You are on page 1of 12

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.

2, Juli 2014

HUBUNGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS


KEHIDUPAN SEHARI-HARI (AKS) DENGAN HARGA DIRI PENDERITA STROKE DI
POLIKLINIK SYARAF RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Siti Fathimah Fadlulloh1, Arif Setyo Upoyo2, Yuli Dwi Hartanto3


1)Student
of Nursing Departement, Faculty of Health Sciences, Jenderal Soedirman University,
Purwokerto, 2)Lecturer of Medical Surgical Program, Nursing Departement, Faculty of Health
Sciences, Jenderal Soedirman University, Purwokerto, 3)Nurse of Emergency, RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata, Purbalingga

ABSTRACT
Stroke causes physical disability such as decrease in motoric ability that leads to a decline
in ability of the activities. It causes dependence activity in fulfills activity of daily living
(ADL). That decreasing ability affects self esteem of stroke patients. The study aims to find
out the correlation between level of dependency in fulfills ADL with self esteem of stroke
patients. The study used correlation analysis method with cross sectional approach
performed at Polyclinic of Neurological RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo in Purwokerto.
Sample consist of 31 respondents, it was taken by accidentaly sampling technique in
December 2013 – January 2014. The instrument study used modification of barthel index
and self-esteem questionnaire. The data were analyzed by using Rank Spearman. The
study result obtained p-value = 0,003 and the level of correlation (r) = 0,521. There are
significant correlations between the level of dependency in fulfills activity of daily living
(ADL) with self esteem of stroke patients.

ABSTRAK
Stroke menimbulkan kecacatan fisik berupa penurunan kemampuan motorik yang
mengakibatkan penurunan kemampuan aktivitas. Penurunan kemampuan aktivitas
menyebabkan ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
Penurunan kemampuan tersebut mempengaruhi harga diri penderita stroke. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat ketergantungan dalam pemenuhan
AKS dengan harga diri penderita stroke. Penelitian ini menggunakan metode analitik
korelasi dengan pendekatan cross sectional dilakukan di Poliklinik Syaraf RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Sampel penelitian sebanyak 31 responden yang diambil
dengan teknik accidentaly sampling pada Desember 2013-Januari 2014. Instrumen
penelitian menggunakan modifikasi indeks barthel dan kuesioner harga diri. Data dianalisis
menggunakan uji rank spearman. Hasil analisis diperoleh p-value = 0,003 dan tingkat
korelasi (r) = 0,521. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat ketergantungan dalam
pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita stroke.

134
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan dasar pada


Stroke merupakan penyebab penderita stroke dilakukan secara
kematian ketiga terbesar di dunia (Kaul & dependen dengan bantuan caregiver
Munshi, 2012). Sekitar 42,2 kematian per baik perawat ataupun keluarga (Sonatha,
100.000 penduduk terjadi akibat stroke 2012). Sekitar 22,70% penderita stroke
pada tahun 2007 (NCHS, 2010). Menurut tergantung pada pasangan atau
Riskesdas 2007 di Indonesia stroke perawatnya dalam melakukan perawatan
merupakan penyebab kematian utama diri (Alaszewski, 2003).
untuk semua umur dengan proporsi 15,4 Ketergantungan dalam
% dan penyakit tidak menular dengan pemenuhan AKS diukur menggunakan
proporsi kejadian terbanyak yaitu modifikasi indeks barthel dengan menilai
mencapai 26,9% dari 2.285 penduduk kemampuan merawat dirinya sendiri
(BPPK, 2008). Prevalensi stroke (Budiyono, 2005). Hasil penelitian
hemoragik di Jawa Tengah mencapai Ratnasari, Kristiyawati, & Solechan
0,05% sedangkan prevalensi stroke (2011) menunjukkan 5%, 30%, 45% dan
iskemik sebesar 0,09% selama tahun 20% dari 20 penderita stroke secara
2009 (BPS, 2009). berturut-turut berada pada kategori AKS
Hasil studi pendahuluan yang ketergantungan, tergantung sebagian,
dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah sangat tergantung dan ketergantungan
(RSUD) Prof. Dr. Margono Soekarjo total berdasarkan penilaian modifikasi
Purwokerto menunjukkan jumlah kasus indeks barthel. Hasil studi pendahuluan
stroke semakin meningkat setiap menemukan sejumlah enam dari sepuluh
tahunnya. Perhitungan jumlah kasus penderita stroke yang berada di
stroke pada tahun 2010, 2011 dan 2012 poliklinik, tiga diantaranya mengalami
secara berturut-turut mencapai 924, ketergantungan ringan, dua diantaranya
1019, dan 1061 untuk semua kasus mengalami ketergantungan sedang, dan
stroke baik stroke hemoragik maupun satu diantaranya mengalami
stroke iskemik. Pada Januari hingga ketergantungan berat dalam pemenuhan
September 2013 terdapat 884 kasus AKS. Beberapa aktivitas yang
stroke. Banyaknya kasus stroke sejalan memerlukan bantuan orang lain meliputi
dengan banyaknya jumlah kunjungan di kebersihan diri, mandi, toilet, menaiki
poliklinik syaraf. Jumlah kunjungan pada tangga, memakai pakaian, mengontrol
Januari hingga September 2013 BAK, berpindah tempat, dan berpindah
mencapai 814 kunjungan. dari kursi ke tempat tidur. Aktivitas lain
Kejadian stroke dapat seperti makan dan kontrol BAB sudah
menimbulkan kecacatan bagi penderita dapat dilaksanakan secara mandiri oleh
yang mampu bertahan hidup. Salah penderita stroke.
satunya adalah ketidakmampuan Penderita stroke dengan tingkat
perawatan diri akibat kelemahan pada kemandirian yang rendah berdasarkan
ekstremitas dan penurunan fungsi penilaian indeks barthel memiliki
mobilitas yang dapat menghambat hubungan yang signifikan dengan
pemenuhan aktivitas kehidupan sehari- distress emosional (r = 0.37, p < 0.001)
hari (AKS). Aktivitas kehidupan sehari- (Thomas & Lincoln, 2008). Salah satu
hari (AKS) merupakan kegiatan sehari- tanda distress emosional yang sering
hari yang dilakukan seseorang untuk terjadi pada penderita stroke yaitu
memenuhi kebutuhan hidupnya. depresi akibat harga diri rendah yang

