You are on page 1of 10

LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SEBAGAI WADAH PEMBINAAN KEBERSAMAAN UNTUK MENUMBUHKAN


TOLERANSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERILAKU DALAM ARSITEKTUR

Andhika Prasetya B, M.D.E. Purnomo, Agus Sanyoto Widodo


Program Studi Arsitektur
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : andhi.prabu@gmail.com

Abstarct : Children penitentiary Special Region of Yogyakarta (LPA DIY) is a container or a


correctional system (facility) guidance system that emphasizes togetherness to instill tolerance to
protégé age 12-18 years in the coverage area of Special Region of Yogyakarta (DIY), the behavior of
the design strategy architecture. The purpose LPA D.I.Y design of is to get a facility of LPA DIY that
design in accordance with the penal system together to foster tolerance. LPA design problems DIY is
how the physical form of facility LPA DIY in accordance with the penal system together to foster
tolerance.
The method used is a programming architecture. Behavioral approach in architecture is used as a
strategy to solve design problems LPA DIY by directing the behavior of protégé correctional desired
direction through variables such as the shape of the room, furniture arrangement, color selection and
certain textures. Behavioral approach emphasizes the dialectical relationship among space, human and
society that used that space. Behavior in architecture related to the characteristics, age, and state of
their psychological and coaching facilities in the LPA DIY. The result is the design of the facility LPA
DIY that embodies the correctional function adapted to the characteristics of community correctional
protégé by using a variable space to direct the behavior of protégé correctional desired direction so
that the activities of correctional run optimally and does not cause aberrant behavior in correctional
protégé.

Keywords: Children penitentiary, protégé, and behavior in the architecture.

1. PENDAHULUAN mana anak didik adalah objek dari pembinaan


Konsep pemasyarakatan berbeda dengan di lembaga pemasyarakatan anak (LPA).
konsep penjara. Konsep pemasyarakatan Toleransi merupakan pijakan awal dalam
adalah membuat orang menyesali perbuatannya pembinaan moral. Banyak kasus kenakalan
dan setelah kembali ke masyarakat bisa anak juga dipengaruhi dengan hilangnya
terintegrasi dengan masyarakat, sedangkan toleransi yang dialami oleh anak itu. Seperti
konsep penjara adalah membuat orang jera. dalam kasus kejahatan asusila, pencurian dan
Idealnya pewadahan kegiatan pemasyarakatan penyalahgunaan narkotika, hilangnya waktu
menggunakan fasilitas yang direncanakan dan bersama orang tua menjadi faktor yang sangat
dirancang untuk pemasyarakatan, namun dalam dominan. Sedangkan pada kasus premanisme
banyak kasus di Indonesia umumnya dan di dan kekerasan, rasa toleransi yang hilang dari
DIY khususnya, menggunakan fasilitas penjara anak menjadi faktor dominan. Toleransi di sini
untuk mewaadahi sistem pemasyarakatan. diperlukan untuk menyesuaikan tingkah laku
Sistem pembinaan di lembaga pemasyarakatan yang ditempuh seseorang, menyeimbang kan
memerlukan hubungan yang baik antara 3 antara pemenuhan hasrat dan kepemilikan
pelaku pemasyarakatan yaitu anak didik, dengan norma-norma yang berlaku di
petugas pemasyarakatan dan masyarakat. masyarakat sehingga seseorang dapat kembali
Sistem pembinaan akan efektif ketika tiga ke keadaan tenang dengan mempuh tingkah
elemen ini secara bersama-sama mendukung laku yang sesuai dengan norma yang berlaku.
proses pemasyarakatan. Kebersamaan antara (Wawancara dengan Ka. Sub. Bag. TU lembaga
pelaku pemasyarakatan ini ditujukan untuk pemasyarakatan kelas II A Jawa Tengah, Sri
menumbuhkan toleransi pada anak didik yang Lestari, BC.IP. 2010)
Arsitektura, Vol.13, No.1, April 2015

