Professional Documents
Culture Documents
5khutbah Idul Fitri
5khutbah Idul Fitri
Segenap pujian hanya milik Allah SWT. Dialah Zat Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Dengan kemurahan-Nya, Dia mengutus Rasulullah Muhammad saw.
untuk menyampaikan Islam. Islamlah satu-satunya petunjuk hidup bagi seluruh
umat manusia. Islamlah yang menjadi rahmat bagi semua makhluk-Nya di jagat raya
ini.
Allahlah Tuhan Yang akan membangkitkan manusia di akhirat nanti. Saat itu harta
kekayaan, kekuasaan, kedudukan, pangkat dan jabatan tidak berguna. Bahkan
orangtua, anak dan istri tak lagi bisa diminati pertolongan. Saat itu wajah orang-
orang kafir, zalim, fasik dan munafik tertunduk hina. Mereka diliputi rasa putus asa.
Sebaliknya, saat itu wajah kaum beriman tampak berseri-seri. Mereka diliputi
bahagia yang tiada tara.
Hari ini kita merayakan Idul Fitri dengan penuh kegembiraan. Tentu, gembira bukan
karena telah bebas dari ‘kungkungan’ puasa selama Ramadhan. Akan tetapi, kita
gembira karena dua hal: Pertama, karena ada harapan akan berjumpa dengan Allah
SWT di surga nanti. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw.:
َ إ َذا َأ ْف َط َر َفر َح َوإ َذا َلق َي َر َّب ُه َفر َح ب: لصائم َف ْر َح َتان
ص ْو ِم ِه َّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِل
Bagi orang yang puasa ada dua kegembiraan: saat ia berbuka (termasuk berbuka
saat Idul Fitri, pen.), ia bergembira, dan saat ia bertemu dengan Tuhannya, ia pun
bergembira karena puasanya itu (HR al-Bukhari).
Kita pun sepantasnya bergembira karena kaum Muslim hari ini sama-sama
mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid secara serentak. Suara mereka
membahana memenuhi jagat raya. Seruan takbîr, tahlîl dan tahmîd ini merupakan
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Dialah Yang telah memberikan hidayah,
kekuatan dan kesabaran kepada kita semua. Dengan itu kita dapat menuntaskan
shaum Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Namun demikian, tentu kita tidak boleh melupakan nasib saudara-saudara kita yang
masih sangat menyedihkan di berbagai negara. Di Irak dan Afganistan, saudara-
saudara kita masih berada di bawah cengkeraman negara imperialis, Amerika dan
sekutunya.
Di Palestina, kaum Muslim masih dijajah. Selama puluhan tahun tanah mereka
dirampas dan diduduki oleh kaum Yahudi Israel hingga kini. Sebagian penduduknya
dibunuh. Sebagian lagi terusir. Mereka hidup menderita. Mereka terlunta-lunta
hingga hari ini. Keadaan mereka selalu terancam. Mereka harus menghadapi
kekejaman negara zionis sendirian, termasuk sepanjang bulan Ramadhan.
Ironisnya, para penguasa di negeri-negeri Muslim hanya berdiam diri, seolah tak
peduli.
Nasib yang sama dialami saudara-saudara kita di Pattani Thailand, Moro Philipina
Selatan, Kashmir, Rohingya di Miyanmar, Pakistan, Banglades dan lain-lain. Semua
ini kian memperpanjang daftar penderitaan umat Islam hari ini.
Alhasil, saat ini kita merayakan Hari Kemenangan justru dalam kekalahan di hampir
semua lini kehidupan.
Kekalahan demi kekalahan tentu tak selayaknya diderita oleh umat Islam. Semua ini
tentu ironis. Ironis, di tengah suasana kita merayakan Hari Raya Idul Fitri, yang
sering diidentikkan dengan Hari Kemenangan. Ironis, karena semua kondisi di atas
justru bertentangan dengan julukan umat Islam sebagai umat terbaik (khayru
ummah) (QS Ali Imran [3]: 110).