135
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

tidak tertangani. Hasil penelitian Vickery, METODE


Sepehri, & Evans (2008) menyebutkan Analisis data penelitian
sejumlah 37 penderita stroke (n=80) menggunakan data primer dan data
dikaji menggunakan Visual Analogue sekunder yang diperoleh pada
Self Esteem Scale dan 21 penderita Desember 2013– Januari 2014. Desain
stroke (n=80) dikaji menggunakan penelitian menggunakan analitik korelasi
Rosenberg Self Esteem Scale telah dengan pendekatan cross sectional
teridentifikasi mengalami harga diri dengan populasi semua penderita stroke
rendah. Penelitian Rahmawati (2010) yang mengunjungi Poliklinik Syaraf
menemukan sekitar 82,2% penderita RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
stroke memiliki harga diri rendah. Purwokerto dalam jangka waktu per
Hasil studi pendahuluan bulan. Pengambilan sampel dengan
menemukan sejumlah tiga dari enam accidentaly sampling sebanyak 31
penderita stroke dengan ketergantungan responden yang memenuhi kriteria
dalam pemenuhan AKS yang berada di inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria
poliklinik diketahui mengalami penurunan inklusi meliputi usia antara 35-65 tahun,
harga diri setelah dilakukan pengukuran bersedia menjadi responden, tingkat
dengan menggunakan kuisioner tingkat kesadaran compos mentis (GCS 15),
harga diri yang dibuat oleh Rahmawati mengalami hemiparesis, dan proses
(2010) pada penelitiannya yang berjudul pemulihan ≤ 1 tahun paska serangan
Pengaruh Peran Keluarga terhadap stroke pertama, dan kriteria eksklusi
Harga Diri Pasien Stroke di Ruang yaitu pasien dengan gangguan
Rawat Inap RSUD Dr. Margono Soekarjo penglihatan (buta), gangguan
Purwokerto. Penurunan harga diri ini pendengaran (tuna rungu), skizofrenia,
ditandai dengan ungkapan penderita demensia, parkinson dan ulkus DM.
stroke yang mengeluh dan merasa Data dikumpulkan melalui
bersalah dengan keadaannya sekarang. pengisian kuesioner secara terpimpin.
Ketiganya beranggapan bahwa diri Instrumen yang digunakan untuk
mereka adalah beban keluarga. mengukur tingkat ketergantungan dalam
Keterbatasan mereka dalam mandi, pemenuhan AKS menggunakan
berpindah tempat, berjalan, dan modifikasi indeks barthel (Shah, Vanclay,
beraktivitas sehari-hari membuat mereka & Cooper, 1989), sedangkan mengukur
merasa tidak berguna dan kadang- harga diri menggunakan kuesioner harga
kadang merasa tidak mempunyai arti diri (Rahmawati, 2010). Analisis data
apa-apa. Hal ini dapat menandakan dilakukan menggunakan uji rank
penerimaan diri yang rendah terhadap spearman.
keterbatasannya atau ketergantungan
dalam pemenuhan AKS yang HASIL
dialaminya. Berdasarkan latar belakang Responden penelitian ini
tersebut, peneliti tertarik untuk
berjumlah 31 penderita stroke di
mengetahui hubungan tingkat
ketergantungan dalam pemenuhan Poliklinik RSUD Prof. Dr. Margono
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) Soekarjo Purwokerto, dengan gambaran
dengan harga diri penderita stroke di sebagai berikut:
Poliklinik Syaraf RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.

