Professional Documents
Culture Documents
Dipresentasikan
Di Kampus Batam
Oleh :
1. Liquiditty Ratios
2. Activity Ratios
3. Leverage Ratios
4. Profitability Ratios
5. Market Value Ratios
ad.1.
Current Assets
Current Ratio=
Current Liabilities
Ad.2.
Activity or Assets Utilization Ratios.
A/C Receivable
Net Credit Sales
Ratios Turnover =
Average A/C Receivable
Average Collection
365
Period =
A/C Recivable Turnover
COGS
Inventory Turnover =
Average Inventory
365
Average of Inventory =
Inventory Turnover
Operating Cycle of a business is the number of days it take to current inventory and
receivable to cash. A short operating cycle is ACP + AITO
Net Sales
Total Assets Turnover =
Average Total Assets
Ad.3.
Leverage (Solvency, Long-Term Debt) Ratios
Total Liabilities
Debt Ratios =
Total Assets
Total Liabilities
Debt Equity Ratio =
Stockholder’s Equity
EBIT
Time Interest Earned (Interest Coverage Ratio =
Interest Expenses
Ad.4.
Gross Profit
Gros Profit Margin =
Net Sales
Net Income
Profit Margin =
Net Sales
Net Income
ROI (ROA) =
(Average) Total Assets
Du Pont Formula :
NI Net Sales
ROA = X
Net Sales (Average) Total Assets
ROE and ROA are closely related through equity multiplier (leverage or debt ratio) :
Total Assets
ROE = ROA x
Common Equity
Or
ROA
ROE =
1 – Debt Ratio
Ad.5.
Net Income – Preferred Dividens
Earning Per Share (EPS) =
Common Stock Outstanding
Dalam tahun 1968 Altman menggunakan analisa diskriminan untuk membuat suatu
model tentang peramalan kebangkrutan perusahaan.
Sampel terdiri dari 56 perusahaan manufakturing dimana setengah dari padanya
bangkrut. Dari laporan keuangannya (satu tahun sebelu bangkrut untuk perusahaan yang
bangkrut), diperoleh 20 rasio keuangan, 5 dari padanya ditemukan memberikan banyak
kontribusi pada model prediksinya.
Fungsi diskriminan z diketemukan :
Dimana :
Working Capital
X1 = (%)
Total Assets
Rotained Earning
X2 = (%)
Total Assets
EBIT
X3 = (%)
Total Assets
Sales
X5 = (%)
Total Asset
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk penilaian kualitas manajemen yang
baik (the qualities of good management).
Suatu manajer yang sukses memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Intelligence
2. Initiative
3. Energy or drive
4. Emotional maturity
5. Persuasiveness
6. Communicative skill
7. Self assurance
8. Perception
9. Creativity
10. Social participation
Adalah sulit untuk mengukur sifat-sifat manajemen dan sekarang perhatian yang sangat
besar ditekankan kepada tujuan dari serangkaian standar daya guna atau prestasi (an
objective set of performance standards).
Investor antara lain perlu untuk mengetahui dan menyelidiki secara seksama kualitas
manajemen. Menentukan kecakapan manajemen :
- Laporan tahunan
- Berita keuangan
- Pertemuan para analis dan komentar publik
BAB III
FINANCIAL RATIO ANALYSIS
1.
“Mujur” Corporation
Balance Sheet
December 31, 19X1
Assets
Current Assets
Cash $ 100,000
Marketable Securities 200,000
Inventories 300,000
Stockholder’s Equity
Common Stock $ 1 per value
100,000 Shares $ 100,000
Premium on Common Stock 500,000
Retairned Earnings 200,000
Mujur Corporation
Income Statement
For The Year Endd Dec.31, 19X1
a) Current Ratio
b) Quick Ratio
c) Inventory Turnover
d) Average Age Inventory
e) Debt Equity Ratio
f) Book Value per Share
g) Earning per Share
h) Price Earning Ratio
i) Dividend Pay-Out
2. Industry “Malvinas” has three companies whose income statements and balance
Sheet are summarised below.
