You are on page 1of 13

‫‪Lembar Jawaban Ujiang Akhir Semester‬‬

‫‪Tahun Akademik 2020/2021‬‬

‫‪Nama‬‬ ‫‪: Resa Miswal Nugraha‬‬

‫‪Nim‬‬ ‫‪: 181320085‬‬

‫‪Jur/Smt/kls‬‬ ‫‪: IAT 5 C‬‬

‫‪Mata Kuliah : Kajian Teks Tafsir‬‬

‫‪Nama Dosen : Agus Ali Dzawafi, M. Fil. I‬‬

‫‪Jawaban:‬‬

‫‪1) Penafsiran Qs. Al-Baqarah : 19‬‬


‫‪Corak Penafsiran Fiqh dalam Kitab Al-Jami’li Ahkam al-Qur’an Karya Al-Qurthubi‬‬

‫ق َح َذ َر ا ْل َم ْو ِ‬
‫ت ۚ َوهَّللا ُ‬ ‫ص َوا ِع ِ‬ ‫ق يَ ْج َعلُونَ أَ َ‬
‫صابِ َع ُه ْم فِي آ َذانِ ِهم ِّمنَ ال َّ‬ ‫س َما ِء فِي ِه ظُلُ َماتٌ َو َر ْع ٌد َوبَ ْر ٌ‬
‫ب ِّمنَ ال َّ‬ ‫صيِّ ٍ‬ ‫أَ ْو َك َ‬
‫ُم ِحيطٌ بِا ْل َكافِ ِرينَ‬
‫‪atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan‬‬
‫‪kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,‬‬
‫‪sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.‬‬

‫اإلعراب‬

‫أو) حرف عطف‪( ،‬كصيّب) جا ّر ومجرور متعلّق بمحذوف خبر لمبتدأ محذوف تقديره مثلهم‪ ،‬وفي الكالم‬
‫حذف مضاف أي مثلهم كأصحاب صيّب‪( .‬من السماء) جا ّر ومجرور متعلّق بمحذوف نعت ل (صيّب) (في)‬
‫ّ‬
‫مؤخر‬ ‫حرف ج ّر والهاء ضمير متّصل في مح ّل ج ّر بحرف الج ّر متعلّق بمحذوف خبر مقدّم‪( .‬ظلمات) مبتدأ‬
‫مرفوع والواو عاطفة في الموضعين المتتابعين (رعد‪ ،‬برق) اسمان معطوفان على ظلمات مرفوعان مثله‪.‬‬
‫(يجعلون) فعل مضارع مرفوع والواو فاعل‪( .‬أصابع) مفعول` به منصوب و(هم) ضمير متّصل في مح ّل ج ّر‬
‫مضاف إليه (في آذان) جا ّر ومجرور متعلّق ب (يجعلون) بتضمينه معنى يضعون و(هم) مضاف إليه (من‬
‫الصواعق) جا ّر ومجرور متعلّق ب (يجعلون) و(من) سببيّة‪( .‬حذر) مفعول ألجله منصوب (الموت) مضاف‬
‫إليه مجرور‪ .‬الواو استئنافيّة أو اعتراضيّة (هّللا ) لفظ الجاللة مبتدأ مرفوع (محيط) خبر مرفوع (بالكافرين)‬
‫‪.‬جا ّر ومجرور متعلّق ب (محيط) وعالمة الج ّر الياء والنون عوض من التنوين في االسم المفرد‬
‫‪.‬جملة‪ :‬مثلهم (كصيّب) ال مح ّل لها معطوفة على االستئنافيّة في اآلية‬
‫وجملة‪( :‬فيه ظلمات) في مح ّل ج ّر نعت ثان ل (صيّب)‬
‫‪.‬وجملة‪( :‬يجعلون…) ال مح ّل لها استئنافيّة بيانية‬
‫وجملة‪( :‬هّللا محيط بالكافرين) ال مح ّل لها استئنافية أو اعتراضيّة‬
1

