You are on page 1of 13

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


Ujian Akhir Semester Gasal Tahun Akademik 2020/2021

Nama : Akmal al Baihaqi S


NIM : 1183070010
Mata Kuliah : Auditing Syariah
Jurusan : Manajemen Keuangan Syariah
Semester/Kelas : V/A
Dosen : Dr.Yoyok Prasetyo, ST, M.Sy
Tanggal : 6 Februari 2021
Sifat : Daring
-----------------------------------------------------------------------------

Bismillahirohmanirrohiim

1. Tuliskan jurnal anda yang bertemakan Auditing Syariah ?


2. Apa yang melatar belakangi tulisan jurnal anda ?
3. Apa hasil tulisan jurnal anda ?
4. Kontribusi apa yang dapat diharapkan dari jurnal anda terhadap pengembangan Ekonomi
Syariah di Indonesia ?
5. Apa kelemahan jurnal anda ?

Selamat mengerjakan, jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan


serta menjunjung tinggi kejujuran

---- oo0oo ---


JAWABAN
1. Judul : Kebutuhan dan Tantangan Audit dan Auditor
Syariah
Jurnal : Perbankan dan Ekonomi Syariah
Volume : Volume 1
Tahun : Februari, 2021
Penulis : Akmal Al Baihaqi Sucherman

Abstract
Audited financial statement is the ways to make sure that information available on that report can be used
to make decision, because there is an opinion of independent person (auditor) whether it presents a true and
fair view of the company or not. Islamic bank established Shariah Supervisory Board (SSB) that one of its
functions is to issue report about the compliance of Islamic bank in all activities with Islamic principles.
This report is published with the external auditor’s annual report. Islamic bank is common to hire
conventional auditor to audit its financial statements. However, because of the unique characteristics of
Islamic bank, the using conventional auditor raises an issue whether it is adequate to audit and report on the
accounts of an Islamic organization. By understanding the Islamic value, characteristics, activities,
operation and normative content of Islamic banking report, this paper argues that conventional auditors is
not adequate in both his knowledge and code of ethics, and therefore, the need for shariah audit become
important for this institution. Shariah audit program, shariah audit qualification and education and
independence of shariah auditor are the challenges to create qualified shariah auditors.

