Geologi, Alterasi Hidrotermal Dan Mineralisasi Daerah Ciurug Dan Sekitarnya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

You might also like

You are on page 1of 14

GEOLOGI, ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI

DAERAH CIURUG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN NANGGUNG,


KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :
Mohammad Tommy Agus Binsar*, Yoga Aribowo*, Dian Agus Widiarso*
(corresponding email: tommy_geology@yahoo.com)

* Program Studi teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang


** PT. Aneka Tambang Unit Geomin Pongkor, Bogor

ABSTRAK
The existence of metallic minerals in nature is closely related to
geological conditions and hydrothermal alteration. hydrothermal alteration and
mineralization occur due to hydrothermal solutions that change the physical and
chemical properties of rocks and carrying metal elements which will be deposited
on rock porosity and permeability have. hydrothermal alteration will make a
special characteristic as an altered mineral association. Study of this alteration
zone and mineralization will help us to make a plan for metal resources
exploration. The purpose of this study was to determine the geological conditions
study area include the morphology , lithology , structural geology , hydrothermal
alteration zones , mineralization and determine the relationship between geology ,
hydrothermal alteration , and mineralization.
Methods of research is using survey and analysis methods. Survey
conducted by the method of data that collected in the field in the form of surface
geological mapping. The analysis method was analysis of petrology,
petrography, X-ray (XRD), and geological structure.
Regional geomorphology of Ciurug Area classification based on Van
Zuidam (1983) is divided into two units , namely units steep hilly volcanic
landforms and volcanic landform units is very steep mountains. Lithology of the
study area consists of older to younger andesite breccia , andesite lava, lapilli tuff
, tuff , and andesite intrusion . Geological structure of the study area has a north-
south direction . Hydrothermal alteration zones are present in the study area is
the zone of argillic ( Illit - Kaolin ) , propylitic zone ( Smectite - Chlorite ) , and
silicified zones ( Silica - Quartz ) . Mineralization in the area of research in the
form of quartz veins and disseminated pyrite and chalcopyrite mineralization as
ore deposits . Type of sediment deposition area of research is a low
sulfidation epithermal type.

Keywords : Geology , hydrothermal alteration , mineralization

1
I. PENDAHULUAN 9258500 Meter Utara (koordinat
Seiring dengan meningkatnya UTM zona 67). Termasuk dalam
jumlah penduduk maka permintaan peta rupa bumi digital bakosurtanal,
akan kebutuhan primer dan sekunder lembar 1209-131 (Cihiris), skala 1 :
akan semakin meningkat. Salah satu 25.000, dengan luas daerah
2
kebutuhan sekunder yang paling penelitian kurang lebih 25 km .
banyak diminati oleh penduduk di
dunia saat ini adalah logam mulia III. GEOLOGI REGIONAL
khususnya emas. Hal ini disebabkan Berdasarkan geologi regional
oleh keterdapatannya yang cukup menurut Van Bemmelen (1949)
langka dan dari zaman dahulu emas maka daerah penelitian termasuk
sering digunakan sebagai alat tukar kedalam Formasi Cimapag. Formasi
yang dipercaya. Emas (Au) Cimapag berumur akhir Miosen
merupakan logam mulia dan Awal, merupakan breksi atau
komoditas yang sangat berharga. konglomerat, terendapkan pada
Logam emas termasuk golongan lingkungan laut–darat. Anggota
native element, dengan sedikit Batugamping dicirikan oleh sisipan
komposisi perak, tembaga, atau besi. batugamping pada bagian bawah
Salah satu lokasi keterdapatan formasi. Anggota Batulempung
endapan emas di Indonesia adalah dicirikan oleh sisipan tipis sedimen
Lapangan Pongkor yang di kelola klastika halus tufan di bagian atas
oleh PT. Aneka Tambang tbk. Emas formasi. Menindih tidak selaras
yang dihasilkan dari Lapangan satuan batuan yang lebih tua.
Pongkor ini merupakan hasil dari
endapan epithermal sulfidasi rendah IV. TINJAUAN PUSTAKAN
serta berkembang tipe alterasi 4.1 Alterasi Hidrotermal
argilik, propilitik, dan silisifikasi. Guilbert dan Park (1986)
Emas pada daerah ini akan dijumpai mengemukakan alterasi merupakan
berasosiasi dengan mineral-mineral perubahan di dalam komposisi
pirit, kalkopirit dan sfalerit. mineralogi suatu batuan (terutama
Oleh karena itu, penulis dalam secara fisik dan kimia), khususnya
tugas akhir ini mengangkat topik diakibatkan oleh aksi dari larutan
“Geologi, Alterasi Hidrotermal dan hidrotermal. Alterasi hidrotermal
Mineralisasi Daerah Ciurug dan merupakan konversi dari gabungan
Sekitarnya, Kecamatan Nanggung, beberapa mineral.
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Interaksi antara larutan
Barat”. hidrotermal dengan batuan yang
dilewati akan menyebabkan
II. LOKASI PENELITIAN terubahnya mineral-mineral
Lokasi daerah penelitian secara penyusun batuan samping dan
administratif terletak di daerah membentuk mineral alterasi.
konsesi UBPE Pongkor PT. Aneka Terdapat beberapa faktor
Tambang, Tbk (Persero) seperti pada yang mempengaruhi perubahan yang
Gambar 1.1. Secara geografis, daerah terjadi pada batuan akibat naiknya
penelitian berada pada 0669000 - fluida hidrotermal, antara lain:
0673500 Meter Timur dan 9240000-