1
Muhammad ibn Ahmad ibn Abi Bakar Al-Qurthubi, al-jami’li Ahkam al-qur’an, Beirut-Lebanon:Muassasah Al-
Risalah, 2006/1427, hal 325-334.
Firman Allah SWT, "Atau seperti (orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit).
Ath-Thabari berkata: "au” bermakna wau (dan). Ini dikatakan oleh Al Farra' ." Ada juga
yang mengatakan bahwa “au” itu sebagai tanda pilihan. Maksudnya: Perumpamaan
mereka dengan ini atau dengan itu. Bukan hanya terbatas pada salah satu dari dua
perkara. Makna ayat: Atau seperti orang-orang yang kehujanan.

Ash-Shayyib adalah al mathar (hujan). Diambil dari shaaba yashuubu, apabila air turun.
Asal ash-shayyib adalah shaiwiib. Huruf ya' dan wau terkumpul, dan salah satunya
berharakat sukun. Maka huruf wau berubah menjadi ya, lalu di idgham kan. Sebagaimana
yang terjadi pada Lafazh mayyit, sayyid, hayyin dan layyin.

Sebagian ulama Kufah berkata, "Asal ash-shayyib adalah showiib, seperti fa'il." An-
Nuhhas berkata, "Seandainya benar apa yang mereka katakan, tentu tidak boleh di-
idgham-kan, sebagaimana tidak boleh mengidgham-kan thawiil." Bentuk jamak shayyib
adalah shayaayib.

Maksud ayat menurut tata bahasa Arab adalah sebagai berikut: Perumpamaan mereka
seperti perumpamaan orang yang menyalakan api atau seperti orang yang kehujanan.

Firman Allah SWT, (dari langit). , (langit) bisa mudzakkar (maskulin) dan bisa
mu'annats (feminim). Bentuk jamaknya adalah asmiyah, samaawaat dan sumiyy.

(as-samaai) adalah setiap yang berada di atasmu dan menaungimu. Maka, ada yang
mengatakan bahwa atap rumah pun disebut (as-samaai), juga berarti al mathar (hujan).
Dinamakan demikian karena air hujan turun dari langit.

Tanah dan rumput juga disebut (as-samaai). Dikatakan: Maazilnaa natha'u as-samaa'
hatta atainaakum (kami terus melangkah di atas tanah dan rumput hingga kami sampai
ke tempat kalian). Punggung kuda pun disebut (as-samaai), karena tinggi.
Kesimpulannya (as-samaai) adalah apa yang berada di atas, dan al ardh adalah apa yang
berada di bawah, seperti yang telah dipaparkan.

Firman Allah SWT, (fii dzulumat) mubtada' dan khabar. (wa barqun wa ra’dun) berada
di posisi di-'athaf kepada dzulumat. dzulumat (dengan bentuk jamak, sebagai isyarat
kepada gelapnya malam yang gelap gulita. Apa saja yang bertumpuk-tumpuk dan
bertambah-tambah dapat dijamakkan. Keterangan tentang hal ini telah dijelaskan
sebelumnya. Oleh karena itu tidak perlu lagi diulang disini.

Para ulama berbeda pendapat tentang ra’dun (Guruh/halilintar). Dalam riwayat At-
Tirmidzi dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Orang-orang Yahudi bertanya kepada Nabi SAW
tentang ar-ra'd, ‘ltu apa sebenarnya? 'Nabi SAW menjawab, 'Itu adalah salah satu
malaikat Allah yang ditugaskan mengatur awan. Dia membawa alat pemukul dari api.
Dengan alat itu dio menghalau awan-erwan ke tempat mana yang dikehendaki Allah.'
Orang-orang Yatrudi bertanya lagi, 'Lalu suara yang kami dengar itu apa?' Nabi SAW
menjawab, 'Suara bentakannya, apabila membentak awan-awan, hingga sampai ke
tempat yang diperintahkan Allah. 'Lalu orang-orang Yahudi berkata, 'Kamu benar'.

