Professional Documents
Culture Documents
Studi Akumulasi Cryptoxantin
Studi Akumulasi Cryptoxantin
Inanpi Hidayati Sumiasih1,3*, Taruna Shafa Arzam1, Roedhy Poerwanto2, Darda Efendi2,4,
Andria Agusta5, dan Sri Yuliani6
ABSTRACT
Degreening is a transformation process on peel which enables it to change color from green
to orange on citrus fruits. The orange color of the peel comes from the mixture of carotenoid pigments,
such as β-cryptoxanthin and β-citraurin. The pigments contributed in the formation of β-citraurin are
β-cryptoxanthin and zeaxanthin. The objectives of this study were (1) to obtain proper degreening
temperature in the orange color formation of several citrus varieties, and (2) to identify and determine
pigments of β-cryptoxanthin pigment and total chlorophyll content in citrus peel after degreening.
This study was conducted at PKHT IPB and LIPI Cibinong from July 2013 to December 2013, and
from February 2016 to May 2017. About 100 ppm of ethylene gas was injected into a citrus-containing
box using 5 ml syringe, then the box was placed in cool storage at 15 0C, 20 0C and room temperature,
for 72 hours. The results showed that the best colors of Keprok Selayar and Keprok Tejakula were
obtained by the degreening at 15 0C, in Siam Kintamani it was obtained by degreening at 20 0C.
Degreening significantly reduced the total chlorophyll content, and increased β-cryptoxanthin
content. The content of β-cryptoxanthin after degreening was 3 folds higher on highland Citrus
reticulata than lowland citrus.
ABSTRAK
Degreening adalah proses perombakan warna hijau pada kulit jeruk diikuti dengan proses
pembentukan warna jingga. Warna jingga adalah campuran antara β-cryptoxanthin dengan β-
citraurin. Pigmen yang berkontribusi dalam pembentukan β-citraurin adalah β-cryptoxanthin dan
zeaxanthin. Tujuan penelitian ini ialah (1) Mendapatkan suhu degreening yang tepat dalam
pembentukan warna jingga pada beberapa varietas jeruk, (2) Identifikasi dan penentuan kadar pigmen
β-cryptoxanthin dan kandungan total klorofil pada kulit jeruk setelah degreening. Penelitian ini
dilakukan di PKHT IPB dan LIPI Cibinong pada bulan Juli 2013 sampai Desember 2013, dan bulan
Februari 2016 sampai Mei 2017. Degreening dilakukan dengan menginjeksikan gas etilen konsentrasi
100 ppm ke dalam wadah tertutup yang berisi jeruk menggunakan syringe 5 ml, kemudian disimpan
pada suhu 15 0C, 20 0C dan suhu ruang, selama 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna
terbaik jeruk Keprok Selayar dan Tejakula diperoleh dengan degreening pada suhu 15 0C, Siam
Kintamani diperoleh dengan degreening pada suhu 20 0C. Degreening dapat menurunkan kandungan
total klorofil secara tajam, dan terbukti meningkatkan kandungan pigmen β-cryptoxanthin. Kandungan
pigmen β-cryptoxanthin setelah degreening 3 kali lebih tinggi pada jeruk keprok dataran tinggi
dibandingkan dengan dataran rendah.
Kata kunci: citrus color index, degreening, etilen, jeruk tropika, klorofil
1
Mahasiswa Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
Jl. Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 dan
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
3
Universitas Trilogi, d/h STEKPI Jl. TMP Kalibata No. 1, Jakarta 12760
4
Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Pajajaran, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor 16144
5
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong Science Center, Jl. Raya Jakarta-Bogor Km.46 Cibinong - Bogor 16911
6
73
Balai Besar Penelitian
Inanpidan Pengembangan
Hidayati Sumiasih,Pascapanen Pertanian
Taruna Shafa Arzam,(BBP)
Roedhy Poerwanto, Darda Efendi, Andria Agusta, dan Sri Yuliani
Jl. Tentara Pelajar No. 12 Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor 16111
E-mail: inanpihs@trilogi.ac.id (*Penulis korespondensi)
J. Hort. Indonesia 9(2): 73-83. Agustus 2018
74 Inanpi Hidayati Sumiasih, Taruna Shafa Arzam, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi, Andria Agusta, dan Sri Yuliani
J. Hort. Indonesia 9(2): 73-83. Agustus 2018
Bahan yang digunakan ialah jeruk dan tisu. Angka yang muncul pada layar
dataran rendah pada ketinggian 50 meter di atas merupakan PTT dalam buah jeruk.