2
 Temperatur dan tekanan pada saat monmorilonit. Himpunan mineral
reaksi berlangsung pada tipe argilik terbentuk pada
 Sifat kimia larutan hidrotermal temperatur 100°-300°C (Pirajno,
(EH, pH) 1992; dalam Corbett dan Leach,
 Konsentrasi larutan hidrotermal 1996), fluida asam-netral, dan
 Komposisi batuan samping salinitas rendah.
 Durasi aktivitas hidrotermal 4. Argilik lanjut (advanced argilic)
 Permeabilitas Sedangkan untuk sistem
epitermal sulfidasi tinggi yaitu fluida
4.2 Zonasi Alterasi Hidrotermal kaya asam sulfat, zona advanced
Pada Sistem Epitermal argilic yang dicirikan oleh kehadiran
Menurut Corbett dan Leach himpunan mineral pirofilit-diaspor-
(1996) alterasi pada endapan andalusit-kuarsa-turmalin-enargit-
epitermal diklasifikasikan sebagai luzonit untuk temperatur tinggi yaitu
berikut: 250°-350°C, atau himpunan mineral
1. Propilitik kaolinit-alunit-kalsedon-kuarsa-pirit
Dicirikan oleh kehadiran untuk temperatur rendah yaitu
klorit disertai dengan beberapa <180°C.
mineral epidot, illit/serisit, kalsit,
albit, dan anhidrit. Terbentuk pada 5. Potasik
temperatur 200°-300°C pada pH Zona alterasi ini dicirikan
mendekati netral, dengan salinitas oleh mineral ubahan berupa biotit
beragam, umumnya pada daerah sekunder, K-Feldspar, kuarsa, serisit
yang mempunyai permeabilitas dan magnetit. Pembentukan biotit
rendah. Terdapat empat sekunder ini dapat terbentuk akibat
kecenderungan himpunan mineral reaksi antara mineral mafik terutama
yang hadir pada tipe propilitik, yaitu hornblende dengan larutan
klorit-kalsit-kaolinit, klorit-kalsit- hidrotermal yang kemudian
talk, klorit-epidot-kalsit, klorit- menghasilkan biotit, feldspar
epidot. maupun piroksen. Selain itu tipe
2. Propilitik dalam (inner propilitik) alterasi ini dicirikan oleh
Zona alterasi pada sistem melimpahnya himpunan muskovit-
epitermal sulfidasi rendah yaitu biotit-alkali felspar-magnetit.
fluida kaya klorida, pH mendekati Anhidrit sering hadir sebagai asesori
netral umumnya menunjukkan zona serta sejumlah kecil albit, dan titanit
alterasi seperti pada sistem porfir. (sphene) atau rutil kadang terbentuk.
Zona propilitik dalam untuk zona Alterasi potasik terbentuk pada
pada bagian yang bertemperatur daerah yang dekat batuan beku
tinggi yaitu >300°C dicirikan oleh intrusif yang terkait, fluida yang
kehadiran epidot, aktinolit, klorit, panas lebih dari 300°C, salinitas
dan ilit. tinggi, dan dengan karakter
3. Argilik magmatik yang kuat. Selain biotisasi
Pada tipe argilik terdapat tersebut mineral klorit muncul
dua kemungkinan himpunan mineral, sebagai penciri zona ubahan potasik
yaitu muskovit-kaolinit- ini. Klorit merupakan mineral
monmorilonit dan muskovit-klorit- ubahan dari mineral mafik terutama

