You are on page 1of 9

Trad. Med. J.

, September 2013 Submitted : 11-05-2013


Vol. 18(3), p 178-186 Revised : 13-07-2013
ISSN : 1410-5918 Accepted : 06-09-2013

EFFECT OF DURIAN FRUIT JUICE (Durio zibethinus Murr.) TO


PHARMACOKINETIC PROFILE OF PARACETAMOL ON WISTAR MALE
RATS (Rattus norvegicus L.)
PENGARUH JUS BUAH DURIAN (Durio zibethinus Murr.) TERHADAP PROFIL
FARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)
JANTAN GALUR WISTAR

Pinondang Simaremare, Mohamad Andrie*, Bambang Wijianto


Department of Parmacy, Faculty of Medicine, Universitas Tanjungpura, Pontianak Indonesia

ABSTRACT
Paracetamol is widely used as analgesic and antipyretic agent in treatment of pain and fever.
Paracetamol has interaction with carbohydrates and alcohol. Durian is the fruit native of Indonesia, that
contain carbohydrates and alcohol. The aims of this research were to study the influence of durian fruit juice
to the absorption and elimination kinetics of paracetamol and to know the dose of durian fruit juice that
influence the absorption and elimination kinetics of paracetamol. The study was conducted using 16 rats,
divided into 4 groups (n=4 per group). Each group was treated the following treatment : control paracetamol
(paracetamol 9 mg/200 gBW), dose 1 group (paracetamol 9 mg/200 gBW and 0.675 g/200 gBW of durian
fruit juice), dose 2 group (paracetamol 9 mg/200 gBW and 1.350 g/200 gBW of durian fruit juice) and dose 3
group (paracetamol 9 mg/200 gBW and 2.700 g/200 gBW of durian fruit juice). Blood sampling is done from
the vein of rat’s tail at minutes 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120, 180, 240, 300 and 360. The quantitation of
paracetamol in plasma was determined by UV spectrophotometer at 243 nm. Result showed that durian fruit
juice changed the absorption kinetics of paracetamol, durian fruit juice decreased Ka, Cpmaks and increased
Tmaks parameter of paracetamol. Durian fruit juice also changed the elimination kinetics of paracetamol, its
decreased Vd, Ke, Cl and increased the value of AUC and T1/2 paracetamol. All doses of durian fruit juice can
influence the absorption and elimination kinetics of paracetamol includes Ka, Cpmaks, Tmaks, Vd, Cl, Ke, T1/2 and
AUC parameters on wistar male rats (Rattus norvegicus L.).
Keywords: durian fruit juice, paracetamol, pharmacokinetic parameters

ABSTRAK
Parasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.
Parasetamol dapat berinteraksi dengan karbohidrat dan alkohol. Buah durian merupakan buah asli
Indonesia yang mengandung karbohidrat dan alkohol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh jus buah durian terhadap kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol serta
mengetahui dosis jus buah durian yang dapat mempengaruhi kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol.
Uji dilakukan dengan membagi 16 ekor tikus dalam 4 kelompok (tiap kelompok 4 ekor). Tiap kelompok
diberi perlakuan sebagai berikut: kontrol parasetamol (Parasetamol 9 mg/200 gBB), kelompok dosis 1
(Parasetamol 9 mg/200 gBB dan jus buah durian 0,675 g/200 gBB), dosis 2 (Parasetamol 9 mg/200 gBB dan
jus buah durian 1,350 g/200 gBB) dan dosis 3 (Parasetamol 9 mg/200 gBB dan jus buah durian 2,700 g/200
gBB). Pengambilan cuplikan darah dilakukan dari vena ekor tikus pada menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120,
180, 240, 300 dan 360. Kadar parasetamol dalam plasma diukur menggunakan spektrofotometer UV pada
panjang gelombang 243 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jus buah durian dapat mempengaruhi
kinetika absorbsi parasetamol dengan menurunkan nilai Ka dan Cpmaks serta meningkatkan Tmaks
parasetamol. Sedangkan kinetika eliminasi parasetamol yang dipengaruhi yaitu menurunkan nilai Vd, Cl, Ke,
sehingga meningkatkan nilai AUC dan T1/2 parasetamol. Dosis 1, 2 dan 3 jus buah durian dapat
mempengaruhi kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol yang meliputi parameter Ka, Cpmaks, Tmaks, Vd, Cl,
Ke, T1/2 dan AUC pada tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur wistar.
Kata kunci : jus buah durian, parasetamol, parameter farmakokinetik

Corresponding author : Mohamad Andrie


E-mail: mohamadandrie@yahoo.com

178 Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013


EFFECT OF DURIAN FRUIT..............

