‘Maj Ked Gi, Juni 2009; 16(1): 47-50 ISSN: 1978-0206
EVALUASI RADIOGRAF TULANG ALVEOLER UNTUK
PENEMPATAN IMPLAN DENTAL
Dahlia Herawati
agian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
ABSTRAK
‘Terapi dental implan endosseos meskipun memilki efisiensi tinggi dan dapat diprediksi, tidak mudah cilakukan untuk
‘semua pasien. Klnisi harus mengavaluasi masing-masing kekuatan calon pasien meliputi banyak hal. Evaluasi termasuk pengolu-
‘ran patolog),identificasi dari sruktur anatori, dan evaluasi jaringan tulang yang ada. Kegagalan dari evaluasi akurat dapat men-
imulkan kompiikasi termasuk ketidakmampuan menempatkan implan, Tujuan penullsan ini adalah menunjukkan beberapa kondisi
‘yang didapati pada pasien yang menginginkan perawatan dental implan. Pada kasus tertentu, diagnostic imaging diperiukan untuk
pPenambahan tulang. Diagnostik imaging, alat evaluaci kris, yang pada akhimya menunjukkan pada posis: implan ditempatkan
pada suatu posisi epat yang selanjuinya dapat untuk berfungs! dan penempatan kembali gigi secara estetis. Pengetahuan dari
Imaging diagnostk sangat diperlukan, termasuk keuntungen dan kerugiannya, hal ini penting untuk melengkapi treatment implan
dental secara optimal
Dilaporkan 5 pasien perawatn gigh implan. Dari gambaran radiologi dapat didiagnosis kondis| tulang alveolar dan posis!
‘igi yang tersisa, sehingga dapat dibuat treatment planning yang berbeda-beda. Pemeriksaan radiologi termasuk melhat kualltas
tulang alveolar, bangunan yang ada, dan possi gigl yang berhubungan dengan pembuatan mahkola giglimplan
Radiograt dua dimensi, seperti pertapikal dan panoramik, sangat berharga sebagai skrening kondist tulang alveoler pasion,
arena mempunyaitingkat prediksi yang tinggi disamping memberikan radiasi pencahayaan rendah. Maj Ked Gi, Juni 2009; 16(1)
47-50
Kata kunci: radiograt,tulang alveotar, dental implan
ABSTRACT
Endoseus dental implant therapy, although highly efficient and predictable, cannot easiy be performed forall pationts. The
ciinician must evaluate each potential candidate comprohansivaly The evaluation includes the exclusion of pathology, identification
‘of anatomic structures, and evaluation of avaiable bone tissue. Faure fo evalua accurataly can lead to complications, incuding
‘nabiltyt0 place an implant. In other cases this information, obtained in large part through some form of diagnostic imaging, may
fead'o the need fr bone augmentation. Knowiedge ofthe options for dlagnestic imaging, including advantages and disadvantages,
‘is necessary to provide optimal denial raiment
‘Reported 5 pasients wth reatment implant dental Radiology Imaging’ ciagnased alveoler bone condition dan remain den-
{al postin, s0 that maked teatmont planing diferent others. Radiolog's examination inclucing alveolar bone quantly, availabe,
remain tooth position connecting wth producing implant dental crown.
To-dimensional radiographs, such as periapical and panoramic views, are valuable as soreening modailtes because they
hhave high deintion and result in low radiation exposure. Mej Ked Gini 2008; 181): 47-50
Key words: radiograph, alveolar bone, dental implant
PENDAHULUAN besar), short term, dan long-term (paresthesia/
anesthesia) komplikasi. Tinggi dan lebar dari tulang
alveoler harus akurat detailnya, Meskipun tergantung
pada teknik, diagnostic imaging dapat mengestimasi
Tujuan utama dari diagnostik imaging implan
potential pada pasien adalah untuk mengevaluasi
volume tulang pada penempatan implan dalam lokasi
anatomis yang diinginkan. Kinisi harus mengestimasi
dan menguji secara tepat tinggi, lebar dan densitas
tulang resipien sementara menghindari kerusakan
dan struktur anatomi kritis. Kegagalan mengakses
secara akurat lokasi dari struktur anatomi penting
dapat mengakibatkan komplikasi yang tidak
seharusnya. Sebagai contoh, penetrasi yang kurang
hati-hati dan merusak nervus alveolaris inferior dapat
menghasilkan immediateterm serius (perdarahan
atau mengukur tinggi koronal-apikal, lebar bukal
lingual, dan spacing mesial-distal Kecukupan untuk
implan yang akan ditempatkan, berbatasan dengan
gigi atau relatf planed implan lain. *
Tugas ini dapat simpel dalam kasus dengan
kualitas tulang bagus dan Kecukupan tulang pada
keinginan penempatan lokasi implan, Dalam kasus
sedang ke berat misalnya resorpsi tulang, defek
alveoler, atau sisi ektraksi yang baru, memerlukan
kejelasan image diagnostik akurat’ yang dapat
47Dahlia H: Evaluasi Radiograt Tulang Alveoier
menjadi tantangan. Diagnostik imaging dapat
mengungkapkan volume tulang yang tidak memadai
untuk dirawat impian dan indikasi dibutuhkan untuk
enambahan/augmentation tulang atau tergantung
pada keparahan dan defisiensi, menghindarkan
pasien dari kemungkinan terapi implan. '
Sebagai tambahan, banyaknya, memadai
kualitas tulang yang harus juga dievaluasi. Tidak
Uniform, outline kortikal yang tidak kontinyy dan
suatu lesi, trabecular refleksi inti trabekular bagus
tegas normal homeostasis penting untuk tepat
respon tulang sekitar implan. Konteks tipis atau
diskontinyy, trabekula ttipis, ruang sunsum luas
dan perubahan arsitektur harus dikatahui karona
dapat dipreciksi stabilisasi implan jelek. Dan kurang
diinginkan pada respon tulang. Jeleknya kualitas
tulang dapat dibutuhkan treatment planing modifikasi
seperti. misalnya _menunggu lebih lama healing
(osseointegration) untuk memaksimalkan kontak
tulang-implan sebelum /oading.
