You are on page 1of 7

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 14-20 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia

http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

LUKA TUSUK TEMBUS HATI DAN PANKREAS BERAKIBAT DIC YANG MEMATIKAN
(SEBUAH LAPORAN KASUS)

Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY.Kusparwati Ika Pristianti
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM ± RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta

Email : nilanirmalasari@ymail.com

ABSTRACT
Most cases of forensic clinic that was treated in hospital just use medical records to be poured into the visum et
repertum clinic. Rarely asked to do an autopsy. In this case, the investigation team insisted on an autopsy
performed on the grounds that the evidence obtained is more accurate. In this case, an autopsy of a body of a
man, aged 30 years, died after 5 days previously experienced persecution in the form of stabbing on the left
upper abdomen. Before surgery the victim had died after laparotomy Cito persecution and hospitalized for 5
days. Obtained from autopsy examination of pathological conditions such as a puncture scar that has been sewn
in the gut left scars that have been sewn in the liver and pancreas, presence of jaundice, congestion, edema,
organ, bleeding very much in the chest cavity with little blood clots, and many blood clots that stick to multiple
organs in the abdomen. Based on the results of the autopsy concluded that the puncture wounds on the liver and
the pancreas resulting in the mechanism of blood clotting disorders (Disseminated Intravascular Coagulation/
DIC) and multiple organ failure. The autopsy results are supported by the data as a condition of treatment of
hypovolemic shock at admission level 3-4, and after a few hours of completed surgery, patients show the
conditions that lead to a diagnosis of DIC, even the more severe conditions lead to multiple organ failure.

Key words: stab wounds, liver, pancreas, DIC, multiple organ failure

PENDAHULUAN Pada makalah ini akan disajikan kasus luka tusuk


yang sempat dioperasi laparotomi cito, kemudian
Luka tusuk atau stab wound adalah luka akibat dirawat lima hari tetapi tidak tertolong hingga
benda/alat yang berujung runcing dan bermata meninggal. Penyidik kemudian meminta dilakukan
tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu otopsi. Dari hasil autopsi diketahui mekanisme
tekanan tegak lurus atau serong dengan permukaan kematian yang jarang ditemui sehingga penulis
tubuh. Contoh alat : belati, bayonet, pedang, keris, tertarik menyajikannya pada makalah kali ini.
clurit, pecahan kaca, benda-benda berujung runcing
dengan penampang bulat/persegi empat/segitiga, LAPORAN KASUS
misalnya kikir, tanduk kerbau, dan lainnya [1].
Di Indonesia penulis masih belum mendapatkan Pada kasus ini, diotopsi seorang jenazah laki-laki,
gambaran jumlah kasus luka tusuk, tetapi kita bisa berusia 30 tahun, meninggal setelah 5 hari
mendapat gambaran dari referensi jurnal negara sebelumnya mengalami penganiayaan berupa
lain. Berdasarkan data autopsi yang dilakukan di penusukan pada perut atas sebelah kirinya. Sebelum
bagian kedokteran forensik Universitas Nagpur dari meninggal korban sempat dioperasi laparotomi cito
Januari 1998-2000, didapatkan total kasus dan dirawat inap selama 5 hari. Sebelum
pembunuhan 241 kasus, 99 kasus (41,1%) dilaksanakan otopsi, penyidik sudah ditawarkan
diantaranya akibat kekerasan tumpul dan 91 kasus untuk dibuatkan visum et repertum klinik
(37,8%) akibat kekerasan tajam. Pembunuhan berdasarkan rekam medis perawatan saja, tapi
dengan kekerasan tajam, 92,3% terjadi pada laki- penyidik menolak karena takut di kemudian hari
laki, 12 kali lebih banyak daripada yang terjadi muncul masalah seperti kasus terdahulu. Keluarga
pada perempuan. Kisaran usia korban terbanyak 21 korban sendiri justru mendapat informasi bahwa
sampai 44 tahun. Khusus kasus luka tusuk, dada korban meninggal karena infeksi. Pada saat
merupakan target yang paling sering (72,5%), pelaksaan otopsi, penyidik tidak ada mengamankan
disusul oleh perut 42,9%, lengan 29,7%, tungkai jalannya otopsi. Saat otopsi berlangsung sekitar
22,0%, kepala 20,9% dan leher 19,8%. Pada setengah jalan, muncul keributan di luar ruangan
kekerasan tajam, kasus penusukan meliputi 84,6% oleh sekelompok orang berseragam, mereka tidak
dari kasus pembunuhan dan 25,3% mengakibatkan setuju dilakukan otopsi. Mereka lalu memaksa
kematian [2]. masuk ruangan dan memaksa agar otopsi diakhiri,
mereka juga mengawasi jalannya otopsi karena
Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY.Kusparwati Ika Pristianti
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM ± RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
20
14
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 14-20 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

