You are on page 1of 9

Vol. 1 No.

1 Januari 2019 : 55-63


JURNAL SABHANGA e-journal.stikessatriabhakti.ac.id

HUBUNGAN LAMA OPERASI DENGAN TERJADINYA SHIVERING


PADA PASIEN OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL
DI KAMAR OPERASI RSUD NGANJUK

Dolok Syauqi1, Henny Purwandari 2, Didik Priyono 3


12
STIKes Satria Bhakti Nganjuk, 3RSUD Nganjuk
Email: syauq_ngk@yahoo.co.id

ABSTRACT

Introduction: The risk of shivering is higher if the duration of surgery is longer, because it will
increase the time of exposure to the body with cold temperatures and the accumulation of side effects
of spinal anesthesia. The purpose of this study was to determine the relationship of surgical duration
and shivering event of surgical patients with spinal anesthesia in surgical suite of Nganjuk General
Hospital. Methods: The design of this study was correlation with a cross sectional approach. The
research was conducted on August 13-20 2018, at surgical suite of Nganjuk General Hospital. The
population was all surgical patients with spinal anesthesia in the Operating Room of Nganjuk General
Hospital during on August 13-20 2018, as many as 27 patients. Samples were taken by total sampling
technique and obtained a total sample of 27 respondents. The independent variable was surgical
duration and the dependent variable was the shivering event. This research instruments were check list
sheet and medical record data. Data was analyzed using Coefficient Contingency test with α = 0.05.
Results: The results showed that surgical duration in surgical suite of Nganjuk General Hospital,
almost half the duration was in middle level (31-60 minutes) as many as 13 respondents (48.1%).
Shivering event in the Operating Room of Nganjuk General Hospital, almost half of them were in
grade 3 as many as 12 respondents (44.4%). The results of the Coefficient Contingency test showed p-
value of 0.002 ≤ α (0.05). So that it can be concluded that Ha was accepted, meaning that there was a
relationship between the surgical duration and shivering event of surgical patients with spinal
anesthesia in surgical suite of Nganjuk General Hospital. Conslusions: The longer of surgical
duration carried out by respondents in the surgical suite of Nganjuk Hospital, the greater the risk of
the respondent experiencing shivering events. Conversely, the of shorter surgical duration undertaken
by respondents in the surgical suite of Nganjuk General Hospital, the smaller the risk of the
respondent experiencing shivering.

Keywords: Surgical Duration, Shivering Event, Surgical Patient, Spinal Anesthesia.

PENDAHULUAN penggunaan ruang perawatan intensif

Teknik anestesi spinal, masih menjadi (Kresnoadi, 2013). Namun teknik anestesi

pilihan yang menguntungkan dalam spinal memiliki efek samping yang umum

tindakan operasi, karena selain memiliki terjadi pada pasien operasi yaitu terjadinya

kontrol nyeri yang lebih baik, teknik ini menggigil (shivering). Risiko terjadinya

