You are on page 1of 15
w KEMENTERIAN PERTANIAN SE DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR: 09111/%28/>K,350/r/09/2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN OBAT HEWAN DALAM PAKAN UNTUK TUJUAN TERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka keperluan terapi, obat hewan berupa antibiotik dapat dicampurkan dalam pakan; b. bahwa untuk mencegah penyalahgunaan antibiotik yang dicampur dalam pakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, penggunaan antibiotik harus sesuai dengan petunjuk teknis penggunaan obat hewan dalam pakan; dan c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b serta untuk memenuhi ketentuan Pasal 17 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Tahun 2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Obat Hewan Dalam Pakan Untuk Tujuan Terapi. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5619); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit ~Hewan (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5543); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner (Lembaran Negara Tahun 2017 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6019); 4. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 85); 10. ll. 12. 13. 14. Memperhatikan Keputusan Presiden Nomor 100/TPA Tahun 2016 tentang Pengangkatan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Pertanian; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 466/Kpts/TN.260/V/99 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 536/Kpts/PD.650/9/2004 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 74/Permentan/OT/12/2007 tentang Pengawasan Obat Hewan; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/ 0T.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (Berita Negara Tahun 2015 Nomor 1243); Keputusan Menteri Pertanian dan Kehutanan Nomor 455 /kpts/tn.260/9/2000 tahun 2000 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran dan Pengujian Mutu Obat Hewan Jo Keputusan Menteri Pertanian Nomor 695/kpts/tn.260/8/ 96 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran dan Pengujian Mutu Obat Hewan; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 454 Tahun 2000 tentang Pembuatan Obat Hewan Berdasarkan Kontrak; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14 Tahun 2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2007 tentang Pengawasan Mutu Pakan; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22 tahun 2017 tentang Pendaftaran dan Peredaran Pakan; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 240 tahun 2009 tentang Cara Pembuatan Pakan yang Baik :1. Hasil rapat Komisi Obat Hewan dan Komisi Pakan tentang penyusunan rancangan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Petunjuk Teknis Penggunakan Obat Hewan Dalam Pakan Untuk Tujuan Terapi yang dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2018, 24 April 2018, 3 Mei 2018, 16 Juli 2018 dan 23 Juli 2018; 2, Nota Dinas Direktur Kesehatan Hewan Nomor 28012/PK.350/F.4/08/2018 tanggal 28 Agustus 2018, hal Rancangan Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tentang Petunjuk Teknis Penggunakan Obat Hewan Dalam Pakan Untuk Tujuan ‘Terapi. Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA KEEMPAT MEMUTUSKAN: Petunjuk Teknis Penggunaan Obat Hewan Dalam Pakan Untuk Tujuan Terapi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal ini Petunjuk Teknis Penggunaan Obat Hewan Dalam Pakan Untuk Tujuan Terapi, sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU sebagai dasar hukum bagi produsen pakan, peternak, dokter hewan, perusahaan obat hewan, dan dinas provinsi dan kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan keschatan hewan dalam melaksanakan kegiatan pencampuran obat hewan dalam pakan dan penggunaannya untuk tujuan terapi. Petunjuk Teknis Penggunaan Obat Hewan Dalam Pakan Untuk Tujuan Terapi sebagaimana dimaksud dalam diktum KEDUA, meliputi Persyaratan penggunaan obat hewan dalam pakan; Persyaratan pakan; ‘Tata cara pencampuran obat hewan dalam pakan; Pengawasan mutu dan keamanan serta penggunaan; dan Pelaporan. paogp Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, 10 Sentember 2018 DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN ~DAN KESEHATAN HEWAN, Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth> 1, Menteri Pertanian; 2, Pimpinan Esellon | lingkup Kementerian Pertanian; 3. Kepala Dinas provinsi dan kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan; 4. Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI; 5. Arsip. LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR 09111/k>7S/>K.350/F/09/2018 TANGGAL : 10 Sentember 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN OBAT HEWAN DALAM PAKAN UNTUK TUJUAN TERAPI BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat hewan dalam klasifikasi obat keras dan bebas terbatas dapat digunakan untuk terapi dengan media pembawa berupa pakan, perlu ada batasan, baik jenis, dosis terapi, serta pengawasan dari aspek farmakologis mapun aspek efektivitas, keamanan dan efisiensi Dalam hal dosis terapi dan aspek pengawasan, maka untuk golongan antibiotik ditentukan harus menjamin bahwa kandungan zat aktif dalam pakan tidak kurang dari 80% dari yang dinyatakan dalam label pakan dan homogenisitas pada rentang 80-120%. Pengaturan penggunaan antibiotik dimaksudkan untuk mencegah gangguan kesehatan manusia yang mengkonsumsi produk ternak karena adanya residu obat pada ternak yang mempunyai efek hipersensitif, karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik. Selain itu, pengaturan ini juga untuk mencegah timbulnya resistensi mikroba patogen dan dampaknya terhadap lingkungan serta mencegah penggunaan pengobatan alternatif bagi manusia, Dosis yang pasti pada pemberian oral merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai efektivitas obat, terlalu tinggi bisa menimbulkan efek toksik dan terlalu rendah tidak memiliki efek. Skala peternakan yang bervariasi di Indonesia menyebabkan kebutuhan pakan yang mengandung antibiotik sangat beragam. Hal ini akan berdampak pada jumlah produksi pakan yang mengandung antibiotik, munculnya perbedaan kualitas, masalah limbah sisa pakan, masalah kontaminasi selama produksi dan distribusi Permasalahan lain yang muncul adalah tidak semua obat hewan dapat diaplikasikan melalui pakan, terkait dengan masalah inkompatibilitas farmakologik, menentukan waktu terapi melalui pakan. Disamping itu, dalam implementasi undang-undang dan peraturan dalam penggunaan 4 9 obat hewan masih multi tafsir, terutama penggunaan obat melalui pakan, dalam hal . Diagnosis dalam menentukan etiologi; Indikasi; Peresepan; Pencampuran; Dosis; Lama pemberian; Justifikasi penambahan waktu pemberian; dan Pengawasan penggunaan. PN DARKE Ini terjadi karena peraturan yang ada belum ada pedoman yang mengatur cara pembuatan pakan terapi yang baik dan benar, serta penggunaan obat ewan dalam pakan untuk terapi. Maksud, Tujuan, dan Sasaran Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar hukum bagi produsen pakan, peternak, dokter hewan, perusahaan obat hewan, pengawas obat hewan, pengawas mutu pakan, dan dinas provinsi dan kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan keschatan hewan dalam penggunaan obat hewan pada pakan untuk tujuan terapi. Petunjuk Teknis ini bertujuan agar penggunaan obat hewan yang dicampur dalam pakan untuk tujuan terapi digunakan dengan baik dan benar. Selain itu, Petunjuk Teknis ini juga bertujuan agar obat hewan yang digunakan disamping berkhasiat dan aman, juga cfisien dalam pemberantasan penyakit hewan. Sasaran Petunjuk Teknis ini untuk: Pelaku usaha di bidang pakan; . Peternak; Dokter hewan; Feed nutrisionis; Perusahaan obat hewan; Pengawas obat hewan; Pengawas mutu pakan; dan Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan. pRo-e ao ge Ruang Lingkup Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi: 1, Persyaratan obat dan pakan; 2. Pengawasan; dan 3, Pelaporan D. Pengertian Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan: 1 10. Obat hewan adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati hewan, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan biologik, farmasetika, premiks, dan sediaan alami Penggunaan obat hewan adalah tindakan medik yang dilakukan untuk meningkatkan kekebalan hewan, pencegahan dan penyembuhan penyakit hewan, peningkatan kesehatan hewan, upaya pemulihan keschatan hewan dengan menggunakan obat hewan dan/atau tindakan pemberian obat hewan dalam pakan, air minum, tetes, topikal atau parenteral dalam rangka meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan sesuai dengan jenis sediaan dan klasifikasi. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme secara alami, semi sintetik maupun sintetik yang dalam jumlah kecil dapat menghambat atau membunuh bakteri, Penggunaan antibiotik adalah tindakan medik vang dilakukan untuk penyembuhan penyakit hewan, peningkatan keschatan hewan, dan/atau tindakan pemberian antibiotik dalam pakan, air minum, tetes, topikal atau parenteral dalam rangka meningkatkan keschatan sesuai dengan jenis sediaan dan klasifikasi. Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan terapi/medicated feed adalah pakan yang telah mempunyai nomor pendaftaran yang mengandung obat hewan terdaftar untuk tujuan terapi dalam jangka waktu tertentu berdasarkan resep dokter hewan, Pakan terapi yang mengandung antibiotik adalah pakan yang telah mempunyai nomor pendaftaran yang mengandung antibiotik terdaftar untuk tujuan terapi dalam jangka waktu tertentu berdasarkan resep dokter hewan. Kesehatan hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan, penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan hewan, serta keamanan pakan. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau korporasi baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum yang melakukan kegiatan pembuatan pakan (pabrik pakan, self mixer) dan atau memasukkan pakan dengan maksud baik untuk diedarkan maupun tidak untuk diedarkan Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian. 11. Terapi adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk menghentikan kondisi medis dari perkembangan lebih lanjut dari suatu penyakit dengan mengikuti diagnosis suatu penyakit. BAB IT PERSYARATAN PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN PAKAN TERAPI (medicated feed) Pembuatan pakan terapi hanya dapat dilakukan pada pabrik pakan atau self mixer, dan harus mempunyai dokter hewan penanggungjawab dan feed nutrisionist atau formulator yang bekerja tetap atau bekerja tidak tetap (konsultan) yang mempunyai ikatan kerja secara tertulis. Obat hewan dan Pakan yang akan digunakan dalam pakan terapi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: A. Obat