You are on page 1of 11

TRANSAKSI OBLIGASI SYARIAH

(TINJAUAN TRANSAKSI OBLIGASI MENURUT PRINSIP-PRINSIP


SYARIAH)

Maisarah Leli
Program Studi Perbankan Syariah STAI YAPTIP Pasaman Barat
Pasaman Barat
e-mail: maisarah.leli@yahoo.co.id

Abstract: One model of economic development in the era of globalization is the rapid development of capital
markets in a country. Capital market is one form of alternative fundings for business development and
possesses strategic place in the framework of national development, and investment facilities for
investors who have excess funds. Many investors capitalize on the capital market to conduct
investment portfolios of interest, and among the options used are bonds. Indonesia which applies dual
system banking system realizes that instead of transactions originating from Conventional Financial
Institutions, there are also ones in Sharia Financial Institutions. Basically, the the principle
differences between the conventional economic system with the syari'ah economic system is the
prohibition of transactions that use usury, which has been used by the Bank / Conventional
Financial Institution. Syari'ah bonds are belived to be prospective, but their development is still
hampered in technical problems and public understanding of this transaction. Less effective and
efficient socialization and less familiarity of the people toward the profit and loss sharing transactions,
or other sharia principles make people still think that Islamic bonds are the same as those of
conventional. As a result the think that interest is identical weth profit sharing.

Kata kunci: obligasi syari’ah, dan fatwa DSN/MUI

PENDAHULUAN pemerintah dan obligasi perusahaan,


kedua obligasi itu terdapat pada
P asar modal Indonesia bergerak
dalam bidang saham dan obligasi,
dimana saham dikelola oleh Bursa Efek
perdagangan pasar modal, yang
merupakan bukti pengakuan hutang dari
perusahaan (emiten). Penerbitan obligasi
Jakarta (BEJ). Sedangkan obligasi dikelola pemerintah sebagian besar adalah Badan
oleh Bursa Efek Surabaya (BES). Usaha Milik Negara (BUMN). Oleh
Perdagangan investasi Indonesia dilihat karena itu emiten atau perusahaan dalam
dari tingkatannya. Pertama, dimulai dari; menerbitkan obligasi sangat terbatas.
Risit/suku bunga; kedua, Obligasi Keterbatasan ini membuat obligasi belum
pemerintah; ketiga, Obligasi perusahaan; berkembang, namun seiring dengan
keempat, reksadana; kelima, saham; berkembangnya perekonomian, emiten
keenam, opsi; ketujuh, Ficure; kedelapan, obligasi terus berkembang, tidak hanya
Porwar. pada BUMN tetapi juga perusahaan-
Perkembangan investasi di perusahaan swasta mulai menggunakan
Indonesia, terkait dengan obligasi
54 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