juga mampu menghasilkan masa pemulihan shivering akan semakin tinggi jika durasi

post operasi yang lebih cepat, pembedahan semakin lama, karena akan

meminimalisir penggunaan jumlah obat- menambah waktu terpaparnya tubuh dengan

obatan anestesi, dan mengurangi suhu dingin serta menimbulkan akumulasi

e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 55
JURNAL SABHANGA

efek samping anestesi spinal tersebut mengalami derajat shivering 4 sebanyak


(Irawan, 2018). Kombinasi dari tindakan 3,12%. Berdasarkan data rekam medik
anestesi spinal dan lamanya tindakan RSUD Nganjuk selama tahun 2017, jumlah
operasi dapat menyebabkan gangguan pasien yang menjalani operasi tercatat
fungsi dari pengaturan suhu tubuh yang sebanyak 2.429 pasien. Dari jumlah
akan menyebabkan penurunan temperatur tersebut, pasien yang diberi anestesi spinal
inti tubuh, sehingga menyebabkan sebanyak 1.158 pasien atau jumlah rata-rata
terjadinya shivering (Fauzi, dkk, 2015). sebanyak 96 pasien. Prevalensi pasien yang
Berdasarkan studi awal yang dilakukan mengalami terjadinya shivering selama
peneliti pada Bulan April 2018 terhadap 10 tahun 2017 sebesar 32% atau sebanyak 371
pasien operasi dengan anestesi spinal, pasien.
ditemukan sebanyak 5 pasien (50%) Efek samping penggunaan teknik
mengalami terjadinya shivering. Pasien anestesi spinal adalah terjadinya gangguan
tersebut sebagian besar, yaitu sebanyak 4 fungsi termoregulator yaitu menurunnya
pasien termasuk adalah pasien yang ambang vasokontriksi yang disebabkan
menjalani operasi dengan proses lama karena anestesi spinal menghasilkan blok
operasi di atas 1 jam (60 menit). simpatis, relaksasi otot, dan blok sensoris
Angka terjadinya shivering pada terhadap reseptor suhu perifer sehingga
anestesi spinal dilaporkan berkisar antara menghambat respon kompensasi terhadap
33%-57% (Irawan, 2018). Pada pasien suhu. Dampak yang muncul dari kondisi
sectio caesarea dengan anestesi spinal, tersebut adalah terjadinya reaksi menggigil
prevalensi terjadinya shivering yang dialami (shivering) (Masithoh, dkk, 2018). Pada
mencapai hingga 85% (Anggraini, dkk, tindakan operasi besar seperti: operasi sectio
2014). Berdasarkan hasil penelitian Budiono caesarea, digestive dan trauma, durasi
(2015) di Rumah Sakit Panti Wilasa pembedahan yang lebih lama menyebabkan
Semarang, dari 200 pasien operasi sectio pemanjangan paparan suhu lingkungan dan
caesarea dengan anestesi spinal ditemukan terbukanya area operasi, sehingga risiko
92 pasien (46%) mengalami terjadinya terjadinya efek samping shivering akan
shivering. Sedangkan hasil penelitian Putri semakin besar pula. Walaupun terjadinya
(2016) terhadap 29 pasien operasi sectio shivering merupakan respon normal
caesarea yang mengalami shivering, termoregulasi tubuh, namun perlu
ditemukan pasien yang derajat shivering 0,2 diwaspadai dampaknya berupa
sejumlah 90,6%; yang mengalami derajat ketidaknyamanan pasien serta bahaya
shivering 1 sebanyak 6,25%; dan yang terjadinya kenaikan kebutuhan oksigen
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 56
JURNAL SABHANGA

akibat peningkatan aktivitas otot (Irawan, penelitian: Hubungan Lama Operasi dengan
2018). Pada kasus operasi sectio caesarea, Terjadinya Shivering pada Pasien Operasi
lama operasi dapat memicu peningkatan dengan Anestesi Spinal di Kamar Operasi
konsumsi oksigen pada ibu inpartu selama RSUD Nganjuk.
terjadinya shivering, sehingga
METODE
dikhawatirkan dapat menyebabkan
hipoksemia yang dapat berdampak buruk Desain penelitian adalah analitik
bagi kondisi ibu dan janin (Anggraini, dkk, dengan pendekatan cross sectional.
2014). Penelitian dilakukan di Kamar Operasi
Upaya asuhan keperawatan yang RSUD Nganjuk tanggal 13-20 Agustus
efektif untuk mengatasi terjadinya shivering 2018. Populasi penelitian seluruh pasien
pasca anastesi spinal perlu dipersiapkan yang menjalani operasi di Kamar Operasi
dengan cermat sebelum dilaksanakan RSUD Nganjuk selama tanggal 13-20
tindakan operasi besar yang memiliki lama Agustus 2018, yaitu 27 orang. Teknik
operasi lebih dari 1 jam (60 menit). Cara sampling menggunakan total sampling
yang terbaik adalah dengan memperbaiki dan jumlah sampel 27 responden.
hemodinamik dan metabolisme tubuh serta Variabel independen adalah lama
menjaga suhu tubuh selama tindakan operasi dan variabel dependen adalah
pembedahan (Anggraini, dkk, 2014). terjadinya shivering. Instrumen yang
Terjadinya shivering pasca anastesi dapat digunakan untuk mengukur variabel lama
dicegah dan diatasi dengan berbagai cara, operasi menggunakan data rekam medik
antara lain dengan cara meminimalkan selama 2 jam pasca anestesi dengan
kehilangan panas selama operasi dengan indikator, meliputi lama operasi: ≤ 30
berbagai intervensi mekanik seperti alat menit, 31-60 menit, dan >60 menit.
pemanas cairan infus, suhu lingkungan yang Sedangkan untuk mengukur variabel
ditingkatkan, lampu penghangat dan selimut terjadinya shivering menggunakan check list
penghangat (Fauzi, dkk, 2015). Selain itu, dengan indikator meliputi tanda-tanda: tidak
penggunaan obat-obatan, antara lain: ada menggigil, derajat 1 (peripheral
ondansetron, meperidin, klonidin, dan vasokontriksi), derajat 2 (aktivitas otot
ketamin telah dibuktikan secara klinis dapat hanya pada satu group), derajat 3 (aktivitas
menekan aktivitas otot dan meminimalkan otot lebih dari satu group otot), dan derajat 4
terjadinya shivering (Budiono, 2015). (seluruh tubuh menggigil).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka peneliti bermaksud mengangkat judul
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 57
JURNAL SABHANGA