3
piroksen, hornblende maupun biotit, sedangkan pada kondisi yang kaya
hal ini dapat dilihat bentuk awal dari akan air, zona ini dicirikan oleh
mineral piroksen terlihat jelas mineral klorit, tremolit-aktinolit dan
mineral piroksen tersebut telah kalsit dan larutan hidrothermal.
mengalami ubahan menjadi klorit. Garnet-piroksen-karbonat adalah
6. Filik kumpulan yang paling umum
Zona alterasi ini biasanya dijumpai pada batuan induk
terletak pada bagian luar dari zona karbonat. Amfibol umumnya hadir
potasik. Batas zona alterasi ini pada skarn sebagai mineral tahap
berbentuk circular yang mengelilingi akhir yang menutupi mineral-mineral
zona potasik yang berkembang pada tahap awal. Aktinolit (CaFe) dan
intrusi. Zona ini dicirikan oleh tremolit (CaMg) adalah mineral
kumpulan mineral serisit dan kuarsa amfibol yang paling umum hadir
sebagai mineral utama dengan pada skarn. Jenis piroksen yang
mineral pirit yang melimpah serta sering hadir adalah diopsid (CaMg)
sejumlah anhidrit. Mineral serisit dan hedenbergit (CaFe). Alterasi
terbentuk pada proses hidrogen skarn terbentuk pada fluida yang
metasomatis yang merupakan dasar mempunyai salinitas tinggi dengan
dari alterasi serisit yang temperatur tinggi sekitar 300°C-
menyebabkan mineral feldspar yang 700°C.
stabil menjadi rusak dan teralterasi
menjadi serisit dengan penambahan 4.3 Mineralisasi
unsur H+, menjadi mineral Mineralisasi adalah proses
phylosilikat atau kuarsa. Zona ini pergantian unsur-unsur tertentu dari
tersusun oleh himpunan mineral mineral yang ada pada batuan
kuarsa-serisit-pirit, yang umumnya dinding digantikan oleh unsur lain
tidak terdapat mineral-mineral yang berasal dari larutan sehingga
lempung atau alkali feldspar. menjadi lebih stabil. Proses ini
Namun, beberapa dijumpai sedikit berlangsung dengan cara pertukaran
anhidrit, klorit, kalsit, dan rutil. ion.
Terbentuk pada temperatur sedang-
tinggi yaitu 230°C-400°C, fluida V. METODOLOGI PENELITIAN
asam-netral, salinitas beragam, pada Metode yang digunakan
zona permeabel, dan pada batas yaitu dengan melakukan pemetaan
dengan urat. geologi pada Daerah Pongkor
7. Skarn meliputi geomorfologi, litologi,
Alterasi ini terbentuk akibat stratigrafi dan struktur geologi.
kontak antara batuan sumber dengan Penelitian ini juga menggunakan
batuan karbonat, zona ini sangat metode analisis petrografi, XRD, dan
dipengaruhi oleh komposisi batuan analisis mineragrafi, untuk
yang kaya akan mineral karbonat. mengidentifikasi mineral ubahan dan
Pada kondisi yang kurang akan air, mineral bijih.
zona ini dicirikan oleh pembentukan
mineral garnet, klinopiroksen dan VI. PEMBAHASAN
wollastonit serta mineral magnetit 6.1 Litologi
dalam jumlah yang cukup besar,