obligasi sebagai alat untuk menambah bervariasi tergantung kekuatan bisnis


modal. penerbitnya. Suku bunga ini bisa
Seiring dengan berkembangnya dibayarkan secara tetap atau
obligasi pada perdangan pasar modal di berjenjang. (Sudarsono, 2004: 222)
Indonesia, penting kiranya membahas 5. Menurut Keputusan Menteri
transaksi obligasi menurut prinsip- Keuangan RI No. 755/KMK.011/1982.
prinsip syariah. Semoga pembahasan ini Pasal 1 (a) yang dikutip oleh Junaedi
memberikan kontribusi terhadap bahwa obligasi adalah jenis efek
perkembangan ekonomi syariah di berupa surat pengakuan utang atas
Indonesia. pinjaman uang dari masyarakat dalam
bentuk tertentu, untuk jangka waktu
sekurang-kurangnya tiga tahun dengan
PENGERTIAN OBLIGASI
menjanjikan imbalan bunga yang
Menurut etimologi obligasi berasal jumlah setara serta saat
dari bahasa Belanda (obligatie) yang pembayarannya telah ditentukan
berarti surat jaminan pemerintah. terlebih dahulu oleh emiten. (Junaedi,
(Rahajoekoessoamah, 1995: 937)Obligasi 1990: 4)
biasanya menghasilkan bunga tetap,
Berdasarkan pengertian obligasi
sedang obligasi menurut para pakar;
yang dikemukakan oleh para pakar di
1. Kasmir mengemukakan bahwa
atas, dapat disimpulkan bahwa obligasi
obligasi adalah merupakan instrumen
adalah suatu bukti pengakuan hutang
hutang bagi perusahaan yang hendak
dari perusahaan yang hendak
memperoleh modal, keuntungan dari
memperoleh modal, di mana terdapat
membeli obligasi diwujudkan dalam
bunga yang ditetapkan dan
bentuk kupon. (Kasmir, 2005: 196)
pelunasannya dilakukan dalam jangka
2. B. De Smalen, bahwa obligasi adalah
waktu yang telah ditetapkan, atau pada
suatu bukti hutang, yang menandai
saat jatuh tempo. Obligasi yang
adanya suatu kewajiban perikatan.
dikeluarkan perusahaan (emiten) sebagai
(Smalen, 1977: 15)
surat berharga jangka panjang, yang
3. Sapto Raharjo, obligasi merupakan
bersifat hutang dengan memberikan
salah satu instrumen keuangan yang
tingkat bunga (kupon) kepada investor
cukup menarik bagi kalangan investor
(pemegang obligasi) pada waktu tertentu.
di pasar modal ataupun bagi
Adapun pengertian obligasi
perusahaan untuk mendapatkan dana
dalam tijauan syar’i, sebagaimana yang
bagi kepentingan perusahaan.
dikemukakan oleh Sapto Rahardjo,
(Raharjo, 2004: 1)
adalah obligasi ditawarkan dengan
4. Hari Sudarsono, obligasi adalah surat
ketentuan yang mewajibkan emiten
utang dari suatu lembaga atau
untuk membayar kepada pemegang
perusahaan yang dijual kepada
obligasi syariah sejumlah pendapatan
investor untuk mendapatkan dana
bagi hasil dan membayar kembali dana
segar. Para investor akan
obligasi syariah pada tanggal
mendapatkan set return dalam bentuk
pembayaran kembali dana obligasi
tingkat suku bunga tertentu yang sangat
Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-Prinsip Syariah ║55