Pembinaan untuk anak didik berbeda dengan Perilaku menyimpang pada anak, secara umum
pembinaan untuk orang dewasa. Anak berusia dikarenakan oleh 2 faktor atau stimulus.
12-18 tahun memiliki fase perkembangan, Pertama stimulus internal dan eksternal. Freud
perilaku dan karakteristik yang berbeda dari berpendapat bahwa stimulus dari dalam
orang dewasa. Fase perkembangan anak dapat merupakan faktor dominan untuk
diartikan sebagai penahapan atau pembabakan menggerakkan seseorang, sedangkan stimulus
rentang perjalanan individu yang diwarnai ciri- dari luar juga memberi peranan walaupun tidak
ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. sebesar dari dalam, namun pada saat-saat
Beberapa ahli melakukan pembagian yang tertentu, stimulus dari luar juga dibutuhkan
berbeda-beda atas fase perkembangan, namun pada keadaan tertentu (Freud, dalam Hall dan
secara umum dapat digolongkan menjadi tiga Gardner Lindzey : 1993. hal: 69-72).
yaitu berdasarkan analisa biologis (fisiologis), Pendekatan perilaku dalam menentukan sistem
disaktis (rasa aman) dan psikologis. Dalam pewadahan kegiatan menekankan keterkaitan
hubungannya dengan proses pendidikan, dialektik antara ruang sebagai sistem
perkembangan individu sejak lahir melewati pewadahan (setting) dan pelaku yang
fase-fase seperti tertulis pada tabel 1: (N, memanfaatkan atau menghuni ruang tersebut.
Syamsu Yusuf L, 2007) Pendekatan ini menekankan perlunya
memahami perilaku manusia yang berbeda-
Tabel 1. Fase Perkembangan beda dalam memanfaatkan ruang. Ruang dalam
Tahap Perkembangan Usia pendekatan ini memiliki arti dan nilai yang
Masa Prasekolah 0-6 tahun berbeda tergantung dari apresiasi dan kognisi
Masa Sekolah Dasar 6-12 tahun pelaku dalam ruang tersebut, sehingga
Masa Sekolah Menengah 12-18 tahun karakteristik tertentu pada pelaku
Masa Dewasa 18-21 tahun menghasilkan konsep dan wujud ruang yang
Sumber: N, Syamsu Yusuf L, 2007
berbeda (Rapoport, dalam Haryadi dan B.
Setyawan, 2010).
Anak berusia 12-18 tahun berdasarkan fase DIY membutuhkan LPA yang dapat mewadahi
perkembangannya berada dalam klasifikasi sistem pembinaan kebersamaan untuk
perkembangan masa sekolah menengah atau menumbuhkan toleransi pada pelaku dalam
tahap remaja awal. Ini merupakan fase awal LPA. Hal ini diwujudkan dalam wujud fisik
transisi dari masa kanak-kanak ke masa LPA DIY yang mampu mewadahi kegiatan
dewasa. Dalam fase ini, anak mulai kehilangan pembinaan kebersamaan dan mengarahkan
karakter anak-anaknya dan mulai mencari perilaku pelaku LPA melalui variabel ruang
karakter dewasanya. Pada masa ini, seorang yang berpengaruh pada perilaku. Selain itu,
anak juga mengalami kematangan secara wujud fisik LPA juga harus disesuaikan dengan
genital. Dalam pengertian lain, pada fase ini karakteristik perilaku dari pelaku
anak sedang mengalami ketidak seimbangan pemasyarkatan supaya tidak menimbulkan
keadaan psikis dan mengalami kematangan perilaku yang tidak wajar pada pelaku LPA.
genital yang itu baru untuknya sehingga mudah
sekali terpengaruh dengan apa saja yang ada 2. METODE
disekitarnya. Pengaruh inilah yang kemudian Metode pembahasan dilakukan dengan
membuat anak kurang berhasil menjalankan menggunakan metode analisa dengan proses
tugas-tugas perkembangan sesuai tingkatannya pemikiran deduktif, untuk kemudian ditarik
dan melakukan penyimpangan dalam kesimpulan yang ideal.
berperilaku di masyarakat. 1. Gagasan awal
Perilaku menyimpang anak dapat dikatagorikan Gagasan awal merupakan ide utama yaitu
menjadi 2 berdasarkan hubungan dengan dari adanya sebuah fenomena bahwa
hukum yang berlaku yaitu perilaku kondisi bangunan LPA yang ada saat ini
menyimpang anak yang bersifal amoral anti belum mampu mendukung dari proses
sosial dan perilaku menyimpang anak yang pemasyarakatan anak didik yang telah di
bersifat melanggar hukum. Perilku gariskan oleh pemerintah. Dari fenomena
menyimpang yang melanggar hukum, ini kemudian dikembangkan menjadi
membuat anak masuk kedalam LPA. sebuah ide perencanaan dan perancangan
Andhika Prasetya Budi, M.D.E Purnomo, Agus Sanyoto Widodo,, Lembaga Pemasyarakatan Anak ...