Ada lagi penafsiran lain dari para ulama tentang ar-ra'd ini. Namun yang jelas, ar-ra'd
adalah nama suara yang kita dengar. Ini dikatakan oleh Ali RA, dan ini sudah dimaklumi
dalam bahasa Arab. Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Ar-Ra'd adalah
angin yang terjepit di antara awan-awan, lalu mengeluarkan suara seperti itu."

Para ulama juga berbeda pendapat tentang barqun (kilat). Diriwayatkan dari Ali, lbnu
Mas'ud dan Ibnu Abbas, semoga Allah meridhai mereka bahwa al-barq adalah alat
pemukul dari besi yang berada di tangan malaikat dan dipergunakan untuk menghalau
awan.

Saya (AI-Qurthubi) katakan, "Yang jelas dari hadits At-Tirmidzi dan riwayat dari lbnu
Abbas, al-barq adalah cambuk dari cahaya yang berada di tangan malaikat untuk
membentak awan-awan. Namun ada riwayat dari Ibnu Abbas juga bahwa al-barq itu
adalah malaikat yang saling memandang. Ahli filsafat berkata, 'Ar-Ra'd adalah suara
benturan material awan-awan, sedangkan al-barq adalah kilatan yang muncul akibat
benturan tersebut.' lni jelas ditolak lagi bertentangan dengan dalil naqli. Wallahu a'lam."

Ada yang mengatakan bahwa asal makna ar-ra'd adalah dari al-harakah (gerakan).
Seperti, ar-ri'did untuk orang yang pengecut. Irta'ada: idhtharaba (bergetar). Dalam
hadits:

"Kedua orang itu dihadapkan, maka persendian mereka pun gemetar.

Sedangkan asal makna al barq adalah dari al-bariiq dan adh- dhau' (kilat dan sinar).
Contohnya, al buraaq: kendaraan yang dikendarai Rasulullah SAW pada malam isra’ dan
pernah dikendarai oleh para nabi sebelum beliau.

Catatan: Ibnu Abbas meriwayatkan, dia berkata, "Kami pernah bersama Umar bin
Khaththab dalam sebuah perjalanan di antara Madinah dan Syam. Saat itu bersama kami
juga ada Ka'ab Al Ahbar. Tiba-tiba angin kencang menerpa kami, diiringi dengan
halilintar, hujan deras dan udara dingin. Orang-orang pun berlarian. Ketika itu, Ka'ab
berkata kepadaku, ' Sesungguhnya siapa yang membaca ketika mendengar halilintar:

‘Maha Suci Dzat yang mensucikan halilintar dengan segala pujian bagiNya dan Malaikat
dari ketakutannya' niscaya pasti diselamatkan dari apa (kecelakaan) yang ada di dalam
awan, udara dingin dan bunyi halilintar itu.' Lalu aku dan Ka'ab membacanya.

Keesokan harinya ketika orang-orang berkumpul, aku berkata kepada Umar,' Hai Amirul
Mu'minin, sepertinya kami berada di tempat yang berbeda dari tempat orang-orang.'
Umar bertanya, 'Apa maksudnya?' Maka aku pun menceritakan apa yang disampaikan
oleh Ka'ab. Mendengar itu, Umar pun berkata 'Maha suci Allah! Kenapa kalian tidak
mengatakannya kepada kami, hingga kami dapat membacanya seperti kalian."

Dalam riwayat lain: Tiba-tiba rasa dingin menerpa hidung Umar dan dia terpengaruh
dengannya. Kisah ini akan disebutkan dalam penjelasan surah Ar-Ra'd, jika Allah
menghendaki.

Kedua riwayat di atas disebutkan oleh Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit Al Khathib
dalam kategori riwayat sahabat dari tabi'in. Semoga Allah merahmati mereka semua.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa apabila mendengar halilintar dan suara gurutr, Nabi
SAW selalu berucap,

"Ya Allah, jangan Englau matikan kami dengan kemurkaan-Mu, jangan binasakan kami
dengan adzab-Mu dan selamatkan kami sebelum itu."