Hewan 1, Obat hewan produk jadi dengan komposisi tunggal maupun kombinasi yang sudah terdaftar; 2. Kombinasi yang diizinkan hanya dua zat aktif, dan zat aktif yang digunakan yang tercantum dalam lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari juknis medicated feed; 3. Zat aktif dan/atau kombinasi baru yang belum terdaftar harus mengikuti peraturan yang berlaku; 4. Zat aktif bahan baku obat hewan tidak diperbolehkan dicampur dalam pakan; Jumlah obat yang dicampurkan harus memenuhi dosis terapi; Obat yang dicampurkan dalam pakan harus dengan resep dokter hewan dengan format resep seperti tercantum dalam lampiran; 7. Resep obat hewan harus dibuat oleh: a, Dokter hewan pada perusahaan pakan; b. Dokter hewan pada perusahaan obat hewan; c. Dokter hewan pada perusahaan peternakan; d. Dokter hewan praktisi; atau e. Dokter Hewan berwenang. Pemilihan jenis obat dan penentuan dosis maksimal ditentukan oleh keputusan Dokter hewan yang melakukan diagnosis. oa B. Pakan: 1. Pakan yang telah mempunyai Nomor Pendaftaran Pakan (NPP); 2, Jumlah pakan yang dibuat harus sesuai dengan keperluan terapi; 3. Pakan terapi harus dikemas dengan kemasan berlapis yang kedap air, tidak toksik dan tidak menurunkan mutu dan keamanan paken serta mencantumkan Penandaan PAKAN TERAPI dengan huruf kapital, warna merah yang mudah terbaca; 4. Label pakan terapi berisi: Nomor Pendaftaran Pakan (NPP); Nomor pendaftaran obat hewan; Komposisi (hanya jenis zat aktif); Jumlah zat aktif (g/ton atau ppm/ppb) ; Kode produksi; Indikasi; Lama pemberian (maksimal 7 (tujuh) hari); Cara penyimpanan; Tanggal kadaluarsa; dan Waktu henti obat. pPepaoge po Penggunaan pakan terapi harus berdasarkan hasil diagnosis penyakit oleh dokter hewan berdasarkan 2 dari 3 kriteria pemeriksaan: 1. Gejala klinis; 2. Patologi anatomi dan/atau laboratoris antara lain, histopatologis, serologis, jumlah kuman per gram tinja, organ atau jumlah oocyst per gram tinja; dan 3. Epizootiologi. Dalam diagnosis kasus penyakit subklinis, pemeriksaan status kesehatan dapat dilakukan sekurang-kurangnya 1 ~ 3 hari sebelum kejadian penyakit. Diagnosis penyakit ini dilakukan dengan melibatkan pemeriksaan laboratoris dan epizootiologi. Dalam hal dilaicukan terapi lanjutan untuk penyakit koksidiosis, terapi dapat dilanjutkan maksimum hanya untuk 7 hari berikutnya dengan peresepan ulang oleh dokter hewan berdasarkan patologi anatomi dan hasil diagnosis laboratorium yang mengacu jumlah oocyst per gram tinja yang dilakukan pada 1-2 hari sebelum pengobatan terakhir. Apabila setelah dilakukan terapi lanjutan infeksi masih berlanjut maka terapi harus dilakukan dengan menggunakan antikoksidia yang berbeda, kecuali untuk unggas bibit (Parent Stock/PS atau Grand Parent Stock/GPS) dan unggas petelur sebelum masa produksi diperbolehkan dilakukan_ terapi lanjutan menggunakan antikoksidia yang sama selama periode 7 hari berikutnya. BAB III TATA CARA PENCAMPURAN OBAT HEWAN DALAM PAKAN (Pakan Terapi) 1, Antibiotik hanya boleh digunakan untuk tujuan terapi baik melalui pakan maupun air minum dengan dosis terapi dan lama penggunaan selama- lamanya 7 hari dengan memperhatikan cara penggunaan obat hewan yang baik dan benar; 2. Pencampuran obat dalam pakan harus dilakukan di bawah pengawasan Dokter Hewan atau Dokter Hewan sebagai Penanggung Jawab Teknis Obat Hewan (PJTOH); Pencampuran obat dalam pakan dilakukan di unit produksi pakan; dan 4. Pencampuran obat hewan dengan pakan dilakukan dengan mengikuti Pedoman Cara Pembuatan Pakan yang Baik dan Benar. ® BAB IV PENGAWASAN Pengawasan penggunaan obat hewan