You are on page 1of 9

ARTIKEL

KAJIAN EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT INFEKSI SALURAN PENCERNAAN
YANG DISEBABKAN OLEH AMUBA DI INDONESIA
Anorital, * Lelly Andayasari**

EPIDEMIOLOGICAL STUDY OF INTENSIAL INFECTION CAUSED BY AMOEBA IN INDONESIA

Abstract
The intestinal infection caused by amoeba is one of the three diarrhea causes appears to be a public
health problem with high incidenee in the community. Amebiasis is caused by Entamoeba histolytica,
can be difJeren tia ted from non pathogen Entamoeba hartmanni and Entamoeba coli. Morphologically of
Entamoeba histolytica and Entamoeba dispar are very similar. However, based on the diagnosis
utilizing molecular examination technique, in fact, the main cause of amebiasis is Entamoeba dispar.
Amoeba dysentry can be found arround the world, having cosmopolite characteristic with incidences
varying between 3-1O%. In the developed countries with relatively better hygiene and sanitation,
amoebiasis incidenee is between 2-11%. In Indonesia, the amoebiasis incidenee is 'quite high, in the
range of 10-18%. Whereas the mortality caused by amoebiasis is high enough between 1.909.1%,
second rank after malaria. Several kinds of amoeba dysentri medicines were used, but Metronidazole is
proven as the efJective drug of choice for Entamoeba histolytica, both the cyste and trophozoite forms
with minor side efJect to the patients. Good personal hygiene and environmental sanitation practices
are the major factors of this disease prevention. The main principle to prevent the spreading of
amoebiasis infection is to cut the link of infection sources to human beings. Personal hygiene is focused
on the management of individual behaviour, meanwhile environmental sanitation prevention focus lies
on the better environmental management to cut the link of disease cycle.

Keywords: amoeba, amebiasis, epidemiologi.

Pendahuluan dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.':


2. Penyebab diare yang terpenting dan ters ering

P
enyakit infeksi saluran pencernaan dapat
adalah Shigella, khusus-nya S. flexneri dan S.
disebabkan oleh virus, bakteri dan
dysenteriae. Entamoeba histolytica (E.
protozoa. Infeksi yang disebabkan oleh
histolytica) merupakan penyebab disentri pada
bakteri dikenal sebagai disentri basiler yang
anak yang usianya di atas lima tahun dan jarang
disebabkan oleh bakteri shigella, sedangkan
ditemukan pada balita. 1, 3 Disentri amuba adalah
infeksi yang disebab-kan oleh protozoa dikenal
penyakit infeksi saluran pencernaan akibat
sebagai disentri amuba. Adapun yang dimaksud
tertelannya kista E. histolytica yang me-rupakan
dengan penyakit infeksi saluran pencernaan yang
mikroorganisme an-aerob bersel tunggal dan
dapat menyebabkan diare adalah buang air besar
bersifat pathogen.'
dengan tinja yang berbentuk cair atau lunak

* Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan


** Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011


Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ) William Osler melaporkan untuk pertama kali
tahun 2007 menunjukkan prevalens nasional diare adanya kasus amebiasis di Amerika Utara pada
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan tinja seorang pasien. Pada tahun 1893 Quiche dan
keluhan responden) adalah 9%. Ada 14 provinsi Roos menemukan E. histolytica bentuk kista,
yang prevalensinya di atas prevalens nasional, selanjutnya pada tahun 1903 oleh Schaudinn
tertinggi adalah Provinsi Nanggroe Aceh species tersebut diberi nama E. histolytica yang
Darussalam (18,9%) dan terendah adalah Provinsi dapat dibedakan dengan Entamoeba coli (E. coli).
Daerah Istimewa Yogyakarta (4,2%). Distribusi Dari hasil eksperimen Walker dan Sellards di
berdasarkan kelompok umur, prevalens diare Filipina pada tahun 1913, diketahui bahwa E.
tertinggi terdapat pada Balita sebesar 16,7%. histolytica merupakan parasit komensal yang ada
Prevalens diare 13% lebih banyak terdapat di di dalam usus besar. Dobell pada tahun 1925
daerah perdesaan dibandingkan dengan daerah menemukan siklus hidup E. histolytica. 6,7
perkotaan. Dalam hal mortalitas, penyebab Imperato (1981) melakukan penelitian mendalam
kematian karena diare dengan proporsi kematian terhadap E. histolytica dan dapat membedakannya
untuk seluruh kelompok umur sebesar 3,5%, dari E. coli, dalam hal morfologi dan
. 6
berada dalam urutan 13 dari 22 penyebab patogenesisnya,
kematian baik penyakit menular atau pun penyakit Tujuan penulisan ini adalah tersedianya
tidak menular. Jika dikelompokkan berdasarkan informasi tentang masalah disentri amuba ber-
kelompok penyakit menular maka proporsi dasarkan kajian epidemiologi. Diharapkan tulisan
kematian karena diare adalah sebesar 13,2% yang ini dapat dijadikan salah satu bahan referensi bagi
berada pada urutan ke 4 dari 10 penyebab para pemangku kebijakan yang terkait dengan
kematian. Penyebab kematian karena diare pengendalian penyakit diare.
tertinggi pada kelompok usia 29 hari - 11 bulan
(31,4%) dan usia 1-4 tahun (25,2%).4 Selama
Metodologi
tahun 2008 dilaporkan telah terjadi KLB diare
pada 15 provinsi dengan jumlah penderita Tulisan ini dapat tersusun berdasarkan studi
sebanyak 8.443 orang, meninggal 209 orang kepustakaan dan bro ws ing internet. Bahan atau
(Case Fatality Rate/CFR = 2,48%).5 Dari data- artikel yang dicari melalui studi kepustakaan
data tersebut di atas; tampak bahwa diare, baik dapat berupa:
yang disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa; 1. Artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat ilmiah populer yang ditulis dalam majalah!
utama yang perlu penanganan dan kajian dari jurnal ilmiah atau ilmiah populer.
berbagai aspek. Penyebab kesakitan dan kematian 2. Laporan hasil penelitian dan survei.
akibat diare di lndonesia tidak dapat diketahui
3. Buku teks yang terkait dengan disentri amoeba
secara spesifik apakah disebabkan oleh virus,
(epidemiologi dan pengobatannya).
bakteri atau protozoa. Hal ini dikarenakan,
sebagian besar diagnosis yang dilakukan oleh Bahan yang diperoleh melalui browsing
tenaga medis tidak berbasiskan hasil pemeriksaan internet diupayakan untuk memperoleh naskah
laboratorium tetapi hanya berdasarkan diagnosis lengkapnya. Umumnya bahan yang diperoleh dari
klinis. Diketahuinya dengan pasti prevalens hasil browsing internet berbentuk abstrak
penyebab diare oleh protozoa adalah dari hasil penelitian atau ringkasan artikel. Jika naskah
penelitian atau hasil pemeriksaan laboratorium lengkap tidak diperoleh, bahan tersebut tidak
para penderita rawat inap di rumah sakit. dijadikan bahan referensi (rujukan) namun tetap
dijadikan sebagai salah satu bahan pustaka. Bahan
Sebagai salah satu penyebab diare, E.
atau artikel yang diperoleh dari hasil studi
histolytica pertama kali ditemukan oleh Losch
kepustakaan dan bro ws ing internet dilakukan
pada tahun 1875 dari tinja seorang penderita diare
kajian melalui metode meta analisis. Meta analisis
di Leningrad, Rusia. Pada saat otopsi, Losch
merupakan suatu metode penggabungan berbagai
menemukan E. histolytica bentuk trofozoit dalam
hasil studi sejenis yang diperoleh dari berbagai
usus besar, namun Losch tidak mengetahui
artikel atau publikasi ilmiah. Dari kajian ini akan
hubungan kausal antara parasit ini dengan
diperoleh suatu paduan data dan informasi.
kelainan ulkus usus tersebut. 6,7,8 Tahun 1890, Sir

