Professional Documents
Culture Documents
Devi Octaviani P - Jambu Biji
Devi Octaviani P - Jambu Biji
SKRIPSI
Oleh :
Devi Octaviani Purwoko
05.70.0073
SEMARANG
2009
i
Perpustakaan Unika
Pembimbing I, Dekan,
Pembimbing II,
ii
Perpustakaan Unika
iii
Perpustakaan Unika
RINGKASAN
Buah jambu biji termasuk buah yang sifatnya mudah mengalami perubahan fisik dan kimia.
Pemanfaatan dari jambu biji merah ini masih terbatas yaitu dinikmati secara langsung.
Pengolahan buah jambu biji sebagai usaha untuk meningkatkan nilai ekonomi, memperpanjang
umur simpan dan mempertahankan mutu gizi buah adalah dengan pengolahan manisan kering
jambu biji. Kandungan kimia yang penting dari jambu biji adalah vitamin C. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan kadar air, kadar sukrosa, kadar vitamin C,
tekstur, dan sensoris pada pembuatan manisan kering jambu biji, dan mengetahui efektifitas
proses dehidrasi osmosis. Manisan basah jambu biji dibuat dengan cara pencucian, pengupasan,
pemotongan, pengambilan biji, blanching, perendaman dalam larutan gula. Pada saat
pemotongan digunakan 3 macam ketebalan, yaitu 1 cm, 2 cm, dan 3 cm. Sedangkan pada saat
perendaman dilakukan berbagai macam konsentrasi larutan gula, yaitu 40%, 50%, dan 60%.
Analisa fisik yang dilakukan adalah hardness, sedangkan analisa kimia yang dilakukan antara
lain kadar air, kadar sukrosa, dan kadar vitamin C. Analisa fisik dan kimia pada jambu biji
dilakukan setelah pretreatment, perendaman, dan pengeringan. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa perlakuan ketebalan dan konsentrasi larutan gula memberikan pengaruh yang nyata
terhadap kadar air, kadar sukrosa, kadar vitamin C, dan tekstur manisan jambu biji. Model
matematika yang tepat untuk penurunan kadar air selama perendaman adalah model power y =
a.(xb). Kadar air terendah didapatkan pada manisan dengan perlakuan ketebalan 1 cm, dan
konsentrasi gula 60% yaitu 61,31 ± 2,07%. Peningkatan kadar sukrosa yang paling cepat juga
didapatkan pada perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60%, model matematika
yang tepat adalah model polynomial orde 2 y=ax2+bx+c. Penurunan kadar vitamin C dan tekstur
yang paling cepat juga didapatkan pada perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula
60%, model matematika yang tepat adalah model polynomial orde 2 y=ax2+bx+c. Berdasarkan
pengujian sensoris, manisan kering jambu biji yang paling disukai panelis adalah manisan
dengan perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% dengan nilai 5,02.
iv
Perpustakaan Unika
SUMMARY
Guava is a fruit that is easily change both physically and chemically. The fruit utilization is still
limited, that is, mostly eaten directly. Guava processing as an effort to improve economic value,
extending preservation and maintaining the nutritional quality of fruit is by drying the sweetened
guava. An important chemical content of guava is vitamin C. The purpose of this study was to
determine changes in water content, sucrose content, level of vitamin C, texture, and sensory in
the manufacture of dried sweetened guava, and to determine the effectiveness of osmotic
dehydration process. Wet sweetened guava made by washing, peeling, cutting, seed removing,
blanching, and soaking in sugar solution. At the time of cutting is used 3 kinds of thickness,
namely 1 cm, 2 cm and 3 cm. At the time of soaking conducted various concentrations of sugar
solution, namely 40%, 50%, and 60%. Physical analysis that conducted is hardness analysis,
whereas chemical analysis are include water content, sucrose content, and levels of vitamin C.
Physical and chemical analysis of guava are conducted after pretreatment, soaking, and drying.
From the research it was found that treatment of the thickness and concentration of sugar
solution provided a real impact on water content, sucrose content, levels of vitamin C, and the
texture of sweetened guava. Mathematic model that appropriate for the decrease of water content
during soaking is power model y = a(xb). The lowest water content obtained in a treatment of
sweets with a thickness of 1 cm and 60% sugar concentration, that is, 61.31 ± 2.07%. The fastest
sucrose level improvement also obtained on treatment of 1cm thickness and concentration of
60% sugar solution, mathematic model that appropriate is order 2 polynomial model, that is y =
ax2 + bx + c. The fastest of vitamin C level degradation and texture also obtained on treatment of
1 cm thickness and concentration of 60% sugar solution, the appropriate mathematic model is
order 2 polynomial model, that is y = ax2 + bx + c. Based on sensory testing, sweetened dried
guava that most liked by panelists is sweets with a thickness of 1 cm treatment and concentraion
of 60% sugar solution with a value of 5.02.
v
Perpustakaan Unika
KATA PENGANTAR
Give thanks for My luvly Jessus Christ, karena atas anugerah dan kasihNya penulis bisa
menyelesaikan penulisan laporan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perlakuan Ketebalan dan
Konsentrasi Larutan Gula Selama Proses Dehidrasi Osmosis Terhadap Karakteristik Fisikokimia
dan Sensoris Manisan Kering Jambu Biji (Psidium Guajava L.)” dengan baik dan tepat pada
waktunya. Banyak pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat menambah wawasan, pola
pikir dan cara pandang penulis untuk menempuh kehidupan selanjutnya. Laporan ini disusun
sebagai prasyarat untuk memenuhi kelengkapan akademis guna memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pangan.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna yang disebabkan karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis dalam penulisannya. Namun berkat
bimbingan, nasihat, dorongan baik secara materiil maupun spirituil dari berbagai pihak, akhirnya
laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Ita Sulistyawati, STP, MSc., selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Katolik Soegijapranata.
2. Ibu Dipl.-Ing. Fifi Sutanto-Darmadi, selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini hingga laporan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak Ir. Sumardi, MSc., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Semua Dosen FTP yang telah membimbing dan memberi bekal pengetahuan sehingga
penulis dapat menjadikannya landasan dalam penyusunan laporan skripsi ini.
5. Mas Soleh dan Mas Pri selaku laboran yang telah meluangkan waktu untuk membantu
penulis selama melakukan percobaan di laboratorium.
6. My Dad, My Mom, Tante Siska, Om Djing, yang tanpa henti berdoa, memberi dukungan dan
semangat baik secara material maupun spiritual kepada penulis dalam pembuatan laporan
skripsi.
vi
Perpustakaan Unika
7. ”My best friends” Levina, Pramita, Yessica, Ivon ndut, Vina, Maya, Tita thanks a lot untuk
4 tahun yang telah kita lalui bersama dengan berbagai cerita suka dan duka. Semoga
persahabatan kita bisa terus selamanya, Amien.... Khususnya Tata yang selalu bersama-sama
penulis terus dari awal sampai akhir penulisan laporan skripsi.
8. My sweet heart Andrey yang selalu memberikan dukungan doa, yang selalu ada dalam suka
duka, siang dan malam, yang selalu memberikan semangat yang baru kepada penulis dalam
pembuatan laporan skripsi ini. You’re very precious to me.
9. Teman–teman komsel ”Pro-M”, Cie Santi, Cie Lily, Cie Yenny, Koh David, Koh Yoab, Koh
Charles, Koh Yo, Koh Him, dll. Thank’s atas doa dan support yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini. You’re all will always be in my heart.
10. Teman-teman dan semua pihak especially angkatan 2004 dan 2005 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga laporan skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kemajuan penulis dan kesempurnaan laporan skripsi ini. Semoga laporan skripsi ini dapat
berguna dalam menambah wawasan bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak yang
membutuhkannya.
vii
Perpustakaan Unika
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................ ii
RINGKASAN ............................................................................................................................... iv
SUMMARY .....................................................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................ xiii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................................1
1.2. Tinjauan Pustaka .......................................................................................................................2
1.2.1. Jambu Biji .........................................................................................................................2
1.2.2. Manisan Jambu Biji...........................................................................................................4
1.2.3. Dehidrasi Osmosis ............................................................................................................8
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................................................15
viii
Perpustakaan Unika
4. PEMBAHASAN ........................................................................................................................46
5. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................58
6. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................59
LAMPIRAN
ix
Perpustakaan Unika
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Jambu Biji Merah ......................................................................................................2
Gambar 4. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Konsentrasi Gula Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kadar Air Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan ......................................25
Gambar 6. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan dan Konsentrasi Gula Terhadap
Kadar Air Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan ......................................................26
Gambar 7. Grafik Penurunan Kadar Air Manisan Jambu Biji pada Masing-masing Waktu
Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi
Larutan Gula .............................................................................................................28
Gambar 8. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Konsentrasi Gula Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan ..............................29
Gambar 10. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan dan Konsentrasi Gula Terhadap
Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan ..............................................30
Gambar 11. Peningkatan Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji pada Masing-masing Waktu
Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi
Larutan Gula .............................................................................................................32
Gambar 12. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Konsentrasi Gula Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan ..........................33
Gambar 13. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan ..........................34
Gambar 14. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan dan Konsentrasi Gula Terhadap
Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan ..........................................34
xi
Perpustakaan Unika
Gambar 15. Penurunan Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji pada Masing-masing Waktu
Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi
Larutan Gula .............................................................................................................36
Gambar 16. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Konsentrasi Gula Selama Waktu Perendaman
Terhadap Tekstur Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan..........................................37
Gambar 18 Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan dan Konsentrasi Gula Terhadap
Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan ..............................................38
Gambar 19. Penurunan Tekstur Manisan Jambu Biji pada Masing-masing Waktu Perendaman
dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula .......40
Gambar 21. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Warna Manisan Kering Jambu Biji Dengan
Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula ...................43
Gambar 22. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Rasa Manisan Kering Jambu Biji Dengan Berbagai
Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula ...................................44
Gambar 23 Grafik Analisa Sensoris Tingkat Aroma Manisan Kering Jambu Biji Dengan
Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula ...................44
Gambar 24. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Tekstur Manisan Kering Jambu Biji Dengan
Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula ...................44
Gambar 25. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Overall Manisan Kering Jambu Biji Dengan
Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula ...................45
xii
Perpustakaan Unika
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan Gizi Jambu Biji Segar pada setiap 100 gram .........................................3
Tabel 4. Kadar Air Manisan Jambu Biji pada Waktu Perendaman dengan Berbagai Macam
Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula. ...............................................27
Tabel 6. Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji pada Waktu Perendaman dengan Berbagai
Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula ...................................31
Tabel 8. Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji pada Waktu Perendaman dengan Berbagai
Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula ..................................35
Tabel 10. Tekstur Manisan Jambu Biji pada Waktu Perendaman dengan Berbagai Macam
Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula ................................................39
Tabel 11. Persamaan Matematik Penurunan Kadar Vitamin C Selama Perendaman ..............40
Tabel 12. Hasil Pengujian Fisik dan Kimia Pada Manisan Kering Jambu Biji ........................42
Tabel 13. Score Rata-Rata Hasil Analisa Sensoris Produk Manisan Kering Jambu Biji degan
Berbagai Macam Perlakuan ......................................................................................43
x
Perpustakaan Unika
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Perpustakaan Unika
1. PENDAHULUAN
Oleh karena itu, pengolahan buah menjadi salah satu alternatif untuk mengantisipasi hasil
produksi berlimpah yang tidak dapat dipasarkan karena mutunya rendah. Berbagai produk hasil
olahan buah diantaranya adalah sari buah, manisan, selai, jelly, buah kering, saus, acar, dan
sebagainya. Dengan diolah menjadi berbagai macam produk tersebut maka buah jambu biji akan
mendapatkan nilai tambah (Satuhu, 1996). Pemanfaatan dari jambu biji merah ini masih terbatas
yaitu dinikmati secara langsung dan masyarakat belum menyadari bahwa jambu biji merah dapat
diolah menjadi suatu produk, seperti manisan kering jambu biji.
1
2
Perpustakaan Unika
sinar matahari, tenaga listrik maupun sumber panas lainnya. Pengeringan dengan alat pengering
yang menggunakan tenaga listrik merupakan perlakuan yang efektif dan memiliki banyak
kelebihan. Salah satu alat pengeringan yang digunakan adalah dehumidifier, dimana
kelebihannya dapat dilakukan pengontrolan suhu, sehingga produk dapat lebih baik dalam
warna, flavor, nilai nutrisi, kualitas pemasakan, dan kondisi pemasakan yang higienis. Selain itu
panas yang dihasilkan merata dan waktu pengeringannya cepat (Fellows, 2000).
Masa berbuah jambu biji dibagi menjadi 2 yaitu masa berbuah sedikit dan banyak. Masa berbuah
sedikit buah jambu biji jatuh pada bulan April-Januari, sedangkan masa berbuah banyak sekitar
bulan Februari-Maret (Satuhu, 1996). Jambu biji dapat diperbanyak dengan biji, okulasi atau
tunas yang berakar. Bagian yang digunakan untuk pengolahan adalah daun, buah mengkal,
ranting muda dan akar. Daging buah jambu biji merah berwarna merah sampai merah muda
dengan rasa yang lebih manis dan segar dibandingkan buah jambu biji putih. Buah jambu biji
dapat diolah menjadi berbagai macam produk, diantaranya manisan, jus, es krim, sorbet, atau
selai. Gambar jambu biji merah dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Perpustakaan Unika
Secara morfologi, buah jambu biji memiliki ciri-ciri buah yang berbentuk bulat, warna daging
buahnya merah, berbiji banyak, rasanya manis dan beraroma harum. Klasifikasi ilmiah pada
buah jambu biji adalah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava
Nama binomial : Psidium guajava L.
(Anonim, 2008).
Jambu biji mengandung berbagai macam vitamin dan mineral. Salah satu kandungan gizi yang
paling menonjol dari buah jambu biji adalah vitamin C (Haryoto, 1998). Sebagian besar vitamin
C terkonsentrasi pada bagian kulit dan daging bagian luar yang lunak dan tebal. Kandungan
vitamin C pada jambu biji mencapai puncaknya pada saat menjelang matang (Astawan, 2006).
Kandungan gizi pada buah jambu biji per 100 gram buah jambu biji segar dapat dilihat pada
Tabel 1.
4
Perpustakaan Unika
Tabel 1. Kandungan Gizi Jambu Biji Segar pada setiap 100 gram
Komposisi Jumlah
Kalori (energi) (kal) 49
Protein (g) 0,9
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 12,2
Kalsium (mg) 14
Fosfor (mg) 28
Zat besi (mg) 1,1
Vitamin A (S.I) 25
Vitamin B1 (mg) 0,02
Vitamin C (mg) 87*
Air (g) 86
Bagian yang dapat dimakan (%) 82
(Haryoto, 1998; *Yuan, 2008)
Kandungan vitamin C buah jambu biji sekitar 87 mg, dua kali lipat dari jeruk manis (49 mg/100
g), lima kali lipat dari jeruk, serta delapan kali lipat dari lemon (10,5 mg/100 g). Dibandingkan
jambu air dan jambu bol, kadar vitamin C pada jambu biji jauh lebih besar, yaitu 17 kali lipat
dari jambu air (5 mg/100 g) dan empat kali lipat dari jambu bol (22 mg/100 g). Di samping
berfungsi sebagai antioksidan, vitamin C juga berfungsi menjaga dan memacu kesehatan
pembuluh kapiler; mencegah anemia gizi, sariawan, gusi yang bengkak dan berdarah (penyakit
skorbut); serta mencegah tanggalnya gigi. Vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dalam melawan berbagai infèksi, sehingga tidak mudah menyebabkan sakit,
seperti flu, batuk, demam, dan lain-lain. Vitamin C membantu penyerapan zat besi dan dapat
menghambat produksi nitrosamin, suatu zat pemicu kanker. Vitamin C juga berperan untuk
pembentukan kolagen yang sangat bermanfaat untuk penyembuhan luka. Ketersediaan vitamin C
yang cukup dalam darah dapat mendorong ke selenium dalam menghambat sel kanker, terutama
kanker paru-paru, prostat, payudara, usus besar, empedu, dan otak (Astawan, 2006).
kering yaitu buah yang telah diproses menjadi bentuk manisan basah dan kemudian dikeringkan
hingga kadar air yang rendah (Labuza, 1979; Fatah dan Bachtiar, 2004). Manisan kering
merupakan bahan makanan awetan dengan kadar gula yang relatif tinggi (+ 20%) dan berkadar
air antara 20%-25%, serta memiliki cita rasa khas (spesifik) dibandingkan dengan buah aslinya.
Di samping itu manisan kering ini memiliki tekstur plastis atau dapat dibentuk (Suprapti, 2005;
Trisnawati, 2006).
Hal yang harus mendapat perhatian dalam proses pembuatan manisan meliputi : penampilan
produk, yang terdiri atas warna, keseragaman bentuk dan kemasan; cita rasa dan aroma; daya
tahan produk dan kandungan unsur gizi dan kalori; dan hygienis (Suprapti, 2005; Trisnawati,
2006). Pengawetan dalam bentuk manisan adalah usaha untuk mempertahankan tekstur dan
warna buah, serta menciptakan suatu cita rasa yang baru, sekaligus bentuk usaha menyediakan
buah tanpa tergantung musim. Harapannya, buah dapat dinikmati setiap saat, tanpa terjadi
perubahan tekstur dan warna, serta memiliki cita rasa lebih baik. Pengolahan buah menjadi
bentuk manisan ini akan memperpanjang umur simpan hingga 1 bulan atau bahkan hingga
tahunan (Fatah dan Bachtiar, 2004; Labuza, 1979).
Pretreatment sebelum pengeringan termasuk dalam persiapan bahan mentah, yang meliputi
seleksi, sortasi, pencucian, pengelupasan kulit, pemotongan, dan blanching untuk beberapa buah
dan sayuran. Buah-buahan dan sayuran diseleksi, disortasi menurut ukuran kematangan dan
kesegaran, kemudian dicuci untuk menghilangkan debu, kotoran serangga, spora, jamur, dan
bagian-bagian lain yang dapat mengkontaminasi atau mempengaruhi warna, aroma ataupun
flavour dari buah dan sayuran. Pengupasan buah atau penghilangan bagian buah yang tidak
diperlukan biasanya dilakukan setelah pencucian. Selanjutnya produk akan dipotong sesuai
dengan bentuk dan ukuran (Raghupathy dan Thangavel, 1995). Ketebalan irisan buah merupakan
faktor yang penting, karena irisan buah yang terlalu tebal akan menyebabkan proses pengeringan
berlangsung lama dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya semakin jauh jarak yang
ditempuh oleh uap air, jalan keluarnya air semakin tertutup, serta terhambat oleh rongga-rongga
udara. Karena air dapat dengan mudah keluar maka semakin tipis ketebalan suatu irisan semakin
sedikit kandungan air yang terkandung didalamnya (Sofyan, 2004).
6
Perpustakaan Unika
Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak ditemukan pada buah jeruk. Asam ini banyak
digunakan dalam industri pangan sebagai bahan tambahan yang memberi rasa asam yang
menyegarkan. Karakteristik dari asam sitrat adalah berbentuk kristal putih jernih (seperti gula
pasir) yang juga lebih dikenal dengan garam asam dan berfungsi sebagai bahan pengasam,
karena bahan tersebut dapat berfungsi untuk menurunkan derajat keasaman (pH) larutan, sebagai
penyegar, sebagai pewangi, dan membantu aktivitas zat antioksidan. Asam sitrat mempunyai
sifat mudah larut dalam air dan kelarutannya dalam alkohol sedang, tetapi sedikit larut dalam
eter. Asam sitrat dapat digunakan secara bebas sesuai dengan kebutuhan karena bersifat tidak
beracun (Djubaedah et al., 2004; Suprapti, 2005). Tujuan penambahan zat pengasam ke dalam
proses pembuatan manisan adalah sebagai penegas rasa dan warna, atau menyelubungi rasa yang
tidak disukai. Zat ini dapat pula bertindak sebagai pengawet karena sifat asam dapat mencegah
pertumbuhan mikroba. Bahan inipun dapat mencegah ketengikan dan pencoklatan (Purnomo.
dkk, 1987).
Dalam pembuatan manisan sebelum proses perendaman dengan menggunakan larutan gula
larutan gula, terlebih dahulu dilakukan perendaman dengan menggunakan asam sitrat.