Income before taxes is $160,000. The tax rate is 40%. Common stockholder’s equity in
the previous year was &800,000. The market per share of common stock is $35.
1. Introduction
Time Value of Money atau Nilai Waktu dari Uang, dimana nilai uang dipengaruhi oleh
waktu. Merupakan suatu pertimbangan yang kritikal dalam keputusan financial dan
investasi.
Dicounting atau Perhitungan Present Value (nilai sekarang) yang kebalikannya daro
compounding digunakan untuk menilai uang yang akan datang (future value) dari arus
kas (cash flow) yang berhubungan dengan capital budgeting project.
2. Future Values-Compounding
Nilai Majemuk (compound value) sejumlah uang merupakan penjumlahan dari uang
pada periode permulaan dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode tersebut,
dan secara matematik dirumuskan sebagai berikut :
Fn = P (1 + i) n
Contoh :
A menanbung Rp. 1.000di BANK dan memperoleh bunga per tahun 8%, berdasarkan
perhitungan bunga majemuk, setelah 4 tahun, maka uang A menjadi :
F4 = Po (1 + i) 4
F4 = Rp. 1.000 (1 +0,08)4
Dicari dari
Tabel (A)
(FVIFi;n)
F4 = Rp. 1.000 (1,3605)
F4 = Rp. 1.3650,50
Kadang-kadang bunga dibayarkan tidak pada akhir tahun, tetapi dalam kwartal, harian
atau berkelanjutan. Jika bunga dibayarkan m kali per tahun, maka rumsnya menjadi :
1
Fn = Po (1 + ---)n.m
M
Atau
Fn = FVIFi/m;n.m
F3 = Rp. 140,49
0,12
M = 2 F3 = Rp. 100 (1 + ------) 3 x 2
2
F3 = Rp. 100 (FVIF12%/2;3x2)
F3 = Rp. 141,85
0,12
m = 4 F3 = Rp. 100 (1 + ------) 3 x 4
4
F3 = Rp. 100 (FVIF3%;12tahun)
F3 = Rp. 142,58
m = ei.n
F3 = Rp. 143,33
Nilai majemuk (compounded) dari suatu annuity ialah jumlah majemuk (compound sum)
dari suatu deretan (series) pembayaran dengan jumlah uang yang tetap selama beberapa
periode, dimana pembayaran dilakukan pada akhir tiapperiode dengan tingkat bunga
tertentu dan rumusnya ialah sebagai berikut :
(1 + i)n – 1
Fn = A
I
Atau
tabel b
Fn = A (FVIFAi%;n tahun)
Contoh :
F6 = Rp. 7.335,90
Jika nilai majemuk dimaksudkan untuk menghitung jumlah uang pada akhir suatu
periode diwaktu yang akan datang maka nilai sekarang atau present value ialah
sebaliknya, untuk menghitung besarnya jumlah uang pada ermulan periode atau saat ini,
atas dasar tingkat bunga tertentu dari suatu jumlah uang yang akan diterima beberapa
waktu kemudian.
Dengan demikian, maka cara menghitung nilai sekarang merupakan kebalikan dari cara
menghitung nilai majemuk, ialah dengan rumus sebagai berikut :
Fn
P=
(1 + i)n, dimana :
P = modal pokok atau jumlah uang pada permulaan periode (saat ini)
Fn = Jumlah uang pada akhir periode
i = Suku bunga
n = lamanya waktu atau periode bunga.
Contoh :
Tuan A diberikan suatu kesempatan untuk menerima Rp. 20.000 selama 6 tahun dari
sekarang. Apabila ia dapat memperoleh 10% atas investasinya, berapakah yang harus ia
bayarkan untuk memperoleh kesempatan ini ?
Fn 1
P = P = Fn ( )
n n
(1 + i) (1+i)
P = fn (PVIFi;n)
Jadi :
P = Fn (PVIF1;n) tabel d
Jadi Tuan A dengan menginvestasikan Rp. 11,290 pada saat ini akan memperoleh Rp.
