You are on page 1of 48
— Bab5 —_ Sarana Ilmiah A. BAHASA Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalarn hidup dan kehidupan manusia. Kelaziman tersebut membuat manusia jarang memperhatikan bahasa dan’ meng- anggapnya sebagai suatu hal yang biasa, seperti bernafas dan berjalan. Padahal bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan termasuk yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun, bahwa keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan ber- pikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa.! Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Anima! Symbolicum, yaitu makhluk yang mempergunakan simbol. Secara generik istilah ini mempunyai cakupan yang lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab dalam kegiatan berpikir manusia mempergunakan simbol. 176 Filsafat Ilmu Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada komunikasi. Tanpa komunikasi apakah manusia dapat bersosialisasi, dan apakah manusia layak disebut dengan makhluk sosial? Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan pengetahuan Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa seszorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur. Dengan kemampuan kebahasaan akan terbentang luas cakrawala berpikir seseorang dan tiada batas dunia baginya Hal ini sesuai dengan pernyataan Wittgenstein yang menyata- kan: “batas bahasaku adalah batas duniaku”. Melalui pernyataan ini orang-orang yang berpikir (homo sapiens) akan bertanya dalam diri apa itu bahasa? Apa fungsinya? Bagaimana peran bahasa dalam berpikir ilmiah?. Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertian bahasa. Sudah barang tentu setiap ahli berbeda-beda cara menyampaikannya. Bloch and Trager mengatakan bahwa a language is a system of arbitrary vocal symbols by means of which a social group cooperates (bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol t bunyi yang arbilrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial set yagai alat untuk berkomunikasi),? Senada dengan definisi di atas, Joseph Broam mengatakan bahwa a language is a structured system of arbitrary vocal symbols by means of wich members of social grup interact (Bahasa adalah suatu sister yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain).? Batasan di atas memerlukan sedikit penjelasan agar tidak terjadi salah paham. Oleh kareria itu, perlu diteliti setiap unsur yang terdapat di dalamnya: 1) Simbo -simbol Simbol-simbol berarti things that stand for other things atau sesuatu yang menyatakan sesuatu yang lain. Hubungan antara simbol dan “sesuatu” yang dilambangkannya itu tidak merupakan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya atau sesuatu yang bersifat alamiah, seperti yang terdapat antare awan hitam dan turunnya hujan, ataupun antara tingginya panas badan dan kemungkinan terjadinya infeksi. Awan hitam adalah tanda turunnya hujan; panas suhu badan yang tinggi tanda suatu penyakit. Simbol atau lambang memperoleh fungsi khususnya dari mufakat kelompok atau konvensi sosial, dan tidak mempunyai efek apa pun bagi setiap orang yang tidak mengenal konsensus atau konvensi tersebut. Jika dikatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol- simbol, hal tersebut mengandung makna bahwa ucapan si pemticara dihubungkan secara simbolis dengan objek-objek ataupun kejadian dalam dunia praktis. 2) Simbol-simbol vokal Simbol-simbol yang membangun ujaran tmanisia dj) simbol-simbol vokal, yaitu bunyi-bunyi yang uniter urutar bunyinya dihasilkan dari kerja sama berbagai org in atay tubuh dengan sistem pernapasan. Untuk nemenyh; maksudnya, bunyi-bunyi tersebut haruslah didengar olet orang lain dan harus diartikulasikan sedemikian rupa untul, memudahkan si pendengar untuk merasakannya secara jelas dan berbeda dari yang lainnya. Demikianlah, pada dasarnya ujaran merupakan feno- mena akustik. Dengan kata lain, tidak semua bunyi yang dihasilkan oleh organ-organ vokal manusia rnerupakan simbol-simbol bahasa, lambang-lambang kebahasaan Bersin, batuk, dengkur, dan lain sebagainya, biasanya tide mengandung nilai simbolis, semua itu tidak bermakna a apa di luar mereka sendiri. Hanya apabila bunyi tersebut mempunyai makna konvensional tertentu dalam suatu kelompok sosial tertentu—misalnya apabila batuk-batus kucing diartikan lambang dari rasa hormat atau keadaa yang memalukan—barulah diterima sebagai sejenis status tambahan dalam bahasa masyarakat tersebut. Simbol-simbol vokal arbitrer Istilah arbitrer di sini bermakna “mana suka” dan tidak perlu ada hubungan yang valid secara filosofis antara ucapan lisan dan arti yang dikandungnya, Hal ini akan lebih jelas bagi orang yang mengetahui lebih dari satu bahasa. Misal- nya, untuk menyatakan jenis binatang yang discbut Equus Caballus, orang Inggris menyebutnya horse, orang Perancis cheval, orang Indonesia kuda, dan orang Arab hison. Semua kata ini sama tepatnya, sama arbitrernya. Semuanya adalah konvensi sosial yakni sejenis persetujuan yang tidak diucapkan atau kesepakatan secara diam-diam antara sesama anggota masyarakat yang memberi setiap kata makna tertentu. Suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer. Walaupun hubungan antara bunyi dan arti ternyata bebas dari setiap suara hati nurani, logika atau psikologi, namun kerja sama antara bunyi-bunyi itu sendiri, di dalam bahasa tertentu, ditandai oleh sejumlah konsistensi, ketetapan intern. Misalnya saja, setiap bahasa beroperasi dengan sejumlah bunyi dasar yang terbatas (dan ciri-ciri fonetik lainnya seperti tekanan kata dan intonasi). Dalam beberapa bahasa, bunyi-bunyi tertentu tidak dapat dipakai di awal kata; yang lainnya tidak dapat dipakei atau menduduki posisi di akhir kata. Gabungan bunyi dan urutan bunyi membuktikan betapa pentingnya kriteria kecocokan dan pemolaan yang teratur rapi. Pemolaan ini jelas bersifat intuitif yang merupakan sifat tidak sadar, walauun telah ditelaah para sarjana, diciptakan dan telah dipergunakan oleh manusia yang biasanya tidak sadar akan adanya suatu “sistem berstruktur” yang mendasari ujarar mereka. Yang dipergunakan oleh para anggota sesuatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain. Bagian ini menyatakan hubungan antara bahasa dan masya- rakat. Para ahli sosial menaruh perhatian pada tingkah laku manusia, sejauh tingkah laku tersebut mempengaruhi atau dipengaruhi manusia lainnya. Mereka memandang tingkah laku sosial sebagai tindakan atau aksi yang ditujukan terhadap yang lainnya. Fungsi bahasa memang sangat penting dalam dunia manusia. Dengan bahasa para anggota masyarakat dapat mengadakan interaksi sosial. Telaah mengenai pola-pola interaksi ini merupakan bagian dari ilmu Sosiologi. Fungsi Bahasa Para pakar telah berselisih pendapat dalam hel fungsi bahasa. Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masvarakat kapi. Secara umum dapat dinyatakan bahwa func Walaupun tampak perbedaan, pendapat ini sali: adalah: Ny ap wn Koordinator kegiatan-kegiatan masyarakat. Penetapan pemikiran dan pengungkapan. Penyampaian pikiran dan perasaan. Penyenangan jiwa. Pengurangan kegoncangan jiwa.* Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan sebagainya. 2. Fungsi Requlatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku. 3. Fungsi Interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain. 4. Fungsi Personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran. 5. Fungsi Heuristik: penggunaan bahasa untuk mencapai mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk mem- pelajarinya. 6. Fungsi Imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkap- kan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery seseorang dan dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata). 7. Fungsi Representasional: penggunaan bahasa untuk meng- gambarkan pemikiran dan wawasan serta menyampaikannva pada orang lain.® Kneller rnengemukakan 3 fungsi bahasa sebagaimana yang dikutip oleh Jujun dalam Filsafat Ilmu,, yaitu simbolik, emotif, dan afektif. Fungsi simbolik dan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.® Sedangkan Buhler membedakan fungsi bahasa ke dalam bahasa ekspresif, bahasa konatif, dan bahasa representasional, Bahasa ekspresif, yaitu bahasa yang terarah pada diri sendiri yakni si pembicara; bahasa konatif, yaitu bahasa yang terarah pada lawan bicara; dan bahasa representasional, yaitu bahasa yang terarah pada kenyataan lainnya, yaitu apa saja selain si pembicara atau lawan bicara.” Lebih lanjut, Desmond Morris mengemukakan 4 fungsi bahasa yaitu, (1) information talking, pertukaran keterangan dan informasi, (2) mood talking, hal ini sama dengan fungsi bahasa ekspresif yang dikemukakan oleh Buhler, (3) exploratory talking, sebagai ujaran untuk kepentingan ujaran, sebagaimana fungsi estetis, dan (4) grooming talking, tuturan yang sopan yang maksudnya kerukunan’ melalui percakapan, yakni meng- gunakan bahasa untuk memperlancar proses sosial dan meng- hindari pertentangan.® 2. Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah Untuk dapat berpikir ilmiah, seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah. Dengan menguasai hal tersebut tujuan vang akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai langkah- langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika maternatika, dan statistika ™M.A.K. Halliday dan Ruqaya Hasan, Bahasa Konteks dan Teks. Diterjemahkan ke dalam banasa Indonesia oleh Asruking Ban ee Berbicara masalah sarana ilmiah, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama, sarana ilmiah itu merupakan ilmu dalam pengertian bahwa ia merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah, seperti meng- gunakan pola berpikir induktif dan deduktif dalam mendapat- kan pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah agar dapat melakukan penelaahan ilmiah secara baik.? Dengan demikian, jika hal tersebut dikaitkan dengan berpikir ilmiah, sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan ber- dasarkan metode ilmiah. Sarana berpikir ini juga mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan. Ini disebabkan sarana ini adalah alat bantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.!° Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif. Dengan kata tain, kegiatan berpikir ilmiah ini sangat berkaitan erat dengan bahasa. Meng- gunakan bahasa yang baik dalam berpikir belum tentu men- dapatkan kesirmpulan yang benar apalagi dengan bahasa yang tidak baik dan benar. Premis yang salah akan menghasilkan kesimpulan yang salah juga. Semua itu tidak terlepas dari fungsi bahasa itu sendiri sebagai sarana berpikir. Ketika bahasa disifatkan dengan ilmiah, fungsinya untuk komunikasi disifatkan dengan ilmiah juga, yakni komunikagj ilmiah. Komunikasi ilmiah ini merupakan proses penyampaian informasi berupa pengetahuan. Untuk mencapai komunikasi ilmiah, maka bahasa yang digunakan harus terbebas dari unsur emotif. Di samping itu bahasa ilmiah juga harus bersifat repro- duktif, dengan arti jika si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi berupa “X” misalnya, si pendengar juga harus menerima “X” juga. Hal ini dimaksudkan untuk tidak terjadi kesalahan informasi, di mana suatu informasi berbeda maka proses berpikirnya juga akan berbeda. 3. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Agama Telah diutarakan sebelumnya bahwa bahasa ilmiah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, berbeda dengan bahasa agama. Ada dua pengertian mendasar tentang agama, pertama, bahasa agama adalah kalam terabadikan ke dalam kitab suci. Kedua, bahasa agama meru- pakan ungkapan serta perilaku keagamaan dari seseorany atau sebuah kelompck sosial. Dengan kata lain, bahasa againa dalam konteks kedua ini merupakan wacana keagamaan vang dilaku- kan oleh umat beragama maupun sarjana abli agama, meskipun tidak selalu menunjuk serta menggunakan ungkapan- una! pan kitab suci.!! Walaupun ada perbedaan antara kedua bahasa ini namun keduanya merupakan sarana untuk menyampaikan sesuatu dengan gaya bahasa yang khas. Bahasa ilmiah dalam tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah, selalu dituntut secara deskriptif sehingga memungkinkan pembaca (orang lain) untuk ikut menafsirkan dan mengembangkan lebih jauh. Sedangkan bahasa agama selain menggunakan gaya deskriptif juga menggunakan gaya preskriptif, yakni struktur makna yang dikandung selalu bersifat imperatif dan persuasif di mana pengarang menghendaki si pembaca mengikuti pesan pengarang sebagaimana terformulasikan dalam teks. Dengan kata lain gaya bahasa ini cenderung memerintah.12 Gaya bahasa yang demikian kurang diperkenankan dalam bahasa ilmiah yang tentu tidak mengembangkan pemikiran dan pengertian para pembaca. dJika demikian adanya, apakah bahasa agama yang bergaya demikian tidak baik? Bahasa agama dengan pengertian pertama yang berasal dari Tuhan tidaklah selalu tidak baik, di mana Dia Maha Bijak dalam memilah dan memilih ungkapan dengan tepat dan sesuai dengan ruang, wal.tu, dan objek yang dituju. Dalam bahasa Preskriptif Tuhan, terdapat juga narasi deskriptif dan ungkapan-ungkapan metaforis yang mengundang pemikir- pemikir melakukan perluasan makna dan penafsiran yang lebih luas (hermeneutic) untuk mendekati makna dan tujuan yang dimaksud. Bahasa ilmiah yang nota bene kreasi manusia bagaimanapun indahnya gaya bahasanya dan teraturnya urutan katanya namun tetap akan berhadapan dengan kritik dan saran dari para pembaca. Hal inilah yang sangat berbeda dengan bahasa agama, di mana para jagoan sastra harus mengakui kekalahan mereka jika dihadapkan dengan gaya bahasa agama yang termaktub dalam Alquran. Melihat kemahaan gaya bahasa dalam Alquran ini, maka gaya tersebut tidak termasuk prosa maupun puisi jika ditinjau dari segi disiplin ilmu sastra atau kritik sastra. Hal ini disebabkan bahasa yang terkandung dalam kitab ini lebih menekankan makna yang sanggup menggugah kesadaran batin dan akal budi ketimbang sekedar ungkapan kata yang berbunga-bunga. 