mereka pikir ada kemungkinan usaha penjualan


organ. Syukurnya masih ada beberapa data yang
bisa dikumpulkan dari pemeriksaan tersebut, antara
bisa dikumpulkan dari pemeriksaan tersebut, antara Pemeriksaan Dalam
lain : 1. Dalam rongga dada terdapat cairan dan
jendalan darah sebanyak 700 ml.
Hasil Pemeriksaan 2. Jantung kongesti, terdapat gumpalan darah
Pemeriksaan Luar di serambi kanan seberat 6 gr, serambi dan
bilik kiri seberat 10 gr.
1. Laki-laki dewasa, berkulit sawo matang, 3. Paru-paru kongesti, berat kanan dan kiri
berat badan 63 kg, tinggi badan 167 cm, masing-masing sekitar 900 gr.
warna rambut jingga dengan pangkal 4. Dipuncak kanan hati, dibelakang limpa,
hitam, panjang rambut bagian depan dan dibelakang ginjal kanan terdapat
delapan sentimeter, samping lima koma gumpalan darah yang melekat.
lima sentimeter dan rambut bagian 5. Di hati terdapat luka yang sudah terjahit
belakang dua puluh delapan sentimeter. sepanjang 4 cm.
2. Kaku jenazah sukar digerakkan hampir di 6. Di pankreas terdapat luka yang sudah
seluruh sendi. terjahit sepanjang 2 cm.
3. Bercak jenazah di bagian belakang tubuh 7. Kedua ginjal kongesti dengan berat kanan
berwarna merah keunguan yang masih 160 gr dan kiri 216 gr.
hilang dengan penekanan. 8. Dalam rongga kepala tidak ada kelainan,
4. Jenazah ditutup kain berwarna biru, kain hanya ada pelebaran pembuluh darah.
dibuka, jenazah memakai popok dewasa. Pemeriksaan Penunjang
Kelopak mata dalam berwarna pucat dan 1. Golongan darah : AB.
selaput lendir mata kekuningan. Kelopak 2. Alkohol dalam darah : Negatif.
kiri memar ukuran 5x1 cm. 3. Patologi Anatomi :
5. Pada kedua lubang hidung keluar cairan 1. Jaringan otot subcutis : Sediaan
warna kekuningan dan pada hidungnya menunjukkan jaringan otot, tampak
terdapat beberapa memar kecil. adanya ekstravasasi sel darah merah,
6. Pada mulut keluar cairan putih berbusa sebukan sel lekosit (PMN) diantara
dan bibir bawah bagian dalam terdapat sel/jaringan otot dan lemak
memar. 2. Jaringan cerebellum : Sediaan
7. Pada dada sebelah kiri terdapat dua luka menunjukkan jaringan cerebellum, tampak
tusuk kecil diameter 0,5 cm dalam 1 cm pada beberapa bagian terdapat pelebaran
(bekas pemasangan CVP), pada ketukan pembuluh darah (kongesti)
redup. 3. Jaringan otot : Tampak adanya ektravasasi
8. Pada perut terdapat kasa yang tertutup sel darah merah diantara sel/jaringan otot
plester putih dari pertengahan dada sampai dan lemak, tampak sebukan sel lekosit
tengah perut bawah, kasa dibuka terlihat (PMN)
21 jahitan (bekas operasi laparotomi), 4. Jaringan hepar : Tampak adanya
jahitan dibuka terdapat luka iris, arah dari ektravasasi sel darah merah, tampak
atas ke bawah, dasar jaringan lemak, adanya sebukan sel lekosit (PMN) dan
ukuran 23,5 x 1 x 1 cm. Satu sentimeter di limposit, serta tampak pelebaran pembuluh
kiri atas luka tadi terdapat kasa yang darah (kongesti)
tertutup plester putih, kasa dibuka, terlihat 5. Jaringan paru : Tampak adanya
2 jahitan, jahitan dibuka terlihat luka ekstravasasi sel darah merah, sebukan sel
tusuk, dasar rongga perut ukuran 2 x 0,8 x lekosit (PMN) dan tampak adanya
3 cm. Selain itu juga terdapat 2 luka tusuk beberapa alveoli yang terisi transudat/pus,
kecil disebelah kanan perut dan 1 luka serta tampak adanya pelebaran pembuluh
tusuk kecil disebelah kiri perut dengan darah (kongesti)
diameter 0,5 cm dan dalam 1 cm (bekas 6. Jaringan ginjal kanan : Tampak adanya
pemasangan drain). ektravasasi sel darah merah, tampak
9. Telapak kaki sebelah kanan terdapat luka adanya sebukan sel lekosit (PMN) dan
lecet geser ukuran 3x1 cm, pada tungkai limposit, serta tampak pelebaran pembuluh
bawah kiri depan terdapat memar 2x1 cm. darah (kongesti)
Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY.Kusparwati Ika Pristianti
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM ± RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
15
20
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 14-20 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

