You are on page 1of 15

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PELESTARIAN HUTAN

MANGROVE DI KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN BENGKALIS

RAHMAH YATI FITRI


Dr. Khairul Anwar, M.Sip
(Fitri.rahmah88@yahoo.com)
Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau
Kampus Bina Widya Km.12.5 Simpang Panam, Pekanbaru 28293,Telp/Fax
(0761)63277

ABSTRACT

Mangrove deforestation in Riau province, especially in the District of High Cliff from
2005 until 2013 every year or penguranga damaged mangrove forest area of 1.35% per
year (Department of Fisheries Riau, 2014). It can be seen from some of the phenomena
which states that: mangrove forest cover in the district of High Cliff Bengkalis
decreases. According to the report Riau Provincial Forestry Office (2014), estimated
the damage rate will continue to grow each year. This is due to the internal and
external pressures on the mangrove forests, the lack of regulations or policies Bengkalis
area of the Regional Forest Service Bengkalis itself to the protection of mangrove
forests in Bengkalis to date, geophysical changes in recent decades have encouraged
onset of abrasion in areas that threaten Bengkalis mangrove forests. Reduced extensive
mangrove provide a very important influence for the community and also life, especially
in Bengkalis ecosystem, where the coastal areas until the last decade continues to
experience a serious abrasion, especially in the northern part of the island. Abrasion
that occurred on this island every year, reaching 5-10 m in length abrasion-hit areas
reaching 100 km more.
The purpose of this paper is to analyze the policy conducted by the Department
of Forestry and Plantation Bengkalis safeguard Mangrove forest in the district of High
Cliff Bengkalis.
The result showed that the responses of informants according to the interview,
observation and documentation available from the Forest Service concluded that
Bengkalis not maximal preservation of mangrove forests in the District High Cliff
Bengkalis due to the low resources (resources) in particular Bengkalis Forest Service ,
people in the District High Cliff and also entrepreneurs who average panglong not
understand forestry legislation, and the risk of sanctions imposed on perpetrators of
mangrove forest destruction. Besides the lack of government policies and the Forest
Service Bengkalis Bengkalis towards conservation of mangrove forests lead to many
critical land and also the ineffectiveness of mangrove reforestation on forest land.

Keyword : Communcation, Resources, Disposition, Bureaucratic, Structure

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 1


Latar Belakang Masalah Tebing Tinggi sejak tahun 2005 sampai
Indonesia memiliki kekayaan tahun 2013 setiap tahunnya mengalami
sumber daya alam yang tak terhitung kerusakan atau penguranga luas hutan
dengan 17.508 pulau dan garis pantai mangrove 1,35% setiap tahunnya
yang panjangnya 81.000 km,. Proses (Dinas Perikanan Riau, 2014). Hal ini
perubahan keadaan kawasan pantai dan dapat dilihat dari beberapa fenomena
hutan mangrove berlangsung baik yang menyatakan bahwa :
secara alamiah maupun atas campur 1. Luas penutupan hutan mangrove
tangan manusia. di Kecamatan Tebing Tinggi
kabupaten Bengkalis semakin
Hampir 50% dari total
menurun. Menurut Laporan
mangrove di Indonesia telah hilang
Dinas Kehutanan Propinsi Riau
pada 2-3 dekade ini, dari 6,7 juta Ha
(2014)
sekarang tinggal ± 3,2 juta Ha. Jawa
2. Diperkirakan laju kerusakan ini
dan Bali yang paling besar
akan terus bertambah setiap
kerusakannya yaitu ± 88%. Sebelumnya
tahunnya. Hal ini disebabkan
kedua pulau ini memiliki 171,500 ha
karena adanya tekanan internal
mangrove, sekarang tinggal 19,577 ha.
dan eksternal terhadap hutan
Kerusakan hutan khususnya
mangrove (Laporan Dinas
hutan mangrove jelas berdampak
Kehutanan Kabupaten Bengkalis
terhadap sektor lain salah satunya yaitu
tahun 2014).
terhadap lingkungan hidup, sistem 3.
Belum adanya peraturan daerah
perekonomian dan sebagainya. Untuk
Kabupaten Bengkalis atau
itu, penegakan hukum khususnya
kebijakan dari Pemerintah
terhadap perundang-undangan yang
Daerah maupun dari Dinas
berlaku bidang kehutanan menjadi
Kehutanan Kabupaten Bengkalis
penting untuk diperhatikan dalam
sendiri terhadap perlindungan
menangani berbagai persoalan yang
hutan mangrove di Kabupaten
tidak kunjung selesai, seperti halnya
Bengkalis hingga saat ini
pengelolaan hutan mangrove yang
(Laporan Dinas Kebutanan
dijadikan lahan pertanian, pemukiman
Kabupaten Bengkalis tahun
dan usaha perikanan (Alam Setia Zain,
2014).
2007 : 66).
4. Perubahan geofisik dalam
Berbagai permasalahan penegakan
beberapa dekade terakhir telah
peraturan perundang-undangan dalam
mendorong timbulnya abrasi di
hal ini kebijakan pemerintah daerah
daerah Kabupaten Bengkalis
untuk menegakkan peraturan yang
yang mengancam kelestarian
berlaku untuk melindungi hutan
hutan mangrove. Berkurangnya
mangrove di Kabupaten Bengkalis
luas mangrove tersebut
menjadi salah satu penunjang
memberikan pengaruh yang
lingkungan hidup manusia menjadi
sangat penting bagi masyarakat
semakin rumit ketika adanya euphoria
dan juga kehidupan ekosistem
terhadap pemahaman otonomi daerah
khususnya di Kabupaten
yang “kebablasan”, dimana memaknai
Bengkalis, dimana daerah pantai
otonomi daerah sebagai kedaulatan
sampai dekade terakhir terus
daerah.
mengalami abrasi yang cukup
Deforestasi hutan mangrove di
serius, terutama pada bagian
Propinsi Riau khususnya di Kecamatan