PENDAHULUAN uji, Spuit oral 10 mL, Effendrof, Spektrofotometer


Parasetamol merupakan obat analgetik- UV (Shimadzu UV-2450 PC®), Sentrifuge
antipiretik yang banyak beredar di pasaran dan (Hettich®), Mikropipet (Rainin®), Hot Plate (SJ
dijual dengan harga yang terjangkau sehingga Analytics GmbHD-55122 Mainz®), Silet, Pisau
sering digunakan masyarakat untuk mengobati cukur (Gilette®), Holder, Tabung darah beserta
penyakit ringan seperti demam dan sakit kepala anti koagulan EDTA 3 mL (Vakuntainer®), Vortex
(Pakarti, 2009, Tripathi, et al., 2009). Parasetamol mixer, dan Oven (Memmert®).
diketahui dapat berinteraksi dengan makanan
maupun minuman yang mengandung karbohidrat Subjek Percobaan
dan alkohol (Harkness, 1989). Interaksi obat Tikus putih berjenis kelamin jantan galur
dapat terjadi antara obat dengan obat lain ataupun wistar yang berasal dari Lembaga Penelitian dan
dengan senyawa lainya (Kee dan Hayes, 1996) . Pengembangan Terpadu UGM bagian Unit Pe-
Pengaruh dari kehadiran obat atau senyawa lain ngembangan Hewan Penelitian dengan berat
tersebut akan tampak pada profil kadar obat badan 180-250 g dan umur berkisar 3-4 bulan.
terhadap waktu atau pada efek farmakologi obat Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok, masing-
(Hakim, 2010) . masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus.
Durian merupakan tanaman asli Indonesia,
dengan pusat keragaman tanaman durian Cara Kerja
terletak di pulau Kalimantan. Daging buah durian Pengambilan Sampel
memiliki memiliki kandungan gizi yang tinggi Sampel yang digunakan pada penelitian ini
dimana pada tiap 100 gram daging buahnya adalah buah durian yang diambil di Desa Pal,
mengandung 65 gram air; 134 energi; 2,5 gram Kelurahan Pal 5, Kecamatan Kakap, Kabupaten
protein; 3 gram lemak; 28 gram karbohidrat; 7,4 Kubu Raya, Kalimatan Barat. Buah durian ini
mg kalsium; 44 mg fosfor; 1,3 mg besi; 175 SI berasal dari pohon durian Desa Pal yang sudah
vitamin A dan 53 mg vitamin C (Setiadi. 2008; berumur sekitar 13 tahun.
Amid, et al., 2012). Salah satu senyawa dominan
yang berpengaruh dalam rasa maupun aroma Determinasi Sampel
daging buah durian adalah alkohol (Baldry, et Tanaman di identifikasi di Laboratorium
al.,1972). Ditengah masyarakat, khususnya Biologi Fakultas Mate-matika dan Ilmu
masyarakat Indonesia berkembang opini bahwa Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
tidak boleh mengonsumsi buah durian sebelum Pontianak.
ataupun sesudah mengonsumsi obat. Namun,
pengaruh mengonsumsi buah durian sebelum Pengolahan Sampel
ataupun setelah mengonsumsi obat terhadap Sampel dibagi kedalam 3 ke-lompok dengan
nasib obat tersebut di dalam tubuh belum variasi dosis bertingkat seperti yang tertera pada
diketahui secara pasti, sehingga perlu dikaji secara Tabel I. Buah durian yang digunakan sebagai
ilmiah. sampel berukuran diameter ± 23 cm. Daging buah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi durian dipisahkan dari bagian biji buah, ditimbang
informasi tentang bagaimana pengaruh jus buah sesuai dengan dosis yang telah ditentukan
durian terhadap kinetika absorpsi dan eliminasi kemudian diblender dengan kecepatan putaran
parasetamol serta mengetahui dosis jus buah 6000 RPM selama 2 menit dan ditambahkan
durian yang dapat mempengaruhi kinetika akuades dengan per-bandingan 1:1 dengan dosis
absorpsi dan eliminasi parasetamol. daging buah durian yang digunakan.

Tabel I. Dosis jus buah durian


METODOLOGI
Bahan dan alat Dosis Daging buah durian
Jus durian yang dibuat dari buah durian Dosis I 0,675 g/200 gBB
yang berasal dari Desa Pal 5, Kecamatan Kakap, Dosis II 1,35 g/200 gBB
Kalimantan Barat. Aluminium foil, Kertas saring, Dosis III 2,7 g/200 gBB
Plastik wrapping, Etil Asetat p.a (Merck®),
Metanol p.a (Merck®), Baku Pembanding Validasi Metode
Parasetamol (PT. Brataco®), Parasetamol generik Penetapan Panjang Gelombang Maksimum
(Kimia Farma®), Akuades dan Tricloroasetat acid Parasetamol
(TCA) 5%. Digunakan larutan baku para-setamol
Alat gelas laboratorium (Pyrex®), dengan kadar 6 ppm dan diukur resapannya
Timbangan analitik (Precisa®), Kandang hewan pada panjang gelombang 200 nm sampai 300 nm.

Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013 179


Pinondang Simaremare

Pembuatan Kurva Baku Parasetamol Uji Perlakuan dan Penetapan Kadar


Ditimbang baku pembanding parasetamol Parasetamol Dalam Darah
sebanyak 10 mg dan di larutkan dengan metanol Hewan uji dipuasakan selama 18 jam,
15 mL dalam gelas beaker, larutan dimasukkan ke- kemudian diberikan parasetamol tunggal secara
dalam labu takar 100 mL kemudian ditambahkan oral sebanyak 9 mg/200 gBB. Hewan uji pada
akuades hingga 100 mL dan diperoleh larutan kelompok 1 (kontrol PCT) hanya diberikan obat
induk baku para-setamol dengan kadar 10 parasetamol, sedangkan hewan uji pada kelompok
mg/100 mL atau setara dengan 100 ppm. Dari 2; 3; 4, lima menit setelah pemberian parasetamol,
larutan induk tersebut dibuat variasi konsentrasi hewan uji diberikan jus buah durian secara oral
sebesar 4, 6, 8, 10, 12 dan 13 ppm. dengan dosis 0,675 g/200 gBB; 1,35 g/200 gBB;
2,7 g/200 gBB.
Linearitas dan Rentang Pengambilan sampel darah dilakukan dari
Dihitung Persamaan regresi linear vena ekor tikus pada menit ke- 10, 20, 30, 40, 60,
parasetamol menggunakan model (9): y = bx + a. 90, 120, 180, 240, 300 dan 360. Sebanyak 0,5 mL
darah hewan uji ditampung di dalam tabung berisi
Uji Akurasi EDTA. Ditambahkan 1 mL TCA 5%, disentrifugasi
Dilakukan sebanyak dua kali yaitu uji selama 5 menit kecepatan 2500 RPM, diambil
akurasi pada sampel tanpa preparasi dan pada beningan atau plasmanya. Plasma ditambahkan
sampel yang melalui proses preparasi. Uji akurasi dengan 2 mL etil asetat kemudian divortex, bagian
sampel tanpa preparasi dilakukan dengan cara beningannya diambil, diuapkan etil asetatnya
membuat seri konsentrasi larutan baku sampai diperoleh residu parasetamol. Residu
parasetamol 4 ppm, 12 ppm dan 13 ppm dilarutkan kembali dengan 2 mL metanol, diukur
kemudian diukur serapannya meng-gunakan absorbansi larutan dengan menggunakan alat
spektrofotometri UV, masing-masing seri spektrofotometer UV pada panjang gelombang
konsentrasi di replikasi sebanyak 3 kali. 243 nm (Rusdiana, et al., 2009) Dari data ab-
Uji akurasi pada sampel yang melalui sorbansi, dihitung kadar parasetamol pada tiap
proses preparasi dilakukan dengan cara membuat cuplikan waktu menggunakan persamaan regresi
larutan baku parasetamol 4 ppm ; 6 ppm ; 13 ppm, linear kurva baku parasetamol.
yang kemudian dipreparasi sesuai dengan
prosedur penetapan kadar para-setamol dalam Pembuatan Profil Kadar Parasetamol dalam
darah yang digunakan pada penelitian ini. masing- Darah
masing seri konsentrasi direplikasi sebanyak 3 Berdasarkan data darah yang didapat dari
kali. setiap waktu, dapat dibuat suatu kurva Ln
konsentrasi plasma (Cp) terhadap waktu (t).
Uji Presisi Konsentrasi plasma sebagai sumbu y dan waktu
Dihitung nilai koefisien variasi dari kadar sebagai sumbu x. Dari kurva tersebut dapat
parasetamol yang diperoleh dari hasil uji akurasi. ditentukan profil kadar (Pakarti, 2009; Rusdiana,
et al., 2009)
Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Diukur respon baku pembanding sebanyak Analisis Hasil
3 kali replikasi kemudian dihitung simpangan Dihitung nilai parameter farmakokinetik
baku respon baku pembanding dan nilai LOD dan parasetamol pada tiap kelompok uji menggunakan
LOQ metode yang digunakan. rumus yang berlaku pada model kompartemen 1
terbuka orde kesatu untuk selanjutnya dianalisis
Orientasi Penelitian Penetapan Jadwal statistik menggunakan program SPSS 17.0
Pengambilan Cuplikan
Dua ekor tikus jantan dipuasakan selama 18 HASIL DAN PEMBAHASAN
jam kemudian diberi larutan parasetamol dosis Hasil Pengambilan Sampel
tunggal 9 mg/200 gBB secara oral. Cuplikan darah Pengambilan sampel buah tanaman durian
diambil pada menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120, spesies Durio zibethinus Murr. dilakukan di Desa
180, 240, 300 dan 360 melalui vena ekor tikus. Pal, Kelurahan Pal 5, Kecamatan Kakap, Kabupaten
Cuplikan sampel darah tiap waktu diproses sesuai Kubu Raya, Kalimantan Barat. Menurut data Balai
dengan prosedur penetapan kadar parasetamol Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
dalam darah yang digunakan pada penelitian ini. Kalimantan Barat pada tahun 2013, Kecamatan
Setelah itu, ditetapkan harga T1/2 untuk penetapan Kakap merupakan salah satu daerah yang
jadwal sampling sebenarnya. memiliki kebun durian yang cukup luas dan

180 Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013


EFFECT OF DURIAN FRUIT..............

durian yang ditanam di daerah tersebut


merupakan jenis durian lokal. Buah durian yang
diambil berasal dari pohon durian Desa Pal yang
sudah berumur sekitar 13 tahun, yang dipanen
pada akhir bulan Mei. Total buah durian yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 3
buah durian.