Analisa data menggunakan uji pasien operasi dengan anestesi spinal di


Coeficent Contingency (α = 0,05) untuk Kamar Operasi RSUD Nganjuk, sedangkan
mengetahui hubungan lama operasi dengan bila p-value > α (0,05) maka Ha ditolak,
terjadinya shivering. Dengan kriteria sehingga tidak ada hubungan lama operasi
pengujian: bila p-value ≤ α (0,05) maka Ha dengan terjadinya shivering pada pasien
diterima, sehingga ada hubungan lama operasi dengan anestesi spinal di Kamar
operasi dengan terjadinya shivering pada Operasi RSUD Nganjuk.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Hasil Penelitian Lama Operasi dengan Terjadinya Shivering pada Pasien Operasi dengan
Anestesi Spinal di Kamar Operasi RSUD Nganjuk, Tanggal 13-20 Agustus 2018

Variabel Kategori f %
Singkat 10 37,0
Lama Operasi Sedang 13 48,1
Panjang 4 14,8
Jumlah 13 100
Tidak ada menggigil 2 7,4
Derajat 1 2 7,4
Terjadinya Shivering Derajat 2 4 14,8
Derajat 3 12 44,4
Derajat 4 7 25,9
Jumlah 13 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 responden, hampir setengahnya yaitu


sebanyak 13 responden (48,1%) lama operasi tingkat sedang. Diketahui pula dari 27
responden, hampir setengahnya yaitu sebanyak 12 responden (44,4%) mengalami terjadinya
shivering derajat 3.

Tabel 2. Tabulasi Lama Operasi dengan Terjadinya Shivering pada Pasien Operasi dengan Anestesi
Spinal di Kamar Operasi RSUD Nganjuk, 13-20 Agustus 2018.

Terjadinya Shivering
Jumlah
Tidak ada
Lama Operasi Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
menggigil

f % f % f % f % f % f %

Singkat 2 7,4 2 7,4 1 3,7 4 14,8 1 3,7 10 37,0

Sedang 0 0,0 0 0,0 3 11,1 8 29,6 2 7,4 13 48,1

e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 58
JURNAL SABHANGA

Panjang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 4 14,8 4 14,8

Total 2 7,4 2 7,4 4 14,8 12 44,4 7 25,9 27 100

p-value = 0,002 α = 0,05

Tabulasi silang menunjukkan bahwa responden memiliki hubungan yang


dari 27 responden, hampir setengahnya signifikan dengan lama operasi.
yaitu sebanyak 8 responden (29,6%) lama Menurut WHO (dalam Apriansyah,
operasi tingkat sedang dengan terjadinya 2015), pasien kamar operasi sebagian besar
shivering derajat 3. Selanjutnya hasil uji berjenis kelamin perempuan, karena jenis
Spearman Rank menunjukkan p-value 0,002 operasi yang paling umum dilakukan di
≤ α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha rumah sakit adalah sectio caesarea (SC)
diterima, artinya ada hubungan lama operasi sebagai salah satu cara untuk membantu
dengan terjadinya shivering pada pasien proses kelahiran janin melalui insisi pada
operasi dengan anestesi spinal di Kamar dinding abdomen (laparotomi) dan dinding
Operasi RSUD Nganjuk. rahim (histerektomi) dengan lama operasi
berkisar 30-40 menit. Hal ini sekaligus
PEMBAHASAN terkait dengan faktor umur dimana menurut