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 2


utara pulau. Abrasi yang terjadi dilakukan langkah strategis yang dapat
di pulau ini setiap tahunnya menjamin terselenggaranya
mencapai 5-10 m dengan perlindungan, pelestarian, dan
panjang wilayah yang terkena pemanfaatan ekosistem mangrove
abrasi mencapai 100 km lebih. sebagai sumberdaya di wilayah pesisir,
Maka berkenaan dengan hal sistem penyangga kehidupan, dan
tersebut Pemerintah mencoba untuk kekayaan alam yang bernilai tinggi
menyelamatkan lingkungan demikian, khususnya di Kecamatan Tebing Tinggi
salah satunya perlindungan hutan Kabupaten Bengkalis yang deforestasi
mangrove dengan mengeluarkan atau pengurangan jumlah lahan hutan
Undang-Undang Strategi Pengelolaan mangrove dari tahun ke tahun terus
Ekosistem Mangrove (Perpres No. 73 berkurang dengan mengeluarkan suatu
Thn 2012) Strategi Pengelolaan kebijakan baik oleh pemerintah daerah
Ekosistem Mangrove yang selanjutnya maupun oleh Dinas Kehutanan
disingkat SPEM adalah upaya dalam Kabupaten Bengkalis sehingga dapat
bentuk kebijakan dan program untuk mencegah terjadinya kerusakan hutan
mencapai tujuan terwujudnya mangrove yang mengakibatkan
pengelolaan ekosistem mangrove lestari timbulnya erosi pantai.
dan masyarakat sejahtera berkelanjutan Kebijakan yang dilakukan merupakan
berdasarkan sumber daya yang tersedia kebijakan terhadap pengolahan hutan
sebagai bagian integral dari sistem mangrove dan kebijakan terhadap
perencanaan pembangunan nasional. pemanfaatan hutan mangrove oleh
Meskipun demikian khusus masyarakat di lingkungan atau di
untuk pemerintah Daerah Kabupaten Kecamatan Tebing Tinggi.
bengkalis belum memiliki kebijakan Sehubungan dengan latar
terhadap pelestarian hutan mangrove di belakang di atas dan uraian yang telah
Kabupaten Bengkalis khususnya di dipaparkan dirumuskan masalah
Kecamatan Tebing Tinggi yang paling penelitian ini adalah “Apa factor yang
luas sebaran kerusakan hutan mangrove mendasari pemerintah dalam
dari tahun ke tahun. Dari latar belakang melaksanakan Kebijakan Pelestarian
tersebut maka penulis ingin mengetahui Hutan Mangrove di Kecamatan Tebing
bagaimana pelaksanaan kebijakan Tinggi Kabupaten Bengkalis ”
kehutanan dalam upaya perlindungan
hutan mangrove di Kabupaten Tujuan Penelitian
Bengkalis dikarenakan Kabupaten Mengacu kepada latar belakang
Bengkalis merupakan kabupaten terluas masalah dan rumusan masalah diatas,
yang memiliki hutan mangrove yang maka penelitian ini bertujuan : Untuk
saat ini mengalami krisis kerusakan menganalisa kebijakan yang dilakukan
baik akibat perambahan hutan maupun oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan
oleh abrasi pantai dengan judul “ Kabupaten Bengkalis terhadap upaya
Kebijakan Pemerintah Terhadap perlindungan hutan Mangrove di
Pelestarian Hutan Mangrove di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis
Bengkalis’.
Perumusan Masalah Konsep Teoritis
Dalam rangka pengendalian 1. Teori implementasi
kerusakan ekosistem mangrove, perlu

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 3


Salah satu tahapan penting guna menyederhanakan pemahaman
dalam siklus kebijakan publik adalah konsep suatu implementasi kebijakan.
implementasi kebijakan. Implementasi Terdapat banyak model yang dapat
sering dianggap hanya merupakan dipakai untuk menganalisis sebuah
pelaksanaan dari apa yang telah implementasi kebijakan, namun kali ini
diputuskan oleh legislatif atau para yang saya bagikan adalah model
pengambil keputusan, seolah-olah implementasi yang dikemukakan oleh
tahapan ini kurang berpengaruh. Akan George Edward III.
tetapi dalam kenyataannya, tahapan Edward melihat implementasi
implementasi menjadi begitu penting kebijakan sebagai suatu proses yang
karena suatu kebijakan tidak akan dinamis, dimana terdapat banyak faktor
berarti apa-apa jika tidak dapat yang saling berinteraksi dan
dilaksanakan dengan baik dan benar. mempengaruhi implementasi kebijakan.
Terdapat beberapa konsep mengenai Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan
implementasi kebijakan yang guna mengetahui bagaimana pengaruh
dikemukakan oleh beberapa ahli. Secara faktor-faktor tersebut terhadap
Etimologis, implementasi menurut implementasi. Oleh karena itu, Edward
kamus Webster yang dikutib oleh menegaskan bahwa dalam studi
Solichin Abdul Wahab adalah sebagai implementasi terlebih dahulu harus
berikut: diajukan dua pertanyaan pokok yaitu:
Pengertian implementasi selain 1) Apakah yang menjadi prasyarat bagi
menurut Webster di atas dijelaskan juga implementasi kebijakan?
menurut Van Meter dan Van Horn 2) Apakah yang menjadi faktor utama
bahwa Implementasi adalah “tindakan- dalam keberhasilan implementasi
tindakan yang dilakukan baik oleh kebijakan?
individu-individu/pejabat-pejabat atau Guna menjawab pertanyaan
kelompok-kelompok pemerintah atau tersebut, Edward mengajukan empat
swasta yang diarahkan pada tercapainya faktor yang berperan penting dalam
tujuan-tujuan yang telah digariskan pencapaian keberhasilan implementasi.
dalam keputusan kebijakan” (Van Meter Faktor-faktor yang mempengaruhi
dan Van Horn dalam Wahab, 2006:65). keberhasilan atau kegagalan
Berdasarkan beberapa definisi implementasi kebijakan yaitu
yang disampaikan ahli di atas, faktor communication, resources,
disimpulkan bahwa implementasi disposition, dan bureucratic
merupakan suatu kegiatan atau usaha structure (Edward dalam Widodo,
yang dilakukan oleh pelaksana 2011:96-110).
kebijakan dengan harapan akan a. Komunikasi (Communication)
memperoleh suatu hasil yang sesuai Komunikasi merupakan proses
dengan tujuan atau sasaran dari suatu penyampaian informasi dari
kebijakan itu sendiri. komunikator kepada komunikan.
a. Model Implementasi Kebijakan Sementara itu, komunikasi kebijakan
(George Edward III) berarti merupakan proses penyampaian
Untuk mengkaji lebih baik suatu informasi kebijakan dari pembuat
implementasi kebijakan publik maka kebijakan (policy makers) kepada
perlu diketahui variabel dan faktor- pelaksana kebijakan (policy
faktor yang mempengaruhinya. Untuk implementors) (Widodo, 2011:97).
itu, diperlukan suatu model kebijakan

