Professional Documents
Culture Documents
Pengelolaan Jerami Kalium Pada Padi
Pengelolaan Jerami Kalium Pada Padi
1 2002
ABSTRACT. Management of Rice Straw and K Fertilizer on Cekaman kekeringan dan kesuburan tanah yang
Rainfed Lowland Rice with K Deficienting. Rainfed lowland rice
rendah adalah faktor pembatas produktivitas sawah
areas of Central Java have low soil fertility which is attributed to major
nutrients deficiencies including potassium. A field experiment was tadah hujan. Kekeringan dapat terjadi di awal musim
conducted to study the effect of KCl fertilizer and rice straw on tanam atau saat tanaman berbunga hingga pengisian
potassium uptake and balance, and yield of rainfed lowland rice on K gabah (Wade et al., 1998).
deficient Aeric Endoaquepts. The factorial experiment was arranged a
randomized complete block design involving three levels of rice straw
Kalium berperan penting bagi tanaman dalam pro-
management, five levels of KCl fertilizer application, and three ses metabolisme, mulai dari fotosintesis, translokasi
replicates. The Aeric Endoaquepts which dominate Jakenan’s rainfed asimilat hingga pembentukan pati, protein, dan akti-
lowland rice areas had exchangeable K below 0.1 meq/100 g, whereas vator enzim (Karama et al., 1992). Kalium sangat mobil,
the critical limit for lowland rice crops ranged 0.18 to 0.26 meq/100 g.
The combination of K fertilizer and rice straw significantly increased
sebagian besar terdapat di bagian vegetatif tanaman
grain yield of rainfed lowland rice and K uptake. Application of K terutama dalam jaringan muda (Odjak, 1992).
fertilizer combined with composted straw yielded grain higher than the Jumlah K yang diserap tanaman bergantung pada
combination of it with fresh straw. Application of K fertilizer at basal status K, pH, kandungan dan tipe mineral liat, kandung-
level was better than twice application. Application of 5 ton straw/ha
either fresh nor composted could not substitute for inorganic K fertilizer
an hara lapisan bawah, kandungan bahan organik
equal to 60-70 kg K/ha. The highest K fertilizer efficiency was gained tanah, jenis dan varietas tanaman, sistem perakaran,
if 50 kg K/ha basal level was combined with composted straw. tingkat produksi, dan iklim (Barber, 1984). Status K
Application of straw tended to increase potassium balance toward tanah rendah jika konsentrasi K dapat ditukar kurang
positive.
dari 0,1 me K/100 g. Kondisi ini terjadi pada lahan
Key words: Potassium, uptake, balance, yield, rainfed lowland. sawah tadah hujan jenis tanah Inceptisol. Menurut
Jones et al. (1982), batas kritis K dalam tanah untuk
ABSTRAKS. Kesuburan tanah sawah tadah hujan di Jawa Tengah
umumnya rendah yang dicirikan oleh kahat hara utama termasuk tanaman padi berkisar 0,18-0,26 me K/100 g tanah.
kalium. Percobaan lapang dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh Kekahatan K menyebabkan tanaman cepat tua,
pengelolaan pupuk K dan jerami padi terhadap serapan dan neraca K masak tidak merata, gabah hampa tinggi, dan tanaman
serta hasil padi sawah tadah hujan pada tanah Aeric Endoaquept kahat mudah terserang hama dan penyakit (Karama et al.,
K. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak kelom- pok
berfaktor dengan tiga perlakuan jerami, lima perlakuan pupuk K, dan
1992). Kekahatan K umumnya terjadi pada tanah
tiga ulangan. Kandungan K dapat ditukar dalam tanah Aeric dengan kapasitas memasok K rendah, pem- berian
Endoaquept kurang dari 0,1 meq/100 g, sedangkan batas kritis K untuk pupuk K tidak cukup, jerami tidak dikembalikan ke
tanaman padi sawah berkisar 0,18-0,26 meq/100 g. Kombinasi pupuk tanah, masukan K dari air irigasi kecil, dan jumlah H 2S,
Fe 2+ dan asam-asam organik melimpah yang meng-
K dan jerami padi nyata meningkatkan hasil gabah dan serapan K.