lingkungan binaan arsitektural berupa 4. Pengolahan data dan informasi


sebuah desain LPA dengan pendekatan Data dan informasi yang diperoleh pada
aspek perilaku dalam arsitektur yang mulanya diklasifikasikan sesuai dengan
mendukung proses rehabilitasi anak didik. tema, kemudian direduksi menjadi
2. Penelusuran Masalah substansi-substansi yang dianggap penting
Dari gagasan awal yang berdasarkan pada dan digunakan dalam penulisan konsep
sebuah fenomena, kemudian perencanaan dan perancangan desain.
merencanakan bagaimana sebuah LPA Pengolahan data ini berlangsung terus-
yang ingin dikembangkan dalam situasi menerus karena adanya tambahan dan
ideal seperti yang dikehendaki. informasi baru serta pengurangan akibat
Penelusuran masalah juga didapat dari adanya perubahan yang membuat data
merekam dan mengamati kondisi anak sebelumnya dianggap kurang sesuai
didik dalam tahanan dan setelah keluar dari dengan format yang baru.
tahanan, mengamati fase perkembangan, 5. Pendekatan dan rumusan konsep
proses perilaku dan interaksi sosial anak perencanaan
secara umum, menelusuri kemungkinan- Pendekatan dan perumusan konsep
kemungkinan yang dapat ditangkap dan Perencanaan melalui metoda induktif ,
diterjemahkan dalam rancangan arsitektur, yaitu pendekatan berdasarkan pengalaman
yang dipertemukan dengan kaidah-kaidah empirik untuk memperoleh gambaran
normatif/teori-teori yang terkait. mengenai LPA DIY dan metoda deduktif
Selain itu, dilakukan juga studi literatur yaitu pendekatan berdasarkan teoritik yang
dengan mencari data melalui media cetak, membantu mengarahkan pembahasan
elektronik untuk mendapatkan issue-issue sesuai dengan perencanaan yang
yang sedang berkembang serta berita yang diinginkan.
dapat dijadikan acuan dan juga menambah 6. Pendekatan dan rumusan konsep
kekuatan dan keakuratan. perancangan
3. Pengumpulan data Metoda yang digunakan dalam pendekatan
Metode pembahasan dilakukan dengan konsep perancangan adalah metode
menggunakan metode analisa dengan analisis. Metode ini menguraikan dan
proses pemikiran deduktif, untuk kemudian mengkaji dari data-data dan informasi yang
ditarik kesimpulan yang ideal, melalui kemudian digunakan sebagai data relevan
tahap-tahap sebagai berikut bagi perancangan. Pada tahapan ini
a. Kepustakaan (Literatur) dilakukan dengan analisis data
Pengumpulan data dan informasi dari menggunakan metode analisis deskriptif
beberapa buku, literatur dari media yaitu melalui penguraian data dan
massa (baik media elektronik maupun informasi yang disertai gambar sebagai
cetak) dan beberapa data dari media berdasar pada teori normative yang
lembaga/instansi terkait sebagai ada.
referensi dalam menyusun konsep Tahapan analisa akan dilakukan
perencanaan dan perancangan. pengolahan data-data yang telah terkumpul
b. Observasi dan dikelompokan berdasarkan program
Melakukan pengamatan untuk fungsional, performasi dan arsitektural.
mengetahui kondisi empiris di lapangan. a. Program fungsional bertujuan untuk
c. Teknik Wawancara mengidentifikasi pengguna yang ada di
Melakukan wawancara dengan pihak LPA DIY yaitu pengguna, kegiatan
yang terkait atau pihak yang dapat pengguna dan alur kegiatan pengguna.
memberikan data informasi positif dan b. Program performasi menerjemahkan
dapat dipertanggung jawabkan. secara skematik kebutuhan pengguna
LPA DIY beserta fasilitasnya kedalam
d. Teknik dokumentasi peryataan persyaratan karakteristik
Melakukan dokumentasi objek respon lingkungan binaan (tolak ukur
penelitian berkaitan dengan kondisi kinerja). Dalam hal ini membahas
empiris persyaratan kebutuhan ruang,
Arsitektura, Vol.13, No.1, April 2015