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 4


Widodo kemudian mempunyai sumber-sumber daya untuk
menambahkan bahwa informasi perlu melaksanakan kebijakan secara efektif
disampaikan kepada pelaku kebijakan maka implementasi kebijakan tersebut
agar pelaku kebijakan dapat memahami tidak akan efektif.
apa yang menjadi isi, tujuan, arah, Sumber daya di sini berkaitan
kelompok sasaran (target group) dengan segala sumber yang dapat
kebijakan, sehingga pelaku kebijakan digunakan untuk mendukung
dapat mempersiapkan hal-hal apa saja keberhasilan implementasi kebijakan.
yang berhubungan dengan pelaksanaan Sumber daya ini mencakup sumber
kebijakan, agar proses implementasi daya manusia, anggaran, fasilitas,
kebijakan bisa berjalan dengan efektif informasi dan kewenangan yang
serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu dijelaskan sebagai berikut :
sendiri. 1) Sumber Daya Manusia (Staff)
Komunikasi dalam Implementasi kebijakan tidak akan
implementasi kebijakan mencakup berhasil tanpa adanya dukungan dari
beberapa dimensi penting yaitu sumber daya manusia yang cukup
tranformasi informasi (transimisi), kualitas dan kuantitasnya. Kualitas
kejelasan informasi (clarity) dan sumber daya manusia berkaitan
konsistensi informasi (consistency). dengan keterampilan, dedikas,
Dimensi tranformasi menghendaki agar profesionalitas, dan kompetensi di
informasi tidak hanya disampaikan bidangnya, sedangkan kuatitas
kepada pelaksana kebijakan tetapi juga berkaitan dengan jumlah sumber
kepada kelompok sasaran dan pihak daya manusia apakah sudah cukup
yang terkait. Dimensi kejelasan untuk melingkupi seluruh kelompok
menghendaki agar informasi yang jelas sasaran. Sumber daya manusia
dan mudah dipahami, selain itu untuk sangat berpengaruh terhadap
menghindari kesalahan interpretasi dari keberhasilan implementasi, sebab
pelaksana kebijakan, kelompok sasaran tanpa sumber daya manusia yang
maupun pihak yang terkait dalam kehandalan sumber daya manusia,
implementasi kebijakan. Sedangkan implementasi kebijakan akan
dimensi konsistensi menghendaki agar berjalan lambat.
informasi yang disampaikan harus 2) Anggaran (Budgetary)
konsisten sehingga tidak menimbulkan Dalam implementasi kebijakan,
kebingungan pelaksana kebijakan, anggaran berkaitan dengan
kelompok sasaran maupun pihak terkait. kecukupan modal atau investasi atas
b. Sumber Daya (Resources) suatu program atau kebijakan untuk
Sumber daya memiliki peranan menjamin terlaksananya kebijakan,
penting dalam implementasi kebijakan. sebab tanpa dukungan anggaran yang
Edward III dalam Widodo (2011:98) memadahi, kebijakan tidak akan
mengemukakan bahwa: bagaimanapun berjalan dengan efektif dalam
jelas dan konsistensinya ketentuan- mencapai tujuan dan sasaran.
ketentuan dan aturan-aturan serta 3) Fasilitas (facility)
bagaimanapun akuratnya penyampaian Fasilitas atau sarana dan prasarana
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan merupakan salah satu faktor yang
tersebut, jika para pelaksana kebijakan berpengaruh dalam implementasi
yang bertanggung jawab untuk kebijakan. Pengadaan fasilitas yang
melaksanakan kebijakan kurang layak, seperti gedung, tanah dan

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 5


peralatan perkantoran akan kebijakan. Aspek kedua adalah struktur
menunjang dalam keberhasilan birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu
implementasi suatu program atau panjang dan terfragmentasi akan
kebijakan. cenderung melemahkan pengawasan
4) Informasi dan Kewenangan dan menyebabkan prosedur birokrasi
(Information and Authority) yang rumit dan kompleks yang
Informasi juga menjadi faktor selanjutnya akan menyebabkan aktivitas
penting dalam implementasi organisasi menjadi tidak fleksibel.
kebijakan, terutama informasi yang
relevan dan cukup terkait bagaimana 2. Pengertian Hutan Mangrove
mengimplementasikan suatu Hutan mangrove adalah satu
kebijakan. Sementara wewenang persekutuan hidup alam hayati yang
berperan penting terutama untuk terdapat disepanjang pantai laut
meyakinkan dan menjamin bahwa kawasan tropika yang keberadaannya
kebijakan yang dilaksanakan sesuai dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
dengan yang dikehendaki. Adapun pengertian lain mengenai hutan
c. Disposisi (Disposition) mangrove adalah formasi tumbuhan
Kecenderungan perilaku atau litoral yang spesifik dan terdapat di
karakteristik dari pelaksana kebijakan daerah tropika dan sub tropika yang
berperan penting untuk mewujudkan terhampar sepanjang pantai, dimana
implementasi kebijakan yang sesuai jenis-jenis yang tumbuh sangat
dengan tujuan atau sasaran. Karakter bergantung pada habitat litoral, jika
penting yang harus dimiliki oleh kondisi sesuai, maka hutan mangrove
pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dapat berkembang luas dan membentuk
dan komitmen yang tinggi. Kejujuran kawasan Hutan Produksi.
mengarahkan implementor untuk tetap Asal kata mangrove tidak
berada dalam asa program yang telah diketahui secara pasti dan terdapat
digariskan, sedangkan komitmen yang berbagai pendapat mengenainya.
tinggi dari pelaksana kebijakn akan Khazali (2001 :74) mengatakan
membuat mereka selalu antusias dalam mangrove merupakan perpaduan antara
melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, bahasa Portugis mangue dan bahasa
dan tanggung jawab sesuai dengan Inggris grove. Sementara itu menurut
peraturan yang telah ditetapkan Bengen (2001: 99) kata mangrove
d. Struktur Birokrasi (Bureucratic berasal dari bahasa Melayu kuno
Structure) mangi-mangi yang digunakan untuk
Struktur organisasi memiliki pengaruh menerangi marga Avicennia dan
yang signifikan terhadap implementasi digunakan sampai saat ini di Indonesia
kebijakan. Aspek struktur organisasi ini bagian timur.
melingkupi dua hal yaitu mekanisme Beberapa fungsi hutan
dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek mangrove yang merupakan habitat dan
pertama adalah mekanisme, dalam tempat berkembang biak beraneka
implementasi kebijakan biasanya sudah aneka ragam biota laut yang akan
dibuat standart operation procedur mendukung kelangsungan hidup biota-
(SOP). SOP menjadi pedoman bagi biota lainnya, antara lain :
setiap implementator dalam bertindak 1) Menjaga agar garis pantai tetap
agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak stabil
melenceng dari tujuan dan sasaran