Pemberian pupuk K dan jerami lapuk menghasilkan gabah lebih tinggi
daripada kombinasi pupuk K dan jerami segar. Pemberian pupuk K hambat pertumbuhan akar dan serapan K. Kekahatan
secara basal memberikan hasil gabah lebih baik daripada pemberian K pada tanaman padi juga dipengaruhi oleh peng-
secara bertahap. Jerami 5 t/ha, baik segar maupun lapuk, dapat gunaan pupuk N dan P berlebihan, dan sistem per-
menggantikan pupuk K anorganik setara 60-70 kg K/ha. Efisiensi pupuk
K tertinggi dicapai jika pupuk K (50 kg K/ha) diberikan sekali- gus akaran dangkal. Kekahatan K umumnya ditemukan
sebagai basal dikombinasikan dengan jerami lapuk. Pemberian jerami pada tanah dengan kandungan K rendah, terutama
cenderung meningkatkan neraca parsial K ke arah positif. tanah yang bertekstur kasar dengan KTK rendah dan
Kata kunci: Kalium, serapan, neraca, hasil, tadah hujan tanah yang telah mengalami proses lanjut seperti
Ultisol atau Oxisol (Dobermann dan Fairhurst, 2000).
L
ahan sawah tadah hujan umumnya diusahakan Jerami padi dapat digunakan sebagai sumber hara
secara tradisional, mengikuti pola tanam padi K karena sekitar 80% K yang diserap tanaman berada
gogorancah-padi walik jerami-bera atau dalam jerami. Oleh karena itu, jerami padi berpotensi
palawija. Produktivitas padi sawah tadah hujan relatif sebagai pengganti pupuk K anorganik, baik diberikan
rendah dengan rata-rata 2,0-2,5 t/ha (Ismunadji dan dalam bentuk segar, dikomposkan, maupun dibakar
Suprapto, 1990). (Odjak, 1992). Jerami selain dapat menggantikan
26
WIHARDJAKA ET AL.: JERAMI DAN PUPUK KALIUM PADA PADI S AWAH TADAH H UJAN
pupuk K pada takaran tertentu, juga berperan penting S diberikan sekaligus sebelum tanam bersamaan
dalam memperbaiki produktivitas tanah sawah yang dengan pemberian 1/3 bagian N pertama. Pemberian
dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan menjamin pupuk urea (1/3 N), SP-36, dan S (ZA) sebelum tanam
kemantapan produksi (Sri Rochayati et al., 1990). digunakan sebagai pupuk dasar, dimana 1/3 N atau 40
Di beberapa daerah jerami diangkut seluruhnya kg N diberikan dalam bentuk urea setelah dikurangi
untuk pakan ternak, pembuatan kertas, dan lain lain. dengan kandungan N yang berasal dari pupuk ZA yaitu
Di daerah lainnya, jerami dibiarkan di lapang atau di- 22,5 kg N dari urea (setara 49 kg urea/ha) dan 17,5 kg
bakar ditempat guna memudahkan pengolahan tanah. N dari ZA (setara 83 kg ZA/ha).
Menurut Ponnamperuma (1985), pengembalian jerami Bibit padi varietas IR36 ditanam secara pindah dari
ke tanah mampu meningkatkan hasil gabah. Pem- persemaian setelah berumur 21 hari dua bibit per
benaman 5 t jerami ke tanah memasok 100 kg K, 7 kg lubang dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Bibit ditanam
P, 20 kg Ca, 5 kg Mg, dan 300 kg Si. Dengan demikian, dengan cara minimum tillage sebagai padi walik-
pembenaman jerami ke tanah dapat menghemat peng- jerami.
gunaan pupuk anorganik dan mendaur hara dalam Pengendalian hama dilakukan sesuai anjuran de-
tanah. ngan mempertimbangkan kondisi di lapang. Karbo-
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mempelajari pe- furan dengan takaran 15 kg/ha diberikan sebelum
ngaruh pupuk K dan jerami padi terhadap hubungan tanam. Herbisida Saturn-D dengan takaran 15 kg/ha
serapan K dan hasil padi sawah tadah hujan dan diberikan sebelum tanam. Penyiangan dilakukan dua
neraca K; (2) Mempelajari kontribusi jerami padi ter- kali secara manual (matun).
hadap efisiensi pemupukan K; dan (3) Mempelajari Contoh tanah diambil secara komposit pada ke-
pengaruh waktu pemberian pupuk K terhadap serapan dalaman 0-15 dan 15-30 cm untuk analisis pendahuluan.
