You are on page 1of 6
Maj Ked Gk uni 2009; 16(1): 87-62 ISSN: 1978-0206 EFEKTIVITAS CANGKOK TULANG DAN GUIDED TISSUE RE- GENERATION PADA KERUSAKAN PERIODONTAL DENGAN KETERLIBATAN FURKASI KELAS II Eka Yunanthi * Kwartarini Murdiastuti ** * Program Studi Periodonsia, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada " Bagian Periocionsia, Fakuitas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada ABSTRAK Terapi periodontal bertujuan untuk merekonstruksi atau membangun Kembali hilangnya struktur gingival dan tulang Karena PenyakitBerbagai cara dlakukan untuk dapat meningkatkan regenerasi tulang, pembentukan semientum dan perlekatan jaringan ikat sehingga dapat dicapai perlekatan yang baru (reattachmend. Inlamasi yang berlanjut paca penyakit periodontal jika tidak dirawat, akan mengakibatkan kehilangan perlekatan sehingga mampu mempengaruhi bifurkasi atau trfurkasi pada gigi yang berakar jamak. Saat ini, cangkok tulang dan guided tissue regeneration (GTR) secara histologis merupakan bahan yang banyak digu: rhaken untuk perawatan regenerasi periodontal. Penggunaan GTR merupakan sebagai barier membran yang memiantu terben- tuknya epitel melalui Kontrol sel-selrepopulasi jaringan pada luka periodontal, space maintenance dan clot stabilization, Peng- ‘gunaan GTR lebih efoktf daripada opan flap debridement dalam meningkatkan cinical attachment, penurunan kedalaman poket ada perawatan intraboni dan kerusakan furkasi. Tyluan perawatan cangkok tulang dan guided tissue regeneration pada kasus ini adalah untuk methat efektivtas penggunaan bahan cangkok DFDBA dan GTR pada perawatan kerusakan periodontal dengan keterlibatan furkasi kelas I, Pada kasus ini seorang Wanita usia 53 tahun dangan keadaan gigi 46 goyah dengan mobilitas derajat 2, menunjukkan kedalaman poket ci bagian mesic bukal 5 mm, mid bukal 5 mm dan disto bukal 4 mm sedangkan kedalaman kerusakan turks’ horisontal 5 mm. Kemudian pada mesio lingual 3 mm, mid lingual 2 mm dan cisto lingual 3 mm, Pada pemerik- ‘saan radiograi periapikal tampak kerusakan tulang daorah furkasi dan daerah interdental bagian distal. Perawatan cangkok tulang ‘merupakan perawatan yang topal untuk kasus ini dengan menggunakan bahan cangkok tulang demineralized - freeze dried bone allograft (OFDBA) dan guided tissue regeneration yang terbukti mampu meregeneras| periodontal dengan terlinatnya peningkatan Clinical attachment level (CAL) pada mesio bukal 6 mm, mid bukal 8 mm dan cisto bukal 4 mm. Pada mesio lingual 3 mm, mid lingual 3 mm dan disto lingual 3 mm. Selanjuinya terlihat pengurangan kedalaman kerusakan horisontal (HD) sebesar 5 mm. ‘Kesimpulan bahwa bahan cangkok tuiang DFDBA yang dikombinasikan dengan GTR pada dapat meningkatkan perlekatan Klinis, ‘mengurangi kedalaman poket, mengurarigi Kedalaman kerusakan horisontal dan pangisian kerusakan tulang periodontal dengan keterlibatan furkasi kelas Il. Maj Ked Gi Juni 2008; 16(1): 57-62 ‘Kata kunci: cangkok tulang, Guided Tissue Regeneration, keterlibatan furkasi kelas I! ABSTRACT Periodontal therapy ideally would reconstruct or reconstitute all gingival and osseous structures lost through disease. In an attempt fo achieve this, clinicians have long tried with varying degrees of success to induce osseous regeneration, cementum formation, and fibrous attachment in order to achieve new attachment (reattachment). The progress of inflammatory periodontal disease, if unabated, ultimately results in attachment loss sufficient enough to atfect the bifurcation or iriturcation of muttirooted teeth Currently, osseous gratting and guided tissue regeneration (GTA) are the two techniques with the most histologic docu- ‘mentation of periodontal regeneration. GTR procedures were then developed in which barrier membranes were used 