4
Satuan litologi yang ada pada secara megaskopis Satuan Lava
daerah penelitian secara umum Andesit ini memiliki kenampakan
adalah batuan vulkanik, dimana pada berwarna hitam. Batuan ini memiliki
daerah penelitian dapat dibagi tekstur yang kompak dan keras.
menjadi 5 satuan batuan. Urutan Satuan batuan ini memeperlihatkan
satuan batuan dari tua ke muda yaitu struktur primer batuan berupa
Satuan Breksi Andesit, Satuan Lava sheeting joint (kekar berlembar)
Andesit, Satuan Tuf Lapili, Satuan yang mengindikasikan bahwa batuan
Tuf, dan Satuan Intrusi Andesit. ini membeku dengan cepat pada suhu
Penentuan umur satuan batuan di yang rendah dan dekat dengan
daerah penelitian menggunakan permukaan.
kesebandingan, mengacu pada Satuan tuf lapili memiliki
Sujatmiko dan Santoso (1993; dalam cakupan luas ±60% dari daerah
Hendriawan, 2012) maka kelima penelitian, penyebarannya terutama
satuan batuan tersebut terbentuk pada sepanjang hulu Sungai Cisarua,
pada umur Miosen. Cikaniki, Cisuren dan Ciparay.
Satuan breksi andesit Umumnya menempati sebagian
memiliki cakupan luas ±10% dari perbukitan dengan elevasi tinggi
daerah penelitian, penyebarannya pada satuan bentuklahan sangat
terutama pada sepanjang hilir Sungai terjal. Pada pengamatan secara
Cisarua. Umumnya menempati megaskopis Satuan Tuf Lapili ini
sebagian perbukitan dengan elevasi memiliki kenampakan berwarna abu-
rendah pada satuan bentuklahan abu gelap, abu-abu kehijauan, abu-
berbukit bergelombang. Pada abu kekuningan dan abu-abu
pengamatan secara megaskopis keputihan. Batuan ini tersusun dari
breksi andesit ini memiliki matriks berukuran ash (<2mm) dan
kenampakan berupa warna abu-abu fragmen berukuran lapili (2-64mm).
gelap, fragmen berukuran >64 mm, Bentuk butir menyudut tanggung
tersusun atas matriks tuf dan fragmen (subangular) hingga membulat
andesit, komponen penyusun utama tanggung (subrounded), sortasi
terdiri dari andesit, bentuk butir buruk dan kemas terbuka.
menyudut tanggung (subangular) Satuan tuf memiliki cakupan
hingga membulat tanggung luas ±10% dari daerah penelitian,
(subrounded), sortasi buruk dan penyebarannya terutama pada
kemas terbuka. Satuan ini mengalami sepanjang hilir Sungai Cikaniki,
alterasi (altered). Ciparay, dan sebagian Desa
Satuan lava andesit memiliki Malasari. Umumnya menempati
cakupan luas ±10% dari daerah sebagian perbukitan dengan elevasi
penelitian, penyebarannya terutama rendah pada daerah penelitian. Pada
di beberapa titik hulu Sungai pengamatan secara megaskopis
Cikaniki, dan Cisarua. Pelamparan Satuan Tuf ini memiliki kenampakan
satuan batuan ini adalah secara berupa warna abu-abu keputihan.
vertikal (searah dengan dip). Batuan ini tersusun dari material
Umumnya menempati sebagian berukutran ash (<2mm). Bentuk butir
daerah dengan elevasi tinggi pada secara umum adalah membundar
daerah penelitian. Pada pengamatan