Abstrak
Laporan keuangan auditan adalah cara untuk memberi keyakinan bahwa informasi dalam laporan tersebut
dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Proses audit dilakukan oleh auditor independen yang
menyatakan kewajaran laporan keuangan. Bank Syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
bertugas mengeluarkan laporan mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Laporan ini
dikeluarkan bersamaan dengan laporan auditor eksternal. Meskipun demikian, keberadaan auditor
konvensional di dalam entitas Islam menimbulkan perdebatan apakah mereka cukup competen untuk
mengaudit organisasi bisnis Islam. Paper ini mencoba memaparkan nilai-nilai Islam, karakteristik, aktivitas,
dan isi normatif laporan keuangan di dalam bank syariah dan oleh karena itu keberadaan auditor syariah
menjadi sangat relevan dengan kebutuhan perbankan Syariah. Program audit syariah, pendidikan dan
kualifikasi dan independen auditor syariah saat ini menjadi tantangan untuk menciptakan auditor syariah
yang berkualitas.
PENDAHULUAN
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan yang berbeda dibandingkan dengan
prinsip syariah dalam kegiatan transaksi organisasi bisnis lainnya. Meskipun AAOIFI
bisnis mereka. Ini berarti bahwa setiap telah mengeluarkan serangkaian standar
kegiatan perbankan harus sesuai dengan audit untuk LKS, namun kurang berfungsi
koridor syariah. Bank syariah memiliki dengan maksimal karena AAOIFI tidak
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang memiliki kekuatan memaksa anggotanya
bertugas untuk mengawasi dan memberikan untuk mengadopsi semua standarnya.
masukan kepada manajemen dalam Hameed dan Yaya (2005) menyatakan
memastikan bahwa operasi bank sejalan pentingnya suatu organisasi Islam untuk
dengan prinsip syariah dan untuk memberi memiliki audit shariah dalam rangka
keyakinan pada nasabah bahwa bank syariah berkontribusi mencapai tujuan Maq'asid
benar-benar menjalankan prinsip syariah. Ash-Shariah. Lebih lanjut, Abdul Rahman
(Karim, 1999). Pada akhir tahun, DPS akan (2008) berpendapat bahwa penting untuk
menerbitkan laporan bersamaan dengan mengevaluasi kebutuhan audit syariah untuk
laporan audit oleh auditor eksternal. Laporan menyempurnakan mekanisme kepatuhan
ini sangat berguna bagi pengguna laporan syariah yang sudah dibuat. Hal ini
keuangan, khususnya mereka yang sangat disebabkan meningkatnya tun - tutan
concern pada ajaran agama sebagai sarana stakeholders akan adanya jaminan
untuk memberikan jaminan dan keyakinan kepatuhan syariah dan akuntabilitas
bahwa bank telah memenuhi prinsip-prinsip organisasi. Tulisan ini mencoba untuk
Islam dalam semua transaksi keuangan. menggambarkan karakteristik bank syariah
Audit laporan keuangan pada perusahaan, dan apakah audit konvensional sudah
termasuk bank syariah, dilakukan oleh memadai meskipun secara profesional
auditor eksternal yang memiliki kompetensi auditor memenuhi syarat untuk melakukan
yang memadai sesuai dengan kebutuhan audit di bank syariah. Analisis kebutuhan
profesional profesi akuntan. Hal ini audit syariah untuk bank syariah juga akan
menimbulkan pertanyaan apakah itu sudah dibahas dalam paper ini.. Bagian kedua akan
cukup atau memadai ketika auditor membahas Islamic worldview dan nilai-nilai
"konvensional" mengaudit dan membuat Islam dalam bank syariah. Bagian ketiga
laporan audit sebuah organisasi Islam menyajikan isi normatif dari laporan bank
(termasuk bank syariah) meskipun ia syariah, dilanjutkan dengan bab empat yang
mungkin memiliki kualifikasi profesional. membahas prosedur audit syariah dalam
Karena itu, kebutuhan untuk audit syariah AAOIFI dan peran DPS di bagian lima.
dan auditor syariah menjadi penting untuk Bagian keenam akan menyoroti audit
suatu Lembaga Keuangan Syariah (LKS) konvensional dan persyaratan profesional
karena organisasi ini memiliki sifat atau profesi akuntan oleh International
Federation Accounting Code (IFAC) dan investasi umum mudharabah, tabungan
beberapa argumen tentang kebutuhan dan wadiah, dan giro wadiah.
tantangan audit syariah. Kesimpulan akan Aktivitas Pembiayaan