7. Jaringan medulla oblongata : Tampak (terjadi semasih hidup). Pada jaringan


adanya ektravasasi sel darah merah, cerebellum, hepar, paru, ginjal kanan, dan
tampak adanya sebukan sel lekosit (PMN) medulla oblongata menunjukkan adanya
dan limposit, serta tampak pelebaran
pembuluh darah (kongesti)
proses intravitalitas (terjadi masih hidup) dan
INTERPRETASI : adanya tanda-tanda peradangan dan kongesti
Pada jaringan otot subcutis dan otot,
menunjukkan adanya proses intravitalitas
.

Subkutis Cerebelum Hepar Hepar

Paru Paru Ginjal kanan Medula oblongata

Gambar 1. Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi korban

Kesimpulan Beberapa tahun terakhir, angka otopsi menurun


1. Jenazah laki-laki, panjang badan seratus drastis di seluruh dunia, dari sekitar 60% di tahun
enam puluh tujuh sentimeter, berat badan 1960 menjadi 10% di tahun 2005, khususnya di AS
enam puluh enam koma tiga kilogram. dan Eropa, dengan angka terendah di Perancis yaitu
2. Terdapat luka tusuk di perut bagian 3,7%
16 di tahun 1997 [3]. Begitu juga di
tengah atas yang tembus mengenai hati RSUP.Sardjito, angka autopsi juga relatif rendah.
dan pankreas, akibat kekerasan tajam. Pada tahun 2010 jenis pemeriksaan yang
3. Terdapat luka iris operasi di perut serta mendominasi adalah pemeriksaan luar.
beberapa luka tusuk kecil (bagian dari Dibandingkan keseluruhan kasus yang diperiksa,
tindakan kedokteran sebelumnya) di dada persentase kasus yang hanya diperiksa luar yaitu
dan perut yang sudah terjahit. sekitar 77,34% sedangkan yang diperiksa luar dan
4. Sebab kematian adalah luka tusuk pada dalam (otopsi) yaitu sekitar 22,66%. Pada periode
perut yang tembus rongga dalam perut Januari-Juli 2011 jenis pemeriksaan yang
mengenai organ hati dan pankreas mendominasi sama yaitu pemeriksaan luar.
sehingga mengakibatkan kerusakan Dibandingkan keseluruhan kasus yang diperiksa,
banyak organ vital. persentase kasus yang hanya diperiksa luar yaitu
5. Saat kematian diperkirakan dua sampai sekitar 82,42% sedangkan yang diperiksa luar dan
enam jam sebelum pemeriksaan. dalam (otopsi) yaitu sekitar 17,58% [4].
Beberapa penulis menyebutkan tentang keengganan
PEMBAHASAN dari ahli forensik dan patalogis untuk melakukan
Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY.Kusparwati Ika Pristianti
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM ± RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
20
16
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 14-20 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

