oleh frekuensi latihan cuci tangan.
meningkatnya kemampuan praktik cuci tangan, Semakin sering anak diberikan latihan cuci
yang sebelumnya mayoritas yang bisa dilakukan tangan akan membantu anak mengigat langkah-
oleh anak yaitu langkah 1 (membuka kran dan langkah cuci tangan bersih.
membasahi tangan), kemudian bisa Hasil penelitian menunjukkan perbedaan
mengerjakan ke langkah 2, 3, 4, 5, 9, 10 dan 11 kemampuan cuci tangan anak dengan
dilakukan meskipun belum sesuai dengan SOP tunagrahita sebelum dan sesudah dilakukan
cuci tangan bersih. Anak tunagrahita pelatihan cuci tangan dengan metode bermain
membutuhkan adanya bimbingan dan pelatihan puzzle. Sebelum diberikan metode bermain
yang dilakukan secara berkelanjutan dengan puzzle terdapat sebanyak 11 anak (44%) yang
jadwal latihan cuci tangan bersih yang teratur memiliki kemampuan cuci tangan bersih
[10]. kategori cukup dan setelah diberikan metode
Kemampuan cuci tangan bersih kategori bermain puzzle terdapat 16 anak (64%) yang
cukup sebanyak 16 anak (64%). Sebanyak memiliki kemampuan cuci tangan bersih
16 anak kategori cukup didistribusikan dari kategori cukup. Hal ini berarti ada peningkatan
kemampuan dari anak tunagrahita dalam
melakukan cuci tangan bersih. Sebelum
diberikan metode bermain puzzle terdapat
sebanyak 14 anak (56%) yang memiliki
kemampuan cuci tangan bersih kategori kurang
dan setelah diberikan metode bermain puzzle
terdapat 1 anak (4%) yang memiliki kemampuan
cuci tangan bersih yang kurang. Penurunan
jumlah anak yang memiliki kemampuan cuci
tangan bersih kategori kurang menunjukkan
peningkatan kemampuan anak tunagrahita
dalam melakukan cuci tangan bersih. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, metode bermain
puzzle memberikan peningkatan kemampuan
cuci tangan bersih pada anak tunagrahita
sedang di SDLB-C TPA Kabupaten Jember.
Kemampuan cuci tangan bersih dengan baik
yang dimiliki anak dikarenakan adanya

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.4 (no.3), September, 2016 567


pemberian inovasi terbaru tentang cuci Panduan peringatan cuci tangan
tangan bersih dengan menggunakan sedunia. Jakarta: Tidak
metode bermain puzzle. Menggunakan Diterbitkan; 2010.
media puzzle dalam proses pembelajaran
[3.] Sujarwanto. Terapi okupasi untuk
akan menstimulus anak untuk ikut aktif
dalam pembelajaran. Otak anak akan dilatih Anak Berkebutuhan Khusus.
untuk berpikir kreatif dengan memasang Jakarta: Depdikbud: 2005.
kepingan gambar. Ketika tangan memasang [4.] Yustinus S. Kesehatan mental 2.
potongan gambar, keterampilan motorik Yogyakarta: Kansius; 2006.
halus anak akan semakin terasah. Semakin [5.] Sudjana. Dasar – dasar proses
terampil anak memasang potongan gambar, belajar mengajar. Bandung:
keterampilan anak akan semakin baik.
Sinar Baru: 2007.
Berulang kali anak mencoba memasang dan
menggabungkan potongan gambar, [6.] Muttaqin A. Asuhan
membantu anak membuat kesimpulan keperawatan dengan klien
sebuah masalah. Puzzle dapat gangguan persyarafan. Jakarta:
meningkatkan daya ingat anak tunagrahita Salemba Medika; 2008.
karena di puzzle terdapat urutan langkah- [7.] WHO. Clean hands protection.
langkah mencuci tangan. Selain itu,
http://www.who.int/gpsc/clean_h
diperkuat penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Samiyati menggunakan ands_pr otection/en/. [13 Juli
media puzzle untuk meningkatkan minat dan 2013]; 2009.
aktifitas belajar siswa SD kelas 3. Hasil yang [8.] Notoatmodjo S. Metode penelitian
diperoleh terdapat pengaruh yang signifikan kesehatan. Jakarta: Rineka
terhadap minat dan hasil belajar siswa SD Cipta; 2010.
kelas 3 [9.] Sugiyono. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Simpulan dan Saran
Bandung: Alfabeta 2010.
Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa pelatihan cuci tangan [10.] Sandra M. Anak bukan kiamat:
bersih dengan metode puzzle mampu metode pembelajaran dan terapi
mengubah kemampuan cuci tangan anak untuk Anak Berkebutuhan
tunagrahita di SDLB-C Kabupaten Jember Khusus. Yogyakarta: Katahati;
(p value < 0,05). Saran yang dapat diberikan 2010.
ke pihak sekolah terkait dengan hasil dan [11.] Santyasa IW. Media pembelajaran
pembahasan penelitian yaitu membuat
disajikan dalam work shop
wastafel darurat seperti timba yang telah
dimodifikasi terdapat kran, menyediakan media pembelajaran bagi guru-
sabun, dan tisu supaya anak-anak tetap guru SMAN banjarangkan
mengingat langkah-langkah cuci tangan dan pembelajaran.pdf [18-05-
mempraktikkannya. 2013]; 2007.
[12.] Schwart MW. Pedoman klinis
Daftar Pustaka pediatri.
[1.] Wong DL. Pedoman klinis Jakarta: EGC; 2004.
keperawatan pediatrik. Jakarta: [13.] Olivia F. Career skills for kids
EGC; 2008. kembagnkan kecerdikan anak dengan
[2.] Republik Indonesia. taktik biosmart. Jakarta. Gramedia;buku
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Buku

Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN 176
ANALISIS JURNAL CUCI Di dalam Abstrak Penulis
TANGAN BERSIH METODE mengemukakan
PUZZLE UNTUK ANAK permasasalahan anak
TUNAGRAHITA tunagrahita melakukan cuci
tangan bersih dan menjelakan
upaya pembelajaran cuci
tangan bersih menggunakan
metode puzzle penulis juga
memaparkan tujuan
A. IDENTITAS JURNAL penelitian.
5. Keyword Jurnal : Hand
Washing, Mental Retardation,
1. Nama Jurnal : e-Jurnal Puzzle/Cuci Tangan,
Pustaka Kesehatan Tunagrahita, Puzzle.
2. Volume : 04
3. Nomor :3 6. Tanggal Penelitian : Tidak
4. Halaman : 563-567 dicantumkan
6. Judul Jurnal : PENGARUH
PELATIHAN CUCI TANGAN 7. Tempat penelitian :
BERSIH DENGAN METODE SDLB-C TPA Kabupaten
BERMAIN PUZZLE Jember
7. Nama Penulis : Yunus Nur
Zakarya, Erti I. Dewi, Tantut
Susanto
C. PENDAHULUAN
8. Studi Kasus : SDLB-C TPA JURNAL
Kabupaten Jember

B. ABSTRAK JURNAL Didalan pendahuluan jurnal


penulis memaparkan bahwa
beberapa anak mengalami
1. Jumlah Paragraf :1 kegagalan atau gangguan
Paragraf tumbuh kembang. Beberapa
2. Halaman : kelompok anak yang
Setengah Halaman mengalami gangguan tumbuh
3. Ukuran Spasi : 1.0 kembang, yaitu penyandang
4. Uraian Abstrak : Abstrak cacat fisik dan mental.
disajikan hanya dalam Bahasa Kelompok anak dengan
Indonesia dan Bahasa Inggris. disabilitas digolongkan
kedalam anak berkebutuhan
Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN 177
khusus (ABK). Salah satu anak
berkebutuhan khusus adalah Jenis penelitian yang
anak tunagrahita. Anak dengan digunakan oleh penulis adalah
tunagrahita adalah anak yang penelitian yaitu melalui
mengalami gangguan pada pendekatan kuantitatif dimana
tingkat kecerdasannya. anak peneliti akan bekerja dengan
dengan tunagrahita juga angka-angka sebagai
mengalami kesulitan dalam perwujudan gejala yang
merawat diri, kesulitan dalam diamati 
bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar, serta keterbatasan dalam F. HASIL PENELITIAN
sensori dan gerak . Salah satu DAN PEMBAHASAN
permasalahan anak tunagrahita
adalah ketidakmampuan
melakukan cuci tangan. Dengan Secara keseluruhan didalam
latar belakang demikinan penulis pembahasan penulis sudah
mejadikan SDLB-C TPA bisa memberikan data sesuai
Kabupaten Jember sebagai dengan tujuan penelitian yang
sampel penelitian karena SDLB- dikemukakan yaitu:
C TPA Kabupaten Jember
Merupakan sekolah yang 1. Menganalisis pengaruh
menampung anak tunagrahita. pelatihan cuci tangan
bersih dengan metode
D. TUJUAN PENELITIAN puzzle terhadap
kemampuan melakukan
cuci tangan anak
1. Menganalisis pengaruh tunagrahita.
pelatihan cuci tangan bersih
dengan metode puzzle terhadap 2. Meningkatkan
kemampuan melakukan cuci kemampuan cuci tangan
tangan anak tunagrahita. anak tunagrahita dengan
2. Meningkatkan kemampuan memberikan pelatihan
cuci tangan anak tunagrahita cuci tangan metode
dengan memberikan pelatihan puzzle.
cuci tangan metode puzzle.