5
(rounded), sortasi baik dan kemas mengalami alterasi argilik pada STA
tertutup. 91 mempunyai komposisi mineral-
Satuan Intrusi Andesit mineral berupa kuarsa, arsenopyrite,
menempati cakupan luas ±10% dari illite, pyrite, seperti pada Gambar 8.
daerah penelitian. Satuan batuan ini Berdasarkan temperatur
terdapat pada bagian tengah pada pembentukan mineral menurut White
daerah penelitian. Satuan batuan ini dan Heddenquist (1995) maka zona
termasuk ke dalam bentuklahan alterasi argilik terbentuk pada suhu
perbukitan sangat terjal pada daerah 110-200˚C dan pH fluida berkisar 3
penelitian. Pada pengamatan secara – 5 yakni dari asam kemudian
megaskopis batuan ini memiliki mendekati netral.
kenampakan berupa warna abu-abu b) Zona Alterasi Klorit-Smektit
gelap, komponen penyusun utama (Alterasi Propilitik)
terdiri dari kristal-kristal mineral. Zona alterasi klorit-smektit
Satuan ini mengalami alterasi (alterasi propilitik) mempunyai
(altered) karena dijumpai mineral cakupan luas sekitar 10% dari lokasi
ubahan pada batuan ini. Batuan ini penelitian. Zona alterasi ini terdapat
muncul sebagai kekar kolom dengan pada satuan litologi tuf lapili.
bentuknya yang menyerupai balok. Pengamatan alterasi propilitik secara
megaskopis di lapangan
6.2 Alterasi memperlihatkan warna batuan abu-
Alterasi pada daerah abu kehijauan, dengan komposisi
penelitian terbagi menjadi 3 zona, penyusun relatif lunak. Warna hijau
yaitu : pada alterasi ini umumnya
- Zona alterasi kaolin-illit (alterasi diperlihatkan oleh kehadiran mineral
argilik) klorit.
- Zona alterasi klorit-smektit (alterasi Berdasarkan analisis XRD
propilitik) (X-ray diffractoion) batuan yang
- Zona silisifikasi yang mengalami alterasi propilitik
a) Zona Alterasi Kaolin-Ilit pada STA 133 mempunyai
(Alterasi Argilik) komposisi mineral-mineral berupa
Zona alterasi kaolin-Ilit kuarsa, smektit dan klorit seperti
(alterasi argilik) mempunyai cakupan pada Gambar 9.
luas sekitar 30% dari lokasi Berdasarkan temperatur
penelitian. Zona alterasi ini terdapat pembentukan mineral menurut White
pada satuan litologi tuf lapili dan tuf. dan Heddenquist (1995) maka
Pada zona argilik ini dijumpai mineral-mineral yang ada pada
adanya mineralisasi berupa alterasi propilitik adalah terbentuk
disseminated pyrite dan mineral pada suhu 140-220 dan pH fluida
oksida berupa hematite. Adanya berkisar 5 – 7 yakni dari intermediet
mineral-mineral oksida ini asam kemudian mendekati netral.
menunjukkan bahwa pada daerah c) Zona Silisifikasi
penelitian proses oksidasi Zona alterasi silisifikasi
berlangsung cukup intensif. mempunyai cakupan luas sekitar
Berdasarkan analisis XRD 10% dari lokasi penelitian. Zona
(X-ray diffractoion) batuan yang alterasi ini terdapat pada satuan