1. Lama Operasi pada pasien Operasi Apriansyah (2015) umumnya pasien sectio

dengan Anestesi Spinal di Kamar caesarea memiliki umur produktif berkisar

Operasi RSUD Nganjuk 18 sampai 40 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan uraian di atas, maka

dari 27 responden hampir setengahnya yaitu peneliti beropini bahwa hampir setengahnya

sebanyak 13 responden (48,1%) lama responden di Kamar Operasi RSUD

operasi tingkat sedang (31-60 menit). Dari Nganjuk menjalani lama operasi 31-60

13 responden tersebut, sebagian besar menit, karena sebagian besar merupakan

berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak pasien perempuan yang menjalani operasi

9 responden (69,2%) dan hampir sectio caesarea (SC). Selain itu, diketahui

setengahnya responden memiliki umur 21- pula sebagian besar umur pasien SC

30 tahun, yaitu sebanyak 5 responden tersebut berkisar 21-30 tahun, yaitu

(38,5%). Hasil uji koefisien kontingensi termasuk dalam umur produktif dan umur

didapatkan p-value jenis kelamin sebesar ideal bagi ibu melahirkan. Lamanya waktu

0,049 dan p-value umur sebesar 0,029. yang dibutuhkan untuk menjalani operasi

Dengan demikian, jenis kelamin dan umur SC di Ruang Operasi RSUD Nganjuk tidak

e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 59
JURNAL SABHANGA

terlalu singkat tetapi juga tidak terlalu lama, shivering, karena pasien yang berpendidikan
yaitu 31-60 menit sesuai dengan waktu tinggi cenderung melakukan persiapan pre
normal yang dibutuhkan dalam operasi SC operasi yang lebih baik dan patuh pada
pada umumnya. instruksi tenaga kesehatan. Menurut
Notoatmodjo (2011) juga pendidikan
2. Terjadinya Shivering pada Pasien memiliki peranan yang besar dalam
Operasi dengan Anestesi Spinal di membentuk pengetahuan seseorang tentang
Kamar Operasi RSUD Nganjuk kesehatan. Semakin tinggi tingkat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan seseorang, maka semakin mudah
dari 27 responden hampir setengahnya yaitu orang tersebut dalam menerima informasi,
sebanyak 12 responden (44,4%) mengalami sehingga semakin banyak pula pengetahuan
terjadinya shivering derajat 3. Dari 12 yang dimiliki.
responden tersebut, setengahnya responden Berdasarkan uraian di atas, maka
memiliki umur 21-30 tahun, yaitu sebanyak peneliti beropini bahwa hampir setengahnya
6 responden (50%) dan sebagian besar responden mengalami terjadinya shivering
memiliki tingkat pendidikan SMA, yaitu derajat 3 atau masih dalam taraf yang
sebanyak 9 responden (75%). Hasil uji normal, dimana hanya beberapa otot klien
koefisien kontingensi didapatkan p-value yang menggigil, tidak sampai seluruh tubuh
umur sebesar 0,000 dan p-value pendidikan menggigil (derajat 4). Biasanya dalam
sebesar 0,031. Dengan demikian, umur dan derajat ini dianggap belum perlu diberi obat
pendidikan responden memiliki hubungan farmakologis, tetapi hanya diberi selimut
yang signifikan dengan terjadinya shivering. hangat. Ketahanan tubuh klien operasi
Menurut Morgan (dalam Mubarokah, dengan anestesi spinal yang mampu
2017), umur pasien merupakan salah satu bertahan pada shivering derajat 3 dapat
faktor utama yang berpengaruh pada disebabkan karena sebagian besar
terjadinya hipotermi dan mengigil atau responden tersebut memiliki umur 21-30
shivering. Pasien anak dan lansia memiliki tahun, dimana umur tersebut pasien
risiko tinggi terjadi komplikasi operasi, memiliki stamina fisik yang baik dan
termasuk salah satunya adalah terjadinya memiliki ketahanan terhadap penurunan
shivering, sedangkan pada pasien umur ambang batas suhu sebagai dampak anestesi
dewasa atau umur produktif, risiko spinal. Selain itu, pendidikan responden
terjadinya shivering lebih rendah. Faktor sebagian besar SMA turut memberikan
pendidikan mungkin memiliki pengaruh pengaruh secara tidak langsung pada
tidak langsung terhadap terjadinya terjadinya shivering, karena responden
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 60
JURNAL SABHANGA