K dan hasil padi sawah tadah hujan. Sifat kimia dan fisik contoh tanah yang dianalisis
meliputi pH tanah (metode elektroda 1:1), N-total
(metode Kjeldahl), C-organik (metode Walkley-Black),
BAHAN DAN METODE P tersedia (metode Bray 1 dan Olsen), kation dapat
ditukar dan KTK (metode ektraksi NH 4OAc 1 N pH 7),
Penelitian dilaksanakan di Instalasi Kebun Per- K tidak dapat ditukar (metode ekstraksi 1 M HNO3
cobaan Jakenan, Pati, pada MK 2001. Jenis tanah lokasi mendidih), K total (metode ekstraksi HF/HClO4),
percobaan adalah Aeric Endoaquept yang tergolong ke tekstur tanah (metode pipet), dan bobot isi (metode
dalam ordo Inceptisol. Percobaan disusun meng- ring-sampling, gravimetri). Peubah yang diamati me-
gunakan rancangan acak kelompok berfaktor dengan liputi serapan K, kandungan K dalam air permukaan
tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas pemberian jerami: dan air hujan, hasil gabah dan jerami dari ubinan ber-
(J0) tanpa jerami, (J 1) 5 t/ha jerami segar, (J2) 5 t/ha ukuran 2 x 3 m, efisiensi pupuk K, dan neraca K secara
jerami lapuk; dan takaran pupuk KCl: (K 0) 0 kg K/ha, parsial. Efisiensi pupuk K dihitung berdasarkan per-
(K1) pemberian 50 kg K/ha diberikan sehari sebelum bandingan antara peningkatan hasil gabah dan pe-
tanam atau -1 HST, (K2) pemberian 50 kg K/ha di- ningkatan takaran pupuk K yang digunakan (Yoshida,
berikan bertahap: 1/2 K saat -1 HST dan 1/2 K saat 40 1981). Neraca K secara parsial merupakan selisih
HST, (K3) pemberian 100 kg K/ha diberikan saat -1 HST, antara masukan K parsial (K tanah awal, K dari curah
(K4) pemberian 100 kg K/ha diberikan bertahap: 1/2 K hujan, K dari lumpur, K dari pupuk dan jerami) dan
saat -1 HST dan 1/2 K saat 40 HST. keluaran K (K terserap tanaman, K hilang melalui pen-
Pengolahan tanah dilakukan satu bulan sebelum cucian) (Dobermann and Fairhurst, 2000).
tanam dan dibuat petak-petak percobaan berukuran 4
x 5 m. Lahan diratakan dan dibiarkan selama 1-2
minggu sebelum tanam. Jerami diberikan sebelum HASIL DAN PEMBAHASAN
tanam, bersamaan dengan pengolahan tanah dan di-
campur secara merata serta dibiarkan selama lebih
kurang satu bulan. Karakteristik Tanah Aeric Endoaquept Jakenan
Jerami segar yang digunakan mengandung 41,68%
Tanah Aeric Endoaquept dicirikan oleh adanya epi-
C; 0,49% N; 1,40% P; dan 1,70% K, sedangkan jerami
pedon okrik dan horison bawah kambik, dengan ba-
lapuk mengandung 19,89% C; 0,51% N; 1,24% P; dan
tuan aluvilium/koluvium pada formasi geologi kuarter
1,42% K. Pupuk N, P dan S diberikan sesuai anjuran
termuda sebagai bahan induk tanah. Karakteristik ki-
setempat, yaitu 120 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S/ha. Pupuk
mia dan fisik tanah Aeric Endoaquept pada kedalaman
N diberikan tiga kali, 1/3 bagian sebelum tanam (basal),
0-30 cm ditampilkan pada Tabel 1. Tanah bereaksi agak
1/3 bagian 20 HST, dan 1/3 bagian 35 HST. Pupuk P dan
27
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 1 2002
Tabel 1. Karakteristik tanah Aeric Endoaquept, Jakenan, Desember dengan petak yang dipupuk 100 kg K/ha. Pupuk K yang
2000.