G. KESIMPULAN
E. METODE PENELITIAN

Di kesimpulan penulis
Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN 178
menguraikan kesimpulannya kuantitatif yang menyajikan
yaitu Hasil penelitian sebuah data dengan sangat
menunjukkan bahwa, metode valid dan dapat dipertanggung
bermain puzzle memberikan jawabkan. Dan memberikan
peningkatan kemampuan cuci judul langsung menuju topic
tangan bersih pada anak secara langsung/khusus bukan
tunagrahita sedang di SDLB-C secara umum sehingga tidak
TPA Kabupaten Jember. membingungkan pembaca.
Kemampuan cuci tangan bersih
dengan baik yang dimiliki anak
dikarenakan adanya pemberian 2. Kekurangan
inovasi terbaru tentang cuci
tangan bersih dengan
menggunakan metode bermain Terlepas dari kelebihan yang
puzzle. Puzzle dapat dimilki jurnal ini tentunya ada
meningkatkan daya ingat anak kekurangannya yaitu penulis
tunagrahita karena di puzzle tidak mencantumkan tanggal
terdapat urutan langkah-langkah penelitian sehingga pembaca
mencuci tangan. tidak mengetahui kapan
terjadinya penelitian itu dan
H. KELEBIHAN DAN berapa lama selang waktu
KEKURANGAN penelitian.
1. Kelebihan
I. DAFTAR PUSTAKA

Secara keseluruhan jurnal


memiliki kelebihan yang [1.] Wong DL. Pedoman
menonjol, jika dilihat dari klinis keperawatan pediatrik.
abstraknya penulis sudah Jakarta: EGC; 2008.
menggunakan abstrak dengan
format Bahasa Inggris dan [2.] Republik Indonesia.
Bahasa Indonesia hal ini yang Kementerian Kesehatan
mendukung jurnal ini berpotensi Republik Indonesia. Buku
menjadi rujukan secara Panduan peringatan cuci
internasional serta tidak tangan sedunia. Jakarta: Tidak
membingungkan bagi pembaca Diterbitkan; 2010.
awam yang tiak mengerti
Bahasa Inggris. Kelebihan yang [3.] Sujarwanto. Terapi
lain adalah dilihat dari metode okupasi untuk Anak
penelitian yang digunakan yaitu
Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN 179
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: work shop media
Depdikbud: 2005. pembelajaran bagi guru-guru
SMAN banjarangkan
[4.] Yustinus S. Kesehatan pembelajaran.pdf [18-05-
mental 2. Yogyakarta: Kansius; 2013]; 2007.
2006.
[12.] Schwart MW. Pedoman
[5.] Sudjana. Dasar – dasar klinis pediatri. Jakarta: EGC;
proses belajar mengajar. 2004.
Bandung: Sinar Baru: 2007.
[13.] Olivia F. Career skills
[6.] Muttaqin A. Asuhan for kids kembagnkan
keperawatan dengan klien kecerdikan anak dengan taktik
gangguan persyarafan. Jakarta: biosmart. Jakarta. Gramedia;
Salemba Medika; 2008. 2009.

[7.]WHO.Clean hands
protection.
ISSN2354-7642
http://www.who.int/gpsc/clean_
hands_pr otection/en/. [13 Juli Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia
2013]; 2009.

[8.] Notoatmodjo S. Metode


penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta; 2010.

[9.] Sugiyono. Metode


Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta
2010.

[10.] Sandra M. Anak bukan


kiamat: metode pembelajaran
dan terapi untuk Anak
Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Katahati; 2010.

[11.] Santyasa IW. Media


pembelajaran disajikan dalam
Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN 180
kebiasaan cuci tangan, anak-
JOURNAL NERS anak merupakan penderita
AND MIDWIFERY INDONESIA tertinggi dari penyakit diare dan
penyakit pernafasan, hingga
tidak jarang berujung pada
Tingkat Pengetahuan kematian. Sabun telah sampai
Berhubungan dengan hampir ke seluruh rumah di

Sikap Cuci Tangan Bersih Indonesia, namun hanya sekitar


3% yang menggunakan sabun
Pakai Sabun Sebelum dan setiap tahun. Rata-rata 100.000
Setelah Makan pada anak di Indonesia meninggal

Siswa SD N Ngebel dunia karena diare, sebagian


besar menimpa kelompok usia
Tamantirta, Kasihan, 5-14 tahun. Angka kematian
Bantul, Yogyakarta anak di Indonesia mencapai 32
per 1.000 kelahiran hidup.
Khoiruddin1, Kirnantoro2, Sutanta3
Angka kematian tersebut
1
hampir 19% disebabkan karena
Jogja
diare. Perilaku masyarakat
International
Hospital Jalan Indonesia terhadap 5 waktu
Ring Road penting cuci tangan pakai sabun
Utara No. 160, (CTPS) dapat dipengaruhi oleh
Condong
tingkat pengetahuan, kondisi
Catur, Depok,
Sleman, seperti ini terbukti pada siswa
Daerah SDN Ngebel Tamantirta Kasihan
Istimewa Bantul Yogyakarta. Tujuan
Yogyakarta, e- penelitian untuk mengetahui
mail:
hubungan antar tingkat
bung.khoirudd
in@gmail.com pengetahuan anak dengan sikap
cuci tangan bersih pakai sabun
2
Program Studi Keperawatan Politeknik sebelum dan sesudah makan di
Kesehata
SD N Ngebel Tamantirta,
n
Kementri Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
an Penelitian ini bersifat inferensial
Kesehata dengan pendekatan cross-
n
sectional. Responden adalah
Yogyakar
ta Jalan seluruh siswa kelas 4, 5, dan 6
Tata SDN Ngebel Tamantirta Kasihan
Bumi No. Bantul Yogyakarta. Sampel
3,
penelitian berjumlah 96 orang.
Sleman,
Daerah Data diambil menggunakan
Istimewa kuesioner. Kesimpulan penelitian
Yogyakar ada hubungan antara tingkat
ta pengetahuan dengan sikap cusi
Program Studi Ners Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Yogyakarta Jl. Nitikan tangan sebelum dan sesudah