10 accomplish the objectives of epithelial exclusion via controlled cellissue repopulation of the periodontal wound, space maintenance, and clot stabilization. Guided tissue regeneration is consistendy more effective than open flap debridement in the gain of clinical attachment and probing depth reduction in the treatment of inttabony and turcation defects. The aim this paper isto know the effectivity of graft ‘material DFOBA and GTR for the treatment periodontal defect with furcation involvement class I In this case a 59-years old woman with condition at 46 had two degrees mobiiy, pockot depth rm at mesio buccal, § mm mid buccal and 4 mm at distobuccal, 5 mm at horizontal defect depth respectively. And 3 mm at mesio lingual, 2 mm at mid lingual and 3 mm at disto lingual, respectively. The periapical raciographyexamination showed bone defect at interdental distal and furcation area. Bone grafting was the uitimate treat- ‘ment by means of demineralized freeze-dried bone allograft and guided tissue regeneration that has been proved to regenerate the periodontal with clinical attachment level gain 6 mm at mesio buccal, 9 mm at mid buccal and 4 mm at disto buccal, respectively. ‘And 8 mmat mesio nguel, 3 mm st mid lingual, and 3 mm at disto lingual, respectively. The reduction of horizontal detect depth was 85 mm. The conclusion were demineralized freeze-dried bono allograft and guided tissue regeneration could developed clinical attachment, pocket depth and horizontal detect deptn reduction, and fil he periodontal bone defect with furcation involvement class 1, respectively. Maj Ked Gi; Juri 2008; 16(1): 57-62 Key words: bone grait, Guided Tissue Regeneration, furcation involvement class i! 987 Eka ¥. & Kwartarini M.: Efektivitas Cangkok Tulang dan Guided Tissue Regeneration PENDAHULUAN Inflamasi yang berlanjut pada _penyakit periodontal jka tidak dirawat, akan mengakibatkan kehilangan —periekatan —sehingga_— mampu mempengaruhibifurkasi atau trfurkasi pada gigi yang berakar jamak.’ Terapi periodontal bertujuan untuk merekonstruksi atau membangun kembali hilangnva struklur gingival dan tulang karena penyakit. Berbagai cara dilakukan untuk dapat meningkatkan regenerasi tulang, pembentukan sementum dan perlekatan jaringan ikat sehingga dapat dicapai perlekatan yang baru (new attachment) Salah satu cara untuk mendapatkan regenerasi periodontal adalah dengan menggunakan teknik cangkok tulang yaitu mengisi kerusakan tulang dengan bahan-bahan cangkok tulang antara lain: autogratt, allograft, xenograft dan alloplast?® Perawatan cangkokttulang akan menghasilkan perbaikan jaringan periodontal yang rusak. Tujuan perawatan cangkok tulang antara lain penurunan kedalaman probing, perbaikan periekatan_kiinis, pengisian tulang pada area kerusakan, regenerasi tulang baru, sementum dan ligamen periodontal.* Graft pengganti tulang seperti autograft, allograft, xenograft dan ailoplast telah banyak digunakan pada kerusakan tulang periodontal. Keterbatasan untuk mendapatkan bahan autograft untuk pembedahan ‘menyebabkan berkembangnya pemiakaian allograft® Allograft adalah bahan cangkok tulang yang diperoieh dari individu yang berbeda telapi dari spesies yang sama dan dapat diperoleh dari bank jaringan.’ Pada penelitian klinis marusia menunjukkan keuntungan Klis yang posit ketika cangkok tulang digunakan pada perawatan kerusakan furkasi Kelas 1° Demineralized freeze-dried bone allograft (DFDBA) adalah bahan cangkok tulang yang terbukti_menunjukkan kemampuan osteokonduksi dan osteoinduksi karena adanya BMPs (bone morphogenetic proteins) yang membantu_migrasi sel_mesenkhim, perlekatan dan osteogenesis. Bahan ini mampu meregenerasi sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.” Osteoinduksi yaitu pertumbuhan ke arah dalam dari dasar resipien ke dalam kapiler-kapiler graft, jaringan perivaskuler dan sel-sel progenitor. Bahan graftbertindak sebagai inert scaffold untuk pertumbuhan ke dalam jaringan host. Osteokonduksi yaitu suatu_mekanisme terjadinya pembentukan tulang baru oleh pengerahan secara aklit (active recruitment) sel pluripotensial host menjadi kondroblas atau osteobias. Hal tersebut dilakukan dengan cara difusi dari protein matrik tulang osteogenix yang berhubungan dengan BMPs yang terdapat pada matriks DFOBA* Saat ini, cangkok tulang dan guided tissue regeneration (GTR) secara histologis merupakan bahan yang banyak digunakan untuk perawatan regenerasi periodontal. Penggunaan GTR ISSN: 1978-0206 merupakan sebagai barier membran yang membantu terbentuknya epitel melalui kontrol sel-sel/repopulasi jaringan pada luka periodontal, space maintenance dan clot stabilization. Penggunaan GTR lebih efektit daripada open flap debridementdalam meningkatkan Giinical attachment, penurunan kedalaman poket pada perawatan intraboni dan kerusakan furkasi.! Pada kerusakan tulang, selama penyembuhan selsel jaringan lunak dan sel-sel tulang_saling berlomba untuk berimigrasi_ dan berpopulasi kedalam Iuka. Dimana sel-sel jaringan lunak rata- rata lebin cepat bermigrasi dibandingkan sel-sel tulang sehingga sebagian besar kerusakan terisi oleh jaringan lunak, Sehingga untuk mengisolasi luka tersebut digunakan membrane guided tissue regeneration (GTR) untuk membantu reposisi dan migrasi sel-sel tulang pada area luka.* Pada penelitian Klinis penggunaan DFDBA menunjukkan pengisian tulang."® Akan _tetapi secara klinis adanya pengisian tulang tidak selalu mengindikasixan adanya regenerasi_ periodontal Beberapa peneliian histologi__menunjukkan kemungkinan terbentuknya fong junctional epithelium diantara regenerasi tulang alveolar yang baru dan permukaan akar."" Beberapa penelitian mengatakan bahwa guided tissue regeneration (GTR) yang dikombinasikan dengan DFDBA hasilnya lebih baik dibandingkan hanya dengan pemakaian membran sendiri pada perawatanintrabonipoketdan kerusakan furkasi."® Keterlibatan atau kerusakan furkasi dapat didefinisikan sebagai kondisi patologik yang merusak jaringan periodontal di daerah interacikular gigi berakar banyak. Etiologi faktor keterlibatan furkasi adalah bakterial plak yang menginduksi peradangan yang berlangsung sejak lama. Dan jika tidak dirawat akan menyebabkan kehilangan tulang secara progresit,resorbsi puncak tulang alveolar dan disertai proliferasi epitel cekat ke apikal. Meluasnyakehilangan perlekatan akibat dari kerusakan furkasi bervariasi dan ini bethubungan dengan anatomi lokal (seperti bentuk akar dan panjang akar) dan pertumbuhan anomali lokal (cervical enamel projection). Faktor lokal dapat _mempengaruhi jumlah deposisi plak atau kesulitan dalam melakukan pembersinan gigi, sehingga dapat berkembang menjadi periodontitis dan kehilangan perlekatan. Beberapa peneliian mengindikasikan bahwa prevelensi dan keparahan keteribatan furkasi meningkat sesuai dengan umur.’ Keterlibatan furkasi kelas ll menurut Glickman ditandai dengan adanya lesi pada jaringan lunak jertai_kehilangan tulang sehingga probe atau sonde dapat masuk ke dalam area furkasi dari satu arah tetapi tidak dapat menembus selurunnya ke dalam furkasi. Terlinat kerusakan horisontal pada daerah furkasi. Lesi ini dinamakan “oul de sac’ karena kerusakan meluas sampal pada furkasi yang lebih dalam, tetapi tidak dapat menembus ke bagian (Maj Ked Gi, Juni 2009; 16(1):87-62 furkasi sisi yang lain. Probing horisontal digunakan Untuk melihat apakah furkasi kelas Il dangkal atau dalam. Kehilangan tulang vertikal kadang terlihat namun kadang juga tidak ada.” Tujuan perawatan cangkok tulang dan guided tissue regeneration pada kasus ini adalah untuk meningkatkan perlekatan klinis, mengurangi kedalaman poket, mengurangi kedalaman kerusakan horisontal dan pengisian tulang furkasi Kelas I.'