2 Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011


Hasil dan Pembahasan besar. Di dalam dinding usus besar tersebut
Hasil dan pembahasan yang disajikan trofozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru,
dalam tulisan ini dipilah berdasarkan morfologi otak dan organ lain. Hati merupakan organ yang
dan siklus hidup serta gejala klinik dari amuba, kerap diserang selain usus, sehingga menyebab-
aspek epidemiologi (distribusi penyakit), peng- kan kerusakan hati dikarenakan trofozoit me-
obatan dan pencegahan. makan sel parenkhim hati. Trofozoit dalam
saluran pencernaan akan melakukan pemadatan
dan berubah bentuk menjadi pra-kista yang
Morfologi dan Siklus Hidup berbentuk bulat.
E. histolytica dapat dibedakan dengan Berikut gambar siklus hidup Entamoeba
Entamoeba hartmanni (E. hartmanni) dan E. coli histolytica:
yang non-patogen. Perbedaan antara E. histolytica
dengan E. hartmanni dan E. coli adalah pada Manusia 10-
ukuran kistanya. Kista E. histolytica lebih kecil (usus besar)
dibandingkan dengan kista E. coli, tapi lebih besar
dibandingkan dengan kista E. hartmanni. 9 Selain
Menelan kista Trofozoit
itu, secara morfologis antara E. histolytica dan (manusia D , kista
Entamoeba dispar (E. dispar) temyata sama, manusia) (dalam
namun dengan pemeriksaan teknik molekuler (usus besar) tinja)
terlihat perbedaannya pada aspek imunologis dan
pola iso-enzimnya.l" II, 12 Kista E. dispar hidup Menembus usus
Makanan/minu besar (melalui
secara komensal pada usus besar manusia sehat
man aliran darah,
tanpa menimbulkan gejala (termasuk pada terkontaminasi
~ trofozoit ke:)
penderita HIV /AIDS) sedangkan E. histolytica kista
bersifat patogen." Dari aspek banyaknya orang
yang terinfeksi, diperkirakan sekitar 500 juta Hati, Paru-paru,
orang terinfeksi E. dispar jika diagnostik
didasarkan atas teknik pemeriksaan molekuler. 13
Otak, Perikardium,
dan Jaringan
-
lainnya.
Dalam pH asam, kista E. histolytica tidak
berkembang, namun jika dalam suasana pH basa
kista aktif berkembang menjadi 4 stadium Sumber: Diagnostik Parasitologi Kedokteran oleh Lynne S
Garcia & David A. Bruckner. "Alih Bahasa: Robby
trofozoit metakistik dan kemudian berkembang Makimian.
lebih lanjut menjadi trofozoit di dalam usus besar.
Infeksi oleh protozoa ada dalam 2 bentuk yaitu
bentuk kista yang infektif dan bentuk lain yang Bentuk kista bersifat non-patogen tetapi
lebih rapuh, berupa trofozoit yang patogen. dapat berubah menjadi infektif bagi manusia.
Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing
Dalam siklus hidupnya E. histolytica
dapat juga terinfeksi. Kista dihasilkan jika kondisi
memiliki stadium yang berbentuk trofozoit-
sekitamya tidak memungkinkan untuk kehidupan
prakista-kista-metakista. Trofozoit berukuran
trofozoit. Inti kista dapat membelah menjadi
diameter 10-60 um, ditemukan di bagian bawah
empat dengan ukuran berkisar 10-20 um,
usus halus, namun lebih sering berada di kolon
kondisi ini terjadi jika bentuk kista menjadi
dan rektum yang melekat pada bagian mukosa.
matang (metakistaj.v'" Kista dikeluarkan bersama
Trofozoit yang ditemukan pada tinja encer
tinja. Selama dalam saluran pencernaan, dalam
penderita disentri berukuran lebih besar
suasana asam tidak terjadi perkembangan, namun
dibandingkan dengan trofozoit yang ditemukan
dalam pH basa atau netral, kista menjadi aktif,
pada tinja padat penderita yang asimptomatik.
berkembang menjadi 4 stadium trofozoit
Bagi penderita disentri, dalam sitoplasma yang
metakistik dan selanjutnya menjadi trofozoit di
ada pada stadium trofozoit dapat terlihat sel darah
dalam usus besar. 10 Adanya dinding kista,
merah, sehingga hal ini menjadikan suatu
menyebabkan bentuk kista dapat bertahan
gambaran khas dalam mendiagnosis E.
hiisto I·'ytica. 6IO terhadap adanya pengaruh lingkungan yang buruk
' D'dl1 a am usus trofozoit membelah
yang berada di luar tubuh manusia. Stadium kista
diri secara a-sexual, masuk ke dalam mukosa usus
sangat tahan terhadap kondisi lingkungan yang