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 6


2) Melindungi pantai dan tebing dari lokasi atas dasar pertimbangan bahwa
erosi laut (abrasi) dan menahan hutan mangrove di Kecamatan Tebing
tiupan angin kencang dari laut Tinggi Kabupaten Bengkalis merupakan
3) Menahan hasil proses penimbunan lokasi hutan mangrove yang mengalami
lumpur sehingga memungkinkan kerusakan dari tahun 2004-2012 setiap
terbentuknya lahan baru tahunnya rata-rata 1,35%. Sedangkan
4) Mengolah bahan limbah yang belum ada kebijakan atau peraturan
mengandung senyawa logam berat. daerah yang dikeluarkan oleh
5) Mencegah terjadinya keasaman pemerintah daerah Kabupaten
tanah Bengkalis terhadap kerusakan hutan
6) Sebagai penghasil oksigen dan mangrove di daerah Kecamatan Tebing
penyerap CO2 Tinggi tersebut.
7) Menghasilkan bahan pelapukan
yang menjadi sumber makanan 2. Jenis dan Sumber Data
penting bagi planton dan Adapun dalam penelitian ini
invertebrata kecil pemakan bahan penulis melakukan survey dan
pelapukan yang kemudian penting meninjau langsung ke daerah hutan
pula sebagai sumber makanan biota mangrove yang mengalami kerusakan
yang lebih besar. juga melakukan wawancara dengan
8) Tempat memijah dan berkembang beberapa pejabat dari instansi terkait
biak berbagai macam ikan, kerang, seperti dari Dinas Kehutanan dan juga
kepiting dan udang. pengelola panglong ataupun pengelola
9) Tempat berlindung dan bersarang arang bakau, serta sejauh mana tindakan
serta berkembang biaknya burung ataupun penanganan yang dilakukan
dan satwa lain. oleh aparat pemerintah dalam mengatasi
10) Sebagai sumber plasma nutfah dan kerusakan hutan mangrove di
sumber genetika Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
11) Merupakan habitat alami bagi Bengkalis. Sedangkan sumber yang
berbagai jenis biota yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
membentuk keseimbangan biologis. bersumber dari :
Secara ekonomi produk-produk 1) Data Primer yaitu data yang
Hutan Mangrove mempunyai nilai jual diperoleh dari wawancara dengan
baik dalam negeri maupun luar negeri instansi terkait seperti Pegawai
dalam meningkatkan pendapatan negara Dinas Kehutanan yang mengawasi
baik sebagai produksi Hutan maupun dan mendata luas hutan mangrove,
non Hutan seperti kayu bakau, arang Dinas Perikanan dan Kelautan, dan
bakau, bahan tekstil, obat-obatan, juga dengan pengelola hutan bakau
alkohol, kosmetik dan lain-lain. sendiri seperti pengelola yang
memiliki izin pengusahaan hutan.
Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian 2) Data sekunder yang merupakan :
Penelitian dilakukan di Data yang penulis peroleh dari
Kabupaten Bengkalis dengan Kantor Dinas Kehutanan dan
mengambil tempat yaitu pada Perkebunan Kabupaten Bengkalis
Kecamatan Tebing Tinggi dengan luas seperti gambaran umum lokasi
sebaran Hutan Mangrove/Hutan Bakau penelitian, jumlah luas kawasan
terluas yaitu 6.502,78 ha Pemilihan hutan dan gambaran tugas dari