disajikan di bagian terakhir. Kegiatan pembiayaan oleh bank syariah
mencakup produk dan jasa yang ditawarkan
KEGIATAN OPERASIONAL BANK oleh bank syariah bagi nasabah yang
SYARIAH membutuhakan dana sperti untuk membeli
Kegiatan Perbankan Syariah Kegiatan kendaraan (sepeda motor dan mobil),
perbankan syariah sebenarnya sama dengan kegiatan sewa-menyewa maupun untuk
praktik konvensional. Bank syariah juga membiayai kegiatan bisnis nasabah. Bank
menawarkan berbagai produk dan jasa syariah umumnya menawarkan tiga jenis
seperti produk pendanaan, produk kontrak sebagai berikut:
pembiayaan, produk dan jasa lainnya. Pertama, kontrak kemitraan dengan
Namun, mereka juga melakukan kegiatan menggunakan akad pembiayaan
sosial sebagai salah satu fungsi utama bank mudharabah dan musharakah. Pembiayaan
syariah. Aktivitas pendanaan Kegiatan mudharabah adalah investasi bersama antara
pendanaan oleh bank syariah mencakup shahibul maal dan mudharib dimana
produk yang ditawarkan kepada nasabah shahibul maal menyediakan penuh dana dan
khususnya yang membutuhkan sarana me mudharib memberikan kemampuannya
nyimpan atau menginvestasikan dana dalam mengelola usaha. Sementara,
mereka. Bank-bank Islam umumnya musharakah adalah investasi bersama di
menawarkan dua jenis kontrak sebagai mana kedua belah pihak berbagi dana dan
berikut: Pertama, wadiah yad dhamanah, kemampuan mereka dalam mengelola
kontrak yang memungkinkan bank syariah bisnis.
untuk memanfaatkan dana dengan ketentuan Kedua, kontrak penjualan dengan
setiap kali nasabah akan mengambil kembali menggunakan murabahah, salam, dan
dana mereka, pihak bank selalu siap sedia. istishna. Kontrak murabahah adalah di mana
Kedua, kontrak mudharabah mutlaqah yang pelanggan meminta bank syariah untuk
memungkinkan pelanggan untuk membeli barang atas namanya, dan pihak
menginvestasikan uang mereka dalam bank akan mengenakan margin pada barang
berbagai bentuk pembiayaan melalui bank yang dibiayai dan akan dijual kepada
syariah. Kontrak ini memberikan kebebasan pembeli. Salam adalah kontrak jual beli
kepada bank syariah untuk memilih potensi yang pelunasannya sebelum barang pesanan
pembiayaan tanpa ada batasan dari pemilik diterima. Obyek kontrak biasanya produk
dana. Contohnya adalah tabungan barang pertanian dengan kualitas dan
mudharabah, giro mudharabah, rekening kuantitas tertentu. Istishna merupakan
variasi dari kontrak salam. Istishna adalah
pembayaran untuk pembuatan produk (Islamic Corporate Repots/ICRs) sebagai
barang-barang manufaktur sesuai dengan modifikasi dari bentuk laporan keuangan
spesifikasi yang disyaratkan pembeli, konvensional. Mereka menyatakan bahwa
dengan spesifikasi yang telah disepakati ICRs terdiri dari dua laporan, pertama,
bersama. Current V alue Balance Sheet untuk
Ketiga, sewa kontrak dengan menggunakan menghitung zakat dan kontrak mudharabah,
ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik (Atau Kedua, laporan nilai tambah atau Value
juga dikenal sebagai ijarah wa iqtina). Ijarah Added Statement (VAS) yang menghitung
adalah transaksi sewa menyewa antara profitabilitas organisasi dengan
pemilik asset (bank syariah) dengan memperhatikan kontribusi pihak lain seperti
penyewa (nasabah) dengan persetujuan karyawan, masyarakat, lingkungan dan
biaya sewa dan periode tertentu. Sementara stakeholder lain, tidak terbatas pada pemilik
ijarah muntahiyah bittamlik sama dengan perusahaan saja.
kontrak ijarah namun ada perpindahan hak
milik pada saat akhir periode. KEBUTUHAN AUDIT SYARIAH DAN
Aktivitas lainnya /aktivitas jasa AUDITOR SYARIAH
Bank syariah juga menyediakan berbagai Fakta bahwa audit konvensional memainkan
layanan yang dapat membuat sumber- peran besar dalam memastikan kewajaran
sumber pendapatan. Beberapa contoh laporan keuangan perusahaan selama
layanan ini kafalah (bank garansi), sharf bertahuntahun tidak bisa dipungkiri. Karena
(valuta asing), ujr (komisi dari biaya yang profesi akuntansi telah berkembang di
dikenakan untuk layanan tertentu) dan negara-negara barat, proses audit telah
wadiah yad dhamanah (layanan safe deposit menjadi tugas penting dalam memberikan