Firman Allah SWT, "mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya." Maksudnya,
mereka meletakkan jari-jari mereka ke dalam telinga agar tidak mendengar Alquran, lalu
beriman kepadanya dan kepada Muhammad SAW. Sebab menurut mereka hal itu adalah
kekufuran, dan kekufuran adalah kematian.

Ada lima bentuk Lafazh untuk bentuk tunggal ashaabi': ishba', ashbi', ashba', ushbu' dan
ishbi'. Lafazh ini adalah mu'annats (feminim), begitu juga al-'udzun (telinga). Al-‘udzun
bisa di-tashghir-kan, yaitu: udzainah. Jika seorang laki-laki diberi nama dengan nama ini,
lalu disebut namanya dengan bentuk tashghir, yaitu; udzain, maka tidak di-mu' annats-
kan, sebab tidak ada lagi tanda mu'annats karena sudah berubah menjadi mudzakar
(maskulin). Bentuk jamak al-udzun adalah aadzaan.

Kamu bisa mengatakan, adzantuhu' apabila kamu memukul di telinganya. Rajulun


udzunun apabila dia selalu mendengar perkataan setiap orang. Bentuk tunggal dan
jamaknya sama. Aadzaaniyu: onng yang memiliki dua telinga yang besar. adzdzantu ash-
shabiya: aku menggaruk telinganya.

Firman Allah SWT, mina-shawaa’iq, maksudnya: karena mendengar petir. Ash-shawaq


bentuk jamak dari shaa'iqah. Ibnu Abbas, Mujahid dan lainnya berkata, "Apabila
kemarahan ar-ra'd, yaitu malaikat, memuncak, menyemburkan api dari mulutnya. Itulah
ash-shawaa'iq." Begitulah yang dikatakan oleh Khalil. Khalil juga berkata "Ia adalah
suara yang dahsyat dari suara ar-rad. Terkadang bersamaan dengan semburan api yang
dapat membakar apa saja yang dikenainya." Abu Zaid berkata, "Ash-Shaa'iqah adalah api
yang jatuh dari langit bersamaan dengan suara yang dahsyat."

Khalil meriwayatkan dari suatu kaum : As-Saa’iqah, yakni dengan huruf siin. Abu Bakar
An-Nuqqasy berkata, "Dikatakan : shaa'iqah, sha'qah dan shaaqi'ah adalah satu makna"
Hasan membaca min ash-shawaaqi', yakni dengan huruf qaf sebelum huruf 'ain. An-
Nuhhas berkata, "Itu adalah bahasa Tamim dan sebagian Bani Rabi'ah.

Dikatakan: sha 'aqahum as-samaa’u, apabila langit menghujani mereka dengan petir.
Ash-shaa'iqah juga berarti azab. Allah SWT berfirman, "Maka mereka disambar petir
adzab yang menghinakan" (Qs.Fushshilat [al]: 17) Dikatakan: sha'iqa ar-rajulu
sha'qatan wa tash'aaqan, yakni pingsan

Allah SwTberfirman, "Dan Musa pun jatuh pingsan" (Qs.Al A’raaf[7]: l43)

Firman Allah SWT, "Maka matilah siapa yang di langil dan di bumi."(Qs. Az-
Zumar[39]: 68)

Dalam ayat ini (Al Baqarah, ayat l9), Allah SWT menyerupakan keadaan orang-orang
munafik dengan keadaan saat hujan turun seperti gelap gulita, guruh, kilat dan petir.
Gelap gulita adalah perumpamaan kekufuran yang mereka yakini, sedangkan guruh dan
kilat adalah perumpamaan siksa yang diberitakan kepada mereka.

Ada yang mengatakan bahwa Allah SWT mengumpamakan Alquran dengan hujan,
karena Alquran membuat mereka merasa terganggu. Buta adalah perumpamaan
kegelapan. Ancaman dan kecaman diumpamakan dengan guruh. Cahaya dan dalil-dalil
kebenaran yang sesekali menerangi mereka diumpamakan dengan kilat. Sedangkan petir
adalah perumpamaan bagi apa yang ada di dalam Alquran, seperti seruan perang di dunia
dan janji siksa di akhirat.