3 Dengan demikian, tampaklah kelebihan dan kekurangan antara bahasa ilmiah yang digunakan manusia dalam kegiatan ilmiahnya dengan bahasa agama yang dipesankan Tuhan kepada manusia untuk menyampaikannya. Di sisi lain juga bahasa ilmiah dapat digunakan dalam bahasa agama, baik dalam definisi pertama maupun kedua tetapi bahasa agama tidak selalu dapat digunakan dalam bahasa ilmiah. B. MATEMATIKA Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan matematika, baik matematika ini sangat sederhana hanya untuk menghitung satu, dua, tiga, maupun yang sampai sangat rumit, misalnya perhitungan antariksa. Demikian pula ilmu-ilmu pengetahuan, semuanya sudah mempergunakan matematika, baik matematika sebagai pengem- bangan aljabar maupun statistik. Philosophy modern juga tidak akan tepat bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Banyak sekali ilmu-ilmu sosial sudah memper- gunakan matematika sebagai sosiometri, psychometri, econometr:, dan seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.!4 Berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tentu saja tidak lepas dari usaha para ilmuwan dalam mengem- bangkannya, maka dalam hal ini akan dibahas tentang mate- matika sebagai salah satu sarana kegiatan ilmiah. Pembahasan- nya meliputi sarana berpikir ilmiah, matematika sebagai bahasa, matematika sebagai sarana berpikir deduktif, dan matematika untuk ilmu alam dan ilmu sosial. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara lebih baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya_ penelaahan ilmiah secara teratur dan cermet. Penguasaan sarana berpikir ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Sarana berpikir ini pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh karena itu, maka sebelum kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah seyogianya kita menguasai iangkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakikat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat vang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, atau dengan perkataan lain sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh. }$ Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyam- paikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Dengan demikian, penalaran ilmiah menyadarkan kita kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif.1¢ : 1. Matematika Sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru Mmempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus- rurnus yang mati.!” Bahase verbal mempunyai beberapa kekurangan. Untuk iengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa verbal, kita berpaling kepada matematika. Dalam hal ini kita katakan bahwa matematika adalah bahasa yang berusaha untuk meng- hilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika yang dibuat secara artifisial dan individual yang merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang kita kaji. Sebuah objek yang kita telaah dapat kita lambangkan dengan apa saja sesuai dengan perjanjian kita. Umpamanya kita sedang mempelajari “kecepatan jalan kaki seorang anak”, maka objek “kecepatan jalan kaki seorang anak” tersebut dapat kita lambangkan dengan X. Dalam hal ini hanya mempunyai satu arti, yakni “kecepatan jalan kaki seorang arak”. Lambang matematika yang berlambang X ini kiranya mempunyai arti yang jelas, yakni “kecepatan jalan kaki seorang anak”. Di samping itu lambang X tidak bersifat majemuk sebab X hanya melambangkan “kecepatan jalan kaki seorang anak” dan tidak mempunyai pengertian yang lain. Jika kita hubungkan “kecepatan jalan kaki seorang anak” dengan obiek lain, umpamanya “jarak yang ditempuh seorang anak” (yang kita lambangkan dengan Y) maka kita dapat melambangkan hubungan “ersebut sebagai Z = Y/X, di mana Z melambangkan “waktu ber’alan kaki seorang anak”. Pernyataan Z = Y/X kiranya jelas tidak mempunyai konotasi emosional dan hanya mengemukakan informasi mengenai hubungan antara X, Y, dan Z. Dalam hal ini pernyataan matematika mempunyai sifat yang jelas, spesifik, dar informatif dengan tidak menimbulkan konotasi yang tidak be: ..fa emosiona!. Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dalam bahasa verbal, bila kita membandingkan dua objek yang berlainan, umpamanya gajah dan semut maka kita hanya bisa mengatakan gajah lebih besar dari semut. Kalau kita ingin menelusuri lebih lanjut seberapa besar gajah dibandingkan dengan semut maka kita mengalami kesukaran dalam menge- mukakan hubungan itu. Kemudian jika sekiranya kita ingin mengetahui secara eksak berapa besar gajah bila dibandingkan dengan semut, dengan bahasa verbal kita tidak dapat mengata- kan apa-apa. Bahasa verbal hanya mampu mengatakan pernyataan yang bersifat kualitatif. Demikian juga maka penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh ilmu bahasa verbal semuanya bersifat kualitatif. Kita bisa mengetahui bahwa logam mulia kalau dipanaskan akan memanjang. Namun pengertian kita hanya sampai di situ. Kita tidak bisa mengatakan dengan tepat berapa besar pertambahan panjangnya. Penjelasan dan ramalan yang diberikan oleh bahasa verbal tidak bersifat eksak sehingga, menyebabkan daya prediktif dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat. Untuk mengatasi masalah ini, kita mengembangkan konsep pengukuran. Lewat pengukuran kita dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang sebatang logam, dan berapa pertambahan panjangnya kalau logam itu dipanaskan. Dengan mengetahui hal ini, maka pernyataan ilmiah yang merupakan pernvataan kualitatif “sebatang logam kalau dipanaskan akan memanjang” dapat diganti dengan pernyataan matematika yang lebih eksak, umpamanva: Pt= Po (1+ 2 t), di mana Pt merupakan panjang logam tersebut pada temperatur nol dan x merupakan koefisien pemuaian logam tersebut. Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif den kontrol dari ilmu. IImu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif. Perkembangan ini merupakan suatu hal yang imperatif bila kita menghendaki daya prediksi dan kontrol yang iebih tepat dan cermat dari ilmu.?? 2. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Deduktif Matematika merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari atas pengalaman seperti halnya yang terdapat di dalam ilms-ilmu empirik. melainkan didasarkan atas deduksi- deduksi (penjabaran-penjabaran). Bagaimana orang dapat secara tepat mengetahui ciri-ciri deduksi, merupakan satu masalah pokok yang dihadapi oleh filsafat ilmu. Dewasa ini pendirian yang paling banyak dianut orang bahwa deduksi ialah penalarar. yang sesuai dengan hukum-hukum serta aturan- aturan logika formal, dalam hal ini orang menganggap tidaklah mungkin titik tolak yang benar menghasilkan kesimpulan- kesimpulan yang tidak benar.?