syariah tersebut, pendapatan kembali Obligasi syariah bukan


dana obligasi syariah pada tanggal merupakan hutang bunga tetap, tetapi lebih
pembayaran. Pendapatan bagi hasil merupakan penyertaan dana yang
dibayarkan setiap periode tertentu ( 3 didasarkan pada prinsip bagi hasil.
bulan, 6 bulan, atau setiap satu tahun). Transaksinya tidak akan utang piutang
(Raharjo, 2004: 141) melainkan penyertaan. Obligasi sejenis
Fatwa Dewan Syariah Nasional ini lazim dinamakan muqaradhah bond,
(DSN) No. 32/DSN-MUI/IX/2002, dimana muqaradhah merupakan nama
obligasi syariah adalah suatu surat lain dari Mudharabah. Bentuk alokasi
berharga jangka panjang berdasarkan dana yang khusus dalam syariah dikenal
prinsip syariah yang dikeluarkan emiten dengan istilah Mudharabah muqayyadah.
kepada pemegang obligasi syariah yang Atas pernyataannya, investor berhak
mewajibkan emiten untuk membayar mendapatkan nisbah keuntungan
pendapatan kepada pemegang obligasi tertentu yang dihitung secara
syariah berupa bagi hasil, margin, serta proporsional dan dibayarkan secara
membayar kembali dana obligasi pada periodik. Dari persentase pembayaran
saat jatuh tempo. (Sudarsono, 2004: 223) yang dilakukan secara periodik, besar
Besarnya pendapatan bagi hasil persentase pembayarannya berdasarkan
dihitung berdasarkan perkalian antara nilai nominalnya, atau disebut dengan
nasabah pemegang obligasi syariah pembayaran kupon, yang merupakan
dengan pendapatan yang dihasilkan, pembagian bunga obligasi yang
yang besarnya tercantum dalam laporan didasarkan atas nilai nominal yang dilakukan
keuangan konsolidasi emiten triwulan berdasarkan perjanjian. Penentuan tingkat
yang terakhir diterbitkan sebelum kupon obligasi memasuki masa jatuh
tanggal pembayaran pendapatan bagi tempo pembeli obligasi akan menerima
hasil kepada masing-masing pemegang pokok pinjaman dan satu kali
obligasi syariah akan dilakukan secara pembayaran kupon. Besarnya pelunasan
proporsional sesuai dengan porsi obligasi oleh penerbit pada saat jatuh
kepemilikan obligasi syariah yang tempo akan ekuivalen dengan harganya.
dimiliki dibandingkan dengan jumlah
dana obligasi syariah yang belum dibayar
DASAR HUKUM OBLIGASI SYARIAH
kembali. (Raharjo, 2004: 141)
Di sini terlihat, bahwa obligasi Pelaksanaan obligasi syariah di
syariah antara emiten dan investor Indonesia dilaksanakan atas dasar
mendapatkan pendapatan dari obligasi hukum, yaitu : (Raharjo, 2004: 142)
tersebut berdasarkan bagi hasil pendapatan yang 1. Pendapat ulama tentang keharaman
dibayarkan setiap periode triwulan yang mendapatkan bunga (interest).
besarnya tercantum dalam laporan 2. Pendapat para ulama tentang
keuangan kosolidasi emiten triwulan keharaman obligasi yang penghasilannya
yang terakhir diterbitkan sebelum berbentuk bunga (kupon).
tanggal pembayaran pendapatan bagi 3. Pendapat ulama tentang obligasi
hasil yang bersangkutan. syariah yang menggunakan prinsip
56 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Mudharabah, murabahah, musyarakah, serta tidak bertentangan dengan aturan


istishna, dan salam. agama Islam. (Sudarsono, 2004: 143)
4. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20
DSN/TV/2001 mengenai pedoman
JENIS DAN PERINGKAT OBLIGASI
pelaksanaan investasi reksadana
syariah. Jenis dan peringkat obligasi yang
5. Fatwa dewan syariah nasional nomor : dikenal di pasar Indonesia adalah sebagai
32/DSN-MUI71X/2002 tentang berikut: (Sudarsono, 2004: 224)
obligasi syariah.
Berdasarkan Penerbitan
Dengan adanya fatwa MUI yang
menegaskan tentang penerbitan obligasi 1. Obligasi Pemerintah Pusat
di Indonesia, maka perusahaan (emiten) 2. Obligasi Pemerintah Daerah
mulai menerbitkan obligasinya yang di 3. Obligasi Badan Milik Negara
perdagangan pada dasar modal karena 4. Obligasi Perusahaan Swasta
boleh hukumnya obligasinya tersebut Ditinjau dari segi penerbitan,
direalisasikan. kasmir mengemukakan bahwa obligasi
Sebagaimana Fatwa Dewan oleh pemerintah merupakan obligasi
syariah nasional (DSN) No. 32/DSN- yang diterbitkan oleh pemerintah, baik
MUI/DC/2002, obligasi syariah adalah pemerintah pusat, daerah atau
suatu surat berharga jangka panjang perusahaan pemerintah. Obligasi oleh
berdasarkan prinsip syariah yang swasta adalah obligasi yang diterbitkan
dikeluarkan emiten kepada pemegang oleh pihak swasta. (Kasmir, 2005: 198)
obligasi syariah yang mewajibkan emiten Penerbitan obligasi menerima
untuk membayar pendapatan kepada pinjaman dari pemegang obligasi dengan
pemegang obligasi syariah berupa bagi ketentuan-ketentuan yang sudah diatur,
hasil, margin, serta membayar kembali baik mengenai waktu jatuh tempo
dana obligasi pada saat jatuh tempo. pelunasan hutang, bunga yang
(Sudarsono, 2004: 223) dibayarkan, besarnya pelunasan dan
Beberapa ketentuan mengenai ketentuan lainnya. Obligasi yang tercatat di
perusahaan yang akan menerbitkan bursa efek dapat diperdagangkan dengan
obligasi syariah yaitu : bidang usaha cara yang sama seperti transaksi saham.
yang dilakukan oleh perusahaan emiten Harga obligasi ditentukan oleh kekuatan
(mudharib) tidak boleh bertentangan permintaan dan penawaran di pasar.
atau berlawanan dengan konsep syariah Dalam transaksi obligasi, investor harus
serta harus memperhatikan fatwa DSN- membayar biaya komisi (commission fee)
MU1 nomor 20/DSN-MUI/lV/2001 kepada pialang, tetapi tidak dikenakan
mengenai pedoman pelaksanaan biaya transaksi (transaction fee) oleh bursa
investasi reksadana syariah. efek Jakarta.
Pendapatan (hasil) atau investasi Penerbitan obligasi disebut di depan
yang dibagikan oleh perusahaan issuer, sedangkan kontrak (perjanjian)
(penerbit obligasi) kepada pemegang serta syarat atau kondisi yang terdapat
obligasi syariah harus benar-benar halal dalam surat obligasi dengan indenture
Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-Prinsip Syariah ║57