permukaan laut (m dpl) (Keprok Tejakula) yang Total Asam Tertitrasi. Kandungan asam
dipanen dari Kabupaten Singaraja dan jeruk diukur dengan menghitung persen asam
dataran tinggi pada ketinggian ± 1200 m dpl tertitrasi. Jus buah ditimbang sebanyak 25 g
(Keprok Selayar dan Siem Kintamani) yang dimasukkan ke dalam labu ukur serta
dari Kabupaten Bangli, gas etilen konsentrasi ditambahkan aquades hingga 100 ml, kemudian
100 ppm, suhu 15 0C, 20 0C dan ± 30 0C. dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 25
Peubah yang diamati antara lain: Padatan ml untuk dua kali ulangan. Setelah itu, filtrat
terlarut total (PTT). Jus buah dari buah sampel disaring menggunakan saringan glasswol.
diambil dari setiap perlakuan dan diukur PTT Filtrat buah sebanyak 25 ml dititrasi dengan
dengan menggunakan hand refraktometer. metode titrasi basa dengan NaOH 0,1 N dan
Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan indikator phenolptialin (tiga tetes). Titrasi
setetes cairan buah pada lensa pembaca hand dilakukan sampai filtrat berwarna merah muda
refraktometer. Setiap melakukan pengukuran, stabil. Kandungan asam tertitrasi dihitung
lensanya dibersihkan dahulu dengan akuades menggunakan rumus:
Keterangan: ml NaOH = Volume NaOH yang terpakai pada titrasi; N NaOH = Volume NaOH yang terpakai pada
titrasi; Fp = faktor pengencer (100/25); 64 = faktor asam dominan; mg sampel = 25.000 mg.
Nilai hue dan Citrus Color Indeks (CCI). Menurut Jimenez-Cueata et al. (1981) bahwa
Perubahan kualitas warna kulit buah jeruk nilai CCI digunakan persamaan sebagai
diukur dengan Minolta Color Reader tipe 310. 1000.a
berikut: CCI = . Indeks warna jeruk
Alat ini mempunyai sistem notasi warna hunter L.b
(CCI) digunakan kisaran sebagai berikut:
(sistem warna L, a, dan b). Hasil pengukuran
CCI<= -5 (hijau gelap), -5<CCI<=0 (hijau),
dinyatakan dalam Citrus Color Index (CCI) dan
0<CCI<=3 (hijau kekuningan), 3<CCI<=6
derajat hue. Sistem notasi warna Hunter
(kuning kehijauan), 6<CCI<=8 (jingga
dicirikan dengan 3 parameter warna, yaitu
kekuningan), 8<CCI<=10 (jingga), dan
notasi L menyatakan parameter kecerahan
CCI>10 (jingga gelap).
(lightness), notasi a menyatakan warna
Kandungan total klorofil diukur
kromatik campuran merah-hijau, sedangkan
menggunakan metode spektrofotometri. Kulit
notasi b menyatakan warna kromatik campuran
jeruk ditimbang sebesar 0.5 gram untuk digerus
biru-kuning (Andarwulan et al., 2011). Hasil
dan diekstraksi dengan acetris sebanyak 2 mL,
pengukuran nilai a dan b dikonversikan ke
kemudian dimasukkan ke microtube dan
dalam satuan kromatik derajat hue (ohue). Nilai
o disentrifuge selama 10 detik. Filtrat hasil
hue mendeskripsikan warna murni yang
sentrifuge dimasukkan dalam tabung reaksi
menunjukkan warna dominan dalam campuran
sebanyak 1 mL, ditambahkan 3 mL acetris, lalu
beberapa warna. Berdasarkan Manera et al.
