You are on page 1of 9

SINERGI PEMERINTAH DAERAH DAN LEMBAGA ADAT DALAM

MELAKSANAKAN PELESTARIAN KEBUDAYAAN


(Studi pada Budaya Suku Tengger Bromo Sabrang Kulon Desa Tosari Kecamatan Tosari
Kabupaten Pasuruan)

Ayu Mukhtaromi1, Mochammad Saleh Soeaidy1, Ainul Hayat1


1
Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
e-mail: ayumukhtaromi@yahoo.co.id

Abstract : Synergy of Local Government and Traditional Institution in Implementing Cultural


Conservation. Cultural variety with kinds of preservation in Indonesian, example is Tengger
culture in Bromo, the management is belong to local government, followed of the traditional
institutions, which forming a cooperation about preservation culture, that is synergy. The purpose
in this research to describe and analyze about implementing of the synergy, synergy results, the
supporting and inhibiting factors. This study uses descriptive research with qualitative approach.
The synergy of local government and traditional institutions in implementing cultural conservation
has been successful,it can be seen from each actors, the programs, as well as means and
insfrastructure. This synergy has brought positive results to value of culture and social change
communities and the success to develop cultural tourism products.The supporting factors are:the
content of the regulations, application of the principles and provisions of synergies by actors.
Inhibiting factors: Capacity of human resource; Problems conservation area, autonomy, and the
important is there is no local regulation that manage conservation such as culture in
BromoTengger.

Keywords : Synergy, Traditional Institution, Culture And Tengger Bromo,

Abstrak: Sinergi Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat Dalam Melaksanakan Pelestarian
Kebudayaan. Terkait keanekaragaman budaya serta jenis pelestarian di Indonesia, salah satunya
adalah Budaya Suku Tengger Bromo, dalam pengelolaannya yang berwenang adalah pemerintah
daerah diikuti peran lembaga adat, yang membentuk sebuah kerjasama dalam melaksanakan
pelestarian, yakni sinergi. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan dan menganalisis
pelaksanaan sinergi, faktor pendukung dan penghambat sinergi, serta hasil sinergi dalam
melaksanakan pelestarian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Sinergi pemerintah daerah dan lembaga adat dalam melaksanakan pelestarian kebudayaan
ternyata berhasil, dilihat dari aktor pelaksana, program, serta sarana dan prasarananya. Sinergi ini
ternyata membawa hasil positif terhadap nilai budaya dan perubahan sosial masyarakat tengger
sabrang kulon, serta keberhasilan dalam mengembangkan potensi wisata. Faktor pendukungnya
adalah isi peraturan yang mudah dimengerti, sikap aktor pelaksana dalam menerapkan prinsip
sinergi dan ketentuan peraturan. Faktor penghambatnya adalah Kapasitas SDM, dan permasalahan
area konservasi,otonomi daerah. Masih ada celah dalam melaksanakan sinergi karena tidak
terdapat Perda khusus yang mengatur masalah pelestarian Kebudayaan Suku Tengger Bromo.

Kata Kunci : Sinergi, Lembaga Adat, Budaya & Tengger Bromo.

Pendahuluan Indonesia mempunyai keterikatan antara


Indonesia merupakan negara yang kaya akan alam dan masyarakat. Budaya merupakan
keanekaragaman budaya yang tersebar kekayaan bangsa yang mesti dilestarikan
diseluruh wilayahnya,yang mana jenis untuk kepentingan nasional sebagai jati diri
kebudayaan dan bentuk pelestarian-nya bangsa Indonesia. Untuk mempertahankan
berbeda-beda. Keanekaragaman buda-ya di sesuatu yang dimiliki, Pemerintah Indonesia