(Anarogo dan Pakarti, 2003: 68). Suatu bonds) dan obligasi dengan jaminan
obligasi diterbitkan dengan nilai nominal peralatan(equipment bonds)
yang tertentu yang akan digunakan 2. Obligasi tanpa jaminan (unsecured
sebagai harga pada saat penawaran. Nilai bonds) pengertian tanpa jaminan
nominal ini menunjukkan jumlah utang artinya obligasi, yang diberikan hanya
yang harus dibayarkan, dikembalikan berbentuk kepercayaan semata- mata.
oleh penerbitnya pada saat jatuh tempo. (Kasmir, 2005: 197)
Sebagai surat hutang, penerbit
obligasi melibatkan perjanjian kontrak Berdasarkan Jenis Kupon
yang mengikat antara pihak penerbit 1. Fixed rate, obligasi yang memberikan
(issuer) dengan pihak pembeli pinjaman tingkat kupon tetap sejak diterbitkan
(investor). Isi perjanjian kontrak tersebut hingga jatuh tempo.
adalah: 2. Floating rate, obligasi yang tingkat
1. Besarnya tingkat kupon serta periode bunganya mengikuti tingkat kupon
pembayarannya yang berlaku di pasar
2. Jangka waktu jatuh tempo 3. Mixed rate, obligasi yang memberikan
3. Besarnya nominal tingkat kupon tetap untuk periode
4. Jenis obligasi. (Sudarsono, 2004: 223) tertentu.
Berdasarkan Jaminan Berdasarkan Peningkatannya
1. Unsecured boards/debentures atau 1. Investment grade bonds
obligasi tanpa jaminan 2. Non-investment-grade bonds
2. Indenture atau obligasi dengan jaminan
3. Mortgage bond atau obligasi yang Berdasarkan Kupon
dijamin dengan properti 1. Coupon bonds pada obligasi berkupon
4. Collateral trust atau obligasi yang 2. Zero coupon bonds, untuk obligasi nir
dijamin dengan sekuritas kupon
5. Equipment trust certificates atau obligasi
yang dijamin aset tertentu. Berdasarkan Call Feature
6. Collateraaalized mortage atau obligasi
1. Freely callable bond, obligasi yang dapat
yang dijamin pool of mortanges atau
ditarik kembali oleh penerbitnya setiap
portofolio mortgage-backed securities.
waktu sebelum masa jatuh tempo.
Kasmir mengemukakan dari segi 2. Non callable bond, setelah obligasi
jaminan yang diberikan atau hak klaim diterbitkan dan terjual, tidak dapat di
ada dua macam, yaitu: beli/ ditarik kembali oleh penerbitnya
1. Obligasi dengan jaminan (secured sebelum obligasi jatuh tempo.
bonds) merupakan obligasi yang 3. Differed callable bond adalah kombinasi
dijamin dengan'jaminan tertentu jenis antara freely callable bunds dengan non
obligasi ini antara lain obligasi dengan callable bond.
garansi (guaranteed bonds), obligasi
dengan jaminan efek (collateral trust
58 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Berdasarkan Konversi Dari segi cara penetapan dan pembayaran


