You are on page 1of 43

MANAJEMEN KEUANGAN

Dipresentasikan

Di Kampus Batam

Oleh :

DR. CHAERUDIN, MM, M.Si


BAB I
RATIO ANALYSIS

Financial Ratio can be classified into the five groups :

1. Liquiditty Ratios
2. Activity Ratios
3. Leverage Ratios
4. Profitability Ratios
5. Market Value Ratios

ad.1.

Current Assets
Current Ratio=
Current Liabilities

Quick (Acid – Test) Ratio =

Cash+ Marketable Securities+ A/C Receavables


Current Liabilities

Ad.2.
Activity or Assets Utilization Ratios.

 A/C Receivable
Net Credit Sales
Ratios Turnover =
Average A/C Receivable

 Average Collection
365
Period =
A/C Recivable Turnover

COGS
 Inventory Turnover =
Average Inventory

365
 Average of Inventory =
Inventory Turnover

 Operating Cycle of a business is the number of days it take to current inventory and
receivable to cash. A short operating cycle is ACP + AITO

Net Sales
 Total Assets Turnover =
Average Total Assets
Ad.3.
Leverage (Solvency, Long-Term Debt) Ratios

Total Liabilities
 Debt Ratios =
Total Assets

Total Liabilities
 Debt Equity Ratio =
Stockholder’s Equity

EBIT
 Time Interest Earned (Interest Coverage Ratio =
Interest Expenses

Ad.4.

Gross Profit
 Gros Profit Margin =
Net Sales

Net Income
 Profit Margin =
Net Sales

Net Income
 ROI (ROA) =
(Average) Total Assets

Du Pont Formula :

NI Net Sales
 ROA = X
Net Sales (Average) Total Assets

Earning Available to Common Stockholder’s


 ROE =
(Average) Total Assets

ROE and ROA are closely related through equity multiplier (leverage or debt ratio) :

 ROE = ROA x Equity Multiplier

Total Assets
 ROE = ROA x
Common Equity
Or
ROA
ROE =
1 – Debt Ratio
Ad.5.
Net Income – Preferred Dividens
 Earning Per Share (EPS) =
Common Stock Outstanding

Market Price Per Share


 Price Earning Ratio =
EPS

Dividend Per Share


 Dividend Vield =
Market Price Per Share

Dividend per Share


 Dividend Pay-Out =
EPS
BAB II
MULTIPLE DISCRIMINANT ANALYSIS

1. ANALISA “MULTIPLE DISCRIMINANT” atau “MULTIPLE DISCRIMINANT


ANALYSIS” dari EDWARD ALTMAN

Dalam tahun 1968 Altman menggunakan analisa diskriminan untuk membuat suatu
model tentang peramalan kebangkrutan perusahaan.
Sampel terdiri dari 56 perusahaan manufakturing dimana setengah dari padanya
bangkrut. Dari laporan keuangannya (satu tahun sebelu bangkrut untuk perusahaan yang
bangkrut), diperoleh 20 rasio keuangan, 5 dari padanya ditemukan memberikan banyak
kontribusi pada model prediksinya.
Fungsi diskriminan z diketemukan :

Z = 0,012 X1 + 0,014 X2 + 0,033 X3 + 0,0006 X4 + 0,0999 X5

Dimana :

Working Capital
X1 = (%)
Total Assets

Rotained Earning
X2 = (%)
Total Assets

EBIT
X3 = (%)
Total Assets

Market Value of Equity


X4 = (%)
Total Assets

Sales
X5 = (%)
Total Asset

Z ialah indeks menyeluruh (overall index) yang merupakan standard pengukuran


(standard of measurement) terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan perusahan,
overall index terdiri dari tiga golongan :

(i) Z > 2,9 perusahaan digolongkan tidak bangkrut (sehat)


(ii) Z = 2,675 perusahaan digolongkan pada tingkat kritis (critical value) atau mid-
point, yang membedakan antara bangkrut dan tidak bangkrut.
(iii) Z < 1,81 perusahaan digolongkan bangkrut.
2. KEGAGALAN PERUSAHAAN

Perusahaan yang mengalami kegagalan disebabkan beberapa kejadian antara lain :


(a). Tingkat pengembalian yang sangat rendah (poor rate of return)
(b). Technical insolvency
(c). Bangkrut

2.1. Beberapa sebab yang menyebabkan kegagalan perusahaan :

(i) Manajemen yang tidak baik (poor management)


(ii) Kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan yang mempengaruhi perusahaan
dan atau industri (an economic downturn affecting the company and or industry).
(iii) Akhir siklus kehidupan suatu perusahaan.
(iv) Ekspansi yang berlebihan (over expansion)
(v) Bencana alam (catastrophe)

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk penilaian kualitas manajemen yang
baik (the qualities of good management).
Suatu manajer yang sukses memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Intelligence
2. Initiative
3. Energy or drive
4. Emotional maturity
5. Persuasiveness
6. Communicative skill
7. Self assurance
8. Perception
9. Creativity
10. Social participation

Adalah sulit untuk mengukur sifat-sifat manajemen dan sekarang perhatian yang sangat
besar ditekankan kepada tujuan dari serangkaian standar daya guna atau prestasi (an
objective set of performance standards).
Investor antara lain perlu untuk mengetahui dan menyelidiki secara seksama kualitas
manajemen. Menentukan kecakapan manajemen :

- Latar belakang manajemen


- Perencanaan strategis dan manajemen
- Catatan manajemen
- Kesanggupan untuk mempertahankan kedudukan kompetitif perusahaan
- Kesanggupan berkembang
- Kesanggupan mempertahankan Marjin Keuntungan
- Kesanggupan mempertahankan produksi yang efisien
- Kesanggupan membiayai perusahaan dengan secukupnya
- Kesanggupan untuk bekerja dengan pegawai dan serikat pekerja
- Kesanggupan untuk mengadakan metoda manajemen yang kontemporer
- Kesanggupan untuk bekerja dengan Pemerintah
- Riset dan pengembangan produk
- Pengembangan eksekutif dan manajemen
- Manajemen dan masyarakat
Mempelajari tentang kecakapan manajemen :

- Laporan tahunan
- Berita keuangan
- Pertemuan para analis dan komentar publik
BAB III
FINANCIAL RATIO ANALYSIS

1.
“Mujur” Corporation
Balance Sheet
December 31, 19X1

Assets
Current Assets
Cash $ 100,000
Marketable Securities 200,000
Inventories 300,000

Total Current Assets $ 600,000


Plant Assets 500,000

Total Assets $1,100,000

Liabilities & Stockholder’s Equity


Liabilities
Current Liabilities $ 200,000
Long Term Liabilities 100,000

Total Liabilities $ 300,000

Stockholder’s Equity
Common Stock $ 1 per value
100,000 Shares $ 100,000
Premium on Common Stock 500,000
Retairned Earnings 200,000

Total Stockholder’s Equity $ 800,000

Total Liabilities & Stockholder’s Equity $1,100,000

Mujur Corporation
Income Statement
For The Year Endd Dec.31, 19X1

Net Sales $10,000,000


Cost of goods Sold 6,000,000

Gross Profit $ 4,000,000


Operating Expenses 1,000,000

Income Before Taxes 3,000,000


Income Tax (50% tax rate) 1,500,000

Net Income $ 1,500,000


Additional information includes a market price of $150 per share of stock, total dividends of
$600,000 for 19X1 and $250,000 of inventory as of Dcember 31, 19X1.

Compute the following tratios :

a) Current Ratio
b) Quick Ratio
c) Inventory Turnover
d) Average Age Inventory
e) Debt Equity Ratio
f) Book Value per Share
g) Earning per Share
h) Price Earning Ratio
i) Dividend Pay-Out

2. Industry “Malvinas” has three companies whose income statements and balance
Sheet are summarised below.

Company Company Company


X Y Z
Sales $500,000 (d) (g)
Net income $250,000 $30,000 (h)
Total Assets $100,000 (e) $250,000
Total Assets Turnover (a) (f) 0.4
Profit Margin (b) 0.4% 5%
Return on Total Assets (c) 2% (i)

1. Supply the missing data in the table above !


2. Commet on the relative performance of each division !

3. The “Jujur” Company reports the following balance shet data :

Current Liabilities $280,000


Bonds Payable 16% 120,000
Preference Stock, 14%, $100 par value 200,000
Common Stock, $250 par value, 16,800 shares 420,000
Paid Capital on Common Stock 240,000
Retained Earnings 180,000

Income before taxes is $160,000. The tax rate is 40%. Common stockholder’s equity in
the previous year was &800,000. The market per share of common stock is $35.