20.000 selama 6 tahun.
Bunga yang diterima dari obligasi dana pensiun, dan premi asuransi kesemuanya
menyangkut annuity. Present value dari suatu annuity ialah :
1 1 1
Pn = A + A + ... + A
(1 + i)1 (1 + i)2 (1 + i)n
1 1 1
Pn = ( A + A + ... + A )
1 2 n
(1 + i) (1 + i) (1 + i)
N 1
Pn = A Ʃ
T=1 (1+i)n
Contoh :
Tuan A akan menerima Rp. 1.000 per tahun selama 3 tahun ; sedangkan tingkat bunga
6% per tahun , maka : Present Value dari Annuity itu ialah :
P3 = Rp. 2,673
6. Perpetuities
Beberapa annuity berlangsung selamanya dan disebut perpetuities. Sebagai contoh dari
perpetuities ialah : preferred stock yang menghasilkan jumlah rupiah yang tetap sebagai
dividend tanpa batas.
A (Annuity)
PV dari perpetuity =
I (discount rate)
BAB V
PENGGUNAAN DARI FUTURE VALUE DAN PRESENT VALUE
Formula yang digunakan untuk mencari jumlah tertentu diwaktu yang akan (sinking
fund), kita dapat mempergunakan rumus :
Sn = A FVIFAi;n
Sn
A =
FVIFAi;n
Contoh :
Tuan A ingin menentukan jumlah deposit (tahapan) jumlah tertentu yang dibayarkan
pada tiap akhir tahun untuk memperoleh Rp.5.000.000 pada akhir 5 tahun untuk
keperluan anaknya masuk perguruan tinggi. Tingkat bunga 10%.
Jumlah tahunan pada tiap akhir tahun yang harus dibayarkan oleh A di Bank, ialah :
S5 = Rp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
A =
FVIFA10%;5
Rp. 5.000.000
A = = 818.987
6.1051
A = Rp. 818.987
2. Amortized Loans
Apabila pinjaman harus dibayar dalam jumlah yang sama pada tiap periode, hal itu
disebut amortized loan. Contohnya, ialah car loan dan mortagage loan (pinjaman dengan
jaminan hipotik).
Pembayaran yang sama secara periodeik, ialah :
Pn = A x PVIFAi;n
Pn
A =
PVIFAi;v
Contoh :
A = Rp. 1.522.779,25
Contoh :
Perusahaan meminjam Rp. 20.000.000 dan harus dibayar dalam 3 tahun dengan jumlah
cicilan yang sama pada tiap tahun. Tingkat bunga Bank 12%; maka pembayaran tiap
tahun, ialah :
P3 = Rp. 20.000.000
P3 = A x PVIFA12%;3 tahun
Rp. 20.000.000
A =
PVIFA12%;3 th
Rp. 20.000.000
A = = Rp. 8.327.088,02
2.4018
Satu pinjaman terdiri dari pinjaman pokok (principal) dan bunga (interest) ; maka dalam
pembayaran pinjaman kita dapat membuat daftar amortisasi pinjaman (loan amortitation
schedule).
Untuk contoh diatas, maka daftar amortisasi pinjaman adalah sebagai berikut :
3. Rate of Growth
Dalam keuangan (pembayaran)kadang-kadang diperlukan untuk menghitung compoud
annual interest rate atau rate of growth yang bersamaan dengan aliran pendapatan
(streams of earning).
Contoh 1 :
Fn = P X FVIFAi;n
Fn Rp.3.700
FVIFi;10 th = = = 1.48
P Rp.2.500
4. Bonds Value
Bond atau obligasi, ialah memberikan pembayaran bunga pada setiap waktu (1 tahun; ½
tahun) untuk jumlah tahun tertentu ditambah pembayaran nilai nominal obligasi tersebut
(face vace) pada saat obligasi itu jatuh tempo
Jadi suatu bond atau obligasi menunjukkan nilai annuity dari pembayaran bunga dan
nilai nominalnya.
n I M
Value = Ʃ +
t=1 (1 + i)n (1 + i)n
VB = I (PVIFAi;n) + M (PVIFi;n)
Dimana :
I = interest – rate
M = par value
r = investor required rate of return
n = number of periode
Contoh :
Umpamakan terdapat 10 tahun bond dengan 10% kupon (bunga) dan pembayaran bunga
setengah tahunan dan nilai nominal Bond Rp.1.000.000.