Ironis, karena kondisi kekalahan umat Islam ini bertolak belakang dengan kondisi
kaum Muslim generasi awal yang sama-sama melaksanakan shaum Ramadhan dan
merayakan Hari Raya Idul Fitri. Faktanya, shaum Rasulullah saw. dan para Sahabat
tidak hanya memberikan kemenangan kepada diri mereka secara individual dalam
melawan hawa nafsu dan setan selama Ramadhan. Shaum mereka juga memberikan
kemenangan kepada kaum Muslim secara kolektif dalam melawan musuh-musuh
Islam. Mereka dan generasi gemilang sesudahnya justru sering mencatat prestasi
yang gemilang pada bulan Ramadhan. Beberapa peperangan yang dimenangkan
kaum Muslim seperti Perang Badar, Fath Makkah, atau Pembebasan Andalusia
terjadi pada bulan Ramadhan.
Pertanyaannya: Mengapa keadaan Islam dan umatnya saat ini seolah bertolak
belakang dengan firman Allah SWT dan sabda Rasul-Nya di atas? Tidak lain, karena
umat Islam hari ini kehilangan ketakwaan mereka secara kolektif. Inilah yang
digambarkan Rasulullah saw dalam sabdanya:
َو ِم ْن قِلَّ ٍة نَ ْح ُن: ال قَائِ ٌلَ ص َعتِ َها)) َف َق ْ َاعى اأْل َ َكلَ ةُ إِلَى ق
َ اعى َعلَْي ُك ْم َك َم ا تَ َدَ ك األ َُم ُم أَ ْن تَ َدُ (( ُي ْو ِش
ص ُد ْو ِر َع ُد ِّو ُك ْم ِ
ُ عن اهلل ُ م ْن َّ َكنَّ ُك ْم غُثَاءٌ َكغُثَ ِاء
َّ الس ْي ِل َولََي ْن ِز ِ ول،يومئِ ٍد َكثِير (( بل أَْنتُم: ال
َ ٌْ َ َْ ْ ْ َ َ ََي ْو َمئِ ٍد؟ ق
: ال َ َق ْو ْه ُن؟ ِ ِ َ الْم َهاب ةَ ِم ْن ُكم ولَي ْق ِذفَ َّن اهلل ُ فِي ُقلُ وبِ ُكم الْو ْهن )) َف َق
َ َو َم ا ال، ي اَ َر ُس ْو َل اهلل: ال قَائ ٌل َ َ ْ ْ ََْ َ َ
ِ الد ْنيا وكر ِاهيةُ الْمو
)) .ت ْ َ َ َ َ َ ُّ ب ُّ (( ُح
‘Ummat-ummat hampir saja mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang
kelaparan mengerumuni sebuah hidangan (lezat).’ Lalu seseorang bertanya : ‘Apakah
kami ketika itu sedikit?’ Rasulullah r menjawab : ‘Justru kalian ketika itu berjumlah
banyak. Akan tetapi keadaan kalian seperti buih di tengah lautan. Allah I benar-
benar mencabut kehebatan kalian dari dada-dada musuh kalian dan
Allah I lemparkan ke dalam hati-hati kalian sifat Wahn.’ Lalu orang tersebut
bertanya lagi : ‘Wahai Rasulullah apakah Wahn itu?’ Rasulullah r menjawab :
‘(Wahn) adalah cinta dunia dan takut mati.’” [Hadits Shohih Riwayat Abu Dawud
(4297), Ahmad (23037), dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul `Auliya (I/182)]
Hadits itu menjelaskan, umat Islam kalah disebabkan karena rendahnya ketakwaan
mereka. Seandainya takwa itu ada dalam dada mereka, niscaya mereka tidak akan
cinta dunia berlebihan dan takut dengna kematian.
Karena itu jelas, kemenangan hanya mungkin diraih oleh kaum Mukmin ketika
benar-benar bertakwa. Shaum Ramadhan adalah salah satu sarana yang bisa
mengantarkan kaum Muslim menjadi pribadi-pribadi bertakwa. Itulah yang Allah
SWT tegaskan:
َ ين م ْن َق ْبل ُك ْم َل َع َّل ُك ْم َت َّت ُق
ون َ الص َي ُام َك َما ُكت َب َع َلى َّالذ َ َي َاأ ُّي َها َّالذ
ّ ين َء َام ُنوا ُكت َب َع َل ْي ُك ُم
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (QS al-Baqarah
[2]: 183).