Hasil Determinasi Sampel


Hasil determinasi menyatakan bahwa
tanaman yang buahnya di-gunakan pada
penelitian ini adalah tanaman durian (Durio
Gambar 1. Kurva baku parasetamol
zibethinus Murr.).
Linearitas dan Rentang
Hasil Pengolahan Sampel
Persamaan regresi linier dari kurva baku
Sampel buah durian yang diambil
parasetamol penelitian ini adalah y=0,06468x +
berukuran diameter ± 23 cm dengan berat daging
0,02461 dengan nilai koefisien korelasi atau R
buah keseluruhan sebesar 150 gram, digunakan
sebesar 0,99866. Menurut literatur nilai R>0,9–1
dosis terbesar daging buah durian sebesar 150
diketahui memiliki arti bahwa hubungan
gram karena mengikuti anjuran makan durian
antarvariabel sangat tinggi, kuat sekali dan dapat
yang baik yaitu sebesar 100-200 gram daging
diandalkan (Sarwono, 2010). Oleh sebab itu,
buah durian pada setiap kali makan (Balai
persamaan garis kurva baku ini layak digunakan
Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2012). Daging
untuk menentukan kadar parasetamol dalam
buah durian kemudian dihaluskan menggunakan
sampel darah.
alat blender, lalu ditambahkan akuades untuk
mempermudah proses penghalusan daging buah
Hasil Uji Akurasi
durian.
Menurut literatur, nilai recovery yang baik
adalah diatas 90% dan untuk suatu metode yang
Tabel II. Volume pemberian jus buah durian pada
harus melalui proses preparasi sampel yang cukup
hewan uji
panjang misalnya dengan ekstraksi, maka recovery
Dosis daging buah Volume yang dicapai hendaknya tidak kurang dari 75%
durian pada hewan pemberian (mL) sedangkan nilai kesalahan sistematik suatu
0,675 g/200gBB 0,9 mL/200gBB metode hendaknya tidak lebih dari 20% (Hakim,
1,35 g/200gBB 1,62 mL/200gBB 2010; U.S Department of Health and Human
2,7 g/200gBB 3,06 mL/200gBB Services. 2001) Jadi nilai recovery dan kesalahan
sistematik sampel tanpa preparasi dan sampel
Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol dengan preparasi pada penelitian ini telah
Panjang gelombang maksimum yang memenuhi syarat uji akurasi.
diperoleh pada penelitian yaitu pada 243 nm.
Panjang gelombang yang didapat tidak berbeda Tabel III. Hasil uji akurasi
jauh dengan panjang gelombang maksimum yang Parameter Sampel Sampel dengan
ada diliteratur yaitu pada 244 nm (Depkes RI. uji akurasi tanpa preparasi
1995), sehingga panjang gelombang ini ditetapkan preparasi
sebagai panjang gelombang maksimum yang akan Recovery
digunakan dalam setiap pembacaan absorbansi 97,03% 88,63%
rata-rata
pada penetapan kadar parasetamol selanjutnya. Kesalahan
sistematik 2,96% 11,36%
Kurva Baku Parasetamol rata-rata
Nilai absorbansi yang diperoleh dari tiap
seri konsentrasi berada dalam rentang 0,2-0,8. Ini
Hasil Uji Presisi
berarti, nilai absorbansi kurva baku penelitian
Menurut literatur, nilai presisi yang baik
telah memenuhi hukum Lambeert-Beer dimana
harus kurang dari 20% (U.S Department of Health
pada kisaran absorbansi tersebut kesalahan
and Human Services. 2001), dari hasil ini dapat
pengukuran yang terjadi adalah yang paling
disimpulkan bahwa kesalahan acak penelitian ini
minimal. Grafik Kurva baku parasetamol dapat
telah memenuhi syarat uji presisi (Tabel IV).
dilihat pada Gambar 1.

Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013 181


Pinondang Simaremare

Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi protein yang tidak terhidrolisis akan mengendap
Nilai LOD pada penelitian adalah sebesar (16) Bagian beningan atau plasma darah yang
1,01576 µg/mL dan nilai LOQ sebesar 3,38589 diperoleh dari hasil pemisahan komponen darah
µg/mL. di-tambahkan dengan 2 mL etil asetat.
Penambahan etil asetat berfungsi untuk
Tabel IV. Hasil uji presisi
melarutkan senyawa parasetamol yang terdapat
Parameter Sampel tanpa Sampel dengan dalam plasma darah, dimana menurut literatur
uji presisi preparasi preparasi parasetamol larut di dalam pelarut etil asetat
Kesalahan (Romero, et al.,1996; Roger and Rasmuson 1999 ).
acak rata- 0,83% 0,85% Setelah penambahan etil asetat dilakukan,
rata campuran plasma darah dan etil asetat
membentuk dua lapisan yang saling memisah.
Hasil Penetapan Jadwal Pengambilan Cuplikan Lapisan atas merupakan etil asetat dan lapisan
Orientasi pengambilan cuplikan dilakukan bawah merupakan plasma darah hal ini
dengan menggunakan dua ekor tikus jantan yang dikarenakan etil asetat memiliki massa jenis yang
diberi larutan parasetamol dosis tunggal 9mg/200 lebih kecil dibandingkan plasma darah. Etil asetat
gBB secara oral, pada menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, memiliki bobot jenis sebesar 0,900-0,903 g/L
90, 120, 180, 240, 300 dan 360. (Departemen Perindustrian, 1992). sedangkan
Hasil orientasi waktu pencuplikan pada bobot jenis plasma darah adalah sebesar 1,025
Gambar 2, menunjukkan bahwa T1/2rata-rata g/L (Steyn, et al., 2011). Lapisan etil asetat diambil
parasetamol pada tikus uji adalah sebesar dan diuapkan sampai kering hingga diperoleh
118,31952 menit. Dari hasil perhitungan 3 kali residu parasetamol, proses penguapan dilakukan
T1/2 rata-rata parasetamol diperoleh waktu di dalam oven dengan suhu sebesar 60°C.
minimal pengambilan cuplikan darah selama Pemilihan suhu ini dikarenakan etil asetat
354,95856 menit atau selama 360 menit. Dari memiliki titik didih sebesar 77°C sehingga
hasil ini dapat diketahui bahwa waktu pengam- digunakan suhu yang mendekati titik didihnya
bilan cuplikan parase-tamol pada penelitian ini (U.S Department of Health and Human Services.
sudah memenuhi syarat pengambilan cuplikan 1978) pada suhu ini senyawa parasetamol tidak
darah yaitu 3-5 kali T1/2 obat (Donatus 1985). akan rusak ataupun melebur karena parasetamol
memiliki titik lebur pada suhu 168-172°C (Depkes
Hasil Uji Perlakuan dan Penetapan Kadar RI, 1995). Residu parasetamol yang tertinggal di
Parasetamol Dalam Darah dasar tabung reaksi dilarutkan kembali dengan
Darah hewan uji yang diambil ditampung di penambahan 2 mL metanol. Metanol dapat
dalam tabung berisi EDTA. EDTA merupakan salah melarutkan residu parasetamol yang tertinggal di
satu antikoagulansia yang banyak digunakan dasar tabung karena parasetamol memiliki
dalam bentuk garam natrium atau garam kelarutan yang sangat baik dalam metanol
kaliumnya. EDTA akan mengubah ion kalsium (Depkes RI, 1995; Romero, et al., 1996; Roger, and
dalam darah menjadi bentuk bukan ion, yaitu Rasmuson, 1999). Setelah seluruh proses
kompleks Ca-EDTA. preparasi selesai, sampel diukur nilai serapan
Pengambilan cuplikan dilakukan pada atau absorbansinya menggunakan spektrofoto-
menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120, 180, 240, 300 meter UV pada panjang gelombang 243 nm, dari
dan 360. Nilai T1/2 tikus 1 sebesar 111,77 menit nilai absorbansi yang diperoleh dapat dihitung
dan nilai T1/2 tikus 2 sebesar 124,86 menit, nilai nilai kadar parasetamol pada setiap sampel
T1/2 rata-rata parasetamol yang diperoleh sebesar kemudian dibuat kurva Ln kadar parasetamol
118,31 menit. dalam darah lawan waktu. Gambar 3. Kurva Ln
Kalsium sendiri merupakan salah satu kadar purata parasetamol dalam darah vs T tiap
faktor pembekuan darah sehingga tanpa kalsium kelompok uji. Tiap kelompok uji memiliki bentuk
pembekuan darah tidak akan terjadi. Penambahan kurva yang saling berlainan satu sama lain dimana
reagen-reagen yang dilakukan pada penelitian ini kurva kelompok dosis 2 memiliki titik puncak
meliputi penambahan TCA, etil asetat dan yang paling tinggi dibandingkan dengan kurva
metanol. Penambahan TCA atau Trichloroacetat kelompok kontrol, dosis 1 serta 3.
acid pada sampel darah bertujuan untuk Gambar 3 menunjukkan kurva kadar
mengendapkan makro-molekul di dalam darah, parasetamol dalam darah terhadap waktu tiap
salah satunya adalah protein. TCA akan kelompok uji. Pada Gambar 3 terlihat bahwa
menyebabkan produk yang mengandung peptida adanya jus buah durian mempengaruhi profil
dan asam amino akan larut dalam TCA, sedangkan kurva kadar parasetamol dalam darah. Harga

182 Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013


EFFECT OF DURIAN FRUIT..............

