You are on page 1of 46
Bab 1 Asas-asas dan Ruang Lingkup Amu Antropologi _ A. Fase fase Perkembangan Fimu Antropologi 1 Fase Pertama (Scbelum 1800) Kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika selama 4 abad (scjak akhir abad ke.15 hingga permulaan abad ke-16) membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan dengan itu mulai terkumpul tulisan buah bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan Ametika tadi, yaitu: a. Ada yang berpandangan bahwa sebenarnya, melainkan mereka man ; sebagainya. Dengan demikian timbul istilah ict brimitives, Bab 1: Asasasas dan Ruane Linghsp Ure Autreselgi ee: Suatu ima orrop slogi dengan sifat-sifat seperti yang turat tadi, terutama berkembang di Inggris sebagai Negara penjajah yang utama, dan juga di hampir semua negara kolonial lainnya. Amerika Serikat pun yang bukan negara kolonial, tetapi telah mengalami berbagar masalah yang berhubungan dengan suku-suku bangsa Indian penduduk pribumi Benua Amerika, kemudian terpengaruh oleh ilmu antropologi vang baru tadi, : Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut: mempelajuri maryarakat dan ksbndayaan sukw-suku bangsa di lar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang komaplekes Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahinya bahan pengetahuan yang, jauh lebih telit, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Sclain itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia: a. Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia IL b. Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah Perang Dunia I] memang hampir tidak ada lagi di muka bumi ini. Proses-proses tersebut menyebabkan ilmu antropologi seolah- olah kehilangan lapangan, dan dengan demikian terdorong untuk mengembangkan lapangan-lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan yang baru. Adapun warisan dari fase-fase perkembangan semula, yaitu yang pertama, kedua, dan ketiga, berupa bahan etnografi dan banyak metode ilmiah, tentu tidak dibuang demikian saja, tetapi dipakai sebagai landasan bagi perkembangannya yang baru. Perkembangan itu terutama terjadi di universitas-universitas di Amerika Serikat, tetapi menjadi umum di negara-negara Jain juga setelah tahun 1951, ketika 60 orang tokoh abli antropologi dati berbagai negara di Amerika dan Eropa (termasuk Uni Soviet), mengadakan suatu simposium internasional untuk meninjau dan merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup dari ilmu antropologi yang baru itu. \ 4 Pengantar Imu Antropologi Pokok atau sasaran dari penelitian para abli antropologi sudah scjak tahun 1930, memang tidak lagi hanya suku-suku bangsa primitif yang tinggal di benua-benua di Iuar Eropa saja, tetapi sudah beralih kepada manusia di dacrah pedesaan pada umumnya, ditinjau dati sudut keragaman fisiknya, masyarakatnya, serta kebudayaannya. Dalam hal itu, perhatian tidak hanya tertuju kepada penduduk dacrah pedesaan di luar benua Eropa, tetapi juga kepada suku-suku bangsa di daerah pedesaan di Eropa (seperti suku-suku bangsa Soami, Flam, Lapp, Albania, Irlandia, penduduk Peguoungan Sierra dan lain-lain), dan kepada penduduk beberapa kota kecil di Amerika Setikat (Middletown, Jonesville dan lain-lain).> Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat dibagi dua, yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademisnya adalah mencapai Pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisikenya, masyarakat, serta kebudayaannya. Katena di dalam praktik ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku-bangsa, maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suks bangsa guna membangun masyarakat suk bangsa ibe, B. Antropologi Masa Kini L _Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah Uraian mengenai keempat fase perkembangan ilmu antropologi tadi, perlu untuk mendapat suatu pengertian tentang tujuan dan ruang lingkupnya. Karena ilmu antropologi masih tergolong muda yakni baru berumur kira-kira satu abad saja, menyebabkan tujuan dan ruang lingkupnya masih merupakan suatu kompleks masalah yang sampai sekarang masih menjadi pokok perbedaan paham antara berbagai aliran yang ada dalam kalangannya sendiri. Secata kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat digolongkan berdasarkan atas_berbagai Universitas di beberipa negara tempa log berkembang, * Dengan demikian keterangan yang sampai sekarang masih sering terdapat dalam buku pelajaran antropologi, yang mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari bangsa- bangsa primitif, merupakan keterangaa yang ketinggalan, Bab 1 : Asas-asas dan Ruang Lingkup Tow Antropologi 5 yaitu terutama a Amerika Senkat, Inggris, Eropa Tengah, ropa Utara, Uni Soviet, dan negara-negara yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat, ilmu_antropologi telah _memakai_dan mengintegrasikan. nisi har . Lilmu antropologi dalam fasenya yang pertama, kedua, dan ketiga, ditambah dengan berbagai spesialisasi yang tclah dikembangkan secara khusus untuk mencapai pemahaman tentang dasar-dasar dari keragaman bentuk masyatakat dan kcbudayaan manusia yang tampak pada masa sekarang ini. Artinya, universitas-universitas di Amerika Serikat adalah tempat ilmu antropologi dalam fase keempatnya itu telah berkembang scluas- luasnya. Di Ingeris dan nepara-negara yang ada di bawah pengaruhnya, seperti Australia, ilmu antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga masih dilakukan, tetapi dengan hilangnya daerah-daerah jajahan Inggrtis, maka sifat dari ilmu antropologi tentu juga berubah. Para sarjana antropologi bangsa Australia mempelajari suku-suku bangsa asli di Papua Nugini dan Kepulavan Melanesia untuk keperluan pemerintah-pemerintah jajahannya di sana (sekarang bekas jajahan). Di samping menunjukkan antropologi untuk keperluan pemerintah jajahannya, maka setelah daerah-daerah jajahan itu menjadi merdeka, para sarjana Inggtis memperhatikan berbagai masalah yang lebih luas, mengenai dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya. Dalam hal ini metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat juga sudah mulai mempengaruhi berbagai lapangan penelitian para ahli antropologi di Inggtis. Di Eropa Tengah seperti Jerman, Austria, dan Swiss, hingga kita-kira awal GHOA'1970-an saja ilmu antropologi masih bertujuan mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk memahami tentang sejarah penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi ini, Jadi sifat antropologinya masih berada pada fase kedua. Walaupun demikian, akbir-akhir ini pengaruh ilmu antropologi dari Amerika juga sudah mulai tampak pada para ahli antropologi generasi muda di Jerman Barat dan Swiss. DiBropa Utara,di negara-negara Skandinavia, ilmu antropologi sebagian bersifat akademikal, seperti di Jerman dan Austria. Mereka juga mempelajati banyak daerah di benua-benua di luar Etopa, tetapi 6 Pengentar Unw Antropoegi keistimewaan mereka terletak dalam hasil-hasil Penelitian tentang kebudayaan suku bangsa Eskimo. Di samping itu, para satjana dasi Negara-negara Skandinavia juga mempergunakan banyak metode antropologi yang telah dikembangkan di Ametika Scrikat, 2iLini Soviet, perkembangan ilmu antropologi di luar tidak banyak dikenal karena Uni Soviet hingga kira-kira sekitar tahun 1960 memang scolah-olah mengisolasikan diti dari dunia lainnya, Sungguhpun demikian, beberapa tulisan tentang perkembangan ilmu antropologi di Uni Soviet! menunjukkan bahwa aktivitas penclitian antropologi di sana sangat besar. Ilmu antropologi di Uni Sovict berdasarkan konsep Karl Marx dan Briedrich Engels mengenai tingkat- Ungkat evolusi masyarakat. IImu itu hanya dianggap scbagian dari ilmu sejarah, yairu bagian yang mengkhususkan pada asal mula, evolusi, dan penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di