Ibadah tentu bukan sekadar menjalankan ritualitas saja seperti shalat, shaum, zakat
dan haji. Ibadah mencakup totalitas penghambaan/pengabdian kepada Allah SWT
dengan menjalankan seluruh syariah-Nya. Inilah yang Allah SWT tegaskan dalam
firman-Nya:
Mengomentari ayat di atas, Ibnu Hazm dalam kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwâ’
wa an-Nihal (3/80), menjelaskan bahwa maksud ayat di atas adalah agar mereka
menjadi hamba (abdi) Allah SWT dengan melaksanakan semua hukum-Nya dan
patuh pada apa saja yang telah Dia tetapkan atas mereka. Ibadah seperti inilah yang
bisa mengantarkan setiap Muslim menjadi pribadi yang bertakwa.
Kedua, Allah SWT memerintahkan kaum Muslim untuk menerapkan semua hukum
Allah SWT, di antaranya hukum qishash. Inilah yang Allah SWT tegaskan:
َ صاص َح َي ٌاة َي ُاأولي اأْل َ ْل َباب َل َع َّل ُك ْم َت َّت ُق
ون َ َو َل ُك ْم في ْالق
ِ ِ ِ ِ ِ
Di dalam hukum qishash itu terdapat kehidupan, wahai kaum yang berakal, agar
kalian bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 179).
Jika hukum qishash yang menyangkut hak adami (manusia) saja wajib diterapkan,
apalagi hudud yang menyangkut hak Allah—seperti hukum cambuk/rajam bagi
pezina, hukum potong tangan bagi pencuri, dll. Semua itu tentu lebih wajib untuk
diterapkan. Penerapan hukum qishash, juga semua hukum Allah SWT yang lain,
pasti akan membuat orang takut untuk berbuat dosa dan kriminal. Inilah yang
antara lain ditegaskan oleh Imam ath-Thabari dalam tafsirnya, Jâmi al-Bayân fî
Ta’wîl al-Qur’ân (3/382). Singkatnya, penerapan hukum-hukum Allah SWT akan
memaksa siapapun untuk menjadi orang yang bertakwa.
Ketiga, Allah SWT memerintahkan kaum Muslim untuk hanya mengikuti jalan Islam,
dan tidak mengikuti jalan-jalan selain Islam. Ini pula yang Allah SWT tegaskan:
ُ َ ُ َ َّ َ ُ ْ َ ً َ َّ ُ ُ اَل َ َ َّ َ َ
وه َو تت ِب ُع" وا ال ُّس " ُب َل ف َت َ "ف َّر َق ِبك ْم َع ْن َس " ِب ِيل ِه ذ ِلك ْم اطي مس "ت ِقيما ف" ات ِبع ر َ
ِ ِ وأن "ه" ص ا ذ
ونَ ص ُاك ْم به َل َع َّل ُك ْم َت َّت ُق
َّ َو
ِِ
Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan itu dan jangan kalian
mengikuti jalan-jalan lain karena bisa menceraiberaikan kalian dari jalan-Nya.
Demikianlah kalian diperintahkan agar kalian bertakwa (QS al-An’am [6]: 153).
Menurut Imam as-Samarqandi dalam kitab tafsirnya, Bahr al-‘Ulûm (1/495), ayat ini
bermakna, bahwa Islam sebagai agama yang Allah ridhai adalah jalan yang lurus.
Karena itu ikutilah jalan Islam. Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain, yakni
jalan kaum Yahudi dan Nasrani. Hanya dengan menetapi jalan Islam dan menjauhi
jalan-jalan selain Islam, kita akan menjadi orang yang bertakwa.
Jelas, semua ini menjauhkan kaum Muslim dari ketakwaan hakiki kepada Allah SWT.
Berbicara tentang takwa, Ibn Abi Dunya dalam Kitâb at-Taqwâ mengutip
pernyataan Umar bin Abbdul Aziz ra., "Takwa kepada Allah itu bukan dengan sering
shaum di siang hari, sering shalat malam, atau sering melakukan kedua-duanya.
Akan tetapi, takwa kepada Allah itu adalah meninggalkan apa saja yang Allah
haramkan dan melaksanakan apa saja yang Allah wajibkan."