136
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe stroke, lama pemulihan
paska serangan, dan kekuatan otot
No Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Usia (tahun)
35-39 1 3,2
40-44 1 3,2
45-49 4 13,0
50-54 6 19,3
55-59 7 22,5
60-65 12 38,8
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 21 67,7
Perempuan 10 32,3
3. Tipe Stroke
Stroke Hemoragik 6 19,4
Stroke Iskemik 25 80,6
4. Lama Pemulihan Paska Serangan (bulan)
1-3 19 61,3
4-6 7 22,6
7-9 1 3,2
10-12 4 12,9
5. Kekuatan Otot
1 5 16,1
2 0 0
3 2 6,5
4 24 77,4

Tabel 2 Gambaran tingkat ketergantungan dalam pemenuhan AKS responden


Tingkat Ketergantungan AKS Frekuensi (n) Persentase (%)
Ketergantungan Total 1 3,2
Ketergantungan Berat 3 9,7
Ketergantungan Sedang 5 16,1
Ketergantungan Ringan 10 32,3
Ketergantungan Minimal 9 29
Mandiri 3 9,7

137
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

Berdasarkan tabel 1, gambaran Tabel 4 Hasil analisa hubungan tingkat


karakteristik responden menunjukkan ketergantungan aktivitaskehidupan
usia responden paling banyak berada sehari-hari (AKS) dengan harga diri
pada kelompok usia 60-65 tahun Variabel n p- r
value
sebanyak 12 orang (38,8%), sebagian
Tingkat
besar jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 Ketergantungan
orang (67,7%), mayoritas mengalami 31 0,003 0,521
AKS
stroke iskemik sebanyak 25 orang Harga Diri
(80,6%). Responden paling banyak
mencapai lama pemulihan paska dalam pemenuhan aktivitas kehidupan
serangan 1-3 bulan sebanyak 19 orang sehari-hari (AKS) dengan harga diri
(61,3%) dan memiliki kekuatan otot 4 penderita stroke di Poliklinik Syaraf
sebanyak 24 orang (77,4%). RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Gambaran tingkat ketergantungan Purwokerto. Nilai spearman’s rho =
responden pada tabel 2 menunjukkan 0,521 menunjukkan kekuatan hubungan
bahwa tingkat ketergantungan dalam sedang antara variabel tingkat
pemenuhan AKS paling banyak ketergantungan dalam pemenuhan
mengalami ketergantungan ringan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
sebanyak 10 orang (32,3%). Sedangkan, dengan harga diri.
gambaran harga diri responden pada
tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat PEMBAHASAN
harga diri sebagian besar responden Usia responden paling banyak
berada dalam kategori harga diri tinggi berada pada kelompok usia 60-65 tahun.
sebanyak 16 orang (51,6%). Menurut WHO rentang usia 60-65 tahun
Tabel 3 Gambaran harga diri responden telah berada pada kategori lanjut usia
Harga Diri Frekuensi Persentase (elderly). Peningkatan kejadian stroke
(n) (%) pada lansia akibat proses degeneratif
Harga Diri 1 3,2 seperti penurunan elastisitas pembuluh
Rendah darah dan disfungsi endotel,
Harga Diri 14 45,2
Sedang menyebabkan peningkatan resistansi
Harga Diri 16 51,6 perifer sehingga meningkatkan elevasi
Tinggi tekanan darah sistolik (Nilsson, 2005)
yang dapat menimbulkan gangguan
Tabel 4 menunjukkan hasil analisa uji aliran darah dan berisiko terhadap
statistik rank spearman diperoleh nilai
kejadian stroke.
spearman’s rho = 0,521 dengan p-value =
0,003 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 Penderita stroke dengan jenis
berarti H0 ditolak dan Ha diterima. kelamin laki-laki lebih besar
Berdasarkan hasil analisis tersebut dibandingkan perempuan. Peneliti
dapat disimpulkan ada hubungan yang
berasumsi bahwa pada rentang 35-65
bermakna antara tingkat ketergantungan
laki-laki memiliki lebih banyak faktor