V = Rp.573.495 + Rp.311.80
V = Rp.885.295
Karena required rate of return (12%) lebih tinggi dari tingkat bunga (10%) maka nilai
bond itu lebih rendah dari pada nilai nominalnya.
Capital Budgeting
1. Capital Budgeting ialah suatu proses pembuatan keputusan jangka panjang dalam
penanaman modal atau invenstasi.
Contoh 1 :
Umpamakan suatu asset mempunyai nilai buku Rp. 60.00.000 dan initial cost Rp.
100.000.000. umpamakan tarif pajak untuk capital gain 28%.
a) Umpamakan asset lama terjual dengan harga Rp. 120.000.000. Disini terdapat dua
macam jumlah yang kena pajak secara berbeda, ialah capital gain dan jumlah dimana
initial price lebih besar dari nilai buku yang disebut recapture of depreciation.
Jumlah gain sebesar Rp 120 juta dikurangi Rp 60 juta atau Rp 60 juta dibedakan
sebagai :
b) Kalau asset lama dijual Rp 60 juta, maka tidak ada pajak atas capital gain maupun
pajak atas kerugian penjualan.
c) Asset lama dijual dengan harga Rp 50 juta. Dalam hal ini terdapat kerugian, yang
akan menyebabkan penghematan pajak (tax saving).
Catatan :
Pajak-pajak atas keuntungan dari penjualan asset lama atau penghematan pajak karena
kerugian harus dipertimbangkan apabila menentukan jumlah initial investment asset
baru.
Contoh 2 :
Perusahaan XYZ mempertimbangkan pembelian suatu mesin baru dengan harga Rp 250
juta, yang akan disusutkan atas dasar garis lurus selama 5 tahun dan tidak ada nilai sisa.
Agar mesin itu dapat dioperasian diperlukan untuk membeli beban-beban instalasi
sebesar Rp 50 juta. Mesin baru akan mengganti mesin lama yang dipakai saat ini, yang
dibeli 3 tahun lalu dengan harga Rp 240 juta, yang disusutkan atas dasar garis lurus
(tanpa nilai sisa) selama 8 tahun. Mesin lama dapat dijual dengan harga Rp 255 juta.
Tarif ajak perusahan 46% dan pajak capital gain jangka panjang 28%.
Jawaban :
Capital gain Rp 255 juta – Rp 150 juta = Rp 105 juta. Pajak atas Rp 105 juta ialah
sebagai berikut :
Capital gain tax (Rp 255 juta – Rp 240 juta)(0.28) Rp 4,2 juta
Recapture of depreciation (Rp 240 juta – Rp 150 juta)(0.46) Rp 41,4 juta
Jumlah pajak Rp 45,6 juta
After tax cash flows berasal dari kenaikan penghasilan dan atau penghematan dalam
biaya operasional cash. Perbedaan antara accounting income dan cash flows ialah beban-
beban bukan cash (non cash) seperti penyusutan dan amortisasi.
After tax cash inflows = (increase in revenue)(1 - tax rate) - (increase in cash
(relevant or incremental charges)(1 - tax rate) + (increase in depreciation
expenses)(tax rate)
Contoh 3 :
Perusahaan XYZ pendapatan dan biayanya (cash operating costs) tidak termasuk
penyusutan adalah sebagai berikut :
Umpamakan penyusutan mesin lama dan mesin baru ialah Rp 30 juta dan Rp 50 jta (lihat
contoh 2).