Takwa seperti inilah yang bisa menjadikan diri kita meraih kedudukan yang paling
mulia di sisi Allah, sebagaimana firman-Nya:
ْالل ِه َأ ْت َق ُاكم
َّ َ ْ ْ ُ َ َ ْ َ َّ
ِإن أكرمكم ِعند
Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa (QS
al-Hujurat [49]: 13).
Dalam konteks ini pula, Syaikh Abdul Qadir Jailani pernah bertutur bahwa
kemuliaan seseorang ada dalam ketakwaannya, sementara kehinaannya ada dalam
kemaksiatannya. Tentu kemaksiatan terbesar adalah keengganan manusia untuk
berhukum dengan al-Quran. Inilah juga yang dikeluhkan oleh Rasulullah saw. Beliau
bahkan mengadukan kepada Allah SWT kaumnya yang mengabaikan al-Quran,
sebagaimana firman-Nya:
ً ول َي َار ّب إ َّن َق ْو ِمي َّات َخ ُذوا َه َذا ْال ُق ْر َء َان َم ْه ُج
ورا ُ الر ُس َ َو َق
َّ ال
ِ ِ
Berkatalah Rasul, “Tuhanku, sungguh kaumku telah menjadikan al-Quran ini suatu
yang diabaikan.” (QS al-Furqan [25]: 30).
Menurut mufassir ternama, Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm
(2/631), di antara sikap mengabaikan al-Quran adalah tidak mengamalkan isinya
dan tidak mau mengambil hukum-hukum yang ada di dalamnya. Padahal jelas, Allah
SWT telah mengancam dengan keras siapapun yang berpaling dari al-Quran:
َ ْ ُ َ ً َ ً َ َ ُ َ َّ َ ْ َ َو َم ْن َأ ْع َر
ض ْنكا َون ْحش ُر ُه َي ْو َم ال ِق َي َام ِة أ ْع َمى ض َع ْن ِذك ِري ف ِإن له م ِعيشة
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran), sungguh bagi dia
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkan dirinya pada Hari Kiamat
dalam keadaan buta (QS Thaha [20]: 124).
Atas dasar itu, kita harus segera kembali pada Islam secara kaffah. Inilah wujud
ketakwaan hakiki kita.
Lebih dari itu, kita harus menyadari bahwa ketakwaan harus diwujudkan tidak
hanya dalam ranah individu belaka, tetapi juga harus direalisasikan pada ranah
masyarakat dan negara. Inilah yang boleh disebut sebagai “ketakwaan kolektif”.
Ketakwaan kolektif ini mewujud dalam bentuk masyarakat dan negara yang berdiri
di atas akidah Islam dan yang menjadikan syariah Islam sebagai satu-satunya aturan
kehidupan mereka. Ketakwaan kolektif ini hanya mungkin bisa diwujudkan dalam
institusi negara yang menerapkan syariah Islam secara kâffah. Institusi negara itu
tidak lain adalah Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Khilafah inilah yang pernah
dipraktikan secara nyata oleh Khulafur Rasyidin ridwânulLâh ‘alayhim dulu.
Sayang, hari ini khilafah dikriminalisasi. Orang atau organisasi yang mendakwahkan
kewajiban menegakkan khilafah dipersekusi dengan tuduhan sepihak tanpa bukti.
Padahal jelas. khilafah adalah ajaran Islam. Menurut Imam Ibnu Hajar al-Haitami
dalam kitabnya, Ash-Shawâ’iq al-Muhriqah (hlm. 7), kewajiban menegakkan Khilafah
bahkan telah menjadi Ijmak Sahabat. Menurut Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Al-
Mustashfâ (1/14), Ijmak Sahabat itu tidak bisa di-naskh (dihapuskan/dibatalkan).
AlLâhu akbar 3X wa lilLâhil hamd.
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.
Selain wajib, kembalinya Khilafah adalah janji Allah SWT dan kabar gembira
Rasulullah saw., sebagaimana sabda beliau:
Karena itu pada Hari Kemenangan ini sudah sepatutnya kita berjanji kepada Allah,
Rasul-Nya dan kaum Muslim untuk mengerahkan segenap upaya, secara damai,
demi tegaknya Khilafah agar syariah Islam secara kâffah bisa diterapkan.