persyaratan ruang dan program ruang Kriteria yang harus dipenuhi dalam
dalam bangunan lembaga penentuan lokasi untuk bangunan LPA
pemasyarakatan anak DIY antara lain:
c. Pemrograman arsitektural merupakan a. Letak diluar/ di pinggir kota, mudah
tahap pengagabungan dari hasil terjangkau dengan sarana transportasi
identifikasi kedua analisis sebelumnya dan telekomunikasi, fasilitas
(fungsional dan performasi). Dalam penerangan serta air bersih.
proses ini akan menganalisis masalah b. Areal menurut rencana umum tata
massa, ruangan, tampilan, pengolahan ruang kota yang dikeluarkan pemda
tapak, utilitas dan struktur bangunan setempat
yang menyatukan akan kebutuhan c. Luas tapak LP Kelas IIA minimal
penghuni dengan pesyaratan yang ada. 40.000 m2.
7. Konsep perancangan d. Luas bangunan LP kelas IIA minimal
Konsep perancangan menggunakan metoda 14.000 m2 dan terletak di bagian
sintesis, yaitu memadukan hasil analisis tengah tapak.
sehingga mendapatkan hal baru yang e. Bebas atu jauh dari pemukiman
kemudian disebut konsep perencanaan tertimpa bencana alam (gempa , banjir
yang siap untuk ditransformasikan kedalam dan longsor) dan pembuangan air
bentuk ungkapan fisik yang dikehendaki. limbah lancar dengan tidak merusak
lingkungan.
3. ANALISA f. Sedapat-dapatnya dekat dengan markas
3.1 Analisa kebutuhan ruang dan lahan Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan.
Kebutuhan lahan dihitung dengan
menggunakan KDB Kabupaten Sleman Tapak terpilih terletak di depan RSJ
pada area resapan air yaitu 0,4 sebagai Ghrasia, Pakem, Kabupaten Sleman.
berikut: Sebelah utara dan selatan tapak berbatasan
dengan lahan pertanian dan pemukiman
Tabel 2.Kebutuhan Ruang dan Lahan LPA warga. Sebelah timur berbatasan dengan
DIY. Jalan Kaliurang km.17 dengan lebar jalan
N Kelompok Kebutuhan Kebutuhan 10 m. Sebelah barat tapak berbatasan
o Ruang Ruang (m²) Lahan (m2) dengan lahan persawahan.
1. Pengelolaan 365,15 912,88 Tapak dengan luasan 43.750 m2 berupa
gedung 1 lahan persawahan yang beberapa bagian
2. Pengelolaan 389,15 972,88 telah dikeringkan. Kontur pada tapak relatif
gedung2 datar dengan terasiring antara 50 cm. Tidak
3. Hunian anak 3378,67 8446,68 terdapat tanaman besar yang dapat
didik dimanfaatkan.
4. Hunian 1218,00 3045,00 Sebelah timur tapak terdapat saluran
dinas
drainase kota, di tepi Jalan Kaliurang.
pegawai
5. Pembinaan 9798,50 24496,25
Keadaan lalulintas di Jalan Kaliurang
6. Penunjang / 737,86 1844,65 relatif sepi dengan tingkat kebisingan
Servis relatif rendah.
7. Kunjungan 300,55 751,38 3.3 Analisa Pengolahan Tapak
8. Parkir 1014,00 2535,00 3.3.1 Analisa tapak terhadap sistem
Total 17201,88 43004,70 keamanan
3.2 Analisa Pemilihan Lokasi dan Tapak Pendekatan sistem keamanan dapat dari
Analisa lokasi merujuk pada arahan yang beberapa faktor, antara lain perencanaan
diberikan Kanwil Hukum dan HAM DIY arsitektural, pengawasan petugas dan
yaitu di Kecamatan Pakem, Kabupaten bantuan peralatan keamanan.
Sleman, berdekatan dengan lapas kelas IIA Kriteria desain untuk mengoptimalkan
narkotika DIY. sistem keamanan di LPA DIY antara lain:
a. Sesuai dengan peraturan pemerintah
yang tertuang pada Keputusan
Andhika Prasetya Budi, M.D.E Purnomo, Agus Sanyoto Widodo,, Lembaga Pemasyarakatan Anak ...

Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Kunjungan Medium


non formal
Manusia No. M.01.PL.01.01 tentang 7. Hunian Hunian anak Security Maksim
pola bangunan UPT. Pemasyarakatan. anak didik tahanan area um
b. Mengelompokkan keamanan ruang Hunian anak Maksim
orientasi um
kedalam zona pengawasan tertentu. Hunian anak Madium
c. Memudahkan pengawasan kegiatan pembinaan
secara langsung oleh petugas. Hunian anak Minimu
asimilasi m
Kebutuhan keamanan di LPA D.I.Y Hunian anak Maksim
dapat dikelompokkan kedalam tiga wanita um
bagian yaitu zona yang membutuhkan Hunian anak Maksim
strapsel um
kemanan (security area), zona yang 8. Pembinaan Pembinaan Security Medium
membutuhkan keamanan terbatas (semi spiritual area
security area) dan zona yang tidak Pembinaan Medium
intelektual
membutuhkan kemanan (non security Pembinaan Medium
area). fisik
Keamanan pada zona security, semi Pembinaan Medium
berkesenian
security dan non security berjenjang Pembinaan Medium
mulai dari minimum, medium hingga kemandiriian
maksimum tergantung jenis kegiatan 9. Pelayanan / Poliklinik Security Maksim
servis area um
yang berlangsung. Dapur Maksim
um
Mekanikal Semi Medium
Tabel 3.Kebutuhan Keamanan LPA DIY. dan elektrikal security
Garasi area Minimu
No Kelompok Jenis Ruang Zona Keaman
Ruang Kemanan an m
1. Ruang R. Kalapas Non Medium Koperasi Maksim
pengelolaan security um
R. Unit Medium
lapas umum area
gedung 1 R. Keamanan Medium Hasil dari pembagian zona kemanan
dan ketertiban
2. Parkir Parkir Non Minimu
berupa zona keamanan secara tegas.
kendaraan pengunjung security m Zona security mendapatkan pengamanan
Parkir area Minimu berlapis sedangkan zona non security
pengelola m
3. Pembinaan Arena Non Minimu
hanya satu lapis.
asimilasi pertunjukan security m
Lapangan area Minimu
olah raga m
4. Hunian Hunian Non Minimu
dinas Kalapas security m
Hunian Ka. area Minimu
unit m
5 Ruang R. Unit Semi Maksim
pengelolaan registrasi dan security um
lapas bimbingan area
gedung 2 kemasyarakat
an
R. Unit Medium
perawatan
lapas
R. Unit Medium
pelatihan
kerja dan
produksi
R. TPP Medium Gambar 1. Zona Keamanan Berlapis
R. KPLP Maksim
um
R. Portir Maksim 3.3.2 Anaslisa Entrance, Orientasi dan
um
6. R. Kunjungan Semi Maksim
Sirkulasi.
Kunjungan formal sekat security um Tapak LPA DIY hanya bisa dicapai dari
Kunjungan area Minimu Jalan Kaliurang, sehingga entrance ke
formal m
tapak melalui sisi tapak di tepi Jalan
Arsitektura, Vol.13, No.1, April 2015