Agar net profit after tax dapat dihitung, maka pertama-tama harus dikurangi biaya
penyusutan dari net profit before depreciation and taxes sebagai berikut :
Contoh 4 :
Cash Flow yang berhubungan dengan berakhirnya proyek, pada umumnya termasuk
“nilai sisa” (disposal value) dari proyek ditambah atau dikurangi taxable gains atau
kerugian-kerugian yang berhubungan dengan penjualan tersebut.
Cara untuk menghitung keuntungan atau kerugian itu sesuai dengan metode perhitungan
pajak-pajak atas penjalan asset lama. Dalam banyak hal, nilai sisa pada akhir kehidupan
proyek akan menyebabkan taxable gain karena nilai bukunya biasanya nol.
Metode NPV dan IRR disebut metode discounted cash flow (DCF)
Payback Period mengukur lamanya waktu diperlukan untuk menutup investasi semula
(initial investment) dan dihitung dengan membagi investasi semula dengan cash inflows.
Contoh 5 :
Umpamakan cost of investment Rp 10.000.000 dan annual after tax cash avings Rp
3.000.000, maka :
Payback period = Initial Investment cost
After tax cash inflows
= Rp 18.000.000 = 6 tahun
Rp 3.000.000
Lebih pendek Payback period, maka lebih kecil resiko proyek tersebut dan lebih tinggi
likuiditasnya.
Contoh 6 :
Pertimbangan dua proyek yang after tax cash inflownya tidak sama setiap tahun.
Umpamakan masing-masing project cost Rp 1.000.000
Cash Inflow
1 100.000 500.000
2 200.000 400.000
3 300.000 300.000
4 400.000 100.000
5 500.000 -
6 600.000 -
Contoh 7 :
= 20.8%
Keuntungan dari metode ini, ialah karena mudah dimengerti, sederhana untuk dihitung,
dan mengakui faktor profitabilitas.
Kerugian metode ini ialah kegagalan mengakui “time value of money”, dan yang
digunakan ialah data akunting dan bukan data arus kas (cash flow data).
Dimana A : Annuity
PVIFA : Present Value Interest Factor Annuity dengan discounted rate r%
selama n tahun dapat dicari dari tabel
Peraturan keputusan :
Jika NPV menunjukkan hasil positif, maka project investment itu feasible atau layak, dan
sebaliknya jika NPV negatif, maka proyek itu tidak layak.
Contoh 8 :
Keuntungan dari NPV method, ialah diakuinya time value of money dan mudah untuk
dihitung, apakah cash flows bentuknya annuity, maupun berubah dari suatu periode ke
periode lainnya.
Karena IRR (r) lebih besar dari pada interest atau cost of capital, maka proyek dapat
diterima (feasible).
Apabila cash inflows tidak beraturan, maka IRR (r) dicari secara “trial & error” (coba-
coba).
Contoh 10 :
Pertimbangkan investasi berikut dimana cash flowsnya berbeda dari tahun ke tahun.
1 1.000.000
2 2.500.000
3 1.500.000
(5) Interpolasi
NPV
Profitability Index ialah Rasio dari Present Value future cash flows terhadap initial
investment atau PI = PVCF
I
Index ini digunakan sebagai alat untuk ranking project dari urutan menurun yang
menarik. Apabila PI lebih besar dari 1, maka proyek diterima.
Contoh 11 :
1. Biaya modal didefinisikan sebagai suatu rate of return yang diperlukan untuk
mempertahankan nilai pasar suatu peusahaan (market value of the firm) atau harga pasar
saham (price of the firm’s stock).
Manajer harus mengetahui biaya modal yang seringkali disebut rate return yang
minimum yang diperlukan (minimum required rate of return) dalam :
Biaya modal dihitung sebagai suatu rata-rata tertimbang berbagai komponen modal
(weighted average of the various capital component) yang merupakan unsur-unsur
disebelah kanan dari Neraca (Balance Sheet) sebagai debt (hutang); P.S ; C.S dan laba
yang ditahan.
ki = I + (M-V)/n
(M + V)/2
Dimana :
I = tingkat bunga tahunan
M = par value, biasanya $1,000 untuk bond
V = value atau hasil dari penjualan obligasi
n = lamanya obligasi dalam tahun (term of the bond in years)
Contoh 1 :
Umpamakan perusahaan MANIS menerbitkan obligasi $1,000 ; 8% ; 20 tahun.