Marilah kita memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT agar menolong
kita untuk mewujudkan cita-cita mulia ini. Dengan itu kaum Muslim merasakan
kegembiraan nyata karena meraih kemenangan yang juga nyata. Inilah yang Allah
SWT gambarkan dalam firman-Nya:
Hanya saja, Allah Yang Mahaadil telah menetapkan syarat bagi hamba-Nya yang
ingin mendapat pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman:
ُ َْ َ ُ ُ ْ َ َ َّ َ َيا َأ ُّي َها َّالذ
ُ ين َآم ُنوا إ ْن َت ْن
ص ْرك ْم َو ُيث ِّب ْت أق َد َامك ْمص ُروا الله ين ِ ِ
Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong Allah, niscaya Dia akan
menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian (QS Muhammad [47]: 7).
Terakhir, pada kesempatan yang baik ini, marilah kita sama-sama berdoa dan
bermunajat kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT segera menurunkan pertolongan-
Nya untuk agama-Nya sehingga benar-benar terwujud kemenangan hakiki bagi
umat-Nya.
َ َ َأ ُ"ع ْو ُذ باهللِ ال َّس"م ْيع ْا،قال هللا تعالى في القرآن العظيم
ِإ َّن: ِم َن ال َّش" ْيط ِان ال َّ"ر ِج ْي ِم،لع ِل ْي ِم
َ َ ِ ِ ِ َ
َّ َ ّ
الل ُه َّم.ص"لوا َعل ْي ِ"ه َو َس" ِل ُموا ت ْس" ِل ًيما
ُّ َ َياأ ُّي َ"ه ا َّالذين َء َام "ن وا،النب ّي
ُ َ َّ ون َع َلى َ هللا َو َم َالئ َك َت ُ"ه ُي
َ ص ُّل َ
ِ ِ ِ ِ
ْ َو َ"ب"ارك.ص" َل ْي َت َع َلى إ ْ"ب َ"راه ْي َم َو َع َلى آل إ ْ"ب َ"راه ْي َم َ َكم" َ"ا، َو َع َلى آل ُم َح َّم ٍد،ص" ّل َع َلى ُم َح َّم ٍد َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْ َ مَل َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ َ ُ َ َ
لع""ا ِ ْي َن ِفي ا،"ارك َت َعلى ِإ ْب" َ"ر ِاه ْي َم َو َعلى ِآل ِإ ْب" َ"ر ِاه ْي َم " ك "م" ا ب، وعلى ِآل محم ٍد،على محم ٍد
.ِإ َّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah dosa-dosa kami, karena dalam shalat-shalat
kami, termasuk pada Hari Raya Idul Fitri ini, Engkau kami besarkan dan kami
agungkan. Namun di luar itu, Engkau acapkali kami kecilkan dan kami kerdilkan.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah kami. Setiap saat Engkau kami sucikan dan
kami istimewakan dalam ritual ibadah-ibadah kami, termasuk selama Ramadhan dan
Idul Fitri ini. Namun, di luar itu acapkali Engkau kami kotori dan kami cemari dengan
dosa-dosa kami di dalam banyak aspek kehidupan kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami, maafkanlah kami. Syariah-Mu telah lama kami tanggalkan;
perintah-larangan-Mu sudah lama kami tinggalkan; Kitab Suci-Mu telah lama kami
campakkan; sunnah-sunnah Nabi-Mu pun telah lama kami lemparkan.
Karena itu ya Allah, ya Tuhan kami, maafkan kami atas kebodohan, keangkuhan dan
segala kemunafikan kami yang sesungguhnya tak terperi. Namun, hanya karena satu
keyakinan, maaf-Mu tak terperikan, ampunan-Mu tak tergambarkan dan kasih-
sayang-Mu tak terukurkan; kami bersimpuh di hadapan kebesaran-Mu dan bersujud
di haribaan ketinggian-Mu; kami berharap gugurnya dosa-dosa kami dan hapusnya
kesalahan-kesalahan kami.