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 155


selalu melakukan pengembangan dan memiliki dasar hu-kum, yakni Peraturan
pelestarian dengan memanfaatkan Menteri Dalam Ne-geri Nomor 5 Tahun
kekayaannya seperti kebudayaan, sehingga 2007 tentang Pedo-man Penataan Lembaga
dapat mensejahtera-kan masyarakat sesuai Kemasyarakatan.
dengan tujuan nasional. Mengingat Dalam melaksanakan pelestarian
Indonesia merupakan negara kepulauan, kebudayaan di daerah, semisal pelestarian
maka untuk melaksana-kan tujuan kebudayaan daerah Suku Tengger Bromo
nasionalnya dilakukan melalui sabrang kulon yang ada di Kabupaten
Desentralisasi kekuasaan sesuai dengan UU Pasuruan, yang mana pemerintah daerah
No. 32 Tahun 2004. Terkait dengan asas diwakili oleh SKPD kebudayaan yakni
Desentralisasi yang melaksanakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab-
pengembangan dan pelestarian adalah upaten Pasuruan bersama dengan Lemba-ga
pemerintah daerah diwakili oleh SKPD yang Adat diwakili Dukun Adat Suku Teng-ger
berhubungan dengan kebudayaan, diikuti Bromo Sabrang Kulon di Desa Tosari
dengan peran serta organisasi masyarakat Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan,
yakni Lembaga Adat yang bernaung dalam melakukan sebuah kerjasama. Bentuk
kebudayaan tersebut. kerjasama ini merupakan dua konsep yang
Menurut Koentjaraningrat (1984,h.83) unik, artinya manakala keduanya (yang
Pelestarian kebudayaan merupakan sebuah bekerjasama) bisa berperan sebagai subyek
sistem yang besar, mempunyai berbagai dan sekaligus sebagai obyek. Pemerintah
macam komponen yang berhubungan daerah memfasilitasi orga-nisasi masyarakat
dengan subsistem kehidupan di masyarakat. / lembaga adat dalam melaksanakan
Kebudayaan merupakan cikal bakal dari pelestarian budaya, jelas pemerintah daerah
masyarakat. Budaya dibuat oleh masyarakat, sebagai obyek dan lembaga adat menjadi
tidak ada masya-rakat tanpa budaya, yang subyek. Sebaliknya bahwa lembaga adat
berarti hampir semua tindakan manusia dipercaya masyarakat untuk mengatur segala
adalah kebudaya-an. Terkait dengan sesuatu yang berhubungan dengan
pelestarian kebudaya-an, pemerintah masyarakatnya, seperti lembaga adat Suku
Indonesia sudah member-kan regulasi Tengger Gunung Bromo sabrang kulon,
mengenai pedoman pelak-sanaan pelestarian maka lembaga adat berposisi sebagai obyek
kebudayaan di suatu daerah, contohnya dan pemerintah daerah menjadi subyek,
seperti pelestarian kebudayaan Suku kerjasama inilah yang disebut dengan
Tengger Bromo sabrang kulon. Dalam Sinergi.
melaksanakan pelestari-an kebudayaan, Berdasarkan pra-riset sebelumnya,
pemerintah daerah mengacu pada beberapa penelitian ini memiliki tujuan yakni Untuk
peraturan yakni Peraturan Menteri Dalam mendeskripsikan dan menganalisis sinergi
Negeri Nomor 39 Tahun 2007 tentang pemerintah daerah dan lembaga adat dalam
Pedoman Fasilitasi Organisasi melaksanakan pelestarian kebuda-yaan Suku
Kemasyarakatan Bidang Kebu-dayaan, Tengger Bromo; Hasil sinergi pemerintah
Keraton, dan Lembaga Adat Dalam daerah dan lembaga adat dalam
Pelestarian dan pengembangan Budaya melaksanakan pelestarian kebuda-yaan;
Daerah; diperkuat dengan Peraturan Faktor pendukung dan penghambat sinergi
Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri pemerintah daerah dan lembaga adat dalam
Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42 dan melaksanakan pelestarian kebudayaan Suku
40 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Tengger Bromo
Kebudayaan; diperi-nci dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tinjauan Pustaka
Tahun 2008 Peratu-ran Bupati tentang 1. Administrasi Publik
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Administrasi Publik adalah terjema-han
Kebudayaan dan Pariwisata; serta dalam dari bahasa Inggris: public administration
melaksanakan pelestarian kebudayaan, yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia
organisasi masyarakat, yakni Lembaga Adat menjadi Administrasi Negara. Menurut
yang menjadi mitra pem-erintah daerah juga pengertian Chandler & Plano (1988,h.29-30)

