LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM
INTEGRATED LABORAT (IL)
PRODI SARJANA KEBIDANAN STIKES BAKTI UTAMA PATI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Nama Mahasiswa : Dewi Munziyah
NIM : 12110220001
Mata Kuliah : Anatami Fisiologi
Jenis Kompetensi : Anatomi Fisiologi
Perasat : Pemeriksaan Telinga
Semester i
A. Latar Belakang (Alasan apa yang mendasar perasat tersebut dilakukan ditinjau
dari aspek fisiologi & patofisiologis serta dampak jika tidak dilakukan)
Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan
respons terhadap getaran mekanik gelombang sura yang terdapat di udara.
Telinga menerima gelombang suara, diskriminasi frekuensinya dan penghantaran
insformasi dibawa ke susunan saraf pusat. Telinga merupakan sebuah organ yang
mampu mendeteksi / mengenal suara dan juga banyak berperan dalam
keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu
telinga kuar (outer aer), telinga tengah (middle ear), dan telinga yang terakhir
telinga bagian dalam (inner ear). Telinga manusia merupakan organ yang sangat
kompleks. (Syaifuddin.2011)
Membrane timpani terbentuk kerucut, merupakan tangkai dari maleus,
terikat kuat pada inkus oleh ligamentum-ligamentum sehingga pada ssat maleus
kus ikut bergerak. Artikulasi inkus dengan stapes memyebabkan
stapes terdorong ke depan pada cairan kokhlea. Setiap saat maleus bergerak
bergerak ikeluar schingga mencetuskan gerakan ke dala dan ke luar dari permukaan
venestra ovalis.
Telinga manusia dapat mendengar frekuensi 2-20.00 Hz. Ambang dengar
ura (kepekaan) tidak sama dengan frekuensi. Ketahanan pendengaran fazim
diukur dengan suatu audiometer. Frekuensi potensial aksi dalan serabut saraf
pendengar tunggal sebanding dengan kekerasan bunyi. Pads intensitas bunyi yang
rendah tiap akson melepaskan listrik terhadap bunyi.
Penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena tidak menjage kebersihan
telinga terdiri dari, tinnitus adalah persaan mendengar bunyi atau suara lain di
epale. Tuli yaitu apabila pendengaran menurun dan terjadi dengan berat
sehingga kemungkinan pendengaran akan rusak dan tidak dapat mendengar lagi
secara normal, Perikondritis merupakan rasdang yang menyerang thlang rawan
dan telinga.
Pemeriksaan telinge adalah prosedur pemeriksaan untuk mengetahui
kemampuan pendengaran. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui seseorang
itu mempunyai gangguan pendengaran dan kelainan pada telinga stau tidak.
Gangguan keseimbangan salah satu penyebab gangguan sistem
eseimbangen adalah Jabyrinthitis, akibat infeksi atau peradangan pada telings
bagian dalam. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami_ pusing
berputer. Gangguan keseimbangan juga bisa disebebkan oleh Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV), atau penyakit Méniére yang disertai gangguan
pendengaran, telings berdenging, dan telinga terase penuh. Untuk menentukan
penyebab gangguan keseimbangan, dokter THT akan melakukan pemeriksaan
pemeriksaan fisik, tes pendengaran, dan pemeriksaan penunjang, seperti tes
darah. Setelah penyebabnya diketahui, dokter THT akan memberikan pengobatan
sesuai penyebabnya. Infeksi telinga terjadi ketike kuman masuk dan menginfeksi
telings. Kondisi ini bisa terjadi pada telinga luar, telinga tengah, maupun telings
bagian dalam. Gejala infeksi telinga dapat berups nyeri telinga, gangguanpendengaran, demam, atau keluar cairan dari telinga. Umumnya infeksi telinga
ringan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun jika tidak kunjung membaik,
dokter akan meresepkan antibiotik atau melakukan irigasi telinga dan pengeluaran
cairan dalam telinga yang meradang. Gangguan pendengaran dapat terjadi karena
kelainan konduktif (melibatkan telinga bagian luar atau tengah), sensorineural
(melibatkan telinga bagian dalam), atau kombinasi keduanya. Penyebabnya bisa
karena faktor usia, paparan terhadap suara keras dalam jangka panjang, tumbuh
tumor yang menghalangi fungsi pendengaran, atau kotoran telinga yang
menumpuk. (Germany, 2013.)