bunga pokok:
1. Convertible bond, obligasi yang dapat
ditukarkan saham setelah jangka 1. Obligasi dengan bunga tetap, merupakan
waktu tertentu. obligasi yang memberikan bunga
2. Non-convertible bonds, obligasi yang secara tetap setiap periode tertentu
tidak dapat di konversi menjadi saham 2. Obligasi dengan bunga tidak tetap,
merupakan obligasi yang memberikan bunga
Jenis Obligasi Lainnya tidak tetap dan biasanya dikaitkan
1. Income bonds, obligasi yang dengan suku bunga yang berlaku
membayarkan kupon hanya jika untuk periode tertentu.
emiten penerbitnya mendapatkan laba. 3. Obligasi tanpa bunga, merupakan
2. Guaranteed bond, obligasi yang obligasi yang tidak memberikan bunga
diterbitkan oleh perusahaan tetapi kepada pemegangnya. Keuntungan
tidak di dukung oleh perusahaan dari obligasi ini di harapkan selisih
induk. nilai antara nilai pembelian dengan
3. Participating bond, obligasi yang nilai pada saat jatuh tempo.
memiliki hak menerima atau laba
Dari segi jatuh tempo:
selain penghasilan bunga secara
periodik. 1. Obligasi jangka pendek, merupakan
4. Voting bonds, obligasi yang mempunyai hak obligasi yang beijangka waktu tidak
suara lebih dari 1 tahun.
5. Serial bond, obligasi yang pertunasannya 2. Obligasi jangka menengah, yaitu
berdasarkan nomor seri. obligasi yang memiliki jangka waktu
6. Inflation index bond, atau di sebut juga antara 1 tahun sampai dengan 5 tahun.
treasury inflation protection securities 3. Obligasi jangka panjang merupakan
(UPS), obligasi yang nilai nominalnya obligasi yang memiliki jangka waktu
(principal) selalu di sesuaikan dengan lebih dari 5 tahun.
tingkat inflasi yang sedang berlaku.
OBLIGASI SYARIAH MENURUT
Adapun jenis-jenis obligasi (Kasmir, FATWA DSN-MUI
2005: 197) di tinjau dari segi peralihan
ada dua bentuk, yaitu: Berdasarkan fatwa DSN No.
1. Obligasi atas unjuk (bearer bonds), 32/DSN-MUI/IX2002 menetapkan
obligasi jenis ini tidak memiliki nama obligasi itu boleh dengan ketentuan :
dalam obligasinya dan mudah untuk (Shadiq dkk, 2005: 76)
dialihkan kepada pihak lain.
Ketentuan Umum
2. Obligasi atas nama (registered bonds),
merupakan obligasi yang memiliki 1. Obligasi yang tidak dibenarkan
nama pemilik obligasi dalam obligasi menurut syariat yaitu obligasi yang
dan untuk pengalihan memerlukan bersifat hutang dengan kewajiban
berbagai persyaratan dan prosedur. membayar berdasarkan bunga
(Kasmir, 2005: 197)
Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-Prinsip Syariah ║59