box). pandangan yang benar dan adil dari laporan
Kegiatan sosial keuangan perusahaan. Teori kontemporer
Bank syariah juga melakukan kegiatan dan praktek audit berkembang seiring
sosial dalam pengoperasiannya seperti dengan pertumbuhan kapitalisme di barat
Qardh Hasan. Qardh Hasan merupakan (Khan, 1985). Khan (1985) menjelaskan
bentuk pembiayaan tanpa bunga kepada beberapa poin utama tentang praktek saat
peminjam dengan tujuan kebajikan. audit konvensional. Pertama, auditor secara
Laporan Organisasi Islam langsung bertanggung jawab kepada pemilik
Ada banyak penelitian mengenai bagaimana organisasi. Ini berarti bahwa auditor harus
organisasi Islam membuat laporan keuangan melaporkan dan memberikan pendapatnya
dan nonkeuangan sebagai salah satu wujud apakah laporan keuangan perusahaan
akuntabilitas mereka. Baydoun dan Willet mewakili pandangan yang benar dan adil
(2000) mencoba menyusun laporan kepada para pemegang saham. Pemegang
keuangan untuk suatu Lembaga Islam saham dianggap sebagai pemilik bisnis dan
auditor tidak bertanggung jawab untuk kerahasiaan, f) perilaku profesional, dan g)
melaporkan kepada para pemangku standar teknis. Kode etik tersebut hampir
kepentingan perusahaan seperti kreditor, sama dengan ketentuan AAOIFI untuk
pemasok atau pelanggan. Kedua, auditor auditor syariah. Namun, bank-bank Islam
tidak memiliki kewajiban sosial yang memiliki karakteristik, sifat, transaksi,
dikenakan oleh norma-norma masyarakat. operasi dan laporan yang berbeda
Ini berarti bahwa jika perusahaan melakukan sebagaimana disebutkan sebelumnya
transaksi yang mengakibatkan berkurangnya dibandingkan dengan organisasi keuangan
sumber daya alam atau dapat lainnya. Kesesuaian dengan syariah dalam
membahayakan masyarakat, auditor tidak semua aspek adalah fitur utama dari
bertanggung jawab untuk melaporkan organisasi bisnis Islam. Dari uraian di atas,
masalah ini. Ketiga, laporan auditor menilai jelaslah bahwa auditor konvensional
kepatuhan organisasi menggunakan hukum memiliki akses langsung ke laporan
sekuler. Mereka tidak dipandu oleh hukum keuangan suatu organisasi dan mereka
agama apapun, sehingga mereka tidak bertanggung jawab untuk membentuk opini
bertanggung jawab untuk melaporkan halhal mengenai kebenaran dan kewajaran dari
mengenai perilaku etis atau tidak etis dari transaksi tersebut. Auditor bertanggung
perusahaan. Keempat, auditor tidak jawab
bertanggung jawab untuk melaporkan kepada pemegang saham perusahaan dan
kehatihatian atau kepatutan kebijakan mendapatkan imbalan dalam melaksanakan
organisasi. Ini berarti bahwa auditor tidak audit bagi perusahaan. Namun, auditor
memiliki hak untuk melaporkan setiap konvensional tidak memiliki kewajiban
kelalaian atau kesalahan dari organisasi untuk melaporkan setiap pelanggaran atau
yang dihasilkan dari keputusan yang tidak kelalaian perusahaan yang dapat
bijaksana atau salah. Selain itu, Menurut membahayakan lingkungan atau masyarakat.
Standar Internasional tentang Audit Auditor juga tidak bertanggung jawab untuk
(International Auditing Standard/IAS) 220, melaporkan kepada para stakeholder lain
partner dalam audit harus dari perusahaan dan mereka juga tidak
mempertimbangkan apakah anggota tim dipandu oleh hukum agama apapun.
audit telah memenuhi persyaratan etis. Perusahaan bisnis dianggap tidak
Auditor harus mematuhi Kode Etik akuntan bertanggung jawab atas etika, sosial atau
profesional yang dikeluarkan oleh konsekuensi ekonomi dari praktek mereka
International Federation of Accountants (Khan, 1985). Hal ini menunjukkan bahwa
Code (IFAC). Prinsip-prinsip etika yang auditor konvensional telah mengabaikan
mengatur tanggung jawab profesional banyak aspek dari masalah etika dan agama
auditor adalah: a) kemandirian, b) integritas, yang dapat menyebabkan banyak masalah
c) objektivitas, d) kompetensi profesional, e) untuk lingkungan dan masyarakat. Karena
terbatasnya peran auditor konvensional pelaksanaan audit syariah harus memiliki
tentang etika dan masalah tata kelola, unsur tambahan yaitu aspek syariah,
mereka tidak cukup memiliki keterampilan mengingat tingginya pertumbuhan lembaga