Obligasi itu hasil bersih penjualannya $940.
Karenanya, biaya modal setelah pajak :
ki = I+(M-V)/n
(M+V)/2
ki = $80 + $3
$970
Ki = 8.56%
Kd = 5.14%
Contoh 1 :
dp = dividend P.S tahunan
P = hasil dari penjualan P.S
Dividnd dari PS tidak dapat dipajak dan dividend ini dibayar setelah pajak; karenanya
tidak perlu penyesuaian pajak.
Contoh 2 :
Umpamakan perusahaan TIKE mempunyai PS yang membayarkan dividend per saham
dan menjualnya dengan $100 per saham dipasar. Floatation atas underwriting cost ialah
3% atau $3 per saham, maka biaya P.S :
kp = dp
P
kp = $13 = $13
($100 - $3) $97
kp = 13.4%
Ad (a) : Po = D1
r – g, dimana :
Po = nilai CS
D1 = Dividend yang akan diterima dalam 1 tahun
r = rate of return yang dikehendaki pemodal
g = tingkat pertumbuhan (umpamakan konstan tiap tahun)
Biaya C.S
r = D1 + gke = D1 + g
Po Po
Catatan : Tanda r diganti dengan k untuk menunjukkan hal itu digunakan untuk
menghitung biaya modal.
Contoh 3 :
Umpamakan harga pasar saham perusahaan MAWAR ialah $40. Dividend yang
dibayarkan pada akhir tahun yang akan datang $4 dan tumbuh dengan tetap pada tingkat
pertumbuhan 6%.
Biaya C.S :
ke = D1 + g = $4 + 6%
Po $40
ke = 16%
Biaya CS baru atau modal ekuiti eksternal (external equity capital) lebih tinggi dari CS
baru. Apabila floatation cost dalam % ialah f , maka biaya CS baru, ialah :
ke = D1 +g
Po (1-f)
Contoh 4 :
Umpamakan data yang sama padacontoh 3, perusahaan mencoba untuk menjual saham
baru A dengan floatation cost 10% maka :
ke = D1 +g
Po (1-f)
ke = $4 + 6%
$40 (1-0.10)
Ke = 17.11%
Contoh 5 :
Umpamakan rf = 7 % ; beta = 1.5 dan rm = 13%; maka :
ke = 7% + 1.5 (13% - 7%)
ke = 7% + 1.5 (6%) = 16%
Ad.c : The Bond of Plus Approach
Masih merupakan pendekatan yang lain untuk menentukan biaya CS ialah
dengan menambahkan premium terhadap biaya hutang jangka panjang
perusahaan sebagai berikut :
Contoh 6 :
Dengan menggunakan data dari contoh 1 ; biaya CS dengan menggunakan pendekatan
“bond plus approach”, ialah :
Biaya laba ditahan secara langsung berhubungan dengan biaya CS, karena biaya ekuiti
yang diperoleh dari laba ditahan sama dengan rate of returns yang dikehendaki pemodal
atas C.S perusahaan.
Overall C.O.C perusahaan ialah rata-rata tertimbang dari biaya modal individual dengan
tertimbang (weights) ialah proporsi dari masing-masing macam modal yang digunakan.
Dimana,
Wd = % modal hutang
Wp = % modal PS
Wc = % modal CS (ekuiti eksternal)
Ws = 5 modal laba yang ditahan (ekuiti internal)
Historical Weights didasarkan atas struktur modal perusahaan. Pemaiakaian weight ini
didasarkan atas asumsi dimana struktur modal yang berada dalam perusahan adalah
optimal dan karenanya harus dipelihara diwaktu yang akan datang. Dua macam rata-rata
tertimbang dapat digunakan rata-rata tertimbang nilai buku (book value) dan nilai pasar
(market value).
