Professional Documents
Culture Documents
Fiadha Aulia Marneta 195040200111213 G Paper 1
Fiadha Aulia Marneta 195040200111213 G Paper 1
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
i
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
iii
BAB I
METODOLOGI
Tabel 2. Bahan
Bahan Fungsi
10 Benih Kacang Hijau Sebagai bahan pengamatan perkecambahan epigeal
10 Benih Jagung Sebagai bahan pengamatan perkecambahan hipogeal
5 Benih Kacang Hijau Sebagai bahan pengamatan dikotil
5 Benih Jagung Sebagai bahan pengamatan monokotil
Air Untuk melunakan biji
Media Tanam Sebagai tempat tumbuhnya benih atau tanaman
Untuk benih berukuran kecil, rendam dalam air selama 30 menit - 1 jam untuk melunakkan benih
dan memudahkan pemotongan
Potong benih secara melintang dan membujur dengan cutter secara hati-hati
1
1.2.2 Tahapan Praktikum Tipe Perkecambahan
Masukkan media tanam kedalam tray benih sampai penuh sebanyak 20 lubang
Siram dengan air dan rawat setiap hari hingga berkecambah (kondisi optimum)
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kacang Hujau
1.
(Dikotil)
Jagung
2.
(Monokotil)
3
2. Jagung Hipogeal
2.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum struktur benih, dilakukan pengamatan pada benih
monokotil dan dikotil. Dalam pelaksanaan praktikum struktur benih, digunakan benih
jagung yang merupakan benih monokotil. Menurut Sholihah dan Saputro (2016), jagung
merupakan salah satu jenis tanaman berbiji tunggal dalam famili graminaceae. Hasil
dari pengamatan tersebut, dapat diketahui bahwa benih jagung terdiri atas kulit benih,
embrio, dan endospem. Menurut Subekti (2010), pada biji jagung terdapat tiga bagian
utama benih yang terdiri dari lapisan kulit luar yang tipis (pericarp) yang berfungsi
sebagai pelindung dari gangguan organisme pengganggu serta pencegah kehilangan air,
endosperm yang berfungsi sebagai cadangan makanan, serta embrio yang merupakan
bakal tanaman (terdiri atas plumule, radikel, seutelum, dan koleoptil). Sedangkan untuk
benih dikotil, digunakan benih kacang hijau. Menurut Firdos, et al., (2013), bahwa
kacang hijau merupakan salah satu contoh tumbuhan dikotil. Pada benih kacang hijau,
terdiri atas kulit benih, plumule, kotiledon, serta radikel.
pengamatan pada benih jagung dan kacang hijau setelah ditanam pada media,
dapat diketahui bahwa keduanya memiliki perbedaan tipe perkecambahan. Penanaman
benih jagung menunjukkan bahwa jagung merupakan benih yang memiliki tipe
perkecambahan hipogeal. Tipe perkecambahan hipogeal pada jagung ditunjukkan
dengan keberadaan kotiledon jagung yang tetap berada di bawah permukaan media
tanam. Menurut Campbell, et al.,(2000), tipe perkecambahan hipogeal dicirikan dengan
adanya pemanjangan epikotil, tumbuhnya plamula ke permukaan tanah dan menembus
kulit biji. Kotiledon pada tipe perkecambahan hipogeal tetap berada di dalam media
tanam. Sedangkan benih kacang hijau menunjukkan ciri sebagai benih yang memiliki
tipe perkecambahan epigeal. Tipe perkecambahan epigeal pada kacang hijau memiliki
ciri kotiledon yang terangkat ke atas permukaan media tanam. Menurut Siahaan (2017),
tipe perkecambahan epigeal dicirikan dengan adanya pemanjangan pada hipokotil serta
munculnya plumula dan kotiledon di permukaan tanah. Kotiledon yang muncul di
permukaan tanah berfungsi dalam melakukan fotosintesis (menyuplai makanan)
sebelum daun terbentuk.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada biji jagung terdapat tiga bagian utama benih yang terdiri dari lapisan kulit
luar yang tipis (pericarp) yang berfungsi sebagai pelindung dari gangguan organisme
pengganggu serta pencegah kehilangan air, endosperm yang berfungsi sebagai cadangan
makanan, serta embrio yang merupakan bakal tanaman (terdiri atas plumule, radikel,
seutelum, dan koleoptil). Sedangkan pada benih kacang hijau (dikotil), terdiri atas kulit
benih, plumule, kotiledon, serta radikel. Pada benih jagung dan kacang hijau, keduanya
memiliki perbedaan tipe perkecambahan. Jagung merupakan benih yang memiliki tipe
perkecambahan hipogeal. Sedangkan benih kacang tanah menunjukkan ciri sebagai
benih yang memiliki tipe perkecambahan epigeal.
3.2 Saran
Benih akan lebih cepat muncul tunas, apabila benih mendapatkan perlakuan
perendaman sebelum kegiatan penanaman dilaksanakan. Untuk praktikum sudah
berjalan baik mungkin yang harus di kembangkan dalam penyampian materi agar tidak
terlalu monoton.
5
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2000. Biologi Edisi kedua Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Firdos, N.A.Y., E. Rudyatmi, dan L. Herlina. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran
Predict, Observe,Explain dengan Bantuan Media Foto Pada Materi Struktur dan
Fungsi Jaringan Tumbuhan. Unnes J. Biol.Educ. 2(2): 205-212.
Siahaan, F.A. 2017. Pengaruh Kondisi dan Periode Simpan terhadap Perkecambahan
Benih Kesambi (Schleichera oleosa (Lour.) Merr.). J. Perbenihan Tanaman
Hutan. 5(1): 1-11.
Sholihah, N.F., dan T.B. Saputro. 2016. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Verietas Manding terhadap Cekaman Salinitas (NaCl) secara In Vitro. J. Sains
dan Seni ITS. 5(2): 60-66.
Subekti, N.A. 2010. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Teknik
Produksi dan Pengembangan Tanaman Jagung. 20-21.
6
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
No. Keterangan Kegiatan Dokumentasi
1. Persiapan media tanam pada
tray penyemaian
7
5. Hasil pengamatan struktur
biji, pada biji kacang hijau
secara melintang dan
membujur
6. Pengamatan tipe
perkecambahan pada benih
jagung
8. Pengamatan tipe
perkecambahan pada benih
kacang hijau