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011 3


buruk dan tetap bertahan di tanah selama 8 hari dengan penderita disentri basiler." Penderita
pada suhu 28--34°C, 40 hari pada suhu 2--6°C, amebiasis akut yang tidak diobati akan sembuh
dan 60 hari pada suhu O° C.6,9 Kista sangat tahan dengan sendirinya. Kondisi seperti inilah yang
terhadap bahan kimia tertentu namun dapat menyebabkan seseorang menjadi penderita
dihancurkan dalam asam asetat 5-10% dan amebiasis kronik Penderita amebiasis kronik
iodine 200 ppm. Sedangkan dalam air dapat umumnya menderita kejadian diare bercak
bertahan sampai 1 bulan dan dalam tinja kering berdarah, kehilangan berat badan dan nyeri pada
sampai 12 hari. Selain itu kista dapat dihilangkan bagian abdomen yang samar-samar. Penderita
dengan filtrasi pasir atau dimatikan dengan penyakit disentri amebiasis yang tanpa gejala,
direbus, filtrasi dilakukan dengan menggunakan tanpa disadari merupakan sumber infeksi yang
tanah yang mengandung diatomaceaus. 6,7,10 penting sebagai carrier. Carrier dapat
Dalam keadaan an-aerob, E. histolytica mengeluarkan berjuta-juta kista dalam satu
tumbuh optimal dan memperbanyak diri. Jika hari.9,14 Carrier pada penjamah makanan yang
menginvasi dinding usus, trofozoit mencapai menghasilkan kista amuba merupakan sumber
ukuran yang paling besar dan sering ditemukan penyebar infeksi yang penting ke manusia
adanya sel darah merah. Trofozoit mampu lainnya.
menghancurkan sel darah merah ketika terjadi Infeksi amuba dari E. histolytica ekstra-
kontak Galur yang patogen biasanya menelan intestinal yang paling sering ditemukan adalah di
jumlah sel darah merah lebih banyak dan hati. Penyebarannya terjadi melalui aliran darah,
mempunyai gambaran elektroforetik isoenzim trofozoit masuk ke aliran darah dan sampai di hati
berbeda dari strain yang non-patogen 9. Pra-kista sehingga mengakibatkan abses, atau dapat juga
akan terbentuk ketika keadaan metabolik menjadi ditemukan, meski jarang, yaitu di paru-paru atau
tidak cocok sehingga dimulai lagi awal dari siklus di otak." 10, 15 Diagnosis amebiasis ekstraintestinal
hidup. sulit untuk ditegakkan, tinja yang diperiksa sering
negatif terhadap adanya trofozoit dan kista. Pada
pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan
Gejala Klinik
adalah kondisi abdomen yang lunak pada kuadran
Gejala klinik amebiasis bergantung pada atas kanan, diagnosis yang pasti adalah dengan
lokalisasi dan beratnya infeksi. Pada sebagian melakukan aspirasi jarum rongga abses yang akan
besar orang yang terinfeksi, E. histolytica hidup menemukan bahan berwarna coklat atau merah
sebagai organisme komensal di dalam usus besar coklat. 9 Amoebiasis ekstraintestinal dapat juga
dan tidak menimbulkan gejala. Bentuk klinis yang dijumpai di penis, vulva, perineum, kulit dekat
dikenal ada dua, yaitu amebiasis intestinal (akut hati, kulit dekat kolon atau di tempat lain yang
dan kronis) dan amebiasis ekstra intestinal." berupa ulkus dengan bagian tepi yang tegas, sakit
Amebasis intestinal akut gejalanya dan mudah berdarah. Jika ditemukan di otak
berlangsung kurang dari satu bulan. Pada biasanya menunjukkan berbagai tanda dan gejala
penderita amebiasis intestinal akut, gejala mulai- seperti abses atau tumor otak, hanya hal ini baru
nya infeksi terjadi secara perlahan, nyeri pada dapat terdiagnosis pada saat otopsi otak 13
bagian abdomen paling bawah dan paling sering
pada kuadran kanan bawah, rasa tidak enak pada
Distribusi Penyakit
perut dan seringnya keinginan untuk buang air
besar. Tinja akan berbentuk lunak, berair, dan Disentri amuba dapat ditemukan di seluruh
berisi sejumlah darah dan lendir. Kombinasi dunia, bersifat kosmopolit dengan insiden ver-
adanya darah dalam tinja, nyeri perut dan variasi antara 3-10%, umumnya terdapat di
seringnya keinginan buang air besar merupakan wilayah tropis dan sub-tropis dengan tingkat
ciri khas terkenanya disentri amuba. Diare yang sosio-ekonomi rendah dan hygiene-sanitasi yang
terjadi disertai darah dan lendir dan dapat terjadi buruk I, 10, 16 Namun di daerah dengan iklim dingin
sampai 10 kali/hari." 10 Sekitar sepertiga penderita dan kondisi sanitasi yang buruk, tingginya angka
amebiasis intestinal akut mulai dengan diare yang kejadian penyakit setara dengan di daerah tropis.
banyak mengandung darah dan lendir disertai Insiden tertinggi disentri amuba ditemukan pada
gejala demam tinggi. Untuk itu memang perlu kelompok usia 10-25 tahun. Amebiasis jarang
pemeriksaan laboratorium guna membedakan terjadi pada usia di bawah 5 tahun dan terutama di
bawah usia 2 tahun. Pada usia di bawah 5 tahun