Calculate : (a) Net Income


(b) Preferred Dividens
(c) Return of Common Stock
(d) Time interest Earned Ratio
(e) E.P.S
(f) PER
(g) Book-Value per share
BAB IV
TIME VALUE OF MONEY

1. Introduction

Time Value of Money atau Nilai Waktu dari Uang, dimana nilai uang dipengaruhi oleh
waktu. Merupakan suatu pertimbangan yang kritikal dalam keputusan financial dan
investasi.

Umpamanya, compound Interest atau Bunga Majemuk diperlukan untuk menentukan


jumlah uang yang akan datang sebagai akibat dari suatu investasi.

Dicounting atau Perhitungan Present Value (nilai sekarang) yang kebalikannya daro
compounding digunakan untuk menilai uang yang akan datang (future value) dari arus
kas (cash flow) yang berhubungan dengan capital budgeting project.

2. Future Values-Compounding

Nilai Majemuk (compound value) sejumlah uang merupakan penjumlahan dari uang
pada periode permulaan dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode tersebut,
dan secara matematik dirumuskan sebagai berikut :

Fn = P (1 + i) n

Fn = Future value atau jumlah uang pada akhir tahun n


P = Principal = modal pokok atau jumlah uang permulaan periode.
i = Interest rate atau bunga per tahun
n = jumlah tahun

Contoh :

A menanbung Rp. 1.000di BANK dan memperoleh bunga per tahun 8%, berdasarkan
perhitungan bunga majemuk, setelah 4 tahun, maka uang A menjadi :

F4 = Po (1 + i) 4
F4 = Rp. 1.000 (1 +0,08)4

Dicari dari
Tabel (A)
(FVIFi;n)
F4 = Rp. 1.000 (1,3605)
F4 = Rp. 1.3650,50

3. Intra Year Compounding

Kadang-kadang bunga dibayarkan tidak pada akhir tahun, tetapi dalam kwartal, harian
atau berkelanjutan. Jika bunga dibayarkan m kali per tahun, maka rumsnya menjadi :
1
Fn = Po (1 + ---)n.m
M
Atau
Fn = FVIFi/m;n.m

Jika m mendekati tidak berhingga (infinite),


Maka :
Fn = P.ei.n dimana,
e = 2,712828

Jika annual compounding dimana m = 1, maka :

F3 = Rp. 100 (1 + 0,12)3

F3 = Rp. 100 (FVIF12%;3tahun)

F3 = Rp. 100 (1.4045)

F3 = Rp. 140,49

Semi annual compounding, dimana :

0,12
M = 2 F3 = Rp. 100 (1 + ------) 3 x 2
2
F3 = Rp. 100 (FVIF12%/2;3x2)

F3 = Rp. 100 (FVIFP6%;6tahun)

F3 = Rp. 100 (1,4185)

F3 = Rp. 141,85

Quaterly Compounding, dimana :

0,12
m = 4 F3 = Rp. 100 (1 + ------) 3 x 4
4
F3 = Rp. 100 (FVIF3%;12tahun)

F3 = Rp. 100 (1,4258)

F3 = Rp. 142,58

Monthly Compounding, dimana :


0,12
m = 12 F3 = Rp. 100 (1 + -------) 3 x 12
12
F3 = Rp. 100 (1 + 0,01)36

F3 = Rp. 100 (FVIFP1%;36tahun)

F3 = Rp. 100 (1,4307)


F3 = Rp. 143.07

Contineous Compounding, dimana :

m = ei.n

F3 = Rp. 100 x e 0,12 x 3

F3 = Rp. 100 (2,71828)0,36

F3 = Rp. 100 (1,4333)

F3 = Rp. 143,33

Future Value dan Annuity

Nilai majemuk (compounded) dari suatu annuity ialah jumlah majemuk (compound sum)
dari suatu deretan (series) pembayaran dengan jumlah uang yang tetap selama beberapa
periode, dimana pembayaran dilakukan pada akhir tiapperiode dengan tingkat bunga
tertentu dan rumusnya ialah sebagai berikut :

(1 + i)n – 1
Fn = A
I
Atau
tabel b
Fn = A (FVIFAi%;n tahun)

Fn = jumlah majemuk (compounded sum)


A = Annuity = pembayaran/penerimaan secara periodeik yang sama jumlahnya pada
tiap pembayaran/penerimaan tersebut.
i = suku bunga
n = periode annuity

Contoh :

Tuan A menginginkan untuk menentukan jumlah uang yang ia inginkan dalam


tabungannya pada akhir 6 tahun dengan mendepositokan jumlah Rp. 1.000 pada akhir
tiap tahun selama 6 tahun. Bunga 8% tiap tahun.

F6 = Rp. 1000 (FVIF8%;6 tahun)

F6 = Rp. 1000 (7,3359) tabel c

F6 = Rp. 7.335,90

4. Present Value (Nilai Sekarang)

Jika nilai majemuk dimaksudkan untuk menghitung jumlah uang pada akhir suatu
periode diwaktu yang akan datang maka nilai sekarang atau present value ialah
sebaliknya, untuk menghitung besarnya jumlah uang pada ermulan periode atau saat ini,
atas dasar tingkat bunga tertentu dari suatu jumlah uang yang akan diterima beberapa
waktu kemudian.

Dengan demikian, maka cara menghitung nilai sekarang merupakan kebalikan dari cara
menghitung nilai majemuk, ialah dengan rumus sebagai berikut :

Fn
P=
(1 + i)n, dimana :

P = modal pokok atau jumlah uang pada permulaan periode (saat ini)
Fn = Jumlah uang pada akhir periode
i = Suku bunga
n = lamanya waktu atau periode bunga.

Contoh :

Tuan A diberikan suatu kesempatan untuk menerima Rp. 20.000 selama 6 tahun dari
sekarang. Apabila ia dapat memperoleh 10% atas investasinya, berapakah yang harus ia
bayarkan untuk memperoleh kesempatan ini ?

Fn 1
P = P = Fn ( )
n n
(1 + i) (1+i)

P = fn (PVIFi;n)

Jadi :
P = Fn (PVIF1;n) tabel d

P = Rp. 20.000 (PVIF10%;tahun)

P = Rp. 20.000 (0,5645)


P = Rp. 11,290

Jadi Tuan A dengan menginvestasikan Rp. 11,290 pada saat ini akan memperoleh Rp.
20.000 selama 6 tahun.

5. Present Value of on Annuity

Bunga yang diterima dari obligasi dana pensiun, dan premi asuransi kesemuanya
menyangkut annuity. Present value dari suatu annuity ialah :

1 1 1
Pn = A + A + ... + A
(1 + i)1 (1 + i)2 (1 + i)n

1 1 1
Pn = ( A + A + ... + A )
1 2 n
(1 + i) (1 + i) (1 + i)
N 1
Pn = A Ʃ
T=1 (1+i)n

Pn = A x PVIFAi;n lihat tabel d

Contoh :

Tuan A akan menerima Rp. 1.000 per tahun selama 3 tahun ; sedangkan tingkat bunga
6% per tahun , maka : Present Value dari Annuity itu ialah :

P3 = Rp. 1.000 (PVIFA6% ; 3 tahun)

P3 = Rp. 1.000 (2,6730)

P3 = Rp. 2,673

6. Perpetuities

Beberapa annuity berlangsung selamanya dan disebut perpetuities. Sebagai contoh dari
perpetuities ialah : preferred stock yang menghasilkan jumlah rupiah yang tetap sebagai
dividend tanpa batas.

Present value dari suatu perpetuity ialah :

A (Annuity)
PV dari perpetuity =
I (discount rate)
BAB V
PENGGUNAAN DARI FUTURE VALUE DAN PRESENT VALUE

1. Deposit to Acumulate a Future sum (Sinking Fund)

Seseorang mungkin menginginkan untuk mencari deposit tahunan atau pembayaran


tahunan yang jumlah tertentu diwaktu yang akan datang.

Formula yang digunakan untuk mencari jumlah tertentu diwaktu yang akan (sinking
fund), kita dapat mempergunakan rumus :

Sn = A FVIFAi;n

Untuk mencari A; maka :

Sn
A =
FVIFAi;n

Contoh :

Tuan A ingin menentukan jumlah deposit (tahapan) jumlah tertentu yang dibayarkan
pada tiap akhir tahun untuk memperoleh Rp.5.000.000 pada akhir 5 tahun untuk
keperluan anaknya masuk perguruan tinggi. Tingkat bunga 10%.