seluruh muka bumi Lepas dari bidang teori itu, ilmu antropologi di Uni Soviet menunjukkan bidang yang praktis, yakni melakukan kegiatan bi dalam ha! mengumpulkan bahan tentang keragaman bentuk masyarakat dan kebudayaan dari suku bangsa yang merupakan penduduk wilayah Uni Soviet yang mahaluas, dan dalam hal memamerkan bahan itu. Dengan demikian ilmu itu dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengembangkan saling pengertian antara suku bangsa yang beraneka ragam iru. Di samping itu, para sarjana Uni Soviet rupa-rupanya juga menaruh perhatian besar tethadap banyak daerah lain di muka bumi. Mereka menyusun buku-buku ikhtisar yang besar tentang kebudayaan suku bangsa di benua-benua lain di muka bumi yang diberi judul Narody Mira (Bangsa-bangsa di Dunia) Demikianlah sehingga telah terbit buku-buku dalam bahasa Rusia mengenai suku bangsa Afrika, Oseania, Asia dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. © Misalnya Karangan-karangan : S.A. Tokarev, “Der Anteil der russischen Gelehrten an aes Enticing der itematonal ethnographischen Wissenschaften,” Soutien I (1950: him. 112-138); S.A. Tokases, “Die nationale Polit, der Sowjetunion und die Aufgaben und Exflde der sowjetischen Ethaographie", Veroferanen de nti fo Deutsche Volkshunde, V (1954: him. 7-22); R. Schott, “Das Geschicht der sow Ethnographie”, Sacubum, TX (1960: hk. 27-63). Bab 1 + Asas-asas dan Ruang Ling?xp Mow Antropolegi Di negarane, ava bekas jajahan Inggtis, terutama di India, metode antropologi mendapat pengaruh besar dari aliran-aliran di Inggris, da ilmu itu mendapat suatu fungsi yang sangat praktis dalam hal menca “i pengertian keragaman kehidupan masyarakat di India dan pus kepentingan-kepentingan yang praktis dalam hubungan antara golongan- golongan penduduk itu. Suatu hal yang sangat menarik adalah bahwa di India antropologi dan sosiologi sudah bukan dua ilmu yang berbeda lagi, melainkan telah menjadi ilmu sosial yang baru. Dalam suatu masyarakat negara seperti India, masalah nasional dan masalah kota- kota sangat erat berkaitan dengan masalah-masalah pedesaan. Di Indonesia, baru mulai dikembangkan suatu ilmu antropologi khas Indonesia. Beruntunglah kita bahwa dalam hal menentukan dasar- dasar dari antropologi Indonesia belum terikat oleh suaty tradisi schingga kita masih merdeka untuk memilih dan mengombinasikan unsur-unsur dari berbagai aliran antropologi yang paling cocok atau yang dapat diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia. Konsepsi mengenai luas dari batas-batas lapangan penelitian antropologi dan seluruh integrasi luas dari metode-metode antropologi, dapat kita contoh dari Amerika. Penggunaan antropologi sebagai suatu ilmu praktis untuk mengumpulkan data tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang berbeda-beda yang kemudian kita pamerkan sehingga dengan demikian timbul saling pengertian antara berbagai suku bangsa itu, dapat kita contoh dari Uni Soviet. Penggunaan antropologi sebagai suatu ilmu praktis untuk mengumpulkan data tentang kebudayaan-kebudayaan daerah dan masyarakat pedesaan schingga dengan demikian dapat ditemukan dasar-dasar bagi suatu kebudayaan ian khusus dan dapat dibangun nasional yang mempunyai suatu t g dapat kita contoh dati Meksiko. suatu masyarakat desa yang modern, t i a 0 Penggunaan antropolo; i bersama sosiologi sebagai suatu ilmu praktis bersama dapat memberi bantuan dalam hal memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan di Indonesia sekarang, dan dalam hal perencanaan pembangunan nasional, dapat kita contoh dari India. 2. Perbedaan-perbedaan Istilah ; Sampai sekarang di berbagai negara masih i ied istilah, sehingga ada perlunya diterangkan di manakah 1s 8 Pengantar Umwu Antropolegi tersebut lazim dipakai dan apakah arti istilah-istilah seperti ethnography, ethnology, volkerkunde, kulturkunde, anthropology, cultural anthropology, dan social anthropology? Eshnography berarti “pelukisan tentang, bangsa-bangsa”. Istilah ini dipakai umum di Eropa Barat untuk menyebut bahan keterangan yang termaktub dalam gan-karangan tentang masyarakat dan kebudayaan suku bangsa di luar Eropa, serta segala metode untuk mengumpulkan dan mengumumkan bahan itu. Sampai sckarang istilah itu masih lazim dipakai untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi yang bersifat deskciptif. Ethnology yang berarti “ilmu bangsa-banysa”, adalah juga suatu istilah “yang telah lama dipakai sejak petmulaan masa terjadinya antropologi. Sckarang di banyak negara istilah itu mulai ditinggalkan, hanya di Amerika dan Inggris masih dipakai untuk menyebut suatu bagian dani antropologi yang khusus mempelajari masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia. Volkerkunde (Volkenkunde) berarti “ilmu bangsa-bangsa”. Istilah itu dipergunakan terutama di Eropa Tengah sampai sekarang, Kulterkunde berarti “ilmu kebudayaan’’. istilah ini pernah dipakai oleh storang sazjana antropologi dari Jerman, L. Frobenius, dalam arti yang sama dengan pemakaian eshnolagy di Amerika. Pernah juga dipakai oleh seorang guru besar Universitas Indonesia, GJ. Held. Dalam bahasa Indonesia istilah itu menjadi “ilmu kebudayaan”. Anthropology berarti “imu tentang manusia”, dan adalah suatuistilah yang sangat tua. Dahulu istilah itu digunakan dalam arti yang lain, yaitu “jlmu tentang ciri-ciri tubuh manusia” (malahan pernah juga dalam arti “Jmu anatomi”)3 Dalam perkembangan fase ketiga sejarah perkembangan antropologi, istilah ita mulai dipakai terutama di Inggris dan Amerika dalam arti yang sama dengan ethnology pada awalnya. Di Inggris kemudian istilah anthropology malahan mendesak istilah ethnology dan di Amerika istilah anthropology dipakai dalam arti yang amat luas, karena meliputi baik bagian- bagian fisik maupun sosial dari “ilmu tentang manusia”. Di Eropa Barat dan Tengah istlah anthropology dipakai dalam arti khusus, yaitu ilmu tentang, ras-tas manusia dipandang dati citi-ciri fisiknya. 5 Hal itu terlepas dari arti antropologi sebagai “ilmu filsafat dan teologi tentang manusia”. Bab 1 : Asas-asas dan Ruang Lingkup Hr Antropolegi 7 PA Istilah_qultural anthropology akhir-akhir ini_terutama dipakai di Amerika, tetapi kemudian juga di negara-negara lain sebagai isulah untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi dalam arti luas yang tidak mempelajari manusia dari sudut fisiknya, jadi sebagai lawan daripada physical anthropology. Sekarang dipakai secara resmi oleh Universitas Indonesia menjadi “antropologi budaya”, untuk menggantikan istilah GJ. Held “ilmu kebudayaan”. Istilah socal anthropology dipakai di Inggris untuk menycbut antropologi dalam fase ketiganya, sebagai lawan ethnology, yang di sana dipakai untuk menyebut antropologi dari fase-fase sebelumnya. Di Amerika di mana segala macam metode yang saling bertentangan diselaraskan menjadi satu, social anthropology dan ethnology merupakan dua subbagian dalam ilmu antropologi. C,_Imu-ilmu-Bagian-dari Antropologi _ 1_Lima Ilmu Bagian dasi Aatropologi Di universitas-universitas Amerika Serikat, tempat antropologi telah berkembang secata ruang lingkup dan batas lapangan perhatiannya yang luas itu menyebabkan adanya paling sedikit lima masalah penelitian khusus, yaitu: 1) masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) secara biologi; 2) masalah sejarah terjadinya beragam makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya; 3) masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran beragam bahasa yang diucapkan manusia di seluruh dunia; 4) masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan manusia di seluruh dunia; 5) masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi. Kelima lapangan penelitian untuk memecahkan kelima masalah tersebut demikian luasnya. Masing-masing merupakan ilmu-ilmu bagian antropologi yang membutuhkan abli-ahli. Berkaitan dengan 10 : Pengantar Unu Antropologi pengkhususan kelima lapangan tersebut, tlmu antropologi mengenal juga Imo-ilmu bagian, yaitur——— ° cna’ ee 1) Paleo-antropologi ——_{$ Disebut antropologi fisik dalam arti , juas : _2)_Anuopologi fs . . 