Perendaman ini biasanya berlangsung selama 10-30 menit. Tujuan dari perendaman dengan asam
sitrat adalah untuk mencegah terjadinya browning enzimatis pada jambu biji yang disebabkan
oleh enzim polifenol oksidase. Penyebab utama pada proses browning adalah reaksi antara
polifenol oksidase dengan oksigen yang akan mengubah senyawa 0-difenol pada jambu biji
menjadi o-kuinon. Reaksi browning enzimatis dapat diminimalkan dengan cara penghalangan
oksigen molekul, dan juga penambahan senyawa pereduksi yang dapat mencegah reaksi
browning yaitu dengan cara asam sitrat akan mereaksi dengan o-kuinon dan mengubahnya
kembali menjadi o-difenol (de Man, 1997).
Vitamin C mempunyai sifat asam, sifat pereduksi yang kuat dan sangat mudah larut dalam air.
Sifat-sifat yang dimiliki vitamin C disebabkan oleh adanya struktur enediol yang berkonjugasi
dengan gugus karbonil dalam cincin lakton. Vitamin C memiliki dua bentuk yaitu L-asam
askorbat dan D-asam askorbat. Bentuk alami dari vitamin C adalah L-asam askorbat. Asam
askorbat jenis D-asam askorbat jarang terdapat di alam dan hanya memiliki 10 % dari aktivitas
7
Perpustakaan Unika
vitamin C. Fungsi D-asam askorbat dalam bahan pangan hanya sebagai antioksidan bukan
sebagai sumber vitamin C. Vitamin C mempunyai rumus empiris C6H8O5 dalam bentuk murni
berupa kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan mencair pada suhu 190-192˚C. Senyawa
ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam (Andarwulan & Koswara, 1992).
Asam askorbat merupakan antioksidan yang banyak terdapat pada buah dan sayur. Antioksidan
adalah bahan tambahan makanan yang digunakan untuk mencegah atau menghambat terjadinya
proses oksidasi (Winarno, 1997). Vitamin C ditentukan hampir sepenuhnya dalam makanan
nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan segar, tetapi tidak ditemukan dalam serealia atau sayuran
kacang-kacangan kering. Jumlah asam askorbat dalam sayuran dan buah-buahan sangat
bervariasi, bahkan dalam varietas yang sama sekalipun (Gaman & Sherrington, 1994).
Blanching merupakan rangkaian pretreatment yang diberikan dalam proses pengolahan manisan
buah. Secara umum terdapat 2 metode blanching yang sering digunakan sebagai pretreatment
dalam proses pengolahan produk pangan, yaitu metode steam blanching dan metode hot water
blanching. Dalam pembuatan manisan kering, bahan mentah harus melewati proses blanching.
Metode blanching yang digunakan adalah steam blanching, yang dilakukan dengan cara bahan
pangan diberi uap panas yang dihasilkan dari air yang telah mendidih. Uap air akan masuk dan
melewati seluruh jaringan dari bahan pangan tersebut (Fellows; Sharma et al., 2000).
Keunggulan dari metode ini adalah hilangnya komponen yang larut dalam air (seperti vitamin,
mineral dan gula) dapat diminimalkan. Pretreatment blanching berpengaruh terhadap perubahan
kualitas sensoris dan nutrisi pada bahan pangan, misalnya terjadinya perubahan struktur jaringan
menjadi lebih lunak, kehilangan beberapa kandungan mineral, kandungan vitamin yang larut
dalam air serta komponen larut dalam air lainnya. Blanching biasanya dilakukan pada suhu
antara 70-100°C selama 3-5 menit (Winarno et al., 1984).
Ada beberapa hal pentingnya dilakukan proses blanching, diantaranya digunakan untuk
mematikan aktivitas enzim pada sayuran dan beberapa buah, sebelum dilakukannya pemrosesan
lebih lanjut. Fungsi tersebut tidak dimaksudkan sebagai satu-satunya metode pengawetan, namun
sebagai pretreatment yang biasanya dilakukan diantara persiapan terhadap bahan mentah dan
8
Perpustakaan Unika
Dehidrasi osmosis merupakan suatu proses penghilangan sebagian air dalam bahan selular
misalnya buah dan sayuran. Prinsip dehidrasi osmosis adalah perpindahan air yang terdapat
dalam bahan pangan karena adanya perbedaan tekanan osmotik antara bahan pangan dengan
larutan di sekitarnya (Matusek & Meresz, 2003). Semakin lama waktu dehidrasi osmosis maka
komponen gula yang masuk dalam struktur sel manisan akan semakin besar pula dan kadar
sukrosa dalam produk akan meningkat (Islam dan Flink, 1982). Struktur selular kompleks dari
bahan pangan berperan sebagai membran semipermiabel. Dikarenakan membran yang
bertanggung jawab terhadap transport osmotik tidak benar-benar selektif, maka zat terlarut lain
yang ada dalam sel juga akan terikut ke dalam larutan osmotik. Laju difusi air dari bahan yang
terdiri dari beberapa jaringan tergantung dari faktor seperti suhu dan konsentrasi larutan osmotik,
bentuk, dan ukuran bahan, perbandingan masa bahan dan larutan, dan tingkat pengadukan
larutan (Omowaye et al., 2002)
Dehidrasi osmosis digunakan sebagai pretreatment pada berbagai proses pengolahan bahan
pangan yang dapat memperbaiki sifat fungsional, sensoris, dan nutrisi bahan pangan tanpa
mengubah keutuhannya. Dehidrasi osmosis juga efektif digunakan pada suhu kamar, sehingga
9
Perpustakaan Unika
kerusakan tekstur, warna, dan flavor bahan pangan karena panas dapat diminimalkan. Dehidrasi
osmosis biasanya digunakan sebagai tahap awal pengeringan bahan pangan sebelum proses
pengolahan lebih lanjut misalnya pembekuan, freeze drying, vacuum drying, dan air drying
(Matusek & Meresz, 2003).
Dehidrasi osmosis juga melibatkan pencelupan bahan pangan berkadar air tinggi ke dalam suatu
larutan osmotik, misalnya larutan gula atau natrium klorida. Potensial kimia air lebih tinggi
dalam bahan biologis, sedangkan potensial kimia gula lebih tinggi dalam larutan osmotik. Oleh
karena itu, air mengalir keluar dari bahan biologis dan gula mungkin mengalir ke dalam bahan,
tergantung dari waktu kontak dan ukuran membran (Sharma et al., 2000). Gula dalam buah akan
meningkatkan ketahanan internal terhadap perpindahan air dikarenakan tekanan osmosis pada
buah jambu biji lebih besar daripada lingkungan sekitarnya. Proses perpindahan gula ke dalam
sel bahan pangan akan berakhir pada saat keadaan mencapai keadaan setimbang (equilibrium),
dimana konsentrasi di dalam sel bahan pangan sama dengan konsentrasi di lingkungan sekitar
bahan pangan (Alvarez et al., 1995).
Pemilihan zat terlarut dan konsentrasi larutan osmotik tergantung pada beberapa faktor seperti
pengaruhnya terhadap kualitas sensoris, rasa produk akhir, kemampuannya menurunkan kadar
air, kelarutan zat terlarut, permeabilitas terhadap membran sel, efek pengawetan, dan biayanya.
Sukrosa merupakan salah satu agen osmotik yang terbaik karena keefektifannya baik,
convenience, dan flavor yang disukai. Sukrosa merupakan inhibitor polyphenol oxidase,
mencegah hilangnya komponen volatil, dan tidak permeabel terhadap kebanyakan membran sel
(Sharma et al., 2000).
Setelah pembuatan manisan basah dilakukan proses pengeringan, dimana merupakan suatu usaha
untuk menurunkan jumlah kandungan air dari suatu bahan sehingga dapat memperpanjang umur
simpan bahan tersebut dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme perusak (Astawan dan
Astawan, 1991). Pengeringan adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian air dari suatu
bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang dikandung dengan menggunakan energi
panas atau suatu unit operasi yang mengubah bahan cair, padat, dan semi padat menjadi produk
10
Perpustakaan Unika
padat dengan kadar air yang lebih rendah. Tujuan dari pengeringan yaitu mendapatkan bentuk
fisik yang diinginkan, mendapatkan warna, flavor, atau tekstur yang diinginkan, mengurangi
berat atau volume saat transportasi, mengawetkan produk dan memperpanjang umur simpan
karena dapat mengurangi aw serta menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas
enzim (Baker, 1997; Gould, 1996; Winarno, 1993). Pengeringan dapat pula menjadikan atau
membentuk bahan pangan yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, sehingga memudahkan
penanganan, pengemasan, pengangkutan dan konsumsi (Hermana, 1991). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran
udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan (Kendall and Allen, 2002; Winarno, 1993).
Pengeringan untuk buah dan sayur biasanya berkisar pada 140oF (60oC). Lamanya waktu
pengeringan tergantung dari ukuran sampel yang dikeringkan, humidity, dan jumlah sirkulasi
udara yang digunakan. Pengeringan bahan makanan menggunakan aliran udara pengering yang
baik adalah antara 45oC sampai 75oC. Pengeringan pada suhu di bawah 45oC mikroba dan jamur
yang merusak produk masih hidup, sehingga daya awet dan mutu produk rendah. Namun pada
suhu pengering di atas 75oC menyebabkan struktur kimiawi dan fisik produk rusak, karena
perpindahan panas dan massa air yang cepat berdampak perubahan struktur sel (Kendall &
Sofos, 2003).
Pengeringan buah dan sayur merupakan salah satu proses yang paling banyak menghabiskan
energi dan waktu dalam industri pangan saat ini (Winarno et al., 1984). Faktor-faktor yang
11
Perpustakaan Unika
mempengaruhi pengeringan terutama adalah ukuran sampel yang dikeringkan, luas permukaan
benda, suhu pengeringan, humidity, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
Jumlah gula yang tinggi dalam produk akan membuat tekstur sampel menjadi lebih lunak dan
lebih basah, karena gula akan mengikat sebagian air yang masih terdapat dalam sampel (Sutisna,
2004).
Buah-buahan dan sayur-sayuran selalu mengandung asam organik, dan juga kadar gula pereduksi
yang lebih tinggi pada buah yang lebih masak. Dengan demikian kematangan buah-buahan untuk
dikeringkan merupakan faktor penting dalam proses pengeringan (Winarno et al., 1984).
Ketebalan irisan buah juga merupakan faktor yang penting, irisan buah yang terlalu tebal akan
menyebabkan proses pengeringan berlangsung lama karena semakin jauh jarak yang ditempuh
oleh uap air, penutupan jalan keluarnya air, dan penghambatan oleh rongga-rongga udara. Irisan
buah yang terlalu tipis akan mempermudah proses pengeringan (Sofyan, 2004). Selain itu
pengeringan menyebabkan penurunan kualitas dan kandungan nutrisi bahan pangan karena
terjadi perubahan sifat asal bahan yang dikeringkan misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik (warna,
tekstur, aroma) dan kimianya (Winarno, 1993).
Proses pengeringan akan menyebabkan bahan yang dikeringkan mempunyai nilai gizi yang lebih
rendah dibandingkan dengan bahan segarnya. Jika proses pengeringan dilakukan pada suhu yang
tinggi, maka dapat menyebabkan ‘case hardening’, yaitu suatu keadaan dimana bagian luar
(permukaan) bahan pangan telah kering, namun bagian dalamnya masih basah (Winarno et al.,
1984). Proses pengeringan pada buah dan sayuran akan mengurangi kandungan vitamin C dan
karoten, sedangkan zat gizi yang bertahan dalam proses pengeringan adalah riboflavin (Vitamin
B2) dan asam folat, kalsium, dan zat besi (Winarno, 1993).
Nilai gizi yang banyak mengalami penurunan akibat proses pengeringan dan pretreatment yang
digunakan yaitu vitamin C, dikarenakan vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air;
mempunyai sifat asam dan pereduksi yang kuat. Vitamin C mempunyai sifat kurang stabil
dibandingkan vitamin lainnya dan mudah rusak selama pengolahan dan penyimpanan. Beberapa
faktor yang dapat menyebabkan hilangnya vitamin C pada bahan antara lain “overprocessing”,
12
Perpustakaan Unika
penyimpanan pada suhu tinggi dan sebagainya. Setiap bentuk dari perlakuan panas dapat
menyebabkan hilangnya vitamin C. Kehilangan vitamin C dimulai dari pengupasan, pemotongan
dan perlakuan blanching. Vitamin C mempunyai sifat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari
luar seperti suhu, oksigen, dan cahaya (Andarwulan dan Koswara, 1992; Whitfield, 2000).
Keberhasilan dalam proses pengeringan sangat bergantung pada tingkat kecukupan panas yang
dipergunakan selama proses penguapan, kelembaban yang sangat rendah untuk mempercepat
laju penguapan, sirkulasi udara yang memadai untuk melancarkan proses pengeringan
(Whitfield, 2000). Keberhasilan transfer panas pada bahan pangan selama proses pengeringan
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luas permukaan, suhu, kelembaban, dan juga tekanan
atmosfir disekitar bahan (Parker, 2003).
Dehumidifier merupakan salah satu alat pengeringan yang menggunakan prinsip mengurangi
kelembaban melalui perpindahan panas dan meningkatkan laju gaya pendorong. Pada proses
pengeringan dengan dehumidifier, udara di sekitar bahan pangan diturunkan kelembabannya
sehingga kelembaban relatif rendah dan diikuti oleh penurunan tekanan pada udara di sekitar
bahan pangan. Karena perlakuan tersebut maka terjadilah perbedaan tekanan antara bahan
pangan dengan udara di sekitarnya yang telah diturunkan, sehingga air pada bahan pangan bisa
terserap keluar sehingga bahan pangan menjadi kering. Efek samping dari proses tersebut akan
mengakibatkan keluarnya juga bahan lain yang terlarut dalam air namun berat jenisnya lebih
besar, seperti gula, protein, atau garam. Pengeringan dilakukan berkali-kali agar air di dalam
bahan yang berasal dari proses blanching maupun air terikat dalam bahan bisa keluar dengan
maksimal (Stanley & Charm, 1963). Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh dehumidifier yaitu:
dapat dilakukan pengontrolan suhu, sehingga produk dapat lebih baik dalam warna, flavor, nilai
nutrisi, kualitas pemasakan, dan kondisi pemasakan yang higienis. Selain itu panas yang
dihasilkan merata dan waktu pengeringannya cepat (Fellows, 2000).
Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan. Oleh karena itu di dalam pengolahan
pangan, air sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan atau pengentalan dan
pengeringan. Pengurangan air disamping bertujuan mengawetkan juga untuk mengurangi besar
13
Perpustakaan Unika
dan berat bahan pangan sehingga memudahkan dan menghemat pengepakan. Kandungan air
sangat berpengaruh terhadap konsentrasi bahan pangan dimana sebagian besar bahan pangan
segar mempunyai kadar air 70 % atau lebih (Winarno et al., 1984). Semakin tinggi kadar air
pada bahan maka hardness-nya akan semakin berkurang (Taub & Singh, 1998).
Texture analyzer merupakan pengukuran tekstur secara objektif suatu produk, dan metode
penekanan sampel menggunakan Texture Profile Analysis (TPA) yang merupakan metode
instrumental yang paling sering digunakan. Metode ini meniru kondisi dimana suatu bahan
mengalami proses pengunyahan (Bourne, 2002). Pengeringan menyebabkan tekstur buah
menjadi kering, alot, dan kenyal dengan semakin banyaknya air yang hilang dari buah-buahan
(Potter and Hotchkiss, 1996). Penguapan air dalam jumlah besar pada saat pengeringan tanpa
disertai peningkatan total padatan menyebabkan terjadinya pengkerutan produk jambu biji kering
secara berlebihan sehingga teksturnya sangat keras (Riva et al., 2004).
Tingkat kekerasan pada buah kering menurun dengan adanya perlakuan dehidrasi osmosis dan
pengecilan ukuran. Selain itu, adanya komponen gula yang masuk ke dalam buah saat dehidrasi
osmosis menyebabkan terjadinya pelunakan tekstur seiring dengan perubahan kadar air dan
konsentrasi zat terlarut seperti gula (Baker, 1997). Kekuatan struktur internal sel buah akan
menurun pada saat terjadi pemasukan molekul gula ke dalam sel-sel buah karena dinding sel
yang semula memiliki kemampuan tahanan bentuk yang kuat menjadi lebih lunak karena
masuknya gula ke dalam sel buah dengan cara menghancurkan dinding sel buah, sehingga gula
dapat masuk dan kandungan air pada buah dapat keluar (Roy et al., 2001).
3. Tekstur adalah respon dari indera peraba terhadap rangsangan fisik yang dihasilkan oleh
kontak antara beberapa bagian tubuh dengan makanan.
4. Nutrisi, meliputi nutrisi mayor (Karbohidrat, Protein, Lemak) dan nutrisi minor (Mineral,
Vitamin, Serat)
(Bourne, 2002).
Waktu pengeringan yang semakin lama akan mengakibatkan kecerahan produk akan semakin
berkurang, intensitas warna merah meningkat dan intensitas warna kuning berkurang, artinya
produk yang dihasilkan semakin gelap. Perubahan warna ini berhubungan dengan reaksi
pencoklatan yang terjadi selama pengeringan. Reaksi non enzimatik yang terjadi berdampak
langsung terhadap warna produk yang dihasilkan proses pencoklatan yang disebabkan oleh panas
disebut browning non enzimatis dimana warna yang ditimbulkan disebabkan antara gula dan
asam amina yang dikenal dengan reaksi maillard. Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan
berwarna coklat, yang sering dikehendaki atau kadang-kadang menjadi pertanda penurunan mutu
Hal ini disebabkan karena semakin kecil ukuran produk air yang keluar dari produk semakin
banyak dan komponen gula yang masuk juga semakin banyak (Sofyan, 2004). Istilah aroma
diartikan sebagai sensasi bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia senyawa volatile oleh
syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke mulut
(Saloko et al., 1997). Tekstur dapat diartikan sebagai kualitas makanan dimana dapat dirasakan
dengan indera peraba (jari) maupun indera perasa (lidah) (Potter, 1978).
Tes terhadap konsumen merupakan aktivitas paling penting dalam pengembangan produk.
Tujuan utama tes ini adalah untuk menilai tanggapan individual terhadap produk, ide produk atau
sifat spesifik produk sehingga diterima oleh konsumen. Produk tersebut dievaluasi berdasarkan
penampilan, rasa, bau, dan tekstur. Pada dasarnya usaha evaluasi sensori dalam industri pangan
adalah untuk menambah kualitas dengan meningkatkan penampilan, flavor dan tekstur sehingga
diterima oleh konsumen untuk mempengaruhi pilihan mereka terhadap bahan pangan pada saat
dijual (Fellows, 2000).
15
Perpustakaan Unika
2.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini ada 3 bagian, yaitu bahan utama, bahan
lain, dan bahan kimia. Bahan utama yang digunakan adalah buah jambu biji merah (Psidium
Guava) setengah mengkal yang diperoleh dari Pasar Selo Mas, Semarang (Gambar 1) dan gula
pasir merk “Gulaku” yang diperoleh dari Pasar Swalayan ADA. Bahan lain yang digunakan
adalah air dan garam. Sedangkan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan yang diperoleh dari Toko
Bahan Kimia Indrasari antara lain adalah asam sitrat, aquadest, larutan HCl 30%, larutan NaOH
45%, larutan Luff Schoorl, larutan KI 20%, larutan H2SO4 26,5%, larutan Natrium thiosulfat 0,1
N, serta indikator amilum 1% dan larutan standar iodium 0,01 N yang diperoleh dari
Laboratorium Ilmu Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata,
Semarang.
16
17
Perpustakaan Unika
Penelitian pendahuluan juga dilakukan untuk mendapatkan larutan gula melalui perbandingan
gula pasir dengan air sampai diperoleh konsentrasi larutan gula yang diinginkan. Pada penelitian
pendahuluan, proses pembuatan larutan gula dilakukan dengan 3 perbandingan yang diinginkan,
yaitu 40%, 50%, dan juga 60%. Bila diasumsikan kemurnian gula komersial adalah 99,5%, maka
perbandingan banyaknya air dengan gula pasir adalah sebagai berikut:
- Konsentrasi larutan gula 40%
100
x 40 = 40,20 gram gula
99,5
= 40,20 gram gula diencerkan dengan air sampai volume 100 ml.
-
Konsentrasi larutan gula 50%
100
x 50 = 50,25 gram gula
99,5
= 50,25 gram gula diencerkan dengan air sampai volume 100 ml.
-
Konsentrasi larutan gula 60%
100
x 60 = 60,30 gram gula
99,5
= 60,30 gram gula diencerkan dengan air sampai volume 100 ml.