dan kompetensi yang diperlukan untuk Islam di seluruh dunia, khususnya, lembaga
melakukan audit dalam lingkungan bisnis keuangan syariah. Kasim et al (2009)
Islami. Sementara DPS juga tidak dapat menyatakan mendesaknya kebutuhan untuk
diandalkan untuk melakukan audit syariah. memiliki audit shariah independen yang
Meskipun DPS telah mengawasi kepatuhan regular untuk LKS dan untuk
syariah dari bank Islam dan juga telah mengembangkan kerangka audit syariah.
menerbitkan laporan untuk mengekspresikan Hal ini untuk memastikan efektivitas tujuan
pendapat tentang kepatuhan bank syariah, pelaksanaan kesesuaian syariah dalam LKS
tapi DPS jarang melaksanakan Audit syariah yang pada gilirannya dapat memberikan
pada operasi bank syariah karena kontribusi positif bagi umat (masyarakat)
terbatasnya lingkup pekerjaan. DPS hanya pada umumnya
menyetujui produk dan jasa serta
dokumentasi hukum yang diperlukan (Abdul TANTANGAN AUDIT SYARIAH
Rahman, 2008). Alasan yang lain adalah Kita dapat menyimpulkan bahwa
independensi DPS. Tidak seperti auditor keberadaan audit syariah sangat penting
eksternal, anggota DPS termasuk pihak sehubungan dengan karakteristik yang
internal perbankan dan menerima imbalan berbeda dari bank syariah. Namun, sumber
dari bank yang bersangkutan. Masyarakat daya manusia untuk menjadi auditor syariah
dapat mempertanyakan independensi SSB sangat terbatas sehubungan dengan
dalam situasi di mana ada banyak kompetensi dan kualitas tertentu yang harus
ketidaksesuaian kegiatan organisasi dengan dimiliki oleh auditor. Berikut ini tantangan
prinsip syariah atau ada kejanggalan audit syariah dalam menciptakan auditor
hubungan antara DPS dan manajemen bank syariah (Abdul Rahman, 2008). Program
(Karim, 1999) . Oleh karena itu, auditor Audit Syariah Audit Shariah untuk lembaga
konvensionalmeskipun ia adalah profesional keuangan Islam dapat didefinisikan sebagai
yang memenuhi syarat untuk mengaudit, akumulasi dan evaluasi bukti-bukti untuk
masih dirasa belum memadai (baik dalam menentukan dan melaporkan tingkat
pengetahuan dan etika) untuk mengaudit kesesuaian antara informasi dan kriteria
lembaga-lembaga Islam. Lembaga-lembaga yang telah ditetapkan dengan tujuan
Islam (termasuk bank syariah) perlu kepatuhan syariah (Abdul Rahman, 2008).
memiliki perspektif yang berbeda dari Adanya kebutuhan untuk mengembangkan
prosedur audit dengan memasukkan aspek program audit syariah secara sistematis
Islam. Hal ini tidak berarti meremehkan dalam kerangka konseptual Islam yang
praktik auditor konvensional, tetapi sesuai dengan kebutuhan LKS, namun tidak
ada pedoman dan standar auditing syariah agar program audit syariah perlu dituangkan
yang diakui bersama adalah masalah utama dalam bahasa yang dapat dengan mudah
yang dihadapi saat ini dalam menyusun dipahami oleh stakeholder potensial. Hal ini
kerangka audit syariah (Kasim et al, 2009). untuk memastikan bahwa program audit
Sebagai contoh, bank-bank Islam di yang telah dikembangkan akan memiliki
Indonesia dan Malaysia tidak menggunakan dampak yang signifikan untuk
standar yang dikembangkan oleh AAOIFI mempengaruhi keputusan dari berbagai
karena tidak wajib. Dengan demikian, hal pemangku kepentingan dalam berhubungan
tersebut dapat menjadi masalah dalam dengan lembaga-lembaga Islam. Hal ini
mengembangkan program dan standar yang dapat dicapai dengan kerja sama pihak yang
akan digunakan oleh suatu lembaga. Penting berkepentingan seperti LKS, Bank Sentral,
untuk diperhatikan bahwa proses Asosiasi Profesi Akuntan, Kantor Akuntan
penyusunan standar audit shariah harus Publik, dan Dewan Pengawas Syariah
bersifat dinamis dan progresif. Kasim et al Kualifikasi dan Pendidikan Auditor
(2009), dalam penelitiaannya menemukan Shariah
bahwa kebanyakan LKS menggunakan Dalam rangka memastikan bahwa program
kerangka audit konvensional karena tidak audit yang telah dikembangkan digunakan
tersedianya kerangka audit syariah, dengan benar, auditor syariah harus
meskipun mayoritas responden merasa memiliki kualifikasi yang tepat dan
bahwa kebutuhan untuk audit syariah pendidikan di banyak aspek. Sejauh ini,