3)_Etnolinguistik - 4) _Prehistori Disebut antropologi budaya eee 5 5) Etnologi Pako-antropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau _terjad dan evolusi manusia dengan mempergunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil-fosil manusia) tersimpan dalam lapisan- lapisan bumi yang harus didapat oleh si pencliti dengan berbagai metode penggalian. Antropoloei fisik dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba mencapai suatu pengertian tentang sejarah ° _Yjadinya beragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya., “Bahan penelitiannya adalah ciri-ciri tubuh, baik yang lahir (fenotipe) seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotipe), seperti frekuensi golongan darah dan sebagainya. Manusia di muka bumi ini dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan tertentu berdasarkan atas persamaan beberapa ciri tubuh. Adapun citi-ciri tubuh itu terdapat pada sebagian besar individu- individunya, walaupun tiap individu memiliki ciri-ciri ubuh yang betbeda-beda. Penggolongan manusia seperti itu dalam ilmu antropologi disebut “ras”. Pengertian tentang pelbagai ras di dunia dicapai oleh para sarjana, terutama dengan menjalankan berbagai metode klasifikasi tethadap beragam ciri tubuh tersebut. Bagian dari ilmu antropologi ini disebut antropologi fisik dalam arti khusus, atau somatologi. Bab 1 : Aras-asas dan Ruang Lingkup Uo Antropologi _ wu res vologr lingusitk eo lau suatu imu bayran. Yi ny, asal mulanya b» /aitan erat dengan ilmu antropologi. Bahkan penelitiannya yany, berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang cin dan tata bahasa dan beratus-ratus bahasa suku bangsa yang tersebar di berbagai tempat di muka bumi ini, terkumpul bersama-sama dengan bahan kebudayaan suku bangsa. Dari bahan ini telah berkembang berbagai macam metode analisis kebudayaan, serta berbagai metode untuk menganalisis dan mencatat bahasa-bahasa yang tidak mengenal tulisan. Semua bahan dan metode tersebut sekarang telah terolah juga dalam ilmu linguistik umum. Walaupun demikian, ilmu etolinguistik di berbagai pusat ilmiah di dunia masih tetap juga berkaitan erat dengan ilmu antropologi, bahkan merupakan bagian dari ilmu antropologi. Prebiston, mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal huruf. Dalam ilmu sejarah, seluruh waktu dari perkembangan kebudayaan umat manusia mulai saat terjadinya makhluk manusia, yaitu kira-kira 800.000 tahun yang lalu, hingga sekarang, dibagi ke dalam dua bagian: (1) masa sebelum manusia mengenal huruf, (2) masa setelah manusia mengenal huruf. Batas antara kedua masa ini di berbagai tempat di dunia dan dalam berbagai kebudayaan tentulah sangat berbeda. Kebudayaan Mesir, misalnya, adalah kebudayaan tertua yang mengenal tulisan, yaitu sekitar 4.000 tahun S.M; kebudayaan Minoa yang terdapat bekas-bekasnya di Pulau Kreta, mengenal tulisan sudah kurang lebih 3.000 tahun S.M; demikian pula misalnya kebudayaan Yemdet Nast yang berlokasi di Irak Selatan, atau kebudayaan Harapa-Mohenjodaro, yang berlokasi di daerah Sungai Sindu di Pakistan. Sebaliknya, banyak kebudayaan lain di dunia, baru mengenal tulisan rata-rata sekitar 100 tahun S.M; sedangkan lebih banyak kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang terscbar di muka bumi ini baru mengenal tulisan pada abad ke-20 ini. Suata bangsa yang tidak mengenal huruf, tentu tidak dapat menyatakan kejadian dan peristiwa dalam kehidupan kebudayaan dan masyarakatays dengan tulisan: Deng demikian tidak dapat meninggalkan sumber-sumber tertulis eae : yang mempelajari sejarah perkembangan kebudayaan itu. a i as suatu bangsa yang telah mengenal talisan dapatmencaa Sees dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaannya d: ” Pengantar Iman Antropol! tulisan-tulisan lain; tentu saja bangsa itu akan meninggalkan kepada kita sumber-sumber kcterangan tertulis, Zaman sebelum suatu bangsa mengenal huruf dalam ilmu pengetahuan disebut zaman prchistori (sebelum sejarah), sedangkan zaman sesudah suatu bangsa mengenal huruf disebut zaman histori (sejarah). Zaman prehistori dipelajari oleh subilmu prehistori, sedangkan zaman histoti dipelajari oleh ilmu sejarah. Bahkan penelitian ilmu prehistori adalah bekas-bekas kebudayaan yang berupa benda-benda dan alat-alat, atau artefak-artefak yang tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi. Subilmu prehistori sering juga dinamakan ilmu arkcologi, tetapi dalam arti yang berbeda daripada arkeologi di Indonesia. Di sini ilmu arkeologi sebenamya adalah sejarah kebudayaan dari zaman prehistori di Indonesia, diteruskan sampai pada masa jatuhnya negara-negara Indonesia-Hindu dan lenyapnya kebudayaan Indonesia-Hindu. Ilmu prehistori di Indonesia merupakan suatu ilmu yang sangat muda, dan baru mulai sekitar tahun 1920, dengan penelitian-penelitian para ahli itu seperti AJJ-I'a. T. van der Hoop dan CT. van Stein Callenfels. Pada masa sekarang, secara resmiilmu prehistori Indonesia merupakan bagian dari ilmu arkcologi Indonesia, dan belum petnah dihubungkan dengan antropologi Indonesia. Dengan demikian, ilmu prehistori di Indonesia, berlainan dengan di universitas-universitas di negara lain, tidak merupakan suatu ilmu bagian dari antropologi. Etnologi adalah ilmu bagian yang mencoba mencapai pengertian mengenai asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaan- kebudayaan dalam kehidupan masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi pada masa sekarang ini. Lebih khusus lagi dalam kalangan subilmu etnologi, akhir-akhir ini telah berkembang dua aliran, atau lebih baik dikatakan dua golongan penelitian.” Golongan yang satu menekankan pada bidang diakronis, sedangkan yang lain menckankan pada bidang sinkronis dari kebudayaan umat manusia.’” Nama yang tetap untuk kedua macam © Kira-kita tahun 1960-an ketika kedua golongan penciitian tersebut baru berkembang, maka keduanya itu merupakan dua aliran yang bertentangan dalam kalangan ilmu antropologi. ; ; + Diakronis berarti berturut-turut dalam berjalanaya waktu; sinkronis berarti bersamaan dalam satu waknu . 13 Bab 1 : Asas-asas dan Ruang Lingkup View Antropolegi penel reer veh Ta, tetapr wf dapat kita Lihat adanya nama-naina seper! desoriptive integration untuk penelitian-penelitan yang diakronis, dan generalizing approach untuk pencelitian-penelitian yang sinkronis." Sarjana-sarjana lain memakai nama ethnology dalam arti khusus untuk yang pertama, dan socal anthropology untuk yang kedua. Descriptive integration dalam etnologi mengolah dan mengintegrasikan menjadi satu hasil penelitian dari sub-sub ilmu antropologi fisik, etnolinguistik, ilmu prehistori, dan etnografi.’ Descriptive integration selalu mengenai satu daerah tertentu. Bahkan keterangan pokok yang diolah ke dalam descriptive integration dari daerah itu adalah terutama bahan keterangan etnogtafi; sedangkan bahan seperti fosil (bahan dari paleoantropologi), ciri ras (bahan dan somatologi), artefak-artefak (bahan dan prehistori)," bahasa lokal (bahan dari ctnolinguistik), diolah menjadi satu dan diintegrasikan menjadi satu dengan bahan etnografi tadi. Dipandang dari metode- metodenya, maka descriptive integration itu termasuk secara khusus dalam lapangan subilmu etnologi, tetapi mempunyai tujuan untuk mencari pengertian tentang sejarah perkernbangan dari suatu daerah, artinya mencoba memandang suatu daerah pada bidang diakronisnya juga. Contoh: scorang peneliti ingin membuat suatu descriptive integra- tion dati kebudayaan suku bangsa Ngada di Flores Tengah. Ia mengumpulkan bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan orang Negada saat, itu tetapi ia juga memperhatikan fosil-fosil yang terdapat di Flores tersebut. [a memperhatikan ciri-cisi ras orang Ngada dan suku-suku bangsa lain di sckitarnya. Ta juga memasukkan ke dalam bahan penelitiannya, artefak-artefak yang digali atau ditemukan di daetah Flores Tengah. Dengan mengolah menjadi satu semua bahan itu ia mencoba mencapai pengertian tentang asal mula dan sejarah perkembangan dari suku bangsa Ngada. * Periksalah karangan RL Beals, H. Haijer, 4 Introduction to Antropolagy (1953: him. 8-9) ° Btografi adalah bagian dad Laisa meliputi segala cara pengumpsla, = dan desksipsi tentang masyamket dan kebudayaan dai cats sulky ERSGAs © daerah tertenty; dengan demikian etogeafi adalah bagian desksipéf ds 1 og : *° Astefak atau artefact adalah sisa-sisa alat bekas suatu kebudayaan zaman pt yan digali dati dalam lapisan bumi. 14 Pengantar Tmu Antropologi Generalizing approach (antropologi sosial) dalam etnologi mencari asas persamaan beragam masyarakat dari kelompok-kelompok manusia di muka bumi ini. Pengertian tentang asas tersebut dapat dicapai dengan metode-metode yang dimasukkan ke dalam dua golongan. Golongan pertama terdiri dari metode yang menuju ke arah penelitian mendalam dan bulat dari sejumlah masyarakat dan kebudayaan yang. terbatas (tiga sampai paling banyak lima). Metode ini menyebabkan scorang sarjana antopologi mencapai suatu pengertian bulat tentang unsur-unsur kebudayaan tertentu dalam masyarakat yang dianalisis secara mendalam dan bulat tadi, dan masyarakat-masyarakat lain pada umumnya. Golongan kedua terditi dari metode yang menuju ke arah perbandingan merata sejumlah unsur terbatas dalam sebanyak mungkin, jumlah masyarakat (dua-tiga ratus atau lebih). Dalam metode ini pengertian tentang asas-asas masyarakat dan kebudayaan manusia dicapai melalui sifat keragaman atau diversitasnya. Kedua golongan metode di atas dalam cara berpikit seorang sarjana antropologi tentu tidak terlepas satu dengan lain, tetapi selalu saling membantu. Penerapan dari ilmu antropologi mula-mula terhadap masalah pembangunan masyarakat desa, kemudian lebih luas lagi yaitu masalah ekonomi pedesaan, masalah kesehatan rakyat pedesaan, masalah kependudukan dan lain-lain, yang telah menimbulkan berbagai spesialisasi dalam ilmu antropologi. Sekitar tahun 20-an, telah berkembang suatu ilmu bagian yang, baru, ialah ilmu etnopsikologi (Eshnopsychology). Penelitian-penelitian antropologi yang dalam analisisnya menggunakan banyak konsep psikologi ini berkembang di Amerika Serikat dan Inggris. Penelitian- penelitian seperti itu dimulai karena timbulnya perhatian tethadap tiga macam masalah, yaitu: (1) kepribadian bangsa, (2) peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat, dan (3) masalah nilai universal dari konsep-konsep psikologi. Masalah “kepribadian bangsa” timbul ketika hubungan antarbangsa mulai makin intensif, terutama sesudah Perang Dunia I. Sebelum itu, orang Eropa menaruh pethatian terhadap masalah kepribadian bangsa, terutama kepribadian bangsa-bangsa di tanah jajahan mereka. Deskripsi tentang kepribadian suatu bangsa dalam katangan-karangan etnografi zaman Jampau itu biasanya menggu" 15, Bab 1: Asas-asas dan Ruang Linghyp Uma Antropologt kons., hutsepd istuah-istilah yang, udak cermat dan kase.Q. Belanda yang menjajah bangsa Indonesia, misalnya mendeskripsikan kepribadian suku bangsa Jawa sebagai pemalas, tidak aktif, tidak bergairah dalam tindakan (indolent), dan tidak jujur. Kecuali ciri-ciri kepribadian yang negatif, tiap konsep yang dipakai dalam pendeskripsian seperti itu pun tidak cermat dipandang dari sudut ilmu psikologi. Istilah “tidak jujur” misalnya, sangat tidak cermat bila dipandang dari sudut ilmu psikologi. Sadar akan kekurangan ini, ada beberapa ahli antropologi sekitar tahun 1920 berhasrat untuk mendeskripsi kepribadian bangsa dengan lebih cermat. Kecuali itu mereka juga mempersoalkan cara ilmiah, kebenaran tentang konsep “kepribadian bangsa” itu. Dalam kenyataan, tentu ada orang Jawa yang tidak malas, jujur, lincah, dan bergairah dalam tindakan-tindakannya. Lalu timbullah pertanyaan, bagaimanakah suatu citi bangsa atau suku-bangsa, dan sampai berapa jauhkah pengecualian terhadap kepribadian umum pada individu-individu tertentusebagai warga bangsa itu? Untuk mempelajari masalah seperti itu, seorang ahli antropologi tentu perlu mengetahui banyak tentang ilmu psikologi serta konsep dan teori yang dikembangkan di dalamnya. Masalah petanan individu dalam proses perubahan adat istiadat banyak dipelajari sekitar tahun 1920 juga, ketika para ahli antropologi terutama di Amerika Serikat mulai mempelajati secara detail proses- proses perubahan kebudayaan, atau aulture change. Sebelum ita, para abli antropologi biasanya hanya mempethatikan dan mencatat adat-istiadat dan tingkah laku yang lazim dijalankan oleh warga masyarakat Tindakan individu yang menyimpang dati adat-istiadat yang umum diabaikan, sampai saat timbul perhatian para ahli antropologi terhadap masalah perubahan kebudayaan. Dalam rangka itu, ada kesadaran bahwa justru penyimpangan tersebut merupakan pangkal dari proses perubahan kebudayaan. Tindakan yang menyimpang dati tindakan umum inilah yang menyebabkan pata ahli antropologi menaruh pethatian tethadap konsep-konsep dan teoti-teosi psikologi. Melaluiilmu psikologilah seluk- beluk kelakuan dan tindakan individu itu dapat dipelajari dan dipahami. Masalzh nilai universal dan konsep-konsep psikologi ugtmendapst pethatian pata abli antropologi. Dengan pengalaman mezeka dalam an mempelajari bangsa-bangsa di luat Eropa lalu memperdalam ime 16 Pengantar Uru Antropol psikologi, maka mereka mulai meragukan nilai universal dari beberapa konsep dan teori psikologi. Mereka meragukan apakah konsep-konsep dan tcori-teori itu juga berlaku untuk individu yang hidup di luar lingkungan masyarakat Eropa-Amerika. Konsep “kegoncangan hatin masa remaja”, misalnya, dianggap oleh para ahli psikologi sebagai suatu acjala penting dalam pertumbuhan remaja kota di negara-nepara Barat Beberapa ahli antropologi juga berpendapat hal itu tidak dialami olch para remaja di luar Exopa, seperti masyatakat penduduk Samoa di Polinesia, misalnya."' Dengan demikian konsep psikologi tersebut hanya berlaku untuk masyarakat Eropa-Amerika, dan tidak mempunyai nilai universal. ‘Tidak mengherankan bahwa ilmu psikologi_ mempunyai beberapa konsep dan teori seperti itu karena ilmu tersebut memang tumbuh di dalam masyarakat Eropa-Amerika; tetapi dengan ikut campurnya para ali antropologi dalam hal penggunaan konsep dan teori psikologi, menimbulkan isu ilmiah baru. Hal itu menguntungkan ilmu psikologi karena dengan kritik para ahli antropologi membuat para ahli psikologi berusaha untuk lebih mempertajam konsep dan teori-teori yang mereka pergunakan. Kompleks studi-studi antropologi yang menggunakan ilmu psikologi ini sckarang dianggap sebagai suatu subilmu atau spesialisasi tersendiri dalam ilmu antropologi. Subilmu itu disebut etnopsikologi (cthnopsychology)” atau antropologi psikologi (psychological anthropology)" atau juga studi kebudayaan dan kepribadian (study of cultere and personality) "' Masalah ini diteliti antara lain oleh ahli antropologi Margaret Mead, penulis buku terkenal Coming af Age Samoa (1928). "? Mengenai istilah itu, lihat buku JA Clifton (editor), Introduction to Cultural Anthoropology. Boston, Houghton Mifflin Company, 1968: hlm. 304-335 ® Lihat buku EL Hsu, Pycbolegy Anthropolegy, Homewood, III, Dorsey Press, 16 “Lihat buku V. Bamouw, Cultere and Personality, Homewood, III Dorsey Press, 1963. . 