Struktur anatomis yang berhubungan dengan
rengana perawatan pasien implan: Maksila: sinus
maksilari (dinding dasar dan anterior), kavitas nasalis
(Ginding dasar dan lateral), foramen insisivus, fosa
kanina, Pada mandibula: kanal mandibula, anterior
oop dari kanal _mandibula, perluasan’ anterior
dari_kanal mandibula, foramen mentale, fossa
submandibula, inklinasi lingual dari ridge alveolar.
Klasifikasi bentuk tulang rahang yang
tersisa dan kualitas tulang. Kualitas tulang: tipe
|: hampir seluruh tulang terditi dari tulang kortikal
homogenous; tipe Il: Lapisan tebal dari tulang
kortikal_ melingkupi_bagian tengah dari tulang
trabekular yang tabal: Ill: Lapisan tipis tulang kortikal
melingkupi inti tulang trabekular tebal, kekuatan
bik; IV. Lapisan tipis tulang kortikal melingkupi int
trabekular densitas tulang rendah. Kuantitas tulang;
A; Sebagian besar aca ridge alveolar adalah ada; B.
Resorpsi sedang dati sisa ridge; C. Resorpsi parah
sisa ridge terjadi dan hanya basal bone yang tersisa;
D. Resopsi minimal sampai sedang dari tulang basal
terjadi; E. Resorpsi basal bone telah terjadi. 2 Sister
ini berdasarkan pada morfologi tulang trabokula
dan ketebalan kortikal bone. Kortikal bone tebal dan
sedikitnya ruang sunsum tulang (grade 1 & 2) kualitas
tulang tinggi berarti sukses pada osseointegrasi
Tipisnya kortikal bone dan luasnya rongga sunsum
tulang (grade 3 & 4) tanda rendahnya kualitas tulang.
Frederiksen (2003)
Tersedianya tulang menentukan apakah
pasien menerima perawatan implan endosteal atau
‘subperiosteal. Jika volume tulang yang tersedia cukup
baik digunakan implan endosteal. InsersiImplan
endosteal kompleks dibandingkan subperiosteal
pada penempatannya. Implan subperiosteal dipilin
jika tulang yang tersedia tidak cukup. Jika implan
endosteal indikasi maka implan subperiosteal tidak
48
ISSN: 1978-0206
indikasi dan sebaliknya. Pada kasus border ineharus
digunakan implan endosteal. Pada hampir semua
kasus endosteal, banyaknya tulang yang tersedia
menentukan bentuk akar atau plate/blade modality
yang harus digunakan.*
Dasar radiografi diklasifikasikan untuk
membedakan antara tulang alveoler normal atau sakit
telah dikembangkan.® Beberapa imaging radiograti
berguna untuk diagnosis dan treatment planning
dari pasien yang menerima perawatan dental
implan, Kepeniingan berkisar dari proyeksi standart
rutin berguna dalam rekam medis sampai yang
lebih kompleks teknik radiografi tipikal hanya pada
Pusat radiologi. Proyeksi standart radiograt meliputi
intraoral yaitu periapikal, oklusal dan pada ekstraoral
yaitu panoramik, sefalometri lateral. Tekrik imaging
yang lebih kompleks meliputi omagrafi conventional
xray, computed tomografi (CT) dan cone-beam
‘computed tomografi (CBCT). Data dari file CT dan
CECT image dapat direformat dan dilihat kembali
pada personal komputer, menggunakan simulasi soft
ware, sehingga membuat diagnosis dan treatment
planning sebagai proses interaklif dan tampak
lebih berarti. Sering kombinasi beberapa perlakuan
digunakan karena tidak satupun evaluasi radiograt
paling lengkap yang dapat memberikan semua
informasi bersangkutan dengan evaluasi radiograt
dari pasien implan. Kebiasaan dengan keuntungan
dan keterbatasan berbagai teknik dan kesadaran
masalah kiinis spesifik yang membutunkan jawaban,
harus dipandu proses decision-making dan seleksi
pemeriksaan radiograt untuk pasien individual. *
Faktor-faktor_muitipel yang_mempengaruhi
seleksi_tekrik radiograf adalah asus khusus,
meliputi biaya, ketersediaan, eksposure radiasi, dan
tipe kasus. Keputusan diambil adanya keseimbangan
antara faktor-faktor dan keinginan untuk memperkecil
risiko dari komplikasi pada pasien. Identifixasi akurat
struktur vital anatomis dan dapat menunjukkan
enempatan implan sehingga pembedahan yang
ilakukan tidak melukai struktur-struktur yang kritis
‘menyju treatmen sukses. Tekrik diagnostik imaging
harus selalu dinterpretasikan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan klinis yang baik.