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 7


struktur organisasi Dinas Kehutanan mengenai objek yang diteliti. Teknik
dan Perkebunan Kabupaten wawancara ini merupakan
Bengkalis. wawancara mendalam serta alat yang
dipergunakan adalah pedoman
3. Informan wawancara. Teknik wawancara ini
Informan adalah orang yang dimaksudkan juga untuk melengkapi
menjadi sumber data dalam penelitian data, dan informasi yang diperoleh
atau orang yang memberikan melalui teknik-teknik lain, sehingga
keterangan, informan adalah suatu saling melengkapi. Adapun alat yang
istilah yang memberikan pengertian digunakan untuk wawancara ini
kepada seseorang atau subjek yang adalah pedoman wawancara yang
bertugas memberikan data dalam bentuk telah dipersiapkan sebelumnya.
informasi yang ia ketahui. Dalam hal ini b. Dokumentasi
yang menjadi informan yaitu Seksi Dokumentasi adalah sumber
Pengawasan Kehutanan di lapangan, informasi berupa bahan-bahan
Polisi Hutan, Seksi Rehabilitas Hutan tertulis atau tercatat berupa arsip-
dan Pengembangan Hutan, Seksi arsip ataupun dokumen-dokumen
Penanggulangan Kebakaran Hutan, yang berkaitan dengan masalah
LSM yang melakukan penelitian yang diteliti.
terhadap Analisa Dampak dan c. Observasi
Lingkungan (ANDAL) dan 5 (lima) Observasi dalam penelitian ini
orang warga yang merupakan petani dilakukan dengan cara mengamati
kayu bakau dan dianggap mewakili langsung objek penelitian untuk
masyarakat Kecamatan Tebing Tinggi mengetahui keadaan, perisitiwa dan
Kabupaten Bengkalis. gejala yang terjadi di lokasi
penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat 5. Analisa Data
agara dapat mnenjawab permasalahan Adapun jenis analisa memakai
dalamn penelitian ini akan digunakan Analisis kualitatif dimana penelitian ini
teknik pengumpulan data yaitu: pada umumnya bertujuan untuk
a. Wawancara mendeskripsikan secara sistematis.
Kegiatan pengumpulan informasi Setelah dikumpulkan melalui teknik
yang dijalankan dengan menanyakan pengumpulan data, kemudian penulis
langsung kepada informan untuk memilih dan mengelompokkan data
memperoleh data kualitatif dalam sesuai jenisnya. Seterusnya penulis akan
upaya memperoleh pemahaman menganalisa data berdasarkan catatan
secara komprehensif terhadap dan hasil observasi yang
penelitian yang dilakukan. Teknik menggambarkan secara jelas
wawancara ini sangat penting, karena berdasarkan kenyataan dilapangan.
memiliki maksud tertentu. Maksud
penggunaan teknik wawancara PEMBAHASAN
menurut Moleong (2007:135) Dalam rangka pengendalian
adalah: kerusakan ekosistem mangrove, perlu
Tujuan penggunaan teknik dilakukan langkah strategis yang dapat
wawancara ini merupakan menjamin terselenggaranya
konfirmasi informasi dari responden perlindungan, pelestarian, dan

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 8


pemanfaatan ekosistem mangrove tanggung jawab bersama dalam
sebagai sumberdaya di wilayah pesisir, pengelolaan hutan akan muncul dari
sistem penyangga kehidupan, dan proses-proses yang dilalui dalam
kekayaan alam yang bernilai tinggi, pemberdayaan masyarakat. Adapun
dimana peran pemerintah dalam proses tahapan kebijakan yang
mengatasi kerusakan tersebut perlu dilakukan pemerintah Kabupaten
dilakukan seperti dikeluarkannya Bengkalis dalam pelaksanaan
kebijakan yang dapat mengatasi implementasi kebijakan yang dikutip
permasalahan-permasalahan yang dari teori Edwar dalam Widodo (2011)
timbul akibat kerusakan hutan dimana tidak terlaksananya kebijakan
mangrove. disebabkan masih belum terpenuhinya
Strategi Pengelolaan Ekosistem sumber daya (resources) dimana
Mangrove berdasarkan Peraturan pelestarian hutan mangrove di
Presiden Nomor 73 tahun 2012 adalah Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
upaya dalam bentuk kebijakan dan Bengkalis seharusnya dapat
program untuk mencapai tujuan dilaksanakan apabila sumber daya
terwujudnya pengelolaan ekosistem manusia maupun alam terpenuhi di
mangrove lestari dan masyarakat Kabupaten Bengkalis.
sejahtera berkelanjutan berdasarkan
sumber daya yang tersedia sebagai 3.1. Sumber Daya (Resources)
bagian integral dari sistem perencanaan Tidak menjadi masalah
pembangunan nasional. Dimana dalam bagaimana jelas dan konsisten
penetapan kebijakan tersebut implementasi program dan bagaimana
pemerintah perlu ; akuratnya komunikasi dikirim. Jika
1. Memantapkan kebijakan personel yang bertanggungjawab untuk
bersama dalam pengelolaan melaksanakan program kekurangan
ekosistem mangrove (penguatan sumberdaya dalam melakukan
kapasitas Pemda dalam tugasnya. Komponen sumberdaya ini
pembuatan Perda terkait meliputi jumlah staf, keahlian dari para
mangrove) pelaksana kebijakan seperti pelaksana
2. Mengakomodasikan status dilapangan yang melakukan
ekosistem mangrove dalam tata pengawasan oleh Dinas Kehutanan
ruang wilayah pesisir Kabupaten Bengkalis, informasi yang
3. .Melaksanakan penataan dan relevan dan cukup untuk
penegakkan hukum pengelolaan mengimplementasikan kebijakan dan
ekosistem mangrove pemenuhan sumber-sumber terkait
dalam pelaksanaan program, adanya
Pemberdayaan masyarakat kewenangan yang menjamin bahwa
dalam pengelolaan hutan ini dapat program pelestarian hutan mangrove
dimaknai sebagai proses untuk berbagi dapat diarahkan kepada sebagaimana
peran, berbagi ruang dan waktu, serta yamg diharapkan, serta adanya fasilitas-
berbagi hasil. Dengan melibatkan fasilitas pendukung yang dapat dipakai
masyarakat desa hutan dalam setiap untuk melakukan kegiatan program
tahapan pengelolaan hutan mulai dari seperti dana dan sarana prasarana.
perencanaan, pelaksanaan, monitoring Sumberdaya manusia yang tidak
dan evaluasi akan memberi makna yang memadahi (jumlah dan kemampuan)
dalam bagi mereka. Motivasi dan berakibat tidak dapat dilaksanakannya

