Professional Documents
Culture Documents
693-Article Text-714-2-10-20161007
693-Article Text-714-2-10-20161007
D J U F R I 1, 2
1 Jurusan
PMIPA FKIP UNSYIAH Banda Aceh.
2 Program Doktor Pascasarjana IPB Bogor 16144
ABSTRACT
The objectives of the research were : (1) to determine the distribution pattern, association, and interaction of plant
species, (2) to determine the relationship between life form and the distribution pattern of species, and (3) to compare
the association chance of distribution patterns. Quadrate method was used in this project. Determination of species
distribution pattern was calculated using Poisson Distribution formula, and the determination of association was
calculated using Contingency Table. The result indicated that: (1) The species richness were dominated by grasses,
reaching 42.42%. Of the 33 observed species, 21 of them were in a clumped distribution, 7 species in a regular, and 5
species were at random pattern. (2) There are relationship between life form and the distribution of the plant species.
The multi-plants tend to have a clumped distribution pattern, and single plant tend to have a regular or random
distribution pattern. (3) The species of clumped distribution tend to have negative association to the species which of
regular and random distribution pattern. However among the species which had the regular distribution pattern tend to
have positive association. (4) The calculated results of the interaction more supported the individualistic concept of
the plant association than community as an integrated unit.
© 2002 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Key words: distribution pattern, association, interaction, grassland, Baluran National Park
berbeda-beda, dimana mereka hanya peluang asosiasi yang ditunjukkan setiap pola
menempati bagian yang cocok bagi distribusi spesies.
kehidupannya. Clement (1978, dalam Barbour
et al, 1987) menyimpulkan setiap tumbuhan
merupakan hasil dari kondisi tempat dimana BAHAN DAN METODE
tumbuhan itu hidup, sehingga tumbuhan dapat
dijadikan sebagai indikator lingkungan. Penelitian menggunakan metode kuadrat.
Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh Pada setiap area yang ditetapkan sebagai
seleksi tumbuhan yang mencapai klimaks dan sampel, dibuat kuadrat permanen berukuran
mampu hidup di tempat tersebut. Kegiatan 20 m x 20 m sebanyak 10 buah. Pada setiap
anggota komunitas tergantung penyesuaian stasiun permanen diulang 10 kali, sehingga
diri setiap individu terhadap faktor fisik dan total sampling adalah 100 plot. Peletakan plot
biotik yang ada di tempat tersebut. Dengan kuadrat 1 m x 1 m dilakukan secara subyektif
demikian pada suatu komunitas, pengendali sehingga dapat dipilih area yang diharapkan
kehadiran spesies dapat berupa satu atau menunjukkan heterogenitas, baik komposisi
beberapa spesies tertentu atau dapat juga spesies penyusun maupun kondisi lingkungan.
sifat fisik habitat. Namun tidak ada batas yang Data kuantitatif vegetasi untuk uji statistik
jelas antara keduanya, sebab keduanya dapat diperoleh dengan menghitung nilai Densitas
beroperasi bersama-sama atau saling (D), Densitas Relatif (DR), Frekuensi (F),
mempengaruhi (Barbour et al, 1987). Frekuensi Relatif (FR), Dominansi (DM),
Distribusi semua tumbuhan di alam dapat Dominansi Relatif (DMR) dan Nilai Penting
disusun dalam tiga pola dasar, yaitu acak, (NP) dari setiap spesies.
teratur, dan mengelompok. Pola distribusi Pola distribusi spesies tumbuhan
demikian erat hubungannya dengan kondisi ditentukan dengan model distribusi Poisson,
lingkungan. Organisme pada suatu tempat dengan menghitung nilai Chi Square (χ2). Bila
bersifat saling bergantung, sehingga tidak pola distribusinya tidak acak maka dilakukan
terikat berdasarkan kesempatan semata, dan pengujian lebih lanjut melalui perhitungan
bila terjadi gangguan pada suatu organisme Varian (V) (Barbour et al, 1987; Chapman &
atau sebagian faktor lingkungan akan Moore, 1986; Ludwig & Reynolds, 1988).
berpengaruh terhadap keseluruhan komunitas
(Barbour et al, 1987).
