Professional Documents
Culture Documents
Mishbah Al Zujajah 'Ala Ibn Majah
Mishbah Al Zujajah 'Ala Ibn Majah
Disusun oleh:
Anisah Naela Fitri (1900027011)
1
Muhammad Husain al-Dzahabi, Ilmu Tafsir,( Darr al-Ma’arif,tt), h. 180. Selanjutnya kami sebut
Husain al-Zahab
2
Jalaluddin al-Suyuthi, al-itqan fi ‘ulum al Qur’an (Mesir: Dar al Salam,2008), Cet. Ke-1, juz 1,
hal, 6-7.
3
Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an; Penerj: Ainur Rafiq el-Muzni) Cet.II
(Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2007), h. 109.
disiplin pengetahuan, dapat di katakan, tidak ada disiplin ilmu yang tidak di
jamah oleh karya-karya Suyuthi. Beliau pernah mengatakan: “Sekiranya saya
ingin menulis suatu masalah yang mengandung kontroversi disertai bukti-bukti
yang kuat, maka akan saya lakukan sepenuh hati karena saya anggap sebagai
suatu karunia dari Allah.4 Adapun murid-murid Suyuthi yang menonjol antara
lain : Muhammad Ali ad-Dawudi (w. 945 H) penulis Thabaqat al-Mufassirin,
Zainuddin Abu Hafz Umar bin Ahmad al-Syama’ (w. 936 H) seorang
Muhaddits di Halaba dan penulis al-Kawakib an-Nirat fi Al-Arba’in al-
Buldaniyat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas (w. 930), penulis Bada’i al-
Zhuhur, Muhammad bin Ysuf al-Syami’ al-Shalihi al-Mishri, Ibnu Thulun bin
Ali bin Ahmad (w. 953 H), dan al-Sya’rani Abdul Wahhab Ibnu Ahmad (w. 973
H).5
Karir pendidikan Imam Suyuthi dimulai dari perhatian Ayahnya terhadap
pendidikannya, karena kehadiran suyuthi disambut baik oleh Ayahnya bahkan ia
memberi perhatian penuh terhadap Suyuthi, mendidiknya menghafal al Qur’an,
bahkan menemaninya belakjar hadis kepada Ibnu Hajar al-Asqalani. Maka
Suyuthi kecilnya tumbuh dengan baik karena mendapat perhatian yang utuh dari
orang tua dan para gurunya. Ia mampu menyelesaikan studinya di MAsjid al-
Syaikhuni setelah kematian Ayahnya. Berkat kercerdasannya, ia mampu
menghafal al-Qur’an sebelum genap berusia 8 tahun.6 Setelah menghafal al-
Qur’an melanjutkan petualangan intelektualnya dengan mendalami fiqh mazhab
Syafi’i kepada ‘Alamuddin a;-Bulqaini dan diteruskan dengan Putra al-Bulqaini.
Ia mendalami Ilmu-ilmu keagamaan dan bahasa Arab dengan Syekh
Syarafuddin al-Minawi dan Muhyiddin al-Kafiyaji (w. 889 H), Selanjutnya
mendalami kitab Shahih Muslim, as-Syifa’ fi Ta’rif Huquq al-Musthafa, dan
sebagainya bersama Syekh Syamsuddin Muhammad Musa. Kemudian
mempelajari hadis dan Bahasa Arab sekitar empat tahun bersama taquyuddin al-
syumani al-Hanafi (w.872 H).7
Sebagai ulama besar beliau tidak hanya dilihat dari karya besarnya yang
ia wariskan saja, tapi juga dapat dilihat dari beberapa gelar yang di berikan oleh
murid-muridnya. Oleh muridnya al-Syabrawiy beliau diberi gelar “Khatimah al-
Huffadh”8. Bahkan seperti yang tertulis dalam cover kitabnya beliau di beri
gelar “al-Imam al-‘Arif, Khatimah al-Muhaqqiqin”. Itu semua diberikan oleh
murid-muridnya bukan tanpa alasan, tetapi karena memnag al-Zarqaniy adalah
seorang ulama besar yang memiliki sifat tawaddlu’, mukhlis, hati dan
perkataannya selalu terkait dengan Allah SWT dan memiliki bahasa dan
ungkapan yang indah. Salah satu bukti bahwa al-Zarqani benar-benar merupakan
seorang ulama yang memiliki sifat tawaddlu ialah dengan melihat bahwa dia
tidak pernah menyebut tentang dirinya sebagai seorang yang terkesan lebih ‘alim
dari yang lain dalam karyanya, seperti dalam ungkapan murid-muridnya di
dalam cover kitab yang sudah disebutkan di atas. Selain itu beliau juga
mengungkapkan tentang dirinya sebagai “al-‘Ajiz al-Dla’if al-Faniy” bahkan
pada akhir penulisan kitabnya beliau mengatakan “Jama’ahu al-‘Abd al-Faqir
al-Haqir”9, yang menunjukkan bahwa apa yang ia tulis di dalam kitabnya tidak
lebih dari seorang hamba yang lemah, yang hanya mengumpulkan pendapat-
pendapat ulama sebelumnya.