4 Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011


kasus disentri umumnya disebabkan oleh shigella beberapa survei yang dilakukan kepada anak
(disentri basiler). Di negara beriklim tropis sekolah menunjukkan frekuensi antara 0,2-50%.7
banyak didapatkan strain patogen dibandingkan Berdasarkan hasil pemeriksaan rutin spesimen
dengan negara maju yang beriklim sub tropis, tinja pasien yang berkunjung ke rumah sakit
kemungkinan timbulnya kejadian ini dikarenakan dengan gejala diare, diketahui 39,6% adalah
faktor diet rendah protein di samping perbedaan disentri amuba.l" Dari berbagai survei parasit
strain amuba.f 10,12 intestinal, hasil pemeriksaan tinja diketahui
Di Amerika Serikat insiden amebiasis prevalensi amebiasis antara 1-14 %. Demikian
berkisar antara 3--7%.6, 8, 17 Setiap tahunnya juga studi serologis di daerah perkotaan diperoleh
sampai tahun 1978, 3.500 kasus amebiasis angka yang positif sebesar 1,6%--34%.19 Hasil
dilaporkan ke CDC dan 2.300 kasus diantaranya studi di Jawa Tengah diketahui angka seropositif
positif. 17Di beberapa negara bagian menunjukkan E. histolytica di daerah urban bervariasi dari 4%-
prevalensi kurang dari 2%, terkecuali pada 6 34% dengan rata-rata 18%.20 Di Medan penyakit
negara bagian seperti California, Texas, Illinois, ini cenderung endemik, meski tidak menimbulkan
dan Pennsylvania (2-3%), Oklahoma dan New epidemi, namun dari catatan RS Pimgadi Medan
York City (4-9%), dan Arizona (8%).6 Insiden diperkirakan terdapat 500 kasus per tahunnya atau
amebiasis lebih tinggi umumnya ditemukan pada 3,2% menderita disentri amuba.i' Dari studi yang
imigran yang berasal dari Amerika Tengah, dilakukan di 7 desa di Kalimantan Selatan pada
Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Pada tahun tahun 1975, ditemukan 12% dari tinja penduduk
1993, dari total 2.970 kasus amebiasis yang positif E. histolytica/i Pada tahun 1988-1990,
dilaporkan ke CDC: sebanyak 33% terdapat pada telah dilakukan studi retrospektif pada penderita
imigran Hispanic dan 17% pada imigran dari Asia rawat inap di bangsal RSUD Wamena, dari 2.160
dan Pacific." Penduduk Amerika Serikat yang penderita rawat inap sebanyak 235 penderita
tinggal di wilayah tenggara dan barat daya (10,8%) menderita amebiasis.f Pada tahun 2002,
cenderung mengidap infeksi parasit usus yang pada saat musim hujan, suatu survei tinja (stool
lebih tinggi, hal ini juga terdapat pada para survey) di 6 desa pada kabupaten Hulu Sungai
penderita gangguan jiwa. 10 Para wisatawan dari Utara, Kalimantan Selatan, diperoleh 238
Amerika Serikat yang baru kembali dari daerah penduduk positif E. histolytica dari 1.520
endemis, sekitar 10% diantaranya mempunyai penduduk (15,8%); selanjutnya dilakukan lagi
risiko tertular amebiasis, infeksi amebiasis survei pada tahun 2003 di tempat yang sama, saat
ekstraintestinal di hati dilaporkan terjadi pada musim kemarau, diperoleh 53 penduduk positif E.
para wisatawan yang berkunjung dalam waktu histolytica dari 889 penduduk yang diperiksa
lebih dari 4 hari." Beberapa studi menunjukkan (5,9%).24
bahwa 33% dari para homoseksual mengidap Kematian akibat amebiasis adalah nomor
amebiasis dan menularkannya secara veneral. 6, 10, dua setelah kematian akibat malaria, diperkirakan
12Di Jepang, E. histolytica umumnya ditemukan sekitar 40-50 juta kasus amebiasis terjadi di
pada para homoseksual yaitu dari 25 penderita seluruh dunia dengan CFR berkisar antara 1.9%-
HIV sebanyak 22 orang didiagnosis positif E. 9.1 %.25 Saat ini setelah diperkenalkan metode
histolytica. 12,18Di RRC, Mesir, India dan Belanda perawatan yang lebih efektif, angka kematian
insiden penyakit berkisar antara 10-11,5%; di pada infeksi amuba ekstra intestinal pada hati
wilayah Eropa Utara antara 5-20% sedangkan berkisar antara 1-3%, namun jika terjadi
wilayah Eropa Selatan berkisar antara 20-51 %.7 komplikasi pada penderita menyebabkan angka
Di Mesir, sebanyak 38% penderita insiden diare kematian bisa meningkat dua kali lipat menjadi 2-
akut pada pasien rawat jalan di rumah sakit 7%.8 Kematian akibat amebiasis yang umum
temyata positif E. histolytica. Demikian juga di terjadi adalah akibat adanya dehidrasi berat,
Meksiko, berdasarkan studi sero-prevalens sebanyak 10 penderita (45,5%) meninggal karena
diperoleh angka sebesar lebih 8% dari populasi rehidrasi berat dari 22 penderita yang
temyata positif amebiasis tanpa gejala dan di meninggal. 23
Brazil sekitar 11%.8 Banyak faktor yang dapat meningkatkan
Di Indonesia, amebiasis intestinal banyak insidens amebiasis, antara lain keadaan kurang
dijumpai secara endemis dengan angka insidens gizi, kondisi iklim tropis, turunnya daya tahan
yang cukup tinggi berkisar antara 10-18%, pada tubuh, stress, adanya perubahan flora bakteri di