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 156


dalam “Public Adminis-tration Dictionary”, rut Cox (dalam Dowling dan Fennel,
administrasi publik adalah proses 2003,h.2), Administrasi pariwisata harus
sumberdaya dan personel publik diorganisir memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
dan dikoordinasi untuk memformulasikan, a. Pembangunan pariwisata haruslah
mengimplementasikan, dan mengelola didasarkan pada kearifan lokal dan
(manage) keputusan-keputusan dalam special local sense yang mereflek-sikan
kebijakan publik. Dalam pengertiannya, keunikan peninggalan budaya dan
administrasi publik diarti-kan sebagai keunikan lingkungan;
sebuah tata cara pemerintahan untuk b. Preservasi, proteksi, dan peningkat-an
mengatur dan memanfaatkan apa yang ada kualitas sumber daya yang men-jadi basis
di suatu Negara demi kepen-tingan bersama. pengembangan kawasan pariwisata;
c. Pengembangan atraksi wisata tam-bahan
2. Administrasi Pemerintah Daerah yang mengakar pada kekhas-anan budaya
Seperti yang diutarakan oleh Saparin lokal;
(1970,h.26), “Administrasi Pemerinta-han d. Pelayanan kepada wisatawan yang
ialah semua kegiatan atau proses yang berbasis keunikan budaya dan ling-
berhubungan dengan pelaksanaan dari pada kungan lokal.
tujuan Pemerintah”. Dalam kaitannya
menurut Undang-Undang No. 32 Tahun Menurut Kusudianto (1996,h.23),
2004 tentang Pemerinta-han Daerah, yang sehubungan dengan penerapan otonomi
dimaksud dengan Pemerintahan Daerah daerah maka segala sesuatu yang
adalah penyele-nggaraan urusan menyangkut pengembangan potensi obyek
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dan daya tarik pariwisata meliputi
DPRD menurut asas otonomi seluas-luasnya pembiayaan, perizinan, peren-canaan,
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan pelestarian, pelaksanaan dan evaluasi
Republik Indonesia. Menurut UU No. 22 menjadi wewenang daerah untuk
Tahun 1999 jo UU No. 32 Tahun 2004 menyelenggarakannya. Keseim-bangan
kewenangan pemerintah daerah terbagi atas antara pembangunan dan konservasi menjadi
pemerintah provinsi, pemerintah faktor yang esensial bagi keberlanjutan
kabupaten/kota. Yang mana dalam pariwisata. Sehingga tercapailah
melaksanakan pemerintahan menganut asas administrasi pengelolaan pariwisata yang
desentralisasi dan asas dekonsentrasi. berperan strategis untuk kelangsungan: a)
Berdasar pada asas dekonsentrasi maka Per-lindungan terhadap sumber daya alam
provinsi, kab-upaten/kota merupakan dan lingkungan; b) Keberlanjutan eko-nomi;
wilayah admin-istrasi yang merupakan c) Peningkatan Integritas nilai asli Budaya;
implikasi logis dari penerapan asas tersebut. d) Nilai Pendidikan dan Pembelajaran.
Berda-sarkan asas desentralisasi maka
provinsi, kabupaten/kota menjadi daerah 4. Lembaga Adat
otonom (local self government). Implikasi Lembaga adalah pola organisasi untuk
struktural dari diterapkannya asas memenuhi berbagai keperluan manusia,
dekonsentrasi dan sekaligus desen-tralisasi yang lahir dengan adanya berbagai budaya
membuat pemerintah daerah provinsi, sebagai suatu ketetapan. Summer telah
kabupaten/kota menjadi wila-yah menunjukkan bahwa lembaga adalah suatu
administrasi sekaligus daerah otonom. konsep yang ber-padu dengan struktur.
Menurut Mooney (2000,h.204) lembaga
3. Administrasi Pariwisata dibentuk berda-sarkan hal-hal sebagai
Administrasi Pariwisata atau yang biasa berikut: a) Cara; b) Kebiasaan; c) Adat
dikenal dengan Administrasi pengelolaan Istiadat. Menurut Roucek (1984,h.122)
pariwisata haruslah meng-acu pada prinsip- terdapat banyak jenis lembaga, salah satunya
prinsip pengelolaan yang menekankan nilai- adalah Lembaga Adat. Pengertian lembaga
nilai keles-tarian lingkungan alam, adat adalah sebuah organisasi
komunitas, dan nilai sosial serta bermanfaat kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk
bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menu- maupun yang secara wajar telah tumbuh dan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 157