memang berbeda dari kerangka tidak ada pendidikan akademik dan
konvensional. Kasim et al (2009) profesional khusus dan program pelatihan
menyarankan asosiasi profesi atau badan audit syariah yang dapat memenuhi
pengatur LKS di suatu negara dapat kebutuhan lembaga keuangan syariah
mengambil tanggung jawab untuk maupun badan regulator (Abdul Rahman,
mengidentifikasi dan menerapkan kerangka 2008). Sebuah studi yang dibuat oleh Kasim
syariah audit yang komprehensif dan et al (2009) menemukan bahwa saat ini
terpadu dalam rangka untuk memenuhi praktik audit syariah di Malaysia belum
kebutuhan LKS yang terus meningkat. memiliki orangorang yang berkualifikasi
Dalam studi teoritis lain, Abdul Rahman pendidikan dan keahlian syariah. Studi ini
(2008) menyatakan bahwa programprogram menunjukkan bahwa orang-orang dengan
audit syariah dapat dikembangkan untuk kualifikasi akuntansi seringkali cenderung
menjelaskan berbagai produk keuangan dan tidak memiliki kualifikasi syariah pada saat
layanan Islam seperti deposito mudharabah, yang sama (semakin tinggi kualifikasi dalam
investasi mudharabah dan musyarakah, akuntansi justru semakin rendah kualifikasi
pembiayaan murabahah dan banyak lainnya. dalam shariah). Khan (1985) mengusulkan
Abdul rahman (2008) juga mengusulkan bahwa auditor diharuskan untuk memiliki
keahlian dalam berbagai disiplin ilmu audit keuangan untuk bank syariah (atau
seperti akuntansi, organisasi bisnis dan organisasi Islam) harus paham dengan
keuangan, teori dan praktek manajemen, berbagai aturan agama yang menjadi dasar
fiqh Islam dan ushul teori dan praktek audit pada masalah keuangan bank syariah.
al-fiqh dan juga dalam. Program pendidikan Sebagai seorang profesional, auditor
dan pelatihan harus melengkapi auditor memahami bahwa pihak-pihak yang
syariah dengan dua pengetahuan dasar yaitu menggunakan jasa mereka, khususnya para
pengetahuan khusus syariah yang diterapkan pengambil keputusan yang mengandalkan
dalam perbankan dan keuangan Islam, dan laporan keuangan, mengharapkan mereka
pengetahuan dan keterampilan akuntansi dan untuk menjadi sangat kompeten, dapat
auditing (Abdul Rahman, 2008). Sementara diandalkan, dan obyektif. Oleh karena itu,
Hameed (2009) menyatakan bahwa auditor auditor yang memiliki tanggung jawab
harus memiliki pengetahuan dasar seperti untuk mengaudit laporan keuangan harus
prinsip fiqh muamalah, produk perbankan melakukan tugasnya secara profesional dan
syariah, standar akuntansi dan audit AAOIFI etis. Seorang auditor profesional harus
dan kemampuan untuk mereview fatwa dari terampil, berpengetahuan, berkualitas, dan
DPS bank syariah yang bersangkutan beretika yang berarti mereka harus
termasuk fatwa DPS dari bank lain jika berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip,
diperlukan. Hal ini untuk memastikan bahwa nilai-nilai, dan aturan yang ditetapkan oleh
auditor syariah mampu mempraktekkan badan akuntansi professional Mereka harus
tugas dan kewajibannya sesuai dengan memenuhi beberapa persyaratan tambahan
shariah. seperti pengetahuan tentang muamalat fiqh
KESIMPULAN dan produk bank syariah untuk memastikan
Fitur yang berbeda dari bank syariah adalah bahwa auditor syariah mampu menjalankan
bahwa ajaran Islam mengatur semua tugas dan kewajibannya sesuai dengan
kegiatan mereka (Karim, 1990). koridor shariah. Program audit syariah,
Akuntabilitas merupakan salah satu isu kualifikasi dan pendidikan dan independensi
utama dalam operasi perbankan syariah auditor syariah menjadi tantangan bagi
karena bank syariah harus memastikan semua pihak untuk menyadari kebutuhan
bahwa operasi mereka tidak melawan audit syariah dalam rangka meningkatkan
prinsip-prinsip Syariah. Audit Syariah nilai bagi stakeholder sebagai pihak utama
adalah salah satu aspek penting dalam dalam bisnis apapun termasuk lembaga
operasi bank syariah terkait dengan wujud keuangan Islam.
akuntabilitas Bank Islam ( Daoud, 1996).
Dengan demikian, mereka yang melakukan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, A.R., (2008). Shariah Audit for Islamic Financial Services: The Needs
and Challenges, ISRA Islamic Finance Seminar (IIFS), 11 November 2008.