Jumlah tahunan pada tiap akhir tahun yang harus dibayarkan oleh A di Bank, ialah :

S5 = Rp. 5.000.000

Rp. 5.000.000
A =
FVIFA10%;5

Rp. 5.000.000
A = = 818.987
6.1051

A = Rp. 818.987

2. Amortized Loans

Apabila pinjaman harus dibayar dalam jumlah yang sama pada tiap periode, hal itu
disebut amortized loan. Contohnya, ialah car loan dan mortagage loan (pinjaman dengan
jaminan hipotik).
Pembayaran yang sama secara periodeik, ialah :

Pn = A x PVIFAi;n

Pn
A =
PVIFAi;v
Contoh :

Perusahaan A mempunyai pinjaman mobil sejumlah Rp. 50.000.000 selama 40 tahun


dengan tingkat bunga tahunan 12%, maka pembayaran tiap tahun, ialah :

Rp. 50.000.000 Rp. 50.000.000


A = =
PVIFA12%;40th 32.8347

A = Rp. 1.522.779,25

Contoh :

Perusahaan meminjam Rp. 20.000.000 dan harus dibayar dalam 3 tahun dengan jumlah
cicilan yang sama pada tiap tahun. Tingkat bunga Bank 12%; maka pembayaran tiap
tahun, ialah :

P3 = Rp. 20.000.000

P3 = A x PVIFA12%;3 tahun

Rp. 20.000.000
A =
PVIFA12%;3 th

Rp. 20.000.000
A = = Rp. 8.327.088,02
2.4018

Satu pinjaman terdiri dari pinjaman pokok (principal) dan bunga (interest) ; maka dalam
pembayaran pinjaman kita dapat membuat daftar amortisasi pinjaman (loan amortitation
schedule).
Untuk contoh diatas, maka daftar amortisasi pinjaman adalah sebagai berikut :

Tahun Pembayaran Bunga Pembayaran Saldo


Pokok Pinjaman

1 Rp.8.327.088 Rp.2.400.000a) Rp.5.927.088 Rp.14.072.912b)


2 Rp.8.327.088 Rp.1.588.749c) Rp.6.638.339 Rp.7.434.573d)
3 Rp.8.327.088 Rp. 892.149e) Rp.7.434.939f)

1. 12% x Rp.20.000.000 = Rp.2.400.000


2. Rp.20.000.00 – Rp.5.927.088 = Rp.14.072.912
3. 12% x Rp.514.072.912 = Rp.1.688.749
4. Rp.14.072.912 – Rp.6.638.339 = Rp.7.434.573
5. 12% x Rp.7.434.573 = Rp.892.148,76
6. Jumlah ini harus sama dengan saldo pinjaman terakhir Rp.7.434.573 (karena
pembulatan)

3. Rate of Growth
Dalam keuangan (pembayaran)kadang-kadang diperlukan untuk menghitung compoud
annual interest rate atau rate of growth yang bersamaan dengan aliran pendapatan
(streams of earning).

Contoh 1 :

Umpamakan perusahaan ABC mempunai penghasilan (earning) Rp.2.50.000 per saham


dalam tahun 19X1 dan 10 tahun kemudian EPS (earning per share) naik menjadi
Rp.3.700 per saham maka tingkat pertumbuhan dapat dihitung sebagai berikut :

Fn = P X FVIFAi;n

Fn Rp.3.700
FVIFi;10 th = = = 1.48
P Rp.2.500

Dari tabel FVIF nilai 1.48

Pada 10 tahun ; menunjukkan i = 4%


Jadi tingkat pertumbuhan 4%

4. Bonds Value

Bond atau obligasi, ialah memberikan pembayaran bunga pada setiap waktu (1 tahun; ½
tahun) untuk jumlah tahun tertentu ditambah pembayaran nilai nominal obligasi tersebut
(face vace) pada saat obligasi itu jatuh tempo

Jadi suatu bond atau obligasi menunjukkan nilai annuity dari pembayaran bunga dan
nilai nominalnya.

Nilai bond, ialah :

n I M
Value = Ʃ +
t=1 (1 + i)n (1 + i)n

VB = I (PVIFAi;n) + M (PVIFi;n)

Dimana :

I = interest – rate
M = par value
r = investor required rate of return
n = number of periode

Contoh :

Umpamakan terdapat 10 tahun bond dengan 10% kupon (bunga) dan pembayaran bunga
setengah tahunan dan nilai nominal Bond Rp.1.000.000.

Karena bond itu ½ tahun, maka n = 10 x 2 = 20 dan bbunganya (10% x Rp.1.000.000) : 2


= Rp.50.000.
Umpamakan required rate of return 12%; maka present value dari bond itu, ialah :

V = Rp.50.000 (PVIFA6%;20th) + Rp.1.000.000 (PVIFA6%;20th)

V = Rp.50.00 (11.4699) + Rp.1.000.000 (0.3118)

V = Rp.573.495 + Rp.311.80

V = Rp.885.295

Karena required rate of return (12%) lebih tinggi dari tingkat bunga (10%) maka nilai
bond itu lebih rendah dari pada nilai nominalnya.
Capital Budgeting

1. Capital Budgeting ialah suatu proses pembuatan keputusan jangka panjang dalam
penanaman modal atau invenstasi.

Umumnya terdapat dua macam keputusan investasi, ialah :

(1) Keputusan selektif mengenai proyek-proyek yang diusulkan. Umpamanya : investasi


jangka panjang dalam assets seperti property, lant dan equipment, atau resource
commitment dalam bentuk pengembangan produk baru (form of new product
development), market research, pembayaran kembali hutang jangka panjang,
introduksi komputer dan lain-lain.
(2) Keputusan-keputusan penggantian (replacement decisions), umpamana penggantian
fasilitas-fasilitas lama dengan fasilitas-fasilitas baru.

2. Mengukur Cash Flows


Yang harus diukur atau dihitung ialah relevant atau incremental after-tax cash flows
(ATCIF). Pada umumnya, cash flows dari suatu proyek ada 3 golongan, ialah :

(1) Initial Investment atau Original Investment


(2) After Tax Cash Inflows selama umr proyek
(3) Terminal Cash Flows

Ad.(1). INITIAL INVESTMENT (I)

Initial Investment merupakan pengeluaran cash pertama (permulaan) yang diperluakn


untuk pembelian asset dan kemudian ditempatkan dalam pengooperasian dan ditentukan
sebagai berikut :

Initial Investment : Cost of Asset + Installation Cost – Proceeds from sale of


old asset ± taxes on sale of old asset

Hasil perolehan dari assets lama merupakan subjek dari pajak.

Terdapat empat kemungkinan ialah :


(1) Asset atau harta itu dijual lebih dari pada initial cost
(2) Asset dijual lebih dari pada nilai bukunya, tetapi kurang dari initial cost
(3) Asset dijual sesuai nilai buku
(4) Asset dijual lebih rendah dari nilai buku

Contoh 1 :

Umpamakan suatu asset mempunyai nilai buku Rp. 60.00.000 dan initial cost Rp.
100.000.000. umpamakan tarif pajak untuk capital gain 28%.

a) Umpamakan asset lama terjual dengan harga Rp. 120.000.000. Disini terdapat dua
macam jumlah yang kena pajak secara berbeda, ialah capital gain dan jumlah dimana
initial price lebih besar dari nilai buku yang disebut recapture of depreciation.
Jumlah gain sebesar Rp 120 juta dikurangi Rp 60 juta atau Rp 60 juta dibedakan
sebagai :

(Rp 120 juta – Rp 100 juta) + (Rp 100 juta – Rp 60 juta)


Capital gain Recapture depreciation

Jumlah pajak kemudian dihitung sebagai berikut :

 Pajak atas capital gain :


(Rp 120 juta – Rp 100 juta)(0.28) Rp 5,6 juta
 Recapture depreciation :
(Rp 100 juta – Rp 6 juta)(0.46) Rp 18,4 juta
Rp 24,0 juta

Kalau asset lama dijual dengan harga


Rp 80 juta, maka disini yang kena pajak
ialah recapture depreciation dan
dipajak dngan tarif pajak biasa :
(Rp 80 juta – Rp 60 juta)(0.46) = Rp 9,2 juta

b) Kalau asset lama dijual Rp 60 juta, maka tidak ada pajak atas capital gain maupun
pajak atas kerugian penjualan.

c) Asset lama dijual dengan harga Rp 50 juta. Dalam hal ini terdapat kerugian, yang
akan menyebabkan penghematan pajak (tax saving).