17 Bab 1+ sara dan Ruang Lingkup mu Antropolosi face ‘ab qgun. —syarakat secara sadar baru dike s.t.ariha setelah ada imu etnopsikologi- Memang, sejak kira-kira tahun 1934, seorang ahli antropologi Inggtis bernama Raymon W. Firth, mulai meneliti dengan metode-metode antropologi, gejala-gejala ckonomi pedesaan, penghimpunan modal, pengerahan tenaga, sistem produksi dan pemasaran lokal dari hasil pertanian dan perikanan di Oseania dan Malaysia. Dengan berbagai aktivitas penelitian yang mengikuti contoh itu, para murid Firth dan ahli antropologi lain, telah menimbulkan spesialisasi antropologi yang pertama, yaitu antropologi ekonomi (conomic anthropology) 'S Walaupun demikian, spesialisasi antropologi lain baru berkembang dengan pesat setelah Perang Dunia II, dalam hubungan dengan masalah pembangunan di negara-negara berkembang, Negara-negara Eropa- Amerika menaruh banyak perhatian terhadap proses dan proyek pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang Seperti yang kita ketahui, mereka memang banyak membantu proyek-proyek pembangunan itu, dan juga banyak menginvestasi modal mereka di negara- negara yang sedang berkembang, Dengan demikian, banyak penelitian tethadap masalah penghimpunan modal lokal, masalah tenaga kerja pribumi, sistem-sistem produksi dan pemasaran lokal dan sebagainya, makin mendorong perkembangan subilmu antropologi ekonomi Di samping itu timbul beberapa spesialisasi antropologi lain, yait antropologi pembangunan atau development anthropology “ yang. tmenggunakan. metode-metnde, konsep-konsep dan teoti-teori antropologi seperti UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultoral Orga- nization), FAQ (Food and Agricultural Organization), dan ILO (International Labor Organization) dan lain-lain, telah banyak menambah kesempatan para ahli ilmu sosial pada umumnya dan para ahli antropologi pada khususnya, untuk melakukan penelitian-penelitian bermutu dalam berbagai aspek masalah pembangunan masyarakat desa. "Lihat buku G. Dalon, Eeonomic Anthropolgy and Development, New York, Basic Book Tnc., 1974. | “Lihat buku WH. Goodenough, Cooperation in Change, Fearkingrrtd pobgical Approach to Community Development, New York, Russell Sage Foundation, 1963. 18 Pengantar Im Antropolgt Frat hubungannya dengan pembangunan des, para ahli antropologi juga mencliti masalah pendidikan, yang di banyak uepara berkembang mengalami perkembangan, dar. kadang-kadang peledskan yang hebat, Penclitian-penelitian seperti itu menyebablan tins!uli ‘ya antropologi pendidikan (educational anthrot ology). Masih menpenai pembangunan masvarakar desa, abli antrpolopi sering diminta oleh para dokter Kesehatan masy.arake ipara dokter ali pizi, untuk memba mberi dara mer reka dalam hal menelin renai masalah konsepsi dan sikapy pendnduk “tentang keschatan, tentang sakit, terhadap dukiin, tethacap obat ebiasaan dan pantangan pantangan makan dan sebagainya; maka dengan demikian timbui spesialisasi khusus, yaitu antropologi keschatan (medica! anthropology)” Karena pesatnya laju pertumbuhan penduduk, para abli antropologi kesehatan bersama dengan para dokter dan ahli demografi filmu penduduk) di beberapa negara, kini dikerahkan untuk meneliti dan memecahkan masalah keluarga berencana. Apalagi dengan rasa takuty de obaran tradisional, tentang kebiasaan 4 tkhit-akhir ini timbul di kalangan umat mannsia akan adanya cksplosi penduduk di dunia dalam waktu yang tidak begitu fama lagi, serta masalah sosial-ckonomi yang yang ditimbulkannya, maka kini ak tersedia dana dan kesempatan untuk meneliti masalah penduduk dunia. Hal tersebut telah melahirkan suatu spesialisasi ilmu antropologi baru, yaitu antropologi penduduk (population anthropology). Di alam banyak negara yang sedang berkembang, pembangunan nasional yang pada tahap-tahap permulaannya memang sangat diorientasikan ke arah pembangunan ekonomi, tidak dapat lepas dari proses perubahan dan perkembangan politik yang terjadi. Masalah itu memang menjadi perhatian dari para ahli ilmu politik (political science), Namun kemudian para ahli ilmu politik tidak dapat mempelajari dan bas " Lihat buku G. Spindler (editor), Education and Anthropology. Stanford University Press, 1955, Lihat buku karangin GM. Foster, “Relationship Between Theoretical and Applied Anthropology : a Public Health Program Analysis”. Human Organization, XI : him. 5- 16 dan juga buku M. Read, Culture, bealth, and Disease : Social and Cultural Infiences 07 Health Programmes in Developing Countries. London, Tavistock Publications. : '? Lihat buku B. Ezra dan BW. Zubrow, Demographic Anthropolxy. Albuquerque, Univer- sity of New Mexico Press, 1971. Bab 1» Asasacas dan Raang Lingkp Unw Antropol 19 meny oa wb idan gejaa poldk serta persaitiyan, kerja sama antara kekuatan dan partai-partai politik di negara-negara yang sedang berkembang, tanpa memperhatikan juga latar belakang kebudayaan, sistem nilai dan sistem norma dan manusia-manusia yang menjalankan politik itu. Dengan demikian timbul spesialisasi antropologi lain, yaitu antropologi politik (political anthropology)” Akhirnya perlu disebut suatu spesialisasi yang paling baru dalam antropologi, yaitu subilmu antropologi untuk psikiatri. Di antara penyakit-penyakit jiwa yang diobati oleh para dokter penyakit jiwa atau psikiater, ada yang bukan disebabkan karena kerusakan dalam otak atau dalam organ, melainkan karena jiwa dan emosi yang tertekan. Dalam lapangan itu kemudian timbul persoalan mengenai aspek-aspek sosial-budaya yang dapat melatarbelakangi rasa tertekan tersebut dan mengenai itu para ahli antropologi yang banyak mengetahui tentang psikologi dan masalah keschatan jiwa, dapat membantu para psikiater. Penelitian-penelitian mengenai masalah latar belakang sosial-budaya dan penyakit-penyakit jiwa itulah yang telah menyebabkan timbulnya antropologi untuk psikiatri (anthropology in mental health) Timbulnya sub-subilmu antropologi spesialisasi membuka kesempatan berkembangnya profesi-profesi baru untuk para ahli antropologi (di luar profesi di perguruan atau dalam penelitian), yaitu profesi konsultan dalam pemerintah daerah maupun nasional, dalam pusat-pusat kesehatan di tingkat provinsi, dan dalam klinik psikiatri. 1. Rersamaandan Perbedaan antara Kedua Ilmu_.. _Ditinjau sepintas lalu, seolab-olah tidak ada perbedaan antara subilmu antropologi yang baru, yaitu antropologi sosial dengan suatu ilmu lain yang sebutannya telah lama di kenal umum, yaitu sosiologi. * Lihat balan G. Poitial Anthropalgy: Middlesec, Penguin Books, 1972. " Touat keranganL. Nader, TA: Maretzké, “Cultural Ilness and Health”. Esvays in Human _)6taton, DEI. Haxbury - Lewis editor, New Hamphisre, AAA Monograph No. 9, 172, 20 Pengantar Unow Antropolegi Seperti telah kita hat pada subbab sebclumnya, ilmu antropologi- sosial berusaha mencari unsut-unsur yang sama Ji antara beragam masyarakat dan kebudayaan manusia. Tujuannya adalah untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya, Hal tersebutjuga merupakaa tujuan dais ilmu sosiologi schingga dipandang dari sudut tujuan keduanya seolah-olah sana. Sebaliknya, kalau ditinjau lebih khusus, akan tampak beherapa erbedaan, yaitu: mene ae Crp hedaa ilmu itu masing-masing mempunyai asal-mula dan sejarah perkembangannya yang berbeda; CD mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penclitian dari ~kedua ilmu itu; 6 ‘3 mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan bsérkembangnya beberapa metode dan masalah yang khusus dari kedua ilmu masing-masing. Adapun ketiga perbedaan tersebut di atas akan kita tinjau lebih mendalam berikut ini 2. Sejarah Perkembangan Sosiologi sal mula dan sejarah perkembangan antropologi telah kita Se pelajari di atas. Sebagai perbandingan akan kita periksa sekarang asal- ‘mula dan perkembangan ilmu sosiologi. —~Pada_mulanya ilmu sosiologi hanya’ merupakan bagian dari ilmu filsafat. Para abli filsafat yang menganalisis segala hal yang ada dalam‘-alam~sekelilingnya, juga tidak lupa memikirkan—tentang, masyarakatnya. Dengan demikian di dalam ilmu filsafat ada suatu bagian yang disebut filsafat sosial. Sejak abad ke-19, teori-teori dan konsep-konsep filsafat sosial itu telah berubah, sejajar dengan berbagai perubahan aliran filsafat dan latar belakang cara berpikir orang Exopa Barat.” * PJ. Bouman dalam buku pelajarannya yang kecil mengenai sosiologi, membagi fase pertama dalam sejarah perkembangan ilmu sosiologi itu ke dalam dua fase yang lebih Khusus. Bab 1 : Acas-arat dan Ruang Lingkup Inu Antropog! a OO ee Antropoligi— biologi Antropolog? -+-+ Emologi ——— budaya P? Paleo-antropologi L; Antropologi-fisik (+ Prehiston }+ Emolinguistik Descriptive integration (Ethnology) Genéralizing approach L+ Emopsikologi (Social anthropology) Antropologi ekonomi Antropologi politike Antropologi kependudukan [> Antropologi-1+ Antropologi kesehatan era Antropologi kesehatan jiwa Antropologi pendidikan Antropologi perkotaan L, Antropologi terapan Bagan 1: Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi Pencantar Imu Antropologt Pada fase kedua, tepatnya setelah timbul krisis-krisis besar dalam kehidupan masyarakat bangsa Eropa (seperti Revolusi Prancis, Revolusi Industri dan sebagainya), timbul kegiatan menganalisis masalah-masalah masyarakat yang semakin digalakkan. Bahkan ketika sarjana ilmu filsafat, yaitu H. de Saint-Simon (1760-1852) dan Auguste Comte (1789-1857) mengumumkan teori mereka tentang sifat positif dari segala ilmu pengetahuan, juga dari ilmu tentang masyatakat atau sosiologi menyadarkan bahwa ada suatu ilmu sosiologi tersendiri. Bila dalam filsafat sosial berbagai macam pemikiran tentang masyarakat manusia masih dapat diklasifikasikan sejajar dengan adanya aliran-aliran filsafat yang besar di dunia Eropa Barat, ketika ilmu sosiologi memisahkan diri sebagai ilu khusus, hal itu menjadi sukar. Perjuangan mengenai dasar- dasar, tujuan, dan metode-metode dati ilmu yang baru itu, di antara berbagai sarjana menimbulkan banyak aliran yang saling bertentangan dan cepat berubah, seperti dalam ilmu antropologi dan baru menunjukkan suatu, kemantapan dalam abad ke-20, kira-kira setelah 1925, Dengan membandingkan ikhtisar sepintas lalu tentang sejarah perkembangan ilmu antropologi-sosial dan sosiologi di atas, nyata sekali perbedaan yang besar antara kedua ilmu itu. IImu antropologi- sosial mulai sebagai suatu himpunan bahan keterangan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di daerah luar Eropa yang menjadi suatu ilmu khusus karena kebutuhan orang Eropa untuk mendapat pengertian tentang tingkat-tingkat permulaan dalam sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaannya sendiri, Sebalilenya, imu sosiologi semula adalah bagian dari ilmu filsafat, yaitu filsafat sosial, kemudian menjadi suatu ilmu khusus karena bangsa Eropa memerlukan suatu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai asas-asas masyarakat dan kebudayaannya senditi akibat krisis yang melanda. Sejarah perkembangan ilmu antropologi telah mencatat bahwa ilmu itu sejakTUlanya hingga sekarang objek-objek penclitiannya masih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan suku bangsa yang hidup di luar lingkungan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa dan Amerika modern. Sebaliknya, sejarah perkembangan ilmu sdsiologi mencatat 4. Pokok Iimiah dari Antropologi Sosial dan Sosiologi Bob 1 : Asas-asas dam Raang Lingkapp Tw Axtropoeg 23 bahw “atu ss ik mulas nggasckar. ., oyck-obyck penestanns 4 tertyjy pada mas, arakat dan kebudayivas, bangsa-bangsa yang hidup dalam lingkungan kebudayaan Eropa~ Amer Namun, dalam fase perkembangannya yang keempat telah kita lihat bahwa para sarjana antropolog} juga mula: memperhatikan pejala- yejala masyarakat dalam lingkungan kebudayaan Eropa- Amerika, sedangkan sejak kira-kira akhir abad ke-19 tampak banyak penelitian sosiologi yang mulai mengolah bahan dari masyarakat suku bangsa penduduk pribumi di daerah di luar Eropa Lingkungan masyarakat dan kebudayaan Eropa-Amerika itu dapat dilokasikan dalam kota-kota tidak hanya di negara-negara Eropa dan Amerika, tetapi juga di kota-kota di Afrika, Asia, Oseania dan Amerika Latin. Di luar kota-kota di Afrika, Asia, Oseania dan Amerika Latin itu sifat-sifat kebudayaan Eropa-Amerika mulai berkurang, dan makin jauhlah kita pergi dari lingkungan masyarakat perkotaan, dan masuk ke dalam masyarakat pedesaan, maka makin berkuranglah unsur-unsur Eropa- Amerika itu. Berdasarkan yang terurai di atas, dapat juga dikatakan bahwa ilmu antropologi-sosial terutama mencari objek-objeck penclitannya di dalam masyarakat pedesaan, dan sosiologt di dalam masyarakat perkotaan, Umumnya keadaan memang demikian adanya, tetapi suatu perbedaan objck serupa itu belum juga dapat dipakai sebagat pegangan mutlak dalam hal menentukan perbedaan antara ilmu antropologi-sosial dan sosiologi. Ini disebabkan karena akhir-akhir ini tampak gejala bahwa para ahli antropologi juga mulai mencari objek- objek dalam masyarakat-masyarakat yang kompleks atau masyarakat perkotaan, sebaliknya dalam sosiologi, terutama di Amerika sejak lama berkembang suatu kejuruan, yaitu sosiologi pedesaan (rural sociolegy) yang memperhatikan masalah-masalah pertanian dalam kehidupan kota kecil masyarakat pedesaan di negara Amerika Serikat. a Kesimpulannya ialah perbedaan antara antropologi dan sosiologi tidak dapat ditentukan lagi oleh perbedaan antara masyatakat suku bangsa di luar lingkungan Eropa-Amerika dengan masyarakat bangsa- bangsa Eropa-Amerika. Kemudian kalau perbedaan itu juga tidak dapat ditentukan oleh perbedaan antara masyarakat pedesaan dengan masyatakat perkotaan, maka perbedaan nyata harus dicari, yaitu kedua ilmu itu memakai metode ilmiah yang berbeda. 24 Pengantar Umw Anirpologi 4. ‘Metode Ilmiah dari Antropologi Sosial dan Sosiologi Antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam hal meneliti kebudayaan-kebudayaan suku bangsa penduduk pribumi di Amerika, Asia, Afrika, dan Oseania. Suku-suku bangsa itu biasanya hidup dalam masyarakat-masyarakat pedesaan yang kecil, yang dapat diteliti dalam keseluruhannya sebagai _kcbulatan. Scbaliknya, ilmu sosiologi selalu lebih memusatkan perhatian pada unsur-unsur atau gejala khusus dalam masyarakat manusia, dengan menganalisis kelompok-kelompok sosial yang khusus (social groupings),> hubungan antara kelompok-kelompok atau individu-individu (social relations) atau Proses-proses yang terdapat dalam kehidupan suatu masyatakat (social processes). Dengan demikian apabila ada dua orang ahli ilmu sosial, yang satu seorang ahli antropologi sosial dan seorang lagi ahli sosiologi, harus meneliti masyarakat kota kecil misalnya Mojokerto di Indonesia, atau Middletown di Amerika Serikat, maka kedua ahli tadi akan mengadakan pendekatan yang berbeda. Ahli antropologi sosial akan mencoba meneliti semua unsur dalam kehidupan kota-kota itu sebagai kebulatan. Juga apabila ia hanya mengkhusus pada suatu unsur tertentu saja dalam kehidupan masyarakat kota, misalnya aktivitas kehidepan keagamaan atau aktivitas kehidupan kekeluargaan, ia akan menghubungkan unsur-unsur tadi dengan seluruh struktur kehidupan masyarakat kota. Sebaliknya, seorang ahli sosiologi akan meneliti gejala- gejala atau proses-proses khusus dengan tidak perlu memandang dahulu akan struktur dari keseluruhan misalnya suatu perkumpulan, gereja, hubungan pemerintah dengan penduduk, gerakan-gerakan buruh dalam kota, masalah besar kecilnya kejahatan dan sebagainya. Pengalaman dalam hal meneliti masyarakat kecil telah memberi kesempatan kepada para ahli antropologi untuk mengembangkan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian intensif dan mendalam misalnya dengan metode wawancara. Sebaliknya, para ahli sosiologi yang biasanya meneliti masyarakat kompleks, lebih banyak mempergunakan berbagai metode penelitian yang bersifat penelitian meluas, seperti dengan metode angket. 