Alasan bidan untuk mempelajari cara pemeriksaan telinga adalah untuk
mengetahui bagaimana cara memeriksa telinga yang benar dan agar bisa
mendeteksi apa saja kelainan-kelainan yang ada pada telinga pasien. Jika tidak
mempelajari cara pemeriksaan telinga yang benar bisa terjadi kesalahan dalam
melakukan tindakan medis.
. Tujuan (Menggambarkan pencapaian dari perasat yang dilakukan secara
Khusus)
1. Untuk mengetahui anatomi telinga
2. Untuk mengetahui kelainan pada telinga
3. Agar bidan dapat memberikan informasi yang benar/tepat kepada pasienya.
. Indikasi (Sasaran/Obyekdaritindakan)
1, Pemeriksaan pada telinga
. Kontra Indikasi (Sasaran/objek yang tidak boleh dilakukan tindakan)
. Persiapan Alat & Bahan(Kebutuhan yang harus disediakan sesuai SOP)
1. Garputala
. Prosedur Pelaksanaan (Urutan sistematika dari tindakan)
TAHAP PRA INTERAKSI1, Melakukan vrifikasi data pasien
TAHAP ORIENTASI
1, Memberikan salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
3, Melakukan infomed consent
4. Menjaga privacy pasien
5. Mencuci tangan
TAHAP KERJA
1, Mempersilahkan pasien untuk duduk di kursi pemeriksaan
Tes Rinne
1. Getarkan garputala dengan mengetukkannya pada telapak tangan /
punggung tangan
Tempelkan tangkai garputala yang sudah digetarkan di prosesus
Nn
mastoideus salah satu telinga
pada pasien apakah ia mendengar bunyi penala mendengung di
eriksa. Bila mendengar, pasien disuruh mengacungkan jari
w
. Tanyakan
telinga yang dip
telunjuk, jika tidak mendengar lagi, jari telunjuk diturunkan
pindahkan penala dari prosessus mastoidesus ke depan liang
4. Segera
2,5 om jaraknya dari liang telinga dan tanyakan
t
apakah klien masih mendengar bunyi garputala
ga pasien kira-kira
5. Catat hasil pemeriksaanUsi Rinne
Test Weber
6. Getarkan garputala dengan cara mengetukkan ke telapak tangan /
punggung tangan
7. Letakkan tangkai garputala yang herdenging di atas kepala klien ( pada
dahi garis median ) dan tanyakan apakah mendengar bunyi penala sama
kuat dikedua telinganya atau dibagian telinga mana terdengar bunyi lebih
keras.
8. Catat hasil pemeriksaan
Wi Weber
Tes Schawbach
9. Getarkan garputala dengan mengetukkannya pada telapak tangan /
Punggung tangan10. Letakkan tangkai penala pada planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa
sudah tidak mendengar bunyi maka schawach memendek / normal
11. Sesegera mungkin garputala dipindahkan ke planum mastoid pasien yang
diperiksa, dan tanyakan apakah pasien masih dapat mendengar bunyi /
tidak
12. Catat hasil pemeriksaan
TAHAP TERMINASI
1, Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan.
3. Membersihkan alat.
4. Mencuci tangan.
5. Mencatat hasil tindakan pada lembar dokumentasi.
G. Kesimpulan, saran, dan advice (Evaluasi hasil pengetahuan, sikap, tindakan,
dur tindakan balutan)H, Daftar Pustaka
in Color Atlas And Textbook of Human Anatomy , p.348,
Kahle W. “The Ey:
Stuttgart,
Germany, 2013. .
Syaifuddin.201 1 Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta:EGC.
Ms... Adoveaons..2.0208
Praktikum
Pembimbing
(Dewi Munziyah)
( Uswatun Kasanah,