Baydoun, Nabil. & Willet, Roger. (2000). Islamic corporate reports. Abacus. 36 (1), 71-
90.
Besar, M., H., A., H., Sukor, M., E., A., Muthalib, N., A., & Gunawa, A., Y. (2009). The
Practice of Shariah Review as Undertaken by Islamic Banking Sector in Malaysia.
International Review of Business Research Papers. 5(1), 294-306
Daoud, H. (1996). Sharia Control in Islamic Banks. Herndon, Virginia: International
Institute of Islamic Thoughts.
Hameed, S. (2008), "The Case for Islamic Auditing", International Accountant, Issue 41,
May 2008.
Hameed, S. (2009). Accounting and auditing for Islamic financial institutions. Kuala
Lumpur: IIUM Press.
Hameed, S. and Yaya, R. (2005). The objectives and characteristics of Islamic
accounting: Perceptions of the Malaysian accountants and accounting academics.
Malaysian Accounting Review, Issue 4, April/May 2005.
Haniffa, Ros. (2002). Social Responsibility Disclosure: An Islamic Perspective.
Indonesian Management & Accounting Research. 1 (2), July 2002.
Harahap, S. S. Auditing dalam Perspektif Islam. Pustaka Quantum, Jakarta, 2002.
IFAC. (2009). Code of Ethics for Professional Accountants.
Karim, R., A.,A. (1990). The Independence of Religious and External Auditors: The Case
of Islamic Banks, Accounting, Auditing and Accountability Journal. 13, 34-44.
Karim, R., A., A. (1999), "Accounting in Islamic Financial Institutions", Accounting and
Business Magazines, July/Agustus
1999.
2. Yang Melatarbelakangi penulisan jurnal ini karena saat ini profesi akuntan terutama yang
bekerja di bidang audit menghadapi tantangan yang cukup berat dalam hal pelaksanaan
maupun hasil kerja yang dihasilkan oleh organisasi jasa profesi akuntan. Pihak - pihak
yang berkepentingan dalam laporan audit tidak lagi terfokus pada pemimpin perusahaan,
tetapi meluas pada investor dan kreditor, calon investor dan kreditor, serta pemerintah.
Manajemen memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan yang
disajikan untuk pihak luar dapat dipercaya. Pihak luar 2 perusahaan memerlukan jasa
pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan - keputusan yang
diambil oleh mereka. Selama ini jika terjadi kesalahan yang berkaitan laporan keuangan
yang telah diaudit dengan hasil audit wajar, maka kesalahan yang terjadi tersebut selalu
dilimpahkan kepada auditor. Berbagai kasus tuntutan terhadap auditor mengenai
runtuhnya perusahaan - perusahaan terkemuka di dunia tersebut telah banyak terjadi baik
di luar maupun di dalam negeri, Peran dan tanggung jawab yang telah diatur dalam SPAP
tersebut dalam pelaksanaannya sering menimbulkan expection gap. Tanggung jawab
auditor merupakan salah satu permasalahan yang paling menonjol dalam expectation gap.
Perbedaan persepsi dalam masalah tanggung jawab auditor dengan pengguna merupakan
salah satu hal yang mendorong munculnya expectation gap. Oleh karena itu, tanggung
jawab auditor sangat diperlukan untuk menghasilkan kinerja yang baik sehingga dapat
memgurangi pengaruh dari expectation gap. Tanggung jawab auditor adalah untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Diharapkan dengan adanya tanggung jawab auditor tersebut,
bisa meningkatkan kinerja auditor. Luasnya ruang lingkup audit syariah mengakibatkan
auditor syariah tidak hanya memiliki kewajiban untuk memeriksa kewajaran dalam
laporan keuangan LKS, melainkan juga harus memeriksa kesesuaian dan kepatuhan LKS
terhadap prinsip syariah yang berlaku, sehingga diperlukan adanya auditor syariah yang
memiliki kompetensi dalam bidang keuangan/auditing dan syariah. Untuk mengetahui
apakah auditor syariah telah memenuhi kualifikasi dan memiliki kompetensi, perlu
diadakan sebuah uji kompetensi. Cara yang dapat ditempuh untuk menguji kompetensi
auditor syariah yaitu melalui sertifikasi.
3. Istilah auditor syariah digunakan untuk menyesuaikan dengan operasional entitas
syariah karena proses audit dilakukan tidak hanya sesuai dengan standar regulasi tetapi
juga sesuai dengan prinsip syariah. Auditor eksternal yang memiliki peran bukan hanya
sebagai pemeriksa laporan keuangan, melainkan juga harus melakukan uji kepatuhan