diberikan sekaligus menghasilkan gabah tidak berbeda
Sifat Tanah 0-15 cm 15-30 cm nyata dengan pupuk K yang diberikan secara bertahap
pada takaran 50 kg dan 100 kg K/ha. Hal senada di-
pH-H20 (1:1) 5,3 6,5 laporkan oleh IRRI (1986) bahwa hasil padi sawah IR36
Daya hantar listrik (1:1), dS/m 0,12 0,08
yang diberi pupuk K sebelum tanam sebagai basal
C-organik (mg/g) 3,45 1,06
N-total (mg/g) 0,35 0,22 tidak berbeda nyata dengan yang diberikan secara
P tersedia (ppm P) : Olsen 3,20 0,53 bertahap (basal dan empat minggu setelah tanam),
Bray 1 13,00 1,70 baik pada takaran 50 kg maupun 100 kg K/ha pada
KTK (me/100 g) 5,49 11,67 tanah Mollisol yang kahat K di lahan sawah tadah hujan
Ca-dd (me/100 g) 3,97 9,97
Mg-dd (me/100 g) 0,30 1,17
Pangasinan Filipina.
Na-dd (me/100 g) 0,11 0,40 Pupuk K meningkatkan hasil gabah 16,0-26,6% dan
K-dd (me/100 g) 0,04 0,08 jerami 16,4-23,6%. Perlakuan jerami lapuk cenderung
K-tdd (me/100 g) 0,08 0,07 menghasilkan gabah lebih tinggi daripada perlakuan
K total (me/100 g) 18,54 21,25 jerami segar (Tabel 2). Tanpa K dan jerami, gabah yang
Zn tersedia (ppm) 0,22 0,08
dihasilkan hanya 2,98 t/ha. Pemberian pupuk K dan
Bobot isi (g/cm3) 1,48 1,67
Tekstur tanah : pasir (%) 41 23 jerami memberikan hasil 4,83-5,77 t/ha, dimana hasil
debu (%) 48 40 tersebut umumnya dicapai pada sistem gogorancah
liat (%) 11 37 pada musim hujan. Di daerah tropika, padi yang di-
tanam pada musim kemarau umumnya memerlukan
K lebih banyak daripada musim hujan karena panjang
masam hingga masam dengan daya hantar listrik hari dan intensitas sinar matahari lebih tinggi sehingga
sangat rendah ( DHL < 2 dS/m). Tanah mempunyai meningkatkan laju asimilasi (Karama et al., 1992).