18
Perpustakaan Unika
Selain pembuatan larutan gula, dilakukan juga pengkondisian suhu pada saat perendaman agar
tetap konstan yaitu pada suhu ruang. Dalam penelitian pendahuluan, lama waktu perendaman
dalam larutan gula adalah 15 jam. Hasil akhir dari penelitian tersebut dilakukan uji kimia yaitu
uji kadar air dan sukrosa, dimana menyatakan bahwa proses perendaman yang dilakukan pada
penelitian utama 12 jam karena dari hasil penelitian pendahuluan sampai jam ke-12 tersebut
proses dehidrasi osmosis sudah berjalan cenderung konstan.
Jambu biji
Persiapan bahan :
Dikupas kulit dan dibuang daging buah bagian dalamnya
Tebal 1 cm
Buah dipotong dengan 3 varietas ukuran Tebal 2 cm
yang berbeda
Tebal 3 cm
Manisan Kering
Jambu Biji
Pengambilan sampel untuk mengukur analisa kimia dan fisik dilakukan setiap jam dari awal
perendaman (jam ke-0) sampai akhir perendaman (jam ke-12). Semua uji dilakukan sebanyak 2
batch tiap perlakuan, dimana tiap batch terdiri dari 3 (tiga) kali ulangan.
3. HASIL PENELITIAN
Pengujian yang dilakukan terhadap 9 macam sampel dengan berbagai perlakuan yang berbeda
kemudian diuji secara kimiawi untuk melihat tingkat kandungan kadar air, kadar sukrosa, dan
kadar vitamin C di dalamnya. Pengujian fisik yang meliputi uji tekstur (kekerasan) dan sensoris.
Uji sensoris dilakukan untuk menilai tingkat kesukaan konsumen terhadap produk manisan
kering jambu biji dengan berbagai perlakuan pengolahan. Parameter penilaian konsumen
terhadap produk adalah rasa, warna, tekstur dan overall.
Pengujian Pre-treatment awal meliputi proses perendaman asam sitrat dan steam blanching.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa setelah perendaman dengan asam sitrat kadar air, kadar
sukrosa, kekerasan hampir tidak ada beda nyata, sementara kadar vitamin C meningkat.
Sedangkan setelah proses steam blanching, baik pada kadar air, kadar sukrosa, kadar vitamin C,
maupun pada kekerasan cenderung menurun.
24
25
Perpustakaan Unika
Tabel 3. Kadar Air Manisan Jambu Biji pada Waktu Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi
Larutan Gula.
Tebal Kons Jam ke-
Gula 0 1 2 3 4 6
aA1 bA1 cAB1 cdB1 cdB1 cdB1
1cm 40% 82,32 ± 1,83 73,12 ± 2,88 69,36 ± 2,35 68,16 ± 2,39 67,59 ± 2,34 66,98 ± 2,23 66,4 ± 2,42cdB1
50% 83,08 ± 2,05aA1 74,67 ± 1,75bA1 71,43 ± 2,70cB1 68,42 ± 2,13dB1 66,62 ± 2,53deB1 65,39 ± 2,40efAB1 64,57 ± 1,49efgAB1
60% 82,61 ± 2,05aA1 72,53 ± 2,10bA1 67,59 ± 3,26cA1 64,83 ± 2,75dA1 63,49 ± 2,60deA1 62,87 ± 2,60deA1 62,35 ± 2,33deA1
2cm 40% 82,74 ± 2,57aA1 77,49 ± 1,93bB2 74,17 ± 1,68cB2 72,79 ± 1,51cdC2 71,83 ± 1,13cdC2 71,15 ± 2,64deC2 70,23 ± 2,06defC2
50% 82,61 ± 1,26aA1 77,05 ± 1,39bB2 73,18 ± 0,96cB12 70,35 ± 1,07dB1 68,62 ± 1,06deB1 67,38 ± 1,14efB1 66,49 ± 1,20fgB2
60% 81,94 ± 2,04aA1 72,29 ± 1,85bA1 69,29 ± 2,24cA1 67,24 ± 2,69cdA1 65,67 ± 1,58deA1 64,68 ± 1,83eA1 64,49 ± 1,36eA1
3cm 40% 82,55 ± 2,37aA1 79,46 ± 1,72bB2 77,27 ± 2,31cB3 76,46 ± 2,34cdB3 75,66 ± 1,76cdeC3 74,83 ± 1,35defC3 74,29 ± 2,27defgB3
50% 82,06 ± 2,18aA1 78,59 ± 1,62bB2 74,89 ± 2,12cAB2 73,86 ± 2,22cdA2 73,28 ± 1,41cdeB2 72,34 ± 1,87cdefB2 71,69 ± 1,88defB3
60% 81,89 ± 2,70aA1 75,64 ± 1,96bA2 72,69 ± 1,70cA2 71,37 ± 1,56cdA2 69,49 ± 1,33deA2 68,59 ± 2,49defA2 67,49 ± 3,07efA2
Pada Tabel 3 dari sembilan kombinasi perlakuan bila disajikan secara grafis, terlihat bahwa
kombinasi ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% perubahan kadar airnya paling
cepat, sedangkan yang paling lambat kombinasi ketebalan 3 cm dan konsentrasi larutan gula
40% seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Penurunan Kadar Air Manisan Jambu Biji pada Masing-masing Waktu
Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula.
Hubungan perlakuan berbagai variabel konsentrasi larutan gula terhadap parameter kadar air
selama perendaman dapat dilihat pada Gambar 5, dimana menunjukkan bahwa konsentrasi
larutan gula 60% mengalami penurunan kadar air yang paling cepat keluar dari produk.
Karakteristik konsentrasi larutan gula 40% agak berbeda dengan konsentrasi larutan gula 50%
dan 60%. Pada konsentrasi larutan gula 40% pada awal sampai jam ke-2 perendaman terlihat
cepat, pada jam ke-3 sampai ke-8 mulai melambat, dan setelah jam ke-8 cenderung lambat.
Sedangkan pada konsentrasi larutan gula 50% dan 60%, kadar air cenderung berjalan cepat pada
awal perendaman sampai jam ke-4, jam ke-5 sampai jam ke-8 mulai melambat dan cenderung
lambat setelah jam ke-8 cenderung lambat.
Gambar 5. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Konsentrasi Gula selama waktu perendaman
Terhadap Kadar Air Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
28
Perpustakaan Unika
Sedangkan hubungan perlakuan berbagai variabel ketebalan terhadap parameter kadar air selama
perendaman dapat dilihat pada Gambar 6, yang menunjukkan bahwa perlakuan ketebalan 1 cm
kadar airnya berkurang paling cepat dibandingkan pelakuan ketebalan lainnya terlihat jelas sejak
jam perendaman pertama. Karakteristik penurunan kadar air dari ketiga tingkat ketebalan
cenderung sebanding, terlihat cepat pada awal perendaman sampai jam ke-4; mulai melambat
pada jam ke-5 sampai jam ke-8; dan setelah melewati jam ke-8 kadar airnya berjalan lambat.
85
80
K a d ar A ir (% )
75
70
65
60
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
J a m ke ‐
1 c m 2 c m 3 c m
Gambar 6. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan selama waktu perendaman Terhadap
Kadar Air Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
Interaksi antara perlakuan ketebalan dan konsentrasi larutan gula dapat terlihat pada Gambar 7.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa antara ketebalan dan konsentrasi larutan gula memiliki
interaksi yang sangat kuat. Pada ketebalan 1 cm, semakin besar konsentrasi larutan gula maka
penurunan kadar air besar baik pada 40% ke 50% maupun lebih dari 50%. Karakter penurunan
ini juga teramati pada ketebalan 2 cm, dengan tingkat penurunan yang lebih rendah. Sedangkan
pada ketebalan 3 cm terlihat paling melambat penurunan kadar airnya.
Gambar 7. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan dan Konsentrasi Gula Terhadap
Kadar Air Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
29
Perpustakaan Unika
Ketebalan terlihat lebih berpengaruh dibanding konsentrasi larutan gula. Perbedaan tersebut
terlihat bahwa hasil analisis grafis dari kedua variabel perlakuan tersebut yang masing-masing
diisi dalam 3 tingkat. Profil perubahan kadar air manisan jambu biji selama 12 jam perendaman
dapat digambarkan dengan model matematika ideal yaitu model power dengan rumus y = a.(xb).
Bila kurva tersebut diturunkan maka rumusnya berubah menjadi dy/dx (y’) =ab.(xb-1), dimana y
adalah kadar air, dy/dx adalah koefisien difusi untuk kadar air, dan x adalah satuan waktu
dehidrasi osmosis.
Dari profil penurunan kadar air yang ada pada Gambar 4,5,6, dan 7; Tabel 3 dan 4, dapat dilihat
bahwa manisan jambu biji dengan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% laju
penurunan kadar airnya paling cepat dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Tabel 5. Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji pada Waktu Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi
Larutan Gula.
Tebal Kons Jam ke-
Gula 0 1 2 3 4 5 6
1cm 40% 10,07 ± 0,67aA1 11,77 ± 0,26bA1 13,38 ± 0,40cA1 14,45 ± 0,34dA1 15,47 ± 0,58eA1 16,45 ± 0,33efA1 17,17 ± 0,26fgA1
50% 9,93 ± 0,28aA1 13,07 ± 0,11bB1 15,29 ± 1,33cB2 17,00 ± 0,92dB2 18,17 ± 1,15deB2 18,79 ± 1,30efB2 19,52 ± 1,63efgB2
60% 9,99 ± 0,36aA1 14,3 ± 1,28bC1 16,25 ± 2,05cB1 17,85 ± 1,00dB2 18,55 ± 0,92deB2 19,29 ± 0,72defB2 19,91 ± 1,39efgB1
2cm 40% 10,35 ± 0,11aA1 13,33 ± 1,10bA2 15,26 ± 0,31cA2 16,62 ± 0,28dA2 17,42 ± 0,17eA2 18,18 ± 0,15fA2 18,79 ± 0,19gA2
50% 10,13 ± 1,84aA1 12,79 ± 1,30bA1 15,5 ± 1,18cA2 16,9 ± 0,76dA2 17,63 ± 1,21deA2 18,28 ± 1,04efA12 18,98 ± 0,96efgA12
60% 10,25 ± 1,05aA1 12,67 ± 1,37bA1 14,88 ± 1,44cA1 15,91 ± 1,22cdA1 16,86 ± 1,15cdeA1 17,77 ± 1,21defA1 18,58 ± 1,71efgA1
3cm 40% 10,48 ± 0,28aA1 12,45 ± 1,66bA12 13,83 ± 0,63cAB1 14,65 ± 0,78cdA1 15,46 ± 0,62deA1 16,23 ± 0,65eA1 17,13 ± 0,79fA1
50% 10,4 ± 0,91aA1 12,13 ± 0,81bA1 13,48 ± 0,99cA1 15,06 ± 1,44dA1 16,07 ± 0,83deA1 16,94 ± 1,30efAB1 17,72 ± 1,13efgAB1
60% 10,08 ± 0,24aA1 12,98 ± 1,59bA1 14,72 ± 1,09cB1 16,72 ± 1,23dB12 17,55 ± 1,15deB12 18,17 ± 1,00efB12 18,62 ± 1,38efgB1
Pada Tabel 5 dari sembilan kombinasi perlakuan bila disajikan secara grafis, terlihat bahwa
kombinasi ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% perubahan kadar sukrosanya paling
cepat, sedangkan yang paling lambat kombinasi ketebalan 3 cm dan konsentrasi larutan gula
40% seperti yang terlihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Peningkatan Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji pada Masing-masing Waktu
Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula.
Hubungan perlakuan berbagai variabel konsentrasi larutan gula terhadap parameter kadar
sukrosa selama perendaman dapat dilihat pada Gambar 9, dimana menunjukkan bahwa
konsentrasi larutan gula 60% mengalami peningkatan kadar sukrosa yang paling cepat masuk ke
dalam produk. Karakteristik konsentrasi larutan gula 40% agak berbeda dengan konsentrasi
larutan gula 50% dan 60%, dimana pada jam ke-2 perendaman terlihat sudah mulai melambat,
dan setelah jam ke-9 cenderung lambat. Sedangkan pada konsentrasi larutan gula 50% dan 60%,
kadar sukrosa berjalan cepat pada awal perendaman sampai jam ke-4, jam ke-5 sampai jam ke-9
mulai melambat dan cenderung stabil setelah jam ke-9.
Gambar 9. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Konsentrasi Gula Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
32
Perpustakaan Unika
Sedangkan hubungan perlakuan berbagai variabel ketebalan terhadap parameter kadar sukrosa
selama perendaman dapat dilihat pada Gambar 10, yang menunjukkan bahwa perlakuan
ketebalan 3 cm kadar sukrosanya meningkat paling lama dibandingkan pelakuan ketebalan
lainnya, terlihat jelas sejak jam pertama. Karakteristik peningkatan kadar sukrosa pada ketebalan
1 cm dan 2 cm cenderung sebanding, terlihat cepat pada awal perendaman sampai jam ke-4;
mulai melambat pada jam ke-5 sampai jam ke-9; dan setelah melewati jam ke-9 kadar
sukrosanya berjalan lambat.
Gambar 10. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
Interaksi antara perlakuan ketebalan dan konsentrasi larutan gula dapat terlihat pada Gambar 11.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa antara ketebalan dan konsentrasi larutan gula memiliki
interaksi yang sangat kuat. Pada ketebalan 1 cm, semakin besar konsentrasi larutan gula maka
peningkatan kadar sukrosa besar. Karakter peningkatan ini juga teramati pada ketebalan 2 cm
dan 3 cm, pada konsentrasi larutan gula 40% ke 50% peningkatan relatif kecil. Namun terlihat
berbeda pada konsentrasi larutan gula 50% ke 60% terlihat pada ketebalan 3 cm mulai meningkat
sedangkan pada ketebalan 2 cm peningkatannya terlihat menurun atau dapat dikatakan stabil.
Gambar 11. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan dan Konsentrasi Gula Terhadap
Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
33
Perpustakaan Unika
Konsentrasi larutan gula terlihat lebih berpengaruh dibanding ketebalan. Perbedaan tersebut
terlihat bahwa hasil analisis grafis dari kedua variabel perlakuan tersebut yang masing-masing
diisi dalam 3 tingkat. Profil perubahan kadar sukrosa manisan jambu biji selama 12 jam
perendaman dapat digambarkan dengan model matematika ideal yaitu model polynomial tingkat
dua dengan rumus y=ax2+bx+c, sedangkan untuk mengetahui koefisien difusi didapatkan dengan
cara menurunkan rumus tersebut menjadi dy/dx (y’) = 2ax+b, dimana y adalah kadar sukrosa,
dy/dx adalah koefisien difusi untuk kadar sukrosa, dan x adalah satuan waktu dehidrasi osmosis.
Dari profil peningkatan kadar sukrosa yang ada pada Gambar 8,9,10, dan 11; Tabel 5 dan 6,
dapat dilihat bahwa manisan jambu biji dengan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60%
laju peningkatan kadar sukrosanya paling cepat dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Tabel 7. Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji pada Waktu Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan
Konsentrasi Larutan Gula.
Tebal Kons Jam ke-
Gula 0 1 2 3 4 5 6
aA1 bA1 bcA1 bcA2 cA2 dA12
1cm 40% 35,96 ± 2,03 34,21 ± 2,10 33,59 ± 1,96 33,17 ± 0,98 32,15 ± 1,17 30,36 ± 1,64 28,35 ± 1,38eA1
50% 35,04 ± 1,73aA1 34,12 ± 1,16abA1 33,99 ± 1,89abA1 32,2 ± 2,15bcA1 30,77 ± 2,30cA12 31,23 ± 1,38cA2 27,65 ± 2,17dA1
60% 35,01 ± 1,63aA1 33,94 ± 1,94aA1 32,87 ± 2,59abA1 31,19 ± 2,59bcA1 30,73 ± 1,38cdA1 29,5 ± 2,59cdA1 28,52 ± 0,54deA1
2cm 40% 35,99 ± 5,42aA1 35,32 ± 3,10aA1 34,65 ± 1,90abA1 33,35 ± 1,38abA2 32,21 ± 1,23bA2 31,92 ± 1,48bA2 29,18 ± 2,18cA1
50% 37,15 ± 3,56aA1 36,04 ± 1,15aA2 34,93 ± 2,66abA1 33,57 ± 1,56bA1 32,63 ± 2,05bcA2 30,94 ± 1,38cdA2 30,32 ± 1,95cdeA2
60% 36,36 ± 2,11aA1 35,27 ± 2,11abA1 34,63 ± 1,76abcA1 34,04 ± 1,73bcdA2 32,91 ± 1,73cdA2 31,96 ± 1,73deA2 30,32 ± 1,14eA2
3cm 40% 35,25 ± 1,38aA1 34,76 ± 1,38aA1 32,56 ± 0,97bA1 31,54 ± 0,97bcA1 30,35 ± 1,70cdA1 28,63 ± 1,79dA1 28,51 ± 1,12dA1
50% 35,5 ± 0,75aA1 34,03 ± 1,01abA1 33,09 ± 0,79bcA1 31,82 ± 1,64cdA1 30,12 ± 1,31deA1 28,75 ± 2,33efA1 27,63 ± 1,79fgA1
60% 35,42 ± 2,84aA1 34,85 ± 2,42aA1 32,28 ± 2,13bA1 30,71 ± 1,03bcA1 29,14 ± 1,72cdA1 28,53 ± 0,35dA1 27,92 ± 1,92dA1
Pada Tabel 7 dari sembilan kombinasi perlakuan bila disajikan secara grafis, terlihat bahwa pada
akhir perendaman kombinasi ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% memiliki kadar
vitamin C paling rendah yaitu sebesar 20,08±0,76 mg, sedangkan yang paling tinggi kombinasi
ketebalan 3 cm dan konsentrasi larutan gula 40% yaitu sebesar 24,03±1,01 mg seperti yang
terlihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Penurunan Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji pada Masing-masing Waktu
Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi
Larutan Gula
Hubungan perlakuan berbagai variabel konsentrasi larutan gula terhadap parameter kadar
sukrosa selama perendaman dapat dilihat pada Gambar 13, dimana menunjukkan bahwa
konsentrasi larutan gula 60% mengalami penurunan kadar vitamin C yang paling banyak. Pada
awal perendaman sampai jam ke-6 terlihat penurunan kadar vitamin C hampir sama tiap variabel
konsentrasi larutan gula. Namun setelah jam ke-6 sampai akhir perendaman terlihat konsentrasi
larutan gula 60% menurun paling banyak.
Gambar 13. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Konsentrasi Gula Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
36
Perpustakaan Unika
Sedangkan hubungan perlakuan berbagai variabel ketebalan terhadap parameter kadar vitamin C
selama perendaman dapat dilihat pada Gambar 14, yang menunjukkan bahwa manisan jambu biji
dengan perlakuan ketebalan 2 cm memiliki profil penurunan kadar vitamin C paling tinggi
sampai perendaman jam ke-11 dibandingkan ketebalan lainnya, tetapi pada akhir perendaman
ketebalan 3 cm memiliki kadar vitamin C paling tinggi. Perlakuan ketebalan 1 cm kadar vitamin
C-nya menurun paling cepat dibandingkan pelakuan ketebalan lainnya terlihat jelas sejak jam
perendaman ke-8 sampai akhir perendaman.
Gambar 14. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
Interaksi antara perlakuan ketebalan dan konsentrasi larutan gula dapat terlihat pada Gambar 15.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa antara ketebalan dan konsentrasi larutan gula memiliki
interaksi. Pada ketebalan 1 cm, terlihat konsentrasi larutan gula 50% sudah menurun maksimal.
Apabila dinaikkan lagi konsentrasi larutan gulanya terlihat tidak ada penurunan lagi. Sebaliknya
pada ketebalan 2 cm dan 3 cm masih ada penurunan lagi dari konsentrasi larutan gula 50% ke
60%.
Gambar 15. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan dan Konsentrasi Gula Terhadap
Kadar Vitamin C Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
37
Perpustakaan Unika
Ketebalan terlihat lebih berpengaruh dibanding konsentrasi larutan gula. Perbedaan tersebut
terlihat bahwa hasil analisis grafis dari kedua variabel perlakuan tersebut yang masing-masing
diisi dalam 3 tingkat. Profil perubahan kadar vitamin C manisan jambu biji selama 12 jam
perendaman dapat digambarkan dengan model matematika ideal yaitu model polynomial tingkat
2 dengan rumus y=ax2+bx+c, sedangkan untuk mengetahui koefisien difusi didapatkan dengan
cara menurunkan rumus tersebut menjadi dy/dx (y’) = 2ax+b, dimana y adalah kadar vitamin C,
dy/dx adalah koefisien difusi untuk kadar vitamin C, dan x adalah satuan waktu dehidrasi
osmosis.
Dari profil penurunan kadar vitamin C yang ada pada Gambar 12,13,14, dan 15; Tabel 7 dan 8,
dapat dilihat bahwa manisan jambu biji dengan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60%
laju penurunan kadar vitamin C-nya paling banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Tabel 9. Kekerasan Manisan Jambu Biji pada Waktu Perendaman dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi
Larutan Gula.