berke-mbang didalam sejarah masyarakat menjelaskan “Tak ada masyarakat yang
yang bersangkutan atau dalam suatu tidak mempunyai kebudayaan dan
masyarakat hukum adat tertentu dengan sebaliknya, tidak ada kebudayaan tanpa
wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan masyarakat sebagai wadah dan
di dalam wilayah hukum adat tersebut. pendukungnya, dan sela-manya merupakan
dwitunggal”. Selain masyarakat sebagai
5. Nilai Budaya dan Masyarakat pencipta, pendu-kung, dan pemelihara serta
a. Definisi Nilai Budaya pengem-bang kebudayaan, masyarakatpun
Konsep Budaya yang didefinisikan oleh ber-upaya mewariskan, melestarikan dan
Koentjaraningrat (1984,h.180) yaitu mengembangkan kebudayaan kepada
“Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan generasi-generasi selanjutnya. Pewari-san
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan budaya ini biasa disebut dengan Enkulturasi,
masyarakat yang dijadikan milik diri Menurut Koentjaraningrat (2005,h.145),
manusia dengan belajar”. Koentjaraningrat “Proses enkulturasi adalah proses belajar
(2005,h.75-76), menjelaskan “Nilai budaya dan menyesuai-kan alam pikiran serta sikap
terdiri dari konsep-konsep mengenai segala terhadap adat, sistem norma, serta semua
sesuatu yang dinilai berharga dan penting peraturan yang terdapat dalam kebuda-
oleh suatu masyarakat, sehingga dapat yaan”. Proses ini telah dimulai sejak awal
berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi kehidupan dalam lingkungan keluarga, dan
kehidupan para warga masyarakat yang lingkungan masyarakat yang lebih luas.
bersangkutan, baik yang kompleks maupun
yang sederhana”. d. Masyarakat dan Perubahan Sosial
Dikutip oleh Soekanto (1995,h.336),
b. Peran Nilai Budaya dan Masyarakat Kingsley Davis dalam bukunya Human
Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi Society mengartikan perubahan sosial
dari adat istiadat, budaya terdiri dari konsep- sebagai Perubahan-perubahan yang
konsep mengenai segala sesuatu yang di terjadi dalam struktur dan fungsi
nilai berharga dan penting oleh masyarakat, masyarakat. Dapat dipahami bahwa peru-
sehingga dapat berfungsi sebagai suatu bahan sosial adalah perubahan yang
pedoman orientasi pada kehidupan terjadi dalam kehidupan sosial dengan
masyarakat. Sebagai pedoman dari konsep- segala aspeknya dari satu kondisi ke
konsep ideal, sistem itu menjadi pendorong kondisi yang baik yang bersifat positif
yang kuat untuk mengarahkan kehi-dupan atau menuju kemajuan maupun yang
warga masyarakat. Menurut bersifat negatif atau menuju kemun-
Koentjaraningrat (1984,h.25), “Para individu duran. Perubahan sosial dalam masya-
sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai rakat merupakan gejala alamiah yang
budaya yang hidup dalam masyarakat karena selalu terjadi. Soekanto (1995,h.31)
merupakan bagian dari adat, nilai budaya menyebutkan beberapa faktor penyebab
biasanya dianut oleh suatu presentase yang terjadinya perubahan sosial, yaitu: a)
besar dari warga suatu masyarakat”. Faktor perubahan jumlah penduduk; b)
Faktor adanya penemuan-penemuan
c. Masyarakat dan Kebudayaan baru; c) Pertentangan/ conflict; d) Terjadi
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang pemberontakan atau revolusi.
hidup dalam satu daerah tertentu, yang telah
cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan 6. Sinergi
yang mengatur mereka, untuk menuju pada Kata Sinergi berasal dari bahasa Yunani
tujuan yang sama. Manusia menghasilkan yaitu Synergos yang berarti bekerja bersama
kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada /working together. Dalam Kamus American
kebudayaan tanpa manusia. Manusia, Websters Dictionary, istilah Synergy
masyarakat dan kebudayaan merupakan satu didefinisikan sebagai “cooperative
kesa-tuan yang tidak dapat lagi dipisahkan, interaction among group especially among
sehingga kehidupan makhluk sosial dapat the acquired subsidiary or merged parts of a
berlangsung. Koentjaraningrat (2005,h.20), corporation that creates an enhanced