kandungan bahan organik dan kapasitas tukar kation Pemberian jerami, baik yang segar maupun yang
rendah, kandungan hara-hara yang diperlukan lapuk, meningkatkan hasil sebesar 78,9-82,1%. Hasil
tanaman sangat rendah hingga rendah terutama pada gabah pada petak perlakuan jerami tidak berbeda
lapisan olah (0-15 cm). Status K tanah termasuk sangat nyata dengan petak perlakuan 50 kg K ataupun 100 kg
rendah dengan kadar K terekstrak NH 4OAc 1 N kurang K/ha. Ini berarti bahwa jerami 5 t/ha, baik segar mau-
dari 0,10 me K/100 g, sedangkan batas kritis K dapat pun lapuk, dapat menggantikan pupuk K sebesar 50 kg
ditukar untuk tanaman padi sawah adalah 0,2 me K/100 K/ha atau 100 kg KCl/ha. Hasil senada dilaporkan
g (Jones et al., 1982). Tanah dengan batas kritis K Karama et al. (1992) bahwa pembenaman 5 t oleh
terekstrak HCl 25% sebesar 10 mg K2O/100 g umum jerami segar/ha, dua minggu sebelum tanam di
digunakan untuk lahan sawah (Makarim, 1992). Tanah beberapa lokasi di Jawa, dapat menghemat 100 kg
Inceptisol Jakenan mem- punyai kandungan K total 725 KCl/ha untuk mencapai hasil 5 t gabah/ha. Pembenam-
mg/kg pada kedalaman 0-15 cm dan 831 mg/kg pada an 5 t jerami/ha cukup untuk memenuhi kebutuhan K
kedalaman 15-30 cm. Kandungan K terekstrak HNO3 1 tanaman. Dibandingkan dengan tanpa pupuk K, pem-
M juga termasuk kategori rendah. berian jerami 5 t/ha meningkatkan hasil masing-
Tanah Aeric Endoaquept mempunyai sifat fisik masing sebesar 2,30 dan 2,16 t/ha. Dibandingkan
buruk yang ditunjukkan oleh mampatnya permukaan dengan tanpa K dan tanpa jerami, pemberian jerami
tanah pada kondisi tanah kering. Lapisan olah tanah dan pupuk K meningkatkan hasil padi 1,85-2,79 t/ha.
relatif lebih gembur daripada lapisan di bawahnya yang Kombinasi jerami dan 50 kg K/ha yang diberikan
ditunjukkan oleh bobot isi lapisan 0-15 cm lebih rendah secara bertahap menghasilkan 4,83 t gabah/ha, relatif
daripada lapisan 15-30 cm. Tanah didominasi oleh rendah dibanding perlakuan kombinasi lainnya.
fraksi debu dan pasir, sehingga kelas tekstur tanahnya Rendahnya hasil diduga karena adanya kehilangan
termasuk lempung hingga lempung berliat. Dominasi hasil akibat serangan hama burung di sekitar ubinan
debu dan pasir memungkinkan terjadinya proses pen- menjelang panen. Serangan hama burung saat
cucian hara, antara lain K. tanaman berumur 100 HST, pada petakan tersebut
mencapai 5,2%, sedangkan pada perlakuan lainnya
berkisar antara 0,4-1,3%. Hama burung juga
Hasil Padi Sawah Tadah Hujan
merupakan salah satu penyebab merosotnya hasil padi
Pemberian jerami dan pupuk K sangat nyata me- walikjerami, terutama yang terlambat tanam.
ningkatkan hasil padi (p < 0,01) seperti terlihat pada Sementara tanaman di sekitarnya telah dipanen
Tabel 2. Hasil gabah dan jerami pada petak yang diberi (Mamaril et al., 1994).
pupuk K sebesar 50 kg K/ha tidak berbeda nyata
28
WIHARDJAKA ET AL.: JERAMI DAN PUPUK KALIUM PADA PADI S AWAH TADAH H UJAN
Tabel 2. Hasil gabah, bobot jerami dan serapan K total tanaman padi
Hasil gabah (t/ha)
varietas IR36 di lahan sawah tadah hujan. Jakenan, Jawa
7
Tengah, MK 2001.
6
5
Waktu aplikasi pupuk K Perlakuan
4
3 Basal 40 HST Tanpa jerami Jerami segar Jerami lapuk
Y = 0.021 X + 3.466 (r = 0.79**)
2 Y = 0.005 X + 5.046 (r = 0.31tn) Tanpa Jerami (-1 HST) ..............................(5 t/ha) ...............................