Gambar 2. Kurva Ln kadar purata parasetamol dalam darah vs T. Pengambilan cuplikan dilakukan pada
menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120, 180, 240, 300 dan 360. Nilai T1/2 tikus 1 sebesar 111,77 menit dan
nilai T1/2 tikus 2 sebesar 124,86 menit, nilai T1/2 rata-rata parasetamol yang diperoleh sebesar 118,31
menit.

Gambar 3. Kurva Ln kadar purata parasetamol dalam darah vs T tiap kelompok uji. Tiap kelompok uji
memiliki bentuk kurva yang saling berlainan satu sama lain dimana kurva kelompok dosis 2 memiliki
titik puncak yang paling tinggi dibandingkan dengan kurva kelompok kontrol, dosis 1 serta 3.

parameter farmakokinetik parasetamol tiap nilai Ka pada kelompok hewan uji yang diberikan
kelompok uji yang dihitung dapat dilihat pada parasetamol dan jus buah durian jika
Tabel V. dibandingkan dengan kelompok kontrol
Hal ini mungkin dikarenakan salah satu parasetamol.
kandungan nutrisi terbesar dalam daging buah Adanya karbohidrat akan memperlama
durian adalah karbohidrat (Amid, et al., 2012; waktu pengosongan lambung. Ketika lambung
Norjana and Noor, 2011) terisi makanan, isi lambung akan diangkut secara
Sebagaimana diketahui kar-bohidrat dapat perlahan ke usus, sebagaimana diketahui
berinteraksi dengan parasetamol dengan parasetamol di absorpsi dengan baik di
menunda absorpsi parasetamol (Harkness, 1989). dalam usus, perlambatan perpindahan
Interaksi karbohidrat dan parasetamol terjadi parasetamol dari lambung ke usus ini
ketika para-setamol dikonsumsi bersama menyebabkan terjadinya penundaan absorpsi
makanan parasetamol.
Terdapat 3 macam parameter yang dapat Penundaan ataupun penurunan absorpsi
digunakan untuk menjelaskan profil parasetamol menyebabkan laju absorpsi
farmakokinetika obat didalam tubuh yaitu parasetamol menjadi menurun, oleh karena itulah
parameter primer, sekunder dan turunan. nilai konstanta laju absorpsi parasetamol atau Ka
Parameter primer pada penelitian ini meliputi pada dosis 1,2 dan 3 mengalami penurunan.
parameter Ka, Vd dan klirens. Parameter Ka dapat Parameter volume distribusi atau Vd
menjelaskan kinetika absorpsi dari parasetamol. merupakan parameter primer yang dapat
Dari Tabel V diketahui bahwa terjadi penurunan digunakan untuk menjelaskan kinetika distribusi

Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013 183


Pinondang Simaremare

dan eliminasi parasetamol pada penelitian ini. (Harmita. 2004). Alkohol diketahui dapat
Volume distribusi dapat dianggap sebagai volume menginduksi enzim sitokrom p450 yang
dimana obat terlarut (Hakim, 2010). Parameter merupakan enzim pemetabolisme parasetamol
volume distribusi obat memiliki hubungan sehingga menyebabkan metabolisme parasetamol
berbanding terbalik dengan kadar obat dalam berlangsung lebihcepat (Prescott, 2000).
plasma (Cp) dimana ketika suatu obat terikat oleh Kinetika absorpsi parasetamol pada
protein plasma dalam jumlah besar atau berada penelitian ini juga dapat dikaji dari parameter
didalam pembuluh darah, maka nilai kadar obat sekunder Tmaks dan Cpmaks. Menurut literatur
dalam plasma akan semakin tinggi, yang Parameter Ka suatu obat sangat mempengaruhi
mengakibatkan nilai Vd menjadi lebih kecil nilai Tmaks dari obat tersebut, semakin kecil nilai
demikian sebaliknya (Hakim, 2010; Shargel, and Ka maka semakin besar nilai Tmaks nya demikian
Yu, 2005). sebaliknya (Hakim, 2010). Penurunan nilai Ka
Parameter klirens atau Cl merupakan menujukkan bahwa obat diabsorpsi secara lambat
parameter primer yang dapat menjelaskan oleh tubuh, hal inilah yang menyebabkan
kinetika eliminasi dari parasetamol. Parameter penurunan nilai Tmaks dan Cpmaks. parasetamol
klirens sangat mempengaruhi kinetika eliminasi pada dosis 3, namun Cpmaks. dosis 1 dan 2
suatu obat dimana semakin tinggi harga klirens, mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh
maka semakin cepat obat tersebut tereliminasi terjadinya penurunan nilai volume distribusi pada
dari tubuh, de-mikian sebaliknya (Hakim, 2010). dosis 1 dan 2. Selain itu, peningkatan nilai Cpmaks.
Proses eliminasi obat dari tubuh dipengaruhi oleh ini kemungkinan juga dapat disebabkan oleh
proses metabolisme dari obat tersebut dimana adanya siklus enterohepatik parasetamol dalam
semakin cepat proses metabolisme suatu obat tubuh, adanya parasetamol yang memasuki siklus
berlangsung maka semakin cepat pula obat enterohepatik menyebabkan parasetamol
tersebut dikeluarkan dari tubuh. terabsorpsi secara signifikan sehingga
Kelompok dosis 1 dan 3 yang memiliki nilai meningkatkan kadar parasetamol dalam plasma.
klirens terendah menun-jukkan bahwa proses Kinetika eliminasi parasetamol pada
metabolisme parasetamol berlangsung lambat se- penelitian ini selain dapat dikaji dari nilai
hingga menyebabkan parasetamol berada lebih parameter Vd dan klirens juga dapat dikaji dari
lama dalam tubuh dan me-nyebabkan peningkatan parameter sekunder Ke, T1/2, dan parameter
nilai T1/2 parasetamol (Tabel V). Metabolisme turunan AUC. Parameter klirens sangat
parasetamol yang berlangsung lambat ini dapat mempengaruhi nilai parameter Ke dan T1/2,
disebabkan oleh adanya proses siklus dimana semakin tinggi klirens maka semakin
enterohepatik yang dilalui oleh parasetamol tinggi pula harga Ke sehingga obat cepat
dimana menurut literatur parasetamol mengalami tereliminasi dari tubuh (T1/2 rendah). Hal ini
metabolisme melalui jalur sitokrom p450, sesuai dengan hasil penelitian dimana kelompok
konjugasi glukoronidasi dan sulfatasi (Forte, dosis 2 yang memiliki nilai klirens yang tinggi
2002). Parasetamol dapat melalui siklus memiliki nilai Ke yang tinggi pula sehingga
enterohepatik dikarenakan salah satu jalur memiliki nilai T1/2 terendah. Demikian sebaliknya,
metabolisme parasetamol adalah melalui kelompok 1 dan 3 yang memiliki nilai klirens
konjugasi glukoronidasi dimana parasetamol terendah memiliki nilai Ke yang rendah sehingga
dalam bentuk konjugatlah yang dapat melalui memiliki nilai T1/2 tertinggi.
siklus enterohepatik (Watari, et al., 1984) . Parameter AUC merupakan parameter yang
Kelompok dosis 2 diketahui memiliki nilai mencerminkan jumlah total obat aktif yang
klirens lebih tinggi dibanding dosis 1 dan 3, hal ini mencapai siklus sistemik. Nilai parameter AUC
menunjukkan bahwa proses metabolisme sangat berkaitan erat dengan parameter volume
parasetamol berlangsung cepat sehingga distribusi (Vd), semakin besar harga Vd suatu obat
menyebabkan parasetamol lebih cepat maka semakin kecil harga AUC obat tersebut
dikeluarkan dari tubuh dimana dari hasil (Hakim, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian diketahui bahwa nilai T1/2 parasetamol penelitian yang menunjukkan bahwa nilai Vd
terbesar dimiliki oleh dosis 2 (Tabel V). masing-masing kelompok uji berbanding terbalik
Peningkatan laju metabolisme parasetamol pada dengan nilai AUC nya, dimana dari Tabel I, dapat
kelompok dosis 2 kemungkinan dapat disebabkan dilihat bahwa kelompok kontrol PCT yang
oleh pengaruh senyawa lain yang terkandung di memiliki nilai AUC terkecil, memiliki nilai Vd yang
dalam buah durian yaitu senyawa alkohol terbesar demikian sebaliknya.

184 Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013


EFFECT OF DURIAN FRUIT..............