138
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

risiko stroke dibandingkan perempuan. ditetapkan secara nasional (Usman,


Faktor yang dapat meningkatkan risiko 2014). Penderita pun disarankan
terjadinya stroke meliputi kurangnya melakukan kontrol rutin pada tenaga
aktivitas (Abbot, et al., 1994), obesitas medis untuk memonitor perbaikan
(Song, et al., 2004), dan kebiasaan ataupun perburukan yang dapat terjadi
merokok (Dinata, Safrita, & Sastri, 2013), akibat stroke (Mandic & Rancic, 2011).
yang ketiganya dapat menyebabkan Hal ini mendukung hasil penelitian, di
vasokonstriksi sehingga mempercepat mana banyak responden berada pada
terjadinya plak aterosklerotik. Selain itu, lama pemulihan satu hingga tiga bulan
prevalensi merokok di Indonesia pada paska stroke berkunjung ke poliklinik
2012 diketahui bahwa pria Indonesia syaraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
yang digolongkan perokok aktif lebih Purwokerto adalah dengan tujuan untuk
besar dibandingkan perempuan (Indriani, melakukan kontrol rutin.
2014). Sebagian besar responden
Kejadian stroke iskemik lebih memiliki kekuatan otot 4. Kekuatan otot 4
banyak terjadi dibandingkan stroke artinya penderita stroke telah dapat
hemoragik. Penelitian Dinata, Safrita, & melawan gaya berat (gravitasi) dan
Sastri (2013) menemukan bahwa empat dapat mengatasi sedikit tahanan yang
faktor risiko tertinggi yang berkontribusi diberikan (Lumbantobing, 2008).
terhadap munculnya stroke iskemik Peningkatan kekuatan otot dapat dilatih
diantaranya adalah usia lebih dari 50 melalui terapi atau latihan gerak sendi
tahun (45,83%) dan kolesterol total atau range of motion (ROM) baik secara
meningkat (45,83%) yang aktif maupun pasif dan dapat
mempengaruhi penyempitan pada dioptimalkan untuk dilakukan di rumah.
pembuluh darah, gula darah meningkat Kesadaran akan kebutuhan bergerak
(47,89%) yang mempengaruhi viskositas dapat menstimulasi otak untuk tetap
darah yang semakin meningkat, dan berusaha bergerak, lain halnya dengan
hipertensi (43,76%) yang mempengaruhi yang tidak pernah digerakkan, maka otak
tekanan perfusi otak. Faktor risiko ini tidak terstimulasi untuk berusaha
berkontribusi terhadap penurunan suplai bergerak (Wirawan, 2009). Selama masa
oksigen melalui aliran darah ke otak pemulihan kekuatan otot akan
yang dapat menimbulkan stroke iskemik. mengalami peningkatan dan semakin
Banyak responden telah mencapai menunjukkan perbaikan fungsi otot untuk
lama pemulihan 1-3 bulan paska bergerak dan membantu dalam
serangan stroke. Pada masa ini lebih pemenuhan kebutuhan dasar melalui
menupayakan penekanan terhadap kemampuan aktivitas kehidupan sehari-
risiko komplikasi, seperti pemberian obat hari.
antihipertensi dan pelaksanaan terapi Tingkat ketergantungan dalam
lain yang sesuai dengan standar pemenuhan aktivitas kehidupan sehari-
operasional prosedur yang telah hari (AKS) responden paling banyak