Tebal Kons Jam ke-
Gula 0 1 2 3 4 5 6
aA1 bA1 cA1 dA1 eA1 fA1
1cm 40% 10,14 ± 0,11 9,88 ± 0,24 9,32 ± 0,06 8,9 ± 0,06 8,64 ± 0,06 8,38 ± 0,06 8,09 ± 0,17gA1
50% 10,51 ± 0,57aA1 10,21 ± 0,38abA1 9,84 ± 0,72bcA1 9,33 ± 0,63cA1 8,79 ± 0,25deAB1 8,5 ± 0,10eA1 8,26 ± 0,77eA1
60% 10,67 ± 1,81aA1 9,94 ± 1,03abA1 9,55 ± 0,61bcA1 9,22 ± 0,63bcdA1 8,88 ± 0,14cdB2 8,31 ± 0,50deA 7,7 ± 0,21efA
2cm 40% 10,21 ± 0,07a1A1 9,95 ± 0,51abB1 9,42 ± 0,41bcAB1 8,99 ± 0,72cdA1 8,79 ± 0,31deB1 8,64 ± 0,56deB1 8,29 ± 0,53efB1
50% 10,28 ± 0,77aA1 10,09 ± 0,10aB1 9,75 ± 0,37aB1 9,02 ± 0,51bA1 8,55 ± 0,40bcAB1 8,08 ± 0,58cdAB1 7,84 ± 0,51deAB1
60% 10,58 ± 0,20aA1 9,46 ± 0,35bA1 8,93 ± 0,57cA1 8,51 ± 0,50cdA1 8,11 ± 0,61deA1 7,84 ± 0,58efA 7,58 ± 0,55fA
3cm 40% 10,07 ± 0,43aA1 9,95 ± 0,30abA1 9,49 ± 0,53bA1 8,91 ± 0,35cA1 8,65 ± 0,10cdA1 8,42 ± 0,10cdeA1 8,34 ± 0,75defA1
50% 10,32 ± 0,89aA1 10,27 ± 0,76aA1 9,47 ± 0,66bA1 8,97 ± 0,32bcA1 8,62 ± 0,16cdA1 8,48 ± 0,54cdeA1 8,29 ± 0,11defA1
60% 10,1 ± 0,52aA1 9,63 ± 0,69abA1 9,13 ± 0,69bcA1 8,68 ± 0,69cdA1 8,15 ± 0,69deA1 7,87 ± 0,69efA 7,62 ± 0,69efgA
Pada Tabel 9 dari sembilan kombinasi perlakuan bila disajikan secara grafis, terlihat bahwa pada
akhir perendaman kombinasi ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% memiliki tingkat
kekerasan paling rendah seperti yang terlihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Penurunan Kekerasan Manisan Jambu Biji pada Masing-masing Waktu Perendaman
dengan Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula.
Hubungan perlakuan berbagai variabel konsentrasi larutan gula terhadap parameter kekerasan
selama perendaman dapat dilihat pada Gambar 17, dimana menunjukkan bahwa konsentrasi
larutan gula 60% mengalami penurunan kekerasan yang paling banyak terlihat sejak jam
perendaman pertama sampai akhir perendaman.
Gambar 17. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Konsentrasi Gula Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kekerasan Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
Gambar 18. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan Selama Waktu Perendaman
Terhadap Kekerasan Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
Interaksi antara perlakuan ketebalan dan konsentrasi larutan gula dapat terlihat pada Gambar 19.
Dari gambar tersebut terlihat bahwa antara ketebalan dan konsentrasi larutan gula memiliki
interaksi. Terlihat bahwa baik pada ketebalan 1 cm; 2 cm; dan 3 cm kekerasannya menurun
apabila dikombinasikan dengan konsentrasi larutan gula 60%.
Gambar 19. Grafik Hubungan Perlakuan Berbagai Ketebalan dan Konsentrasi Gula Terhadap
Kadar Sukrosa Manisan Jambu Biji yang Dihasilkan.
Ketebalan terlihat lebih berpengaruh dibanding konsentrasi larutan gula. Perbedaan tersebut
terlihat bahwa hasil analisis grafis dari kedua variabel perlakuan tersebut yang masing-masing
diisi dalam 3 tingkat. Profil perubahan kekerasan manisan jambu biji selama 12 jam perendaman
dapat digambarkan dengan model matematika ideal yaitu model polynomial tingkat dua dengan
rumus y=ax2+bx+c, sedangkan untuk mengetahui koefisien difusi didapatkan dengan cara
menurunkan rumus tersebut menjadi dy/dx (y’) = 2ax+b, dimana y adalah tekstur, dy/dx adalah
koefisien difusi untuk tekstur, dan x adalah satuan waktu dehidrasi osmosis.
41
Perpustakaan Unika
Dari profil penurunan kekerasan yang ada pada Gambar 16,17,18, dan 19; Tabel 9 dan 10, dapat
dilihat bahwa manisan jambu biji dengan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% laju
penurunan kekerasannya paling banyak dibandingkan dengan perlakuan yang lain.
Tabel 11. Hasil Pengujian Fisik dan Kimia Pada Manisan Kering Jambu Biji
Pengujian
Konsentrasi Kadar Sukrosa Kadar Vitamin C Tekstur
Tebal Gula (%) (mg) (kgf)
1 cm 40% 14,66 ± 1,76 b1 14,2 ± 1,73 a1 10,18 ± 0,16 a2
50% 15,45 ± 0,28 b12 13,69 ± 2,15 a1 9,52 ± 0,10 a2
60% 15,78 ± 0,30 b2 13,2 ± 1,73 a1 9,23 ± 0,20 a1
2 cm 40% 14,57 ± 0,28 ab1 14,47 ± 1,89 a1 10,7 ± 0,16 b2
50% 15,03 ± 1,28 ab12 14,11 ± 1,16 a1 10,56 ± 1,03 b2
60% 15,25 ± 0,28 ab2 13,99 ± 1,89 a1 9,73 ± 0,84 b1
3 cm 40% 14,13 ± 1,74 a1 15,04 ± 1,73 a1 10,98 ± 0,10 b2
50% 14,44 ± 0,30 a12 14,72 ± 1,38 a1 10,79 ± 1,03 b2
60% 14,88 ± 0,30 a2 14,05 ± 1,38 a1 10,22 ± 0,20 b1
Keterangan :
∗ Semua nilai merupakan rata-rata±standar deviasi dari enam kali ulangan.
∗ Beda nyata tiap-tiap pengujian antar ketebalan produk manisan jambu biji dinyatakan dengan superscript huruf
yang berbeda pada tingkat kepercayaan 95% berdasarkan uji ANOVA dua arah dengan menggunakan Duncan
sebagai uji beda nyata.
∗ Beda nyata tiap-tiap pengujian antar konsentrasi larutan gula produk manisan jambu biji dinyatakan dengan
superscript angka yang berbeda pada tingkat kepercayaan 95% berdasarkan uji ANOVA dua arah dengan
menggunakan Duncan sebagai uji beda nyata.
Pada pengujian kimia kadar sukrosa, nilai yang paling tinggi terdapat pada perlakuan ketebalan
1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% yaitu sebesar 15,78±0,30%, sedangkan yang paling kecil
nilai kadar sukrosanya adalah produk manisan kering dengan perlakuan ketebalan 3 cm dan
43
Perpustakaan Unika
konsentrasi larutan gula 60% yaitu sebesar 14,13±1,74%. Pada pengujian kimia kadar vitamin C
dalam hasil pengamatan Tabel 11. tidak saling berpengaruh secara nyata pada tiap-tiap perlakuan
ketebalan dan konsentrasi larutan gula. Sedangkan pada pengujian fisik tekstur pada manisan
kering jambu biji, nilai yang paling tinggi didapatkan pada perlakuan ketebalan 3 cm dan
konsentrasi larutan gula 40% yaitu sebesar 10,98±0,10%. Pada pengujian kimia sukrosa dan
pengujian fisik tekstur, ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% paling berbeda nyata
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Tabel 12. Score Rata-Rata Hasil Analisa Sensoris Produk Manisan Kering Jambu Biji degan
Berbagai Macam Perlakuan.
Tebal Kons Gula Warna Rasa Aroma Tekstur Overall
abc ab ab
1 cm 40% 4.62 4.44 4.42 4.66 bcde 4.62 abc
50% 4.92 bc 5.00 cd 4.70 bc 4.88 de 4.92 c
c d
60% 5.02 5.06 4.92 c 4.94 e 4.94 c
2 cm 40% 4.48 a 4.60 abc 4.58 abc 4.38 abc 4.46 ab
ab abcd
50% 4.52 4.66 4.48 abc 4.50 abcd 4.70 abc
60% 4.70 abc 4.82 bcd 4.64 abc 4.78 cde 4.86 bc
a a
3 cm 40% 4.32 4.26 4.14 a 4.22 a 4.26 a
50% 4.32 a 4.32 a 4.24 ab 4.28 ab 4.38 a
abc ab
60% 4.64 4.50 4.38 ab 4.54 abcde 4.66 abc
• Keterangan score :
1 = sangat tidak suka 5 = agak suka
2 = tidak suka 6 = suka
3 = agak tidak suka 7 = sangat suka sekali
4 = netral
• Semua nilai pada tabel merupakan score rata-rata yang diperoleh dari 50 panelis.
• Beda nyata antar perlakuan konsentrasi larutan gula dan ketebalan produk manisan jambu biji dinyatakan
dengan superscript huruf yang berbeda pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,05) berdasarkan uji ANOVA
nonparametrik dengan two independent samples menggunakan Mann-Whitney sebagai uji beda nyata.
Produk manisan kering jambu biji antara perlakuan ketebalan 1 cm konsentrasi larutan gula 60%
dengan perlakuan ketebalan 3 cm konsentrasi larutan gula 40% dan 50% saling berbeda nyata
dilihat dari hasil parameter sensoris Tabel 12 (warna, rasa, aroma, tekstur, dan overall).
44
Perpustakaan Unika
Gambar 21. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Warna Manisan Kering Jambu Biji Dengan
Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula.
Gambar 22. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Rasa Manisan Kering Jambu Biji Dengan Berbagai
Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula.
Gambar 23. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Aroma Manisan Kering Jambu Biji Dengan
Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula.
45
Perpustakaan Unika
Gambar 24. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Tekstur Manisan Kering Jambu Biji Dengan
Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula.
Gambar 25. Grafik Analisa Sensoris Tingkat Overall Manisan Kering Jambu Biji Dengan
Berbagai Macam Perlakuan Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula.
Pada Tabel 12 dilihat dari segi kesukaan terhadap parameter warna (Gambar 21), manisan kering
jambu biji yang mendapatkan skor tertinggi adalah produk dengan perlakuan ketebalan 1 cm dan
konsentrasi larutan gula 60%. Produk yang mendapatkan skor terendah pada parameter warna
adalah perlakuan ketebalan 3 cm dan konsentrasi larutan gula 40% dan 50%. Sedangkan segi
kesukaan panelis terhadap parameter rasa (Gambar 22), aroma (Gambar 23), tekstur (Gambar
24), dan overall (Gambar 25) dari produk manisan kering jambu biji yang memiliki skor
tertinggi dimana paling disukai panelis adalah perlakuan ketebalan 1 cm den konsentrasi larutan
gula 60%, sedangkan yang memiliki skor terendah adalah manisan jambu biji dengan perlakuan
ketebalan 3 cm dan konsentrasi larutan gula 40%.
Perpustakaan Unika
4. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan manisan kering menggunakan bahan baku jambu biji
(Psidium guajava L.). Sampel jambu biji yang telah diberikan pretreatment kemudian
dikeringkan dengan menggunakan pengeringan dehumidifier. Sebelum dikeringkan sampel
mendapat perlakuan berbagai variasi ketebalan (1 cm; 2 cm; dan 3 cm), perendaman asam sitrat
dan blanching (steam blanching). Kemudian sampel manisan jambu biji didirendam dengan
beberapa variasi konsentrasi larutan gula (40%; 50%; dan 60%) selama 12 jam. Setelah itu setiap
jam diuji kandungan kadar air, kadar sukrosa, kadar vitamin C, tekstur (hardness), dan uji
sensoris.
Menurut Anonim (2007), buah berwarna merah seperti jambu biji merupakan jenis buah yang
mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun buah ini menurut Astawan dan
Astawan (1991) termasuk buah yang sifatnya mudah mengalami perubahan kimia dan fisik bila
tidak ditangani secara tepat. Akibatnya, mutu pada buah akan turun secara drastis dan
menyebabkan buah jambu biji menjadi tidak segar lagi dalam waktu yang sangat singkat.
Perubahan sifat pada buah ini sering disebabkan karena terjadi proses oksidasi karena buah telalu
sering terkena sinar matahari secara langsung, proses pemanenan yang kurang baik, serta
pengaruh biologis karena adanya pertumbuhan jamur sehingga mempermudah terjadinya
pembusukan pada buah. Oleh karena itu dilakukan pengolahan buah sebagai salah satu alternatif
guna untuk mendapatkan nilai tambah (Satuhu, 1996). Dan dalam penelitian ini dilakukan
pembuatan manisan kering dengan jambu biji sebagai bahan bakunya. Hal ini juga sesuai dengan
teori Lucianaratih (2003) bahwa pengolahan ini dimaksudkan untuk menganekaragamkan
pangan, meningkatkan nilai ekonomi, memperpanjang umur simpan dan mempertahankan atau
memperbaiki mutu gizi buah
46
47
Perpustakaan Unika
kematangan dan kesegaran, kemudian dicuci untuk menghilangkan debu, kotoran serangga,
spora, jamur, dan bagian-bagian lain yang dapat mengkontaminasi atau mempengaruhi warna,
aroma ataupun flavour dari buah dan sayuran. Pada proses awal pembuatan manisan kering
jambu biji, bahan baku (jambu biji) yang dipergunakan harus dicuci bersih, dikupas kulit luar
dan dibuang bijinya terlebih dahulu. Proses pembuatan manisan kering jambu biji, dilakukan
berbagai variasi ketebalan, yaitu 1 cm; 2 cm; dan 3 cm. Hal ini sesuai dengan teori Raghupathy
dan Thangavel (1995) bahwa pengupasan buah atau penghilangan bagian buah yang tidak
diperlukan biasanya dilakukan setelah pencucian. Selanjutnya produk akan dipotong sesuai
dengan bentuk dan ukuran. Sofyan (2004) juga mengatakan bahwa ketebalan irisan buah
merupakan faktor yang penting, dimana irisan buah yang terlalu tebal akan menyebabkan proses
pengeringan berlangsung lama karena semakin jauh jarak yang ditempuh oleh uap air, penutupan
jalan keluarnya air, penghambatan oleh rongga-rongga udara. Karena air dapat dengan mudah
keluar maka semakin tipis ketebalan suatu irisan semakin sedikit kandungan air yang terkandung
di dalamnya.
Selanjutnya dilakukan perendaman dengan larutan asam sitrat dilakukan setelah proses
pemotongan. Perendaman dengan asam sitrat berlangsung selama 10 menit. Hal ini sesuai
dengan teori de Man (1997) bahwa tujuan dari perendaman dengan asam sitrat adalah untuk
mencegah terjadinya browning enzimatis pada jambu biji yang disebabkan oleh enzim
polifenoloksidase. Penyebab utama pada proses browning adalah reaksi enzim polifenoloksidase
dengan oksigen yang akan mengubah senyawa o-difenol pada jambu biji menjadi o-kuinon.
Dengan adanya asam sitrat dapat mencegah reaksi browning yaitu dengan cara asam sitrat akan
bereaksi dengan o-kuinon dan mengubahnya kembali menjadi o-difenol.
Metode pretreatment yang dilakukan salah satunya adalah metode blanching. Blanching
merupakan proses pemanasan yang biasanya diberikan pada buah-buahan dan sayur-sayuran
sebelum mengalami proses pendinginan, pengeringan, atau pengalengan (Winarno et al., 1984;
Suprapti, 2005). Blanching pada bahan pangan berfungsi untuk melunakkan jaringan,
mengurangi jumlah mikroorganisme, menginaktifasi enzim dan membersihkan jaringan (Satuhu,
1996). Metode blanching yang digunakan dalam penelitian ini adalah steam blanching selama 3
48
Perpustakaan Unika
menit. Kehilangan nutrisi terutama yang larut air dengan metode steam blanching dapat
diminimalkan karena dengan metode ini, buah tidak bersentuhan langsung dengan air sehingga
resiko kehilangan komponen yang larut air dapat diminimalkan. Hal ini sesuai dengan teori
Fellows; Sharma et al. (2000) bahwa steam blanching dilakukan dengan cara bahan pangan
diberi uap panas yang dihasilkan dari air yang telah mendidih. Uap air akan masuk dan melewati
seluruh jaringan dari bahan pangan tersebut. Pretreatment blanching berpengaruh terhadap
perubahan kualitas sensoris dan nutrisi pada bahan pangan, misalnya terjadinya perubahan
struktur jaringan menjadi lebih lunak, kehilangan beberapa kandungan mineral, kandungan
vitamin yang larut dalam air serta komponen larut dalam air lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang didapat bahwa kandungan kadar air, kadar sukrosa, kadar vitamin C, dan tekstur
berkurang.
menggantikan komponen air yang ada dalam jambu biji. Hal ini sesuai dengan Sharma et al.,
(2000), yang mengatakan bahwa potensial kimia air lebih tinggi dalam bahan biologis,
sedangkan potensial kimia gula lebih tinggi dalam larutan osmotik. Oleh karena itulah, air
mengalir keluar dari bahan biologis dan gula mungkin mengalir ke dalam bahan, tergantung dari
waktu kontak dan ukuran membran. Semakin banyak komponen air yang keluar dari buah jambu
biji maka komponen gula yang masuk juga semakin banyak.
Pada Tabel 3, terlihat perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% selama
perendaman, kadar airnya mengalami penurunan paling cepat keluar dari produk, sedangkan
perlakuan konsentrasi larutan gula 40% dan ketebalan 3 cm mengalami penurunan kadar air
paling lambat keluar dari produk (sesuai Gambar 4). Hasil tersebut sesuai dengan teori Omowaye
(2002), bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan osmotik dan semakin tipis pemotongan irisan,
maka laju perpindahan air dari bahan ke dalam larutan osmotik akan semakin tinggi. Jadi
semakin lama waktu dehidrasi osmosisnya maka akan semakin banyak air yang hilang dari
dalam buah, dan komponen gula yang akan masuk dalam jambu biji semakin besar pula sehingga
kandungan sukrosanya meningkat namun kadar airnya menurun. Yang menjadi gaya pendorong
penghilangan air adalah adanya perbedaan tekanan osmotik antara bahan pangan dengan larutan
yang disekitarnya.
Pada perlakuan perendaman konsentrasi larutan gula 40% (Gambar 5), didapatkan bahwa kadar
air mengalami penurunan lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan perendaman yang lainnya.
Hal ini disebabkan karena pada perlakuan tersebut, kandungan sukrosa yang terkandung pada
jambu biji paling rendah sehingga proses keluarnya kandungan air pada jambu biji lebih lambat
daripada perlakuan perendaman lainnya. Adanya molekul gula dalam jambu biji akan menutup
pori-pori dari jambu biji sehingga proses keluarnya kandungan air pada jambu biji akan sedikit
terhambat, yang akan berpengaruh pula terhadap laju pengeringan jambu biji. Pada Gambar 6
terlihat bahwa jambu biji dengan perlakuan ketebalan 1 cm penurunan kadar airnya paling cepat
dibanding dengan jambu biji dengan perlakuan ketebalan 3 cm. Hal ini sesuai dengan teori
Sofyan (2004), dimana irisan buah yang terlalu tebal akan menyebabkan proses dehidrasi
50
Perpustakaan Unika
osmosis berlangsung lama karena semakin jauh jarak yang ditempuh oleh uap air, penutupan
jalan keluarnya air, penghambatan oleh rongga-rongga udara.
