You are on page 1of 4
’ - e ey TIVNISIGHW VIWIM al ca EDISI KEDUA KIMIA MEDISINAL 1 Edisi 2 Editor: Siswandono © AIRLANGGA UNIVERSITY PRESS Anggota IKAPI: 001/JTI/95 Anggota APPTI: OOI/KTA/APPTI/X/2012 AUP 614/08.16 Kampus C Unair, Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5992246, 5992247 Fax. (031) 5992248, E-mail: adm@aup.unair.ac.id Digitalisasi: Tim e-Book Airlangga University Press Dilarang mengutip dan/atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Penerbit sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kimia Medisinal 1 / Editor: Siswandono. -- Edisi 2 -- Surabaya: Airlangga University Press, 2016. xxiv, 554 hlm. : 23 cm. ISBN 978-602-0820-66-8 E-ISBN 978-602-6606-01-3 1, Farmasi. I. Siswandono. 615.7 D. AKTIVITAS PERMUKAAN DAN AKTIVITAS BIOLOGIS Surfaktan adalah suatu senyawa yang karena orientasi dan pengaturan molekul pada permukaan larutan, dapat menurunkan tegangan permukaan. Struktur surfaktan terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu bagian yang bersifat hidrofilik atau polar dan bagian lipofilik atau non polar, sehingga dikatakan surfaktan bersifat ampifilik. Bila surfaktan dimasukkan ke air maka pada permukaan akan teratur sedemikian rupa sehingga bagian non polar, misal rantai hidrokarbon, berorientasi ke fasa uap, sedang bagian polar, misal gugus-gugus COOH, OH, NH) dan NO, , berorientasi ke fasa air. Bila surfaktan dimasukkan ke dalam campuran pelarut polar dan non polar, maka pada batas cairan polar dan non polar, bagian non polar berorientasi ke pelarut non polar, sedang gugus polar berorientasi ke pelarut polar. Pada orientasi ini terlibat ikatan van der Waal’s, ikatan hidrogen dan ikatan ion-dipol. Contoh: asam oleat (CygH3¢~COOH), bila dimasukkan ke air dapat membentuk lapisan monomolekul. Rantai hidrokarbon cenderung tegak lurus pada permukaan, sedang gugus COOH mengarah ke fasa air. Bila kemudian ditambahkan minyak, rantai hidrokarbon akan berorientasi ke fasa minyak sedang gugus COOH tetap kontak dengan air. Orientasi asam oleat pada fasa uap, fasa air dan fasa minyak dapat dilihat pada Gambar 7.9. ‘Asam oleat cenderung membentuk perubahan dari fasa non polar ke fasa polar secara perlahan-lahan sehingga energi bebas pada permukaan menjadi lebih kecil. Aktivitas permukaan surfaktan ditentukan oleh keseimbangan gugus hidrofil dan lipofil (hidrophyl lipophyl balance = HLB). Berdasarkan sifat gugus yang dikandungnya, surfaktan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: |. Surfaktan anionik Surfaktan anionik mengandung gugus hidrofil yang bermuatan negatif, dan dapat berupa gugus karboksil, sulfat, sulfonat atau fosfat. Contoh: sabun K, sabun Na, natrium stearat, natrium laurilsulfat dan natrium laurilsulfoasetat. Fasa uap -----= rantai C}8H36 Fasa air U Gg gugus COOH .--» gugus COOH Fasa minyak - ---> rantai C18H36 Gambar 7.9 Orientasi asam oleat pada fasa uap, fasa air dan fasa minyak HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT 221 2. Surfaktan kationik Surfaktan kationik mengandung gugus hidrofil yang bermuatan positif, dan dapat berupa gugus amonium kuarterner, biguanidin, sulfonium, fosfonium dan iodonium. Contoh: turunan amonium kuarterner, seperti setilpiridinium klorida, benzetonium klorida, benzalkonium klorida dan setavlon, serta turunan biguanidin, seperti heksaklorofen. 3. Surfaktan non ionik Surfaktan ini tidak terionisasi dan mengandung gugus-gugus hidrofil dan lipofil yang lemah sehingga larut atau dapat terdispersi dalam air, biasanya adalah gugus polioksietilen eter dan poliester alkohol. Contoh: polisorbat 80, span 80 dan gliserilmonostearat. 4. Surfaktan amfoterik Surfaktan amfoterik mengandung dua gugus hidrofil yang bermuatan positif (katio- nik) dan negatif (anionik). Contoh: N-lauril-f-aminopropionat dan miranol. Dalam larutan encer, surfaktan menunjukkan sifat elektrik dan osmotik yang sama dan didistribusikan dalam bentuk monomer. Bila kadar surfaktan ditambah terus, akan dicapai suatu titik kritis, terjadi penggabungan molekul monomer menjadi suatu polimer, terdiri dari 50 atau lebih monomer, yang disebut misel. Kadar pada waktu mulai terbentuk molekul polimer dinamakan kadar misel kritis (critical micelle concentration = CMC). Pada kadar di atas CMC terbentuk polimer yang besar dan kemudian menjadi koloid. Proses yang terjadi bersifat reversibel sehingga bila diencerkan polimer akan menjadi bentuk monomer kembali. Aktivitas anthelmintik heksilresorsinol dipengaruhi oleh perbandingan jumlah surfak- tan (Na oleat) dan obat (heksilresorsinol). Bila kadar Na oleat dipertahankan di bawah CMC, terjadi penggabungan surfaktan-fenol (1:1), penetrasi heksilresorsinol pada membran cacing akan meningkat sehingga aktivitas anthelmintik juga meningkat. Bila kadar surfaktan di atas CMC, terbentuk misel-misel yang akan menyelubungi heksilresorsinol, penetrasi pada membran cacing menurun, sehingga aktivitas menu- run pula. Surfaktan juga memengaruhi absorpsi obat. Aktivitas surfaktan terhadap absorpsi obat tergantung pada: . kadar surfaktan, . struktur kimia surfaktan, . efek surfaktan terhadap membran biologis, |. efek farmakologis surfaktan, e. adanya interaksi surfaktan dengan bahan-bahan pembawa atau bahan obat. eee Contoh: Pengaruh surfaktan polisorbat 80 terhadap absorpsi sekobarbital Na pada ikan emas, yang dapat dilihat pada Gambar 7.10. 222+ KIMIAMEDISINAL _1

You might also like

  • 1 PB
    1 PB
    Document5 pages
    1 PB
    Sonita Gloria Simanjuntak
    No ratings yet
  • Isi Biokim 3
    Isi Biokim 3
    Document24 pages
    Isi Biokim 3
    Sonita Gloria Simanjuntak
    No ratings yet
  • 2468 5437 1 SM
    2468 5437 1 SM
    Document7 pages
    2468 5437 1 SM
    Sonita Gloria Simanjuntak
    No ratings yet
  • Uraian Bahan Karbo
    Uraian Bahan Karbo
    Document3 pages
    Uraian Bahan Karbo
    Sonita Gloria Simanjuntak
    No ratings yet
  • Covid
    Covid
    Document34 pages
    Covid
    Sonita Gloria Simanjuntak
    No ratings yet