Jerami Segar
1 Y = 0.003 X + 5.239 (r = 0.29tn)
Jerami Lapuk
Hasil gabah kadar air 14% (t/ha)
0
0 20 40 60 80 100 120 0 0 2,98 a 5,28 ab 5,14 a
Takaran pupuk K (kg K/ha) 50 0 5,01 b 5,27 ab 5,62 a
25 25 4,98 b 4,83 a 5,37 a
100 0 5,40 b 5,77 b 5,40 a
Gambar 1. Hubungan antara takaran pupuk K dan hasil gabah padi 50 50 5,21 b 5,51 ab 5,60 a
sawah tadah hujan pada perlakuan jerami di Jakenan
selama MK 2001. Bobot jerami kering (t/ha)
0 0 3,66 a 6,49 a 6,35 ab
Hasil gabah dan jerami terendah diperoleh pada 50 0 6,26 b 7,01 a 5,94 a
petak tanpa pupuk K dan tanpa jerami. Rendahnya 25 25 5,90 b 7,06 a 6,60 ab
hasil gabah umumnya disebabkan oleh rentannya ta- 100 0 6,20 b 6,50 a 6,72 ab
50 50 6,69 b 6,52 a 7,18 b
naman padi terhadap serangan hama terutama peng-
gerek padi kuning dan penyakit bercak coklat, terutama Serapan K (kg K/ha)
pada tanah kahat kalium. Menurut Dobermann dan 0 0 66,46 a 135,92 a 123,84 a
50 0 142,59 b 175,31 b 140,57 ab
Fairhurst (2000), kekahatan K meningkatkan penularan 25 25 144,50 b 190,06 b 139,47 ab
penyakit pada tanaman padi terutama Helminthospo- 100 0 171,08 b 182,55 b 167,11 b
rium oryzae, Cercospora spp., Xanthomonas oryzae, 50 50 170,07 b 156,55 ab 171,46 b
Rhizoctonia solani, Sarocladium oryzae, Helmintho- Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT.
sporium sigmoideum, dan Pyricularia oryzae. Kehadir- HST = hari setelah tumbuh
29
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 1 2002
30
30
WIHARDJAKA ET AL.: JERAMI DAN PUPUK KALIUM PADA PADI S AWAH TADAH H UJAN
7
Efisiensi pupuk K tertinggi dicapai pada pe-
6 Pengenceran maksimum Tanpa jerami
mupukan 50 kg K/ha yang diberikan sekaligus disertai
Y = 115X
dengan pemberian jerami lapuk, yaitu 52,7 kg K/kg
Hasil gabah (t/ha)
5
4 Y = 0,005X + 3,445 (r = 0,91**) gabah. Efisiensi pupuk K untuk gabah umumnya tinggi
pada awal pertumbuhan tanaman, menurun, dan
3
Akumulasi maksimum
2
1
Y = 36X
tinggi lagi pada pertumbuhan akhir. Hanya 20% dari K
0 yang diserap dan ditranslokasikan ke malai, sedangkan
80% tertinggal dalam bagian vegetatif saat masak
0 50 100 Serapan K (kg K/ha)150 200 250
0K 50 K: basal 50 K: 1/2-bsl+1/2-40hst 100 K: basal 100 K: 1/2-bsl+1/2-40hst
(Yoshida, 1981).
6 Pengenceran maksimum
Jerami segar
Neraca Parsial Kalium
5 Y = 115X
3 Akumulasi maksimum Y = 0,002X + 5,001 (r = 0,10tn) tara masukan K parsial dan keluaran K, dimana ma-
sukan K terdiri atas K tanah awal, K yang berasal dari
2 Y = 36X
0
0 50 100
Serapan K (kg K/ha)
150 200 250
sedangkan keluaran K terdiri atas serapan K oleh
0K 50 K: basal 50 K: 1/2-bsl+1/2-40hst 100 K: basal 100 K: 1/2-bsl+1/2-40hst
tanaman dan kehilangan K oleh aliran permukaan dan
pencucian (Dobermann and Fairhurst, 2000). Neraca K
7
Jerami lapuk
sederhana dapat diduga tanpa memperhatikan besar-
6 Pengenceran maksimum
Y = 115X
nya K yang hilang akibat proses pencucian, aliran per-
mukaan dan perembesan.
5
Hasil gabah (t/ha)
1
ngan jerami segar atau jerami lapuk cenderung
menyebabkan pengkayaan K dalam tanah (Tabel 3).