otopsi, kemungkinan karena risiko infeksi dan empat/segitiga, misalnya kikir, tanduk kerbau, dan
waktu yang diperlukan. Lebih jauh, beberapa artikel lainnya [1].
dalam 5 tahun terakhir memuat pertanyaan tentang Ciri-ciri luka tusuk tergantung dari alatnya bermata
nilai dari suatu tindakan otopsi, yang kontribusinya tajam atau tidak. Bila alat berujung runcing dan
juga mengakibatkan turunnya angka tindakan bermata tajam, maka tepi luka rata, sudut luka
otopsi. Meski kemajuan diagnosis dari berbagai tajam, pada sisi tumpul dari alat, sudut luka kurang
kondisi patologis atau traumatik, studi masih tajam, pada sisi tajam dari alat, rambut ikut
menemukan ketidakcocokan antara sebab kematian terpotong. Bila tusukan dilakukan sampai pangkal
pada catatan medis rumah sakit dengan sebab pisau, kadang-kadang ditemukan memar di sekitar
kematian setelah dilakukan otopsi. Lebih jauh, luka dan ukuran dalam luka lebih besar daripada
jumlah ketidakcocokan ini tampak relatif konstan panjang luka [1]. Pada kasus ini, pada saat otopsi
selama lebih dari 50 tahun terakhir [3]. ciri-ciri luka sudah dikaburkan dengan tindakan
Analisis faktor yang dapat mempengaruhi angka medis sebelumnya. Luka tusuk sudah dijahit dan
kecocokan diagnostik ditampilkan signifikan mengalami penyembuhan sebagian.
berkorelasi secara statistik dengan durasi rawat Sebab-sebab kematian pada luka tusuk pada
inap, konsultasi inter-klinik, mekanisme kematian, umumnya terbagi menjadi dua, yaitu penyebab
pemeriksaan mikroskopik postmortem, dan analisis langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung
biokimia yang dilakukan selama di RS. Lama dapat berupa perdarahan, kerusakan alat tubuh yang
rawat inap mempengaruhi angka kecocokan, masa penting, atau emboli udara. Penyebab yang tidak
rawat inap yang lebih singkat memiliki kecocokan langsung biasanya karena sepsis/infeksi [1].
lebih baik, hasil ini sama dengan hasil studi serupa, Uniknya pada kasus kali ini kematian tidak
mungkin mengarah ke insidensi patologi langsung terjadi, tetapi bukan karena adanya
nasokomial yang sulit didiagnosa dan lama rawat sepsis/infeksi. Kematian korban melalui mekanisme
inap. Konsultasi interklinik menurunkan angka yang sedikit kompleks dari biasa yang akan
kecocokan. Angka kesalahan jelas lebih rendah dijelaskan lebih lanjut setelah ini.
pada otopsi yang disertai pemeriksaan mikroskopik. Kebanyakan luka tusuk pada pembunuhan hanya
Peningkatan kompleksitas pemeriksaan biokimia satu luka dan dalam. Tidak ada luka percobaan atau
menentukan peningkatan kemungkinan kecocokan3. ragu-ragu. Target yang paling sering leher, wajah,
Berdasarkan hasil penelitian dari referensi ini, tepat dada, perut dan ekstremitas atas. Baju sering ikut
sekali keputusan untuk melakukan autopsi pada terpotong (79% kasus). Dapat disertai luka
kasus ini, tidak hanya berdasarkan hasil rekam pertahanan atau tanda pengekangan. Luka tusuk di
medis saja. Dari hasil autopsi bisa dievaluasi hasil leher akibat pembunuhan dapat menyerupai usaha
akhir tindakan medis. Selain itu, dapat dirumuskan bunuh diri, tetapi tidak ada luka percobaan.Target
juga mekanisme kematian korban. biasanya daerah tubuh yang tidak terlindungi, dan
Penyebab utama kematian korban adalah trauma dada sering menjadi target karena dekat dengan
tajam yang berupa luka tusuk di perut korban. penyerang, dan pelaku mengetahu banyak organ
Adapun definisi luka tusuk atau stab wound adalah vital disana. Kebanyakan pelaku ketangan kananan
luka akibat benda/alat yang berujung runcing dan (tidak kidal) sehingga luka sering didapatkan disisi
bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan kiri korban dan sebagian besar menyerang dari
suatu tekanan tegak lurus atau serong dengan depan [5].
permukaan tubuh. Contoh alat : belati, bayonet, Penelitian Karlsson pada tahun 1998 menemukan
pedang, keris, clurit, pecahan kaca, benda-benda kecenderungan daerah tubuh yang terkena tusukan
berujung runcing dengan penampang bulat/persegi pada kasus pembunuhan dan bunuh diri di Swedia
tahun 1983-1993 yaitu [5].