dengan pendidikan SMA memiliki menambah waktu terpaparnya tubuh dengan


kemampuan berpikir yang lebih logis, suhu dingin serta menimbulkan akumulasi
sehingga mereka termotivasi untuk efek samping anestesi spinal tersebut. Hal
melakukan persiapan pre operasi dengan ini umumnya terjadi pada jenis operasi
baik serta patuh pada instruksi tenaga sedang atau besar yang memakan waktu
kesehatan untuk meminimalkan dampak lebih dari 1 jam (60 menit). Efek samping
negatif anestesi spinal yaitu shivering. anestesi spinal pasca anestesi dijelaskan
oleh Masithoh, dkk, (2018), yaitu terjadinya
3. Hubungan Lama Operasi dengan gangguan fungsi termoregulator berupa
Terjadinya Shivering pada Pasien menurunnya ambang vasokontriksi yang
Operasi dengan Anestesi Spinal di disebabkan karena anestesi spinal
Kamar Operasi RSUD Nganjuk menghasilkan blok simpatis, relaksasi otot,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dan blok sensoris terhadap reseptor suhu
dari 27 responden, hampir setengahnya perifer sehingga menghambat respon
yaitu sebanyak 8 responden (29,6%) lama kompensasi terhadap suhu. Dampak yang
operasi tingkat sedang (31-60 menit) dengan muncul dari kondisi tersebut adalah
terjadinya shivering derajat 3. Selanjutnya terjadinya reaksi menggigil (shivering).
hasil pengujian Spearman Rank Berdasarkan fakta dan teori di atas,
menunjukkan p-value 0,002 ≤ α (0,05). maka dapat disimpulkan bahwa semakin
Sehingga dapat disimpulkan Ha diterima, lama durasi operasi yang dijalani oleh
artinya ada hubungan lama operasi dengan responden di Kamar Operasi RSUD
terjadinya shivering pada pasien operasi Nganjuk, maka semakin besar risiko
dengan anestesi spinal di Kamar Operasi responden mengalami terjadinya shivering.
RSUD Nganjuk. Sebaliknya semakin singkat durasi operasi
Menurut Nazma (2008), secara umum yang dijalani oleh responden di Kamar
terjadinya shivering dipengaruhi oleh Operasi RSUD Nganjuk, maka semakin kecil
faktor-faktor pencetus antara lain: suhu risiko responden mengalami terjadinya
ruangan, lama operasi, jenis prosedur bedah, shivering. Dalam penelitian ini lamanya
status hidrasi, cairan infus dan irigasi serta operasi yang dijalani oleh responden di
pemberian anestesi. Menurut Irawan (2008), Kamar Operasi RSUD Nganjuk hampir
risiko terjadinya shivering akan semakin setengahnya berdurasi selama 31-60 menit
tinggi jika durasi waktu operasi atau memiliki risiko komplikasi sedang
pembedahan semakin lama, karena akan (menengah). Karena itu, efek samping
anestesi spinal yang dialami oleh responden
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 61
JURNAL SABHANGA