2. Obligasi yang dibenarkan menurut tidak tercapai kesepakatan melalui


syariah yaitu obligasi yang musyawarah.
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan lembaga profesi pasar
3. Obligasi syariah adalah suatu surat modal yang terkait dengan penerbitan
berharga jangka panjang berdasarkan obligasi biasa pada umumnya, ketentuan
prinsip syariah yang dikeluarkan mekanisme mengenai obligasi syariah.
emiten kepada pemegang obligasi Adalah: (Shadiq dkk, 2005: 144)
syariah yang mewajibkan emiten 1. Obligasi syariah harus berdasarkan
untuk membayar pendapatan kepada konsep syariah yang hanya
pemegang obligasi syariah berupa bagi memberikan pendapatan kepada
hasil, margin, serta membayar kembali pemegang kepada pemegang obligasi
dana obligasi pada saat jatuh tempo. dalam bentuk bagi hasil atau revenue
Sharing serta pembayaran utang
Ketentuan Khusus pokok pada saat jatuh tempo.
1. Akad yang dapat digunakan dalam 2. Obligasi syariah Mudharabah yang
penerbitan obligasi syariah antara lain: diterbitkan harus berdasarkan pada
a. Mudharabah muqaradhan/qiradh bentuk pembagian hasil keuntungan
b. Musyarakah yang telah disepakati sebelumnya
c. Murabahah serta pendapatan yang diterima harus
d. Salam bersih dari unsur non halal.
e. Istina 3. Nisbah (rasio bagi hasil) harus
f. Ijarah ditentukan sesuai kesepakatan
sebelum penerbitan obligasi.
2. Jenis usaha yang dilakukan emiten
4. Pembagian pendapatan dapat
(mudharib) tidak boleh bertentangan
dilakukan secara periodik atau sesuai
dengan syariah dengan memperhatikan
ketentuan bersama, dan pada saat
substansi fatwa DSN-MUI nomor
jatuh tempo hal itu diperhitungkan
2O/DSN-MLMV72O01 tentang pedoman
secara keseluruhan.
investasi untuk reksadana syariah
5. Sistem pengawasan aspek syariah
3. Pendapatan (hasil) investasi yang
dilakukan oleh Dewan Pengawas
dibagikan emiten (mudharib) kepada
Syariah.
pemegang obligasi syariah Mudharabah
6. Apabila perusahaan penerbit obligasi
(shahibul maal) harus bersih dari
melakukan kelalaian atau pelanggaran
unsur non halal
syarat perjanjian, wajib dilakukan
PENYELESAIAN PERSELISIHAN pengembalian dana investor dan harus
dibuat surat pengakuan hutang.
Jika salah satu pihak tidak 7. Apabila emiten berbuat kesalahan atau
menunaikan kewajibannya atau jika cedera janji maka pihak investor dapat
terjadi perselisihan diantara pihak-pihak menarik dananya.
terkait, maka penyelesaiannya dilakukan 8. Hak kepemilikan obligasi syariah
melalui Badan Arbitrase Syariah setelah Mudharabah dapat di pindah tangan
60 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