Tabel 1. Kecenderungan daerah tubuh yang terkena tusukan pada kasus pembunuhan dan bunuh diri[5].
Daerah Anatomis Pembunuhan (%) Bunuh diri (%) Secara statistik bermakna?
Kepala 27 2 Ya
Leher 33 32 Tidak
Pergelangan tangan 3 59 Ya
Lipatan tangan 1 15 Ya
Ekstremitas atas 46 13 Ya
Tusukan horisontal di dada 34 18 Tidak
Tusukan vertikal di dada 34 6 Ya
Tusukan tidak spesifik di dada 11 7 Tidak
Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY.Kusparwati Ika Pristianti
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM ± RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
20
17
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 14-20 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

Punggung 34 0 Ya
Perut 26 10 Ya
Genital 2 0 Tidak
Ekstremitas bawah 19 3 Ya

Pada penelitian retrospektif di Institut Freiburg di terjadinya perdarahan dari yang ringan sampai berat
bagian Kedokteran Hukum dari Januari 1992 [7].
sampai Juli 2004, dianalisa trauma tajam pada DIC merupakan respon sekunder dari suatu
tubuh. Trauma ditemukan pada 58 pelaku dan 158 gangguan primer. Apapun bisa menjadi pemicu
korban yang selamat. Luka akibat perlawanan gangguan ini. Pembekuan atau perdarahan spontan
ditemukan pada 45,9% korban, tanpa ada perbedaan terjadi pada tubuh penderita DIC. Gumpalan-
bermakna antara laki-laki dan perempuan. Luka gumpalan kecil darah terbentuk di seluruh aliran
sebagian besar terkonsentrasi di tangan kiri darah. Kemudian seluruh faktor pembekuan darah
(63,7%). Dada, kepala dan leher juga sering terkena dan platelet digunakan, membuat penderita
(45,9%; 15,3%; dan 15,3%), dan sedikit kurang perdarahan di semua lubang atau sisi bocoran yang
pada perut (11,1%), daerah pinggang dan pantat ada. Ada bentuk akut DIC dan lebih sering bentuk
(6,3%) dan ektremitas bawah (6,1%) [6]. kronik yang manifestasinya pada sistem vena
Pada kasus kali ini, tusukan diarahkan ke ulu hati termasuk emboli pulmoner [8].
sebelah kiri korban sehingga mengenai organ hati Mekanisme pasti dari DIC belum sepenuhnya
dan pankreas. Tusukan tunggal dan tidak ada luka dipahami, bagaimanapun ini selalu diawali oleh
percobaan. Dari sini besar kemungkinan memang proses inisiasi dari penyakit. Sekali pembekuan
luka tusuk ini hasil dari usaha pembunuhan dan terjadi, pembuluh darah jadi tertutup dan kerusakan
kemungkinan besar pelaku menggunakan tangan jaringan dan/atau organ terjadi. Faktor pembekuan
kanan untuk menusuk bukan kidal. kemudian habis terpakai dan perdarahan terjadi.
Pada saat pemeriksaan dalam didapatkan banyak Dikatakan juga bahwa protein asing dapat masuk ke
perdarahan di rongga dada dan banyak gumpalan aliran darah dan mengakibatkan cedera vaskular
darah yang menempel pada organ-organ dalam yang memicu DIC. Proses berlanjut, prothrombin
perut seperti hati, limpa, dan ginjal. Dari sini timbul diaktifkan dan produksi thrombin berlebihan.
kecurigaan adanya kemungkinan gangguan Thrombin bertanggung jawab untuk mengubah
pembekuan darah pada diri korban atau yang biasa fibrinogen menjadi fibrin. Ini mengakibatkan
disebut dengan istilah disseminated intravascular bekuan fibrin membentuk mikrosirkulasi. Seluruh
coagulation (DIC). proses ini menggunakan hampir seluruh faktor
Selain itu didapatkan juga kondisi ikterik dan pembekuan. Thrombin mengakibatkan bekuan
kongesti banyak organ (jantung, paru, ginjal, fibrin larut mengakibatkan perdarahan [8].