Baru No. 69, Yogyakarta makan pada siswa kelas 4, 5,
dan 6 SDN Ngebel Tamantirto,
Abstrak
Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Tangan adalah media utama bagi
penularan kuman-kuman penyebab K
penyakit. Akibat kurangnya a

Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN 181
t
Knowledge Level Had
a
Relationship with Hand
K Washing with Soap Before
u
n and After Eating in
c
Elemantary Student at SD
i
: N Ngebel Tamantirta,
Kasihan, Bantul,
c
u Yogyakarta
c
i A
b
t s
a t
n r
g a
a c
n t

b
Hands are the principal means
e
of germs transmitting that
r
s causing diseases. Due to less of
i hand-washing habits, children
h become the highest sufferers of
diarrhea and respiratory
p diseases, and its can end in
a death. Soaps have been reached
k to almost all of houses in
a Indonesia, but only about 3%
i that used soap every year.
Approximatley the causes of
s died in 100,000 children in
a Indonesia were diarrhea, mostly
b
in aged 5-14 years. Indonesia’s
u
infant mortality rate was 32 per
n
1,000 live births. The mortality
,
rate of nearly 19% due to
diarrhea. Indonesian people’s
p
behavior against five important
e
n time of handwashing with soap
g can be influenced by the level of
e knowledge, such a condition is
t evident in students SDN Ngebel
a Tamantirta, Kasihan, Bantul,
h Yogyakarta. The purpose of
u study was to determine the
a
relationship between knowledge
n
level of hand washing with soap

Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN 182
attitudes before and after meals on
student at SD N Ngebel Tamantirta,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta. This
study was inferential with cross-
sectional design. The respondents
were all students in grade 4, 5, and
6 SDN Ngebel Tamantirta Poor
Bantul Yogyakarta. Samples
included 96 people. Data were
taken using

Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SDN 183
questionnaire. In conclusion, there was a correlation between knowledge level of hand washing with soap attitudes before
and after meals on student at SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Keywords: clean, hand washing with soap, knowledge

Info Artikel:

Artikel dikirim pada 8 Februari 2015


Artikel diterima pada 10 Februari 2015

PENDAHULUAN setelah ke jamban, 9% setelah membersihkan anak,


14% sebelum makan, 7% sebelum memberi makan
Menurut Depkes, salah satu dari 3 pilar utama
menuju Indonesia sehat 2010 adalah perilaku
sehat(1). Perilaku sehat merupakan perilaku pro
aktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit,
melindungi dari ancaman penyakit. Secara
konkrit perilaku sehat tersebut berupa budaya
atau kebiasaan untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia juga telah menggelar kembali Hari
Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) pada 15
Oktober 2008. Cuci tangan dengan sabun
merupakan bagian penting karena kegiatan ini
sebagai implementasi dari paradigma baru dalam
pelaksanaan program- program kesehatan.
HCTPS ini menjadi moment penting untuk
meningkatkan budaya cuci tangan pakai sabun di
keluarga Indonesia yang tergolong masih rendah,
sebab cuci tangan pakai sabun adalah salah
satu cara yang paling efektif untuk mencegah
penyebaran kuman penyakit masuk ke dalam
sistem imunitas tubuh.
Cuci tangan menurut Tietjen, et al merupakan
proses membuang kotoran dan debu secara
mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan
memakai sabun dan air(2). Tangan adalah media
utama bagi penularan kuman-kuman penyebab
penyakit. Akibat kurangnya kebiasaan cuci tangan,
anak-anak menjadi penderita tertinggi dari penyakit
diare dan pernafasan, hingga tidak jarang berujung
dengan kematian.
Berdasarkan Survey Health Service Program
tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku masyarakat
terhadap kebiasaan mencuci tangan menemukan
bahwa sabun telah sampai hampir ke seluruh rumah
di Indonesia, namun hanya 3% yang menggunakan
sabun untuk cuci tangan. Perilaku CPTS di Indonesia
terhadap 5 waktu penting cuci tangan pakai sabun
menunjukkan hasil yang sangat rendah, yaitu 12%
anak, dan hanya 6% sebelum menyapkan makan3. pakai sabun, 2 diantaranya mengatakan tahu tentang
Menurut Badan Kesehatan Dunia pentingnya cuci tangan dari iklan televise, 2
(WHO), diantaranya dari orang tua. Berdasarkan hasil
tahun 2001 setiap tahun rata-rata 100.000 anak di observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
Indonesia meninggal karena diare, sebagian hasil 7 dari 10 siswa tersebut tidak melakukan cuci
besar menimpa kelompok usia 5-14 tahun. Data tangan sebelum makan jajanan.
Subdit Diare Departemen Kesehatan (Depkes), Tujuan penelitian ini secara umum untuk
tahun 2003 menunjukkan sekitar 300 orang mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
diantara anak dengan sikap cuci tangan bersih pakai sabun
1.000 penduduk Indonesia masih terjangkit diare sebelum dan sesudah makan di SD N Ngebel
sepanjang tahun. Angka kematian anak-anak di Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Secara
Indonesia mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. khusus untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
Angka kematian tersebut hampir 19% disebabkan sikap cuci tangan siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SD
karena diare(4). N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala sekolah dan siswa, mengatakan bahwa
BAHAN DAN METODE
pendidikan mengenai pentingnya cuci tangan tidak
pernah diberikan di SD N Ngebel Tamantirta, Jenis penelitian ini adalah inferensial dengan
Kasihan, Bantul secara rinci, akan tetapi hanya pendekatan cross sectional. Populasi dalam
diberikan sebatas pesan oleh guru pendidikan penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SD
jasmani dan kesehatan saja. Hasil wawancara N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta,
terhadap 10 orang siswa didapatkan bahwa 6 siswa yang terbagi dalam tiga ruang, yaitu: kelas IV
tidak tahu tentang pentingnya cuci tangan bersih berjumlah
30 siswa, kelas V berjumlah 36 siswa, kelas VI Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas, Jenis
berjumlah 30 siswa. Teknik sampling menggunakan Kelamin, dan Umur
sampling jenuh, dimana semua populasi dijadikan
sampel. Dengan kriteria inklusi: siswa-siswi kelas 4, Karakteristik n %
5, dan 6 SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Kelas
Yogyakarta yang bersedia menjadi respondent. IV 34 35,5
Kriteria eksklusi: Siswa yang ijin atau sakit, siswa V 28 29,0
yang tidak bersedia menjadi responden. Penelitian VI 34 35,5
dilaksanakan di SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Jenis Kelamin
Bantul, Yogyakarta pada tanggal 5-10 Februari Laki-Laki 50 52,0
2010. Instrumen penelitian berupa kuesioner Perempuan 46 48,0
berupa data diri, alat ukur pengetahuan dengan Umur
menggunakan skala Guttman, dan alat ukur sikap 10 18 18,7
menggunakan skala sikap model Likert(5). Uji 11 28 29,1
validitas dilakukan dengan melihat korelasi antara 12 22 22,9
skor masing-masing pertanyaan dengan skot total 13 27 28,2
dari 30 responden menggunakan metode 16 2 2,1