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011 5


kolon, infeksi bakteri di kolon, adanya trauma di yang berbentuk kista atau pun trofozoit.
mukosa kolon, pencandu alkohol, dan faktor Metronidazol memberikan efek samping yang
genetik. Keadaan kurang gizi, turunnya daya bersifat ringan seperti mual, muntah dan pusing.
tahan tubuh, stress dan pecandu alkohol pada Pemberian obat metronidazol pada anak-anak di
penderita amebiasis merupakan faktor-faktor RS Pimgadi Medan menunjukkan hasil yang
yang dapat memperparah penderita dan memuaskan dan tidak dijumpai efek samping
menimbulkan kematian. Di negara-negara yang yang berarti pada saat pemberian maupun saat
baru berkembang, anak-anak dengan kondisi evaluasi.i' Pengobatan dengan pemberian metro-
kurang gizi sangat mudah terserang infeksi. nidazol bersamaan dengan emetin temyata
Sering diawali dengan diare ringan dan hilangnya memberikan hasil yang lebih baik dengan tidak
nafsu makan, selanjutnya diikuti dengan ditemukannya kista/trofozoit pada pemeriksaan
melemahnya tubuh. Kondisi ini menyebabkan tinja pada 62,5% penderita. 23
berkurangnya jumlah makanan yang masuk serta Penderita amebiasis dengan abses hati yang
mengakibatkan mal-absorpsi, padahal anak ter- disertai demam yang berlanjut 72 jam sesudah
sebut sudah menderita kekurangan gizi. Lebih terapi dengan metronidazol, dapat dilakukan
kurang 15% dari semua kasus diare tersebut aspirasi non-bedah. Selain itu klorokuin dapat
terdapat pada anak kurang gizi dan sering timbul ditambahkan pada pengobatan dengan metro-
setelah anak -anak menderita campak. 26 nidazol atau dehidroemetin untuk pengobatan
abses hati yang sulit disembuhkan. Selama
Pengobatan kehamilan trisemester pertama, sebaiknya jangan
menggunakan metronidazol, namun belum ada
Sampai pertengahan abad ke 20 beberapa
bukti adanya teratogenisitas pada manusia. 10
obat untuk disentri amuba antara lain adalah
emetin hidrokhlorin, quinin, khloroquin dan
dehidroemetin. Tahun 1966, dilaporkan bahwa Pencegahan
metronidazol sangat baik untuk pengobatan Kondisi higiene perorangan dan sanitasi
amebiasis. Obat yang digunakan untuk penderita lingkungan merupakan faktor utama pencegahan
amebiasis seyogyanya punya sifat antara lain disentri amuba. Selain itu faktor perilaku dari
bekerja sebagai tissue amoebicide, diserap individu dalam menjalani pola hidup bersih dan
langsung ke dalam mukosa usus dan segera sehat merupakan hal penting dalam menghindari
membunuh amuba, serta efektif membunuh kista infeksi amebiasis intestinal. Pada prinsipnya
dan trofozoit. 21 pencegahan penyebaran infeksi amebiasis adalah
Emetin hidrokhlorin temyata efektif bila terputusnya rantai penularan dari sumber infeksi
diberikan secara parenteral karena jika diberikan (tinja) ke manusia. Ada dua aspek utama
per oral penyerapannya tidak optimal. Bagi pencegahan yaitu dari aspek higiene perorangan
penderita sakit jantung, wanita hamil dan dan sanitasi lingkungan. Higiene perorangan lebih
penderita gangguan ginjal pemberian emetin tidak terfokus dalam hal perilaku individu dalam upaya
dianjurkan mengingat toksisitasnya tinggi. memutus rantai penularan. Sedangkan sanitasi
Sebaliknya dehidroemetin relatif kurang toksik lingkungan fokus pencegahan terletak dalam hal
dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan rekayasa lingkungan dalam mengisolir sumber
per oral. 27 Emetin efektif membunuh E. histolityca infeksi.
secara langsung dalam bentuk trofozoit Pencegahan terhadap aspek higiene
dibandingkan dalam bentuk kista. Dalam urin perorangan adalah:
emetin dapat dijumpai 20-40 menit setelah
1. Mencuci tangan dengan sabun setelah keluar
penghentian pengobatan, sedangkan dehidro-
dari kamar kecil dan sebelum menjamah
emetin lebih cepat hilangnya. Baik emetin
makanan.
maupun dehidroemetin efektif untuk pengobatan
amebiasis ekstraintestinal (abses hati). 15, 27 2. Mengkonsumsi air minum yang sudah
dimasak (mendidih). Jika minum air yang
Penderita amebiasis akut dan ekstra-
tidak dimasak, dalam hal ini air minum
intestinal sebaiknya diobati dengan metronidazol.
kemasan hendaknya diperhatikan tutup botol
Metronidazol merupakan obat pilihan karena
atau gelas yang masih tertutup rapi dan
terbukti efektif membunuh E. histolytica baik
tersegel dengan baik.