Kaliurang menuju non security area. pusat orientasi diletakkan pada bangunan
Kegiatan keluar masuk dapat digolongkan pembinaan yang berupa ruang terbuka.
menjadi 2 yaitu kegiatan internal dan Orientasi yang terpusat di tengah tapak
umum. Kegiatan internal antara lain : untuk memudahkan pengawasan terhadap
penerimaan pelepasan anak didik, servis kegiatan pelaku pemasyarakatan.
dan penanggulangan bahaya. Kegiatan Orientasi terpusat juga meningkatkan
umum antara lain kegiatan perkantoran intensitas pertemuan antar pelaku
pengelola, kegiatan pengununjung dan pemasyarakatan. Hal ini mendukung
anak didik asimilasi. konsep LPA DIY yaitu menanamkan
Jumlah entrance untuk zona semi security kebersamaan untuk menumbuhkan
dan security area dibatasi hanya 1 buah toleransi pada anak didik.
untuk sirkulasi manusia dan 1 buah untuk
sirkulasi kendaraan. Hal ini untuk Keterangan:
1. Area parkir
mempermudah pengawasan pertugas 2. Area pengelola
3. Hunian dinas
terhadap sirkulasi keluar masuk di area 4. Pembinaan asimilasi
5. Kunjungan
LPA DIY. 6. Servis (dapur, klinik dan
garasi).
E1= Entrance manusia keguatan umum
7. Pembinaan ruang terbuka
E2= Entrance kendaraan kegiatan umum 8. Hunian anak
E3= Entrance kendaraan kegiatan internal 9.
Zona security area, steril 10. ME
Hanya anak didik dan 11. Limbah dan sampah
dari kendaraan dan 12. Pertanian dan peternakan
pengunjung. Hanya anak petugas yang bertugas yang
13. Spiritual dan Intelektual
didik dan petugas yang boleh melewati 14. Fisik dan seni
bertugas.
Pada bagian dalam LPA DIY, orientasi terpusat ke a rah ruang terbuka.
Bagian luar LPA DIY, orientasi kea rah Jalan Kaliurang.
Gambar 3. Orientasi LPA DIY.

Dibedakan antara entrance Sirkulasi antara kegiatan internal dan


Jalan Kaliurang km. 17 internal dan umum.
Gambar 2. Entrance LPA DIY umum dibedakan. Jalur sirkulasi linier di
luar zona security area untuk
Analisa orientasi dilakukan mempermudah pencapaian dan
terhadap keseluruhan tapak kompleks pengawasan serta menyesuaikan dengan
sehingga dicapai kesatuan yang arah orientasi bangunan. Untuk bagian
mendukung pencapaian dan orientasi ke dalam menggunakan sirkukasi memutar,
masing-masing wadah Hanyakegiatan.
anak didik asimilasi,
mengelilingi ruang terbuka yang
Kendaraan Kriterianya
dinas hanya antara lain: petugas yang bertugas dan digunankan untuk orientasi.
sampai semi security area pengunjung dengan ijin
a. Mempermudah pengunjung
kunjungan yang boleh
Ruang antara pagar tembok dan pagar
Entrance kegiatan internal
mengenali bangunan melewati pembatas sisi dalam, digunakan untuk
b. Mempermudah pengamanan LPA jalur pengawasan petugas. Jalur sirkulasi
DIY ini steril dari segala bentuk kegiatan
c. Memberikan efek kebersamaan kecuali kegiatan pengawasan berkala oleh
dalam lingkup lapas petugas.
Main entrance dari Jalan Kaliurang Keterangan:
1. Area parkir
membuat bangunan paling dekat dengan 2. Area pengelola
3. Hunian dinas
jalan menjadi perhatian utama 4. Pembinaan asimilasi
5. Kunjungan
pengunjung. Keadaan ini dimanfaatkan 6. Servis (dapur, klinik dan garasi).
7. Pembinaan ruang terbuka
untuk memberikan kesan pada pengunjung 8. Hunian anak
tentang lembaga pemasyarakatan. 9.
10. ME
Bangunan pengelolaan gedung 1, yang 11. Limbah dan sampah
12. Pertanian dan peternakan
merupakan bangunan paling depan 13. Spiritual dan Intelektual
14. Fisik dan seni
diberikan arah orientasi ke luar. Kesan --- Sirkulasi pengunjung
--- Sirkulasi kendaraan khusus dan servis
yang ingin ditonjolkan adalah --- Sirkulasi kendaraan pengelola
--- Sirkulasi Kunjungan
kewibawaan, keadilan dan keterbukaan.
Orientasi bagian dalam lapas
Gambar 4. Sirkulasi LPA DIY.
menggunakan orientasi terpusat di mana
Andhika Prasetya Budi, M.D.E Purnomo, Agus Sanyoto Widodo,, Lembaga Pemasyarakatan Anak ...