kepada pihak lain sesuai kesepakatan Mudharabah (bagi hasil pendapatan) baik
akad perjanjian. yang telah diterbitkan maupun yang
Pengembangan obligasi syariah akan diterbitkan dalam waktu dekat,
sangat mendukung pertumbuhan pasar sehingga yang dikenal adalah obligasi
modal Indonesia dan memberikan syariah Mudharabah. Obligasi syariah
berbagai macam alternatif investasi bagi Mudharabah memang telah memiliki
investor. Dalam pengembangan obligasi pedoman khusus dengan disahkanya
syariah terdapat berbagai kendala Fatwa N0.33/DSN-MUI/DC/2002.
diantaranya: Bahwa obligasi syariah mudharabah
1. Belum banyak masyarakat paham adalah obligasi yang menggunakan akad
tentang keberadaan obligasi syariah. mudharabah karena bentuk pendanaan
2. Masyarakat syariah dikondisikan yang paling sesuai untuk investasi dalam
untuk menghadapi masyarakat yang jumlah besar dan jangka yang relatif
kurang percaya akan keberadaan panjang, dapat digunakan untuk
sistem yang belum dikenal. pendanaan umum (general financing),
(Sudarsono, 2004: 229) merupakan percampuran kerjasama
antara modal dan jasa (kegiatan usaha)
Obligasi syariah sebagai bentuk sehingga membuat stuktrunya
pendanaan (financing) dan sekaligus memungkinkan untuk tidak memerlukan
investasi (investment) memungkinkan jaminan (collateral) atas aset yang spesifik.
beberapa bentuk struktur yang dapat
ditawarkan untuk tetap menghindarkan Beberapa alasan yang mendasar
pada riba. Berdasarkan hal tersebut pemilihan struktur Mudharabah,
obligasi syariah dapat memberikan: antaralain:
1. Bagi hasil berdasarkan akad 1. Bentuk pendanaan yang paling sesuai
Mudharabah/muqaradah/qirad atau untuk investasi dalam jumlah besar
musyarakah adalah kerjasama dengan dan j angka yang relatif panjang.
skema bagi hasil pendapatan atau 2. Dapat digunakan untuk pedoman
keuntungan, obligasi jenis ini akan umum (general financing).
memberikan retum dengan 3. Mudharabah merupakan percampuran
penggunaan term indicative atau kerja sama antara modal dan jasa
expected return karena sifatnya yang (kegiatan usaha) sehingga membuat
floating dan tergantung pada kinerja strukturnya memungkinkan untuk tidak
pendapatan yang dibagi hasil. memerlukan jaminan (collateral) atas aset
2. Margin berdasarkan akad murabahah atau yang spesifik.
salam atau istishna atau ijarah, dengan 4. Kecenderungan regional dan global
kadar murabahah, salam, istishna sebagai dari penggunaan struktur murabahah
bentuk jual beli dengan skema cost dan bai’ bithaman ajil menjadi
basis, obligasi jenis ini akan Mudharabah dan ijarah.
memberikan fixed return. (Sudarsono, Adapun syarat-syarat untuk
2004: 227) menerbitkan obligasi adalah sebagai
Di Indonesia yang digunakan dalam berikut: (Sudarsono, 2004: 226)
penerbitan obligasi syariah adalah
Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-Prinsip Syariah ║61