cerebelum, medulla oblongata dan hepar). Dari sini Kondisi yang dapat memicu terjadinya DIC antara
timbul kecurigaan kemungkinan adanya kegagalan lain [9,10] :
multi organ. - Sepsis atau infeksi yang berat
Disseminated intravascular coagulation (DIC) - Trauma (Polytrauma, neurotrauma, emboli lemak)
adalah suatu keadaan hiperkoagulabilitas darah - Kerusakan organ (Pankreatitis berat)
yang disebabkan oleh bermacam penyakit atau - Malignancy (Penyakit yang kondisinya buruk)
keadaan, dimana pada suatu saat darah merah o Tumor padat
bergumpal di dalam kapiler di seluruh tubuh. oMyeloproliferative/lymphoproliferatif
Penggumpalan darah dapat terjadi dalam waktu malignan
singkat, beberapa jam sampai satu sampai dua hari - Kehamilan yang sulit
(DIC akut) dan dapat juga dalam waktu yang lama, o Emboli cairan amniotik
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan (DIC o Plasenta abrupsio
kronik). Pada DIC akut terjadi penggumpalan darah - Kelainan Vaskuler
dalam waktu singkat, hal ini mengakibatkan o Kasabach-Merrit syndrome
sebagian besar bahan-bahan koagulasi, seperti o Aneurisma vaskuler yang besar
trombosit, fibrinogen dan lain faktor pembekuan (I - Kerusakan hepar berat
sampai XIII) dipergunakan dalam proses - Reaksi toksik atau imunologi yang berat
penggumpalan tersebut, oleh karena itu, keadaan ini o Digigit ular
disebut juga consumption coagulapathy atau o Penggunaan obat-obatan terlarang
defibrinolysis syndrome. Kesemuanya ini berakibat o Reaksi transfusi
Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY.Kusparwati Ika Pristianti
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM ± RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
20
18
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 14-20 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