0
0 50 100 150 200 250
Serapan K (kg K/ha)
0K 50 K: basal 50 K: 1/2-bsl+1/2-40hst 100 K: basal 100 K: 1/2-bsl+1/2-40hst Pengembalian jerami ke dalam tanah dapat me-
ningkatkan neraca K, yang berarti terjadi peningkatan
kesuburan tanah. Tingginya kandungan K setelah
Gambar 3. Hubungan antara serapan K dengan hasil padi sawah panen memberikan petunjuk bahwa residu K dalam
tadah hujan di Jakenan pada MK 2001. tanah relatif cukup untuk musim tanam berikutnya,
terutama pada perlakuan yang diberi bahan organik.
Tabel 3. Kadar K dalam gabah dan jerami saat panen, efisiensi pupuk K, dan neraca K pada padi IR36 yang ditanam dengan sistem walik jerami
di Jakenan pada MK 2001.
31
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 21 NO. 1 2002
Peningkatan takaran pupuk K cenderung me- Takaran pupuk K tinggi dikombinasikan dengan jerami
ningkatkan neraca K ke arah positif, apalagi jika jerami memberikan imbangan K positif atau terjadi peng-
dikembalikan lagi ke dalam tanah. Pemberian 5 t kayaan K.
jerami/ha, baik segar maupun lapuk, dapat memasok
K ke dalam tanah sebesar 70-85 kg K/ha, dimana kan-
dungan K dalam jerami segar dan lapuk masing- DAFTAR PUSTAKA
masing adalah 1,70% dan 1,42%. Tanpa pengembalian
jerami dan pasokan K dari air irigasi, neraca K umum- Barber, S.A. 1984. Soil nutrient bioavailability: a mechanism
approach. A Wiley-Intercience Publ. John Wiley & Sons. New
nya negatif (Tabel 3). Kandungan K dari air lumpur dan York.
air hujan masing-masing adalah 2,8 kg dan 20,8 kg K/ha Dobermann, A. and T. Fairhurst. 2000. Rice: nutrient disorders &
yang dihitung dari perkalian antara kadar K dalam air nutrient management. IRRI-PPI-PPIC. Canada.
lumpur atau air hujan dengan banyaknya air yang ber- IRRI. 1986. Annual report for 1985. Inter. Rice Res. Inst. Los Banos,
Laguna, Philippines.
beda dalam petakan selama musim tanam. Ismunadji, M., and Suprapto. 1990. Potash boasts rice production.
Neraca parsial K negatif berarti terjadi pengurasan Better Crops Inter. 6(2): 3-5.
K dalam tanah, dimana K terangkut tanaman dan K Jones, U.S., J.C. Cattail, C.P. Mamaril, and C.S. Park. 1982. Woodland
tercuci dari tanah digantikan oleh bentuk tidak dapat rice-nutrient deficiencies other than nitrogen. p.327-378. In:
Rice Research Strategies for the Future. Inter. Rice Res. Inst. Los
ditukar. Bentuk tidak dapat ditukar terdiri atas K yang Banos, Philippines.
tertambat pada kisi liat dan struktur K pada mineral, Karama, A.S., J. Sri Adiningsih, M. Supartini, M. Sediarso, A. Kasno,
dapat lapuk dalam fraksi debu dan liat. Tanah dan T. Prihatini. 1992. Peranan pupuk kalium dalam
Inceptisol Jakenan mengandung mineral liat smektit, peningkatan produktivitas lahan pertanian di Indonesia. p. 9-48.
dalam Peranan kalium dalam pemupukan berimbang untuk
kaolinit, kuarsa, dan illit terutama pada lapisan olah mempercepat swasembada pangan. Prosiding Seminar
(0-20 cm) dengan kandungan masing-masing 60%, Nasional Kalium. Jakarta, 4 Agustus 1992.
22%, 11%, dan 4% (Wihardjaka, 1999). Adanya mineral Kirk, G.J.D., C.B.M. Begg, and J.L. Solivas. 1993. The chemistry of the
smektit dan illit dalam tanah Inceptisol Jakenan ber- lowland rice rhizosphere. Plant Soil 155: 83-86.