139
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

berada pada kategori ketergantungan bulan paska serangan stroke skor


ringan. Lebih dari setengah jumlah barthel index meningkat dan sekitar 57%
penderita stroke (71%) di Poliklinik penderita stroke telah berada pada
Syaraf RSUD Prof. Dr. Margono kategori tidak ketergantungan atau
Soekarjo Purwokerto telah berada pada mandiri dalam pemenuhan AKS (Mandic
kategori ketergantungan ringan, & Rancic, 2011). Penelitian lain
ketergantungan minimal, bahkan mandiri menyebutkan kemampuan AKS ketika
dalam memenuhi kebutuhan AKS. pasien ditemui saat kontrol di poliklinik
Tingkat ketergantungan AKS yang atau dilakukan kunjungan rumah, setelah
ditemukan pada responden penelitian ini 6 bulan paska serangan stroke pada
dapat dipengaruhi oleh usia (35-65 pasien dengan lesi di hemisfer kiri
tahun), kondisi penyakit (stroke berdasarkan barthel index sekitar 53,9%
pertama), dan program rehabilitasi (lama telah mampu mandiri dalam pemenuhan
pemulihan ≤ 12 bulan). AKS. Hal ini serupa pada pasien dengan
Penelitian Hayase, et al., (2004) lesi di hemisfer kanan sekitar 78,9%
menemukan bahwa kemampuan Activity telah berada pada kategori
Daily Living (ADL) setelah usia 50 tahun ketergantungan sedang-ringan
mulai mengalami penurunan secara (Nurwahyuni, 1999).
bertahap sampai akhir hidupnya. Hal ini Kategori harga diri responden
akibat penurunan fungsi pada lansia dan paling banyak memiliki harga diri tinggi.
menyebabkan ketidakmandirian dalam Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
melakukan aktivitas (Prastowo, 2008) responden memiliki kepercayaan diri,
sehingga mengalami ketergantungan dan merasa mampu untuk melakukan
terhadap orang terdekat. Kemandirian berbagai aktivitas yang mereka inginkan,
dalam melakukan AKS juga memiliki menerima kondisinya dengan tulus, tidak
hubungan bermakna dengan status menyalahkan diri sendiri dan orang lain,
penyakit (Yusuf & Kongkoli, 2013). merasa dihargai, dan mendapat
Penderita stroke mengalami kelemahan dukungan sosial yang optimal meskipun
dan penurunan daya tahan otot, menderita akibat pengalaman stroke
penurunan ROM, gangguan sensasi, dan yang terjadi. Interaksi antara penderita
masalah pada pola berjalan. Hal ini stroke dengan peneliti ataupun petugas
menyebabkan penurunan kemampuan kesehatan lainnya terjalin dengan baik.
penderita stroke dalam pemenuhan AKS. Hal ini dapat teramati ketika pelaksanaan
Salah satu kondisi yang dapat penelitian. Selain itu, kebanyakan
memperberat penurunan kemampuan responden didampingi oleh keluarganya
AKS adalah kejadian stroke berulang saat kontrol rutin di Poliklinik Syaraf
(Santoso, 2003). RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Program rehabilitasi telah dijalani Purwokerto. Tingkat harga diri pada
oleh penderita stroke meliputi latihan responden penelitian ini dipengaruhi oleh
ROM dan terapi okupasi, selama tiga faktor usia (35-65 tahun), kecacatan fisik

140
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

(hemiparesis), dan lama proses mampu menerima keadaan dirinya, baru


pemulihan (≤ 12 bulan paska serangan). ia akan mempunyai harga diri tinggi
Harga diri cenderung meningkat (Lubis & Hashim, 2009).
pada usia muda dan pertengahan, Hasil penelitian menunjukkan
mencapai puncaknya pada usia 60 tahun bahwa sebagian besar penderita stroke
namun mulai menurun saat memasuki yang berada di Poliklinik Syaraf RSUD
usia tua, yang sebagian disebabkan oleh Prof. Dr. Margono Soekarjo telah berada
perubahan status kesehatan yang pada kategori tingkat ketergantungan
dialami (Robins, Orth, & Trzesniewski, AKS ringan menuju ke arah mandiri dan
2010). Lansia yang memiliki penyakit memiliki harga diri tinggi. Berdasarkan
kronis menyebabkan penurunan hasil analisis ada hubungan yang
kemampuan fungsional sehingga bermakna antara tingkat ketergantungan
mempengaruhi harga dirinya. dalam pemenuhan aktivitas kehidupan
Hemiparesis merupakan kelemahan otot sehari-hari (AKS) dengan harga diri
pada satu sisi tubuh yang menyebabkan penderita stroke di Poliklinik Syaraf
fungsi dari otot mengalami penurunan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
(Oliveira, et al., 2008) yang dinilai melalui Purwokerto dengan keeratan hubungan
kekuatan otot. Penurunan kekuatan otot sedang.
yang berat mengakibatkan kelambanan Tingkat ketergantungan AKS dan
gerak, lebih mudah goyah, susah atau harga diri penderita stroke pada awal
terlambat mengantisipasi bila terjadi serangan dan selama masa pemulihan
gangguan seperti terpeleset dan terdapat perbedaan. Penelitian
tersandung. Hal tersebut dapat sebelumnya menemukan bahwa saat
menimbulkan harga diri rendah (Af’idah, awal serangan, kemampuan AKS
Dewi, & Hadhisuyatmana, 2012). penderita stroke cenderung berada pada
Harga diri seseorang saat pertama tingkat kategori ketergantungan sangat
kali didiagnosa penyakit berbeda dengan berat (Mandic & Rancic, 2011).
yang telah lama didiagnosa. Pasien Ketergantungan sangat berat ini ditandai
stroke yang telah berlangsung lama oleh ketidakmampuan penderita stroke
memiliki pengalaman yang berbeda untuk berpindah dan melakukan
terhadap penyakitnya, dibandingkan perawatan diri. Kurangnya perawatan diri
pasien yang baru didiagnosa berhubungan dengan tingkat harga diri
(Darussalam, 2011). Penderita stroke pada penderita stroke. Penurunan
yang telah menjalani proses pemulihan kemampuan fungsi mobilisasi dan
cukup lama dapat bertoleransi terhadap perawatan diri memunculkan rasa
kondisi penyakit dan mulai menerima frustasi dan kemarahan terhadap diri
kondisinya. Penerimaan ini mengarah sendiri yang mengakibatkan penurunan
pada persiapan secara aktif dan harga diri, sehingga pada awal serangan
persiapan pasif menghadapi hal paling penderita stroke cenderung memiliki
buruk ataupun perbaikan. Ketika pasien harga diri rendah (Rahmawati, 2010).