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 158


combined effect” yang mengandung arti a) aktor pelaksana; b) program; c) sarana
hanya dengan interaksi yang kooperatif dan pra-sarana. Kedua, hasil Sinergi
maka hasil mak-simal dapat dicapai. Pemerintah Daerah dan Lembaga Adat
Menurut Doctoroff (1977,h.76), persyaratan dalam Melak-sanakan Pelestarian
utama bagi suatu sistem sinergi yang ideal kebudayaan di Suku Tengger Bromo
adalah keperca-yaan, komunikasi yang meliputi: a) nilai budaya dan perubahan
efektif, umpan balik yang cepat, dan sosial masyarakat; b) pengembangan potensi
kreativitas. Menurut Iversen (1997,h.38), wisata. Ketiga, faktor pendukung dan
landasan teori mengacu pada penghambat Sinergi Pemerintah Daerah dan
konsep“competitive advan-tage, creating Lembaga Adat dalam Melaksanakan
and sustaining perfor-mance”, sedangkan Pelestarian Kebu-dayaan di Suku Tengger
dalam pelaksanaan terdapat prinsip dasar Bromo.
yang dijadikan acuan, yakni: Koordinasi,
Integrasi, dan Sinkronisasi. Sinergi Pembahasan
didefinisikan sebagai proses pengintegrasian 1. Sinergi pemerintah daerah dan lem-
tujuan dan kegia-tan perusahaan atau baga adat dalam melaksanakan peles-
pemerintahan pada satuan yang terpisah tarian kebudayaan di Suku Tengger
dalam suatu organisasi untuk mencapai Bromo.
tujuan organi-sasi secara efisien dan efektif. Dalam melaksanakan pelestarian
Sesuai dengan yang ditulis oleh Iversen kebudayaan di Suku Tengger Bromo,
(1997,h.58) dalam Concept of Synergy pemerintah daerah diwakili oleh SKPD
toward a Clarification, pedoman kesiner- yang berhubungan dengan kebudayaan
gian antara lain: a. Sinergi harus terpusat; b. yakni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Sinergi harus terpadu; c. Sinergi harus Kabupaten Pasuruan beserta lembaga adat
berkesinambungan; d. Sinergi mengguna- yakni Duku Adat Suku Tengger Bromo di
kan pendekatan multi instansional. Tosari berpedoman pada:
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
Metode Penelitian 39 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penelitian ini menggunakan metode Fasilitasi Organisasi Kema-syarakatan
penelitian deskriptif dengan pendekatan Bidang Kebudayaan, Ker-aton, dan
kualitatif. Sumber data yang digunakan Lembaga Adat Dalam Pele-starian dan
adalah data primer dan data sekunder. Pengembangan Budaya Daerah;
Teknik pengumpulan data dengan obser- diperkuat dengan Peraturan Bersama
vasi, wawancara dan dokumentasi. Instru- Menteri Dalam Negeri & Menteri
men penelitian yang digunakan yaitu peneliti Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42
sendiri, pedoman wawancara, dan catatan Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009
lapangan. Metode analisis data yang tentang Pedoman Peles-tarian
digunakan adalah Analisis Model Interaktif Kebudayaan,
oleh Miles dan Huberman (1992,h.20) yaitu b. Peraturan Daerah Kabupaten Pasu-ruan
dengan cara pengum-pulan data, reduksi Nomor 12 Tahun 2008 tentang
data, penyajian data, dan penarikan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah,
kesimpulan. Pada pene-litian ini yang yang menjelaskan mengenai Kedudukan,
menjadi lokasi penelitian adalah Budaya Tugas dan Fungsi dari Dinas
Suku Tengger Bromo, sedangkan situs Kebudayaan dan Pariwisata Kab.
penelitian adalah Dinas Kebudayaan dan Pasuruan
Pariwisata Kabupaten Pasuruan dan
Lembaga Adat Suku Tengger Bromo Perihal sinergi pemerintah daerah dan
sabrang kulon di Desa Tosari Kecamatan lembaga adat dalam melaksanakan peles-
Tosari Kabupaten Pasuruan. Dan yang tarian Kebudayaan di Suku Tengger Bromo,
menjadi fokus peneli-tiannya, yaitu: pertama dapat dilihat dari:
Sinergi Pemerin-tah Daerah dan Lembaga Aktor Pelaksana
Adat dalam melaksanakan Pelestarian Yang dimaksud aktor disini adalah
Kebudayaan Suku Tengger Bromo meliputi: pelaksana teknis dan non-teknis dalam