Ada juga yang mengatakan bahwa petir adalah perumpamaan kewajiban-kewajiban


agama yang tidak mereka senangi, seperti jihad, zakat dan lain-lain.

Firman Allah SWT, Hadzara dan hidzaar adalah sama dan kedua qira'at ini boleh dibaca.
Imam Sibawaih berkata, "hadzara berada di posisi nashab sebagai maf'uul min ajlih
(karena). Sebenamya ia adalah masdar." Al Farra' berkata, "Hadzara nashab karena
berada di posisi tamyiiz. Al Maut lawan al hayaa' (hidup).

Isim fa'ilnya adalah mayyitun dan maytun. Bentuk jamaknya adalah qaumun mautaa,
amwaat, mawtaat, mayyituun dan maytuun. Al Muwaat, al maut dan al mawaat adalah
apa saja yang tidak memiliki ruh. Al Mawaat juga berarti tanah yang tidak dimiliki dan
tidak dimanfaatkan oleh siapapun.

Al Mawaataan apa saja selain binatang. Dikatakan: isytari al mawataan wa laa tasytari
al hayawaan Maksudnya, belilah tanah dan rumah, jangan beli budak dan binatang. Al
Muutaan adalah kematian yang terjadi pada binatang ternak. Dikatakan: waqa'a fil maal
muutaan. Amaatahullaah dan mawwatahullaah (semoga Allah membinasakannya),
dengan tasydid sebagai bentuk mubaalaghoh. Amaatat an-naaqah, apabila anak unta itu
mati.
Isim maf'ulnya adalah mumiit dan mumiitah. Abu Ubaid berkata, "Begitu juga bila
digunakan pada perempuan." Bentuk jamaknya adalah mamaawiit. Ibu Sakkit berkata
"Amaata fulaan, apabila seorang putera atau beberapa putera fulan itu meninggal dunia-"
Al Mutamaawit adalah sifat orang beribadah yang tidak ikhlas. Maut maai't, sama seperti
perkataanmu: lail laa'il. Al Mustamiit lil amr: orang yang diutus untuk suatu perkata. Al
Mustamiit juga berarti orang yang berperang yang tidak takut mati. Dalam sebuah hadits:
(aku melihat kaum itu berani mati), yakni mereka berperang untuk mati.

Al Muutah satu jenis gila dan keadaan tidak sadar yang bisa terjadi pada manusia.
Apabila sadar, maka akalnya kembali sempurna seperti orang tidur dan orang yang
mabuk. Al Mu’tah (dengan hamzah di atas wau) nama sebuah daerah yang di sana Ja'far'
bin Abi Thalib gugur sebagai syahid.

Firman Allah SWT, wallahu muhithun bil kafiriin. mubtada' dan khabar.

Dikatakan: Ahaatha as-sulthaan bi fulaan, apabila sultan itu mengepungnya dari segala
penjuru. Contoh lain firman Allah SWT, "Dan harta kekayaannya dibinasakan." (Qs.Al
Kahfi: 42 )

Asal muhyith, harakat huruf ya' dipindah ke huruf ha, lalu huruf ya' diberi harakat sukun.
Allah SWT meliputi segala makhluk, maksudnya segala hal berada dalam genggaman-
Nya dan di bawah kekuasaan-Nya. Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, "Padahal
bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat. " (Qs. Az-Zumar: 67)

Ada yang mengatakan bahwa, 'aalimun bihim (mengetahui mereka). Dalilnya adalah
firman Allah SWT, "Dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu. " (Qs.Ath-Thalaaq [65]: l2)

Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya adalah pemilik dan pengumpul mereka.
Dalilnya adalah firman Allah SWT, "Kecuali jika kamu dikepung musuh. " (Qs. Yusuf
[I2]: 66) Maksudnya kecuali kalian seluruhnya binasa.

Orang-orang yang kafir disebutkan lebih dahulu karena mereka lebih dahulu disebutkan
dalam ayat ini. Wallaahu a'lam.

You might also like