° Matematika merupakan pengetahuan dan sarana berpikir deduktif. Bahasa yang digunakan adalah bahasz artifisial, yakni bahasa buatan. Keistimewaan bahasa ini adalah terbebas dari aspek emotif dan afektif serta jelas kelihatan bentuk hubungannya. Matematika lebih mementingkan bentuk logis- nya. Pernyataan-pernyataannya mempunyai sifat yang jelas. Pola berpikir deduktif banyak digunakan baik dalam bidang ilmiah maupun bidang lain yang merupakan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Misalnya: jika diketahui A termasuk dalam lingkungan B, sedangkan B tidak ada hubungan dengan C, maka A tidak ada hubungan dengan C. Kebenaran kesimpulan di atas ini ditentukan bagaimana hubungan antara dua pernyataan sebelumnya. Pola penalaran ini tampaknya akan lebih jelas lagi jika dinyatakan dengan bahasa simbolik sebagai berikut: (A C B) A (B @ C) » (A.0 B). Dengan contoh ini matematika bukan saja menvampaikan informasi secara jelas namun juga singkat.2! Cara berpikir yang diiakukan di atas adalah deduksi, Dalam semua pemikiran deduktif, maka kesimpulan vang ditarik merupakan konsekuensi logis dari fakta-fakta yang mendasari- nya. Kesimpulan yang ditarik tak usah diragukan lagi. Dalam penalaran deduktif, bentuk Penyimpulan yang banyak digunakan adalah sister silogisme, dan bahkan silogisme ini disebut juga sebagai perwujud an pemikiran deduktif yang sempurna. ~~ 3. Matermartka untuk Ilmu Alam dan Ilmu Sosial Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Di samping pengetahuan mengenai matematika itu sendiri. matematika juga memberikan bahasa, proses, dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan. Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan berbagai rmacam ilmu pengetahuan. Penghitungan matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik, metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi bahkan pemikiran matematis dapat memberikan warna kepada kegiatan arsitektur dan seni lukis.?4 Dalam perkembangan ilmu pengetahuan aiam matematika memberikan kontribusi yang cukup besar. Kontribusi matematika dalam perkembangan ilmu alam, lebih ditandai dengan peng- gunaan lembang-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, di samping hal lain seperti bahasa, metode, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan objek ilmu alam, yaitu gejala-gejala alam yang dapat diamati dan dilakukan penelaahan yang berulang-ulang. Berbeda dengan ilmu sosial yang memiliki objek penelaahan yang kompleks dan sulit dalam melakukan pengamatan, di samping objek penelaahan yang tak berulang maka kontribusi ratematika tidak mengutamakan pada lambang-larmbang bilar jar . Adapun ilmu-ilmu sosial dapat ditandai oleh kenyataan bahwa kebanyakan dari masalah yang dihadapinya tidak rnempunyai pengukuran yang mempergunakan bilangan dan pengertian tentang ruang adalah sama sekali tidak relevan. Marilah kita lihat mengapa seorang ilmuwan menggunakan model matematis. Pertama, karena bahasa matematika merupakan suatu cara yang mudah dalam memformulasikan hipotesa keilmuan. Cara ini memaksa ahli teori dalam berbagai ilmu untuk memformulasikan hipotesanya dalam bentuk yang persis dan jelas. Juga hal ini akan memaksa dia untuk menang- galkan perincian yang tidak penting. Sekali model itu difor- mulasikan dalam suatu bentuk yang abstrak, maka dia merupa- kan cabang dari matematika. Kita akan mempelajari sebuah kelompok sosial dengan informasi tertentu mengenai perasaan suka dan tidak suka di antara pasangan manusia. Sebuah grafik adalah suatu bahasa matematis yang mudah di mana kita dapat mengemukakan struktur semacam itu. Sebuah grafik didefinisikan sebagai sekumpulan titik dengan garis-garis yang menghubungkan beberapa pasang titik, meskipun tidak usah semuanya titik ini dihubungkan satu sama lain. Kita akan memakai tanda panah pada beberapa garis tersebut yang mencirikan arah, di mana dalam hal ini kita sebut grafik yang berarah. Kita juga akan menggunakan tanda plus dan minus pada beberapa garis ini yang kita sebut grafik yang bertanda. Jika individu A dan B digambarkan dengan dua titik, maka sebuah panah dari A ke B dengan sebuah tanda plus berarti bahwa A menyukai B, dan panah dengan tanda minus berarti A membenci B. Jika tak terdapat panah dari A ke B maka A adalah tidak mempunyai perasaan apa-apa (netral) terhadap B. (lihat gambar) A+B AB A-B = a Gambar 1 Dalam masalah yang sedang diselidiki kita tertarik pada kondisi-kondisi di mana suatu kelompok sosial berada di dalam suatu “keseimbangan”. Jika A menyukai, B, tetapi B tidak menyukai A, terdapat suatu keadaan yang tidak seimbang. Kondisi yang pertama bagi keseimbangan adalah bahwa hubungan B terhadap A harus sama dengan hubungan A terhadap 8. Oleh sebab itu, kita tidak perlu menggunakan grafik yang berarah di mana yang bertanda sudah memenuhi syarat. Grafik ini yang tidak memiliki tanda panah di ujung garis adalah sesuai untuk hubungan yang bersifat simetris. B B + + + + al ae c ic (a) (b) B B /\ Sf + / a - V, afZ__- \c A c (c) d) ( Gambar 2 memperlihatkan grafik bertanda yang my i uat bagi tiga orang di mana tak seorang pun bersifat a satu terhadap yang lain. Pada (a) di mana setiap orang menyukai setiap orang lainnya, kelompok sosial adalah seimbang. Pada (b) di mana individu B menyukai kedua individu lainnya, tetapi kedua individu ini saling tidak menyukai satu sama lain, terda- patlah satu situasi yang tidak seimbang. Pada (c) A dan B menyuka: satu sama lain dan masing-masing tidak menyukai individu ketiga. Ini merupaken suatu situasi yang tidak seimbang. Grafik (d) merunjukkan suatu situasi di mana setiap orang tidak menyukai yang lainnya. Ini mungkin dapat dipertimbangkan sebagai tidak seimbang karena mungkin terjadi tekanan- tekanan yang kuat terhadap sepasang individu untuk mem- bentuk suatu koalisi terhadap individu ketiga..Dari grafik itu terlihat bahwa grafik dengan jumlah tanda minus yang genap adalah seimbang dan grafik dengan tanda minus yang ganjil adalah tidak seimbang. 7 aibi Teorema ini mempunyai suatu penerapan yang amat menarik dalam ilmu politik. Umpamakan bahwa kita memiliki suatu institusi politik di mana anggotanya satu sama lain saling menyukai, tidak menyukai atau netral. Atau jika kita suka kita dapat mengganti kata menyukai dengan “kemampuan untuk seirama secara politis”. Katakanlah mungkin untuk membentuk suatu stuktur dengan dua partai pada institusi politik tersebut. Jika terdapat suatu metode yang dapat membagi anggota institusi politik tersebut menjadi dua partai sedemikian rupa, sehingga setiap anggota hanya menyukai anggota-anggota dari partainya sendiri dan tidak menyukai anggota-anggota dari partai yang lain. Atau dengan penafsiran yang lain, jika setiap ‘NGgOla seirama secara politis dengan rekan-rekan separtainya dan tidak seirama dengan anggota-anggota partai yang lain, maka teorema struktur mengemukakan bahwa suatu institusi politik adalah seimbang jika, dan hanya jika, membentuk suatu struktur dua partai di dalamnya. Hasil ini yang mungkin mengejutkan para ahli pengetahuan sosial, namun merupakan suatu contoh yang baik tentang sumbangan ahli matematika murni yang memberikan suatu dalil yang berguna.?5 C. STATISTIK 1. Pengertian Statistik Pada rnulanya, kata statistik diartikan sebagai keterangan- keterangan yang dibutuhkan oleh negara dan berguna bagi negara.*© Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris), yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara”. Namun pada perkembangan selanjut- nya, arti kata statistik hanya dibatasi pada kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) saja.*’ Namun kamus bahasa Inggris kita akan menjumpai kata statistics dan kata statistic. Kedua kata itu mempunyai arti yang berbeda. Kata statistics artinya ilmu statistik, sedang kata statistic diartikan sebagai ukuran yang diperoleh atau berasal dari sample. yang berarti ukuran yang diperoleh atau berasal dari populasi. Ditinjau dari segi terminologi, dewasa ini istilah statistik terkandung berbagai macam pengertian.”* Pertama, istilah statistik kadang diberi pengertian sebagai data statistik, yaitu kumpulan bahan keterangan berupa angka atau bilangan. Kedua, sebagai kegiatan statistik atau kegiatan perstatistixan atau kegiatan penstatistikan. Ketiga, kadang juga dimaksudkan sebagai metode statistix. yaitu cara-cara tertentu yang perlu ditempuh dalam rangka mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyaj! menganalisis, dan memberikan interpretasi terhadap sekur bahan keterangan yang berupa angka itu dapat berbicara atau dapat memberikan pengertian makna tertentu. Keempat, istilah statistik dewasa ini juga dapat diberi qi 7 . hi pengertian sebagai “ilmu statistik”. IImu statistik tidak lain adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan memperkembongkan secara ilmiah tahap-tahap yang ada dalam kegiatan statistik. lo Persada, 27Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (RajaGratin. T1peveteh 1006) hlm 1 Dengan ungkapan lain, ilmu statistik adalah ilmu pengetahuan yang membahas (mempelajari) dan memperkembangkan prinsip-prinsip, metode dan prosedur yang perlu ditempuh atau dipergunakan dalam rangka: (1) pengumpulan data angka, (2) penyusunan atau pengaturan data angka, (3) penyajian atau penggambaran atau pelukisan data angka, (4) penganalisisan terhadap data angka, (5) penarikan kesimpulan (conclusion), (6) pembuatan perkiraan (estimation), serta (7) penyusunan ramalan (prediction) secara ilmiah (dalam hal ini secara matematik) atas dasar pengumpulan data angka tersebut.?? Dalam kamus ilmiah populer, kata statistik berarti tabel, grafik, daftar informasi, angka-angka, informasi. Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan, analisis, dan klasifikasi data, angka sebagai dasar untuk induksi.°° Jadi statistika merupakan sekumpulan metode untuk mem- buat keputusan yang bijaksana dalam keadaan yang tidak menentu. 2. Sejarah Perkembangan Statistik Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan Eropa dalam Abad Per- tengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljalar yang dikembangkan sarjana Muslim, namun bukan dalam lingkup teori peluang. Begitu dasar-dasar peluang ini dirumuskan, maka dengan cepat bidang telaahan ini berkembang Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Abraham Demoitre (1667-1754) mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theory of error). Pada tahun 1757 Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat sesuatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution) dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. Pierre Simon de Laplace (1749-1827) mengem- bangkan konsep Dernoivre dan Simpson ini lebih lanjut dan menemukan distribusi normal sebuah konsep mungkin paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika di samping teori peluang. Distribusi lain, yang tidak berupa kurva normal, kemudian ditemukan Francis Galton (1822-1911) dan Karl Pearson (1857-1936).3! Teknik kuadrat terkecil (least squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (the standard error of the mean) dikembangkan Kar! Friedrich Gauss (1777-1855). Pearson melanjutkan konsep-konsep Galton dan mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi, chi-kuadrat, dan analisis statistika untuk data kualitatif Pearson menulis buku The Grammar of Science sebuah karya klasik dalam filsafat ilmu. Willam Searly Gosset, yang terkenal dengan nama samaran “Student”, mengembangkan konsep tentang pengambilan contoh. Desigent Experiment dikembangkan oleh Ronald Alylmer Fisher (1890-1962) di samping analisis varians dan covarians, distribusi -z, distribusi -t, uji signifikan dan teori tentang perkiraan (theory of estimation).32 Demikianlah, statistika yang relatif sangat muda diban- dingkan dengan matematika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen, dilakukan lebih cermat dan teliti dengan mempergunakan teknik- teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan. Di Indonesia sendiri kegiatan dalam bidang penelitian sangat meningkat, baik kegiatan akademik maupun pengambilan keputusan telah memberikan momentum yang baik untuk pen- didikan statistika. Dengan memasyarakatnya berpikir secara ilmiah tidak terlalu berlebihan apa yang dikatakan oleh HLM. G. Welles bahwa setiap hari berpikir statistik akan merupakan keharusan bagi manusia seperti juga membaca dan menulis.*° 3. Hubungan Antara Sarana Ilmiah Bahasa, Logika, Matematika, dan Statiska Sebacaimana telah dibahas sebelumnya, agar dapat melaku- kan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan sarana yang beruna bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat kornuikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.™ Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungas antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan _ statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.°> Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan ‘erat satu sama lain. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu dan penge- tahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, maka seseorang tidak dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan teratur. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang mem- buahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika dapat didefinisikan sebagai.“pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, di antaranya, penarikan kesimpulan dengan cara logila induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannva dengan penarikan kesirnpulan dari kasus-kasus individual nyaia menjadi kesimpulan umum. Sedangkan logika deduktif membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.3¢ Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang Khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Umpamanya kita mempunvyai fakta bahwa kerbau mempunyai mata, lembu mempunvai mata, harimau mempunyai mata, dan gajah mempunyai mata. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum bahwa semua binatang mempunyai mata. Ada dua keuntungan dari kesimpulan ini. Keuntungan pertama, bersifat ekonomis dan keuntungan kedua, adalah dinvuingkinkannya proses penalaran baik secara induktif maupun cara deduktif. Statistika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir induktif tersebut. Deduksi adalah sebaliknya, cara berpikir di mana dari pernyataan yang ‘bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Contohnya, semua makhluk mempunyai mata (premis mayor), si Polan adalah seorang makhluk (premis minor), jadi si Polan mempunyai mata (kesimpulan). Kesimpuian ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif. Matematil'a juga merupakan bahasa yang melambangkan serangkaiai makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. 4. Tujuan Pengumpuian Data Statistik: Tujuar dari pengumulan data statisti can. lua golongan besar, yar tujuan kegiatan praktis dan kegiatan keilmuan. Kedua tujuan sebenarnya tidak mempunyai perbedaan yang hakiki karena kegiatan keilmuan merupakan dasar dari kegiatan praktis. Dalam bidang statistika, perbedaan yang penting dari kedua kegiatan ini dibentuk oleh kenvataan bahwa dalam kegiatan praktis hakikat alternatif yang sedang dipertimbangkan telah diketahui, paling tidak secara prinsip, di mana konsekuensi dalam memilih salah satu dari alternatif tersebut dapat dievaluasi berdasarkan serangkaian perkembangan yang akan terjadi. Di pihak lain kegiatan statistika dalam bidang keilmuan diterapkan pada pengambilan suatu keputusan yang konsekuensinya sama sekali belum diketahui. Dengan demikian, konsekuensi dalam melaku kan kesalahan (yang merupakan pertimbangan penting dalam mengambil suatu kesimpulan) dapat diketahui secara ein past dalam kegiatan praktis dibandingkan dengan keg: t Walaupun begitu, kegiatan perbedaan ini hanya > bukan merupakan suatu perbedaan yang hak.s ca dan Cara Berpikir Indukt} nu secara sederhana dapat didetinisika sn yang telah teruji kebenarannya. Semua pe ai faktual, di mana konsek nya da n jalan mempergunakan pancaindera lat-alat yang membantu pancaindera t piris merupakan salal yang meribedakan ilmu dar Kalau kita telaah lebih { proses pengumpulan data \ yan diajukan. Sekiranya hipot« 1 { | stactakta mpins maka pernyataan hipotesis tersebut diterima atau disahkan kebenarannya. Sebaliknya jika hipotesis tersebut bertentangan dengan kenyataan, hipotesis itu ditolak. Pengujian mengharuskan kita untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Umpamanya, jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata anak umur sepuluh tahun di sebuah tempat, nilai tinggi rata-rata yang dimaksudkan itu merupakan sebuah kesimpulan umum yang ditarik dalam kasus-kasus anak umur sepuluh tahun di tempat itu. Jadi dalam hal ini kita menarik kesimpulan berdasarkan logika induktif. Di pihak lain, penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan mempergunakan deduksi. Kedua pena- rikan kesirnpulan ini tidak sama dan tidak boleh dicampuraduk- kan. Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan, sedangkan logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika merupakan pengetahuen untuk melakukan penarikan kesimpulan induktif a 37 secara lebih seksam: Kesimpulan yang ditarik dalam penalaran deduktif adalah benar jika premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah. Sedangkan dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah, maka kesimpulan itu belum tentu benar. Tani kesimpulan itu mempunyai peluang untuk benar. Pengambilan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang kita hadapi. Dalam hal ini statistika memberikan jalan keluar untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yakni makin besar contoh yang diambil, maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Sebaliknya makin sedikit contoh yang diambil, maka makin rendah pula tingkat ketelitiannye.*® Statistika juga memberikan contoh kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Dalam hal ini statistika berfungsi meningkatkan ketelitian pengamatan kita dalam menarik kesimpulan dengan jalan menghindarkan semua yang bersifat kebetulan. Terlepas dari itu semua dalam hal penarikan kesim- pulan secara induktif kekeliruan memang tidak bisa dihindarkan Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah, statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan. menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan terjadi secara kebetulan.? 6. Peranan Statistika dalam Tahap-tahap Metode Keilmuan Statistika bukan merupakan sekumpulan pengetahuan mengenai objek tertentu melainkan merupakan sckumpulan inctode dalam memperoleh pengetahuan. Metode keilmuan, sejauh apa yang menyangkut metode, sebenarnya tak lebih dari apa yang dilakukan seseorang dalam mempergunakan pikiran- nya, tanpa ada sesuatu pun yang membatasinya. Walaupun begitu, sangat menolong untuk mengenal langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam kegiatan keilmuan yang dapat dirinci sebagai berikut:*° 1. Observasi. Ilmuwan melakukan observasi mengenai apa yang terjadi, mengumpulkan dan mempelajari fakta yang berhubungan dengan masalah yang sedang diselidikinya. Peranan statistika dalam hal ini, statistika dapat menge- mukakan secara terperinci tentang analisis mana yang akan dipakai dalam observasi dan tafsiran apa yang akan dihasilkan dari observasi tersebut. Tafsiran ini akan menitikberatkan pada tingkat kepercayaan kesimpulan yang ditarik dari berbagai kemungkinan dalam membuat kesalahan.*? 2. Hipotesis. Untuk menerangkan fakta yang diobservasi, dugaan yang sudah ada dirumuskan dalam sebuah hipotesis, atau tori, yang menggambarkan sebuah pola, yang menurut anggapan ditemukan dalam data tersebut. Dalam tahap kedua ini, statistika membantu kita dalam mengklasifikasi- kan, mengikhtisarkan, dan menyajikan hasil observasi dalam bentuk yang dapat dipahami' dan memudahkan kita dalam mengembangkan hipotesis. Cabang statistika yang berhubungan dalam hal ini dinamakan statistika deskriptif (yang berlainan dengan statistika analitis), yakni cabang statistika yang mencakup berbagai metode dalam meren- canakan observasi, analisis, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah.‘? Ramalan. Dari hipotesis atau teori dikembangkanlah deduksi. Jika teori yang dikemukakan itu memenuhi syarat deduksi akan merupakan sesuatu pengetahuan baru, yang belum diketahui sebelumnya secara empiris, tetapi dideduksikan dari teori. Nilai dari suatu teori tergantung dari kemampuan ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru tersebut. Fakta baru ini disebut ramalan, bukan dalam pengertian menuju hari depan, namun menduga apa yang akan terjadi berdasarkan syarat-syarat tertentu. Pengujian Kebenaran. Ilmuwan lalu mengumpulkan fakta untuk menguji kebenaran ramalan yang dikembangkan dari teori. Mulai dari tahap ini, keseluruhan tahap-tahap sebelum- nya berulang seperti sebuah siklus. Jika teorinya didukung sebuah data, teori tersebut mengalami pengujian dengan lebih berat, dengan jalan membuat ramalan yang lebih spesifik dan mempunyai jangkauan lebih jauh, di mana rarnalan ini kebenarannya diuji kembali sampai akhirnya ilmuwan tersebut menemukan beberapa penyimpangan yang memerlukan beberapa perubahan dalam teorinya. Sebaliknya, jika dikemukakan bertentangan dengan fakta, ilmuwan tersebut rmenyusun hipotesis baru yang sesuai dengan fakta-fakta yang telah dia kumpulkan. Kemudian ‘poles s baru tersebut kembali diuji kebenarannya lewat langkeh perjanjian” seterusnya. Tidak ada kebenaran yang bersifat akhir dalam ilmu. Kegagalan dalam menolak hipotes s akan mempertebal keyakinan kita pada hipotesis tersebu', sebab tak ada dengan proses pengujian berapapun jumlahnya justru membuktikan bahwa hipotesis itu akan selalu benar. Dalam tahap ini sebuah hipotesis dianggap teruji kebenar- annye jika ramalan yang dihasilkan berupa fakta. Kadang-kadang dalam ilmu-ilmu alam, proses pengujian dapat dipercepat dengan jalan melakukan percobaan, Walaupun begitu, sering terjadi bahwa suatu ramalan baru teruji setelah lama menunggu, apakah ramalan itu memang terjadi. Misalnya, ramalan tentang kejadian dalam ilmu astronomi atau kejadian medis yang akan menimpa manusia andai kata terjadi malapetaka. Statistika adalah relevan dalam kedua keadaan tersebut karena masalah yang pokok adalah menentukan apakah data yang diobservasi itu sesuai dengan ramalan atau tidak.*? Penalaran konsep statistika modern telah memberikan arti yang pasti kepada pengujian kebenaran sebuah hipotesis. Sebuah hipotesis telah sah teruji bila pengaruh unsur kebetulan dalam pembuktian telah ditafsirkan dengan benar. Prosedur statistika memperhitungkan secara objektif penafsiran yang tidak benar dalam nilai-nilai peluang, atau dengan perkataan lain, memperhitungkan risiko dari suatu kesimpulan yang salah.*# Dalam kegiatan keilmuan yang sebenarnya, keempat langkah ini jalin-menjalin sedemikian eratnya, sehingga sukar uniuk menggambarkan perkembangan suatu penyelidikan keilmuan dengan skema kita yang kaku tersebut. Untuk menge- tahui fakta apa yang harus dikumpulkan, seseorang harus mempunyai hipotesis tentang fakta apa yang ada hubungan- nya dengan masalah yang sedang ditelaah. Hipotesis sernacam ini didasarkan pada pengetahuan yang bersifat ernpiris, demikian seterusnya. Walaupun begitu, keempat tahap ini sangat membantu dalam memfokuskan diskusi tentang metode keilmuan. 7. Penerapan Statistika Metode statistika secara meningkat makin sering diper- gunakan dalam kegiatan niaga. Salah satu unsur yang umumnya dihadapi oleh para manajer adalah keharusan untuk meng- ambil keputusan dalam keadaan yang tidak tentu. Stati diterapkan secara luas dalam hampir semua pengambil keputusan dalam bidang manajemen. Statistika citer dalam penelitian pasar, penelitian produksi, kebijakse penanarnan modal, kontrol kualitas, seleksi pegawai, ke: percobaan industri, ramalan ekonomi, auditing, pemilthan risikc dalam pembcrian kredit, dan masih banyak lagi Gerakan scientific management dalam abad ini secara khusus menitih- beratkan kepada perlunya mengumpulkan takta tersebut secara berhati-hati, seperti yang dilakukan oleh salah satu cabangnya yang bernama operation research." Pomer:ntah telah lama mengumpulkan dan menafsirkan data yang berhubungan dengan kepentingan bernegara, umpa- manya data mengenai penduduk, pajak, kekayaan, dan perdagangan luar negeri. Penelitian di bidang ilmu-ilmu sosial makin lama makin mendasarkan diri kepada statistika. Survei yang berdasarkan pengambilan contoh (sample) mampu memberikan informasi tentang berbagai hal dengan ongkos yang cukup murah, seperti besarnya penghasilan dan tabungan, sikap masyarakat terhadap nuklir, pengaruh televisi terhadap kehidupan keluarga, dan masih banyak lagi. Pengertian tentang kepribadian manusia diperoleh dari analisis statistik tes psikologis, data berbagai percobaan. Ahli purbakala telah menggunakan statistika dalam menggabungkan gambar dari pecahan periuk yang digali dari dalam tanah. Pemakaian model matematis yang kian meningkat (yakni teori yang diformulasikan dalam matematika) dalam menerangkan perilaku sosia! menimbulkan minat yang khusus terhadap teknik-teknik statistika yang dapat menguji sah atau tidaknya model-model tersebut.*® Permintaan terhadap penelitian di bidang biologi tertentu, umpamanya anthropometri, agronomi, dan genetika, membawa kelahiran baru bagi statistika pada permulaan abad kedua puluh ini: Penerapan metode statistika dalam bidang opini terus- menerus terkembang. Kemajuan di bidang genetika, sangat berhubungan erat dengan perkembangan statistika.47 Ilmu-ilmu alam—terutama astronomi, geologi, dan fisika—adalah salah satu dari bidang-bidang keilmuan di mana metode statistika untuk pertama kali dikembangkan dan diterapkan. Dalam bidang-bidang humaniora, umpamanya sejarah, kesusastraan, musik, dan filosofi, pemakaian metode statistika adalah tidak biasa. Walaupun begitu, mulai tampak dalam bidang- bidang ini pun makin sering menemukan penerapan yang berarti Seorang ahli sejarah yang modern, umpamanya, dapat memper- gunakan bukti yang berupa studi tentang sikap di samping data yang bersifat impresionistik dalam mencirikan opini publik.4® Contoh tentang berbagai penerapan statistika di atas tidak dapat mencakup semua hal, namun semoga dapat memberikan gambaran mengenai kemungkinan berbagai penerapan dari metode dan konsep dasar statistika. Singkatnya statistika adalah alat yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam penelaahan secara empiris hampir di semua bidang. Meskipun perincian teknis dari teknik statistika yang dipergunakan dalam tiap bidang dan masalah itu berbeda namun pendekatan’ dasarnya adalah sama. Walaupun pendekatan dasarnya adalah sama, namun konsep dasar itu harus disesuaikan dengan masalah konkret yang dihadapi. D. LOGIKA Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu. Tidak hanya de facto, menurut kenyataannya kita sering berpikir, secara de jure. Berpikir tidak dapat dijalankan semau- maunya. Realitas begitu banyak jenis dan macamnya, maka erpikir inembutuhkan jenis-jenis pemikiran yang sesuai. Pikiran diikat oleh hakikat dan struktur tertentu, kendati hingga kini belum seluruhnya terungkap. Pikiran kita tunduk kepada hukum-hukum tertentu. : Memang sebagai perlengkapan ontologisme, pikiran kita dapat bekerja secara spontan, alami, dan dapat menyelesaikan fungsinya dengan baik, lebih-lebih dalam hal yang biasa, sederhana, dan