° LAPORAN KASUS, Seorang wanita usia 53 tahun datang ke Klinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada dengan kelunan gusi gigi belakang bawah kanan terasa sedikit bengkak, dan sisa makanan sering terselip di daerah tersebut. Gigi tersebut mulai terasa bengkak sejak 3 minggu yang lalu. Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi 46 adanya abses periodontal disertai pembesaran gingiva pada bagian bukal, konsistensi lunak, non stipling dan berwarna kemerahan, serta terdapat kegoyahan gigi derajat dua, pengukuran plak Kontrol sebesar 34,3% (sedang). Pemeriksaan kedalaman kedalaman poket gigi 48 menunjukkan poket yang dalam dibagian mesio bukal 5 mm, mid bukal 5 mm dan disto bukal 4 mm sedangkan kedalaman kerusakan furkasi horisontal 5 mm. Kemudian pada mesio lingual 3 mm, mid lingual 2 mm dan disto lingual 3 mm. Pada pemeriksaan radiograti periapikal tampak kerusakan tulang daerah furkasi dan daerah interdental bagian distal. Kunjungan pertama dilakukan terapi fase wal meliputi dental health education (DHE), scaling dan root planning pada semua gigi rahang atas dan rahang bawah untuk mengeliminasi piak dan kalkulus. Selanjutnya pasien cianjurkan kontrol ISSN: 1978-0206 seminggu kemudian. Dari kontrol, hasil pemeriksaan respon jaringan balk, abses hilang dan plak kontrol 44%, selanjutnya dilakukan Kuretase pada gigi 46, Pada kunjungan ketiga plak kontrol 7,18%. Selanjutnya dilakukan terapi koreksi dengan perawatan regeneratit pada 46 dengan penambahan bahan cangkok tulang DFDBA yang dikombinasikan dengan GTR. Setelah dilakukan anastesi inftrasi kemudian dibuat insisi sulkular dari distal gigi 44 sampai bagian distal gigi 48 dan dilanjutkan dengan insisi sulkuler pada distal gigi 44. Kemudian flap dibuka dengan full thickness, demikian juga pada agian lingual gigi 46 ditakukan insisi sulkuler. Flap dielevasikan dengan rasparatorium sampai terlihat permukaan tulang yang rusak dan keterlibatan furkasinya. Kemudian dilakukan debridement untuk mengambil semua deposit lunak dan jaringan Qranuiasi. Setelah bersih didemineralisasi dengan larutan tetrasikiin dan irigasi sampai bersih dengan larutan saline steri, selanjutnya dimasukkan DFDBA yang berbentuk gel kedalam kerusakan baik pada sisi bukal, palatal dan daerah furkasi kemudian dilakukan kondensasi sampai padat. Setelan kerusakan terisi bahan cangkok, GTR diaplikasikan pada daeran tersebut. Flap dikembalikan dan dilakukan penjahitan vertical mattres, kemudian ditutup dengan periodontal pack. Pasien diberi antibiotic dan antinfiamasi selama 7 hari, dan dianjurkan kumur dengan larutan chlorhexidine 0.2%. Periodontal pack dan jahitan dibuka setelah 14hari dan dilakukan polishing. Pasien cikontrol seminggu sekali selama satu bulan untuk cilakukan kontrol plak. Pada kunjungan ketiga bulan setelah operasi dilakukan plak kontrol dan dilakukan pengukuran kedalaman poket, pengukuran clinical attachment level yaitu jarak dari cement enamel junction sampai ke dasar poket dan pengukuran kedalaman kerusakan horisontal (horizontal defect depthlHD) yaitu diukur dari lengkungan permukaan akar bukal ke arah horisontal sampai daeran kerusekan yang terdalam. 59 Eka ¥. & Kwartarini M.: Efektivitas Cangkok Tulang dan Guided Tissue Regeneration ISSN: 1978-0208 Gambar 6, Aplikasi GTR, Gambar 3. Demineralisasi tetrasikiin ‘Gambar 7; Penjahiian vertical mates 60 ‘Maj Ked Gt, Juni 2008; 16(1): 57-62 Sesudah pembedahan Gambar 8. Gambaran kiinis sebelum dan sesudah pembedahan Sesudan Gambar 9. Radiograli sebelum dan sesudah pembedahan ISSN: 1978-0208, abel 1. pengukuran awal dan 3 bulan setelah be-

You might also like