Menurut Greig-Smith (1983), bila seluruh
χ2 = ∑
(teramati - pengharapan )2
faktor yang berpengaruh terhadap kehadiran pengharapan
spesies relatif sedikit, maka faktor kesempatan
(∑ χ )
lebih berpengaruh, dimana spesies yang 2
∑χ
bersangkutan berhasil hidup di tempat 2
−
tersebut. Hal ini biasanya menghasilkan pola n
distribusi. V=
n −1
Tumbuhan yang hidup secara alami pada
suatu tempat, membentuk suatu kumpulan n = jumlah total kuadrat
yang di dalamnya setiap individu menemukan
lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan Asosiasi di antara spesies tumbuhan
hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat pula ditentukan dengan tabel Contingency 2x2.
kerukunan hidup bersama (asosiasi), dan Hasil perhitungan seluruh pasangan spesies
hubungan timbal balik (interaksi) yang saling disajikan dalam bentuk matrik setengah.
menguntungkan, sehingga terbentuk suatu Selanjutnya hasil ini diuji dengan perhitungan
derajat keterpaduan (Resosoedarmo, 1989). Indeks Asosiasi (Ludwig & Reynolds, 1988).
Mengingat masih sangat langkanya pe-
nelitian tentang asosiasi dan interaksi spesies a
IO =
dalam suatu komunitas, maka penelitian ini a+b⋅ a+c
dipandang perlu dilakukan. Tujuan penelitian
adalah untuk: (1) mengetahui pola distribusi, IO = indeks Ochiai
asosiasi, dan interaksi spesies tumbuhan, (2) a = spesies A dan B hadir
mengetahui hubungan life form dengan pola b = spesies A hadir, B tidak hadir
distribusi spesies, (3) membandingkan c = spesies A tidak hadir, B hadir
DJUFRI – Ekologi Padang Rumput TN Baluran 183
Interaksi antara spesies tumbuhan Jadi komunitas yang diteliti dicirikan oleh
ditentukan melalui pendekatan pola distribusi, spesies rumput dengan nilai penting relatif
digunakan tabel Conitingency 2x2, dengan tinggi, dan spesies bukan rumput dengan nilai
menghitung nilai χ2. penting relatif rendah. Dengan demikian
spesies rumput mendominasi komunitas ini.
Berdasarkan persentase kekayaan spesies,
HASIL DAN PEMBAHASAN maka padang rumput yang diteliti dapat
digolongkan sebagai padang rumput alami
Nilai penting spesies berdasarkan kriteria Speeding (1971), karena
Hasil perhitungan nilai Densitas, Densitas jumlah spesies yang terbesar adalah
Relatif, Frekuensi, Frekuensi Relatif, kelompok rumput (Poaceae) mencapai
Dominansi, Dominansi Relatif, dan Nilai 42.42%. Demikian juga bila dihubungkan
Penting disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan dengan persyaratan curah hujan yang rendah,
Tabel 1 dapat dikatakan bahwa kelompok yaitu 900-1.600 mm/tahun, dan temperatur
Poaceae pada umumnya mempunyai nilai yang relatif tinggi (32-37 oC).
penting lebih banyak daripada spesies lainnya.