141
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

Semakin individu mengalami menunjang peningkatan harga diri pada


ketergantungan dalam pemenuhan AKS penderita stroke. Hasil penelitian ini
semakin harga dirinya akan mengalami menunjukkan bahwa setelah lama
penurunan. pemulihan ≤ 12 bulan tingkat
Hal tersebut didukung oleh ketergantungan AKS sebagian besar
penelitian Hansell & Chapman (2013) (71%) telah berada pada kategori
yang menyatakan bahwa ketergantungan ringan, ketergantungan
ketergantungan aktivitas yang meliputi minimal, dan mandiri, dan kemampuan
aktivitas kebersihan diri, mandi sendiri ini disertai dengan tingkat harga diri
dan berpakaian dapat menurunkan tinggi pada sebagian besar penderita
harga diri penderita stroke. Akibat stroke (51,6%). Harga diri tinggi muncul
ketergantungan atau bantuan yang ketika individu merasa sukses atas
diberikan oleh orang lain dalam pencapaian suatu hasil yang maksimal
pelaksanaan kebersihan diri yang kurang (Stuart & Sundeen, 1991). Sehingga
dan ketidakmampuan mandi sendiri tingkat ketergantungan yang semakin
adalah menyebabkan badan, rambut dan mengarah pada kategori mandiri akan
gigi terlihat kotor, kulit yang berdaki dan disertai dengan peningkatan harga diri
bau, serta kuku panjang dan kotor. yang dimilikinya. Penampilan AKS dan
Ketidakmampuan berpakaian dan kondisi psikologis yang baik mampu
berdandan berdampak terhadap menguatkan reintegrasi pada kehidupan
buruknya penampilan seperti rambut normal penderita stroke (Murtezani, et
yang acak-acakan dan pakaian yang al., 2009).
tidak rapi. Penampilan tersebut Kekuatan hubungan antara tingkat
menimbulkan rasa malu atau penilaian ketergantungan dalam pemenuhan AKS
negatif terhadap diri sendiri (Pardede, dengan harga diri adalah sedang.
2013). Usaha untuk meningkatkan Kekuatan hubungan sedang ini
kemandirian dalam aktivitas kebersihan bermakna bahwa hubungan tingkat
diri dan berpakaian memiliki dampak ketergantungan dalam pemenuhan AKS
secara luas yaitu akan meningkatkan cukup kuat dan mampu mempengaruhi
kemampuan motorik halus, harga diri, harga diri penderita stroke. Hal ini
kepercayaan diri, dan mengurangi disebabkan oleh banyaknya faktor yang
kecemasan yang berkaitan dengan dapat mempengaruhi kemampuan AKS
perasaan tidak berdaya pada penderita dan harga diri pada penderita stroke.
stroke (Hansell & Chapman, 2013). Adapun beberapa faktor yang belum
Kemampuan dalam pemenuhan dikontrol pada penelitian ini namun
AKS mengalami peningkatan setelah tiga ternyata dapat lebih mempengaruhi
bulan paska serangan (Mandic & Randic, harga diri diantaranya dukungan
2011) dan enam bulan paska serangan keluarga dan tipe kepribadian.
(Nurwahyuni, 1999). Kesuksesan dalam
peningkatan kemampuan AKS dapat