Rata-rata tertimbang Nilai Buku
Penggunaan tertimbang nilai buku dalam menghitung rata-rata tertimbang biaya modal
perusahaan meng-asumsikan bahwa pembiayaan baru akan ditingkatkan, dengan
menggunakan metoda yang sama yang digunakan perusahaan untuk struktur modal
perusahaan saat ini. Tertimbang atau weight ditentukan dengan membagi nilai buku
masing-masing komponen modal dengan jumlah nilai buku dari semua sumber modal
jangka panjang.
Contoh 7 :
Umpamakan struktur modal perusahaan “VIKE” :
Market Value Weights ditentukan dengan membagi market value dari semua sumber
modal. Penggunaan market value weight lebih dianjurkan dari pada penggunan nilai
buku, karena hal itu berhubungan dengan actual $ yang harus diterima dari penjualan
saham-sahamnya.
Contoh 8 :
Sebagi tambahan dari dat contoh 7; umpamakan harga-harga pasar saham adalah sebagai
berikut :
PS = $5,000,000 = 50,000
$100
CS = $20,000,000 = 500,000
$40
$66,500,000
Jumlah $ 40 juta CS harus dibedakan dalam rasio 4 : 1 ($20 juta CS versus $5 juta
Ret.E); karenanya nilai pasar (market value) Ret.E dihitung atas CS sebagai berikut :
Marginal Weights
100% 10,85%
BAB XIV
EBIT-EPS ANALYSIS
Dampak pertaqma diukur dengan tingkat financial leverage yang telah dibahas terdahulu.
Dampak kedua dianalisa dengan EBIT-EPS analysis.
Analisa ini merupakan alat praktis yang memungkinkan financial manager menilai
rencana pembiayaan alternatif dengan menyelidiki pengaruhna terhadap EPS dalam
rangkaian tingkat EBIT. Tujuan utamanya ialah untuk menentukan EBIT breakevent atau
indifference point, diantara berbagai rencana pembiayaan alternatif.
Titik impas (indifference point) antara kedua metode pembiayaan dapat ditentukan
dengan memecahkan EBIT dari persamaan :
(EBIT – I) (1 – t) – PD = (EBIT – I) (1 – t) – PD
S1 S2
Dimana :
t = tarif pajak
PD = preferred stock dividends
Contoh 1 :
Umpamakan perusahaan ADI dengan permodalannya $5 juta dalam saham ingin
meningkatkan $2 juta untuk akuisisi peralatan khusus dengan (1) menjual 40.000 saham
umum dengan $50 per saham, (2) menjual bonds dengan bunga 10%, atau (3)
menerbitkan preferred stock dengan 8% dividend. EBIT saat ini $1 juta, tarif pajak 50% ;
dan 100.000 saham CS yang kini beredar.
EAC (Earning
Available for CS) $500,000 $400,000 $340,00
Number of Shares 140,000 100,000 100,000
GRAFIK
------------------------------------
1) 10% x $2,000,000
2) 8% x $2,000,000
(EBIT – I) (1 – t) – PD = (EBIT – I) (1 – t) – PD
S1 S2
EBIT = $700,000
Antara CS dan PS
(EBIT – I) (1 – t) – PD = (EBIT – I) (1 – t) – PD
S1 S2
EBIT = $1,120,00
Antara CS dan PS
BAB XXII
MERGER DAN AKUISI
1. Pendahuluan
Pertumbuhan yang berasal dari dalam perusahaan ialah dimana perusahaan itu
menanamkan modal dalam produk dan berkembang; sedangkan pertumbuhan dari luar
terjadi apabila suatu perusahaan membeli assets yang ada (existing assets) dari suatu
perusahaan lain melalui merger. Dalam hubungan dengan pertumbuhan merger
memungkinkan perusahaan untuk tumbuh.
Merger :
Ialah suatu kombinasi dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan; dimana
perusahaan yang mengakusisi (acquiring company) yang tetap mempunyai identitas.
Alasannya perusahaan yang paling besar yang identitasnya tetap ada.