juga berada pada level yang sedang setengahnya berada pada derajat 3 yaitu
(menengah), yaitu berupa shivering derajat 1. sebanyak 12 responden (44,4%). Ada
Hasil penelitian ini telah berhasil hubungan lama operasi dengan terjadinya
membuktikan adanya hubungan antara lama shivering pada pasien operasi dengan
operasi dengan terjadinya shivering pada anestesi spinal di Kamar Operasi RSUD
pasien operasi dengan anestesi spinal di Nganjuk. Hal ini sesuai hasil uji Spearman
Kamar Operasi RSUD Nganjuk. Fakta Rank didapatkan p-value 0,002 ≤ α 0,05.
tersebut sekaligus juga mendukung hasil Disarankan bagi perawat yang
penelitian terdahulu yang dilakukan bertugas di Ruang Operasi agar selalu cepat
Masithoh, dkk, (2018), dimana hasil uji tanggap dalam melakukan asuhan
tabulasi silang antara lama operasi dengan keperawatan pasien pasca anestesi spinal.
terjadinya shivering menggunakan uji chi Asuhan keperawatan yang diberikan adalah
square didapatkan nilai signifikansi p-value dengan memberikan selimut penghangat
≤ α (0,05), sehingga dapat disimpulkan dan penciptaan suhu ruangan yang hangat di
bahwa ada hubungan yang signifikan antara ruang pemulihan untuk mencegah terjadinya
lama operasi dengan terjadinya shivering shivering pada pasien. Disarankan pula bagi
pada pasien pasca anestesi spinal. Hal itu RSUD Nganjuk untuk menyusun SOP
dikarenakan responden terpapar suhu pencegahan dan penatalaksanaan asuhan
ruangan yang dingin lebih lama, tidak keperawatan terjadinya shivering pada
diberikan selimut untuk menutupi tangan, pasien pasca anestesi spinal dan
bahu dan leher selama operasi, dan ruangan memberikan pelatihan pada perawat di
ber-AC dengan suhu 18°C, sehingga dapat ruang operasi agar dapat melaksanakan SOP
menyebabkan penurunan temperatur tubuh tersebut dengan baik.
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Apriansyah, Akbar. 2015. Hubungan antara
Berdasarkan hasil penelitian dan Tingkat Kecemasan Pre-Operasi dengan
Derajat Nyeri Pada Pasien Post Sectio
pembahasan, maka dapat disimpulkan Caesarea di Rumah Sakit
bahwa lama operasi di Kamar Operasi Muhammadiyah Palembang Tahun 2014.
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume
RSUD Nganjuk, hampir setengahnya 2, Nomor 1, Januari 2015
menjalani lama operasi tingkat sedang (31- Notoatmodjo, S. 2011. Ilmu Perilaku
60 menit) yaitu sebanyak 13 responden Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

(48,1%). Terjadinya shivering di Kamar Irawan, Dino. 2018. Kejadian Menggigil


Pasien Pasca Seksio Sesarea dengan
Operasi RSUD Nganjuk, hampir Anestesi Spinal yang Ditambahkan

e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 62
JURNAL SABHANGA

Klonidin 30 mcg Intratekal di RSUD


Arifin Achmad Pekanbaru, Indonesia.
Jurnal Kesehatan Melayu, Vol. 1 No. 2
(April 2018). Hal. 88-92.
Masithoh, Dewi; Ni Ketut Mendri; Abdul
Majid. 2018. Lama Operasi Dan
Kejadian Shivering Pada Pasien Pasca
Spinal Anestesi. Jurnal Keperawatan
Terapan, Volume 4, No. 1, Maret 2018.
Hal. 14-20.
Mubarokah, Putri. 2017. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Hipotermi
Pasca General Anestesi di
InstalasiBedah Sentral RSUD Kota
Yogyakarta. Skripsi. Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Yogyakarta.
Morgan, G. E., & Mikhail, M. (2013).
Clinical Anesthesiology edisi-5. New
York: MC.Grow.
Nazma, Diani. 2008. Perbandingan
Tramadol 0,5 Mg/Kgbb dan 1 Mg/Kgbb
IV dalam Mencegah Menggigil dengan
Efek Samping yang Minimal Pada
Anestesi Spinal. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 63

You might also like