Tabel 1. Nilai Densitas (D), Densitas Relatif (DR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi (DM),
Dominansi Relatif (DMR) dan Nilai Penting (NP) setiap spesies
Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat lingkungan dan kompetisi, hasil tersebut relevan
dikatakan bahwa kelompok Poaceae pada dengan kesimpulan Barbour et al (1987) bahwa
umumnya mempunyai nilai penting lebih besar pola distribusi spesies tumbuhan cenderung
daripada spesies lainnya. Jadi komunitas yang mengelompok, sebab tumbuhan bereproduksi
diteliti dicirikan oleh spesies rumput dengan dengan biji yang jatuh dekat induknya atau
nilai penting relatif tinggi, dan spesies bukan dengan rimpang yang menghasilkan anakan
rumput dengan nilai penting relatif rendah, vegetatif masih dekat dengan induknya.
sehingga spesies rumput dominan. Pola distribusi spesies tumbuhan
dipengaruhi oleh perbedaan kondisi tanah,
Pola distribusi spesies sumber daya, dan kompetisi. Hasil
Melalui pendekatan distribusi Poisson pengukuran sampel tanah khususnya pH dan
diperoleh 21 spesies (63.64%) pola distribusi kelengasan menunjukkan perbedaan relatif
mengelompok, 7 spesies (21.21%) pola kecil. pH tanah berkisar 6.66-7.73 dan
distribusi teratur, dan 5 spesies (15.15%) pola kelengasan berkisar antara 14.01-17.94.
distribusi acak (Tabel 2). Dengan demikian, Keadaan yang relatif homogen ini nampaknya
spesies penyusun padang rumput Taman tidak berpengaruh terhadap pola distribusi
Nasional Baluran cenderung pola distribusinya spesies, demikian juga terhadap kehadiran
mengelompok. Terlepas dari pengaruh faktor spesies pada seluruh kuadrat pengamatan.
Bila faktor yang mempengaruhi kehadiran relatif sama. Dengan demikian spesies
spesies pada suatu tempat relatif kecil, maka kelompok rumpun pola distribusi
ini merupakan kesempatan semata dan mengelompok. Fenomena ini dapat dijelaskan
biasanya menghasilkan pola distribusi spesies karena kelompok rumpun mempunyai jumlah
secara acak (Greig-Smith, 1983). Hasil individu relatif banyak pada setiap kuadrat,
perhitungan pola distribusi spesies di wilayah dan perkembangbiakannya melalui rimpang
penelitian menunjukkan kenyataan yang (stolon) menghasilkan anakan vegetatif yang
berbeda, karena sebagian besar spesies masih dekat dengan induknya.
menunjukkan pola distribusi mengelompok. Spesies kelompok non-rumpun mempunyai
Dengan demikian, tentu ada faktor lain yang kecenderungan pola distribusi acak lebih
lebih berpengaruh tetapi bukan faktor pH dan besar daripada pola distribusi teratur dan
kelengasan tanah yang diukur dalam mengelompok. Sedangkan antara pola
penelitian ini. Gejala ini mungkin dapat distribusi acak dengan teratur relatif sama.
dipelajari melalui penelitian lebih lanjut melalui Dengan demikian spesies kelompok non-
pengukuran parameter lingkungan lain, dan rumpun mempunyai pola distribusi khas acak
mengamati pengaruh kompetisi terhadap atau teratur. Fenomena ini dapat dijelaskan
kehadiran spesies. karena kelompok non-rumpun pada umumnya
Pada Tabel 2 juga ditunjukkan bahwa, nilai mempunyai nilai kekerapan sangat tinggi,
frekuensi nampaknya tidak mempunyai namun tidak didukung oleh jumlah individu
kecenderungan yang jelas terhadap pola yang banyak pada setiap kuadratnya. Selain
distribusi spesies. Pola distribusi itu propagul yang dihasilkan jatuh dan tumbuh
mengelompok dapat dihasilkan baik dari nilai tidak harus dekat dengan induknya, karena
frekuensi yang tinggi maupun rendah. penyebarannya dipengaruhi oleh faktor luar,
Demikian juga halnya dengan pola distribusi misalnya angin atau dibawa oleh hewan
teratur. Namun untuk pola distribusi acak pada tertentu. Dapat juga disebabkan karena
umumnya dihasilkan dari spesies yang adanya kompetisi dengan spesies kelompok
mempunyai nilai frekuensi tinggi. Pola rumpun, sehingga pertumbuhannya terhambat
distribusi spesies mengelompok pada pada kisaran ruang relatif sempit. Temuan ini
umumnya mempunyai nilai densitas tinggi, membuka peluang lebih lanjut melalui
dalam kasus ini paling tidak ≥ 2.09. Untuk pola penelitian yang rinci di laboratorium, sehingga
distribusi teratur tidak lebih besar dari 3.22, diperoleh keterangan yang dapat memperjelas
dan pola distribusi acak tidak lebih besar dari fakta yang dihasilkan melalui pengamatan di