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 159


melaksanakan pelestarian Kebudayaan di dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Suku Tengger Bromo. Di dalam peraturan Daerah. Dan dalam peng-gunaan
yang berkaitan dengan pelak-sanaan sinergi pendanaan/anggaran tersebut, harus
dalam melaksanakan program pelestarian, dimanfaatkan se-efektif mungkin untuk
aktor pelaksana-nya adalah Kepala Bidang mendukung jalannya pelaksana-an
Seni dan Budaya beserta Staf, Kepala pelestarian, seperti dengan membeli Mobil
Bidang Pengembangan Wisata beserta Staf, wisata sebagai sarana untuk aktor-aktor
aktor pelaksana sinergi lainnya dalam Dinas pelaksana sinergi.
Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Pasuruan
adalah Kepala Bidang Pemasaran Wisata 2. Hasil sinergi pemerintah daerah dan
beserta Staf. Aktor pelaksana yang tidak lembaga adat dalam melaksanakan pe-
boleh dilupakan dan menjadi pelaksana non- lestarian kebudayaan di Suku Tengger
teknis adalah Lembaga adat yang diwakili Bromo.
oleh Dukun Adat Suku Tengger Bromo di Sinergi Pemerintah Daerah dan Lembaga
Desa Tosari. Adat dalam melaksanakan pelestarian
Kebudayaan di Suku Tengger Bromo, tujuan
Program utamanya adalah mencip-takan keberhasilan
Program sinergi pemerintah daerah dan pelestarian kebuda-yaan, menciptakan
lembaga adat dalam melaksanakan sebuah kesinergian ya-ng
pelestarian budaya di Suku Tengger Bromo, berkesinambungan, memberikan kema-san
telah sesuai dengan dasar ketentuan produk daya tarik wisata yang merupakan
mengenai pemanfaatan, perlindungan dan ciri khas Kabupaten Pasuruan, tanpa
pengembangan yang dilakukan dalam menghilangkan atau mengurangi keaslian
beberapa bentuk dan telah memperhatikan Budaya Suku Tengger Bromo. Sesuai
keharusan, sesuai dengan ketentuan dalam dengan sinergi ideal Doctorof (1997,h.76),
peraturan juga ketentuan dalam menerapkan dan pelaksanaanya berprinsip pada
strategi sinergi yang ideal menurut Doctorof koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
(1997,h.76), yaitu: kepercayaan, ko- Iversen (1997,h.58), telah membawa hasil
munikasi, umpan balik, dan kreativitas dari positif yakni :
masing-masing aktor pelaksana. Menurut Nilai Budaya dan Perubahan Sosial
Iversen (1997,h.58), program-program Masyarakat
sinergi dalam melaksanakan pelestarian Nilai Budaya Suku Tengger Bromo fungsi
kebudayaan Suku Tengger Bromo telah utamanya adalah membuat ma-syarakat
efektif, karena dalam pendukungnya tetap bersatu merasa
pelaksanaan/penyelenggaraan menera-pkan memiliki kebudayaan sebagai jati dirinya.
3 prinsip sinergi, yakni: Koor-dinasi, Menurut Koentjaraningrat (2005,h.75-76),
Integrasi, Sinkronisasi. Program yang pelaksanaan program pelestarian Budaya
diselenggarakan adalah program enkulturasi Suku Tengger Bromo dengan tidak
(pewarisan budaya) dan pengembangan mengurangi, me-rusak, dan menghilangkan
potensi wisata. keaslian dari nilai budaya telah terwujud
karena sinergi pemerintah daerah dan
Sarana dan Prasarana lembaga adat telah sesuai dengan peraturan,
Terkait sarana dan prasarana yang diperkuat dengan penerapan prinsip sinergi
dibutuhkan untuk menunjang pelak-sanaan Iversen (1997,h.58) oleh aktor-aktor
program-program sinergi peles-tarian pelaksana. Dan keberhasilan ter-sebut,
kebudayaan adalah Pendanaan / Anggaran membawa suatu bentuk peruba-han kearah
dan Mobil Wisata. Penda-naan /anggaran ini yang lebih baik/positif.
sudah ada di dalam pembahasan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun Pengembangan Potensi Wisata
2007, yang mana dalam segala pelaksanaan Di dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam
kegiatan pelestarian kebudayaan yang Negeri dan Menteri Kebuda-yaan dan
menyangkut, pemanfaatan, pengelo-laan, Pariwisata Nomor 42 dan 40 Tahun 2009,
pengembangan didukung oleh Pendanaan telah dibahas mengenai bentuk pelestarian