6
litologi tuf lapili. Pengamatan oleh proses pergantian mineral-
alterasi silisifikasi secara megaskopis mineral lama oleh mineral baru
di lapangan memperlihatkan warna dibawah pengaruh larutan
batuan cerah, dengan komposisi hidrotermal. Larutan hidrotermal
penyusun keras. warna cerah dan adalah suatu cairan atau fluida yang
batuan yang mempunyai tingkat panas dan berasal dari kulit bumi
kekerasan yang tinggi diakibatkan yang kemudian bergerak naik ke atas
oleh adanya penambahan silika pada dengan membawa komponen-
batuan. komponen mineral logam, fluida ini
Berdasarkan analisis XRD merupakan larutan sisa yang
(X-ray diffractoion) batuan yang dihasilkan pada proses pembekuan
yang mengalami alterasi silisifikasi magma (Bateman, 1981; dalam
pada STA 37 mempunyai komposisi Aswinda, 2011).
mineral-mineral berupa kuarsa, dan Secara umum, proses
anorthite seperti pada Gambar 7. mineralisasi tidak hanya dipengaruhi
Berdasarkan temperatur oleh adanya fluida hidrotermal yang
pembentukan mineral menurut White berfungsi sebagai larutan pembawa
dan Heddenquist (1995) maka mineral, tetapi juga dipengaruhi oleh
mineral-mineral yang ada pada adanya permeabilitas atau zona
alterasi propilitik adalah terbentuk lemah yang berfungsi sebagai
pada suhu 110-200˚C dan pH fluida saluran untuk lewat fluida
berkisar 3 – 4 yakni lebih cenderung hidrotermal dan sebagai ruang untuk
bersifat asam. pengendapan larutan hidrotermal.
Adanya permeabilitas atau zona
6.3 Mineralisasi lemah yang terbentuk dipengaruhi
Pada sistem epitermal oleh adanya struktur geologi yang
sulfidasi rendah Pongkor, mengontrol daerah tersebut.
mineralisasi yang terdapat berupa Berdasarkan hal tersebut
urat kuarsa dan disseminated mineral dimungkinkan mineralisasi di daerah
bijih. Mineralisasi bijih pada daerah penetelitian terkait dengan struktur
penelitian menunjukkan adanya pola sesar dan kekar yang telah terbentuk.
sebaran disseminate. Pada Struktur kekar dan sesar berperan
pengamatan megaskopis dapat sebagai ruang bagi larutan
diamati hadirnya mineral bijih hidrothermal untuk mengendapan
sulfida berupa disseminated pyrite. mineral, sehingga urat – urat kuarsa
Pada pengamatan mikroskopis (veinlets) yang ada akan mengikuti
dengan analisis mineragrafi dapat pola struktur sesar dan kekar.
diamati adanya mineral pyrite (FeS2) Proses alterasi hidrothermal
dan sphalerite. dimulai dengan naiknya larutan asam
sulfat yang melewati atau menerobos
6.4 Korelasi Antara Kondisi satuan batuan yang telah terbentuk.
Geologi, Alterasi hidrothermal, Setelah itu, karena bergeraknya
dan Mineralisasi Daerah larutan hydrothermal secara lateral
Ciurug dan Sekitarnya mengakibatkan adanya interaksi
Endapan hidrotermal antara larutan dengan batuan
merupakan endapan yang dihasilkan samping menghasilkan alterasi