Tax Saving (Rp 60 juta – Rp 50 juta)(0,46) = Rp 4,6 juta

Catatan :
Pajak-pajak atas keuntungan dari penjualan asset lama atau penghematan pajak karena
kerugian harus dipertimbangkan apabila menentukan jumlah initial investment asset
baru.

Contoh 2 :

Perusahaan XYZ mempertimbangkan pembelian suatu mesin baru dengan harga Rp 250
juta, yang akan disusutkan atas dasar garis lurus selama 5 tahun dan tidak ada nilai sisa.
Agar mesin itu dapat dioperasian diperlukan untuk membeli beban-beban instalasi
sebesar Rp 50 juta. Mesin baru akan mengganti mesin lama yang dipakai saat ini, yang
dibeli 3 tahun lalu dengan harga Rp 240 juta, yang disusutkan atas dasar garis lurus
(tanpa nilai sisa) selama 8 tahun. Mesin lama dapat dijual dengan harga Rp 255 juta.
Tarif ajak perusahan 46% dan pajak capital gain jangka panjang 28%.

Jawaban :

Capital gain Rp 255 juta – Rp 150 juta = Rp 105 juta. Pajak atas Rp 105 juta ialah
sebagai berikut :
Capital gain tax (Rp 255 juta – Rp 240 juta)(0.28) Rp 4,2 juta
Recapture of depreciation (Rp 240 juta – Rp 150 juta)(0.46) Rp 41,4 juta
Jumlah pajak Rp 45,6 juta

Jmlah initial investment :


Harga pembelian mesin Rp 250 juta
+/+ Biaya instalasi Rp 50 juta
-/- Hasil dari penjualan mesin lama Rp 255 juta
+/+ Pajak atas penjualan mesin lama Rp 45,6 juta
Initial Investment Rp 90,6 juta

Ad.(2). AFTER TAX CASH INFLOWS

After tax cash flows berasal dari kenaikan penghasilan dan atau penghematan dalam
biaya operasional cash. Perbedaan antara accounting income dan cash flows ialah beban-
beban bukan cash (non cash) seperti penyusutan dan amortisasi.

1. After tax cash inflows = Net income after tax + depreciation/amortization


2. Kurangi cash inflows after tax yang berasal dari penggunaan mesin lama dari cash
inflows yang berasal dari asset baru untuk memperoleh cash inflows after tax yang
relevant.

Atau diperlukan formula sebagai berikut :

After tax cash inflows = (increase in revenue)(1 - tax rate) - (increase in cash
(relevant or incremental charges)(1 - tax rate) + (increase in depreciation
expenses)(tax rate)

Contoh 3 :

Perusahaan XYZ pendapatan dan biayanya (cash operating costs) tidak termasuk
penyusutan adalah sebagai berikut :

Annual Net profit before


Revenue Cash Operating Cost Depreciation & Taxes

Mesin lama Rp 150 juta Rp 70juta Rp 80 juta


Mesin baru Rp 180 juta Rp 60 juta Rp 120 juta

Umpamakan penyusutan mesin lama dan mesin baru ialah Rp 30 juta dan Rp 50 jta (lihat
contoh 2).
Agar net profit after tax dapat dihitung, maka pertama-tama harus dikurangi biaya
penyusutan dari net profit before depreciation and taxes sebagai berikut :

Net Profit After Tax Add After Tax Cash


Depreciation Inflows

Mesin lama (Rp 80 juta – Rp 30 juta)(1 – 0.46) = Rp 27 juta Rp 30 juta Rp 50 juta


Mesin baru (Rp 120 juta – Rp 50 juta)(1 – 0.46) = Rp 37,8 juta Rp 50 juta Rp 87,8 juta
Jadi cash inflows after tax per tahun : Rp 87,8 juta – Rp 57 juta = Rp 30,8 juta

Alternatif rumus lain yang dapat digunakan disini ialah :

ATCIF = (Increase in revenue)(1 – tax rate) – (Increase in cash charges)(1 – tax


rate) + (Increase in depreciation expense)(tax rate)

Contoh 4 :

Dengan menggunakan contoh 3, maka ATCIF dapat dihitung sebagai berikut :

Increase in revenue x (1 – tax rate) :


(Rp 180 juta – Rp 150 juta)(1 – 0.46) = Rp 16,2 juta
-/- (Increase in cash charges)(1 – tax rate) :
(Rp 60 juta – Rp 70 juta)(1 – 0.46) = -(- 5.400)
+/+ Increase in depreciation expense x tax rate :
(Rp 50 juta – Rp 30 juta)(1 – 0.46) = Rp 9,2 juta
ATCIF Rp 30,8 juta

Ad.(3). TERMINAL CASH FLOW

Cash Flow yang berhubungan dengan berakhirnya proyek, pada umumnya termasuk
“nilai sisa” (disposal value) dari proyek ditambah atau dikurangi taxable gains atau
kerugian-kerugian yang berhubungan dengan penjualan tersebut.

Cara untuk menghitung keuntungan atau kerugian itu sesuai dengan metode perhitungan
pajak-pajak atas penjalan asset lama. Dalam banyak hal, nilai sisa pada akhir kehidupan
proyek akan menyebabkan taxable gain karena nilai bukunya biasanya nol.

CAPITAL BUDGETING TECHNIQUES

Beberapa metode penilaian investasi proyek ialah sebagai berikut :


(1) Payback Period
(2) Accounting Rate of Return (ARR)
(3) Net Present Value (NPV)
(4) Internal Rate of Return (IRR)
(5) Profitability Index (PI = B/C)

Metode NPV dan IRR disebut metode discounted cash flow (DCF)

Ad.(1). Payback Period

Payback Period mengukur lamanya waktu diperlukan untuk menutup investasi semula
(initial investment) dan dihitung dengan membagi investasi semula dengan cash inflows.

Contoh 5 :

Umpamakan cost of investment Rp 10.000.000 dan annual after tax cash avings Rp
3.000.000, maka :
Payback period = Initial Investment cost
After tax cash inflows
= Rp 18.000.000 = 6 tahun
Rp 3.000.000

Lebih pendek Payback period, maka lebih kecil resiko proyek tersebut dan lebih tinggi
likuiditasnya.
Contoh 6 :

Pertimbangan dua proyek yang after tax cash inflownya tidak sama setiap tahun.
Umpamakan masing-masing project cost Rp 1.000.000

Cash Inflow

Tahun A (Rp) B (Rp)

1 100.000 500.000
2 200.000 400.000
3 300.000 300.000
4 400.000 100.000
5 500.000 -
6 600.000 -

Payback period proyek A ialah :


Rp 1.000.000 = Rp 100.000 + Rp 200.000 + Rp 300.000 + Rp 400.000
= 4 tahun

Payback period proyek B ialah :


(Rp 500.000 + Rp 400.000 + Rp 100.000) = 2 tahun + Rp 100.000 x 1 tahun
= 2 1/3 tahun

Keuntungan menggunakan payback period untuk penilaian investment, ialah :


(1) Mudah menghitungnya dan mudah mengertinya
(2) Menangani resiko investasi efektif

Kekurangan metode payback ialah :


(1) Tidak memperhatikan time value of maoney
(2) Tidak memperhatikan pengaruh cash inflows yang diterima setelah payback period;
dan sebenarnya cash flows setelah payback period akan menentukan profitabilitas
investasi tersebut.

Ad (2) Accounting Rate of Return

ARR mengukur profitabilitas dari akunting yang konvensional dengan menghubungkan


required investment atau kadang-kadang average investment terhadap net income
tahunan yang akan datang.

Contoh 7 :

Pertimbangkan investasi sebagai berikut :

Initial investment Rp 6.500.000


Estimated life 20 tahun
Cash inflow per year Rp 1.000.000
Depreciation per year Rp 325.000

ARR = Net Income = Rp 1.000.000 – Rp 325.000


Investment Rp 6.500.000
= 10.4%
ARR based on average investment = Rp 1.000.000 – Rp 325.000
Rp 3.250.000

= 20.8%

Keuntungan dari metode ini, ialah karena mudah dimengerti, sederhana untuk dihitung,
dan mengakui faktor profitabilitas.

Kerugian metode ini ialah kegagalan mengakui “time value of money”, dan yang
digunakan ialah data akunting dan bukan data arus kas (cash flow data).

Ad.(3). Net Present Value

NPV = Present Value


PV = A . PVIFA r%;n years

Dimana A : Annuity
PVIFA : Present Value Interest Factor Annuity dengan discounted rate r%
selama n tahun dapat dicari dari tabel

Peraturan keputusan :
Jika NPV menunjukkan hasil positif, maka project investment itu feasible atau layak, dan
sebaliknya jika NPV negatif, maka proyek itu tidak layak.