o Kegagalan tranplantasi (21,4 detik, normalnya 12,9 detik), APTT juga


memanjang (33,3 detik, normalnya 24,7 detik), dan
Tanda dan gejala DIC meliputi pembekuan dan D-dimer 3900. Berdasarkan hasil ini tegaklah
perdarahan. Pembekuan cepat terjadi pada diagnosis disseminated intravascular coagulation
pembuluh darah kecil dan mengakibatkan nekrosis (DIC).
karena oksigen terhambat, faktor pembekuan habis Pada kasus ini yang diduga menjadi pemicu
dan kemudian perdarahan terjadi. Pembekuan munculnya DIC adalah perdarahan hebat dan rusak
cenderung berakibat pada ginjal, ektremitas, otak, organ hepar dan pankreas. Hepar atau hati
paru, kelenjar dan saluran cerna [8]. memegang peranan sentral dalam hemostasis
karena berbagai fungsi koagulasinya. Hepar
Tes laboratorium untuk DIC [8]. : menghasilkan mayoritas faktor pembekuan dan
x Hemoglobin/hematokrit: menurun karena fibrinolisis sebagai inhibitornya. Lebih jauh,
perdarahan modifikasi post-translasi dari faktor hemostasis
x Prothrombin time (PT) : memanjang karena berada di hepatosit, seperti karboksilasi dari faktor
darah perlu waktu lebih lama untuk membentuk koagulasi II, VII, IX dan X, glikosilasi. H-
bekuan, lebih dari 15 detik hidroksilasi dan sialilasi. Selain itu, hepar juga
x Partial thromboplastin time (PTT) : memanjang memiliki fungsi clearance untuk mengaktifkan
karena darah perlu waktu lebih lama untuk faktor hemostatis dan produk degradasinya. Fungsi
membentuk bekuan, lebih dari 60 detik pembersihan (clearing) terbagi menjadi spesifik
x Platelet levels : menurun karena telah banyak (dimediasi oleh sel reseptor) dan non spesifik
digunakan, kurang dari 100,000/µL. (dimediasi oleh reticuloendothelial system / RES).
x Fibrin split products (D-dimer dan fibrin Penyakit hepar parah mengakibatkan gangguan
degradation factor) : memanjang akibat fungsi ini, mengubah kualitas dan clearance faktor
peningkatan fibrinolisis hemostasis menjadi insufisien. Faktor koagulasi dan
x Fibrinogen level : menurun karena seluruh fibrinolisis keduanya diakibatkan penyakit hepar,
faktor pembekuan telah digunakan, biasanya mengakibatkan sistem hemostasis imbalans [11].
kurang dari 150 mg/dL Pankreas merupakan campuran dari kelenjar
eksokrin dan endokrin yang menghasilkan enzim
x Factor VIII levels : menurun karena telah
banyak digunakan untuk pembekuan pencernaan dan hormon sekaligus. Eksokrin
pankreas mensekresi 1,5-2 L cairan perhari. Cairan
x White blood cell count : meningkat jika terjadi
pankreas kaya akan ion bikarbonat (HCO3±) dan
proses infeksi
enzim-enzim pencernaan, termasuk protease
(tripsinogen, khimotripsinogen, proelastase,
Setelah dilakukan diskusi dengan tim medis dan
protease E, kallikreinogen, procarboksipeptidase),
berdasarkan rekam medis selama perawatan,
amilase, lipase, dan nuclease (DNAase dan
kecurigaan DIC tersebut terbukti. Pada saat pertama
RNAase). Protease disimpan sebagai zimogen
kali masuk, korban sudah mengalami syok
inaktif di granul sekretori sel asinar. Setelah sekresi
hipovolemik derajat III-IV. Pada saat awal tidak
tripsinogen dipecah dan diaktifkan oleh
ditemukan adanya hematothoraks maupun
enterokinase hanya di lumen usus halus,
pneumothoraks. Setelah resusitasi cairan dan
membangkitkan tripsin yang akan mengaktivasi
pemberian injeksi antibiotik, anti perdarahan, serta
protease lain di cascade. Proses ini disertai produksi
anti tetanus. Korban dilakukan operasi laparotomi
inhibitor protease oleh sel asinar, melindungi
eksplorasi cito disertai hepatorepair dan suturing
pankreas dari mencerna dirinya sendiri. Pada
korpus pankreas. Pada saat peritoneum dibuka
pankreatitis nekrosis akut, proenzim mungkin
terdapat perdarahan 1500 cc dengan gumpalan
diaktifkan dan mencerna jaringan pankreas
darah 1 bengkok penuh. Kondisi perdarahan hebat
mengakibatkan komplikasi yang sangat serius.
yang ditunjukkan dengan kondisi masuk syok
Penyebabnya termasuk infeksi, batu empedu,
hipovolemik derajat III-IV dan pada saat operasi
alkohol, obat-obatan, dan trauma [12].
adanya perdarahan 1500 cc dengan gumpalan darah
Tripsin yang berasal dari pankreas, telah lama
1 bengkok penuh di rongga perut, menjadi salah
diteliti efeknya pada hewan coba. Injeksi
satu faktor pemicu munculnya gangguan
intravenous tripsin mengakibatkan penurunan
pembekuan darah.
jumlah platelet, peningkatan PT, penurunan
Dua hari pasca operasi, terjadi perdarahan hebat
fibrinogen, penurunan tekanan darah dan kematian
pada luka bekas operasi. Kemudian dilakukan
pada anjing dan kelinci. Hal ini dapat dicegah
pemeriksaan laboratorium dan didapatkan hasil
dengan penyuntikan heparin sebelum tripsin.
hemoglobin menurun 6,7 g/dL, PPT memanjang
Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY.Kusparwati Ika Pristianti
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM ± RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
20
19
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 14-20 Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia
http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs

Perubahan trombogenik terlihat setelah injeksi [2] Ambade VN dan Godbole HV. Comparison of
tripsin sama seperti setelah injeksi thrombin. wound patterns in homicide by sharp and blunt
Penelitian serupa juga telah melaporkn tentang force. Forensic Science International 2006;
cepatnya penurunan platelet setelah pemberian 156: 166±170
infus intravena dan mikrothrombus multiple banyak [3] Ioan B, Alexa T dan Alexa ID. Do we still
ditemukan terutama pada paru hewan coba. need the autopsy? Clinical diagnosis versus
Penelitian in vitro menunjukkan bahwa digesti autopsy diagnosis. Rom J Leg Med 2012; 20:
kolagenase akibat pankreas mengaktifkan enzim 20 307-312
proteolitik pankreas endogen [12]. [4] Nirmalasari, N. Eksistensi pemeriksaan luar
Multipel organ disfungsi yang terjadi pada korban dan pemeriksaan dalam (otopsi) dalam kasus
bisa jadi akibat komplikasi dari DIC [14]. forensik. Yogyakarta: Bagian Kedokteran
Sebagaimana diketahui, DIC mengkibatkan Forensik UGM. 2011
hipoperfusi organ dan menurunkan pengiriman [5] Forensic Medicine. Patterns of sharp force
oksigen ke jaringan akibat adanya gumpalan yang trauma. www.forensicmed.co.uk 2012
menyumbat sehingga mengakibatkan kegagalan [7] McKay, Willlam M. Disseminated
multi organ. Tanda klinis termasuk kardiak akut, Intravascular Coagulation In Pregnancy.
gagal ginjal atau hepar, nekrosis kulit dan tulang, [8] Arch. Intern. Med 2004; 120: 129
acute respiratory distress syndrome (ARDS), [9] Hurst, M. Hematology. In: ebook
dan/atau disfungsi gastrointestinal dan otak [11]. Pathophysiology Review. USA: McGraw-Hill
Adanya disfungsi organ multipel pada kasus ini Companies; 2000. p.280-283
bisa dilihat dari banyaknya kongesti organ, hampir [10] Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, etc.
seluruh organ mengalami kongesti, ditambah lagi Disseminated intravascular coagulation
adanya ikterik dan jendalan dalam jantung. Rekam (chapter 110) in Disorders of Hemostasis (part
medis korban selama perawatan juga mengarah ke 6 section 3). In: HERRN +DUULVRQ¶V 3ULQFLSOHV RI
disfungsi multipel organ, seperti tidak mampunya Internal Medicine. 17th ed. USA: McGraw-Hill
jantung berfungsi dengan baik tanpa adanya Companies; 2008
bantuan obat (vaskon), pemasangan intubasi untuk [11] Prieto M. Disseminated intravascular
bantu nafas, gangguan fungsi hati ditunjukkan coagulation. International Congress Series
dengan ikterik dan peningkatan kadar SGOT dan 2002; 1237: 163±168
SGPT, dan penurunan fungsi ginjal ditunjukkan [12] Mueller MM, Bomke B, dan Seifried E. Fresh
dengan minimnya produksi urin. frozen plasma in patients with disseminated
intravascular coagulation or in patients with
KESIMPULAN liver diseases. Thrombosis Research 2002;
107: S9±S17
Perdarahan yang banyak dapat menimbulkan [13] Mescher, AL. Chapter 16. Organs Associated
komplikasi berupa gangguan pembekuan darah with the Digestive Tract. In: ebook Junqueira's
(DIC) dan disfungsi multi organ. Begitu juga Basic Histology, Twelfth Edition. USA:
trauma yang mengenai organ hati dan pankreas juga McGraw-Hill Companies; 2010
dapat mengakibatkan gangguan pembekuan darah [14] Froberg MK, Leone JP, Jessurun J, dan
(DIC). Dan DIC ini dapat menimbulkan komplikasi Sutherland DER. Fatal disseminated
diantaranya disfungsi multi organ dan kematian. intravascular coagulation after autologous islet
Pada korban kedua faktor pemicu DIC ini ada, yaitu transplantation. In: Human Pathology 1997;
perdarahan yang banyak dan kerusakan organ hati 28: 11: 1295-8
dan pankreas. [15] Ho LWW, Kam PCA, dan Thong CL.
Disseminated intravascular coagulation.
Current Anaesthesia & Critical Care 2005; 16:
DAFTAR PUSTAKA 151±161

[1] Apuranto, H. Luka akibat benda tajam. In:


Apuranto H, Hoediyanto, editors. Buku Ajar
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Edisi ketiga. Surabaya : Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga; 2007. p.32

Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY.Kusparwati Ika Pristianti
Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UGM ± RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
20

You might also like