Standart diagnostikimaging dlakukan meliputi
radiograt: periapikal, panoramik, sepalometrik lateral,
dan okiusal.
Kriteria implan sukses: implan unattached
immobile jka oi test secara klinis; radiogratis tidak
ada gambaran radiolusen pada periimplan, vertikal
bone joss kurang dari 0.2 mm setiap tahun setelah
tahun pertama pemasangan implan; tidak ada gejala
menetap seperti sakit, infeksi, neuropati, parestesia,
‘atau mengenai kanal mandibula, sukses rate-rata
£85% pada evaluasi akhir5 tahun dan 80% pada akhir
410 tahun minimum kriteria untuk sukses.°Maj Kec Gi Juni 2008; 16(1}: 47-50
LAPORAN KASUS
Gambar 1. Kiasifikasi kualitas tulang (I I, Il, 1)
dan kuantitas tulang (A, B, C, D, dan E). °
Gambar 2. Pasion warita, 50 tahun, Juli 2009, ingin
memasang implan dental gigi § 4 _/. Ruang sunsum
tulang besariluas dengan tulang kortikal tip's pada
gigi 654_/.
‘Gambar 3. Pasion wanita, 41 tahun, ingin me-
masang gigi implan pada rahang ates kanan. Pe-
meriksaan ruang sunsum tulang besar/luas dengan
tulang kortikal tipis pada gigi 765_/.
Gambar 4, Pasien laki-laki, 50 tahun. 9 Juni 2009
Ingin memasang implan gigi / 67 RB. Kualitas tulang
ISSN: 1976-0206,
padat, pemasangan implan menghindari foramen
mandibula, kanalis mandibularis. Perhatian dituju-
kan pada pemasangan mahkota gigi karena posisi
gigi molar yang ke distal menyebabkan terjadinya
food impaction.
Gambar 5. Pasien laki-lakl, ingin memasang dental
implan pada gigi molar ke-2 kanan kiri rahang
bawah,
Posisi gigi molar ketiga rahang bawah
menyebabkan pemasangan mahkota gigi mendapat
perhatian karena bisa menyebabkan food impaction
pada mesal gigi molar ketiga kanan maupun kit.
Gambar 6. Pasien wanita, 25 tahun. Ingin me-
masang implan gigi pada bekas cabitan gigi 1_/
nrampak ridge alveoler tidak rata, harus dilakukan
pemeriksaan klinis agar ada kepastian apakah
harus ditambahkan bone graft atau tidak.
Gambar 7. Penambahan bone graft ulang
alveolar sisi labial
49.Dabilia H: Evaluasi Radiograf Tulang Alveoler
Penempatan impian bisa tanpa dan dengan
levasi flap mukoperiosteal. Hasil regenerasi tulang
mencapai_ level tertinggi sampai koronal dicapai
dengan membuat flap dibandingkan dengan tanpa
flap.