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 9


program secara sempurna karena dimana undang-undang tersebut
mereka tidak bisa melakukan juga mencakup terhadap
pengawasan dengan baik. Jika jumlah kebijakan pemerintah dalam
staf pelaksana kebijakan terbatas maka melindungi hutan mangrove di
hal yang harus dilakukan meningkatkan Kabupaten Bengkalis khususnya
skill/kemampuan para pelaksana untuk kecamatan Tebing Tinggi
melakukan program. Untuk itu perlu meskipun masih belum terlaksana
adanya manajemen SDM yang baik sepenuhnya.
agar dapat meningkatkan kinerja
program. Selanjutnya berdasarkan hasil
Sumberdaya lain yang juga observasi dilapangan khususnya di
penting adalah kewenangan untuk Kecamatan Tebing Tinggi dan pada
menentukan bagaimana program Kantor Dinas Kehutanan Kabupaten
dilakukan, kewenangan untuk Bengkalis mengenai data kerusakan
membelanjakan/mengatur keuangan, hutan mangrove yang riil belum
baik penyediaan uang, pengadaan staf, lengkapnya data tersebut. Hal tersebut
maupun pengadaan supervisor. dibenarkan oleh Bapak Syahril :
Fasilitas yang diperlukan untuk Memang akibat kurangnya
melaksanakan kebijakan/program harus sumber daya manusia pada
terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta Dinas Kehutanan, dan masih
dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas kurangnya aparat yang
ini mustahil program dapat berjalan. bertanggungjawab melakukan
Seperti yang dikemukakan oleh pengawasan atau control
Bapak Syahril, SH selaku Seksi dilapangan menyebabkan data
Pengawasan Kehutanan Kabupaten yang seharusnya sudah dapat
Bengkalis tanggal 8 Januari 2014 di disampaikan kepada Bupati
Kantor Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya selalu
Bengalis menyatakan : belum dapat disampaikan
Sampai saat ini masih belum ada secara riil. Hal tersebut
penyusunan agenda terhadap disebabkan masih rendah dan
penyusunan kebijakan baik oleh kurangnya sumber daya
Kepala Dinas Kehutanan maupun manusia pada Dinas Kehutanan
oleh DPRD Kabupaten Bengkalis Kabupaten Bengkalis hinga saat
dan Pemerintah Daerah ini.
Kabupaten Bengkalis, karena
kebijakan tentang perlindungan Selain itu berdasarkan hasil
hutan mangrove masih belum ada dokumentasi yang diperoleh sesuai
baik draft kebijakan atau dengan data yang ada dimana jumlah
perundang-undangan maupun pegawai Dinas Kehutanan bagian
kebijakan lainnya. Oleh sebab itu pengawasan lapangan hanya berjumlah
masih belum ada penyusunan 5 orang, hal tersebut jelas tidak
agenda kebijakan terhadap memadai untuk melakukan pengawasan
perlindungan hutan mangrove di dilapangan khususnya untuk Kecamatan
Kabupaten Bengkalis. Tetapi Tebing Tinggi yang jumlah kerusakan
Dinas Kehutanan tetap mengacu hutan mangrove cukup tinggi.
kepada Undang-Undang Nomor Pernyataan lain yang
41 tahun 1999 tentang kehutanan, dikemukakan oleh Hasanudin, SE

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 10


seorang LSM Anak bangsa pada tanggal penyusunan undang-undang ataupun
12 Januari 2014 di Kecamatan Tebing peraturan daerah yang dapat melindungi
Tinggi yang saat itu sedang melakukan kerusakan hutan mangrove dari
peninjauan terhadap kerusakan hutan kerusakan dan perambahan yang
mangrove di Kecamatan Tebing Tinggi membabi buta baik oleh pengusaha
dan menyatakan : panglong maupun oleh masyarakat
Sebelum pemerintah hutan sendiri.
mengeluarkan kebijakan Selain itu masih banyaknya
seharusnya pemerintah masyarakat yang belum mengerti dan
Kabupaten Bengkalis menyusun mengetahui adanya undang-undang
agenda kerja, agenda tentang perlindungan terhadap hutan mangrove
rencana kebijakan yang akan tentang pemahaman dan pengetahuan
dikeluarka, sehingga kebijakan akan Undang-Undang Nomor 41 tahun
terhadap perlindungan hutan 1999 tentang kehutanan seperti
mangrove dapat benar-benar tanggapan seorang masyarakat
disusun dan dilaksanakan. pengusaha petani kayu bakau yaitu
Tetapi hingga saat ini kami Bapak Dasril umur 57 tahun pada
sendiri selaku LSM Anak tanggal 22 Januari 2014 di rumahnya di
Bangsa belum mendengar Kecamatan Tebing Tinggi :
adanya kebijakan baru dari Saya tidak tahu dan tidak paham
pemerintah daerah Kabupaten bahwa ada undang-undang
Bengkalis khususnya kebijakan kehutanan yang mengatur
tentang perlindungan terhadap perlindungan terhadap hutan
hutan mangrove di Kabupaten mangrove, tetapi saya mengerti
Bengkalis. Hal tersebut jelas bahwa apabila terjadi
sebenarnya sangat dibutuhkan kerusakan terhadap htan bakau
mengingat sebegitu pentingnya ya kami sendiri selaku
dikeluarkan kebijakan terhadap pengusaha kayu bakau akan
perlindungan hutan mangrove merasakan akibatnya sulit
yang sudah sangat mengancam mencari kayu bakau, hutan yang
ekosistem laut, ekosistem semakin habis sehingga mata
lingkungan dan sangat pencarian kami semakin
mengancam terjadinya abrasi berkurang.
bibir pantai yang akan
berakibat terhadap kerusakan Oleh sebab itu ketidak
lingkungan dan perairan di mengertian masyarakat akan undang-
Kecamatan Tebing Tinggi undang kehutanan tersebut
khususnya. menyebabkan banyaknya terjadi
perambahan hutan mangrove tanpa
Berdasarkan hasil wawancara memikirkan bagaimana cara
tersebut jelas diketahui bahwa hingga melestarikan dan membudidayakan
saat ini baik Dinas Kehutanan kembali hutan tersebut. Khususnya
Kabupaten Bengkalis maupun seperti dalam pasal 3 Undang-Undang
pemerintah daerah Kabupaten Lingkungan Hidup (UULH) yang
Bengkalis bersama-sama dengan DPRD menyatakan pengertian pelestarian
Kabupaten Bengkalis masih belum mengandung makna tercapainya
menyusun atau mengagendakan kemampuan lingkungan yang serasi dan