yang dicampur dalam pakan (Pakan Terapi) dilakukan terhadap: . Resep; . Indikasi; . Jumlah Obat; . Jumlah Pakan Terapi yang diproduksi; Jumlah Pakan Terapi yang digunakan dan tersisa; Lamanya Pengobatan; '. Nama customer / Nama Farm / Lokasi; dan Alamat/lokasi peternakan. BAYAN wKE Pengawasan dilakukan oleh: 1. Dokter Hewan perusahaan pakan; 2. Dokter Hewan perusahaan obat hewan; 3. Dokter Hewan di peternakan; 4. Dokter Hewan berwenang (Pusat dan dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan); Pengawas Mutu Pakan dan Pengawas Obat Hewan melakukan pemantauan sewaktu-waktu (Pusat dan dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan); dan 6. Masyarakat peternakan dapat melaporkan penggunaan obat hewan yang tidak sesuai dengan Juknis ini. - Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan Terapi Pemerintah melakukan pengujian secara berkala terhadap kandungan obat dalam pakan. Bila hasil pengujian zat aktif ditemukan kurang dari 80%, maka dinyatakan atau dikategorikan sebagai imbuhan pakan sehingga harus dimusnahkan dan produsen pakan terapi yang bersangkutan akan di berikan surat teguran atau sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. BABV Pelaporan Pelaporan dilakukan oleh Produsen pakan secara berkala setiap 3 bulan sekali dengan mengisi formulir yang ditentukan (format terlampir) dengan melampirkan resep dan hasil diagnosis. Laporan disampaikan ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan. BAB VI Sanksi Bila ditemukan penyimpangan dalam hal pencampuran, penggunaan, penyimpanan, indikasi, lamanya pemakaian, dan konsentrasi obat yang ada dalam pakan maka akan dilakukan tindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. BAB VII PERUBAHAN TABEL LAMPIRAN Pengurangan dan penambahan jenis obat, dosis dan indikasi dalam tabel dalam lampiran sesuai dengan rekomendasi Komisi Obat Hewan (KOH) dan Komisi Pakan dengan mengubah tabel BAB VII PENUTUP Dengan telah disusunnya Petunjuk Teknis tentang Penggunaan Obat Hewan Pada Pakan Untuk Tujuan Terapi diharapkan dapat memberikan pengaturan bagi pemangku kepentingan untuk melakukan penggunaan Obat Hewan Pada Pakan Untuk Tujuan Terapi. ===~DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN KESEHATAN HEWAN, RMITA, 31 198903 1 006 10 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR 09111/ KTS/>K,350/#/09/2018 TANGGAL : 10 Sentember 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN OBAT HEWAN DALAM PAKAN UNTUK TUJUAN TERAPI JENIS ANTIBIOTIK YANG DAPAT DICAMPUR PAKAN UNGGAS No Uraian Keterangan 1_/ Avilamisin Indikasi Terapi nekrotik enteritis dan bakteri yang peka terhadap Avilamisin Dosis Tidak kurang dari 30 ppm Avilamisin Lama pemberian 7 hari Waktu Henti Ohari 2 | Bacitracin Methylen Disalisilat (BMD) Indikasi Terapi nekrotik enteritis dan bakterl yang | peka terhadap Bacitracin Methylen Disalisilat Dosis Tidak kurang dari 100 ppm Bacitracin | Lama Pemberian T hari i Waktu Henti O hari 3_ | Zinc Bacitracin (2B) | ["_indikasi Terapi nekrotik enteritis dan bakterl yang | peka terhadap Zinc Bacitracin Methylen | Disalisilat Dosis Tidak kurang dari 150 ppm Zinc Bacitracin | (ZB) Lama Pemberian Thari Waktu Henti 0 hari 4 | Colistin Indikasi Terapi salmonellosis, colibasilosis, dan | bakteri yang peka terhadap Colistin Dosis ‘Tidak kurang dari 75 ppm Colistin Lama Pemberian T hari Waktu Henti Shari 5 | Enramisin Indikasi Terapi nekrotik enteritis dan bakteri yang | peka terhadap Enramisin Dosis Tidak kurang dari 20 ppm Enramisin Lama Pemberian T hari Waktu Henti Ohari " (© [Kitesamisin | Jindikasi Terapi