syariah untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan LKS telah sesuai dengan
prinsip syariah. Ruang lingkup audit syariah tentu berbeda dengan audit konvensional.
Audit syariah memiliki ruang lingkup yang lebih luas karena auditor diharapkan dapat
berurusan dengan peraturan dan pedoman yang lebih luas. Hal ini berkaitan dengan
tugas auditor syariah yang juga harus melakukan uji kepatuhan syariah. Mereka harus
memastikan bahwa manajemen telah mengikuti prinsip bebas riba’ dan halal yang telah
ditentukan oleh DPS. auditor syariah berperan sebagai pihak yang memberikan jaminan
pada investor yang menyediakan dana dengan akad mudharabah berdasarkan prinsip
bagi hasil bahwa laba atau (rugi) yang dinyatakan oleh manajemen adalah benar. Jika
dilihat dari ruang lingkup audit serta peran auditor syariah,Kompetensi yang di butuhkan
Auditor Syariah agar bisa digolongkan sebagai tenaga yang kompeten dan kompetensi
ini tentunya berbeda dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor lembaga
keuangan konvensional.Kemampuan itu ada dua kompetensi yaitu kompetensi dalam
bidang akuntansi dan audit syariah, namun selama ini, auditor syariah masih dinilai
belum memiliki kompetensi yang mumpuni, karena masih sedikit auditor yang memiliki
kompetensi dalam dua bidang yakni di bidang akuntansi dan audit syariah, sedangkan
hasil menunjukkan adanya korelasi negatif antara orang yang menguasai akuntansi
dengan orang yang menguasai syariah, semakin tinggi orang yang menguasai akuntansi
semakin rendah penguasaannya terhadap syariah, begitupun sebaliknya. Tidak
seimbangnya kompetensi dibidang keuangan dan akuntansi dengan bidang syariah,
sertifikasi yang belum optimal, dan minimnya lembaga pendidikan serta pelatihan yang
menyediakan kurikulum akuntansi/audit syariah memengaruhi minimnya auditor syariah
yang kompeten di Indonesia. Kualifikasi auditor syariah selalu dipertanyakan mengingat
belum adanya suatu lembaga khusus yang menyediakan program sertifikasi bagi auditor
syariah. Adanya perbedaan fungsi atau peran, ruang lingkup serta kerangka kerja yang
dimiliki oleh auditor syariah dengan auditor pada lembaga keuangan konvensional,
menimbulkan kebutuhan akan kompetensi yang berbeda pula. Itu sebabnya, dibutuhkan
sertifikasi yang berbeda dengan auditor pada umumnya karena ujian sertifikasi yang
sudah ada masih belum mencantumkan materi mengenai teknik dan proses audit syariah.
Sertifikasi auditor syariah adalah hal yang signifikan untuk diterapkan. Dengan dilakukannya
sertifikasi, auditor syariah dapat menunjukkan kompetensi dan profesionalisme seorang auditor
dalam bidang audit syariah yaitu kemampuan dalam bidang auditing dan syariah. Masih
minimnya auditor syariah yang kompeten di Indonesia ini diakibatkan oleh minimnya lembaga
pendidikan serta pelatihan yang menyediakan kurikulum akuntansi/audit syariah dan belum
optimalnya sertifikasi yang diadakan di Indonesia. Kita dapat menyimpulkan bahwa keberadaan
audit syariah sangat penting sehubungan dengan karakteristik yang berbeda dari bank syariah.
Namun, sumber daya manusia untuk menjadi auditor syariah sangat terbatas sehubungan dengan
kompetensi dan kualitas tertentu yang harus dimiliki oleh auditor. Berikut ini tantangan audit
syariah dalam menciptakan auditor syariah.

4. Harapannya ialah Untuk memastikan bahwa pengendalian internal telah berjalan dengan
baik dan sesuai dengan prinsip syariah. Auditor eksternal yang memiliki peran bukan
hanya sebagai pemeriksa laporan keuangan, melainkan juga harus melakukan uji
kepatuhan syariah untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan LKS telah sesuai
dengan prinsip syariah. untuk menyesuaikan dengan operasional entitas syariah karena
proses audit dilakukan tidak hanya sesuai dengan standar regulasi tetapi juga sesuai
dengan prinsip syariah

5. Adanya penggunaan kalimat yang kurang efektif sehingga sulit untuk dimengerti.Masih
ada beberapa Singkatan sebuah Lembaga atau istilah yang tidak dilengkapi dengan
kepanjangan atau penjelasannya, kurangnya penempatan sumber dalam tiap pendapat.

You might also like