2.98. Dengan demikian dapat dikemukakan lapangan (autekologi).
bahwa, melalui pendekatan distribusi Poisson Hasil perhitungan nilai probabilitas setiap
terhadap pola distribusi spesies kelihatannya life form mengindikasikan bahwa ada
lebih ditentukan oleh nilai densitas dan bukan hubungan yang kuat antara life form dengan
oleh nilai frekuensi. pola distribusi spesies. Probabilitas untuk
memperoleh pola distribusi mengelompok
Hubungan life form dengan pola distribusi spesies untuk kelompok rumpun lebih besar daripada
Spesies kelompok rumpun mempunyai kelompok non-rumpun, namun berbanding
kecenderungan pola distribusi mengelompok terbalik terhadap pola distribusi teratur dan
lebih besar dibandingkan dengan pola acak. Untuk spesies kelompok non-rumpun
distribusi teratur dan acak. Sedangkan di terjadi sebaliknya.
antara pola distribusi teratur dengan acak
Brachiaria reptans
- Schlerachne punctata
- - Dichantium coricosum Keterangan:
+ ∗ ∗ Themeda arguens + = Asosiasi positif
+ + + ∗ Heteropogon contortus - = Asosiasi negatif
- - - - + Thespesia lanpas ∗ = Asosiasi tidak jelas
+ - - + + - Triumfetta bartamia
+ + ∗ + ∗ - + Pogonatherum paniceum
- + - + - - - ∗ Dactyloctenium aegyptium
+ - - + + + + + - Echinochloa colonum
+ + + + + - - + - - Stachytarpheta indica
+ + + + + + + + + + - Ocimum basilicum
- - + + - + - ∗ - - + + Acalypha indica
+ + + + + - - ∗ - - + - - Phyllanthus debilis
- + - - ∗ + ∗ - + - ∗ + - ∗ Clitoria ternatea
+ + - + - + - + + ∗ + - ∗ - - Rotboelia exaltata
- - - + + + + ∗ + ∗ ∗ - ∗ - - + Eleusine indica
- ∗ - + - ∗ + + + - + + - + + ∗ + Sida acuta
- - + + ∗ + - + - - + + + - + ∗ ∗ - Eragrostis tenella
+ + + + + + - + - - + ∗ - + - + - - + Amaranthus gracilis
+ - + + ∗ + + + ∗ + + - + - + + + - + + Indigofera sp
+ + + + + - + ∗ - + + ∗ + - ∗ ∗ ∗ - + + + Crotalaria setriata
+ - + + - + ∗ + + - - + + - - + - - + + + + Desmodium triflorum
+ + - + ∗ + - - + + + + + - - + + ∗ + + + ∗ + Digitaria ciliaris
+ + - + ∗ - - + - ∗ - + + - + - - + + ∗ + - + + Hedyotis corymbosa
- - - + ∗ + ∗ + - + - ∗ - ∗ + - + - - - - - - - ∗ Polytrias amaura
- - - + - - + ∗ - + - + + - + - ∗ - - - + ∗ + ∗ + + Cyperus kylingia
- - - ∗ + - - - - - + - - + + - ∗ - + + - - - - - + - Achyranthes aspera
+ + + + + - - + - - + + + + - + ∗ - - + + + + + + - - + Eragrostis amabilis
- - - - - - + - - - + + - - + - + - - - - + + - - + + + - Mimosa pudica
- + - - - - + - - - - + + - - - - - - - - - - - - + + + - + Calotropis gigantea
+ - - + - - + + - + ∗ + - - - - ∗ - - - + ∗ + - + + + + - + + Momordica charantia
+ + - ∗ ∗ - + + - + - + + - - - - + - - + ∗ + ∗ + + + + - + + + Moghania macrophylla
Gambar 1. Matriks asosiasi di antara 33 spesies tumbuhan penyusun padang rumput di wilayah penelitian.