biasa ditemui pengguna pada kehidupan


3.3.3 Pemintakatan Akhir sehari hari.
Masa majemuk dipilih untuk mengurangi
tingkat stress pada pengguna karena
menciptakan banyak ruang terbuka. Masa
majemuk memerlukan pengawasan yang
lebih. Hal ini diantisipasi dengan
menempatkan masa secara lurus
mengelilingi orientasi dan meminimalisir
ruang antar bangunan yang tidak terawasi
dengan memodifikasi bentuk dasar.

Gambar 6. Modifikasi bentuk dasar


Gambar 5. Pemintakatan LPA DIY.
Masa hunian menggunakan komposisi
3.4 Analisa Bentuk Dasar dan Tata Masa penataan ruang terpusat dengan ruang
bersama sebagai pusat orientasi. Hal ini
Kriteria yang harus dipenuhi dalam digunakan untuk menumbuhkan rasa
merancang bentuk dan penataan masa kebersamaan dengan membuat anak didik
bangunan dalam LPA DIY antara lain: dapat saling berinteraksi namun masih
1. Mudah dalam pengawasan oleh dapat dikontrol oleh petugas.
petugas LPA DIY.
2. Membuat ruang yang efektif untuk
kegiatan.
3. Bentuk tidak berbelit-belit, mudah
diterjemahkan oleh pengguna.
4. Menyesuaikan dengan kegiatan dan
pengguna yang diwadahi.
5. Mendukung program pembinaan
kebersamaan.
Secara psikologis, manusia akan
menyederhanakan lingkungan visual untuk
memudahkan pemahaman. Dalam
komposisi bentuk, cenderung mengurangi Gambar 7. Pemintakatan Masa Hunian
subyek utama dalam pandangan ke dalam
bentuk-bentuk yang sederhana dan teratur. Masa bangunan pembinaan intelektual
Semakin sederhana dan teratur suatu dan seni menggunakan pola penataan
wujud, semakin mudah diterima dan ruang terpusat dengan taman terbuka
dimengerti. (Ching, 2000) hijau sebagai pusat orientasi. Penataan
LPA DIY menggunakan bentuk dasar segi terpusat mengurangi tekanan pada anak
empat yang dipadukan dengan segitiga didik saat melakukan pembinaan.
untuk bagian atapnya. Hal ini digunakan
untuk mempermudah pengguna
menterjemahkan bentuk sehingga
bangunan mudah dipahami. Bentuk
segitiga, sebagai respon keadaan
klimatologis serta bentuk yang lazim yang
Arsitektura, Vol.13, No.1, April 2015

2. Kurang bisa menyesuaikan diri dengan


lingkungan
Toilet untuk kegiatan
Ruang terbuka untuk metabolisme 3. Pengetahuan tentang nilai dan norma
kegiatan bersama
setelah pembinaan R. pembinaan kurang memadai.
Penataan ruang
menghadap ke dalam Karakteristik seperti di atas, memerlukan
memutar, mengurangi
kesumpekan.
R. petugas menghadap pengawasan dan pengarahan dari luar diri
ke dalam dan keluar
namun tidak menekan. Anak pada masa ini
Gambar 8. Pemintakatan Masa Pembinaan memiliki kecenderungan menutup diri dan
memiliki ruang personal yang luas, yang
Masa bangunan pengelolaan dia merasa tidak nyaman ketika orang lain
memasuki teritorinya. Area yang masih terjangkau
menggunakan pola penataan ruang Teritori primer 0-1,5 kaki dan tidak mengganggu
linier untuk mempermudah Teritori sekunder 1,5-4 kaki fungsi tidur dan belajar
Teritori publik 4-12 kaki digunakan untuk ruang
pengawasan dan meningkatkan metabolisme.
efektifitas kerja petugas dan Teritori peimer, ditandai
dengan tempat tidur massif.
membuat keteraturan. Anak didik cenderung
merasa memiliki area ini
dengan batas tak nampak.
Teritori sekunder digunakan
sebagai area berinteraksi
antar anak di dalam ruang
Area untuk interaksi
hunian
berupa ruang bersama