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 160


dapat dilakukan dengan pemanfaatan dipahami oleh semua aktor-aktor
melalui pengembangan wisata, dan didalam pelaksana.
program pengembangan wisata telah b. Penerapan Prinsip Sinergi dan Ketentuan
terwujud dan menghasilkan sebuah kemasan Peraturan Oleh Aktor-Aktor Pelaksana.
produk atau daya tarik wisata, menjadi ciri Faktor lain yang mendukung keber-
khas yang digagas Kabupaten Pasuruan, hasilan pelaksanaan sinergi pemeri-ntah
yakni Daya Tarik Wisata Kebudayaan Suku daerah dan lembaga adat dalam
Tengger Bromo. Dalam keberhasilan melestarikan Kebudayaan di Suku
mewujudkan suatu produk wisata, yang Tengger Bromo adalah sikap dari aktor-
dalam pengem-bangannya tetap aktor pelaksana sinergi, yakni pegawai
memperhatikan peles-tarian lingkungan / Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
eco tourism, serta mampu menempatkan Kabupaten Pasuruan, Camat tosari,
kekuatan dan potensi masyarakat lokal, kepala desa, beserta Dukun dan sesepuh
sebagai sendi pengembangan pariwisata / adat Suku Tengger Bromo, masyarakat
community based. Hal tersebut telah sesuai Suku Tengger Bromo di Tosari, yang
dengan yang diutarakan oleh Kusudianto mau menerima dan menerapkan prinsip
(1996,h.23). Hal ini juga didukung oleh Cox sinergi dan ketentuan yang ada dalam
(dalam Dowling & Fennel, 2003,h.2), yang peraturan. Hal ini dapat dili-hat dari
mengatakan bahwa Dinas Kebudayaan dan kesadaran masing-masing aktor
Pariwisata Kab. Pasuruan beserta lembaga pelaksana dalam menerapkan prinsip dan
adat Suku Tengger Bromo telah pedoman sinergi ideal Iversen
memperhatikan dan mempertimbangkan (1997,h.58). Penerapan pro-gram sinergi
prinsip-prinsip berkelanjutan dan proteksi yang dilaksanakan telah sesuai dengan
terhadap aspek budaya yang tidak bisa Doctorof (1997,h.76).
dipisah-kan dengan aspek lainnya di dalam
pengelolaan wisata budaya. Faktor Penghambat
a. Rendahnya Kapasitas SDM
3. Faktor pendukung & penghambat Penyebab terhambatnya pelaksa-naan
sinergi pemerintah daerah dan sinergi pemerintah daerah dan lembaga
lembaga adat dalam melaksanakan adat dalam pelestarian kebudayaan Suku
pelestarian kebudayaan di Suku Tengger Bromo adalah kapasitas SDM
Tengger Bromo. yang masih rendah. Rendahnya kapasitas
Sinergi pemerintah daerah dan lem-baga SDM di Suku Tengger Bromo Sabrang
adat dalam melaksanakan pelestarian kulon dikarenakan pola pikir mas-
kebudayaan di Suku Tengger Bromo juga yarakat yang masih tradisional. Faktor
terdapat hal-hal yang mendukung dan penghambat ini sesuai den-gan apa yang
menghambat pelaksanaannya, yakni: dikatakan Soekanto (1995,h.40), sinergi
Faktor Pendukung dapat berdam-pak pada perubahan sosial
a. Isi peraturan yang dijadikan dasar hukum kema-juan/ progrees apabila memper-
pelaksanaan sinergi. hatikan faktor-faktor yang men-dukung.
Rincinya isi ketentuan dan ketetapan Akan tetapi, jika sinergi tidak
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri memperhatikan faktor peng-hambat
Nomor 39 Tahun 2007; diperkuat dengan seperti Sifat dan pemikiran masyarakat
Peraturan Bersama Menteri Dalam yang masih tradisional, maka akan
Negeri dan Menteri Kebudayaan Nomor menyebabkan kemun-duran /regress.
42 dan 40 Ta-hun 2009; diperjelas b. Permasalahan Area Konservasi, otonomi
dengan Pera-turan Daerah Kabupaten daerah, serta tidak adanya Perda khusus
Pasuruan Nomor 12 Tahun 2008 tentang yang mengatur peles-tarian kebudayaan
pelaksanaan pelestarian kebudayaan oleh Suku Tengger Bromo.
Dinas Kebudayaan dan Pariwi-sata Kab. Sesuai peraturan yang dijadikan
Pasuruan beserta Lembaga Adat Suku ketentuan dalam pelaksanaan siner-gi,
Tengger (Dukun suku Tengger Tosari), kewajiban Pemerintah Daerah perihal
sehingga mudah dimengerti dan Budaya dilaksanakan oleh SKPD yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 161