ْ ْ َ َ َّ َ َ ْ ّ
الل ُه َّم اغ ِ"ف" " " ْر ل َن" " ""ا َو ِل َو ِ"ال" " " َد ْي َنا َو ْار َح ْم ُه ْم ك َ"م" " " ا َر َّب ْو َن ِص" " " "غ ًارا .الل ُه َّم اغ ِ"ف" " " ْر ِلل ُ" "م " " ْؤ ِم ِن ْي َن
َ "ك َ"ق ر ْي ٌب ُمج ْي ُب ال َّ"د ْ األ ْ"م َوات .إ ّن َ َ ْ َ ُْ ْ َ َ َ ْ َ مْل ُ ْ َ َ مْل ُ ْ ْ َ َ مْل ُ
ات، ِ و ع ِ ِ ِ ِ و م ه ن م ِ ِ اء يح األ ات
ات وا س ِل ِمين وا ِ ِ
م ل س وا ؤ ِمن ِ
َ َيا َقاض َي ْال َح َ
الر ِاح ِم ْي َن. ات ،ب َر ْح َم ِت َك َيا أ ْر َح َم َّ
ِ ِ اج ِ
ُ َّ
ص " ِل ْح لن ""ا ُدن َيان ""ا ال ِتي ِف َ "يه ا َم َعاش " َناَ ،و
ْ ص " َم ُة َأ ْمرن ""اَ ،و ا ْ ص " ِل ْح َل َ "ن"ا د ْي َن َ "ن"ا َّالذي ُ "ه َو ع ْ الل ُه َّم ا ْ َّ
ِ ِ ِ ِ
اج َ"ع"ل امْل َ ْ"وتَ "اد ًة َل َ"ن"ا في ُ"ك ّل َخ ْ"ي"رَ ،و ْ "اة ز َ"ي َ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ ََ َ
ي
" ح ال "ل ع
" اج و "ا، "نادع م ا يه " ف ي ت
َ َ َ َّ ْ ْ
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ اص" ِلح لن""ا ِآخرت "ن"ا ِ
ال
ُ َ َ َ ً َ
احة ل َنا ِم ْن ك ِ ّل ش ّ ٍر. ر
َ َّ َ َّ ُ َّ َّ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ ُ ْ ُ َ َ ْ َ
"ك َونخ "ل " ُ"ع َم ْن َي ْف ُ "ج" ُر َك .الل ُه َّم اللهم ِإنا نس " "ت ِعينك ونس " "تغ ِفرك وال نك "ف" رك ،و "ن ""ؤ ِمن ِ"ب "
َ ُ َ َ َ ّ َّ ََََْ ّ
ص ُّد ْو َن َع ْن َس ِب ْي ِل َكَ ،و ُيك ِّ"ِذ ُب ْو َن ُر ُسل َكَ ،و ُيقا ِتل ْو َن أ ْو ِل َي َاء َك. الِذ ْي َن َي ُ ع ِّ"ِذ ِب الكفرة ِّ"
َ َ َّ ُ َّ َ ْ ْ ُ ْ َ َ ّ ْ ُ ْ َ َ ّ ْ َ ْ َ ُ ْ َ َ ّ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
اج َ"ع ْ"ل "ت ْ"د ِم ْي َر ُه ْم ِف ْي "ت ْ"د ِب ْي ِر ِه ْم. اللهم ا "ه ِزمهم ود "ِِّمرهم ،و "م " ِِّزق جمعهم وش " "ِِّتت ش "ملهم ،و
َْ مْل َ َ َ مْل ُ َ َّ ُ َّ ْ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ
ش الك َّف َار ا ْس َت ْع ِم ِر ْي َن ،أ ْم ِر ْيكا َو ُر ْو ِس َيا َو ُحل َف ِاء َها ا ل ُع ْو ِن ْي َن. اللهم اه ِزم جيو
ُْ ُ ُ
الر ِاش َدة َعلى ِم ْن َه ِاج ن ِب ِّ"ِّي َك ،ت ِع ُّز ِب َها ِد ْي َن َك َوت ِذ ُّل ِب َ"ه ا الك ْ"ف َر
َ َ َ َا َّلل ُه َّم إ َّنا َن ْس َأ ُل َك َد ْو َل َة ْال ِخ َال َف َة َّ
َ ِ
هلل َر ّب ْال َعامَل ْينَ. ُ ْ َ ْ َ َّ
الراحمين وياخي َر الن ْ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ َْ
ِ اص ِرين .و الحمد ِ ِ ِ وطغيانهِ ،ب َرحم ِتك يا أرحم َّ ِ ِ
——o0o