ditempatkan dalam cuvet untuk diukur
(2012), nilai ohue digunakan persamaan sebagai
b menggunakan alat spektrofotometer pada
berikut: °ℎ𝑢𝑒 = tan−1 ( ) panjang gelombang 537, 647, dan 663 nm.
a
Nilai Citrus Color Indeks (CCI) Menurut Sims dan Gamon (2002), setelah
merupakan formula yang banyak dipergunakan memperoleh nilai absorbansi, kandungan total
untuk melihat kualitas warna kulit buah jeruk. klorofil dapat dihitung dengan rumus:
∗ ∗ ∗
𝑪𝒉𝒍𝒂 = 𝟎. 𝟎𝟏𝟑𝟕𝟑 𝑨𝟔𝟔𝟑 − 𝟎. 𝟎𝟎𝟎𝟖𝟗𝟕 𝑨𝟓𝟑𝟕 − 𝟎. 𝟎𝟎𝟑𝟎𝟒𝟔 𝑨𝟔𝟒𝟕
∗ ∗ ∗
𝑪𝒉𝒍𝒃 = 𝟎. 𝟎𝟐𝟒𝟎𝟓 𝑨𝟔𝟒𝟕 − 𝟎. 𝟎𝟎𝟒𝟑𝟎𝟓 𝑨𝟓𝟑𝟕 − 𝟎. 𝟎𝟎𝟓𝟓𝟎𝟕 𝑨𝟔𝟔𝟑
mV
6.833/590805
Detector A:450nm
30
25
β-cryptoxanthin
10.778/89857
20
19.157/97061
15
10
0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min
76 Inanpi Hidayati Sumiasih, Taruna Shafa Arzam, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi, Andria Agusta, dan Sri Yuliani
J. Hort. Indonesia 9(2): 73-83. Agustus 2018
Tabel 1. Perubahan nilai Citrus Color Index (CCI) berbagai jenis jeruk pada beberapa suhu degreening
Nilai CCI pada hari setelah perlakuan
Panen
Jenis Jeruk Suhu (HSP) ke-
0 HSP
1 4 8 12
Suhu 15 0C 2.14 5.33 7.44 a 8.31 a 9.24 a
Keprok
Suhu 20 0C 2.00 4.23 6.18 ab 6.98 b 8.88 a
Selayar
Suhu Ruang (± 30 0C) 2.57 4.37 - - -
Suhu 15 0C -0.72 2.20 4.22 b 5.73 b 6.57 b
Keprok
Suhu 20 0C 0.12 2.57 5.03 b 5.79 b 6.22 b
Tejakula
Suhu Ruang (± 30 0C) -0.77 3.22 5.00 b 7.68 a 7.98 a
Suhu 15 0C -0.52 2.95 4.82 b 5.52 b 6.22 b
Siam
Suhu 20 0C -0.40 2.96 5.19 b 6.57 b 6.90 b
Kintamani
Suhu Ruang (± 30 0C) -0.46 - - - -
Keterangan: Angka rataan yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji
lanjut Duncan pada taraf α= 5%. (-) adalah buah busuk. CCI= 1000.a/L.b.
0 HSP
1 HSP
4 HSP
8 HSP
12 HSP
15 0C 20 0C 30 0C 15 0C 20 0C 30 0C 15 0C 20 0C 30 0C
Gambar 2. Perubahan warna kulit buah jeruk Keprok Selayar, Keprok Tejakula dan Siam Kintamani
pada 0 HSP (hari setelah perlakuan) sampai dengan 12 HSP.
Pengaruh Degreening terhadap Nilai Hue ke-16 (69.34) dan hari ke-12 (71.55)
ditunjukkan pada Gambar 3.