Konsolidasi :
Holding Company :
Perusahaan holding menguasai atau memiliki cukup saham-saham (common stock) agar
mempunyai hak suara untuk pengendalian satu atau lebih perusahaan. Holding company
terdiri dari suatu group perusahaan, dimana masing-masing beroperasi secara terpisah.
Dengan memiliki 50% hak suara, melalui pemilikan common stock, holding company
menjamin eongendalian ats perusahan-perusahaan lain. Holding company disebut parent
dan tiap-tiap perusahaan yang dikendalikan disebut subsidiary.
Tergantung dari maksud pengkombinasian itu, maka terdapat tiga cara yang biasanya
dilakukan perusahaan untuk mengadakan penggabungan untuk memperoleh keuntungan
(gain anvantage) dipasar. Dan ketiga cara tersebut ialah :
1. Vertikal
Suatu vertical merger terjadi apabila suatu perusahaan bergabung dengan konsumen
atau supplier (marketing dan supply of raw materials).
2. Horisontal
Suatu penggabungan horisontal terjadi apabila dua perusahaan dalam bidang yang
sama bergabung; umpamanya suatu perusahaan minyak bergabung dengan
perusahaan minyak lain.
3. Conglomerate
Penggabungan antara satu perusahaan dengan perusahaan laindalam bidang industri
berlainan, umpamanya perusahaan mobil bergabung dengan perusahaan penerbitan
atau travel again.
2. MERGER
Merger antara dua perusahaan dapat dilaksanakan dengan salah satu dua cara. Cara
pertama, dimana perusahaan yang menguasai (acquiring) dapat berunding dengan
manajemen perusahaan lain yang disebut preferred approach atau dapat dilaksanakan
dengan penawaran langsung pemegang saham dari perusahaan yang akan diambil alih,
atau disebut tender offer. Suatu tender offer ialah penawaran cash untuk saham-saham
yang dimiliki pemegang saham.
Terdapat berbagai paket pembiayaan dimana pembeli gunakan untuk merger misalnya
common stock, preferred stock, convertible securities, cash, debts, warrant.
Jika common stock yang diperlukan, maka saham penjual akan diberikan dan
ditambahkan dngan saham pembeli dan keuntungan dari pertukaran saham (stock trade)
ini, ialah tidak adanya beban pajak (tax-free).
Contoh :
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
4. Resiko
Merger harus menghindarkan business dari financial risk.
Masalah Akuisisi
2.3.1. Earnings
2.3.2. Dividends
Pada umumnya, nilai buku tidakpenting, dalam proses merger, sebab hal itu
didasarkan atas historical cost bukan nilai saat ini (current vales).
Nilai buku, mungkin akan relevant apabila hal itu melebihi harga pasar.
Dalam keadaan demikianakan terdapat harapan (expectation) dimana harga
pasar saham (market price of stock) akan meningkat yang disebabkan
perbaikan dan manajemen baru.
2.4. Akuisisi
Akuisisi Perusahaan
Akuisisi dari suatu perusahaan yang berjalan dinilai melalui teknik capital
budgeting. Bila suatu perusahaan membeli perusahaan lainnya yang secara material
susunan finansialnya (financial structure) berbeda dengan perusahaan sendiri,
pengaruh dari susunan modal (capital structure) dari keseluruhan biaya modal
perusahaan itu (overall cost of capital harus diprojeksikan).
Apabila perusahaan mengakuisisi perusahaan lain dengan cash (kontan), kita dapat
menggunakan capital budgeting untuk menguji kelayakan financial dari akuisi
(financial feasibility of the acquisition).
Untuk mengakuisisikan apakah pembelian harta itu secara financial dapat
dibenarkan (justifiable), perusahaan harus meramalkan ongkos dan manfaat
(benefit) dari harta-harta tersebut.
2.5. Pengaruh Merger atas EPS dan Market Price Per Saham
Apabila terjadi merger, akan terdapat pengaruh yang menguntungkan (favourable)
dan tidak menguntungkan (unfavourable) atas net income dan market price per
share of stock.
3. HOLDING COMPANY