Setelah melewati jam ke-5 sampai pada akhir perendaman, proses masuknya larutan gula ke
dalam jambu biji tidak semaksimal awal perendaman. Terlihat jelas pada Tabel 3; Gambar 4; 5; 6
dan Gambar 7, bahwa kadar air berjalan lebih melambat. Hal ini dikarenakan kandungan air pada
jambu biji sudah keluar sebagian dari sel jambu biji, sehingga akan menyebabkan adanya reaksi
pengenceran larutan gula di sekitar jambu biji yang akan secara langsung menurunkan
konsentrasi dari larutan gula perendam, dengan adanya perubahan konsentrasi gula tersebut
maka kecepatan transfer massa antara gula dengan air menjadi semakin menurun (semakin lama
cenderung terlihat konstan). Hal ini sesuai dengan Alvarez et al., (1995) yang mengatakan bahwa
proses perpindahan gula ke dalam sel jambu biji akan berakhir pada saat keadaan mencapai
equilibrium, dimana konsentrasi di dalam sel jambu biji sama dengan konsentrasi di lingkungan
sekitar jambu biji. Gula akan mengalami kristalisasi selama proses pengeringan jambu biji,
sehingga menghambat keluarnya air yang ada di bagian dalam buah jambu biji. Dengan adanya
gula dalam buah jambu biji maka secara otomatis akan meningkatkan ketahanan internal
terhadap perpindahan air dikarenakan tekanan osmosis pada buah jambu biji lebih besar daripada
lingkungan sekitarnya.
Hasil analisa kadar sukrosa menunjukkan terjadinya peningkatan kadar sukrosa karena adanya
waktu dehidrasi osmosis selama perendaman. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu
dehidrasi osmosis maka komponen gula yang masuk dalam struktur sel manisan akan semakin
besar pula sehingga besarnya kadar sukrosa akan meningkat (Islam dan Flink, 1982). Dari
penelitian diketahui selama perendaman bahwa kadar sukrosa yang paling cepat masuk ke dalam
produk adalah manisan jambu biji dengan perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula
60%, sedangkan yang paling lambat masuk ke dalam produk adalah perlakuan ketebalan 3 cm
dan konsentrasi larutan gula 40% (Gambar 8-11). Hal ini disebabkan karena semakin kecil
ukuran produk, air yang keluar dari produk semakin banyak dan komponen gula yang masuk
juga semakin banyak (Sofyan, 2004). Dari Gambar 8 juga dapat dilihat bahwa terdapat titik
dimana sukrosa dapat menyerap ke dalam bahan secara maksimal (grafik setelah naik drastis lalu
51
Perpustakaan Unika
mulai stabil) yaitu pada waktu perendaman jam ke-8. Hal ini dikarenakan penyerapan sukrosa ke
dalam bahan akan mengalami titik jenuh dimana sukrosa akan terserap pada bahan dengan cepat
dan banyak tetapi kemudian penyerapan sukrosa pada jam ke-10 terhadap bahan akan semakin
melambat.
Teori Omowaye et al. (2002) mengatakan bahwa dalam dehidrasi osmosis, struktur selular
kompleks dari bahan pangan berperan sebagai membran semipermeabel. Karena membran yang
bertanggung jawab terhadap transport osmotik tidak benar-benar selektif, maka zat terlarut lain
yang ada dalam sel juga akan terikut ke dalam larutan osmotik. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian, dimana adanya hubungan yang tidak sebanding antara masuknya molekul gula dan
keluarnya air dari jambu biji. Masuknya molekul gula lebih besar daripada keluarnya kandungan
air, hal ini juga terjadi pada semua perlakuan perendaman. Hal ini disebabkan karena kandungan
nutrisi yang keluar dari jambu biji bukan hanya air saja, terdapat kandungan nutrisi lainnya yang
mungkin keluar dari jambu biji selama proses perendaman, seperti vitamin C, zat warna jambu
biji, senyawa volatil, dan kandungan nutrisi lainnya yang larut dalam air. Kandungan nutrisi
yang reaktif dengan keberadaan air akan dengan mudah terikut keluar bersama air selama proses
perendaman.
Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran vitamin C dengan berbagai perlakuan. Kadar
vitamin C buah jambu biji segar yang digunakan sebesar 66,85±0,54 mg. Menurut Fellows dan
Sharma et al. (2000), selama proses pengolahan terjadi kehilangan komponen-komponen nutrien
seperti mineral, vitamin yang larut air, dan komponen larut air lainnya. Dari hasil penelitian
dapat dilihat bahwa dengan adanya proses perendaman maka kadar vitamin C lebih rendah. Hal
ini dikarenakan pada proses perendaman, manisan jambu biji direndam dalam sukrosa yang telah
dilarutkan dalam air, sehingga hilangnya vitamin C yang memiliki sifat mudah larut dalam air
lebih tinggi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kandungan vitamin C dalam bahan antara lain varietas,
lama penyimpanan, tingkat kemasakan dan musim. Semakin kecil ukuran maka kadar vitamin C
juga semakin rendah. Dari data (Tabel 7) diketahui bahwa manisan jambu biji dengan perlakuan
52
Perpustakaan Unika
ketebalan 3 cm, dan konsentrasi larutan gula 40% memiliki kadar vitamin C yang paling tinggi
yaitu sebesar 24,03±1,01 mg, sedangkan kadar vitamin C yang paling rendah ditunjukkan pada
perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% yaitu sebesar 20,08±0,76 mg. Hal ini
dikarenakan dengan adanya pemotongan maka akan memperbesar kehilangan vitamin C pada
bahan. Gambar 12-15 menunjukkan bahwa selama perendaman, antar perlakuan konsentrasi
larutan gula dan ketebalan tidak mempengaruhi terhadap kadar vitamin C yang dihasilkan. Kadar
vitamin C manisan jambu biji mengalami penurunan yang nyata pada waktu perendaman (Tabel
7), tetapi tidak bisa dilihat kestabilannya selama perendaman (Gambar 14 dan 15). Hal ini
dikarenakan vitamin C mempunyai sifat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar seperti
suhu, oksigen, dan cahaya (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Perlakuan konsentrasi larutan perendaman dan ketebalan mempengaruhi kekerasan jambu biji
secara signifikan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan gula (satuan %)
maka semakin tinggi pula penurunan kekerasan jambu biji selama proses perendaman larutan
gula. Hal ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi zat terlarut (sukrosa) pada perendaman
60% lebih tinggi daripada perendaman 40% dan 50% sehingga perbedaan tekanan osmotiknya
semakin tinggi, maka proses pengeluaran air dari jambu biji semakin banyak dan cepat di antara
53
Perpustakaan Unika
perlakuan konsentrasi lainnya. Proses pemasukan molekul gula yang semakin banyak, maka
semakin banyak pula dinding sel jambu biji yang rusak akibat perbedaan tekanan osmotik yang
tinggi sehingga jambu biji akan semakin lunak Hal ini sesuai dengan teori Baker (1997), yang
mengatakan bahwa adanya komponen gula yang masuk ke dalam jambu biji saat dehidrasi
osmosis menyebabkan terjadinya perubahan struktur jambu biji dari bentuk glassy ke bentuk
rubbery, yang menyebabkan hidrolisis komponen-komponen dinding sel dan pergerakan rantai
polimer sehingga terjadi pelunakan tekstur seiring dengan perubahan kadar air dan konsentrasi
zat terlarut seperti gula.
Tekstur lebih banyak ditentukan oleh peranan gula, terutama pada konsentrasi larutan gula lebih
dari 50%. Berapa pun ketebalannya, apabila dilarutkan pada konsentrasi larutan gula 60% tetap
lunak. Tekstur tidak semata-mata ditentukan oleh konsentrasi larutan gula, namun ada faktor lain
yang ikut menentukan. Apabila konsentrasi larutan gula mencapai 50%, ketebalan ikut
menentukan. Sedangkan apabila konsentrasi larutan gula lebih tinggi dari 50%, maka kadar air
masih menurun, sedangkan konsentrasi larutan gula meningkat. Namun semakin tinggi
ketebalan, proses penurunan masih berlangsung, hal ini berarti ada sel-sel yang masih kosong
dimana belum terisi oleh larutan gula.
4.4. Pengeringan
Jambu biji dalam penelitian ini dikeringkan dengan menggunakan dehumidifier. Pemilihan
dehumidifier sebagai alat pengering didasarkan atas pertimbangan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh dehumidifier yaitu: dapat dilakukan pengontrolan suhu, sehingga produk dapat
lebih baik dalam warna, flavor, nilai nutrisi, kualitas pemasakan, dan kondisi pemasakan yang
higienis. Selain itu panas yang dihasilkan merata dan waktu pengeringannya cepat (Fellows,
1990). Pengontrolan suhu merupakan hal yang penting karena pengeringan jambu biji. Dalam
penelitian ini tidak boleh dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi karena akan menyebabkan
kerusakan nutrisi-nutrisi yang terkandung dalam jambu biji, terutama yang tidak tahan panas,
serta dapat merusak komponen madu yang terkandung dalam pepaya sebagai hasil dehidrasi
osmosis. Oleh karena itulah pengeringan jambu biji dilakukan pada suhu 60oC. Hal ini didukung
teori Kendall and Sofos (2003), yang mengatakan bahwa pengeringan untuk buah dan sayur
54
Perpustakaan Unika
biasanya berkisar pada 140oF (60oC), sedangkan lamanya waktu pengeringan tergantung dari
ukuran sampel yang dikeringkan, humidity, dan jumlah sirkulasi udara yang digunakan.
Dengan adanya proses pengeringan maka kadar air pada manisan jambu biji turun dalam jumlah
yang besar. Pengeringan jambu biji dilakukan hingga kadar air mencapai ±17-18%. Hal ini
sesuai standar SNI 01-3710-1995 tentang buah kering yang menyebutkan bahwa buah kering
harus memiliki kadar air di bawah 31%. Menurut Kendall et al. (2004), kadar air yang tepat
untuk makanan kering berkisar antara 5-25% tergantung dari jenis bahan pangannya. Dengan
kadar air yang rendah maka mikroorganisme akan semakin sulit untuk tumbuh sehingga bahan
pangan kering lebih awet (Winarno, 1993).
Ketebalan irisan buah merupakan faktor yang penting, irisan buah yang terlalu tebal akan
menyebabkan proses pengeringan berlangsung lama karena semakin jauh jarak yang ditempuh
oleh uap air, penutupan jalan keluarnya air, penghambatan oleh rongga-rongga udara. Karena air
dapat dengan mudah keluar maka semakin tipis ketebalan suatu irisan maka semakin sedikit
kandungan air yang terkandung didalamnya (Sofyan, 2004). Hal ini terlihat dari hasil penelitian
pada manisan kering jambu biji dengan ketebalan pemotongan 1 cm membutuhkan waktu
pengeringan yang paling singkat dibanding dengan manisan kering jambu biji dengan ketebalan
pemotongan 2 cm dan 3 cm. Alvarez et al., (1995) juga mengatakan bahwa molekul gula akan
mengalami kristalisasi selama proses pengeringan jambu biji, sehingga menghambat keluarnya
air yang ada di bagian dalam jambu biji. Seiring dengan waktu pengeringan, komponen gula
yang terkandung dalam jambu biji akan mengalami kristalisasi karena kondisi lewat jenuh
(terjadi pemekatan gula), sehingga menyebabkan terhalangnya air dari dalam jambu biji untuk
keluar. Dengan demikian laju pengeringan buah jambu biji tersebut menjadi semakin lambat
sehingga waktu pengeringannya menjadi lama.
Pada manisan kering jambu biji yang telah dikeringkan terjadi penurunan kadar sukrosa (Tabel
11). Penurunan kadar sukrosa ini disebabkan karena dengan adanya proses pemanasan dan
pengeringan dalam suatu rangkaian pengolahan bahan pangan. Karena pemanasan tersebut
larutan sukrosa di dalam bahan pangan akan mengalami inversi atau pemecahan sukrosa menjadi
55
Perpustakaan Unika
glukosa dan fruktosa akibat pengaruh asam dan panas yang akan meningkatkan kelarutan gula
(Winarno, 1997; Davidek, 1990). Inversi pada sukrosa sering disebut dengan reaksi hidrolisis
sukrosa, dimana sukrosa berikatan dengan air sehingga menghasilkan senyawa glukosa dan
fruktosa (Gaman and Sherington,1994). Terlihat kadar sukrosa yang masih tinggi didapatkan
pada manisan jambu biji dengan perlakuan konsentrasi larutan gula 60% pada tiap perlakuan
ketebalan.
Jumlah gula yang tinggi dalam produk akan membuat tekstur sampel menjadi lebih lunak dan
lebih basah, karena gula akan mengikat sebagian air yang masih terdapat dalam sampel (Sutisna,
2004). Teori ini sesuai dengan hasil penelitian Tabel 11 dimana tekstur paling lunak (nilai paling
rendah) didapatkan pada konsentrasi larutan gula 60% dalam tiap perlakuan ketebalan. Winarno
(1993) mengatakan bahwa proses pengeringan pada buah dan sayuran akan mengurangi
kandungan vitamin C. Andarwulan dan Koswara (1992); Whitfield (2000) juga mengatakan
bahwa vitamin C mempunyai sifat kurang stabil dibandingkan vitamin lainnya dan mudah rusak
selama pengolahan dan penyimpanan. Setiap bentuk dari perlakuan panas dapat menyebabkan
hilangnya vitamin C.
Dilihat dari segi kesukaan terhadap parameter warna Tabel 12 dan Gambar 21, manisan kering
jambu biji yang mendapatkan skor tertinggi adalah manisan dengan perlakuan ketebalan 1 cm
dan konsentrasi larutan gula 60%. Hal ini dikarenakan waktu pengeringan pada ketebalan 1 cm
paling cepat daripada parameter ketebalan lainnya dan konsentrasi larutan gula 60% mampu
mempertahankan warna produk lebih bagus dan cerah dibandingkan yang lainnya. Hal ini sesuai
dengan teori Sofyan (2004) bahwa semakin lama waktu pengeringan akan mengakibatkan
56
Perpustakaan Unika
kecerahan produk akan semakin berkurang, intensitas warna merah meningkat dan intensitas
warna kuning berkurang, artinya produk yang dihasilkan semakin gelap. Perubahan warna ini
berhubungan dengan reaksi pencoklatan yang terjadi selama pengeringan. Menurut Fatah dan
Bachtiar (2004) bahwa dengan adanya kandungan gula merupakan suatu pengawet guna untuk
mempertahankan warna buah pada jambu biji selama proses pengolahan makanan.
Rasa merupakan pengalaman sensoris yang dihasilkan oleh stimulus dari reseptor yang berada di
lidah, langit-langit mulut, faring, laring, dan daerah sekitar mulut lainnya. Rasa suatu bahan
pangan merupakan salah satu faktor yang menentukan kelezatan bahan pangan tersebut (Syafutri
et al., 2006; Taub & Singh, 1998). Setiap bahan pangan akan memiliki rasa yang khas sesuai
dengan sifat bahan itu sendiri, atau karena adanya zat lain yang ditambahkan pada saat proses
pengolahan, sehingga rasa asli bahan menjadi berkurang atau mungkin dapat menjadi lebih baik
(Priyanto, 1988). Dari hasil analisa sensoris Tabel 12 dan Gambar 22 dapat diketahui bahwa
sampel dengan perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% paling banyak
disukai dengan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut terjadi karena rasanya
paling manis. Parameter rasa dalam manisan berkaitan erat dengan banyak sedikitnya kandungan
gula yang masuk dan kadar air yang keluar. Terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 4, dimana
semakin kecil ukuran produk maka air yang keluar dari produk semakin banyak dan komponen
gula yang masuk juga semakin banyak, manisan dengan perlakuan tebal 1 cm dan konsentrasi
gula 60% memiliki rasa yang paling manis, hal ini sesuai dengan teori Sofyan (2004) disebabkan
karena penyerapan sukrosa selama proses perendaman berjalan paling efektif dibandingkan
dengan perlakuan lainnya.
Aroma merupakan sensasi bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia senyawa volatile oleh
syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke mulut
(Saloko et al., 1997). Gambar 23 dapat dilihat bahwa manisan kering jambu biji dengan
perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% paling banyak disukai sebagian besar
panelis, hal ini ditunjukkan dengan score paling tinggi diantara yang lain yaitu sebesar 4,92.
Sedangkan aroma untuk manisan kering jambu biji dengan perlakuan ketebalan 3 cm dan
konsentrasi larutan gula 40% memiliki score paling rendah yaitu sebesar 4,14 (sesuai Tabel 12).
57
Perpustakaan Unika
Akan tetapi dengan score terendah tersebut panelis tetap menilai bahwa produk tersebut disukai
panelis. Parameter aroma yang dihasilkan berkaitan dengan kandungan gula, sifatnya yang
impermeabel terhadap dinding sel menjadikan sukrosa sebagai senyawa yang menghambat
hilangnya senyawa volatil dalam jambu.
Pada Tabel 12 dan Gambar 24 dapat diketahui bahwa sampel yang diberikan perlakuan ketebalan
1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan dengan
sampel dengan perlakuan ketebalan 3 cm dan konsentrasi larutan gula 40%. Hal tersebut dapat
terjadi karena air dapat dengan mudah keluar pada saat proses pengeringan sehingga kandungan
air yang terkandung didalamnya lebih sedikit. Dari hasil sensoris tersebut banyak panelis yang
mengatakan bahwa sampel manisan jambu biji dengan ketebalan 1 cm lebih keras dari perlakuan
lainnya. Parameter tekstur yang dihasilkan dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kandungan gula
yang masuk, kandungan kadar air yang keluar, dan juga proses pengeringan. Hal ini sesuai
dengan teori Taub & Singh (1998) bahwa pada proses pengeringan, terdapat penguapan
kandungan air yang berada dalam bahan, sehingga kandungan air yang berada dalam dinding sel
juga dapat ikut teruapkan. Pada perlakuan manisan dengan tebal 1 cm, luas permukaan bahan
yang dikeringkan semakin besar sehingga proses pengeringan berjalan dengan lebih cepat dan
efektif. Semakin tinggi kadar air pada bahan maka tekstur (tingkat kekerasan) akan semakin
berkurang (Roy et al., 2001).
Menurut Saloko et al., (1997), kesatuan interaksi antara sensasi rasa, aroma, tekstur, dan warna
akan membentuk keseluruhan citarasa produk pangan yang dinilai sebagai overall. Secara
keseluruhan sampel yang paling disukai oleh panelis adalah produk manisan kering jambu biji
yang diberikan perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60% sedangkan yang
paling tidak disukai adalah produk manisan kering jambu biji dengan perlakuan ketebalan 3 cm
dan konsentrasi larutan gula 40% (Tabel 12 dan Gambar 25).
Perpustakaan Unika
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian Pengaruh Ketebalan dan Konsentrasi Larutan Gula Selama Proses Dehidrasi
Osmosis Terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Manisan Kering Jambu Biji dapat
ditarik kesimpulan :
• Hasil penelitian pada manisan kering jambu biji dengan ketebalan pemotongan 1 cm
membutuhkan waktu pengeringan yang paling singkat (±5 jam) dibanding dengan manisan
kering jambu biji dengan ketebalan pemotongan 2 cm dan 3 cm.
• Perlakuan yang efektif dalam pembuatan manisan jambu biji yang direkomendasikan adalah
ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60%, dimana pada proses perendaman masuknya
gula ke dalam jambu biji paling cepat sehingga penurunan kadar air paling cepat pula.
• Selama proses perendaman, kandungan kadar air berbanding terbalik dengan kandungan
kadar sukrosa dan berbanding lurus dengan kandungan vitamin C dan tingkat kekerasan.
• Semakin tinggi konsentrasi larutan gula (satuan %) maka semakin tinggi pula penurunan
kekerasan jambu biji selama proses perendaman larutan gula.
• Dengan adanya kandungan gula yang ada dalam jambu biji selama proses pengeringan, maka
kadar air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam jambu biji dapat tertahan seperti vitamin C.
• Secara keseluruhan sampel yang paling disukai oleh panelis adalah produk manisan kering
jambu biji yang diberikan perlakuan ketebalan 1 cm dan konsentrasi larutan gula 60%.
5.2. Saran
• Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai umur simpan serta pengemasan yang tepat
digunakan untuk manisan kering jambu biji agar diperoleh kualitas manisan kering jambu biji
yang bermutu baik dengan umur simpan yang panjang pula.
.
58
Perpustakaan Unika
6. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Obat Tradisional. Jambu Biji (Psidium guajava L.). Pusat Data dan Informasi
PERSI. http://www.pdpersi.co.id/hospex/
Astawan, M. W. dan M. Astawan. (1991). Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna.
CV Akademika Pressindo. Bogor.
Astawan, Made. (2006). Vitamin C Terbaik dari Jambu Biji. Kompas. Cybermedia. Jakarta.
Baker, C. G. J. (1997). Industrial Drying of Foods. Blackie Academic & Profesional. London.
Bourne, M. C. (2002). Food Texture and Viscosity Concept and Measurement 2nd ed. Academic
Press. New York.
de Man, J.M. (1997). Kimia Makanan. (Terjemahan dari Principles of Food Chemistry,
diterjemahkan oleh Padmawinata, Prof. Dr. Kosasih). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fatah, M. A. dan Y. Bachtiar. (2004). Membuat Aneka Manisan Buah. Agro Media Pustaka.