6 Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011


3. Tidak memakan sayuran, ikan dan daging sumur dangkal atau dalam, penampungan air
mentah atau setengah matang. hujan).
4. Mencuci sayuran dengan bersih sebelum 3. Menghindari pemupukan tanaman dengan
dimasak. kotoran manusia dan hewan. Jika
5. Mencuci dengan bersih buah-buahan yang menggunakan pupuk kandang dan kompos,
akan dikonsumsi. pastikan bahwa kondisi pupuk kandang atau
kompos tersebut benar-benar kering.
6. Selalu menjaga kebersihan tangan dengan
mencuci tangan secara teratur dan 4. Menutup dengan baik makanan dan minuman
menggunting kuku. dari kemungkinan kontaminasi serangga
(lalat, kecoak), hewan pengerat (tikus),
7. Mencuci alat makan (piring, sendok, garpu)
hewan peliharaan (anjing, kucing) dan debu.
dan alat minum (gelas, cangkir) dengan
menggunakan sabun dan dikeringkan dengan
udara. Jika menggunakan kain lap, Kesimpulan
hendaknya menggunakan kain lap yang Dari uraian tersebut di atas, dapat diambil
bersih dan kering. kesimpulan bahwa disentri amuba merupakan
8. Mencuci dengan bersih alat makan-minum penyakit dengan insidens yang cukup tinggi di
bayi/anak-anak dan merendam dalam air Indonesia yang beriklim tropis. Penyakit ini dapat
mendidih sebelum digunakan. ditemukan dimana saja dan dapat menjangkiti
9. Bagi para pengusaha makanan (restoran, siapa saja tanpa mengenal gender, usia, dan ras.
katering) menerapkan aturan yang ketat Sebagai salah satu penyebab diare yang dapat
dalam penerimaan terhadap calon penjamah ditemukan dimana saja, penyebab disentri amuba
makanan (food handler) yang akan bekerja perlu diwaspadai mengingat dalam siklus hidup E.
dengan mensyaratkan pemeriksaan tinja histolytica bentuk kista sangat tahan terhadap
terhadap kemungkinan adanya carrier atau pengaruh lingkungan yang buruk. Pengenalan
penderita asimptomatik pada para calon gejala klinis yang tepat yaitu amebiasis intestinal
penjamah makanan. Selama para penjamah (akut dan kronis) dan amebiasis ekstra intestinal;
makanan tersebut bekerja, minimal 6 bulan dapat dengan tepat menentukan tindakan
sekali dilakukan pemeriksaan tinja. pengobatan.
10. Membuang kotoran, air kotor dan sampah Upaya pencegahan dan pengendalian
organik secara baik dengan tidak disentri amuba dapat terlaksana dengan baik jika
membuangnya secara sembarangan. masyarakat dapat menerapkan pola hidup bersih
dan sehat dengan menjalankan prinsip-prinsip
11. Segera berobat ke petugas kesehatan jika
higiene perorangan dan sanitasi lingkungan yang
frekuensi buang air meningkat, sakit pada
baik. Upaya tersebut di atas, secara efektif dapat
bagian abdomen dan kondisi tinja encer,
memutus siklus penularan penyakit. Penerapan
berlendir dan terdapat darah. Sebelum
pola hidup bersih dan sehat pada masyarakat
berobat atau minum obat, minum cairan
dapat tercapai jika pendampingan (advokasi)
elektrolit guna mencegah timbulnya
kepada masyarakat berjalan secara kontinu,
kekurangan cairan tubuh.
terarah dan terprogram dengan baik dimulai dari
institusi kesehatan terdepan (Puskesmas
Pencegahan terhadap aspek sanitasi Pembantu dan Puskesmas).
lingkungan adalah:
1. Pembuangan kotoran manusia yang me- Daftar Rujukan
menuhi syarat. Prinsip pembuangan kotoran
1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral
manusia yang memenuhi syarat adalah tinja
Pemberantasan Penyakit Menular dan
yang dibuang terisolir dengan baik sehingga
Penyehatan Lingkungan Pemukiman. 1999 .
tidak dihinggapi serangga (lalat, kecoak!
"Buku Ajar Diare". Departemen Kesehatan
lipas), tidak mengeluarkan bau, dan tidak
RI. Jakarta.
mencemari sumber air.
2. Umar Zein. "Diare Akut Infeksius Pada
2. Menggunakan air minum dari sumber air
Dewasa". http://library.usu.ac.id/down-
bersih yang sanitair (air ledeng, pompa