Kulit buah jeruk berwarna jingga
Jeruk Keprok Selayar dari dataran tinggi
ditunjukkan dengan nilai hue ≤ 71.5. hue (ohue)
yang diberikan perlakuan degreening
merupakan hasil konversi dari nilai a dan b dan
membentuk warna jingga lebih cepat. Hal
menjadi parameter penting dalam metode
tersebut sejalan dengan pernyataan Iglesias et
pengukuran jeruk. Jeruk Keprok Selayar
al. (2007) menyatakan bahwa suhu dingin
dengan degreening suhu 15 0C menunjukkan
berperan penting dalam proses perubahan kulit
penurunan nilai hue paling tajam, dengan nilai
buah jeruk menjadi jingga. Menurut Jomori et
69.24 pada hari ke-4. Pada jeruk Siam
al. (2010) dan Sdiri et al. (2010) suhu selama
Kintamani yang diberikan perlakuan
pertumbuhan buah sangat mempengaruhi
degreening suhu 15 0C dan 20 0C dapat
perubahan warna kulit buah jeruk.
membentuk warna jingga kekuningan pada hari
78 Inanpi Hidayati Sumiasih, Taruna Shafa Arzam, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi, Andria Agusta, dan Sri Yuliani
J. Hort. Indonesia 9(2): 73-83. Agustus 2018
mV mV
250 Detector A:450nm
7.504/1950611
Detector A:450nm
9.905/7117231
10.879/1283940
6.122/10235531
225
(a) 600
(b)
Intensitas (mV)
200
175
β-cryptoxanthin 500
β-cryptoxanthin
18.601/818953
150 400
125
300
100
16.646/1403371
75 200
50
100
25
0 0
0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min
mV mV
Detector A:450nm Detector A:450nm
450
350
(c) 400
(d)
5.947/3400649
Intensitas (mV)
300
350
250 β-cryptoxanthin β-cryptoxanthin
9.722/1258691
300
200 250
9.877/827642
16.487/2221452
5.661/2165900
200
150
150
15.409/281551
100
100
50
50
0 0
0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min
mV mV
Detector A:450nm 225 Detector A:450nm
400
150
β-cryptoxanthin β-cryptoxanthin
10.277/558920
6.113/3194891
125
300
6.537/1183124
100
9.811/573281
18.195/225941
200 75
15.572/406624
50
100
25
0 0
0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min 0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 min
Gambar 4. Analisis HPLC, identifikasi pigmen β-cryptoxanthin, pada kulit jeruk Keprok Selayar:
tanpa degreening (8 HSP) (a), Keprok Selayar dengan degreening (8 HSP) (b), Keprok
Tejakula: tanpa degreening (12 HSP) (c), Keprok Tejakula dengan degreening (12 HSP)
(d), Siam Kintamani; tanpa degreening (12 HSP) (e), dan Siam Kintamani dengan
degreening (12 HSP) (f)
(a) (b)
100 100
80 80
(ug g BS-1)
60 60
40
40
20
20
0
Panen suhu
Panen suhu15 suhu
suhu20 suhu 0
(0 HSP) 15 C 20 0(12
(0 HSP) oC (12
0 oC C ruang Keprok Keprok Siam
HSP) HSP)
(12 HSP) (12 HSP) selayar Tejakula Kintamani
Gambar 5. Perubahan total klorofil (a) Keprok Selayar, (b) Keprok Tejakula, (c) Siam Kintamani, dan
kandungan β-cryptoxanthin 15 0C (d) pada beberapa suhu degreening.
Pengaruh Degreening terhadap Padatan buah jeruk, perbedaan PTT tersebut disebabkan
Terlarut Total (PTT) dan Total Asam karena berbeda-beda varietas jeruk yang dipakai
Tertitrasi (TAT) untuk penelitian, sedangkan suhu degreening
tidak menyebabkan perbedaan nyata. Jeruk
Ukuran untuk mengetahui tingkat
termasuk kedalam buah non klimakterik, tingkat
kemanisan buah jeruk dinyatakan dalam
kematangannya tidak dapat dipacu sehingga
kandungan padatan terlarut total (PTT).
cara pemanenan buah jeruk harus dalam kondisi
Berdasarkan jenis jeruk dan perlakuan suhu
matang fisiologis. Hal tersebut sejalan dengan
degreening saat pengamatan akhir tidak
penelitian Hasimi et al. (2016) bahwa degreening
berpengaruh pada PTT dan total asam tertitrasi
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
(Tabel 2).
kualitas internal buah jeruk siam Banyuwangi.