Jakarta.
Fellows, P. (2000). Food Processing Technology Principles and Practice 2nd ed. CRC Press LLC.
USA.
Gaman, P. M. & K. B. Sherrington. (1994). Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
59
60
Perpustakaan Unika
Gould, W. A. (1996). Unit Operation for The Food Industries. CTI Publication, Inc. Maryland.
Hartuti, N. dan R. M. Singga. (1997). Pengeringan Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bandung.
Kendall, P. and L. Allen. (2002). Quick Facts of Drying. Colorado State University. Colorado.
Kendall, P.; P. Dipersio and J. Sofos. (2003). Preparation Drying Vegetables.Corolado Sate
University Cooperative Extension. USA.
Labuza, T. P. (1979). Open Shelf Life Dating of Food. OTA Publishing. USA.
Lucianaratih. (2003). Pengaruh Asam Sitrat dan Pektin terhadap Mutu Selai Jambu Biji Bangkok
(Psidium guajava L.). http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read &i=jiptumm-gdl-s1-
2003-praptiluci-959.
Matusek, A. and Meresz P. (2003). Modelling of Sugar Transfer During Osmotic Dehidration of
Carrots. Periodica Polytechnica Ser. Chem.Eng. Vol.46, No. 1-2, PP. 83-92.
Meilgaard, C.C. (1999). Sensory Evaluation Techniques 3rd edition. Publisher & Distributors.
USA.
Parker, R.O. (2003). Introduction to Food Science. Delmar. A Division of Thomson Learning,
Inc. Albany. New York.
Potter, N. N. and J. H. Hotchkiss. (1996). Food Science the 5nd Eddition. CBS Publisher &
Distributors. New Delhi.
61
Perpustakaan Unika
Roy, S. S.; T. A. Taylor and H. L. Kramer. (2001). Textural and Ultrastructural Changes in
Carrot Tissue as Affected by Blanching and Freezing.
Santoso, S. (2006). SPSS untuk statistik Non Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Satuhu, Suyanti. (1996). Penanganan dan Pengolahan Buah. PT. Penebar Swadata. Jakarta.
Sharma, S. K.; S. J. Mulvarey and S. S. H. Rizvi. (2000). Food Process Engineering. Wiley-
Interescience. New York.
Sofyan H.M.I. (2004). Mempelajari Pengaruh Ketebalan Irisan dan Suhu Penggorengan secara
Vakum Terhadap Karakteristik Keripik Melon.
http://www.laecenter.com/halaman/pengaruh%20suhu%20pengeringan%20dan%20ketebalan%2
0irisan.htm.
Standar Nasional Indonesia. (1995). Buah Kering. SNI 01-3710-1995. Dewan Standarisasi
Nasional.
Sudarmadji, S.; B. Haryono & Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Suprapti, M. L. (2005). Aneka Olahan Pepaya Mentah dan Mengkal. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sutisna, A. (2004). Pengaruh Konsentrasi Bahan Pengisi Dan Konsentrasi Sukrosa Terhadap
Karakteristik Fruits Leather Cempedak (Artocarpus champeden Lour). Jurusan Teknologi
Pangan-Fakultas Teknik - Universitas Pasundan Bandung.
Taub, I.A. and R. P. Singh. (1998). Food Storage Stability. CRS Press. New York. USA.
62
Perpustakaan Unika
Whitfield, D. E. (2000). Solar Dryer Systems and The Internet: Iimportant Resources to Improve
Food Preparation. http://solarcooking.org/default.htm.
Winarno, F. G. (1993). Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
7. LAMPIRAN
Nama : Tanggal :
Umur : (L/P)
Sangat suka
Suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Komentar :
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
~ THANK’S ~
Perpustakaan Unika
Nama : Tanggal :
Umur : (L/P)
Sangat suka
Suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Komentar :
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
~ THANK’S ~
Perpustakaan Unika
Nama : Tanggal :
Umur : (L/P)
Sangat suka
Suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Komentar :
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
~ THANK’S ~
Perpustakaan Unika
Nama : Tanggal :
Umur : (L/P)
Sangat suka
Suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Komentar :
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
~ THANK’S ~
Perpustakaan Unika
Nama : Tanggal :
Umur : (L/P)
Sangat suka
Suka
Agak suka
Netral
Agak tidak suka
Tidak suka
Sangat tidak suka
Komentar :
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
~ THANK’S ~
Perpustakaan Unika
Lampiran 3. Penentuan Glukosa, Fruktosa dan Gula Invert dalam Suatu Bahan
dengan Metode Luff-Schoorl (Soedarmadji et al., 1997)
Glukosa, fruktosa, gula Glukosa, fruktosa, gula
ml 0,1 N ml 0,1 N
invert invert
Na-thiosulfat Na-thiosulfat
mg C6H12O6 mg C6H12O6
Δ Δ
1 2,4 2,4 13 33 2,7
2 4,8 2,4 14 35,7 2,8
3 7,2 2,5 15 38,5 2,8
4 9,7 2,5 16 41,3 2,9
5 12,2 2,5 17 44,2 2,9
6 14,7 2,5 18 47,1 2,9
7 17,2 2,6 19 50,0 3,0
8 19,8 2,6 20 53,0 3,0
9 22,4 2,6 21 56,0 3,1
10 25,0 2,6 22 59,1 3,1
11 27,6 2,7 23 62,2 -
12 30,3 2,7 24 - -
Perpustakaan Unika
• Kadar Air
Tests of Normality
Kadar Sukrosa
Tests of Normality
Kadar Vitamin C
Tests of Normality
Perpustakaan Unika
Tekstur
Tests of Normality
• Kadar Air
Descriptive Statistics
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4
13.00 6 65.6667
12.00 6 65.6883
11.00 6 65.7633
10.00 6 65.8283
9.00 6 65.9483
8.00 6 66.1967
7.00 6 66.4000 66.4000
6.00 6 66.9750 66.9750
5.00 6 67.5867 67.5867
4.00 6 68.1617 68.1617
3.00 6 69.3617
2.00 6 73.1217
1.00 6 82.3167
Sig. .130 .055 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
satu50
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7
13.00 6 62.4200
12.00 6 62.4667
11.00 6 62.5850
10.00 6 62.7717
9.00 6 63.1167 63.1167
8.00 6 63.8100 63.8100
Perpustakaan Unika
satu60
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5
13.00 6 61.3067
12.00 6 61.3167
11.00 6 61.3850
10.00 6 61.6917
9.00 6 61.8067 61.8067
8.00 6 62.0067 62.0067
7.00 6 62.3450 62.3450
6.00 6 62.8683 62.8683
5.00 6 63.4883 63.4883
4.00 6 64.8317
3.00 6 67.5883
2.00 6 72.5333
1.00 6 82.6133
Sig. .178 .051 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
dua40
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6
13.00 6 67.7367
12.00 6 67.7533
11.00 6 68.0183
10.00 6 68.3033
9.00 6 68.6467 68.6467
8.00 6 69.1317 69.1317
7.00 6 70.2283 70.2283 70.2283
Perpustakaan Unika
dua50
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7
13.00 6 65.1800
12.00 6 65.1983
11.00 6 65.2817
10.00 6 65.5167 65.5167
9.00 6 65.6883 65.6883
8.00 6 66.0400 66.0400
7.00 6 66.4883 66.4883
6.00 6 67.3817 67.3817
5.00 6 68.6233 68.6233
4.00 6 70.3517
3.00 6 73.1783
2.00 6 77.0450
1.00 6 82.6050
Sig. .231 .076 .185 .067 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
dua60
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5
13.00 6 63.4167
12.00 6 63.4850
11.00 6 63.7917
10.00 6 63.9067
9.00 6 64.1450
8.00 6 64.1683
7.00 6 64.4883
6.00 6 64.6750
5.00 6 65.6733 65.6733
4.00 6 67.2367 67.2367
Perpustakaan Unika
3.00 6 69.2883
2.00 6 72.2933
1.00 6 81.9400
Sig. .117 .197 .092 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
tiga40
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7
13.00 6 72.1550
12.00 6 72.3717 72.3717
11.00 6 72.6950 72.6950
10.00 6 72.9233 72.9233
9.00 6 73.1517 73.1517
8.00 6 73.7733 73.7733 73.7733
7.00 6 74.2867 74.2867 74.2867 74.2867
6.00 6 74.8283 74.8283 74.8283
5.00 6 75.6567 75.6567 75.6567
4.00 6 76.4567 76.4567
3.00 6 77.2717
2.00 6 79.4600
1.00 6 82.5450
Sig. .094 .053 .118 .071 .165 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
tiga50
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6
13.00 6 69.5033
12.00 6 69.5683
11.00 6 69.6883
10.00 6 69.9367
9.00 6 70.1400
8.00 6 70.7150 70.7150
7.00 6 71.6883 71.6883 71.6883
6.00 6 72.3400 72.3400 72.3400 72.3400
5.00 6 73.2833 73.2833 73.2833
4.00 6 73.8633 73.8633
3.00 6 74.8850
2.00 6 78.5933
1.00 6 82.0600
Perpustakaan Unika
tiga60
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6
13.00 6 65.7150
12.00 6 65.7333
11.00 6 65.8067
10.00 6 65.9000
9.00 6 66.3100 66.3100
8.00 6 66.6800 66.6800
7.00 6 67.4867 67.4867
6.00 6 68.5900 68.5900 68.5900
5.00 6 69.4883 69.4883
4.00 6 71.3667 71.3667
3.00 6 72.6900
2.00 6 75.6367
1.00 6 81.8850
Sig. .094 .053 .074 .364 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 67.5883 60% 6 64.8317
40% 6 69.3617 69.3617 40% 6 68.1617
50% 6 71.4317 50% 6 68.4167
Sig. .289 .219 Sig. 1.000 .858
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 63.4883 60% 6 62.8683
50% 6 66.6167 50% 6 65.3900 65.3900
40% 6 67.5867 40% 6 66.9750
Sig. 1.000 .510 Sig. .091 .274
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 61.8067 60% 6 61.6917
50% 6 63.1167 50% 6 62.7717
40% 6 65.9483 40% 6 65.8283
Sig. .295 1.000 Sig. .462 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 61.3850 60% 6 61.3167
50% 6 62.5850 50% 6 62.4667
40% 6 65.7633 40% 6 65.6883
Sig. .318 1.000 Sig. .169 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
kons N 1 2
60% 6 61.3067
50% 6 62.4200
40% 6 65.6667
Sig. .372 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2 3
60% 6 69.2883 60% 6 67.2367
50% 6 73.1783 50% 6 70.3517
40% 6 74.1667 40% 6 72.7883
Sig. 1.000 .333 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 3 kons N 1 2 3
60% 6 65.6733 60% 6 64.6750
50% 6 68.6233 50% 6 67.3817
40% 6 71.8250 40% 6 71.1483
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 3 kons N 1 2
60% 6 64.4883 60% 6 64.1683
50% 6 66.4883 50% 6 66.0400
40% 6 70.2283 40% 6 69.1317
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. .118 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 64.1450 60% 6 63.9067
50% 6 65.6883 50% 6 65.5167
40% 6 68.6467 40% 6 68.3033
Sig. .228 1.000 Sig. .161 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 63.7917 60% 6 63.4850
50% 6 65.2817 50% 6 65.1983 65.1983
40% 6 68.0183 40% 6 67.7533
Sig. .212 1.000 Sig. .235 .085
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
kons N 1 2
60% 6 63.4167
50% 6 65.1800 65.1800
40% 6 67.7367
Sig. .228 .088
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
Duncan j1
Subset for
alpha = Duncan
.05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2
kons N 1 60% 6 75.6367
60% 6 81.8850 50% 6 78.5933
50% 6 82.0600 40% 6 79.4600
40% 6 82.5450 Sig. 1.000 .410
Sig. .662
Means for groups in homogeneous subsets are
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 72.6900 60% 6 71.3667
50% 6 74.8850 74.8850 50% 6 73.8633
40% 6 77.2717 40% 6 76.4567
Sig. .085 .063 Sig. .054 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 3 kons N 1 2 3
60% 6 69.4883 60% 6 68.5900
50% 6 73.2833 50% 6 72.3400
40% 6 75.6567 40% 6 74.8283
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 67.4867 60% 6 66.6800
50% 6 71.6883 50% 6 70.7150
40% 6 74.2867 40% 6 73.7733
Sig. 1.000 .087 Sig. 1.000 .052
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 3 kons N 1 2 3
60% 6 66.3100 60% 6 65.9000
50% 6 70.1400 50% 6 69.9367
40% 6 73.1517 40% 6 72.9233
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 65.8067 60% 6 65.7333
50% 6 69.6883 50% 6 69.5683
40% 6 72.6950 40% 6 72.3717
Sig. 1.000 .063 Sig. 1.000 .054
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
kons N 1 2
60% 6 65.7150
50% 6 69.5033
40% 6 72.1550
Sig. 1.000 .066
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
1 cm 6 73.1217
Tebal N 1 2 cm 6 77.4933
1 cm 6 82.3162 3 cm 6 79.4600
3 cm 6 82.5450 Sig. 1.000 .149
2 cm 6 82.7367 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.767
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 3 Tebal N 1 2 3
1 cm 6 69.3617 1 cm 6 68.1617
2 cm 6 74.1667 2 cm 6 72.7883
3 cm 6 77.2717 3 cm 6 76.4558
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 3 Tebal N 1 2 3
1 cm 6 67.5867 1 cm 6 66.9750
2 cm 6 71.8250 2 cm 6 71.1483
3 cm 6 75.6567 3 cm 6 74.8283
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 3 Tebal N 1 2 3
1 cm 6 66.4000 1 cm 6 66.1967
2 cm 6 70.2290 2 cm 6 69.1317
3 cm 6 74.2860 3 cm 6 73.7737
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 65.9483 1 cm 6 65.8283
2 cm 6 68.6458 2 cm 6 68.3025
3 cm 6 73.1508 3 cm 6 72.9224
Sig. .070 1.000 Sig. .073 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2 3
1 cm 6 65.7633 1 cm 6 65.6883
2 cm 6 68.0194 2 cm 6 67.7528
3 cm 6 72.6957 3 cm 6 72.3715
Sig. .055 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
1 cm 6 65.6667
2 cm 6 67.7372
3 cm 6 72.1550
Sig. .175 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
1 cm 6 74.6667
Tebal N 1 2 cm 6 77.0450
3 cm 6 82.0598 3 cm 6 78.5933
2 cm 6 82.6050 Sig. 1.000 .113
1 cm 6 83.0767 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.387
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 71.4317 1 cm 6 68.4167
2 cm 6 73.1780 73.1780 2 cm 6 70.3517
3 cm 6 74.8850 3 cm 6 73.8633
Sig. .162 .171 Sig. .095 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 66.6167 1 cm 6 65.3900
2 cm 6 68.6233 2 cm 6 67.3808
3 cm 6 73.2833 3 cm 6 72.3400
Sig. .070 1.000 Sig. .086 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 3 Tebal N 1 2
1 cm 6 64.5700 1 cm 6 63.8100
2 cm 6 66.4883 2 cm 6 66.0397
3 cm 6 71.6883 3 cm 6 70.7150
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. .061 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 3 Tebal N 1 2 3
1 cm 6 63.1167 1 cm 6 62.7717
2 cm 6 65.6883 2 cm 6 65.5167
3 cm 6 70.1400 3 cm 6 69.9367
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 3 Tebal N 1 2
1 cm 6 62.5850 1 cm 6 62.4667
2 cm 6 65.2817 2 cm 6 65.1983
3 cm 6 69.6883 3 cm 6 69.5683
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. .088 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
1 cm 6 62.4200
2 cm 6 65.1800
3 cm 6 69.5033
Sig. .053 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
2 cm 6 72.2925
Tebal N 1 1 cm 6 72.5333
3 cm 6 81.8850 3 cm 6 75.6367
2 cm 6 81.9400 Sig. .835 1.000
1 cm 6 82.6132 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.609
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 67.5883 1 cm 6 64.8317
2 cm 6 69.2883 2 cm 6 67.2367
3 cm 6 72.6895 3 cm 6 71.3667
Sig. .254 1.000 Sig. .103 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 63.4883 1 cm 6 62.8683
2 cm 6 65.6737 2 cm 6 64.6750
3 cm 6 69.4883 3 cm 6 68.5900
Sig. .067 1.000 Sig. .200 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 62.3450 1 cm 6 62.0067
2 cm 6 64.4883 2 cm 6 64.1683 64.1683
3 cm 6 67.4867 3 cm 6 66.6800
Sig. .136 1.000 Sig. .184 .126
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 61.8067 1 cm 6 61.6917
2 cm 6 64.1450 64.1450 2 cm 6 63.9067 63.9067
3 cm 6 66.3100 3 cm 6 65.9000
Sig. .110 .136 Sig. .126 .166
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 61.3850 1 cm 6 61.3167
2 cm 6 63.7917 63.7917 2 cm 6 63.4850 63.4850
3 cm 6 65.8067 3 cm 6 65.7333
Sig. .140 .212 Sig. .082 .073
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
1 cm 6 61.3067
2 cm 6 63.4167 63.4167
3 cm 6 65.7147
Sig. .092 .069
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
• Kadar Sukrosa
Descriptive Statistics
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.00 6 10.0650
2.00 6 11.7683
3.00 6 13.3800
4.00 6 14.4533
5.00 6 15.4667
6.00 6 16.4500 16.4500
7.00 6 17.1667 17.1667
8.00 6 17.9867 17.9867
9.00 6 18.5683 18.5683
10.00 6 19.0300 19.0300 19.0300
11.00 6 19.4667 19.4667
12.00 6 19.6350 19.6350
13.00 6 19.7800
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 .052 .155 .104 .050 .053 .175
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
satu50
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7
1.00 6 9.9333
2.00 6 13.0733
3.00 6 15.2900
4.00 6 17.0033
5.00 6 18.1683 18.1683
6.00 6 18.7867 18.7867
7.00 6 19.5183 19.5183 19.5183
8.00 6 20.1667 20.1667
9.00 6 20.4817
10.00 6 20.5900
11.00 6 20.8617
12.00 6 20.9617
13.00 6 20.9850
Sig. 1.000 1.000 1.000 .096 .068 .062 .069
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
satu60
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7
1.00 6 9.9883
2.00 6 14.2983
3.00 6 16.2533
4.00 6 17.8500
5.00 6 18.5467 18.5467
6.00 6 19.2883 19.2883 19.2883
7.00 6 19.9083 19.9083 19.9083
8.00 6 20.5600 20.5600
9.00 6 21.1650
10.00 6 21.4633
11.00 6 21.5233
12.00 6 21.5567
13.00 6 21.5650
Sig. 1.000 1.000 1.000 .068 .083 .106 .053
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
dua40
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.00 6 10.3533
2.00 6 13.3250
3.00 6 15.2550
4.00 6 16.6233
5.00 6 17.4217
6.00 6 18.1783
7.00 6 18.7917
8.00 6 19.2817 19.2817
9.00 6 19.7383 19.7383
10.00 6 19.9683
11.00 6 20.0250
12.00 6 20.0817
13.00 6 20.1500
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 .100 .125 .219
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
dua50
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8
1.00 6 10.1250
2.00 6 12.7917
3.00 6 15.5000
4.00 6 16.9000
5.00 6 17.6250 17.6250
6.00 6 18.2750 18.2750
7.00 6 18.9750 18.9750 18.9750
8.00 6 19.6250 19.6250 19.6250
9.00 6 20.1033 20.1033
10.00 6 20.3900 20.3900
11.00 6 20.4083 20.4083
12.00 6 20.4700
13.00 6 20.5033
Sig. 1.000 1.000 1.000 .270 .053 .053 .052 .246
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
dua60
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8
1.00 6 10.2500
2.00 6 12.6717
3.00 6 14.8800
4.00 6 15.9083 15.9083
5.00 6 16.8567 16.8567 16.8567
6.00 6 17.7667 17.7667 17.7667
7.00 6 18.5783 18.5783 18.5783
8.00 6 19.4650 19.4650 19.4650
9.00 6 20.0717 20.0717
10.00 6 20.4883 20.4883
11.00 6 20.8683
12.00 6 21.0033
13.00 6 21.0900
Sig. 1.000 1.000 .056 .072 .096 .100 .074 .146
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
tiga40
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.00 6 10.4767
2.00 6 12.4500
3.00 6 13.8250
4.00 6 14.6500 14.6500
5.00 6 15.4600 15.4600
6.00 6 16.2250
7.00 6 17.1300
8.00 6 17.7500 17.7500
9.00 6 18.2750 18.2750
10.00 6 18.8050 18.8050
11.00 6 19.0767 19.0767
12.00 6 19.2117
13.00 6 19.2617