Contoh 8 :

Pertimbangkan investasi sebagai berikut :

Initial investment Rp 12.950.000


Estimated life 10 tahun
Annual Cash Inflows Rp 3.000.000
Cost of capital (minimum required rate of return) 12%

PV dari cash inflows ialah :


A . PVIFA12% ; 10 tahun = Rp 3.000.000(5.6502) = Rp 16.950.600
Initial Investment = Rp 12.950.600
Net Present Value = Rp 4.000.000

Karena NPV positif, maka proyek itu feasible.

Keuntungan dari NPV method, ialah diakuinya time value of money dan mudah untuk
dihitung, apakah cash flows bentuknya annuity, maupun berubah dari suatu periode ke
periode lainnya.

Ad.(4). Internal Rate of Return


IRR didefinisikan sebagai rate of interest (bunga) atau expected rate of return atau rate of
return, dimana Present Value Cash Flows sama dengan Initial Investment.
PV . CF = 1 atau NPV = 0
Aturannya :
Apabila IRR (r) lebih besar dari interest, maka proyek feasible dan apabila IRR (r) lebih
kecil dari interest proyek tidak layak.
Contoh 9 :

Umpamakan datanya sama dengan contoh 8, maka :


Rp 3.000.000 x PVIFA r% ; 10 tahun = Rp 12.950.000

PVIFA r% ; 10 tahun = Rp 12.950.000 = 4.317


Rp 3.000.000

Yang terletak antara 18% dan 20 %

Present Value Factor

18% 4.494 4.494


IRR 4.317 -
20% - 4.192
Perbedaan 0.177 0.302

Jadi : IRR = 18% + 0.177 (20% - 18%) 0.302


IRR = 18% + 0.58 (2%)
IRR = 18% + 1.17%
IRR = 19 .17%

Karena IRR (r) lebih besar dari pada interest atau cost of capital, maka proyek dapat
diterima (feasible).

Apabila cash inflows tidak beraturan, maka IRR (r) dicari secara “trial & error” (coba-
coba).

Contoh 10 :

Pertimbangkan investasi berikut dimana cash flowsnya berbeda dari tahun ke tahun.

Tahun After tax cash inflows (Rp)

1 1.000.000
2 2.500.000
3 1.500.000

Umpamakan initial investment Rp 3.000.000 dan biaya modal 14%

(1) NPV pada 14%

Tahun Cash Inflows (Rp) Present Value Total Present


Factor at (14%) Value (Rp)
1 1.000.000 0.8772 877.200
2 2.500.000 0.7695 1.923.750
3 1.500.000 0.6750 1.012.500
3.813.450

Karenanya : NPV = Rp 3.813.450 – Rp 3.000.000


NPV = Rp 813.450
(2) Kita lihat NPV = Rp 813.450 positif pada r1 = 14%
(3) Sekarang ambil r2 = 30%
(4) Hitung NPV pada r3 = 30%

Tahun Cash Inflows (Rp) Present Value Total Present


Factor at (30%) Value (Rp)

1 1.000.000 0.7694 769.400


2 2.500.000 0.5921 1.480.250
3 1.500.000 0.4558 683.700
2.933.350

Jadi NPV = Rp 2.933.350 – Rp 3.000.000 = Rp (66.650)

(5) Interpolasi
NPV

14% Rp 813.500 Rp 813.500


IRR 0
30% _________ - (66.650)
Perbedaan Rp 813.50 Rp 880.150

Karenanya : IRR = 14% + Rp 813.500 (30% - 14%)


Rp 880.150

IRR = 14% + 0.924 (16%) = 14% + 14.78%


IRR = 28.78%

Ad.(5). Profitability Index (Benefit/Cost Ratio)

Profitability Index ialah Rasio dari Present Value future cash flows terhadap initial
investment atau PI = PVCF
I

Index ini digunakan sebagai alat untuk ranking project dari urutan menurun yang
menarik. Apabila PI lebih besar dari 1, maka proyek diterima.

Contoh 11 :

Menggunakan data dalam contoh 8, maka :


PI = Rp 16.950.000 = 1.31
Rp 12.950.000

Karena PI = 1.31, maka proyek dapat diterima


BAB XII
BIAYA MODAL
(COST OF CAPITAL)

1. Biaya modal didefinisikan sebagai suatu rate of return yang diperlukan untuk
mempertahankan nilai pasar suatu peusahaan (market value of the firm) atau harga pasar
saham (price of the firm’s stock).

Manajer harus mengetahui biaya modal yang seringkali disebut rate return yang
minimum yang diperlukan (minimum required rate of return) dalam :

(i) Membuat keputusan-keputusan capital budgeting.


(ii) Membantu menetapkan struktur modal yang optimum.
(iii) Membuat keputusan-keputusan, sebagai leasing, pembayaran kembali obligasi dan
manajemen modal kerja.

Biaya modal dihitung sebagai suatu rata-rata tertimbang berbagai komponen modal
(weighted average of the various capital component) yang merupakan unsur-unsur
disebelah kanan dari Neraca (Balance Sheet) sebagai debt (hutang); P.S ; C.S dan laba
yang ditahan.

2. Menghitung biaya modal individual


Setiap unsur modal mempunyai komponen biaya yang identifikasi sebagai berikut :
Ki = biaya hutang sebelum pajak (before-tax cost of debt).
Kd = ki (1-t) ialah biaya modal setelah pajak.
Ks = biaya P.S
Kc = biaya ekuiti eksternal atau biaya penerbitan C.S baru.
Ko = biaya modal tertimbang rata-rata (weighted average cost of capital).

3. Biaya Terhutang (Cost of Debt)


Biaya terhutang sebelum pajak dapat dicari dengan menentukan internal rate of return
(atau hasil perolehan atas cash flows obligasi yang jatuh tempo).

ki = I + (M-V)/n
(M + V)/2

Dimana :
I = tingkat bunga tahunan
M = par value, biasanya $1,000 untuk bond
V = value atau hasil dari penjualan obligasi
n = lamanya obligasi dalam tahun (term of the bond in years)

karena pembayaran bunga adalah dikurangi pajak (tax deductable);


biaya hutang harus dinyatakan atas dasar setelah pajak.
Biaya hutang setelalh pajak (after-tax cost of debt), kd = ki (1-t) ;
Dimana t = tarif pajak.

Contoh 1 :
Umpamakan perusahaan MANIS menerbitkan obligasi $1,000 ; 8% ; 20 tahun.
Obligasi itu hasil bersih penjualannya $940.
Karenanya, biaya modal setelah pajak :
ki = I+(M-V)/n
(M+V)/2

ki = (8% x $1,000) + ($1,000-$940)/20


($1,000 + $940)/2

ki = $80 + $3
$970

Ki = 8.56%

Biaya obligasi (hutang) setelah pajak ialah : kd = (1-t).ki


kd = (1-0.4).8.56%
kd = 0.6 x 8.56%

Kd = 5.14%

4. Biaya Preferred Stock


Biaya P.S ialah : kp = dp
P

Contoh 1 :
dp = dividend P.S tahunan
P = hasil dari penjualan P.S

Dividnd dari PS tidak dapat dipajak dan dividend ini dibayar setelah pajak; karenanya
tidak perlu penyesuaian pajak.

Contoh 2 :
Umpamakan perusahaan TIKE mempunyai PS yang membayarkan dividend per saham
dan menjualnya dengan $100 per saham dipasar. Floatation atas underwriting cost ialah
3% atau $3 per saham, maka biaya P.S :

kp = dp
P
kp = $13 = $13
($100 - $3) $97
kp = 13.4%

5. Biaya Modal Ekuiti (Cost of Equity Capital)


Biaya CS ialah ke, pada umumnya dinyatakan sebagai hasil yang diminta investor atau
saham CS.
Terdapat tiga teknik untuk mengukur biaya CS, ialah :

a. Model pertumbuhan Gordon (Gordon’s Growth Model)


b. CAPM (Capital Assets Pricing Model)
c. Bond Plus Approach

Ad (a) : Po = D1
r – g, dimana :
Po = nilai CS
D1 = Dividend yang akan diterima dalam 1 tahun
r = rate of return yang dikehendaki pemodal
g = tingkat pertumbuhan (umpamakan konstan tiap tahun)

Biaya C.S
r = D1 + gke = D1 + g
Po Po
Catatan : Tanda r diganti dengan k untuk menunjukkan hal itu digunakan untuk
menghitung biaya modal.