7
propilitik dengan mineral ubahan 2. Zona alterasi hidrothermal yang
penciri beruapa klorit. Keterdapatan berkembang di Daerah Ciurug dan
mineral ubahan ini masih Sekitarnya adalah adalah zona
diinterpretasi bahwa zona ini masih Kaolinit-Illit (Argilik), zona
berada dekat dengan sumber panas. Klorit-Smektit (Propilitik), dan
Setelah Zona Alterasi Propilitik Silika (Silisifikasi).
terbentuk, terjadi proses 3. Mineralisasi yang terbentuk di
bercampurnya larutan hidrotermal di Daerah Ciurug dan Sekitarnya
dalam zona rekahan yang terbentuk yaitu disseminated dan stockwork
oleh sesar. Larutan hidrotermal yang berupa pirit dan sfalerit. Tipe
masih kaya akan larutan asam sulfat endapan daerah penelitian yakni
masih mempengaruhi batuan tipe epitermal sulfidasi rendah.
samping yang dilaluinya dan 4. Korelasi antara kondisi geologi
mempengaruhi ubahan batuan yang dengan alterasi dan mineralisasi
dilaluinya dengan kehadiran mineral Daerah Ciurug dan Sekitarnya
silika dominan, dalam hal ini yaitu yakni struktur geologi berperan
kuarsa. Kehadiran mineral silika ini sebagai jalur fluida hidrotermal
menandakan bahwa zonasi ini masih bergerak sehingga menyebabkan
relatif dekat dengan sumber panas batuan samping yang dilalui
dan sumber fluida hidrotermal mengalami ubahan dalam sifat
pembawa larutan asam sulfat fisik dan kimiawinya (alterasi)
tersebut. Selanjutnya, semakin ke dan fluida hidrotermal tersebut
permukaan pengaruh air metorik membawa unsur mineral-mineral
semakin banyak sehingga logam yang terendapkan di batuan
membentuk mineral-mineral yang yang memiliki porositas dan
bersuhu rendah, yaitu menghasilkan permeabilitas yang baik
mineral lempung. Zona alterasi yang (mineralisasi).
terbentuk yaitu zona alterasi argilik
dengan mineral ubahan pencirinya VIII. UCAPAN TERIMA KASIH
illit-kaolin. Terima kasih saya sampaikan
Larutan hidrothermal yang kepada PT. Antam tbk. yang telah
mengenai batuan yang memiliki memberikan ijin penelitian, para
porositas dan permeabilitas yang Geologist PT. Antam tbk yang telah
baik juga membawa serta memberikan banyak ilmu baru, Pak
mengendapkan unsur mineral- Yoga Aribowo dan Pak Dian Agus
mineral (mineralisasi) logam seperti widiarso selaku pembimbing saya di
emas, kalkopirit, dan pirit. kampus yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam penulisan
VII. KESIMPULAN hasil penelitian ini, dan kepada
1. Stratigrafi daerah penelitian dari seluruh pihak yang telah mendukung
tua sampai muda terdiri dari saya selama melaksanakan penelitian
Satuan Breksi Andesit, Satuan hingga selesai.
Lava Andesit, Satuan Tuf Lapili,
Satuan Tuf, dan Satuan Intrusi DAFTAR PUSTAKA
Andesit. Antam Unit Geomin., 2011. Laporan
Bulanan Blok Ciurug.

8
Antam: Pongkor. (tidak
dipublikasikan)
Aswinda, Yashinta, 2011. Geologi,
mineralisasi, dan
perhitungan cadangan vein
timur tengah ciurug, Daerah
ciurug dan sekitarnya,
Kecamatan nanggung,
Kabupaten bogor, provinsi
jawa barat. Tugas Akhir
Sarjana pada Teknik Geologi
UPN Yogyakarta. (tidak
dipublikasikan).
Lowell, J.D. dan Guilbert, J.M. 1970.
Lateral and vertical
alteration mineralization
zoning in porphyry ore
deposits: Economic Geology,
volume ke-65.
Pirajno, Franco. 1992. Hydrothermal
Processes and Mineral
System. Springer: Australia
Van Bemmelen, R.W. 1949.Geology
of Indonesia, Volume IA.
The Hague Martinus Nijhoff,
Nedherland, 732 h.
White, N.C., Hedenquist, W. 1995.
Epithermal Gold Deposits:
Styles, Characteristics And
Exploration. SEG Newsletter
No. 23, pp. 1, 9-13

9
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Pembagian Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949; dalam Aswinda, 2011)
daerah penelitian berada dalam kotak merah.

Gambar 2. Stabilitas suhu dari mineral alterasi hidrothermal pada endapan epithermal
(Henley dkk., 1983; dalam White dkk., 1995)

10
Gambar 3. Peta geologi daerah penelitian

11
Gambar 4. Profil Geologi

Gambar 5. Foto lapangan. a) Fragmen breksi andesit, b) Lava andesit, c) Tuf lapili, d) Tuf,
e) Intrusi Andesit

12
Gambar 6. Peta alterasi

13
Gambar 7. Hasil XRD STA 35

Gambar 8. Hasil XRD STA 91

Gambar 9. Hasil XRD STA 133

14

You might also like