Sig. 1.000 1.000 .053 .057 .072 .143 .214 .074 .327
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
tiga50
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1.00 6 10.3950
2.00 6 12.1300
3.00 6 13.4750
4.00 6 15.0600
5.00 6 16.0650 16.0650
6.00 6 16.9350 16.9350
7.00 6 17.7200 17.7200
8.00 6 18.5200 18.5200
9.00 6 19.0233 19.0233
10.00 6 19.2433 19.2433
11.00 6 19.5133 19.5133
12.00 6 19.6600 19.6600
13.00 6 19.8850
Sig. 1.000 1.000 1.000 .098 .151 .195 .186 .094 .208
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
tiga60
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8
1.00 6 10.0783
2.00 6 12.9800
3.00 6 14.7217
4.00 6 16.7217
5.00 6 17.5517 17.5517
6.00 6 18.1650 18.1650
7.00 6 18.6200 18.6200 18.6200
8.00 6 19.1700 19.1700 19.1700
9.00 6 19.5167 19.5167 19.5167
10.00 6 19.8850 19.8850
11.00 6 20.0767 20.0767
12.00 6 20.2083
13.00 6 20.2700
Sig. 1.000 1.000 1.000 .219 .136 .068 .055 .157
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 kons N 1 2 3
40% 6 11.7683
kons N 1 50% 6 13.0733
50% 6 9.9333 60% 6 14.2983
60% 6 9.9883 Sig. 1.000 1.000 1.000
40% 6 10.0650 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.650
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.00
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
40% 6 13.3800 40% 6 14.4533
50% 6 15.2900 50% 6 17.0033
60% 6 16.2533 60% 6 17.8500
Sig. 1.000 .262 Sig. 1.000 .089
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
40% 6 15.4667 40% 6 16.4500
50% 6 18.1683 50% 6 18.7867
60% 6 18.5467 60% 6 19.2883
Sig. 1.000 .485 Sig. 1.000 .338
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
40% 6 17.1667 40% 6 17.9867
50% 6 19.5183 50% 6 20.1667
60% 6 19.9083 60% 6 20.5600
Sig. 1.000 .596 Sig. 1.000 .542
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
40% 6 18.5683 40% 6 19.0300
50% 6 20.4817 50% 6 20.5900 20.5900
60% 6 21.1650 60% 6 21.4633
Sig. 1.000 .425 Sig. .080 .310
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
40% 6 19.4667 40% 6 19.6350
50% 6 20.8617 20.8617 50% 6 20.9617 20.9617
60% 6 21.5233 60% 6 21.5567
Sig. .088 .400 Sig. .130 .483
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
kons N 1 2
40% 6 19.7800
50% 6 20.9850
60% 6 21.5650
Sig. 1.000 .214
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
50% 6 10.1250 60% 6 12.6717
60% 6 10.2500 50% 6 12.7917
40% 6 10.3533 40% 6 13.3250
Sig. .764 Sig. .408
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 14.8800 60% 6 15.9083
40% 6 15.2550 40% 6 16.6233
50% 6 15.5000 50% 6 16.9000
Sig. .364 Sig. .072
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 16.8567 60% 6 17.7667
40% 6 17.4217 40% 6 18.1783
50% 6 17.6250 50% 6 18.2750
Sig. .211 Sig. .382
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 18.5783 40% 6 19.2817
40% 6 18.7917 60% 6 19.4650
50% 6 18.9750 50% 6 19.6250
Sig. .576 Sig. .635
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
40% 6 19.7383 40% 6 19.9683
60% 6 20.0717 50% 6 20.3900
50% 6 20.1033 60% 6 20.4883
Sig. .728 Sig. .486
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
40% 6 20.0250 40% 6 20.0817
50% 6 20.4083 50% 6 20.4700
60% 6 20.8683 60% 6 21.0033
Sig. .349 Sig. .252
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for
alpha =
.05
kons N 1
40% 6 20.1500
50% 6 20.5033
60% 6 21.0900
Sig. .205
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 10.0783 50% 6 12.1300
50% 6 10.3950 40% 6 12.4500
40% 6 10.4767 60% 6 12.9800
Sig. .264 Sig. .337
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
50% 6 13.4750 40% 6 14.6500
40% 6 13.8250 13.8250 50% 6 15.0600
60% 6 14.7217 60% 6 16.7217
Sig. .521 .113 Sig. .556 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
40% 6 15.4600 40% 6 16.2250
50% 6 16.0650 50% 6 16.9350 16.9350
60% 6 17.5517 60% 6 18.1650
Sig. .259 1.000 Sig. .246 .054
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
40% 6 17.1300 40% 6 17.7500
50% 6 17.7200 17.7200 50% 6 18.5200 18.5200
60% 6 18.6200 60% 6 19.1700
Sig. .379 .187 Sig. .234 .312
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8
Duncan
Subset for alpha = .05
kons N 1 2
40% 6 18.2750
50% 6 19.0233 19.0233
60% 6 19.5167
Sig. .125 .300
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j9 j10
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
40% 6 18.8050 40% 6 19.0767
50% 6 19.2433 50% 6 19.5133
60% 6 19.8850 60% 6 20.0767
Sig. .060 Sig. .136
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j11 j12
Duncan
Duncan Subset for
Subset for alpha = .05 alpha =
.05
kons N 1 2
40% 6 19.2117
kons N 1
50% 6 19.6600 19.6600 40% 6 19.2617
60% 6 20.2083 50% 6 19.8850
Sig. .330 .237 60% 6 20.2700
Means for groups in homogeneous subsets are Sig. .094
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
1 cm 6 11.7667
Tebal N 1 3 cm 6 12.4500 12.4500
1 cm 6 10.0650 2 cm 6 13.3250
2 cm 6 10.3546 Sig. .325 .212
3 cm 6 10.4777 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.128
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 13.3785 1 cm 6 14.4540
3 cm 6 13.8250 3 cm 6 14.6500
2 cm 6 15.2546 2 cm 6 16.6224
Sig. .117 1.000 Sig. .521 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 15.4600 3 cm 6 16.2250
1 cm 6 15.4649 1 cm 6 16.4485
2 cm 6 17.4215 2 cm 6 18.1775
Sig. .987 1.000 Sig. .379 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 17.1300 3 cm 6 17.7500
1 cm 6 17.1658 1 cm 6 17.9849
2 cm 6 18.7923 2 cm 6 19.2796
Sig. .901 1.000 Sig. .475 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
3 cm 6 18.2750
1 cm 6 18.5665
2 cm 6 19.7378
Sig. .260 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j10
j9 Duncan
Subset for
Duncan alpha =
Subset for alpha = .05 .05
Tebal N 1 2
3 cm Tebal N 1
6 18.8050
3 cm 6 19.0783
1 cm 6 19.0300 19.0300
1 cm 6 19.4667
2 cm 6 19.9691
2 cm 6 20.0250
Sig. .650 .072
Sig. .207
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. Means for groups in homogeneous subsets are
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j11 j12
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
3 cm 6 19.2602
Tebal N 1 1 cm 6 19.7792 19.7792
3 cm 6 19.2140 2 cm 6 20.1500
1 cm 6 19.6350 Sig. .095 .222
2 cm 6 20.0807 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.190
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
1 cm 6 9.9313 3 cm 6 12.1300
2 cm 6 10.1250 2 cm 6 12.7917
3 cm 6 10.3950 1 cm 6 13.0746
Sig. .533 Sig. .099
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 13.4750 3 cm 6 15.0630
1 cm 6 15.2897 2 cm 6 16.9000
2 cm 6 15.5000 1 cm 6 17.0033
Sig. 1.000 .761 Sig. 1.000 .870
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 16.0650 3 cm 6 16.9350
2 cm 6 17.6250 2 cm 6 18.2750 18.2750
1 cm 6 18.1683 1 cm 6 18.7873
Sig. 1.000 .395 Sig. .076 .478
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 17.7200 3 cm 6 18.5200
2 cm 6 18.9750 18.9750 2 cm 6 19.6250 19.6250
1 cm 6 19.5183 1 cm 6 20.1667
Sig. .108 .471 Sig. .089 .387
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8
Duncan
Subset for
alpha =
.05
Tebal N 1
3 cm 6 19.0218
2 cm 6 20.1033
1 cm 6 20.4817
Sig. .123
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j9 j10
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 19.2432 3 cm 6 19.5118
2 cm 6 20.3887 2 cm 6 20.4095 20.4095
1 cm 6 20.5900 1 cm 6 20.8617
Sig. 1.000 .584 Sig. .125 .426
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j11 j12
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for
alpha =
Tebal N 1 2 .05
3 cm 6 19.6574
2 cm 6 20.4673 20.4673 Tebal N 1
1 cm 6 20.9617 3 cm 6 19.8850
Sig. .185 .409 2 cm 6 20.5033
Means for groups in homogeneous subsets are 1 cm 6 20.9850
displayed. Sig. .192
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Tebal N 1 Tebal N 1
1 cm 6 9.9877 2 cm 6 12.6708
3 cm 6 10.0765 3 cm 6 12.9800
2 cm 6 10.2500 1 cm 6 14.2980
Sig. .522 Sig. .078
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
2 cm 6 15.9095
Tebal N 1 3 cm 6 16.7217 16.7217
3 cm 6 14.7213 1 cm 6 17.8500
2 cm 6 14.8790 Sig. .241 .110
1 cm 6 16.2532 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.131
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
2 cm 6 16.8569 2 cm 6 17.7665
3 cm 6 17.5523 17.5523 3 cm 6 18.1650 18.1650
1 cm 6 18.5467 1 cm 6 19.2883
Sig. .281 .131 Sig. .500 .070
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
2 cm 6 18.5773 3 cm 6 19.1700
3 cm 6 18.6200 2 cm 6 19.4651
1 cm 6 19.9083 1 cm 6 20.5600
Sig. .165 Sig. .151
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
3 cm 6 19.5167 3 cm 6 19.8850
2 cm 6 20.0708 2 cm 6 20.4876
1 cm 6 21.1650 1 cm 6 21.4633
Sig. .151 Sig. .165
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
3 cm 6 20.0767 3 cm 6 20.2083
2 cm 6 20.8694 2 cm 6 21.0025
1 cm 6 21.5228 1 cm 6 21.5567
Sig. .160 Sig. .152
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
3 cm 6 20.2700
2 cm 6 21.0900 21.0900
1 cm 6 21.5650
Sig. .137 .377
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
• Kadar Vitamin C
Descriptive Statistics
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7
13.00 6 22.5550
12.00 6 23.6650 23.6650
11.00 6 24.7767
10.00 6 25.0967
9.00 6 25.1317
8.00 6 27.5717
7.00 6 28.3517
6.00 6 30.3600
5.00 6 32.1500
4.00 6 33.1650 33.1650
3.00 6 33.5883 33.5883
2.00 6 34.2133
1.00 6 35.9633
Sig. .198 .122 .364 1.000 .116 .252 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
satu50
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8
13.00 6 20.6267
12.00 6 21.1850 21.1850
11.00 6 21.7250 21.7250
10.00 6 22.8267 22.8267
9.00 6 24.5283 24.5283
8.00 6 25.2517
7.00 6 27.6517
5.00 6 30.7733
6.00 6 31.2317
4.00 6 32.2033 32.2033
3.00 6 33.9883 33.9883
2.00 6 34.1233 34.1233
1.00 6 35.0417
Sig. .310 .128 .096 .475 1.000 .186 .075 .330
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
satu60
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9
13.00 6 20.0750
12.00 6 21.9717 21.9717
11.00 6 22.2917 22.2917
10.00 6 23.8733 23.8733
9.00 6 24.6267 24.6267
8.00 6 26.6850 26.6850
7.00 6 28.5217 28.5217
6.00 6 29.4967 29.4967
5.00 6 30.7317 30.7317 30.7317
4.00 6 31.1850 31.1850
3.00 6 32.8733 32.8733
2.00 6 33.9417
1.00 6 35.0117
Sig. .060 .107 .496 .066 .100 .061 .153 .069 .070
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
dua40
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6
13.00 6 22.7317
12.00 6 24.1250 24.1250
11.00 6 25.6533 25.6533 25.6533
10.00 6 25.6783 25.6783 25.6783
9.00 6 26.7317 26.7317 26.7317
8.00 6 27.1783 27.1783
7.00 6 29.1817
6.00 6 31.9200
5.00 6 32.2117
4.00 6 33.3517 33.3517
3.00 6 34.6533 34.6533
2.00 6 35.3200
1.00 6 35.9867
Sig. .052 .086 .318 .095 .072 .083
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
dua50
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8
13.00 6 22.5750
12.00 6 24.2717 24.2717
11.00 6 26.2650 26.2650
10.00 6 28.2117 28.2117
9.00 6 28.2933 28.2933
8.00 6 29.7600 29.7600
7.00 6 30.3200 30.3200 30.3200
6.00 6 30.9400 30.9400
5.00 6 32.6250 32.6250
4.00 6 33.5683
3.00 6 34.9300 34.9300
2.00 6 36.0400
1.00 6 37.1533
Sig. .138 .082 .094 .093 .331 .057 .057 .066
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
dua60
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9
13.00 6 21.5367
12.00 6 22.8617 22.8617
11.00 6 24.1900 24.1900
10.00 6 25.9667 25.9667
9.00 6 26.9367
8.00 6 27.7400
7.00 6 30.3217
6.00 6 31.9550 31.9550
5.00 6 32.9050 32.9050
4.00 6 34.0350 34.0350 34.0350
3.00 6 34.6300 34.6300 34.6300
2.00 6 35.2667 35.2667
1.00 6 36.3567
Sig. .198 .197 .086 .104 .113 .057 .114 .259 .114
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
tiga40
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6
13.00 6 24.0283
12.00 6 24.3533
11.00 6 24.7233
10.00 6 25.0950 25.0950
9.00 6 25.8867 25.8867
8.00 6 26.6733
7.00 6 28.5117
6.00 6 28.6333
5.00 6 30.3500 30.3500
4.00 6 31.5350 31.5350
3.00 6 32.5550
2.00 6 34.7633
1.00 6 35.2517
Sig. .064 .097 .053 .186 .254 .583
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
tiga50
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
13.00 6 23.5283
12.00 6 23.7750
11.00 6 24.2933 24.2933
10.00 6 24.8100 24.8100 24.8100
9.00 6 25.6650 25.6650
8.00 6 26.5183 26.5183
7.00 6 27.6333 27.6333
6.00 6 28.7467 28.7467
5.00 6 30.1233 30.1233
4.00 6 31.8233 31.8233
3.00 6 33.0917 33.0917
2.00 6 34.0283 34.0283
1.00 6 35.4967
Sig. .178 .135 .062 .197 .198 .112 .051 .143 .278 .091
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
tiga60
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7 8
13.00 6 21.0300
12.00 6 21.6450 21.6450
11.00 6 22.7150 22.7150 22.7150
10.00 6 23.6500 23.6500 23.6500
9.00 6 24.7600 24.7600
8.00 6 25.3417
7.00 6 27.9183
6.00 6 28.5283
5.00 6 29.1367 29.1367
4.00 6 30.7083 30.7083
3.00 6 32.2800
2.00 6 34.8500
1.00 6 35.4200
Sig. .108 .056 .051 .107 .246 .113 .113 .562
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
kons N 1 kons N 1
60% 6 35.0117 60% 6 33.9417
50% 6 35.0417 50% 6 34.1233
40% 6 35.9633 40% 6 34.2133
Sig. .400 Sig. .806
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2
Duncan
Subset for
alpha =
.05
kons N 1
60% 6 32.8733
40% 6 33.5883
50% 6 33.9883
Sig. .412
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j3 j4
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 31.1850 60% 6 30.7317
50% 6 32.2033 50% 6 30.7733
40% 6 33.1650 40% 6 32.1500
Sig. .128 Sig. .187
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j5 j6
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 29.4967 50% 6 27.6517
40% 6 30.3600 40% 6 28.3517
50% 6 31.2317 60% 6 28.5217
Sig. .162 Sig. .361
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j7 j8
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for
alpha =
kons N 1 2 .05
50% 6 25.2517
60% 6 26.6850 26.6850 kons N 1
40% 6 27.5717 50% 6 24.5283
Sig. .166 .382 60% 6 24.6267
Means for groups in homogeneous subsets are 40% 6 25.1317
displayed. Sig. .523
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j9 j10
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 kons N 1 2
50% 6 21.7250
kons N 1 60% 6 22.2917
50% 6 22.8267 40% 6 24.7767
60% 6 23.8733 Sig. .493 1.000
40% 6 25.0967 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.057
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j11 j12
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
50% 6 21.1850 60% 6 20.0750
60% 6 21.9717 21.9717 50% 6 20.6267
40% 6 23.6650 40% 6 22.5550
Sig. .449 .115 Sig. .275 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
40% 6 35.9867 60% 6 35.2667
60% 6 36.3567 40% 6 35.3200
50% 6 37.1533 50% 6 36.0400
Sig. .634 Sig. .584
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 34.6300 40% 6 33.3517
40% 6 34.6533 50% 6 33.5683
50% 6 34.9300 60% 6 34.0350
Sig. .822 Sig. .484
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
40% 6 32.2117 50% 6 30.9400
50% 6 32.6250 40% 6 31.9200
60% 6 32.9050 60% 6 31.9550
Sig. .514 Sig. .295
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan
Duncan Subset for
Subset for alpha =
alpha = .05
.05
kons N 1
kons N 1 40% 6 27.1783
40% 6 29.1817 60% 6 27.7400
50% 6 30.3200 50% 6 29.7600
60% 6 30.3217 Sig. .146
Sig. .318 Means for groups in homogeneous subsets are
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 kons N 1 2
40% 6 25.6783
kons N 1 60% 6 25.9667
40% 6 26.7317 50% 6 28.2117
60% 6 26.9367 Sig. .755 1.000
50% 6 28.2933 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.145
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 kons N 1 2
60% 6 22.8617
kons N 1 40% 6 24.1250
60% 6 24.1900 50% 6 24.2717
40% 6 25.6533 Sig. 1.000 .793
50% 6 26.2650 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.058
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for
alpha =
.05
kons N 1
60% 6 21.5367
50% 6 22.5750
40% 6 22.7317
Sig. .147
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
40% 6 35.2517 50% 6 34.0283
60% 6 35.4200 40% 6 34.7633
50% 6 35.4967 60% 6 34.8500
Sig. .833 Sig. .444
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 32.2800 60% 6 30.7083
40% 6 32.5550 40% 6 31.5350
50% 6 33.0917 50% 6 31.8233
Sig. .364 Sig. .162
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 29.1367 60% 6 28.5283
50% 6 30.1233 40% 6 28.6333
40% 6 30.3500 50% 6 28.7467
Sig. .229 Sig. .837
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
50% 6 27.6333 60% 6 25.3417
60% 6 27.9183 50% 6 26.5183
40% 6 28.5117 40% 6 26.6733
Sig. .395 Sig. .264
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 24.7600 60% 6 23.6500
50% 6 25.6650 50% 6 24.8100
40% 6 25.8867 40% 6 25.0950
Sig. .192 Sig. .129
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 22.7150 60% 6 21.6450
50% 6 24.2933 24.2933 50% 6 23.7750 23.7750
40% 6 24.7233 40% 6 24.3533
Sig. .098 .638 Sig. .059 .587
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
kons N 1 2
60% 6 21.0300
50% 6 23.5283
40% 6 24.0283
Sig. 1.000 .324
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
3 cm 6 35.2517 1 cm 6 34.2117
1 cm 6 35.9641 3 cm 6 34.7627
2 cm 6 35.9867 2 cm 6 35.3199
Sig. .731 Sig. .442
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
3 cm 6 31.5360
Tebal N 1 1 cm 6 33.1627
3 cm 6 32.5560 2 cm 6 33.3517
1 cm 6 33.5879 Sig. 1.000 .775
2 cm 6 34.6531 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.056
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 30.3493 3 cm 6 28.6333
1 cm 6 32.1500 1 cm 6 30.3614 30.3614
2 cm 6 32.2117 2 cm 6 31.9172
Sig. 1.000 .940 Sig. .089 .122
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
1 cm 6 28.3517 3 cm 6 26.6747
3 cm 6 28.5120 2 cm 6 27.1781