nilai teramati sama dengan diharapkan tidak ingin dilihat asosiasinya rendah, maka indeks
dapat ditentukan tipe asosiasinya, contohnya asosiasinya juga rendah, demikian juga
antara Themeda arguens dengan Schlerechne sebaliknya. Tidak demikian halnya dengan
punctata. Beberapa contoh lainnya dapat perhitungan tabel Contingency.
ditemukan pada matriks setengah. Sesungguhnya yang paling baik adalah
Berdasarkan fakta ini, penentuan asosiasi penggabungan kedua teknik tersebut.
dengan tabel Contingency sebaiknya
dilanjutkan dengan pengujian nilai indeks Indeks asosiasi
asosiasi, sehingga dapat diketahui apakah Untuk mengetahui sampai seberapa besar
asosiasi positif pada matriks setengah juga derajat asosiasi yang ditunjukkan setiap
menunjukkan nilai indeks asosiasi yang tinggi. pasangan spesies pada matriks setengah,
Demikian juga sebaliknya untuk asosiasi dapat diuji dengan menghitung nilai indeks
negatif. asosiasi (Tabel 4). Umumnya pasangan
Dengan demikian hasil perhitungan indeks spesies yang diamati mempunyai nilai indeks
asosiasi tentunya memperkuat kesimpulan asosiasi tinggi dan sangat tinggi, mencapai
hasil perhitungan tabel Contingency, bahwa 84.09% dan hanya sebagian kecil saja yang
pada umumnya spesies penyusun padang menunjukkan derajat asosiasi rendah dan
rumput daerah Baluran menunjukkan toleransi sangat rendah sebesar 15.91%.
untuk hidup bersama pada area yang sama,
atau ada hubungan timbal balik yang saling Interaksi spesies
menguntungkan, khususnya dalam pembagian Penentuan tipe interaksi dalam penelitian
ruang hidup. Di luar pengaruh interaksi pada ini belum mengungkapkan pengaruh interaksi
suatu komunitas, setiap tumbuh saling di antara spesies tumbuhan, juga tidak sampai
memberi tempat hidup pada suatu area dan pada pemberian nama interaksi, misalnya
habitat yang sama. Integritas pada suatu mutualisme, kompetisi, amensalisme, dan lain-
komunitas merupakan fenomena yang telah lain. Meskipun demikian, penelitian ini akan
dibentuk dengan baik, adanya toleransi membuka peluang penelitian lanjutan untuk
kebersamaan, sehingga terbentuk derajat mengetahui pengaruh interaksi di antara
keterpaduan (Mueller-Dombois & Ellenberg, spesies di wilayah penelitian, sehingga
1974; Barbour et al, 1987). dinamika komunitas di tempat tersebut dapat
Dari kedua teknik perhitungan asosiasi, diramalkan untuk masa mendatang. Hasil
perhitungan indeks asosiasi lebih baik perhitungan tipe interaksi seluruh pasangan
daripada perhitungan tabel Contingency. spesies disajikan pada Tabel 5 dan 6.
Sebab jika kehadiran pasangan spesies yang
Tabel 5. Tipe interaksi seluruh pasangan spesies dengan pendekatan pola distribusi.
Jumlah
No. Tipe Interaksi Kombinasi Persentase (%)
Kombinasi
1. Rumput dengan rumput 15.38
2. ON 65 Rumput dengan non-rumput 38.47
3. Non-rumput dengan non-rumput 46.15
1. Rumput dengan rumput 2.86
2. OFF 35 Rumput dengan non-rumput 48.57
3. Non-rumput dengan non-rumput 48.57
Jumlah 100 200.00