Makarim. A.K. 1992. Perubahan keperluan pupuk kalium akibat
potensi memfiksasi K (Kirk et al., 1993). penerapan sistem pertanian intensif dan modern. p. 155-162.
dalam Peranan kalium dalam pemupukan berimbang untuk
mempercepat swasembada pangan. Prosiding Seminar
Nasional Kalium. Jakarta, 4 Agustus 1992.
KESIMPULAN DAN SARAN Mamaril, C.P., A. Wihardjaka, D. Wurjandari, and Suprapto. 1994.
Potassium fertilizer management for rainfed lowland rice in
Pemupukan 50 kg K/ha tidak berbeda nyata dengan Central Java, Indonesia. Philipp. J. Crop Sci. 19(2): 101-109.
pemupukan 100 kg K/ha terhadap hasil gabah dan Mitra, G.N., S.K. Sahu, and G. Dev. 1990. Potassium chloride increases
serapan K. Pemberian pupuk K sekaligus cenderung rice yield and reduces symptons of iron toxicity. Better Crops
Inter. 6(2): 14-15.
menghasilkan gabah lebih tinggi tetapi serapan K relatif Odjak, M. 1992. Effect of potassium fertilizer in increasing quality and
lebih rendah daripada K yang diberikan bertahap. quantity of crop yield. p. 94-104. dalam Peranan kalium dalam
Kombinasi pupuk K dan jerami lapuk cenderung meng- pemupukan berimbang untuk mempercepat swasembada
hasilkan gabah lebih tinggi daripada kombinasi pupuk pangan. Prosiding Seminar Nasional Kalium. Jakarta, 4 Agustus
1992.
K dan jerami segar.
Ponnamperuma, F.A. 1985. Straw as source of plant nutrients for
Pemberian jerami 5 t/ha baik segar maupun lapuk wetland rice. p. 117-136. In: Organic matter and rice. Inter. Rice
efektif meningkatkan hasil gabah dan tidak berbeda Res. Inst. Los Banos, Philippines.
nyata dengan pemupukan 50 kg atau 100 kg K/ha. Sri Rochayati, Mulyadi, dan J. Sri Adiningsih. 1990. Penelitian efisiensi
penggunaan pupuk di lahan sawah. Makalah Lokakarya
Jerami 5 t/ha dapat dipertimbangkan menggantikan
Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Cisarua, 12-13
pupuk K sebesar 60-70 kg K/ha untuk menghasilkan November 1990. 43p.
gabah 4,83-5,77 t/ha. Wade, L.J., T. George, J.K. Ladha, U. Singh. S.I. Bhuiyan, and S. Pandey.
Pemberian jerami dapat meningkatkan efisiensi 1998. Opportunities to manipulate nutrient-by water interaction
in rainfed lowland rice systems. Field Crops Res. 56: 93-112.
pemupukan K, terutama jerami lapuk. Kombinasi
Wihardjaka, A. 1999. Karakteristik mineralogi liat tanah Aeric
jerami dengan 50 kg K/ha memberikan efisiensi pe- Tropaquept Jakenan. Makalah Seminar Rutin Lolittan. Jakenan.
mupukan K relatif tinggi. Pemberian jerami terutama Pati. 15p.
dalam bentuk segar menyebabkan tingginya serapan K Witt, C., A. Dobermann, S. Abdulrachman, G.C. Gines, R. Nagarajan,
S. Satawathananont, T.T. Son, P.S. Tan, L.V. Tiem, G.H. Wang,
oleh tanaman atau terjadi luxury consumption.
and G.D. Simbahan. 1999. On the relationship between grain
Pemberian jerami memperbaiki neraca parsial K yield and plant nutrient accumulation in irrigated rice grown in
pada tanaman. Tanpa pemberian jerami menyebab- tropical and subtropical Asia. Field Crops Res. 64: 337- 347.
kan neraca parsial K negatif atau terjadi pengurasan K. Yoshida, S. 1981. Fundamentals of rice crop science. Inter. Rice Res.
Inst. Los Banos, Laguna, Philippines.
32