mycoplasmosis dan bakteri yang peka terhadap Kitasamisin | Dosis Tidak kurang dari 500 ppm kitasamisin | Lama Pemberian 7 hari Waktu Henti 5 hari 7_|Lincomycin (HCl) Indikasi Terapi mycoplasmosis dan bakteri yang peka terhadap Lincomycin Dosis Tidak kurang dari 40 ppm lincomisin Lama Pemberian T hari | Waktu Henti Thari | (8 [Tiamulin Indikasi Terapi mycoplasmosis dan bakteri yang peka terhadap Tiamulin Dosis Tidak kurang dari 250 ppm tiamulin | Lama pemberian Thari | Waktu Henti 5 hari _| 9 | Tylosin Indikast Terapi mycoplasmosis dan bakteri yang peka terhadap Tylosin Dosis Tidak kurang dari 800 ppm Tylosin Tama pemberian T hari Waktu Henti 14 hart 10 | Virginiamisin Indikasi Terapi nekrotik enteritis dan bakterl yang peka terhadap Virginiamycin Dosis ‘Tidak kurang dari 60 ppm virginiamisin |" [Lama pemberian Thari [__ [Waktu Henti Chari (TT [Tyivaiosin Indikasi Terapi mycoplasmosis dan bakteri yang peka | terhadap Tylvalosin Dosis ‘Tidak kurang dari 150 ppm Tylvalosin Lama pemberian 7 hari Waktu Henti 10 hari 12 | Lasalocid Indikasi Terapi koksidiosis Dosis 75 - 125 ppm Lasalocid Lama Pemberian T hart Waktu Henti 7 hari 13 | Maduramisin I Indikasi Terapi koksidiosis 7 Dosis 4-6 ppm maduramisin 12 Lama Pemberian 7 hari Waktu Henti Shari 14 | Monesin : Indikasi 7 Terapi koksidiosis Dosis 100 - 120 ppm monensin Lama pemberian T hari Waktu Henti Shari 5 | Narasin Indikasi Terapi koksidiosis Dosis 60 - 80 ppm narasin Lama pemberian 7 hari Waktu Henti Shark 16 | Salinomisin Tndikast Terapi koksidiosis | [Dosis 60 - 65 ppm salinomisin Lama pemberian T hart Waktu Henti Shari 17 | Semduramisin Indikast Terapi koksidiosis Dosis 20 - 25 ppm semduramisn Lama pemberian 7 hari Waktu Henti [14 hari 13 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR —: 09111/k>TS/K.350/3/09/2018 TANGGAL : 10 Sentember 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS. PENGGUNAAN OBAT HEWAN DALAM PAKAN UNTUK TUJUAN TERAPI Formulir Resep Dokter Hewan Pemberian resep mengikuti panduan di bawah ini: FORMAT RESEP 1. Nama Klinik/ Perusahaan: Nama Dokter Hewan Alamat .. Tanda tangan Tanggal........ 2. Obat Hewan Nama Obat Hewan Zat Aktif: Indikesi . . Jumlah Obat hewan... Dosis ; pees Konsentrasi akhir dalam paka: Lama pemberian: Waktu henti obat Peringatan:. saa e (contoh : dilarang digunakan untuk ayam ya: .....Nomor Registrasi; Kg Zat Aktif/Ton Pakan : --Ppm, hari 3. Pro... 14 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN NOMOR —; 09111/KP?S/>K.350/R/09/2018 TANGGAL : 10 sentember 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN OBAT HEWAN DALAM PAKAN UNTUK TUJUAN TERAPI Formulir Pelaporan Format laporan sesuai dengan Permentan Nomor 22 Tahun 2017 dalam format 15 dan ditambah jenis dan jumlah obat yang digunakan serta dilampirkan copy resep. Kop Perusahaan Yth. Direktur Kesehatan Hewan Direktur Pakan di- Jakarta Bersama ini kami sampaikan laporan pembuatan/penggunaan obat hewan dalam pakan untuk keperluan terapi, sebagai berikut: Nama Perusahaan Nomor dan Tanggal Pembuatan/Penggunaan Jenis dan Jumlah Obat Jenis dan Jumlah Pakan Daerah penyaluran Laporan triwulan ke...tahun.. No. | Tanggal Jenis | Jumiah | Jenis | Jumlah | Jumlah Sisa | Keterangan Pembuatan/|Pakan |Pakan |Obat |Obat | Total stok | Penggunaan | Pembuatan/ | Penggunaan Demikian laporan ini kami buat dengan sesungguhnya, dan kami siap mempertanggungjawabkan apabila laporan yang kami berikan tidak benar, Tempat/Tanggal/Tahun Pimpinan Perusahaan ttd + materai 6.000 (ee Tembusan: Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 8

You might also like