Pada akhir penyimpanan yaitu hari ke-
Menurut Ladaniya (2008) bahwa sifat jeruk
12, jeruk keprok tejakula menunjukkan nilai
yang non-klimakterik tidak memungkinkan
PTT yaitu 8.51 dan pada jeruk keprok selayar
terjadi peningkatan pada rasa buah jeruk setelah
yaitu 9.72. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
dipetik dari pohonnya. Hal ini juga didukung
Ladaniya (2008), standar kematangan untuk
oleh penelitian Mayuoni et al. (2011), bahwa
jeruk tropis yang memiliki warna hijau saat
degreening dengan etilen tidak mempengaruhi
panen dengan kriteria masak fisiologis
padatan terlarut total (PTT), vitamin C dan
memiliki nilai PTT berkisar antara 9-10.
flavonoid total pada buah jeruk sehingga tidak
Penelitian ini menunjukkan bahwa
menurunkan kualitas internal buah.
degreening tidak merubah kualitas internal
80 Inanpi Hidayati Sumiasih, Taruna Shafa Arzam, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi, Andria Agusta, dan Sri Yuliani
J. Hort. Indonesia 9(2): 73-83. Agustus 2018
Tabel 2. Pengaruh suhu degreening dan varietas jeruk terhadap padatan terlarut total (PTT), total asam
tertitrasi (TAT) dan kekerasan buah
PTT (obrix) TAT (mg/100 g)
Perlakuan
8 HSP 12 HSP 8 HSP 12 HSP
Jenis jeruk
Keprok Selayar 10.55 a 9.72 a 0.53 b 0.56 a
Keprok Tejakula 9.19 b 8.51 b 0.64 a 0.63 a
Siam Kintamani 9.60 b 8.54 b 0.68 a 0.50 a
Suhu degreening
15 0C 10.07 a 9.32 a 0.67 a 0.54 a
20 0C 9.82 a 8.97 a 0.63 ab 0.57 a
Ruang 9.42 a 8.46 a 0.55 b 0.59 a
Interaksi tn tn tn tn
Keterangan: Angka rerata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut Duncan pada taraf α= 5%.
Ma, G., L. Zhang, A. Matsuta, K. Matsutani, K. Sdiri, S., P. Navarro, A. Monterde, J. Benabda,
Yamawaki, M. Yahata, A. Wahyudi, R. A. Salvador. 2012. New degreening
Motohashi, M. Kato. 2013. Enzymatic treatments to improve the quality of
formation of β-citraurin from β- citrus fruit combining different periods
cryptoxanthin and zeaxanthin by with and without ethylene exposure. J
carotenoid cleavage dioxygenase4 in the Postharvest Biol and Technol. 63: 25-32.
flavedo of citrus fruit. American Society
of Plant Biologists. 682-695. Shanti, S.I. 2007. Analisis keputusan konsumen
dalam mengkonsumsi jeruk lokal dan
Manera, J., J.M. Brotons, A. Conesa, I. Porras. jeruk impor di ritel modern (kasus
2012. Relationship between air konsumen Giant Botani Square Bogor).
temperature and degreening of lemon Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
(Citrus lemon L. Burm. F) peel color
during maturation. Australian Journal of Sims, D.A., J.A. Gamon. 2002. Relationship
Crop Science. 6(6): 1051-1058. between leaf pigment content and
spectral reflectance across a wide range
Martinez-Javega, J.M., A. Monterde, P. of species, leaf structures and
Navarro, A. Salvador. 2008. Respons of development stages. J. Remote Sensing
Envir. 81: 337-354.
82 Inanpi Hidayati Sumiasih, Taruna Shafa Arzam, Roedhy Poerwanto, Darda Efendi, Andria Agusta, dan Sri Yuliani
J. Hort. Indonesia 9(2): 73-83. Agustus 2018
Zhou, Y.J., C.D. Sun, L.L. Zhang, X. Dai, C.J. fruit peel following postharvest
Xu, K.S. Chen. 2010. Preferential application of ethylene or ethephon. J.
accumulation of orange-colored Scientia Horticulturae. 126: 229-235.
carotenoids in Ponkan (Citrus reticulata)