pearson product moment correlatiaon. Uji Total 96 100


reliabilitas dengan menggunakan rumus analisis Sumber: Data Primer Tahun 2010
spearman brown. Variabel independen adalah
tingkat pengetahuan dan wariabel dependen Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap tentang Cuci Tangan di SD N Ngebel
Tamantirta, Kasihan, Bantul
adalah sikap terhadap cuci tangan pakai sabun
sebelum dan sesudah makan pada siswa SD N Karakteristik Responden
Ngebel Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Karakteristik responden penelitian merupakan
identitas responden yang digunakan dalam penelitian
HASIL DAN BAHASAN meliputi kelas, umur, dan jenis kelamin. Responden
penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SD
N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Karakteristik n %
dengan pertimbangan siswa yang sudah duduk
Tingkat Pengetahuan
di kelas tersebut lebih komunikatif dan interaktif
Baik 38 39,6
dibanding dengan siswa yang lebih rendah dengan Cukup 20 20,8
rentang umur 10-14 tahun(6). Kurang 38 39,6
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa Si kap
kelas 4 dan kelas 6 berjumlah 34 (35,5%) siswa Baik 23 24,0
dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 96 siswa. Cukup 52 54,2
Kurang 21 21,9
Sedangkan berdasarkan jenis kelamin diketahui
siswa laki-laki berjumlah 50 (52%) siswa. Untuk
Total 96 100
karakteristik berdasarkan umur jumlah terbanyak
Sumber: Data Primer Tahun 2010
pada umur 11 tahun dengan jumlah 28 (29,1%)
siswa.
bahwa tingkat pengetahuan tentang cuci tangan
Tingkat Pengetahuan dan Sikap tentang sebelum dan setelah makan pada siswa SD N
Cuci Tangan Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Tingkat pengetahuan dan sikap responden antara pengetahuan baik dan kurang terdapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: baik, cukup, dan jumlah yang sama yaitu 38 (39,6%) siswa dan
kurang, dapat dilihat pada Tabel 2. pengetahuan cukup sebanyak 20 (20,8%). Hasil
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat gambaran penelitian ini sesuai dengan penelitian Wittin, yang
menemukan bahwa 35,3% siswa SD N Jambi
mempunyai pengetahuan cukup(7).
Tingkat pengetahuan tentang cuci tangan
sebelum dan setelah makan yang termasuk dalam
kategori cukup pada siswa SD N Ngebel
Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ini dapat
dipahami karena pendidikan kesehatan atau
penyuluhan khususnya tentang cuci tangan di SD
N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
ini tidak pernah diberikan kepada siswa. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo, bahwa salah satu faktor yang
mepengaruhi pengetahuan
adalah tingkat pendidikan siswa(8), maka semakin tentang cuci tangan sebelum dan setelah makan
tinggi pendidikan yang ditempuh maka diharapkan dengan kategori baik. Sesuai dengan teori
pengetahuannya juga tinggi, dalam hal ini adalah Notoatmodjo, perilaku muncul karena ada rangsangan
pengetahuan tentang kesehatan khususnya cuci pengetahuan yang dimilikinya, kemudian diproses
tangan sebelum dan setelah makan pakai sabun. dalam pikiran dan diwujudkan dalam sebuah perilaku
Notoatmodjo, mengatakan bahwa tingkat dalam hal ini adalah perilaku cuci tangan sebelum
pengetahuan diantaranya meliputi: pengetahuan dan setelah makan pakai sabun(8).
dalam tingkat tahu, pengetahuan dalam tingkatan Sedangkan untuk sikap terhadap cuci tangan
memahami dan pengetahuan dalam tingkatan sebelum dan setelah makan berdasarkan Tabel 2,
aplikasi(8). Sikap merupakan pengetahuan dalam yang terbanyak dalam kategori cukup, yaitu
hal memahami dan perilaku merupakan aplikasi sebanyak 52 (54,2%) siswa. Penelitian ini sesuai
atau penerapan pengetahuan seseorang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wittin, yang
dengan pengetahuan yang dimilikinya. Apabila menemukan sikap siswa SD N Jambi tergolong
pengetahuan cukup baik maka terwujud perilaku dalam kategori cukup dengan persentase 57,78%(7).
cukup belum sampai kategori baik, artinya siswa yang Walaupun hasil penelitian ini termasuk dalam
mempunyai tingkat pengetahuan cuci tangan cukup kategori cukup, tetapi hal itu masih belum
belum mampu berperilaku baik dibanding dengan memuaskan karena cuci tangan merupakan salah
siswa atau perawat yang mempunyai pengetahuan satu tindakan yang penting untuk mencegah
masuknya mikroba ke dalam tubuh. Kurangnya Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
sikap siswa terhadap perilaku cuci tangan ini Sikap
dikarenakan tidak adanya penyuluhan atau
pelatihan tentang cuci tangan dari Dinkes setempat Hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan
kepada guru-guru untuk diajarkan kepada siswa- dan sikap cuci tangan sebelum dan seelah makan
siswi sekolah dasar (SD) untuk mewujudkan siswa SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul,
Idonesia sehat seperti yang diharapkan. Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 38 siswa
yang mempunyai pengetahuan dengan kategori baik
tentang cuci tangan terdapat 7 (18,5%) siswa
mempunyai sikap baik, dan 28 (73,6%) siswa
mempunyai sikap dengan kategori cukup dan yang
mempunyai tingkat pengetahuan dengan kategori
cukup terdapat 4 (20%) siswa dengan sikap baik,
dan 10 (50%) siswa mempunyai sikap cuci tangan
yang cukup sebelum dan setelah makan, kemudian
yang termasuk kategori kurang dalam tingkat
pengetahuan sebanyak 12 (31,6%) siswa
mempunyai sikap yang kurang dan sekaligus baik,
siswa dengan kategori cukup sebanyak 14 (36,8%)
siswa terhadap sikap cuci tangan sebelum dan
setelah makan.
Hasil analisis diperoleh nilai r sebesar 0,236
dan p-value=0,001 yang artinya terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang cuci tangan
dengan sikap cuci tangan sebelum dan setelah
makan dengan tingkat keeratan yang lemah. Hal ini
berarti pengetahuan siswa kelas 4, 5, dan 6 SD N
Ngebel Tamantirta Kasihan, Bantul mempunyai
pengaruh terhadap terwujudnya sikap terhadap
perilaku cuci tangan sebelum dan setelah makan
pakai sabun yang juga tergolong cukup. Sejalan
dengan penelitian Sari, yang menyatakan bahwa
ada keeratan hubungan antara pengetahuan dalam
upaya memperbaiki perilaku, artinya semakin tinggi
tingkat pengetahuan siswa maka semakin baik tingkat
perilakunya(9).
Berdasarkan penelitian Wittin, yang meneliti
tentang pengetahuan dan sikap siswa SD N Jambi
dengan perlakuan pre dan post tes menunjukkan
peningkatan pengetahuan siswa yang diikuti juga
dengan peningkatan sikap cuci tangan siswa setelah
diberikan penyuluhan mengenai manfaat dan
pentingnya cuci tangan(7). Kenaikan pengetahuan
siswa setelah

Tabel 3. Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Cuci Tangan Sebelum dan Setelah
Makan di SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul

Tingkat Sikap Cuci Tangan Sebelum dan Setelah Makan


Baik Cukup Kurang Jumlah r p-value
Pengetahuan
n % n % n % n %
Baik 7 18,5 28 73,6 3 7,9 38 100
Cukup 4 20,0 10 50,0 6 30,0 20 100 0,236 0,001
Kurang 12 31,6 14 36,8 12 31,6 38 100
penyuluhan dengan nilai selisih rerata pre dan post tes sebesar 3,35% dan sikap dengan nilai 6,17%.
Penelitian Wittin ini mendukung hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan sikap cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai sabun(7).
Rogers dalam Notoatmodjo mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu: kesadaran
(awareness) yang artinya subyek mengetahui atau menyadari obyek terlebih dahulu, dalam hal ini
adalah siswa yang mengetahui dan menyadari berbagai hal tentang pentingnya kebersihan diri
seperti cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai sabun. Setelah siswa mengetahui dan
menyadari hal tersebut maka kemudian timbul ketertarikan (interest), yaitu siswa tertarik untuk
melakukan tindakan cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai sabun sesuai dengan informasi
yang diketahui sebelumnya. Selanjutnya dengan melakukan evaluasi (evaluation) atau menimbang-
nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya atau dalam hal ini adalah subyek mulai
menunjukkan sikap terhadap obyek, artinya siswa mulai berfikir untuk menjaga kesehatan dengan
menimbang baik dan buruknya dengan mencuci tangan sebelum dan setelah makan. Setelah itu
proses mencoba (trial) yang artinya, siswa mencoba untuk melakukan tindakan mencuci tangan
sebelum dan setelah makan yang didasarkan atas berbagai pertimbangan yang telah difikirkan
sebelumnya hingga beradaptasi dengan perilaku (adaptation), yaitu siswa mulai terbiasa melakukan
tindakan cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai sabun(8). Sikap siswa SD N Ngebel
Tamantirta, Kasihan, Bantul mengenai sikap cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai sabun
yang termasuk dalam kategori cukup dapat disebabkan oleh faktor-faktor pengetahuan, misalnya:
sosial ekonomi, media elektronik dan cetak, dan yang terpenting adalah pendidikan dan motivasi
yang diberikan baik di
sekolah maupun lingkungan keluarga.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil dan bahasan maka dapat ditarik simpulan penelitian bahwa tingkat pengetahuan
siswa kelas 4, 5, 6 SDN Ngebel Tamantirta Kasihan, Bantul mengenai cuci tangan sebelum dan setelah
makan pakai sabun relatif cukup baik, untuk sikap juga dalam kategori cukup baik. Ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan sikap cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai sabun
pada siswa kelas 4, 5, 6 SDN Ngebel Tamantirta Kasihan, Bantul.
Saran agar pihak SDN Ngebel Tamantirta Kasihan dapat memberikan pendidikan tentang
pentingnya cuci tangan bersih memakai sabun. Bagi orang tua siswa diharapkan lebih mengetahui
tentang pentingnya cuci tangan bersih memakai sabun.

RUJUKAN
1. Depkes RI. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Kesehatan Nasional Menuju
Indonesia sehat 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2001.
2. Tietjen. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber
Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2004.
3. Kandun. Cara Sederhana Hindari Penyakit [internet]. 2007 [cited 2008 Jul 19]. Available from:
http://www.depkes.go.id/popups.
4. Indriono. Cuci Tangan Cegah Diare dan Ispa [internet]. 2007 [cited 2007 Des 13]. Available from:
http://.republika.co.id.
5. Azwar S. Penyusunan Skala Psikologi. 1st ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2005.
6. Yusuf S. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. 7th ed. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya; 2006.
7. Wittin K. Promosi Kesehatan mencuci Tangan menggunakan Sabun Melalui Metode Ceramah,
Demonstrasi dan Latihan dibandingkan dengan Media Leaflet pada Siswa Dasar di Kota Jambi.
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta; 2009.
8. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
9. Sari S. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Perilaku Personal Hygine Anak Jalanan
Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran; 2006.

ANALISIS JURNAL SIKAP CUCI TANGAN BERSIH PAKAI


SABUN SEBELUM DAN SETELAH MAKAN PADA SISWA SD N
NGEBEL

A. IDENTITAS JURNAL

1. Nama Jurnal : JOURNAL NERS


2. Volume : 03
3. Nomor :3
4. Halaman : 176-180
6. Judul Jurnal : TINGKAT PENGETAHUAN BERHUBUNGAN
DENGAN SIKAP CUCI TANGAN BERSIH PAKAI SABUN SEBELUM
DAN SETELAH MAKAN PADA SISWA SD N NGEBEL
TAMANTIRTA, KASIHAN, BANTUL, YOGYAKARTA
7. Nama Penulis : Khoiruddin1 , Kirnantoro2 , Sutanta3

8. Studi Kasus : SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta


B. ABSTRAK JURNAL

1. Jumlah Paragraf : 1 Paragraf


2. Halaman : Satu Halaman
3. Ukuran Spasi : 1.0
4. Uraian Abstrak : Abstrak disajikan hanya dalam Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris. Di dalam Abstrak Penulis mengemukakan
permasasalahan penyebab utama anak sering mengalami penyakit diare
dan pernafasan dan memaparkan tujuan penelitian yang akan dilakukan di
SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul, Yogyakarta untuk mengetahui
hubungan antar tingkat pengetahuan anak dengan sikap cuci tangan bersih
pakai sabun sebelum dan sesudah makan.