1. Aktivitas utama (core business) yang merusak moral dan bersifat


halal, tidak bertentangan dengan mudharat.
substansi fatwa bertentangan dengan
2. Peringkat Investasi Grade
substansi fatwa No. 20/DSN-
MUI/TV/2001. Fatwa tersebut a. Memiliki fundamental usaha yang
menjelaskan bahwa jenis kegiatan kuat.
usaha yang bertentangan dengan b. Memiliki fundamental keuangan
syariah Islam di antaranya adalah : yang kuat.
a. Usaha perjudian dan permainan c. Memiliki citra yang baik bagi
yang tergolong jadi atau publik.
perdagangan yang di larang. 3. Keuntungan tambahan jika termasuk
b. Usaha lembaga keuangan konvensional dalam komponen JakartaIslamicIndex (JII)
(ribawi) termasuk perbankan dan asuransi
konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, PERBEDAAN OBLIGASI SYARIAH
mendistribusikan, serta DENGAN OBLIGASI KONVENSIONAL
memperdagangkan makanan dan Dalam harga penawaran, jatuh
minuman haram. tempo pokok obligasi saat jatuh tempo
d. Usaha yang memproduksi, dalam rating antara obligasi syariah
mendistribusikan, dan menyediakan dengan obligasi konvensional tidak ada
barang-barang ataupun jasa yang bedanya. Perbedaannya terdapat pada
pendapatan dan return.
62 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Namun dalam obligasi syariah lebih Obligasi Negara Ritel (ORI) yang
kompetitif dibanding obligasi ditunjuk sebagai agen penjual oleh
konvensional, disebabkan oleh beberapa pemerintah adalah bank mandiri. Bank
hal berikut ini: mandiri mengambil keuntungan 100% ini
1. Kemungkinan perolehan dari bagi juga di larang, karena bank mandiri
hasil pendapatan lebih tinggi dari mengambil keuntungan yang besar
pada obligasi konvensional padahal bank hanya sebagai agen
2. Obligasi syariah aman karena untuk penjual.
menandai proyek prospektif Transaksi obligasi syariah,
3. Bila teijadi kerugian di luar kontrol, merupakan salah satu prospek
investor tetap memperoleh aktiva perkembangan ekonomi Indonesia,
4. Terobosan paradigma, bukan lagi dengan penerbitan obligasi syariah
surat utang, tapi surat investasi. tersebut pasar investasi pada instrumen
(Sudarsono, 2004: 226) syariah akan lebih maju, dalam
penerbitan obligasi syariah harus melalui
Jadi perbedaan yang mendasar dari proses prosedur perizinan yang berlaku
obligasi syariah dengan adanya dengan melibatkan pihak dewan syariah
konvensional adalah kalau obligasi nasional (Majelis Ulama Indonesia).
syariah berdasarkan prinsip bagi hasil di Instrumen obligasi syariah di
samping memakai akad-akad syariah Indonesia bisa mendukung pertumbuhan
yang berupa ijarah (sewa), Mudharabah pasar modal Indonesia menjadi lebih
(bagi-bagi), musyawarah, sedangkan maju dan memberikan berbagai alternatif
obligasi konvensional adalah investasi bagi investor. Pasar modal
berdasarkan bunga. syariah diharapkan mampu mendorog
perumbuhan institusi-institusi (lembaga
PENUTUP keuangan) syariah dan instrumen-
instrumen syariah, salah satunya adalah
Dari uraian di atas dapat penulis obligasi syariah karena obligasi syariah
simpulkan bahwa transaksi obligasi yang dipandang prospekif sejalan dengan
dilakukan oleh pemerintah kepada perkembangan lembaga keuangan
masyarakat (investor) yang ditunjuk oleh syariah. Mengenai Islam dalam transaksi
pemerintah sebagai agen penjual adalah obligasi syariah ada yang membolehkan
bank Mandiri. Transaksi obligasi tersebut dan ada yang mengharamkan.
adalah Obligaasi Negara Ritel (ORI)
dengan nomor seri ORIOOl' yang hanya
satu kali luncing oleh bank Mandiri. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dalam perdagangan Obligasi Negara
Ritel (ORI) dilakukan di pasar Perdana Al-Shadiq, Mukhtar, dkk. 2005. Fatwa-
Fatwa Ekononu Syariah Komtemporei.
dan pasar Sekunder. Dalam pasar
Jakarta : Renaisan.
perdana hukumnya dibolehkan,
Anaroga, Pandji dan Piji Pakarti. 2003.
sedangkan di pasar sekunder hukumnya
Pengantar Pasar Modal. Jakarta : Rineka
dilarang karena adanya unsur capital gain.
Cipta.
Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-Prinsip Syariah ║63

De Smalen, B. 1997. Pasar Modal dan Uang. Koesoamah, Rahajoe. 1995. Datje, Kamus
Penerjemah : Hari Maroeto, Judul Belanda Indonesia. Jakarta : Rineka
Asli Effectenbeurs, Effeden bedrijf Cipta.
en effectenver ber, Jakarta : PT Rahardjo, Sapto. 2004. Panduan Investasi
Pradnya Paramita. Obligasi. Jakarta : PT. Gramedia
Direktorat Pengelolaan surat Utang Pustaka Utama.
Negara, Direktorat Jendral Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga
Perbendaharaan, www. Departemen Keuangan Syariah Deskripsi dan
Keuangan Republik Indonesia. Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Junaedi. 1990. Transaksi Jual Beli Saham dan Tanggapan Pemerintah atas Pajak dan
Obligasi di Pasar Modal Indonesia di Biaya-biaya Obligasi Negara Ritel,
Tinjau dari Segi Hukum Islam. www. Copy right Tempo, 2003
Jakarta: Kalam Mulia.
Kasmir. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

You might also like