142
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

SIMPULAN BPPK. (2008). Riset kesehatan dasar


Berdasarkan hasil penelitian, ada (Riskesdas) 2007. Jakarta:
hubungan yang bermakna antara tingkat Departemen Kesehatan RI.
ketergantungan dalam pemenuhan AKS BPS. (2009). Profil kesehatan Provinsi
dengan harga diri penderita stroke di Jawa Tengah. Semarang: Dinas
Poliklinik Syaraf RSUD Prof. Dr. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Margono Soekarjo Purwokerto dengan Budiyono, T. (2005). Hubungan derajat
keeratan hubungan sedang. Peningkatan berat stroke non hemoragik pada
program dan kegiatan yang bertujuan saat masuk rumah sakit dengan
untuk meningkatkan kemampuan AKS waktu pencapaian maksimal
diharapkan dapat meningkatkan harga aktifitas kehidupan sehari-hari.
diri pada penderita stroke. Program Universitas Diponegoro,
tersebut seperti terapi okupasi dan Semarang.
latihan ROM yang dapat lebih Darussalam, M. (2011). Analisis faktor-
difokuskan. Penelitian lebih lanjut faktor yang berhubungan dengan
diperlukan dengan menambah variabel depresi dan hopelessness pada
lain yang mempengaruhi harga diri agar pasien stroke di Blitar. Universitas
dapat diketahui variabel yang dominan Indonesia, Depok.
dan kontribusi dari masing-masing Dinata, C. A., Safrita, Y., & Sastri, S.
variabel dalam mempengaruhi harga diri (2013). Gambaran faktor risiko
penderita stroke, dengan menggunakan dan tipe stroke pada pasien rawat
teknik sampling secara acak dan inap di bagian penyakit dalam
melibatkan populasi yang lebih luas. RSUD Kabupaten Solok Selatan
periode 1 Januari 2010 – 31 Juni
DAFTAR PUSTAKA 2012. Jurnal Kesehatan Andalas,
Abbot, R. D., Rodriguez, B. L., Burchfiel, 2(2), 57-61.
C. M., & Curb, J. D. (1994). Hansell, R., & Chapman, H. M. (2013).
Physical activity in older middle- Washing and dressing: a care
aged men and reduced risk of plan. New Scholar: The Journal for
stroke: the honolulu heart Undergraduates in Health and
program. American Journal of Social Care, 1, 12-15.
Epidemiology, 139(9), 881-893. Hayase, D., Mosenteen, D., Thimmaiah,
Af’idah, F. S. N., Dewi, Y. S., & D., Zemke, S., Atler, K., &Fisher,
Hadhisuyatmana, S. (2012). Studi A. G. (2004). Age-related changes
risiko jatuh melalui pemeriksaan in activities of daily living ability.
dynamic gait index (DGI) pada Australian Occupational Therapy
lansia di panti wredha hargodedali Journal, 51(4), 192-198. doi:
Surabaya. Indonesian Journal of 10.1111/j.1440-
Community Health Nursing, 1(1), 1630.2004.00425.x
1-13. Indriani, R. (2014). Jumlah pria perokok
Alaszewski, H., Alaszewski, A., Potter, di Indonesia kedua tertinggi di
J., Penhale, B., & Billings, J. dunia. 2014 (13 Februari).
(2003). Life after stroke: Retrieved from
reconstructing everyday life. http://www.beritasatu.com/kesehat
Centre for Helath Service Studies. an/159720-jumlah-pria-perokok-di-
University of Kent.