2 Mengenai konsep kelompok, lihat Bab TV. 25 Bab 1: Asurasas dan Ruang Lingkup Umw Antropotog: + mpunyai pengal.man yang lam oa, menghadapi keragaman (diversitas) yang besar antara betty tiny kcbudayaan dalam masyarakat kecil yang tersebar di seluruh muka bumi ini. Hal ini menycbabkan berkembangnya berbapai metade mengumpulkan bahan yang mengkhusus ke dalam, kualitatif: serta metode pengolahan dan analisis yang bersifat memban komparatif. Sosiologi lebih banyak berpengalaman dalam hal meneliti gejala masyarakat perkotaan yang kompleks dan kurang memperhatikan sifat beragam hidup masyarakat dan kebudayaan manusia yang Menjangkau seluruh dunia. Hal itu menyebabkan berkembangnya berbagai metode mengumpulkan bahan yang lebih bersifat meluas, merata, dan berbagai metode pengolahan bahan dan analisis yang berdasarkan perhitungan- Perhitungan jumlah besar. Metode-metode ini dapat disebut kuantitatif, seperti metode statistik. dingkan, Di samping adanya dua kompleks metode yang mempunyai dasat-dasar yang berbeda, sebenarnya banyak metode peneliti lain yang sekarang sudah dipakai oleh kedua ilmu itu bersama-sarma, karena Pada hakikatnya tujuan dari kedua ilmu itu sama, Memang, antropologi sosial dan sosiologi adalah dua ilmu yang mempunyai dua kompleks metode yang saling dapat isi-mengisi dalam proyek-proyek penelitian masyarakat yang sama. E. Hubungan antara Antropologi dan Ilmu-ilmu Lain. ssubunga: aAn Kecuali dengan ilmu psikologi dan ilmu sosiologi seperti yang kita lihat di atas, ilmu antropologi serta sub-subilmunya juga mempunyai hubungan yang sangat banyak dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan ita biasanya bersifat timbal-balik. Antropologi perlu bantuan iimu-ilaiu ‘gin itu, dan sebalikaya ilmu-ilmu lain itu masing-masing juga memetlukan bantuan antropologi. IImu-ilmu lain itu yang terpenting di antaranya adalah: 1) ilmu geologi, a 2) ilmu paleontologi, \ , 3) ilmu anatomi, A 4) ilmu kesehatan masyarakat, > 26 Pengantar Uren Antrapolagi 5) ilmu psikiatri, 6) ilmu linguistik, 7) ilmu atkeologi, 8) ilmu sejarah, 9) ilmu geografi, 10) ilmu ekonomi, 11) imu hukum adat, 12) imu administrasi, 13) imu politk Hubungan antara ilru geologs dan antrepologi. Bantuan ilmu geologi yang mempelajan cin-cins lapisan bum serta perubahan-perubahannya, terutama dibutuhkan olch subilmu paleo-antropologi dan prehistori untuk menetapkan umur relatf dati fosil fosil makhluk pnmata dan fostl-fosil manusia dani zaman dahulu, serta arte fak-artefak dan bekas- bekas kebudayaan yang digali dalam lapisan-lapisan bumu. Penelitian IM menganalisis menggunakan metode-metode geologi untuk mengetahus umur dan lapisan-lapisan bums tempat artefak-artefak tadi terkandung Hubunpan antara timu paleontology dan antrpolg:. Bantuan dati paleontolog: sebapar liu yang menelitt fost! makhluk-makhluk dan zaman dahulu untuk membuat suat rekonstruksi tentang proses evolusi bentuk-bentuk makhluk dani zaman dahulu hingga sckarang, tenty juga sangat dipcrlukan ilmu paleo-antropologi dan prehistori, Pengertian tentang umur dari fosil-fosil kera dan manusia, artefak- artefak bekas kebudayaan yang digali itu, dapat juga dicapai dengan mengetahui umur relatif dati osil-fosil palcontologi yang terdapat di dekatnya Hubungan antara thaw anatomi dan antropologi. Scorang sarjana -antopology-fistk, bask yang mengkhusus pada paleo-antropologi maupun yang menebo cin ras-ras di dunia, sangat perlu akan ilmu anatoms karena aii-cin dan berbagai bagian kerangka manusia, berbagai bagian tengkorak, dan cin-ciri dari bagian tubuh_manusia pada umuminya, menjadi objck penelitan yang terpenting dari seorang ali antropologi-fisik untuk mendapat pengertian tentang asal mula dan penycbaran manusia serta hubungan antara ras-ras di dunia. Bab 1 Avarasas dam Ruang Langhiey Ubu Antrepe 27 pln an Canscaner Hubungan antara ilmu kesehatan masyarakat dan antropologs. Sclain yang telah tersebut, yaitu data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, tentang sakit, terhadap dukun, terhadap obat- obatan tradisional, terhadap kebiasaan dan pantangan makan dan sebagainya, ilmu antropologi juga dapat memberi kepada para dokter keschatan masyarakat yang akan bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan keragaman kebudayaan, metode-metode dan cara-cara untuk segera mengerti dan menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat- istiadat lain. Hubungan antara ilmu psikiatri dan antropologi. Hubungan antara ilmu psikiatri dan ilmu antropologi telah dijelaskan den merupakan suatu pengluasan dari hubungan antara ilmu antropologi dan ilmu psikologi, yang kemudian mendapat fungsi yang praktis. Hubungan antara ilmu linguistike dan antropologi. imu linguistik (atau ilmu bahasa) mula-mula ada dalam masa akhir abad ke-18, ketika para sarjana mulai mengupas naskah-naskah klasik dalam bahasa-bahasa Indo-German (Latin, Yunani, Gotis, Avestis, Sanskerta dan sebagainya). Sekarang ilmu linguistik telah berkembang menjadi suatu ilmu yang berusaha mengembangkan konsep-konsep dan metode-metode untuk mengupas segala macam bentuk bahasa apapun juga, dari daerah manapun juga di dunia. Dengan demikian dapat dicapai suatu pengertian tentang citi-ciri dasar dari tiap bahasa di dunia secara cepat dan mudah. Di atas telah kita lihat bagaimana ilmu antropologi sejak awal fase-fase perkembangannya mengumpulkan bahan etnografi tentang bahasa pribumi dari beratus-ratus suku bangsa yang tersebar di muka bumi ini. Bahan itu berupa daftar kata-kata, catatan tentang tata bahasa, bahkan sering kali juga pelukisan lengkap mengenai bahasa-bahasa tadi dipakai untuk mengembangkan teoti-teori tentang berbagai asas bahasa, oleh suatu ilmu bagian dari antropologi yang disebut etmolinguistik. Tentu kita mudah mengerti mengapa baik bahan maupun metode- metode dan teori-teori yang dikembangkan oleh etolinguistik itu tidak dapat diabaikan oleh ilmu linguistik klasik. Di banyak negara, ilmu linguistik dan etnolinguistik telah bergabung menjadi satu, walaupun di Amerika secara resmi etnolinguistik masih dipertahankan sebagai bagian dati antropologi. 28 Pengantar Inu Antropol Selain yang terurai mengenai hubungan antara linguistik dan etnolinguistik, ada juga hal di mana pihak antropologi memerluken linguistik. Setiap peneliti yang mengumpulkan bahan etnografi di lapangan memerlukan pengetahuan kilat tentang bahasa penduduk yang didatangi itu. Bahasa tadi merupakan suatu alat yang sangat penting dalam penelitiannya. Karena ia hanya akan dapat mengumpulkan banyak bahan tentang kehidupan masyarakat yang merupakan objek penelitiannya tadi apabila ia dapat mudah bergaul dengan penduduknya. Bahasa di daerah yang didatangi itu sering kali belum pernah diteliti orang lain schingga belum ada buku pelajaran, buku tata bahasa, dan kamus dalam bahasa tersebut. Dengan berbekal ilmu bahasa, seorang peneliti dapat dengan cepat menganalisis dan mempelajari bahasa daerah tadi. Careeieansiae © Hubungari antari ilmu arkeo sejarah kebudayaan zaman putba, seperti kebudayaan Yunani dan Rum Klasik, kebudayaan Mesir Kuno dari zaman para Pharao, kebudayaan kuno di daerah Mesopotamia, kebudayaan kuno di Palestina dan sebagainya. Di Indonesia ilmu arkeologi antara lain meneliti sejarah negara-negara Indonesia-Hindu antara abad ke-4 sampai abad ke-16 Masehi. Penelitian kebudayaan-kebudayaan kuno tadi sebagai bahan Penelitian menggunakan bekas-bekas bangunan kuno (funtuhan- runtuhan kuil, istana, bangunan irigasi, piramida, candi dan sebagainya), tetapi