PEMBAHASAN
Gambaran radiologi_sebelum ditentukan
sesorang membutuhkan perawatan implan dapat
melinat kondisi tulang alveoler, posisi banguanan
sekitar area, dan dapat melihat kondisi yang berguna
Untuk menempatkan mahkota gigi
Kondisi tulang alveoler yang diharapkan bisa
tercapaiosseointegrasiadalah kondisitulangyangplat
kortikalnya tebal sedang rongga sunsum tulangnya
sempit. Oleh karena itu kondisi pada pasien 1 & 2
tingkat keberhasilannya rendah Karena plate kortikal
tipis pada permukaan oklusal tulang alveoler. Gb. 2
dan3. Ruangsunsumtulang besar/luas dengan tulang
kortkal tipis pada gigi 654_/ dan 765_/. Pada kasus
ini prognosis jelek tidak bisa terjadi osseointegrasi
jika dipasang gigi implan. Dari anamnesis diketahui
kedua pasien tersebut tidak segera menggantikan
iginya setelah dicabut, pencabutan gigi sudah lebih
dari 5 tahun. Ada kemungkinan sinus pada area
tersebut semakin meluas. Treat men penggantian gigi
lebin menguntungkan dengan pembuatan removable
appliance, dan pasien dapat latihan mengunyah
pada sisi kanan.
Gb. 4. Kualitas tulang padat, pemasangan
implan menghindari foramen mandibula, kanalis,
mandibularis. Meskipun kanalis mandibularis masih
‘cukup jauh bisa terjadi masih ada percabangan
syaraf yang sangat lembut sehingga bisa terjadi rasa
ngilu. Untuk tu perlu tambahan obat-obatan oral yang
bertuyjuan untuk mengurangiinflamasi dan ditujukan
pada syaraf. Perhatian ditujukan pada pemasangan
mahkota gigi karena posisi gigi molar yang ke distal
menyebabkan terjadinya food impaction. Demikian
juga pada pasien yang terlhat pada gambar 5.
Posisi gigi molar ketiga rahang bawah menyebabkan
Pemasangan mahkota gigi mendapat perhatian
karena bisa menyebabkan food impaction pada
mesal gigi molar ketiga kanan maupun kir
Gb. 6. Bekas cabutan gigi 1_/ nampak ridge
alveoler tidak rata, harus dilakukan pemeriksaan
kiinis agar ada kepastian apakah harus ditambahkan
bone graft atau tidak. Penambahan bone graft
50
ISSN: 1978-0208
menggunakan implan endoseous, persiapan harus
baik agar dicapai kesuksesan osseointegrasi dan
cestetik. Pemasangan implan gigi anterior memeriukan,
kecermatan untk mendapatkan kesuksesan estetik,
terlebih lagi kalau garis ketaa pasien ada di alas,
yaitu pada gingiva rahang atas.
KESIMPULAN
Banyak macam proyeksi radiograf yang
dapat digunakan untuk evaluasi tulang alveoler
untuk penempatan dental implan, masing-masing
mempunyai keuntungan dan kerugian. Klinisi harus
‘mengikuti rangkaian langkah dalam evaluasi pasien,
dan radiografis merupakan alat diagnostik esential
untuk desain dental implan dan untuk mencapai
kesuksesan pada perawatan pasien dental implan
Seleksi macam radiograf yang tepat harus dilengkapi
informasi diagnostik secara maksimal, karena dapat
membantu menghindari komplikasi yang tidak jelas
dan memaksimalkan hasil perawatan disamping
paparan radiasi dosis rendah pada pasien,
DAFTAR PUSTAKA
1. Tetradis 8, Klokkevold PR, & Fazio RC: Diagnostic im-
‘aging for the Implan patient, In. Newnan MG, Takey
HH, Klokkevold PR, and Carranza FA. Carranza’s Cini-
cal Periodontology. 10" ed. Saunders Elsevier. St Louis,
2006: 1105-1119,
2. Rose LF & Minsk L: Dental implans in the Periodontally
Compromised Dentition In.Rose LF, Mealey BL, Genco
RJ, & Cohen DW. Periodontics. Medicine, Surgery, and
Implans. Elsevier Mosby. St Louis, 2004: 610-674,
3 Frederiksen NL: Radiograpty in Dental Implant Asses-
ment. In. Wilson TG & Kornman KS.: Fundamentals of
Periodontics. 2" ed. Quintessence Publishing Co. Inc.
‘Chicago, 2003: 596-605.
4. Weis CM & Weis A: Principles and Practice of Implant
Dentistry. Mosby, St Louis, 2001: 17-28.
5, Hildeboll OF Zerbolio DJ, Shrout MK, FitziS, & Gravier
MJ: Radiometric Classification of Alveolar Bone Health,
Journal of Dental Research. 1992; 71 (8): 1594-1597.
6. Misch CE: An Implant Is Not a Tooth: A Comparison of
Periodontal Indexes. in.Dental Implant Prosthetics. El-
sevier Mosby. St Louis, 2005: 18-31
7. Covani U, Comelini R, & Barone A: Buccal bone aug-
mentation around immediate implants with and without
flap elevation: a modified approach. Int J Oral Maxi-
Jofac Implants. 2008; 23 (5): 841-6.