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 11


seimbang dan peningkatan kemampuan pengusaha panglong tetapi juga
tersebut. bisa disebabkan kebakaran yang
Seperti pendapat yang disengaja maupun tidak
disampaikan Bapak Aliong seorang disengaja. Oleh sebab itu format
warga Kecamatan Tebing Tinggi dan kebijakan yang akan disusun
pemilik Panglong yang mengolah kayu sebaiknya benar-benar
bakau menjadi arang bakau menyatakan membawa perubahan dan
pendapatnya pada tanggal 29 Januari dampak yang lebih baik bagi
2014 di rumahnya menyatakan : pelestarian hutan mangrove di
Saya tidak mengetahui adanya Kabupaen Bengkalis umumnya
kebijakan dari Pemerintah dan Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Bengkalis tentang khususnya.
pelarangan atau undang-
undang dan aturan pengolahan Berdasarkan hasil survey yang
hutan bakau, tapi saya dan dilakukan di beberapa kecamatan di
rekan-rekan pemilik panglong Kabupaten Bengkalis diperoleh data
arang wajib memiliki izin usaha bahwa penegakan Undang-Undang
pengolahan arang bakau. Nomor 41 tahun 1999 jelas tidak
Apalagi tentang format diketahui oleh masyarakat awam pada
kebijakan yang akan disusun umumnya, namun kerusakan hutan
pemerintah daerah Kabupaten mangrove yang terdapat didaerah pesisir
Bengkalis, saya sama sekali seperti Kecamatan Tebing Tinggi dan
tidak tahu. Tapi kalaupun juga Kecamatan Bengkalis merupakan
pemerintah telah menyusun kawasan yang mengalami kerusakan
format kebijakan tersebut saya hutan mangrove yang cukup parah.
setuju-setuju saja asal guna Adapun langkah-langkah yang
kepetingan rakyat banyak. telah dilakukan Dinas Kehutanan
Kabupaten Bengkalis dalam mengatasi
Hal senada juga disampaikan dan melakukan monitoring dilapangan
oleh Bapak Rusdi seorang seksi khususnya dalam pengelolaan hutan
Penanggulangan Kebakaran Hutan pada mangrove antara lain dengan
tanggal 29 Januari 2014 di panglong menurunkan tim melakukan
milik Aliong menyatakan : pemeriksaan dengan ketentuan sebagai
Kalau pemerintah Kabupaten berikut :
Bengkalis mengeluarkan atau 1. Kepala Dinas mengeluarkan
menyusun format tentang Surat Perintah pemeriksaan
kebijakan yang akan diambil ataupun peninjauan kelapangan
guna melindungi hutan seperti ke Kecamatan perihal
mangrove saya sangat setuju pemeriksaan dan pengelolaan
asalkan kebijakan tersebut lahan hutan mangrove
benar-benar dilaksanakan dan khususnya di Kecamatan Tebing
diterapkan, bukan sekedar Tinggi.
dikeluarkan tapi tidak 2. Tim turun ke lapangan dan
dijalankan. Kerusakan hutan melakukan pemeriksaan baik
mangrove bukan saja akibat pemeriksaan terhadap lahan
dirambah masyarakat dan maupun terhadap hasil
pengusaha udang maupun pengelolaan kayu bakau di

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 12


panglong-panglong pembuatan agar kawasan hutan mangrove tidak
arang dan juga melakukan rusak.
monitoring.
3. Kemudian Tim membuat berita SIMPULAN
acara temuan di lapangan dan Kebijakan pemerintah
hal-hal yang berkaitan dengan Kabupaten Bengkalis terhadap
temuan baik kendala maupun pengawasan dan pengelolaan serta
temuan lainnya. kebijakan hukum yang dilakukan
4. Berdasarkan laporan Tim dari terhadap hutan mangrove di Kabupaten
Dinas Kehutanan dan Bengkalis Berdasarkan Undang-
Perkebunan maka Dinas Undang Nomor 41 tahun 1999 dapat
Kehutanan melaporkan hasil dijadikan Kebijakan Bupati Kabupaten
temuan dilapangan dan Bengkalis untuk merespon pengelolaan
kemudian Pemerintah daerah dan perlindungan hutan mangrove tanpa
dapat mengeluarkan kebijakan mengabaikan tindakan hukum yang
dalam menurunkan pemeriksaan juga harus dikenakan selain kepada
baik kepada pengusaha yang pengelola hutan mangrove. Oleh sebab
memegang izin pengelolaan itu sesuai dengan wawancara, observasi
ataupun memanfaatan hutan dan dokumentasi yang ada dari Dinas
bakau serta mengeluarkan sanksi Kehutanan Kabupaten Bengkalis dapat
seperti mencabut izin yang telah disimpulkan bahwa belum maksimalnya
diberikan ataupun mengenakan pelestarian hutan mangrove di
denda dan sanksi pidana oleh Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Dinas Kehutanan. Bengkalis disebabkan masih rendahnya
Meskipun demikian sumber daya (resources) yang ada di
langkah-langkah tersebut diatas tidak Kabupaten Bengkalis khususnya Dinas
seluruhnya dapat berjalan. Kurangnya Kehutanan, masyarakat di Kecamatan
tenaga dilapangan dan sulitnya lokasi Tebing Tinggi dan juga pengusaha
yang harus ditempuh, minimnya panglong yang rata-rata tidak
anggaran dana yang tersedia serta memahami undang-undang kehutanan,
luasnya lokasi hutan mangrove juga resiko dan sangsi yang dikenakan bagi
lokasi yang berpencar-pencar pelaku pengerusakan hutan mangrove.
mengakibatkan laporan pelaksanaan ini Belum adanya kebijakan dari
sering terlambat. Pemerintah Kabupaten Bengkalis dan
Berdasarkan laporan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis
Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada terhadap pelestarian hutan mangrove
Rapat Kerja yang dilaksanakan di menyebabkan banyaknya lahan kritis
Bengkalis tahun 2013, perlunya dan juga tidak berjalannya reboisasi
koordinasi, pemeriksaan secara terus pada lahan hutan mangrove.
menerus terhadap aparatur penegak
hukum yang hingga saat sekarang Saran
cenderung tutup mata bahkan tidak 1. Pemerintah Daerah Kabupaten
dapat terjangkau oleh hukum akibat Bengkalis perlu meningkatkan
adanya kerja sama dengan pengusaha sumber daya manusia aparat
hutan dalam menguras, mengelola dan pengawas kehutanan dan staf
mengkonversi hutan mangrove tanpa baik dalam mendata, mengawasi
melakukan pembudidayaan kembali kerusakan hutan mangrove di