2 cm 6 29.1813 1 cm 6 27.5689
Sig. .416 Sig. .534
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
1 cm 6 25.1317 1 cm 6 25.0948
3 cm 6 25.8853 3 cm 6 25.0960
2 cm 6 26.7317 2 cm 6 25.6797
Sig. .081 Sig. .592
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
3 cm 6 24.7240 1 cm 6 23.6657
1 cm 6 24.7765 2 cm 6 24.1250
2 cm 6 25.6516 3 cm 6 24.3520
Sig. .382 Sig. .319
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
1 cm 6 22.5550
2 cm 6 22.7317 22.7317
3 cm 6 24.0283
Sig. .786 .061
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
3 cm 6 34.0283
Tebal N 1 1 cm 6 34.1219
1 cm 6 35.0393 2 cm 6 36.0396
3 cm 6 35.4950 Sig. .886 1.000
2 cm 6 37.1500 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.156
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
3 cm 6 33.0892 3 cm 6 31.8213
1 cm 6 33.9881 1 cm 6 32.2044
2 cm 6 34.9293 2 cm 6 33.5671
Sig. .139 Sig. .131
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 30.1240 3 cm 6 28.7467
1 cm 6 30.7719 30.7719 2 cm 6 30.9403
2 cm 6 32.6247 1 cm 6 31.2317
Sig. .570 .118 Sig. 1.000 .777
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 27.6333 1 cm 6 25.2517
1 cm 6 27.6497 3 cm 6 26.5200
2 cm 6 30.3201 2 cm 6 29.7593
Sig. .989 1.000 Sig. .287 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
1 cm 6 24.5275
3 cm 6 25.6653
2 cm 6 28.2930
Sig. .238 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j9 j10
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 3 Tebal N 1 2 3
1 cm 6 22.8263 1 cm 6 21.7250
3 cm 6 24.8107 3 cm 6 24.2933
2 cm 6 28.2117 2 cm 6 26.2659
Sig. 1.000 1.000 1.000 Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j11 j12
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 21.1844 1 cm 6 20.6261
3 cm 6 23.7760 2 cm 6 22.5750
2 cm 6 24.2704 3 cm 6 23.5293
Sig. 1.000 .682 Sig. 1.000 .144
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
1 cm 6 35.0114 1 cm 6 33.9417
3 cm 6 35.4187 3 cm 6 34.8493
2 cm 6 36.3567 2 cm 6 35.2667
Sig. .341 Sig. .331
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
3 cm 6 30.7093
Tebal N 1 1 cm 6 31.1844
3 cm 6 32.2800 2 cm 6 34.0335
1 cm 6 32.8719 Sig. .670 1.000
2 cm 6 34.6301 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.096
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
3 cm 6 29.1387 3 cm 6 28.5293
1 cm 6 30.7317 1 cm 6 29.4969
2 cm 6 32.9035 2 cm 6 31.9535
Sig. .109 1.000 Sig. .369 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6
j7
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for
alpha =
Tebal N 1 2 .05
3 cm 6 27.9200
1 cm 6 28.5205 Tebal N 1
2 cm 6 30.3225 3 cm 6 25.3413
Sig. .445 1.000 1 cm 6 26.6844
Means for groups in homogeneous subsets are 2 cm 6 27.7415
displayed. Sig. .094
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for
alpha =
Tebal N 1 2 .05
1 cm 6 24.6261
3 cm 6 24.7627 Tebal N 1
2 cm 6 26.9367 3 cm 6 23.6500
Sig. .879 1.000 1 cm 6 23.8719
Means for groups in homogeneous subsets are 2 cm 6 25.9648
displayed. Sig. .057
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
1 cm 6 22.2917 3 cm 6 21.6442
3 cm 6 22.7150 1 cm 6 21.9734
2 cm 6 24.1881 2 cm 6 22.8624
Sig. .077 Sig. .160
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
1 cm 6 20.0750
3 cm 6 21.0270 21.0270
2 cm 6 21.5367
Sig. .068 .309
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
• Tekstur
Descriptive Statistics
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13.00 6 6.4350
12.00 6 6.7083
11.00 6 6.8283
10.00 6 7.0400
9.00 6 7.3200
8.00 6 7.5783
Perpustakaan Unika
7.00 6 8.0850
6.00 6 8.3750
5.00 6 8.6400
4.00 6 8.9000
3.00 6 9.3150
2.00 6 9.8783
1.00 6 10.1417
Sig. 1.000 .198 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
satu50
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7
13.00 6 6.1750
12.00 6 6.2417
11.00 6 6.6100
10.00 6 7.2167
9.00 6 7.2417
8.00 6 7.6100
7.00 6 8.2583
6.00 6 8.4983
5.00 6 8.7933 8.7933
4.00 6 9.3317 9.3317
3.00 6 9.8400 9.8400
2.00 6 10.2067 10.2067
1.00 6 10.5133
Sig. .169 .213 .090 .072 .089 .218 .302
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
satu60
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9
13.00 6 6.0417
12.00 6 6.2117
11.00 6 6.3100 6.3100
10.00 6 6.5517 6.5517 6.5517
9.00 6 7.2267 7.2267 7.2267
8.00 6 7.3933 7.3933 7.3933
7.00 6 7.6950 7.6950
6.00 6 8.3050 8.3050
5.00 6 8.8783 8.8783
4.00 6 9.2183 9.2183 9.2183
3.00 6 9.5533 9.5533
Perpustakaan Unika
dua40
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8
13.00 6 7.2017
12.00 6 7.3200
11.00 6 7.4333
10.00 6 7.5933 7.5933
9.00 6 7.7550 7.7550 7.7550
8.00 6 8.0233 8.0233
7.00 6 8.2900 8.2900
6.00 6 8.6367 8.6367
5.00 6 8.7900 8.7900
4.00 6 8.9850 8.9850
3.00 6 9.4150 9.4150
2.00 6 9.9450 9.9450
1.00 6 10.2050
Sig. .068 .134 .062 .081 .225 .113 .052 .335
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
dua50
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5
13.00 6 7.2150
12.00 6 7.3850 7.3850
11.00 6 7.4850 7.4850
10.00 6 7.5383 7.5383
9.00 6 7.5750 7.5750
8.00 6 7.6100 7.6100
7.00 6 7.8433 7.8433
6.00 6 8.0783 8.0783
5.00 6 8.5467 8.5467
4.00 6 9.0167
3.00 6 9.7500
2.00 6 10.0850
1.00 6 10.2833
Sig. .100 .069 .155 .154 .127
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
dua60
Perpustakaan Unika
Duncan
Subset for alpha = .05
jam N 1 2 3 4 5 6 7
13.00 6 6.4950
12.00 6 6.6850
11.00 6 6.9600
10.00 6 7.4133
9.00 6 7.4850
8.00 6 7.5150
7.00 6 7.5833
6.00 6 7.8433 7.8433
5.00 6 8.1083 8.1083
4.00 6 8.5133 8.5133
3.00 6 8.9250
2.00 6 9.4583
1.00 6 10.5800
Sig. .056 .095 .247 .079 .074 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
tiga40
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8
13.00 6 7.3300
12.00 6 7.5217
11.00 6 7.6117 7.6117
10.00 6 7.7283 7.7283
9.00 6 7.8433 7.8433 7.8433
8.00 6 8.0900 8.0900 8.0900
7.00 6 8.3383 8.3383 8.3383
6.00 6 8.4150 8.4150 8.4150
5.00 6 8.6450 8.6450
4.00 6 8.9117
3.00 6 9.4850
2.00 6 9.9533 9.9533
1.00 6 10.0667
Sig. .069 .083 .064 .224 .251 .063 .065 .651
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
tiga50
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8 9
13.00 6 7.2833
12.00 6 7.4233 7.4233
Perpustakaan Unika
tiga60
Duncan
jam N Subset for alpha = .05
1 2 3 4 5 6 7 8
13.00 6 6.7550
12.00 6 6.9167 6.9167
11.00 6 7.1600 7.1600 7.1600
10.00 6 7.2600 7.2600 7.2600
9.00 6 7.3117 7.3117 7.3117
8.00 6 7.3683 7.3683 7.3683
7.00 6 7.6183 7.6183 7.6183
6.00 6 7.8683 7.8683
5.00 6 8.1483 8.1483
4.00 6 8.6783 8.6783
3.00 6 9.1283 9.1283
2.00 6 9.6283 9.6283
1.00 6 10.0967
Sig. .101 .060 .058 .127 .106 .169 .127 .153
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
40% 6 10.1417 40% 6 9.8783
50% 6 10.5133 60% 6 9.9383
60% 6 10.6650 50% 6 10.2067
Sig. .445 Sig. .421
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
40% 6 9.3150 40% 6 8.9000
60% 6 9.5533 60% 6 9.2183
50% 6 9.8400 50% 6 9.3317
Sig. .134 Sig. .190
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan
Duncan Subset for
Subset for alpha = .05 alpha =
.05
kons N 1 2
40% 6 8.6400
kons N 1
50% 6 8.7933 8.7933 60% 6 8.3050
60% 6 8.8783 40% 6 8.3750
Sig. .138 .399 50% 6 8.4983
Means for groups in homogeneous subsets are Sig. .299
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 7.6950 60% 6 7.3933
40% 6 8.0850 40% 6 7.5783
50% 6 8.2583 50% 6 7.6100
Sig. .066 Sig. .463
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 7.2267 60% 6 6.5517
50% 6 7.2417 40% 6 7.0400
40% 6 7.3200 50% 6 7.2167
Sig. .718 Sig. .056
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 kons N 1 2
60% 6 6.2117
kons N 1 50% 6 6.2417
60% 6 6.3100 40% 6 6.7083
50% 6 6.6100 Sig. .812 1.000
40% 6 6.8283 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.204
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j12
Duncan
Subset for
alpha =
.05
kons N 1
60% 6 6.0417
50% 6 6.1750
40% 6 6.4350
Sig. .152
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 kons N 1 2
60% 6 9.4583
kons N 1 40% 6 9.9450
40% 6 10.2050 50% 6 10.0850
50% 6 10.2833 Sig. 1.000 .512
60% 6 10.5800 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.201
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan
Duncan Subset for
Subset for alpha = .05 alpha =
.05
kons N 1 2
60% 6 8.9250
kons N 1
40% 6 9.4150 9.4150 60% 6 8.5133
50% 6 9.7500 40% 6 8.9850
Sig. .085 .227 50% 6 9.0167
Means for groups in homogeneous subsets are Sig. .179
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 8.1083 60% 6 7.8433
50% 6 8.5467 8.5467 50% 6 8.0783 8.0783
40% 6 8.7900 40% 6 8.6367
Sig. .118 .372 Sig. .488 .112
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan
Duncan Subset for
Subset for alpha = .05 alpha =
.05
kons N 1 2
60% 6 7.5833
kons N 1
50% 6 7.8433 7.8433 60% 6 7.5150
40% 6 8.2900 50% 6 7.6100
Sig. .409 .165 40% 6 8.0233
Means for groups in homogeneous subsets are Sig. .146
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 7.4850 60% 6 7.4133
50% 6 7.5750 50% 6 7.5383
40% 6 7.7550 40% 6 7.5933
Sig. .383 Sig. .665
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 kons N 1 2
60% 6 6.6850
kons N 1 40% 6 7.3200
60% 6 6.9600 50% 6 7.3850
40% 6 7.4333 Sig. 1.000 .499
50% 6 7.4850 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.067
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
kons N 1 2
60% 6 6.4950
40% 6 7.2017
50% 6 7.2150
Sig. 1.000 .921
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
kons N 1 kons N 1
40% 6 10.0667 60% 6 9.6283
60% 6 10.0967 40% 6 9.9533
50% 6 10.3217 50% 6 10.2650
Sig. .525 Sig. .110
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 9.1283 60% 6 8.6783
50% 6 9.4650 40% 6 8.9117
40% 6 9.4850 50% 6 8.9700
Sig. .369 Sig. .338
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 8.1483 60% 6 7.8683
50% 6 8.6217 40% 6 8.4150
40% 6 8.6450 50% 6 8.4833
Sig. .066 Sig. .065
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan
Duncan Subset for
Subset for alpha =
alpha = .05
.05
kons N 1
kons N 1 60% 6 7.3683
60% 6 7.6183 40% 6 8.0900
50% 6 8.2933 50% 6 8.1033
40% 6 8.3383 Sig. .058
Sig. .064 Means for groups in homogeneous subsets are
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
kons N 1 kons N 1
60% 6 7.3117 60% 6 7.2600
40% 6 7.8433 40% 6 7.7283
50% 6 7.9217 50% 6 7.7400
Sig. .056 Sig. .077
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
kons N 1 2 kons N 1 2
60% 6 7.1600 60% 6 6.9167
50% 6 7.5733 50% 6 7.4233
40% 6 7.6117 40% 6 7.5217
Sig. 1.000 .829 Sig. 1.000 .519
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
kons N 1 2
60% 6 6.7550
50% 6 7.2833
40% 6 7.3300
Sig. 1.000 .652
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
1 cm 6 9.3125 1 cm 6 8.8975
2 cm 6 9.4138 3 cm 6 8.9100
3 cm 6 9.4842 2 cm 6 8.9833
Sig. .480 Sig. .767
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
1 cm 6 8.6375 1 cm 6 8.3725
3 cm 6 8.6450 3 cm 6 8.4150
2 cm 6 8.7900 2 cm 6 8.6354
Sig. .207 Sig. .211
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
1 cm 6 7.5758
Tebal N 1 2 cm 6 8.0204 8.0204
1 cm 6 8.0833 3 cm 6 8.0892
2 cm 6 8.2875 Sig. .050 .747
3 cm 6 8.3358 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.456
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
1 cm 6 7.0367
Tebal N 1 2 cm 6 7.5917
1 cm 6 7.3167 3 cm 6 7.7263
2 cm 6 7.7533 Sig. 1.000 .567
3 cm 6 7.8425 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.063
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 6.8250 1 cm 6 6.7042
2 cm 6 7.4300 7.4300 2 cm 6 7.3200
3 cm 6 7.6100 3 cm 6 7.5217
Sig. .055 .546 Sig. 1.000 .143
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
1 cm 6 6.4333
2 cm 6 7.1990
3 cm 6 7.3300
Sig. 1.000 .352
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
2 cm 6 10.2808 2 cm 6 10.0850
3 cm 6 10.3183 1 cm 6 10.2073
1 cm 6 10.5131 3 cm 6 10.2654
Sig. .622 Sig. .558
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
3 cm 6 9.4625 3 cm 6 8.9717
2 cm 6 9.7475 2 cm 6 9.0142
1 cm 6 9.8415 1 cm 6 9.3294
Sig. .319 Sig. .259
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j4 j5
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
2 cm 6 8.5446 2 cm 6 8.0750
3 cm 6 8.6175 3 cm 6 8.4808
1 cm 6 8.7900 1 cm 6 8.4942
Sig. .182 Sig. .156
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
2 cm 6 7.8413 2 cm 6 7.6075
1 cm 6 8.2573 1 cm 6 7.6088
3 cm 6 8.2904 3 cm 6 8.1000
Sig. .188 Sig. .216
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j8 j9
Duncan
Duncan Subset for
Subset for alpha = .05 alpha =
.05
Tebal N 1 2
1 cm 6 7.2417
Tebal N 1
2 cm 6 7.5721 7.5721 1 cm 6 7.2166
3 cm 6 7.9192 2 cm 6 7.5367
Sig. .282 .259 3 cm 6 7.7383
Means for groups in homogeneous subsets are Sig. .280
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 6.6088 1 cm 6 6.2417
2 cm 6 7.4850 2 cm 6 7.3850
3 cm 6 7.5708 3 cm 6 7.4233
Sig. 1.000 .480 Sig. 1.000 .713
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2
1 cm 6 6.1758
2 cm 6 7.2150
3 cm 6 7.2808
Sig. 1.000 .785
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
3 cm 6 10.0940 2 cm 6 9.4576
2 cm 6 10.5800 3 cm 6 9.6258
1 cm 6 10.6622 1 cm 6 9.9400
Sig. .406 Sig. .304
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j2 j3
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
2 cm 6 8.9212 2 cm 6 8.5135
3 cm 6 9.1258 3 cm 6 8.6758
1 cm 6 9.5540 1 cm 6 9.2177
Sig. .118 Sig. .078
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j4 j5
Duncan
Duncan Subset for
Subset for alpha = .05 alpha =
.05
Tebal N 1 2
2 cm 6 8.1058
Tebal N 1
3 cm 6 8.1458 2 cm 6 7.8433
1 cm 6 8.8783 3 cm 6 7.8658
Sig. .899 1.000 1 cm 6 8.3057
Means for groups in homogeneous subsets are Sig. .219
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j6 j7
Duncan Duncan
Subset for Subset for
alpha = alpha =
.05 .05
Tebal N 1 Tebal N 1
2 cm 6 7.5807 3 cm 6 7.3658
3 cm 6 7.6158 1 cm 6 7.3938
1 cm 6 7.6917 2 cm 6 7.5153
Sig. .732 Sig. .683
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
j8 j9
Duncan Duncan
Subset for Subset for alpha = .05
alpha =
.05 Tebal N 1 2
1 cm 6 6.5505
Tebal N 1 3 cm 6 7.2602
1 cm 6 7.2266 2 cm 6 7.4100
3 cm 6 7.3130 Sig. 1.000 .521
2 cm 6 7.4850 Means for groups in homogeneous subsets are
Sig. displayed.
.362
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j10 j11
Duncan Duncan
Subset for alpha = .05 Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 Tebal N 1 2
1 cm 6 6.3094 1 cm 6 6.2117
2 cm 6 6.9600 6.9600 2 cm 6 6.6850
3 cm 6 7.1600 3 cm 6 6.9150
Sig. .095 .592 Sig. 1.000 .116
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
j12
Duncan
Subset for alpha = .05
Tebal N 1 2 3
1 cm 6 6.0417
2 cm 6 6.4950
3 cm 6 6.7550
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
Perpustakaan Unika
Kadar Air
Descriptive Statistics
Dependent Variable: KA
tebal kons_gula Mean Std. Deviation N
1cm 40% 17,6050 1,26133 6
50% 16,3517 1,06882 6
60% 16,6233 1,05916 6
Total 16,8600 1,20030 18
2cm 40% 18,0450 1,38802 6
50% 17,3983 ,96142 6
60% 17,1750 1,38802 6
Total 17,5394 1,24469 18
3cm 40% 18,6233 1,05916 6
50% 18,3417 1,06882 6
60% 17,9383 ,96142 6
Total 18,3011 1,01068 18
Total 40% 18,0911 1,24445 18
50% 17,3639 1,28192 18
60% 17,2456 1,21501 18
Total 17,5669 1,28053 54
KA KA
Duncan Duncan
Subset Subset
tebal N 1 2 kons_gula N 1 2
1cm 18 16,8600 60% 18 17,2456
2cm 18 17,5394 17,5394 50% 18 17,3639 17,3639
3cm 18 18,3011 40% 18 18,0911
Sig. ,082 ,052 Sig. ,758 ,063
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
Based on Type III Sum of Squares Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = The error term is Mean Square(Error) =
1,313. 1,313.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 18,000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 18,000.
b Alpha = ,05. b Alpha = ,05.
Kadar Sukrosa
Descriptive Statistics
Sukrosa Sukrosa
Duncan Duncan
Subset Subset
tebal N 1 2 kons_gula N 1 2
3cm 18 14,4817 40% 18 14,4500
2cm 18 14,9489 14,9489 50% 18 14,9728 14,9728
1cm 18 15,2950 60% 18 15,3028
Sig. ,151 ,285 Sig. ,109 ,307
Means for groups in homogeneous subsets are Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. displayed.
Based on Type III Sum of Squares Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = The error term is Mean Square(Error) =
,919. ,919.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 18,000. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 18,000.
b Alpha = ,05. b Alpha = ,05.
Kadar Vitamin C
Descriptive Statistics
VitC
VitC
Duncan
Duncan
Subset
Subset
tebal N 1
1cm 18 13,6989 kons_gula N 1
2cm 60% 18 13,7472
18 14,1900
3cm 50% 18 14,1761
18 14,6050
Sig. 40% 18 14,5706
,137
Sig. ,176
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed. Means for groups in homogeneous subsets are
Based on Type III Sum of Squares displayed.
The error term is Mean Square(Error) = Based on Type III Sum of Squares
2,876. The error term is Mean Square(Error) =
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 18,000. 2,876.
b Alpha = ,05. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 18,000.
b Alpha = ,05.
Tekstur
Descriptive Statistics
Tekstur
Duncan
Subset
tebal N 1 2
1cm 18 9,6383
2cm 18 10,3278
3cm 18 10,6594
Sig. 1,000 ,090
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) =
,330.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 18,000.
b Alpha = ,05.
Tekstur
Duncan
Subset
kons_gula N 1 2
60% 18 9,7233
50% 18 10,2872
40% 18 10,6150
Sig. 1,000 ,094
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) =
,330.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 18,000.
b Alpha = ,05.
Perpustakaan Unika
Test Statistics(a,b)
Test Statistics(a)