5. Keyword Jurnal : cuci tangan bersih pakai sabun, pengetahuan/


clean, hand washing with soap, knowledge

6. Tanggal Penelitian : Tidak dicantumkan

7. Tempat penelitian : SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul,


Yogyakarta

C. PENDAHULUAN JURNAL

Didalan pendahuluan jurnal penulis memaparkan bahwa pentingnya


menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. penulis juga menjelaskan
pentingnya cuci tangan bersih menggunakan sabun untuk menghindari
kuman penyakit yang menyebakan diare dan gangguan pernafasan pada
sebagian besar anak-anak di dunia. Peneliti juga meneliti sebagaimana
pengetahuan anak SD N Ngebel tamantirta mengenai cuci tangan bersih
menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan jajanan ternyata hasilnya
masih banyak anak belum mengetahui nya karena di sekolah pun masih
belum diberlakukan kegiatan cuci tangan bersih menggunakan sabun. Guru
kesehatan jasmani hanya menjelaskan bentuk materi saja kepada para
murid.

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan antara


tingkat pengetahuan anak dengan sikap cuci tangan bersih pakai sabun
sebelum dan sesudah makan di SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta. Secara khusus untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan
sikap cuci tangan siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SD N Ngebel Tamantirta,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

E. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah inferensial dengan pendekatan cross sectional


dan kuisioner Cross Sectional adalah studi yang mempelajari dinamika
hubungan atau korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak,
pendekatan yang dilakukan adalah dengan observasi atau pengumpulan
data sekaligus pada kondisi waktu tertentu.

F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Secara keseluruhan didalam pembahasan penulis sudah bisa memberikan


data sesuai dengan tujuan penelitian yang dikemukakan yaitu:

1. Secara umum mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan


anak dengan sikap cuci tangan bersih pakai sabun sebelum dan
sesudah makan di SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta.
2. Secara khusus untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap
cuci tangan siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 SD N Ngebel Tamantirta,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

G. KESIMPULAN

Di kesimpulan penulis menguraikan kesimpulannya yaitu. Peneliti berhasil


menarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan siswa kelas 4, 5, 6 SDN
Ngebel Tamantirta Kasihan, Bantul mengenai cuci tangan sebelum dan
sesudah makan pakai sabun relative cukup baik, untuk sikap juga dalam
kategori cukup baik serta dibuktikan adanya hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan sikap cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai
sabun pada siswa kelas 4, 5, 6 SDN Ngebel Tamantirta Kasihan, Bantul.

H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


1. Kelebihan

Secara keseluruhan jurnal memiliki kelebihan yang menonjol, jika dilihat


dari abstraknya penulis sudah menggunakan abstrak dengan format Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia hal ini yang mendukung jurnal ini
berpotensi menjadi rujukan secara internasional serta tidak
membingungkan bagi pembaca awam yang tiak mengerti Bahasa Inggris.
Kelebihan yang lain adalah Jenis penelitian ini adalah inferensial dengan
pendekatan cross sectional dan kuisioner Cross Sectional adalah studi yang
mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara faktor-faktor risiko
dengan dampak, pendekatan yang dilakukan adalah dengan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada kondisi waktu tertentu. Dan
memberikan judul langsung menuju topic secara langsung/khusus tetapi
juga memaparkan judul secara umum umum sehingga tidak
membingungkan pembaca.

2. Kekurangan

Terlepas dari kelebihan yang dimilki jurnal ini tentunya ada


kekurangannya yaitu penulis tidak mencantumkan tanggal penelitian
sehingga pembaca tidak mengetahui kapan terjadinya penelitian itu dan
berapa lama selang waktu penelitian. Di dalam jurnal hanya tertera tanggal
diterimanya artikel.

I. DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan


Kesehatan Nasional Menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2001.
2. Tietjen. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2004.
3. Kandun. Cara Sederhana Hindari Penyakit [internet]. 2007 [cited
2008 Jul 19]. Available from: http://www.depkes.go.id/popups.
4. Indriono. Cuci Tangan Cegah Diare dan Ispa [internet]. 2007 [cited
2007 Des 13]. Available from: http://.republika.co.id.
5. Azwar S. Penyusunan Skala Psikologi. 1st ed. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar; 2005.
6. Yusuf S. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. 7th ed.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2006.
7. Wittin K. Promosi Kesehatan mencuci Tangan menggunakan Sabun
Melalui Metode Ceramah, Demonstrasi dan Latihan dibandingkan
dengan Media Leaflet pada Siswa Dasar di Kota Jambi. Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta; 2009.
8. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta; 2003.
9. Sari S. Hubungan Faktor Predisposisi dengan Perilaku Personal
Hygine Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung.
Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran; 2006.

You might also like