Contoh 3 :

Umpamakan harga pasar saham perusahaan MAWAR ialah $40. Dividend yang
dibayarkan pada akhir tahun yang akan datang $4 dan tumbuh dengan tetap pada tingkat
pertumbuhan 6%.
Biaya C.S :
ke = D1 + g = $4 + 6%
Po $40
ke = 16%

Biaya CS baru atau modal ekuiti eksternal (external equity capital) lebih tinggi dari CS
baru. Apabila floatation cost dalam % ialah f , maka biaya CS baru, ialah :

ke = D1 +g
Po (1-f)

Contoh 4 :
Umpamakan data yang sama padacontoh 3, perusahaan mencoba untuk menjual saham
baru A dengan floatation cost 10% maka :

ke = D1 +g
Po (1-f)

ke = $4 + 6%
$40 (1-0.10)

Ke = 17.11%

Ad (b). : Pendekatan CAPM


(1) Perkiraan risk-free rate (rf), yang umumnya sesuai dengan SBI di Indonesia (atau
Treasury Bills di USA)
(2) Perkiraan koefisien saham beta yang merupakan indeks resiko sistematik (atau
resiko yang tidak dapat didiversifikasikan)
(3) Perkiraan rate of return dari portfolio pasar seperti BEJ/BES atau Dow Jones di
USA
(4) Perkiraan rate of return yang dikehendaki atau saham perusahaan dengan
menggunakan CAPM atau SML (Security Model Line).

Rumus : ke = rf + b (rm – rf)


Tanda rj diganti dengan ke.

Contoh 5 :
Umpamakan rf = 7 % ; beta = 1.5 dan rm = 13%; maka :
ke = 7% + 1.5 (13% - 7%)
ke = 7% + 1.5 (6%) = 16%
Ad.c : The Bond of Plus Approach
Masih merupakan pendekatan yang lain untuk menentukan biaya CS ialah
dengan menambahkan premium terhadap biaya hutang jangka panjang
perusahaan sebagai berikut :

ke = longterm bond + risk , atau


premium
ke = ki (1-t) + risk premium

Contoh 6 :
Dengan menggunakan data dari contoh 1 ; biaya CS dengan menggunakan pendekatan
“bond plus approach”, ialah :

Ke = long-term debt rate + risk premium


Ke = ki (1-t) + risk premium
Ke = 5.14 + 4%
Ke = 9.14%

Catatan : suatu risk-premium 4% biasanya digunakan dengan pendekatan ini !

Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earnings)

Biaya laba ditahan secara langsung berhubungan dengan biaya CS, karena biaya ekuiti
yang diperoleh dari laba ditahan sama dengan rate of returns yang dikehendaki pemodal
atas C.S perusahaan.

Menghitung “Overall Cost of Capital”

Overall C.O.C perusahaan ialah rata-rata tertimbang dari biaya modal individual dengan
tertimbang (weights) ialah proporsi dari masing-masing macam modal yang digunakan.

Ko = (5 jumlah struktur modal x COC masing-masing sumber modal)

Ko = Wd.kd + Wp.kp + We.ke + Ws.ks

Dimana,
Wd = % modal hutang
Wp = % modal PS
Wc = % modal CS (ekuiti eksternal)
Ws = 5 modal laba yang ditahan (ekuiti internal)

Rata-rata tertimbang dapat historikal, target atau marginal.


Rata-rata Tertimbang Historis

Historical Weights didasarkan atas struktur modal perusahaan. Pemaiakaian weight ini
didasarkan atas asumsi dimana struktur modal yang berada dalam perusahan adalah
optimal dan karenanya harus dipelihara diwaktu yang akan datang. Dua macam rata-rata
tertimbang dapat digunakan rata-rata tertimbang nilai buku (book value) dan nilai pasar
(market value).
Rata-rata tertimbang Nilai Buku

Penggunaan tertimbang nilai buku dalam menghitung rata-rata tertimbang biaya modal
perusahaan meng-asumsikan bahwa pembiayaan baru akan ditingkatkan, dengan
menggunakan metoda yang sama yang digunakan perusahaan untuk struktur modal
perusahaan saat ini. Tertimbang atau weight ditentukan dengan membagi nilai buku
masing-masing komponen modal dengan jumlah nilai buku dari semua sumber modal
jangka panjang.

Contoh 7 :
Umpamakan struktur modal perusahaan “VIKE” :

 Mortgage Bonds ($1,000 par) $20,000,000


 PS 5,000,000
 CS 20,000,000
 Ret.Earnings 5,000,000
o Jumlah $50,000,000

Book Value Weight dan Overall C.O.C dihitung sebagai berikut :

Sumber Book Value Weight Cost Weight Cost

Debt 420,000,000 40% 5,14% 2,06%

P.S 5,000,000 10% 13,40% 1,34%

C.S 20,000,000 40% 17,11% 6,84%

Ret.E 5,000,000 10% 16,00% 1,6%

$50,000,000 100% 11,84%

Market Value Weights

Market Value Weights ditentukan dengan membagi market value dari semua sumber
modal. Penggunaan market value weight lebih dianjurkan dari pada penggunan nilai
buku, karena hal itu berhubungan dengan actual $ yang harus diterima dari penjualan
saham-sahamnya.

Contoh 8 :
Sebagi tambahan dari dat contoh 7; umpamakan harga-harga pasar saham adalah sebagai
berikut :

 Montgage bonds $1,100 / bons


 P.S $90 per saham
 C.S $80 per saham
Jumlah saham-saham perusahaan untuk masing-masing golongan ialah :
 Montgage Bonds = $20,000,000 = 20,000
$1,000

 PS = $5,000,000 = 50,000
$100

 CS = $20,000,000 = 500,000
$40

Sumber Jumlah Harga Nilai Pasar


Saham/Bond (Market Value)

Debt 20,000,000 $1,100 $22,000,000

P.S 50,000 $90 4,500,000

C.S 500,000 $80 40,000,000

$66,500,000

Jumlah $ 40 juta CS harus dibedakan dalam rasio 4 : 1 ($20 juta CS versus $5 juta
Ret.E); karenanya nilai pasar (market value) Ret.E dihitung atas CS sebagai berikut :

Sumber Nilai Pasar Weight Cost WACC

Debt $22,000,000 33,08% 5,14% 1,70%

P.S 4,500,000 6,77% 13,40% 0,91%

C.S 32,000,000 48,12% 17,11% 8,23%

Ret.E 8,000,000 12,03% 11,00% 1,92%

$66,500,000 100% 12,76%

Marginal Weights

Penggunaan Marginal Weights mencakup perhitungan tertimbang biasa spesifik dari


berbagai macam pembiayaan dengan % jumlah pembiayaan yang harus diharapkan yang
dapat ditingkatkan dengan masing-masing metode. Dalam menggunakan marginal
weight perusahaan berhubungan dengan jumlah sebenarnya dari masing-masing macam
pembiayaan yang diperlukan untuk suatu investasi proyek tertentu.
Contoh 9 :
Perusahaan “LELY” mempertimbangkan untuk meningkatkan $ 8 juta perluasan pabrik.
Manajemen memperkirakan untuk menggunakan baur pembiayaan untuk proyek tersebut
:

 Debt $4,000,000 50%


 C.S 2,000,000 25%
 Ret.e 2,000,000 25%
$8,000,000 10%

Biaya modal perusahaan dihitung sebagai berikut :

Sumber Mrginal Value Cost Weighted ACC

Debt 50% 5,14% 2,57%

C.S 25% 17,11% 4,28%

Ret.E 25% 16% 4,00%

100% 10,85%

BAB XIV
EBIT-EPS ANALYSIS

Penggunaan financial leverage mempunyai dua dampak terhadap earnings untuk


pemegang saham umum (common stockholder’s) :
1) Suatu peningkatan resiko dalam EPS disebabkan penggunaan kewajiban-kewajiban
keuangan tetap (fixed financial obligation).
2) Suatu perubahan dalam tingkat EPS pada EBIT tertentu dibarengi dengan struktur
permodalan spesifik.

Dampak pertaqma diukur dengan tingkat financial leverage yang telah dibahas terdahulu.
Dampak kedua dianalisa dengan EBIT-EPS analysis.
Analisa ini merupakan alat praktis yang memungkinkan financial manager menilai
rencana pembiayaan alternatif dengan menyelidiki pengaruhna terhadap EPS dalam
rangkaian tingkat EBIT. Tujuan utamanya ialah untuk menentukan EBIT breakevent atau
indifference point, diantara berbagai rencana pembiayaan alternatif.