jelas. Namun, tidak demikianlah halnya apabila menghadapi bahan yang sulit, berliku-liku dan apabila harus mengadakan pemikiran yang panjang dan sulit sebelum mencapai xesimpulan. Dalam situasi seperti ini dibutuhkan adanya yang formal, pengertian yang sadar akan hukum-hukum pikiran beserta mekanismenya secara eksplisit. Maksudnya hukum-hukum pikiran beserta mekanisme dapat digunakan secara sadar dalam mengontrol perjalanan pikiran yang sulit dan panjang itu. I. Aturan Cara Berpikir yang Benar Kondisi adalah hal-hal yang harus ada supaya sesuatu dapat terwujud, dapat terlaksana. Untuk berpikir baik, yakni berpikir benar, logis-dialektis, juga dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu:*? a. Mencintai kebenaran Sikap ini sangat fundamental untuk berpikir yang baik, sebab sikap ini senantiasa menggerakkan si pemikir untuk mencari, mengusut, meningkatkan mutu penalarannya; menggerak- kan si pemikir untuk senantiasa mewaspadai “ruh-ruh” yang akan menyelewengkannya dari yang benar. Misalnya, menye- derhanakan kenyataan, menyempitkan cakrawala/ perspektif, berpikir terkotak-kotak, memutlakan titik berdiri atau suatu profil, dan sebagainya. Cinta terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan, jauh dari takut sulit. dan jauh dari kecerobohan) serta diwujudkan dalam kejujuran, yakni disposisi atau sikap kejiwaan (dan pikiran) yang selalu siap sedia menerima kebenaran meskipun berlawanan dengan prasangka dan keinginan/ kecendrungan pribadi atau golongannya. Waspadailah kecenderungan manusia untuk selalu siap sedia menerima sesuatu sebagai benar hal yang dikehendakinya sebagai benar. Kewajiban mencari kebenaran adalah tuntutan intrinsik manusia untuk merealisasikan manusia menurut tuntunan keluhuran keinsaniannya. Oleh karena itulah, kepicikan apalagi kesenjangan penyempitan perspektif, hakikatnya tidak sesuai dengan keluhuran insani. Hak mencari kebenaran mencakup juga kewajiban patuh pada kebenaran-kebenaran yang ditemukan oleh orang lain. Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir. Seluruh aktivitas intelek kita adalah suatu usaha terus: menerus mengejar kebenaran yang diselingi dengan diperolehnya pengetahuan tentang kebenaran tetapi parsial sifatnya. Andaikata intelek kita intuitif, pada setiap langkah, kita dapat melihat kebenaran secara langsung tana terlebih dahulu memburunya melalui proses yang berbelit: belit dan banyak seluk-beluknya. Pada taraf hidup kita di dunia ini, sifat intelek kita diskursif, dan hanya dalam beberapa hal agak sedikit intuitif. Karena untuk mencapai kebenaran, kita harus bergerak melalui berbagai macam langkah dan kegiatan. Penting bagi kita untuk mengetahui betul semuanya itu supaya dapat melaksanakannya dengan tepat dan seksama. Ketabuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda katakan Pikiran diungkapkan ke dalam kata-kata. Kecermatan pikiran terungkap ke dalam kecermatan kata-kata. Karenanya kecermatan ungkapan pikiran ke dalam kata merupakan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi. Anda senantiasa perlu menguasai ungkapan pikiran ke dalam kata tersebut, baik yang eksplisit maupun yang implisit. Harus menge- tahui dengan betul dan seksama mengenai isi (komprehensif), lingkungan (ekstensi), arti fungsional (suposisi) dan istilah (term) yang digunakan, karena istilah merupakan unsur konstitutif penalaran. Ketidaktertiban dalam istilah yang digunakan akan berakibat dalam ketertiban dalam penalaran., Waspadalah terhadap term-term ekuivokal (bentuk sama, tetapi arti berbeda), analogis (bentuk sama, tetapi arti sebagian sama sebagian berbeda). Ketahuilah pula perbedaan kecil arti (nuansa) dari hal-hal yang Anda katakan. Identifikasi dan lokalisasi arti tambahan (konotasi) suatu term. Perlu selalu diperhatikan ampliasi (pembe- saran suposisi), restriksi (pengecilan suposisi), alienasi (perluasan suposisi), dan apelasi (pembatasan suposisi). Senantiasa kejarlah univokalitas (kesamaan bentuk, kesamaan arti) devi term-term yang “‘p2"..1. Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian ‘klasifikasi) yang semestinya Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian di mana dua hal atau lebih mempunyai bentuk sama, namun tidak identik. Di sinilah perlunya dibuat suatu distingsi, suatu pembedaan. Eksplisitkan hal-hal yang membuat yang satu bukan yang lain. Hindari setiap usaha main pukul rata. Karena realitas begitu luas, perlu diadakan pembagian (klasifikasi). Jika membuat pembagian, peganglah suatu prinsip pembagian yang sama, jangan sampai Anda menjumlahkan bagian atau aspek dari suatu realitas begitu saja taripa berpegang pada suatu prinsip pembagian (prinsip klasifikasi) yang sama. Bahaya tumpang-tindih akan selalu mengancam jika tidak dipakai prinsip pembagian yang sama risiko prinsip berikutnya adalah pikiran yang kacau-balau. Jangan men- campuradukkan sesuatu dan jangan menggelapkan sesuatu. Cintailah definisi yang tepat Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu fener tidak ditangkap sebagaimana yang akan diungkapkan atau sebagaimana yang dimaksudkan. Karenanya jangan segan membuat definisi. Definisi harus diburu hingga tertangkap. Definisi artinya pembatasan, yakni membuat jelas batas- batas sesuatu. Harus dihindari kalimat-kalimat dan uraian-urain yang “gelap”, tidak terang strukturnya, dan tidak jelas artinya. Cintailah cara berpikir yang terang, jelas, dan tajam membeda-bedakan, hingga terang yang dimaksud. Asosiasi hal-hal lain dikesampingkan. {. Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu Ketahuilah mengapa Anda berkata begini atau begitu. Anda harus bisa dan biasa melihat asumsi-asumsi, implikasi- implikasi, dan konsekuensi-konsekuensi dari suatu penuturan (assertion), pernyataan, atau kesimpulan yang Anda buat. Sering terjadi banyak orang tidak tahu apa yang mereka katakan (nyatakan) dan mengapa mereka berkata (menyatakan) begitu. Jika bahan yang ada tidak atau kurang cukup untuk menarik kesimpulan, hendaknya orang menahan diri untuk tidak membuat kesimpulan atau membuat pembatasan-pembatasan (membuat reserve) dalam kesimpulan. Hindarilah kesalahan-kesalahan dengan segala usaha dan _tenaga, serta sangguplah mengenali jenis, macam, dan nama kesalahan, demikian juga mengenali sebab-sebab kesalahan pemikiran (penalaran) Dalam belajar logika ilmiah (scientific) Anda tidak hanya mau tahu hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran sekadar untuk tahu saja. Anda perlu juga: 1. Dalam praktik, menjadi cakap dan cekatan (yakni secara spontan, tanpa kesulitan) berpikir sesuai dengan hukum, prinsip, bentuk berpikir yang betul, tanpa mengabaikan dialektika, yakni proses perubahan keadaan. Dengan hanya berjalan secara logis, orang dapat kehilangan pandangan yang semestinya dan luas, dapat kehilangan pandangan yang meliputi seluruh sasarannya. .ocika jangan ¢

You might also like