11
Tesis, Metodologi syarah hadis nabi (tela’ah kitab Tanqih al-qaul al-hasis fi Syarh Lubab al-Hadis karya
Imam Nawawi al-Bantani, fakhri tajuddin mahdy, UIN Alauddin Makassar.
Äǂǿȋ
± ¦Äǂǐ ŭňƢ
¦ ǫ°DŽ
dz
¦Ǧ LJ Ʀdz
ȂȇǺƥȆǫƢ¦ƾƦǟ ǺƥƾǸŰ :Ǧƚŭ
dz¦
ƾǠLJ» Â ǂ dz
¦ƾƦǟ ǾǗ :ǪȈǬŢ
¨ ǂǿƢ
Ǭdz
¦-ƨȈǼ
ȇƾ dz
¦ƨǧƢ
Ǭưdz
¦ƨƦƬǰǷ :ǂ Njdz
Ƣ
Ǽ¦
4 : ¦DŽ
Ƴȋ ¦®ƾǟ
459-458 :ƨƸǨǏ
Keutamaan shalat jama’ah:
“Telah berkata kepadaku Yahya dari Malik dari Nafi’ dari Abdullah bin
Umar bahwasannya Rasulullah ﷺbersabda: “shalat jama’ah lebih
utama dua puluh tujuh derajat dari pada shalat sendirian”.
Bab shalat jama’ah lebih utama dari pada shalat sendirian.
ض yang berarti tambahan dan الف ّذ yang berarti sendirian. Dikatakan: ‘seorang
laki-laki menyendiri dari teman-temannya maka dia menjadi sendirian’.
(Malik dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar bahwasannya Rasulullah
ﷺbersabda: shalat ) ص الة اجلماع ة ثفضل dengan fathah di awalnya
dan sukun pada huruf فdan dhamah pada huruf ) (صالة الف ّذ. ضdengan fathah
pada huruf فdan tasydid yang berarti sendirian, dan dalam riwayat imam
Muslim dari ‘Ubaidillah dengan dhamah pada huruf عdari Nafi’ dari Ibnu
Umar: ‘shalatnya seorang laki-laki dengan berjama’ah itu lebih utama dari
shalatnya yang sendiri’. (درجة )بسبع و عشرينAt-Tirmidzi berkata: secara umum,
mereka yang meriwayatkan berkata مخسا وعشرينkecuali Ibnu Umar, ia berkata:
س بعا وعش رين, al-Hafizh berkata: “tidak ada yang menyelisihi dalam hal itu
kecuali yang diriwayatkan oleh Abdur Razaq dari Abdullah dengan fathah pada
huruf عal-‘umari berkata: و عشرين مخسakan tetapi al-‘umari dha’if, dan yang
12
Syarh az-Zarqani ala al Muwatha', Maktabah at tsaqafah ad Diniyah, Kairo, 2003. juz 1, hal 458-459
diriwayatkan oleh Abu ‘Awanah dari Abu Usamah dari Ubaidillah dengan
dhamah pada huruf عdari Ibnu Umar dari Nafi’ beliau berkata:’‘ خبمس وعشرين
yaitu dengan ضyang berarti tambahan, dan الف ّذyang berarti sendirian.
Dikatakan: “seorang laki-laki menyendiri maka ia menjadi sendirian”.
DAFTAR PUSTAKA