Titik impas (indifference point) antara kedua metode pembiayaan dapat ditentukan
dengan memecahkan EBIT dari persamaan :

(EBIT – I) (1 – t) – PD = (EBIT – I) (1 – t) – PD
S1 S2

Dimana :
t = tarif pajak
PD = preferred stock dividends

S1 dan S2 = jumlah saham umum (CS) yang beredar setelah rencana


pembiayaan 1 dan 2.

Contoh 1 :
Umpamakan perusahaan ADI dengan permodalannya $5 juta dalam saham ingin
meningkatkan $2 juta untuk akuisisi peralatan khusus dengan (1) menjual 40.000 saham
umum dengan $50 per saham, (2) menjual bonds dengan bunga 10%, atau (3)
menerbitkan preferred stock dengan 8% dividend. EBIT saat ini $1 juta, tarif pajak 50% ;
dan 100.000 saham CS yang kini beredar.

Semua Semua Semua


Saham Hutang PS
EBIT $1,000,000 $1,000,000 $1,000,000
Interest - 200,000 -

EBT $1,000,000 $800,000 $1,000,000


Taxes 50% 500,000 400,000 500,000

EAT $500,000 $400,000 $500,000


PS Dividend - - 160,000

EAC (Earning
Available for CS) $500,000 $400,000 $340,00
Number of Shares 140,000 100,000 100,000

EPS $3.57 $4.00 $3.40

GRAFIK
------------------------------------

1) 10% x $2,000,000
2) 8% x $2,000,000

Antara C.S dan Hutang

(EBIT – I) (1 – t) – PD = (EBIT – I) (1 – t) – PD
S1 S2

(EBIT – 0) (1 – 0.5) – 0 = (EBIT – 200,000) (1 – 0.5) – 0


140,000 100,000

2,5 EBIT = 3.5 (EBIT – 200,000)


2,5 EBIT = 3,5 (EBIT – 700,000)

EBIT = $700,000

Antara CS dan PS

(EBIT – I) (1 – t) – PD = (EBIT – I) (1 – t) – PD
S1 S2

(EBIT – 0) (1 – 0.5) – 0 = (EBIT – 0) (1 – 0.5) – 160,000


140,000 100,000

2,5 EBIT = 3.5 EBIT-1,120,000

EBIT = $1,120,00

Note : antara C.S dan hutang

EPS = (EBIT-1) (1-t) – PD


S1

EPS = ($700,000-0) (1-0.5)


= $2.50
140,000

Antara CS dan PS

(EBIT-I) (1-t) – PD ($1,120,000-0) (1-0.50)


EPS = = = $4.0
S1 140,000

BAB XXII
MERGER DAN AKUISI

1. Pendahuluan
Pertumbuhan yang berasal dari dalam perusahaan ialah dimana perusahaan itu
menanamkan modal dalam produk dan berkembang; sedangkan pertumbuhan dari luar
terjadi apabila suatu perusahaan membeli assets yang ada (existing assets) dari suatu
perusahaan lain melalui merger. Dalam hubungan dengan pertumbuhan merger
memungkinkan perusahaan untuk tumbuh.

Merger :

Ialah suatu kombinasi dari dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan; dimana
perusahaan yang mengakusisi (acquiring company) yang tetap mempunyai identitas.
Alasannya perusahaan yang paling besar yang identitasnya tetap ada.

Konsolidasi :

Dalam konsolidasi, dua atau lebih perusahaan dikombinasikan kedalam bentuk


perusahaan yang baru. Jadi bentuk perusahaan lama dilikuidir dan timbul perusahan
baru.

Holding Company :

Perusahaan holding menguasai atau memiliki cukup saham-saham (common stock) agar
mempunyai hak suara untuk pengendalian satu atau lebih perusahaan. Holding company
terdiri dari suatu group perusahaan, dimana masing-masing beroperasi secara terpisah.

Dengan memiliki 50% hak suara, melalui pemilikan common stock, holding company
menjamin eongendalian ats perusahan-perusahaan lain. Holding company disebut parent
dan tiap-tiap perusahaan yang dikendalikan disebut subsidiary.

Tergantung dari maksud pengkombinasian itu, maka terdapat tiga cara yang biasanya
dilakukan perusahaan untuk mengadakan penggabungan untuk memperoleh keuntungan
(gain anvantage) dipasar. Dan ketiga cara tersebut ialah :

1. Vertikal
Suatu vertical merger terjadi apabila suatu perusahaan bergabung dengan konsumen
atau supplier (marketing dan supply of raw materials).

2. Horisontal
Suatu penggabungan horisontal terjadi apabila dua perusahaan dalam bidang yang
sama bergabung; umpamanya suatu perusahaan minyak bergabung dengan
perusahaan minyak lain.

3. Conglomerate
Penggabungan antara satu perusahaan dengan perusahaan laindalam bidang industri
berlainan, umpamanya perusahaan mobil bergabung dengan perusahaan penerbitan
atau travel again.

2. MERGER

Merger antara dua perusahaan dapat dilaksanakan dengan salah satu dua cara. Cara
pertama, dimana perusahaan yang menguasai (acquiring) dapat berunding dengan
manajemen perusahaan lain yang disebut preferred approach atau dapat dilaksanakan
dengan penawaran langsung pemegang saham dari perusahaan yang akan diambil alih,
atau disebut tender offer. Suatu tender offer ialah penawaran cash untuk saham-saham
yang dimiliki pemegang saham.

Dalam perundingan (negotiations) dengan manajemen seringkali perusahaan yang


mengambil alih (acquiring company) membuat penawaran saham berdasarkan atas
‘specified exchange ratio’. Merger akan terlaksana, apabila perusahaan yang diambil alih
(acquirid company) menerima tawaran pada tingkat premium yang hdapat diterima atas
present market price dari saham (accept-able premium over the present market price of
its stock). Kadang-kadang untuk memuaskan manajemen dari perusahaan yang diakuisisi
(acquired company) embayaran dari yang dibeli dengan warrant (stock purchase
warrants), dibuat secara terpisah dari kontrak merger. Apabila perundingan gagal, maka
tender offer dilakukan langsung kepada pemegang saham perusahaan.

Terdapat berbagai paket pembiayaan dimana pembeli gunakan untuk merger misalnya
common stock, preferred stock, convertible securities, cash, debts, warrant.

Jika common stock yang diperlukan, maka saham penjual akan diberikan dan
ditambahkan dngan saham pembeli dan keuntungan dari pertukaran saham (stock trade)
ini, ialah tidak adanya beban pajak (tax-free).

Kerugiannya ialah dimana peneribitan saham-saham meningkatkan saham pembeli yang


beredar, sehingga menurunkan EPS. Kalau terjadi pertukaran cash dengan common
stock, maka perusahaan penjual saham akan menerima cash dan menyebabkan terjadinya
transaksi yang kena pajak (taxable transaction). Transaksi semacam itu akan
meningkatkan EPS karena perusahaan yang membeli akan mendapatkan earning baru
tanpa meningkatkan saham yang beredar (outstanding shares).

2.1 Alasan-Alasan Merger

Terdapat beberapa alasan mengapa suatu perusahaan lebih menginginkan


pertumbuhan eksternal melalui merger dibandingkan pertumbuhan internal :

1. Perusahaan mungkin menginginkan diversifikasi untuk menurunkan resiko


yang diaakibatkan pengaruh musim (seasonal business).
2. Perusahaan menginginkan synergy dari merger dengan perusahaan lain. Ialah
penghasilan akan lebih besar diperoleh dari perusahaan yang digabungkan
dibandingkan dengan penghasilan masing-masing perusahaan secara
individual. Terdapat synergy dari merger yang horizontal karena adanya large
scale economies.
3. Suatu merger memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh apa yang
tidak diperolehnya, misalnya bakat manajemen yang superior (superior
management talent) atau kapabilitas riset (research capability).
4. Suatu perusahaan mungkin akan dapat memperbaiki kapabilitas dalam
menghimpun dana, karena bergabung dengan perusahaan yang mempunyai
liquid assets yang lebih besar dan debt yang rendah (financial synergy).
5. Net income dari perusahaan besar yang baru dapat mengkapitalisasi pada
tingkat yang lebih rendah, yang akan mengakibatkan nilai pasar sahamnya
lebih tinggi. Saham perusahaan besar biasanya lebih dapat dipasarkan
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini akan meningkatkan P/E ratio
saham tersebut.
6. Dalam beberapa hal adalah mungkin untuk membiayai suatu akuisisi apabila
hal itu tidak memungkinkan pembiayaan untuk ekspansi internal.
Umpamanya, mengakuisi perusahaan lain dengan penukaran dengan saham
akan lebih murah, dibandingkan dengan membangun pabrik baru (new plant),
yang memerlukan pembayaran cash yang cukup besar.
7. Suatu akuisisi dapat mengakibatkan R.O.I yang baik, apabila nilai pasar dari
perusahaan yang diakuisisi lebih rendah dari replacement costnya.
8. Dengan akuisisi suatu perusahaan yang beroperasi dengan kerugian,
perusahaan yang mengakuisisi tidak hanya memperoleh harga yang baik,
tetapi juga akan memperoleh manfaat suatu pajak yang dapat diperhitungkan
lebih lanjut (carry forward tax benefit). Perusahaan pengakuisi akan
mempergunakan tax credit itu, sehingga pembayaran pajaknya lebih rendah.
Kerugian pajak mungkin dapat digunakan selama 15 tahun untuk menurunkan
pajak pengakuisisi, sehingga dalam hal ini pemerintah membiayai sebagian
dari akuisisi.