juga prasasti-prasasti atau buku-buku kuno yang ditulis dalam zaman kebudayaan-kebudayaan itu berjaya. Seperti yang telah diterangkan di atas, ilmu antropologi juga mempunyai tugas meneliti sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno saat masa kejayaan kebudayaan-kebudayaan tersebut. Zaman tersebut adalah zaman sebelum manusia mengenal huruf atau zaman prehistori. Penelitian-penelitian itu dilakukan oleh subilmu dari antropologi yang bernama prehistosi, dengan menggunakan sisa-sisa benda kebudayaan manusia yang tertinggal dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan peneltiannya. Dengan subilmu prehistori dapat dikatakan memperpanjang jarak waktu dari sejarah kebudayaan manusia dengan bahan-bahan yang lebih tua dari piramida-piramida, candi-candi, dan 29 Bab 1 : Asas-aras dan Ruang Lingkup Inu Antropolegi puku-buku kuno. Bila ilmu arkeologi Indonesia dapat mundus hingga zaman candi dan prasasti-prasasti yaung tertua (yaitu abad ke-4), sedangkan ilmu prehistori dapat mundur hingga berpuluh ribu tahun sebelum itu, ke zaman yang disebut zaman Neolitik, zaman Paleolitik dan sebagainya. Lepas dari menambah bahan dari zaman yang jauh lebih tua, ilmu antropologi dapat juga memberi keterangan tentang bagian kebudayaan suatu bangsa yang tidak dapat diberikan oleh ilmu-ilmu lain yang meneliti kebudayaan, seperti ilmu atkeologi. Ilmu arkeologi Indonesia misalnya, meneliti kebudayaan-kebudayaan kuno dari lapisan sosial kecil saja, yaitu lapisan sosial di istana raja-raja yang membangun candi-candi, dan menulis prasasti-prasasti serta buku-buku kuno tadi; sebaliknya, ilmu antropologi Indonesia dapat menambah pengetahuan kita tentang kebudayaan Indonesia pada umumnya dengan membetikan kepada kita bahan tentang kebudayaan rakyat jelata yang tinggal di desa-desa. Hubungan antara ileex sejarah dan antropolog. Hubungan itu sebenamya menyerupai hubungan antara ilmu arkeologi dengan antropologi yang telah diuraikan di atas. Antropologi memberi bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa di dunia. Selain itu, banyak masalah tentang histosigrafi sejarah suatu bangsa dapat dipecahkan dengan metode-metode anttopologi. Banyak. sumber sejarah berupa prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsip kuno, seting hanya dapat memberi informasi peristiwa-peristiwa sejarah yang terbatas kepada bidang politik saja. Sebaliknya, seluruh latar belakang sosial dati peristiwa-peristiwa politik tadi sukar diketahui hanya dari sumber-sumber tadi. Konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, akan memberi pengertian banyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi latar belakang dati peristiwa politik dalam sejarah yang menjadi objek penelitiannya. Para abli antropologi sebaliknya juga memerlukar sejarah, terutama sejarah suku bangsa daerah yang didatanginya. Sejarah itu diperlukannya untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi karena masyarakat yang ditelitinya mengalami pengatuh dari suatu kebudayaan dari luar. Pengertian tethadap masalah-masalah tadi baru dapat dicapal an Penaantar Tneu Antropologi apabila sejarah tentang proses pengaruh tadi diketahui secara detail, Sclain itu, sering kali pencliti harus merekonstruksi sendiri sejatah itu, Dengan demikian seorang sarjana antropologi harus juga memilile pengetahuan tentang metode-metode untuk merekonstruksi sejarah dari suatu rangkaian peristiwa. Hubungan antara ilmu geografi dan antropolog.. Geografi atau ilmu bum itu mencoba mencapai pengertian tentang alam dunia ini dengan member pelukasan tentang bumi serta ciri-ciri dari segala macam bentuk hidup yang menduduki muka bum, seperti flora dan fauna Sclain itu juga ada makhluk manusia yang beragam pula rupa dan sifatnya. Karena antropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah beragam makhluk manusia itu, maka sudah tentu ilmu geografi tidak dapat mengabaikan ilmu’antropologi. * Sebaliknya, seorang sarjana antropologi juga memerlukan Pengertian tentang gcografi, karena banyak masalah kebudayaan manusia yang mempunyai sangkut-paut dengan keadaan lingkungan alamnya Hubungan antara ilmu ekonorsi dan antropologi. Di banyak negara yang jumlah penduduk desaaya lebih banyak daripada penduduk kotanya, terutama di luar dacrah kebudayaan Eropa-Amerika, kekuatan, proses, dan hukum-hukum ckonomi yang berlaku dalam aktivitas kehidupan ckonominya sangat dipengaruhi sistem kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan, dan sikap hidup dari warga masyarakat pedesaan tadi, Pada masyarakat dari negara-negara serupa itu seorang ahli ekonomi tidak dapat mempergunakan dengan sempurna konsep-konsep dan teori-teorinya tentang kekuatan, proses, dan hukum-hukum ekonomi tadi (yang, sebenarnya dikembangkan dalam masyarakat Eropa-Amerika dan ckonomi internasional), tanpa suatu pengetahuan tentang sistem kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan, dan sikap hidup dari warga masyarakat pedesaan tadi Dengan demikian seorang ahli ekonomi yang'hendak membangun ekonomi di negara-negara serupa itu tentu akan memerlukan bahan komparatif mengenai misalnya sikap terhadap kerja, sikap terhadap kekayaan, sistem gotong-royong; pokoknya bahan komparad tentang berbagai unsur dari sistem kemasyarakatan di negata-negara tac. Dalam hal mengumpulkan keterangan komparauif seperti itu antropologi memang sangat berguna. 31 24 Agseasas dan Ruang Li ichup Ubmw Antropol Hubungan antara lu tukum adat Indonesia dan antropologs. Sejak. ermulaan timbulnya ilma hukum adat Indonesia yaitu permulaan had ke-20, para ahli daci ilmu ita telah menyadari akan pentingnya antropologi sebagai ilmu bantu dalam penelitian-penelitiannya. Malahan beberapa sarjana hukum adat dengan nyata telah mempergunakan metode-metode antropologi untuk menyelami latar belakang kehidupan hukum adat di berbagai dacrah di Indonesia. Antropologi dianggap penting karena hukum adat bukan merupakan suatu sistem hukum yang telah diabstraksikan sebagai aturan-aturan dalam kitab-kitab undang-undang, melainkan timbul dan hidup langsung dari masalah- masalah perdata yang berasal dati dalam akvititas masyarakat. Sebaliknya, antropologi juga memerlukan bantuan ilmu hukum adat Indonesia. Hal itu karena setiap masyarakat, baik yang sangat sederhana bentuknya, maupun yang telah maju, tentu mempunyai aktivitas-aktivitas yang berfungsi sebagai pengendali sosial atau social control. Salah satu sistem pengendali sosial ini adalah hukum. Konsepsi dari antropologi yang menganggap hukum hanya sebagai salah satu aktivitas kebudayaan dalam lapangan sodial contro! itu, menyebabkan bahwa seorang ahli antropologi juga harus mempunyai pengetahuan umum tentang konsep-konsep hukum pada umumnya. Selain ita, untuk ilmu antropologi di Indonesia, ilmu hukum adat mempunyai fungsi yang penting juga. Ini disebabkan karena untuk suatu petiode yang lama, yaitu periode antara lebih-kurang tahun 1900 hingga 1930, lapangan penelitian masyarakat dalam dunia ilmiah di Indonesia dikuasai oleh ilmu hukum adat. Dengan demikian banyak bahan deskriptif tentang masyarakat dan kebudayaan berbagai suku bangsa di Indonesia hanya tertulis dalam buku-buku tentang hukum adat. Seorang ahli antropologi yang hendak mencati bahan tentang adat-istiadat, susunan dan organisasi kemasyarakatan, dan: ‘sebagainya dari suku-suku bangsa tersebut hanya dapat ditemukan dalam buku- buku hukum adat tadi. Sudah tentu untuk dapat membaca dan memahamiisi bultu-buku tersebut, ia terpaksa mempunyai pengetahuan tentang konsep-konsep dan istilah-istilah hukum juga. Akhir-akhir ini mervang ada kecenderungesi di antara pata satjana hukum adat dan para abli antropologi uncuk menyebut ilmu hukum adat ity “ilmu antropologi hukum”. 32 Pengantar Linu Antropolog:

You might also like