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011 7


loadlfklpenyakit.dalam.pdf. e-USU 15. Tjan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. "Obat-
Repository.2004. obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-
3. Eddy Soewandojo. "Amebiasis -- Buku Ajar efek Sampingnya". Edisi Kelima. Cetakan
Ilmu Penyakit Dalam". Jilid I. Edisi Ketiga. Pertama. PT Elex Media Komputindo.
Balai Penerbit FK UJ. 2002. Jakarta. Kelompok Gramedia. 2002. Jakarta.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan 16. Srisasi Gandahusada, dkk. "Parasitologi
Kesehatan. "Laporan Hasil Riskesdas Tahun Kedokteran". Fakultas Kedokteran UI. Edisi
2007". Departemen Kesehatan RI, Badan Ketiga. 2006. Jakarta.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 17. Claude 0 Burdick. "Prevalence of
2008. Jakarta. Amebiasis". The Western Journal of
5. Departemen Kesehatan RI. "Profil Kesehatan Medicine. July. 1978.
lndonesia 2008". Departemen Kesehatan RI. 18. Kobayashi, S. E. Okuzawa. T. Takeuchi. And
2009 . Jakarta. H. Tachibana. "Zymodeme Profiles and
6. Garcia, Lynne S & David A. Bruckner. Reactivity to a Monoclonal Antibody
"Diagnostik Parasitologi Kedokteran". Alih Specific for Pathogenic Entamoeba
Bahasa: Dr. Robby Makimian, MS. Penerbit histolytica of the Isolates from Serologically
Buku Kedokteran EGC. 1996. Jakarta. Positive Japanese Homosexual Men with
Invasive Amoebiasis". Japan Arch. Sex.
7. Rasmaliah. "Epidemiologi Amoebiasis dan
Transm. Dis. 3: 127-130. 1992.
Upaya Pencegahannya". FKM USu.
http://library. usu. ac.idi down- 19. Sri Oemijati. "The Current Situation of
loadlfklpenyakit.dalam.pdf. e-USU Parasitic Infections in lndonesia". Buletin
Repository. 2003. Penelitian Kesehatan. h. 12-21. Vol. 17 No.
2. 1989. Badan Litbang Kesehatan. Jakarta.
8. Lacasse, Alexandre. "Amebiasis". Medscape
CME. 2009. University of Tennessee, 20. Harijani A. Marwoto, Ellen M. Andersen,
Memphis. Purnomo and Narain Punjabi. "20 Years of
Progress In Intestinal Parasitic Diseases
9. Boris Reisberg. "Infeksi Parasit Intestinal
Research". Buletin Penelitian Kesehatan. h.
yang Lazim". Dalam "Dasar Biologis Klinis
43-46. Vol. 18 No. 3 & 4. 1990. Badan
Penyakit Infeksi" oleh Stanford T. Shulman
Litbang Kesehatan. Jakarta.
dkk. Alih Bahasa: Samik Wahab. Gadjah
Mada University Press. Cetakan Pertama. 21. Chairuddin P. Lubis. "Penggunaan Obat Anti
1994. Yogyakarta. Amuba: Pengalaman di Bangsal Anak RS
Pirngadi Medan".
10. James Chin. "Manual Pemberantasan
http://library.usu.ac.idldown-loadlfklanak-
Penyakit Menular". Editor Penterjemah: I
chairuddin 17.pdf. e-USU Repository. 2004.
Nyoman Kandun. Infomedika. Edisi 17.
Cetakan 11.2006. Jakarta. 22. Cross, JH. Clarks MD. Irving GS. Taylor J.
Partono F. Joesoef A Handojo. o emij ati.
11. Fotedar R, Stark D, Beebe N, et
"Parasitology Survey and Seroepidemiology
al. "Laboratory Diagnostic Techniques for
of Amebiasis In South Kalirnanatan
Entamoeba Species". Clinical Micro-
(Borneo), lndonesia". The South East Asian
biological Review. Ju12007;20(3):511-32.
Journal of Tropical Medicine and Public
12. Mehmet Tanyuksel, Hiroshi T achib ana, dan Health. Vol. 6 No. 1 March 1975. pp. 54-
William A. Petri Jr. "Amebiasis an Emerging 55.
Disease". Dalam Emerging Infections, W.
23. Agnes Praptiwi dan Siwi Murniati.
Michael Scheld et al. ASM Press. 2001.
"Amebiasis pada penderita Rawat Inap
Washington De.
RSUD Wamena dalam Tahun 1988-1990".
13. Fotedar R, Stark D, Beebe N, et Majalah Medika. No. 11 Tahun XXI,
al. "Laboratory Diagnostic Techniques for November 1995. h. 863-867.
Entamoeba species. Clinical Microbiology
24. Anorital, dkk. "Laporan Survei Tinja (Stool
Review. Ju12007. 20(3):511-32.
Survey) Pada 6 Desa Daerah Rawa Pasang
14. http://silvazoldickI23.blogspot.com/2009/06/ Surut di Kabupaten Hulu Sungai Utara,
disentri-dan-amoeba -hystolityca.html.

8 Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011


Kalimantan Selatan, Tahun 2002 dan 2003". 26. David Morley. "Prioritas Pediatri di Negara
Puslitbang Pemberantasan Penyakit. Jakarta. Sedang Berkembang". Alih bahasa: Samhari
2004. Baswedan dan Bambang Sutedjo. Yayasan
25. Aristizabal H, Acevedo J, Botero Esentia Medica. Yogyakarta. 1979.
M. "Fulminant Amebic Colitis". World 27. Theodorus. "Kemoterapi Parasit". Dalam:
Journal Surgical. March-Apr 1991;15(2):216- Catatan Kuliah Farmakologi Bagian I.
21. Cetakan Kedua. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Palembang. 1994.

Media Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1 Tahun 2011 9

You might also like