KESIMPULAN Kee, J.L dan Hayes, E.R., 1996, Farmakologi,


Jus buah durian mempengaruhi kinetika Pendekatan Proses Keperawatan, Penerbit
absorpsi parasetamol dengan menurunkan nilai Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 140-141.
parameter Ka, meningkatkan Tmaks dan Norjana, I dan Noor, A. A., 2011, Quality Attributes
menurunkan Cpmaks parasetamol. Namun pada of Durian (Durio zibethinus Murr.) Juice
dosis 2 dan 3 terjadi peningkatan nilai Cpmaks. Jus After Pectinase Enzyme Treatment,
buah durian mempengaruhi kinetika eliminasi International Food Research Journal, 18 (3):
parasetamol dengan menurunkan nilai parameter 1117.
Vd, Cl dan Ke sehingga meningkatkan nilai AUC Pakarti, A.W., 2009, Pengaruh Perasan Buah
dan T1/2 parasetamol. Namun pada dosis 2 terjadi Mangga Terhadap Farmakokinetika
peningkatan nilai Ke, dan penurunan T1/2 Parasetamol yang Diberikan Bersama
parasetamol. Dosis 1, 2 dan 3 dapat Secara Oral Pada Kelinci Jantan, Skripsi,
mempengaruhi kinetika absorpsi dan eliminasi Surakarta : Universitas Muhammadiyah
parasetamol yang meliputi nilai parameter Ka, Surakarta, 1-2, 39-40.
Cpmaks., Tmaks Vd, Ke, AUC, T1/2, dan klirens pada Prescott, L. F., 2000, Paracetamol, Alcohol and the
tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur Liver, Br. J. Clin. Pharmacol., 49(4): 291.
wistar. Roger, A. dan Rasmuson, A. C., 1999, Solubility of
Paracetamol in Pure Solvents, J. Chem. Eng.
DAFTAR PUSTAKA Data, 44: 1392.
Amid, B., Mirhosseini, H dan Kostadinovic, S., Romero, S., Reillo, A., Escalera, B., dan Bustamante,
2012, Chemical Composition and Molecular P, 1996, The Behavior of Paracetamol in
Structure of Polysaccharide-Protein Mixtures of Amphiprotic and Amphiprotic-
Biopolymer from Durio zibethinus Seef: Aprotic Solvents. Relationship of Solubility
Extraction and Purification Process, Curves to Specifif and Nonspecific
Chemistry Central Journal, 6: 119. Interactions, Chem. Pharm. Bull., 44 (5):
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, 2012, 1063.
1001 Manfaat Durian Untuk Kesehatan. Rusdiana, T., Sjuib, F., dan Asyarie S., 2009,
(Online) (http://balitbu.litbang.deptan.go. Interaksi Farmakokinetik Kombinasi Obat
id/ind/index.php/berita-mainmenu-26/13- Parasetamol dan Fenilpropanolamin
info-aktual/339-1001-manfaat-durian- Hidroklorida sebagai Komponen Obat Flu,
untuk kesehatan. Juni 2013). Universitas Padjajaran, Bandung, 2, 4.
Baldry, J., Dougan, J., dan Howard, G. E., 1972, Sarwono, J., 2010, Pintar Menulis Karya Ilmiah
Volatile Flavouring Constituents of Durian, Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah, CV Andi
Phytochemistry, 11: 2083. OFFSET, Yogyakarta, 41.
Departemen Perindustrian. 1992. Etil Asetat, Setiadi, 2008, Bertanam Durian, Cetakan ke-XXV,
Departemen Perindustrian, Jakarta, 1. Penebar Swadaya, Jakarta, 4-7.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Shargel, L. dan Yu, A., 2005, Biofarmasetika dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakokinetika Terapan Cetakan Kedua,
Jakarta, 649-650. Airlangga University Press, Surabaya, 21-
Donatus, I.A., 1985, Strategi Penelitian 26, 31, 35-41, 45-49, 65, 107, 137-139, 147,
Farmakokinetika, Cermin Dunia Kedokteran, 293, 295.
37: 43, 45. Steyn, F. J., Huang, L., Ngo, S. T., Leong, J. W., Tan, H.
Forte, J. S., 2002, Paracetamol: Safety versus Y., Xie, T. Y., Parlow, A. F., Veldhuis, J. D.,
Toxicity, The Chronic Ill, 6: 14. Waters, M. J., dan Chen, C., Development of a
Hakim, L., 2010, Farmakokinetik, Bursa Ilmu, Method for the Determination of Pulsatile
Yogyakarta, 12, 21-29, 34-39, 48, 69, 81, 85, Growth Hormone Secretion in Mice,
162, 164-165, 170, 362. Endocrinology, 152 (8): 3166.
Harkness, R., 1989, Interaksi Obat, Institut Sumarlin, L.O., 2008, Aktivitas Protease Dari
Teknologi Bandung, Bandung, 254, 287. Bacillus circulans Pada Media Pertumbuhan
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Dengan pH Tidak Terkontrol PCT,
Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, 60.
Ilmu Kefarmasian, I (3): 117, 120-123, 127-
133.

Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013 185


Pinondang Simaremare

Tripathi, Y., Tiwari, O., Nagwani, S., dan Mishra, B., U.S Department of Health and Human Services,
2009, Pharmacokinetic-Interaction of Vitex 2001, Guidance for Industry, Bioanalytical
negundo Linn. & Paracetamol, Indian J. Med. Method Validation, U.S Department of
Res., 130: 479-480. Health and Human Services, 5-6.
U.S Department of Health and Human Services, Watari, N., Hanawa, M., Iwai, M dan Kaneniwa, N.,
1978, Ethyl Acetate, U.S Department of 1984, Pharmacokinetics Study of The
Health and Human Services, 2. Enterohepatic Circulation of
Acetaminophen Glucoronide in Rats, J.
Pharmacobiodyn, 7(11): 811.

186 Traditional Medicine Journal, 18(3), 2013

You might also like