Area metabolisme dan servis. Tidak


mengganggu kegiatan anak didik dan
psikolog serta arus sirkulas

Pintu kamar sejajar dengan Teritori primer digunakan


pintu kamar mandi, sebagai area tidur dengan
memudahkan pengawasan. tempat tidur masif
Gambar 9. Pemintakatan Masa Pengelolaan
Gambar 10. Penataan Hunian Anak Didik
3.5 Analisa Pengolahan Ruang 3.6 Analisa Suasana Ruang
Kriteria yang harus
Ruang servis dipenuhi dalam
untuk menjemur
Ruang adalah bagian paling dekat dengan
merancang pakaian
bentukanak didik
dan penataan ruang pengguna dan mempengaruhi pengguna
dalam ruang hunian LPA DIY antara lain : secara langsung. Ruang disesuaikan
1. Mudah dalam pengawasan oleh dengan fungsi dan karakter pengguna
petugas LPA DIY. namun tetap aman dan mudah diawasi oleh
2. Membuat ruang yang efektif untuk petugas. Kriteria perancangan ruang antara
kegiatan. lain:
3. Bentuk tidak berbelit-belit, mudah 1. Mudah dalam pengawasan oleh
diterjemahkan oleh pengguna. petugas lapas.
4. Menyesuaikan dengan kegiatan dan 2. Membuat ruang yang efektif untuk
pengguna yang diwadahi. kegiatan.
5. Mendukung program pembinaan 3. Bentuk tidak berbelit-belit, mudah
kebersamaan. diterjemahkan oleh pengguna.
Ruang hunian adalah tempat di mana anak 4. Menyesuaikan dengan kegiatan dan
didik ditempatkan selama masa pembinaan. pengguna yang diwadahi.
Mulai tahap tahanan, orientasi, pembinaan, 5. Mendukung program pembinaan
hingga asimilasi. Anak didik yang kebersamaan.
melakukan tidakan perilaku menyimpang 6. Meminimalisir penyalah gunaan
hingga sampai pada LPA adalah anak-anak material interior untuk hal-hal yang
yang gagal memenuhi tuntutan masa menyimpang.
remajanya. Karakteristik anak hingga Pembentukan suasana ruang
melakukan perilaku menyimpang antara memanfaatkan variabel-variabel
lain (N, Yusuf L, 2007) : independen pembentuk ruang antara lain:
1. Lemah untuk proteksi diri dari tekstur, warna, ukuran, bentuk, perabot,
lingkungan. suara, temperatur dan pencahayaan.
Andhika Prasetya Budi, M.D.E Purnomo, Agus Sanyoto Widodo,, Lembaga Pemasyarakatan Anak ...

1. Ruang Dalam Hunian sebagai perasaan nyaman seperti di


Tekstur pada ruang hunian halus, lingkungan tinggal yang wajar.
memberikan kesan lembut pada anak Bentuk segi empat dipilih dengan
didik. Penggunaan terali besi untuk pertimbangan karakter bentuk formal
bagian atap, dikamuflase dengan dan netral, namun sederhana. Semakin
menggunakan plafond. Terali besi pada sederhana dan teraturnya suatu wujud,
pintu, jendela dan ventilasi didesain semakin mudah diterima dan
dengan menggunakan bentuk lengkung dimengerti (Ching, Francis D.K.,
yang mewakili karakteristik anak didik 2000).
yang dinamis. Hal ini untuk Pemilihan warna terang untuk masa
meminimalisir ekspos jeruji besi yang bangunan memberikan kesan luas pada
memberikan efek negatif pada ruang luar. Warna hijau memberikan
psikologis anak didik. kesan natural, empati, sejuk dan
Dimensi ruang normal dengan kesinambungan dengan alam. Warna-
menyeimbangkan antara lebar dan warna cerah, digunakan sebagai aksen
tinggi membuat ruang tidak saja.
memberikan sebuah penekanan pada
anak didik. Dominasi warna hijau
terang, digunakan untuk mereduksi
tingkat emosional anak setelah
melakukan pembinaan selama sehari
dan juga memaksimalkan pemantulan
cahaya sehingga ruang terlihat terang
dan memberikan efek ruang yang luas .
Peletakan pintu kamar dengan kamar
mandi sejajar untuk mempermudah Gambar 12. Suasana Luar di Dalam Area
pengawasan petugas dari luar ruangan. Pembinaan
Perabot yang digunakan fix untuk
mencegah penyalahgunaan perabot 3. Ruang Luar di Luar Area
seperti untuk melarikan diri, Pembinaan
menyerang orang lain dan menyimpan Ruang ini terbentuk area non
barang yang dilarang. Penggunaan security, di depan bangunan
perabot non fix menyebabkan banyak pengelolaan gedung satu hingga
resiko kemanan. Jalan Kaliurang.
Menggunakan bentuk dasar segi
empat. Mengurangi subyek utama
dalam pandangan ke bentuk-bentuk
yang sederhana dan teratur dalam
mengkomposisikan bentuk. Kesan
ramah dan bersahabat dengan
menggunakan bentuk yang biasa
dijumpai pengunjung membuat
pengunjung merasa nyaman untuk
datang.
Gambar 12. Suasana Ruang Hunian Menggunakan tipe bangunan tropis
dengan teras dan tritisan yang lebar
2. Ruang Luar di Dalam Area untuk membentuk ruang. Hal ini
Pembinaan memberikan efek responsif
Kesan yang dibentuk dari ruang luar ini terhadap iklim setempat dan
kebersamaan, ramah, tidak menekan membuat pengunjung terbiasa
namun mudah dalam pengawasan oleh karena sering menjumpai tipe
petugas. Ramah disini diartikan bangunan seperti ini setiap harinya.
Material transparan digunakan
Arsitektura, Vol.13, No.1, April 2015