143
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

indonesia-kedua-tertinggi-di- patients: main tools for evaluation.


dunia.html Journal of Rehabilitation Research
Kaul, S., & Munshi, A. (2012). Genetics & Development, 45(8), 1215-1226.
of ischemic stroke: indian doi: 10.1682/JRRD.2007.09.0150
perspective. Neurology India, Pardede, J. A. (2013). Defisit perawatan
60(5), 498-503. diri. Universitas Indonesia, Depok.
Lubis, N. L., & Hashim, M. (2009). Prastowo, Y. E. (2008). Identifikasi
Dampak intervensi kelompok kebutuhan aktivitas sehari-hari
kognitif behavioral therapy dan pada lansia stroke / pasca stroke
kelompok dukungan sosial dan di RSUD Kanjuruhan Kepanjen.
sikap menghargai diri sendiri pada Universitas Muhammadiyah
kalangan penderita kanker Malang, Malang.
payudara. Universitas Sumatera Rahmawati, E. (2010). Pengaruh peran
Utara, Medan. keluarga dan harga diri pasien
Lumbantobing, S. M. (2008). Neurologi stroke di ruang rawat inap RSUD
klinik: pemeriksaan fisik dan Prof. Dr. Margono Soekarjo
mental. Jakarta: FKUI Purwokerto. Universitas Jenderal
Mandic, M., & Rancic, N. (2011). The Soedirman, Purwokerto.
recovery of motor function in post Ratnasari, P., Kristiyawati, S. P., &
stroke patients. Medical Archives, Solechan, A. (2011). Hubungan
65(2), 106-108. antara tingkat ketergantungan
Murtezani, A., Hundozi, H., Gashi, S., activity daily living dengan depresi
Osmani, T., Krasniqi, V., & Rama, pada pasien stroke di RSUD
B. (2009). Factors associated with Tugurejo Semarang. STIKES
reintegration to normal living after Telogorejo, Semarang.
stroke. Medical Archives, 63(4), Robins, R. W., Orth, U., & Trzsniewski,
216-219. K. H. (2010). Self-esteem
NCHS. (2010). Heart disease stroke. development from young
NCHS dataline. Retrieved from adulthood to old age: a cohort-
http://www.cdc.gov/nchs/pressroo sequential longitudinal study.
m/stats_states.htm Journal of Personality and Social
Nilsson, P. M. (2005). Reducing the risk Psychology, 98(4), 645-658. doi:
of stroke in elderly patients with 10.1037/a0018769
hypertension: a critical review of Santoso, T. A. (2003). Kemandirian
the efficacy of antihypertensive aktivitas makan, mandi dan
drugs. Drugs Aging, 22(6), 517- berpakaian pada penderita stroke
524. 6-24 bulan pasca okupasi terapi.
Nurwahyuni, C. T. (1999). Kualitas hidup Universitas Diponegoro,
pasien pasca stroke berkaitan Semarang.
dengan jenis stroke dan letak lesi. Shah, S., Vanclay, F., & Cooper, B.
Universitas Diponegoro, (1989). Improving the sensitivity of
Semarang. the barthel index for stroke
Oliveira, C. B. D., Medeiros, I. R. T. D., rehabilitation. Journal of Clinical
Frota, N. A. F., Greters, M. E., & Epidemiology, 42(8), 703-709.
Conforto, A. B. (2008). Balance Sonatha, B. (2012). Hubungan tingkat
control in hemiparetic stroke pengetahuan dengan sikap

144
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 9, No.2, Juli 2014

keluarga dalam pemberian


perawatan pasien pasca stroke.
Universitas Indonesia, Depok.
Song, Y. M., Sung, J., Smith, G. D., &
Ebrahim, S. (2004). Body mass
index and ischemic and
hemorraghic stroke: a prospective
study in Korean men. Stroke, 35,
831-836.
doi:10.1161/01.STR.0000119386.
22691.1C
Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (1991).
Principles and practice of
psychiatric nursing 4th ed. St
Louis : Mosby.
Thomas, S. A., & Lincoln, N. B. (2008).
Predictors of emotional distress
after stroke. Journal of the
American Heart Association, 39,
1240-1245. doi:
10.1161/STROKEAHA.107.49827
9.
Usman, F. S. (2014). Stroke dan
penatalaksanaannya. 2014 (14
Februari). Retrieved from
http://majalahkesehatan.com/strok
e-dan-penatalaksanaannya/
Vickery, C. D., Sepehri, A., & Evans, C.
C. (2008). Self-esteem in an acute
stroke rehabilitation sample: a
control group comparison. Clinical
Rehabilitation, 22(2), 179-187. doi:
10.1177/0269215507080142
Wirawan, R. P. (2009). Rehabilitasi
stroke pada pelayanan kesehatan
primer. Majalah Kedokteran
Indonesia, 59, 61-71.
Yusuf, H. M., & Kongkoli, E. Y. (2013).
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kemandirian lansia dalam
melakukan aktivitas sehari-hari di
panti sosial tresna wredha gau
mabaji Kabupaten Gowa. Media
Keperawatan, 2(3), 741.

145

You might also like