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 13


Kecamatan Tebing Tinggi pihak-pihak yang mengkonversi
Kabupaten Bengkalis. hutan mangrove secara
2. Pemerintah daerah Bengkalis berlebihan tanpa memikirkan
perlu membuat kebijakan pembudidayaan dan menjaga
terhadap perlindungan hutan lingkungan dari pemerintah
mangrove dan meningkatkan daerah.
sistem koordinasi dan
membentuk suatu peraturan DAFTAR PUSTAKAAN
pemerintah dan perlindungan
terhadap hutan mangrove. Buku-buku :
Selain itu perlu adanya batasan- Abdul Wahab, Prinsip-prinsip Masalah
batasan lokasi hutan mangrove pencemaran Lingkungan, Cetakan
antara hutan produksi, hutan Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta
konversi, hutan lindung dan 2002
sebagainya, juga adanya . Analisis Kebijakan: Dari
pengawasan dari seluruh jajaran Formulasi ke Implementasi
terkait yang sama-sama Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi
memiliki wewenang dalam Aksara, 2006
mengawasi dan memantau Awang, San Afri, 2012, Kebijakan
pengelolaan hutan mangrove di Pengembangan Hutan Rakyat,
seluruh pesisir pantai Kabupaten Rawali Press, Jakarta
Bengkalis. Begen, Teknik Pengambilan
3. Perlunya koordinasi yang tepat Contoh dan Analisis Data Biofisik
guna baik antara pemerintah Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian
daerah dengan instansi terkait Pesisir dan Lautan, Fakultas
dan aparat penegak hukum dan Perikanan dan Kelautan IPB,
saling mengawasi terhadap Bogor, 2000
terjadinya konversi hutan , Pedoman Teknis Pengenalan
mangrove yang secara dan Pengelolaan Ekosistem
berlebihan, juga kerjasama yang Mangrove, PKSPL IPB, Bogor,
baik dengan masyarakat 2001.
individu dan juga masyarakat
adat. Budiardjo, Mariam. Kebijakan Publik,
4. Perlu adanya kebijakan dan Penerbit Rineka Cipta, Jakarta,
inisiatif serta konsekuensi di 2001
Kabupaten Bengkalis, dengan Dahuri. R, Konsep Pembangunan
demikian seluruh jajaran Berkelanjutan dalam Pengelolaan
pemerintah, instansi terkait dan Sumber Daya Wilayah Pesisir,
masyarakat sama-sama memiliki PPLH-LP, Bogor, 1996
hak dan kewajiban yang
berkaitan dalam menjaga Edward dalam Widodo, Analisis
kondisi dan lingkungan hutan Kebijakan Publik: Konsep dan
mangrove. Selain itu perlu Aplikasi Analisis Proses
adanya ketegasan hukum dalam Kebijakan Publik. Malang. Bayu
menerapkan sanksi yang Media, 2011
diberlakukan kepada pelanggar Paryono. Kajian Ekonomi Pengelolaan
pengerusakan ataupun bagi Tambak di Kawasan Mangrove.

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 14


Segara Anakan Cilacap Jateng. Laju Degradasi), Prosiding
Tesis Program Pascasarjana Seminar Keterpaduan Antara
Institut Pertanian Bogor. 2000. Konservasi dan tata Guna Lahan
Hakim, Abdul, Pengantar Hukum Basah di Sulawesi Selatan, LIPI-
Kehutanan, Dalam Era otonomi Pemda Sulawesi Selatan, 2000
Daerah, Bandung; Citra Aditya Zain, Alam Setia, Hukum Lingkungan
Bakti, 2005 Konversi Hutan, Edisi Ketiga,
Irfan Islami, Ekosistem dan Sumber Rieneka Cipta, Jakarta, 20077
Daya Hutan Mangrove Makalah
dalam Pelatihan Singkat Jurnal :
Perlindungan Lingkungan Daldjoeni, N dan A. Sujitno, Pedesaan,
Mangrove dan Tambak, Bogor. Lingkungan dan Pembangunan
2002 Ilmu Politik, Bandung, 2002
Khazali. M, Potensi Peran dan
Pengelolaan Mangrove, Seminar Perundang-Undangan :
dan Lokakarya Nasional Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun
Pengelolaan dan Pemanfaatan 2012 tentang Strategi Pengelolaan
Pulau Nusa Kambangan Sebagai Ekosistem Mangrove
Sisa-sisa Hutan Hujan Daratan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
Rendah Berupa Ekosistem 2004 tentang Perlindungan Hutan
Kepulauan di Era Otonomi Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun
Daerah, Yogyakarta, 2001. 2002 tentang Tata Hutan dan
penyusunan Pengelolaan Hutan
Marbun, B.N. Kamus Ilmu Politik, Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999
Penerbit Ghalia Indonesia, tentang Kehutanan
Jakarta, 1996
Moleong, J. Lexy, 2007, Metode Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997
Penelitian Kualitatif, Bandung : tentang Pengelolaan Lingkungan
PT Remaja Rosdakarya Hidup
Solichin Abdul Wahab, Pencemaran
Lingkungan Laut Melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
Pendekatan Internasional, tentang Konservasi Sumber Daya
Universitas Nusa Cendana, Alam Hayati dan Ekosistemnya
Kupang, 2001
Sunggono, Organisasi Politik dalam Lain-lain :
Pemerintahan Baru, Penerbit Alfa
Beta, Jakarta, 1994 Laporan Pertanggung Jawaban Dinas
Suharsimi Arikunto, Meode Penelitian Kehutanan Tahun 2013 tentang
Kualitatif, penerbit Ghalia Perkembangan ekosistem
Indonesia, Jakarta, 2006 Perikanan di Kabupaten
Usmara. A, Paradigma Baru, Bengkalis
Managemen Sumber Daya Laporan Dinas Kehutanan Kabupaten
Manusia, Edisi Revisi, Amara Bengkalis tahun 2013 tentang
Books, 2005 kerusakan Hutan Mangrove
William. N.Dun, Mangrove Sulawesi
Selatan (Struktur, Fungsi dan

Jom FISIP Vol. 1 No. 2 Oktober 2014 15

You might also like