untuk mendukung kesan terbuka


dari bangunan pembentuk ruang ini. Bentuk Dasar dan Tata Masa:
Penataan ruang luar seperti ini 1. Bentuk dasar segi empat yang dipadukan
ditujukan untuk memperbanyak dengan segitiga pada bagian atapnya.
jumlah pengunjung yang 2. Menggunakan masa majemuk untuk
mengunjungi anak didik. Semakin mengurangi tingkat stress pada pengguna
banyak pengunjung yang hadir, karena menciptakan banyak ruang terbuka.
maka akan lebih mendukung konsep 3. Masa hunian dan pembinaan menggunakan
pembinaan kebersamaan. komposisi terpusat.
4. Masa pengelola menggunakan komposisi
linier.
Pengolahan Ruang: Ruang hunian
terbentuk dari ruang personal anak didik
yang disatukan menjadi ruang dengan
pemersatu berupa ruang bersama.
Suasana Ruang:
1. Ruang Hunian: Tekstur halus, teralibesi
bagian atas di atas plafon dan bagian bukaan
Gambar 13. Suasana Luar di Luar Area berupa garis lengkung, warna hijau terang,
Pembinaan dimensi ruang normal, serta perabot yang
ditata fix.
4. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN) 2. Ruang Luar di Dalam Area Pembinaan:
Analisa LPA DIY pada akhirnya menghasilkan Kesan yang dibentuk kebersamaan, ramah,
sebuah konsep desain sebuah LPA untuk tidak menekan namun mudah dalam
mewadahi fungsi pemasyarakatan anak di DIY. pengawasan, bentuk dasar segi empat,
Konsep desain tersebut antara lain : warna dominan hijau terang,
Nama Lapas : Lembaga meminimalisasi penggunaan ornamen.
Pemasyarakatan Anak Kelas II A Daerah 3. Ruang Luar di Luar Area Pembinaan:
Istimewa Yogyakarta. Bentuk dasar segi empat, tipe bangunan
Lokasi : Jl. Kaliurang Km. tropis, menggunakan material yang sering
11, Kec. Pakem, Kab. Sleman, Propinsi dijumpai masyarakat, dominasi material
Daerah Istimewa Yogyakarta. transparan.
Luas Lahan : 43.750 m2
REFERENSI
Luas Bangunan : 17201,88 m2 Ching,Francis D.K., 2000, Bentuk, Ruang, dan
Pelaku Kegiatan : Anak didik Tatanan, Airlangga, Jakarta.
pemasyatakatan usia 12-18 tahun, petugas Hall, S. Calvin dan Gardner Lindzey, 1993,
masyarakatan dan masyarakat. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis),
Kegiatan yang Diwadahi : Pengelolaan Kanisius, Yogyakarta.
lapas, kunjungan masyarakat, pembinaan Haryadi dan B. Setyawan, 2010, Arsitektur,
anak didik, hunian, dan servis Pengolahan Lingkungan dan Perilaku, Gadjah Mada
Tapak: University Press, Yogyakarta.
1. Tapak dibagi menjadi 3 zona keamanan N, Syamsu Yusuf L, 2007, Psikologi
yaitu non security, semi security dan Perkembangan Anak dan Remaja,
security area. Bandung: Remaja Rodsa Karya.
2. LPA DIY memiliki 2 orientasi. Orienta
si luar ke arah Jl. Kaliurang dan
orientasi dalam menggunakan orientasi
terpusat ke arah ruang terbuka.
3. Sirkulasi dibedakan antara sirkulasi
internal dan sirkulasi umum.

You might also like