Contoh :

Umpamakan perusahaan ACE mempertimbangkan untuk membeli perusahaan


XYZ. Perusahaan XYZ rugi Rp 700.000 sedangkan ACE mengharapkan
keuntungan sebelum pajak Rp 300.000 per tahun untuk selama 3 tahun. Tarif pajak
adalah 40%. Pajak yang harus dibayar perusahaan XYZ pada tiap tahun selama 3
tahun ialah :

Tahun 1

Penghasilan ACE Rp. 300.000


Perusahaan XYZ rugi yang diperhitungkan Rp. 300.000

Pendapatan kena pajak Rp. ---------


Pajak Rp. ---------

Tahun 2

Penghasilan ACE Rp. 300.000


rugi yang diperhitungkan dari XYZ Rp. 300.000

Pendapatan kena pajak Rp. ---------


Pajak Rp. ---------

Tahun 3

Penghasilan ACE Rp. 300.000


rugi yang diperhitungkan dari XYZ Rp. 100.000
(Rp 700.000 – Rp 600.000)

Pendapatan kena pajak Rp. 200.000


Pajak 40% Rp. 80.000

Pendapatan setelah pajak Rp. 120.000

2.2 Kerugian Merger


Kerugian Merger antara lain ialah :
1. Suatu merger tidak dapat diperhitungkan secara financial, misalnya penurunan
biaya, tidak terjadi.
2. Friksi mungkin timbul antara manajemen dari kedua perusahaan.
3. Selisih paham pemegang saham minoritas mungkin membawa persoalan-
persoalan.
4. Persatuan anti-trust dari pemerintah akan memblokir merger.

Penilaian atas Merger yang Potensial

Didalam penilaian merger yang potensial, financial manager harus


mempertimbangkan pengaruh merger atas performance perusahaan seperti :
1. EPS
Merger harus memperbaiki EPS dan mempertahankan stabilitas EPS.

2. Dividend per share


Dividend sebelum merger harus dipertahankan, untuk menstabilkan harga
saham pasar (market price of stock).

3. Market price of share


Variable yang esensial untuk dipertimbangkan ialahpengaruh dari merger atas
harga pasar dari saham perusahaan.

4. Resiko
Merger harus menghindarkan business dari financial risk.

Masalah Akuisisi

Apabila kita akan menentukan masalah-masalah akuisisi (acquisitation) maka


perhatikan harus diberikan pada faktor-faktor sebagai berikut :

1. Jumlah absolut dari penghasilan (earnings), demikian pula pertumbuhan dari


penghasilan (earnings growth rate).
2. Dividends.
3. Harga pasar per saham.
4. Nilai buku per saham.
5. Modal kerja bersih per saham (net working capital per share).

Pengaruh masing-masing faktor terhadap merger berlainan berdasarkan atas


keadaan tertentu yang melibatkannya.

2.3.1. Earnings

Didalam menegaskan nilai penghasilan (value of earnnings) dalam suatu


merger, perhatian seharusnya diberikan kepada keuntungan yang
diantisipisir waktu yang akan datang dan P/E yang projeksikan. Suatu
perusahaan yang mengalami tingkat pertumbuhan pesat, diharapkan untuk
memperoleh P/E yang tinggi.

2.3.2. Dividends

Dividend mempengaruhi masalah akuisisi, karena hal itu merupakan


penghasilan bagi pemegang saham. Lebih besar pertumbuhan perusahaan
dan keuntungan, maka akan lebih kurang pengaruh dividend terhadap harga
saham perusahaan. Sebaliknya, apabila keuntungan menurun, dividend akan
mempengaruhi harga pasar saham.

1. Perusahaan berada dalam industri dengan masalah keuangan dan


karenanya akan mempunyai harga pasar yang turun (rendah).
2. Perusahaan yang mengakuisisi akan mempunyai nilai lebih atas
perusahaan yang diakuisisi (diversification) dibandingkan dengan stock
market umumnya.
3. Untuk mendorong pemegang saham untuk memberian bagiannya, suatu
jumlah lebih besar dari pada harga pasar saat ini mungkin dapat
diberikan.

2.3.3. Nilai Buku per saham

Pada umumnya, nilai buku tidakpenting, dalam proses merger, sebab hal itu
didasarkan atas historical cost bukan nilai saat ini (current vales).

Nilai buku, mungkin akan relevant apabila hal itu melebihi harga pasar.
Dalam keadaan demikianakan terdapat harapan (expectation) dimana harga
pasar saham (market price of stock) akan meningkat yang disebabkan
perbaikan dan manajemen baru.

2.3.4. Net Working Capital per share

N.W.C per share akan mempengaruhi masalah-masalah merger disebabkan


karena likiditi salah satu perusahaan yang digabungkan. Umpamanya,
apabila perusahaan yang diakuisisi mempunyai posisi hutang yang sangat
rendah (very low debt position), perusahaan yang mengakuisisi mungkin
akan meminjam dana yang diperlukan untuk akuisi dengan menggunakan
likiditi yang baik dari perusahaan yang diakuisi untuk memenuhi pinjaman
setelah merger. Atau harga yang likid dari perusahaan yang diakuisisi dapat
digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh atau menerbitkan pinjaman.

2.4. Akuisisi

Akuisisi Perusahaan
Akuisisi dari suatu perusahaan yang berjalan dinilai melalui teknik capital
budgeting. Bila suatu perusahaan membeli perusahaan lainnya yang secara material
susunan finansialnya (financial structure) berbeda dengan perusahaan sendiri,
pengaruh dari susunan modal (capital structure) dari keseluruhan biaya modal
perusahaan itu (overall cost of capital harus diprojeksikan).

Akuisisi Harta dengan Cash


(Acquisition Of Assets For Cash)

Apabila perusahaan mengakuisisi perusahaan lain dengan cash (kontan), kita dapat
menggunakan capital budgeting untuk menguji kelayakan financial dari akuisi
(financial feasibility of the acquisition).
Untuk mengakuisisikan apakah pembelian harta itu secara financial dapat
dibenarkan (justifiable), perusahaan harus meramalkan ongkos dan manfaat
(benefit) dari harta-harta tersebut.

Akuisisi dengan Penukaran Saham

Suatu perusahaan seringkali mengadakan akuisisi dengan pertukaran common


stock. Pertukaran akan disesuaikan dengan rasio yang ditentukan lebih dulu
(predetermined ratio). Jumlah yang ditawarkan oleh perusahaan yang mengakuisisi
biasanya lebih besar dari harga pasar saat ini dari saham-saham yang
diperdagangkan.

Ratio penukaran (Ratio of exchange)

Amont per share of the acquired company


=
Market Price of the acquiring company’s shares

2.5. Pengaruh Merger atas EPS dan Market Price Per Saham
Apabila terjadi merger, akan terdapat pengaruh yang menguntungkan (favourable)
dan tidak menguntungkan (unfavourable) atas net income dan market price per
share of stock.

3. HOLDING COMPANY

Holding Company ialah perusahaan yang memiliki saham perusahaan-perusahaan lain.


Holding Company dapat memiliki atau membeli (acquisition) persentase yang kecil
(small percent) dari perusahaan lain (misalnya 10%), yang mungkin cukup untuk
memperoleh pengaruh yang berarti atas yang lainnya, utamanya apabila pemilikan saham
tersebar secara luas. Holding company menginginkan untuk memperoleh suara dari suatu
perusahaan dapat secara langsung membeli dipasar (direct market purchase) atau
melakukan tender offer (pembeli langsung menghubungi pemegang saham) untuk
mendapatkan tambahan saham tersebut.

You might also like