membidangi kebudaya-an. Contohnya sudah berhasil, dilihat dari pe-ran dan
Pelestarian kebuda-yaan di Suku komunikasi aktor pelaksana, program,
Tengger Bromo, Desa Tosari sarana dan prasarana.
dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan b. Sinergi pemerintah daerah dan lem-baga
dan Pariwisata Kabu-paten Pasuruan. adat dalam melaksanakan peles-tarian
Tetapi, Gunung Bromo dikelola oleh 4 kebudayaan di Suku Tengger Bromo,
daerah yang memiliki hak dan kewajiban ternyata membawa hasil posi-tif terhadap
peles-tarian kebudayaan sesuai dengan Kebudayaan Suku Teng-ger Bromo
otonomi daerah masing-masing. Hal sabrang kulon, dilihat dari terjaganya
inilah yang menjadi penghambat nilai budaya dan peruba-han sosial
terlaksananya sinergi, karena daerah masyarakat ke arah kema-juan (progress)
otonom adalah daerah yang diberi-kan dan keberhasilan da-lam
wewenang untuk mengatur dan mengembangkan potensi wisata
mengurus rumah tangganya sendiri, kebudayaan Suku Tengger Bromo de-
termasuk pelestarian kebudayaan di ngan memunculkan produk yang me-
Suku Tengger Bromo yang tidak pernah miliki daya tarik dan ciri khas yang
mencapai kesepakatan ber-sama untuk digagas oleh Kabupaten Pasuruan.
mengelola karena tiap-tiap daerah saling c. Faktor pendukung sinergi pemerintah
bersaing. Selain permasalahan tersebut, daerah dan lembaga adat dalam melak-
permasalah-an lain Gunung Bromo sanakan pelestarian kebuda-yaan di Suku
Tengger telah masuk sebagai area Tengger Bromo, adalah: Isi peraturan
konservasi Taman Nasional. Yang mana, yang dijadikan dasar hukum pelaksanaan
SKPD terkait dengan hal tersebut adalah sinergi; Penera-pan prinsip sinergi dan
Perum Perhutani / Dinas Per-hutanan di ketentuan peraturan oleh aktor-aktor
masing-masing wilayah. Permasalahan pelaksana.
yang utama adalah tidak adanya Perda d. Faktor penghambat sinergi pemerin-tah
khusus yang mengatur pelaksanaan daerah dan lembaga adat dalam
pelestarian kebudayaan Suku Tengger melaksanakan pelestarian kebudayaan di
Bromo sehingga tidak tercipta tumpang Suku Tengger Bromo adalah Rendahnya
tindih kekuasaan antar SKPD yang kapasitas SDM di Suku Tengger Bromo
saling terkait dengan Gunung Bromo dan sabrang kulon; Area konservasi, otonomi
Kebudayaannya. daerah dan tidak adanya Perda khusus
yang mengatur pelaksanaan pelestarian
Kesimpulan kebudayaan Suku Tengger Bromo.
a. Sinergi pemerintah daerah dan lem-baga
adat dalam melaksanakan peles-tarian
kebudayaan di Suku Tengger Bromo

Daftar Pustaka

Chandler, R.C & Plano, J.C. (1988) The Public Administration Dictionary. Santa Barbara, CA: ABC-
CLIO.
Doctoroff, Michael. (1977) Synergistic Management. New York, AMACOM Press.
Dowling,RK and DA.Fennel. (2003) The Context of Ecotourism Policy and Planning. Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama
Iversen, M. (1997) Concept of Synergy–toward a clarification. Departement of Industrial Economics
and strategy, Copenhagen Business School.
James, D.Mooney. (2000) Institutional Culture. Jakarta, PT.Gramedia Pustaka
Koentjaraningrat (1984) Kebudayaan Jawa. Jakarta, Balai Pustaka
_____________ (2005) Pengantar Antropologi I. Jakarta, Rineka Cipta.
Kusudianto,Hadinoto. (1996) Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. Jakarta, Universitas
Indonesia Press.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 162


Miles,Matthew B & Michael. A.Huberman. (1992) Analisis Data Kualitatif. Bandung, PT Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42 dan 40
Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan [Internet] Available From:
http://dprd.jatimprov.go.id/
Peraturan_Bersama_Menbudpar_dan_Mendagri_No_40_dan_42_Tahun_2009_tentang_Pedoman_
Pelestarian_Kebudayaan.pdf [Accessed 15 November 2012]
Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Dinas
Daerah. [Internet] Available From:
http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/KAB_PASURUAN_12_2008.pdf [Accessed 15
November 2012]
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 39 Tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitasi Organisasi
Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton, dan Lembaga Adat dalam Pelestarian dan
Pengembangan Budaya Daerah. [Internet] Available From:
http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/Dagri_No_39_2007.pdf
[Accessed 15 November 2012]
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga
Masyarakat [Internet] Available From: http://www.pnpm-
perdesaan.or.id/PERMENDAGRI_5_TH_2007_KELEMBAGAAN_MASYARAKAT_DESA.pdf
[Accessed 15 November 2012]
Saparin (1986) Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. Jakarta,Ghalia Indonesia
Soekanto,Soerjono. (2002) Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi 4, Jakarta, PT.Gramedia
Undang–undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Internet] Available From:
http://www.kpu.go.iddocuments/UU_32_2004_Pemerintahan Daerah.pdf [Accessed 05 Desember
2012]
Wiraatmadja, Soekandar. (1976) Sosiologi Pedesaan. Jakarta,CV Yasaguna.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol 1, No.2, hal. 155-163 | 163

You might also like