Professional Documents
Culture Documents
Maisarah Leli
Program Studi Perbankan Syariah STAI YAPTIP Pasaman Barat
Pasaman Barat
e-mail: maisarah.leli@yahoo.co.id
Abstract: One model of economic development in the era of globalization is the rapid development of capital
markets in a country. Capital market is one form of alternative fundings for business development and
possesses strategic place in the framework of national development, and investment facilities for
investors who have excess funds. Many investors capitalize on the capital market to conduct
investment portfolios of interest, and among the options used are bonds. Indonesia which applies dual
system banking system realizes that instead of transactions originating from Conventional Financial
Institutions, there are also ones in Sharia Financial Institutions. Basically, the the principle
differences between the conventional economic system with the syari'ah economic system is the
prohibition of transactions that use usury, which has been used by the Bank / Conventional
Financial Institution. Syari'ah bonds are belived to be prospective, but their development is still
hampered in technical problems and public understanding of this transaction. Less effective and
efficient socialization and less familiarity of the people toward the profit and loss sharing transactions,
or other sharia principles make people still think that Islamic bonds are the same as those of
conventional. As a result the think that interest is identical weth profit sharing.
(Anarogo dan Pakarti, 2003: 68). Suatu bonds) dan obligasi dengan jaminan
obligasi diterbitkan dengan nilai nominal peralatan(equipment bonds)
yang tertentu yang akan digunakan 2. Obligasi tanpa jaminan (unsecured
sebagai harga pada saat penawaran. Nilai bonds) pengertian tanpa jaminan
nominal ini menunjukkan jumlah utang artinya obligasi, yang diberikan hanya
yang harus dibayarkan, dikembalikan berbentuk kepercayaan semata- mata.
oleh penerbitnya pada saat jatuh tempo. (Kasmir, 2005: 197)
Sebagai surat hutang, penerbit
obligasi melibatkan perjanjian kontrak Berdasarkan Jenis Kupon
yang mengikat antara pihak penerbit 1. Fixed rate, obligasi yang memberikan
(issuer) dengan pihak pembeli pinjaman tingkat kupon tetap sejak diterbitkan
(investor). Isi perjanjian kontrak tersebut hingga jatuh tempo.
adalah: 2. Floating rate, obligasi yang tingkat
1. Besarnya tingkat kupon serta periode bunganya mengikuti tingkat kupon
pembayarannya yang berlaku di pasar
2. Jangka waktu jatuh tempo 3. Mixed rate, obligasi yang memberikan
3. Besarnya nominal tingkat kupon tetap untuk periode
4. Jenis obligasi. (Sudarsono, 2004: 223) tertentu.
Berdasarkan Jaminan Berdasarkan Peningkatannya
1. Unsecured boards/debentures atau 1. Investment grade bonds
obligasi tanpa jaminan 2. Non-investment-grade bonds
2. Indenture atau obligasi dengan jaminan
3. Mortgage bond atau obligasi yang Berdasarkan Kupon
dijamin dengan properti 1. Coupon bonds pada obligasi berkupon
4. Collateral trust atau obligasi yang 2. Zero coupon bonds, untuk obligasi nir
dijamin dengan sekuritas kupon
5. Equipment trust certificates atau obligasi
yang dijamin aset tertentu. Berdasarkan Call Feature
6. Collateraaalized mortage atau obligasi
1. Freely callable bond, obligasi yang dapat
yang dijamin pool of mortanges atau
ditarik kembali oleh penerbitnya setiap
portofolio mortgage-backed securities.
waktu sebelum masa jatuh tempo.
Kasmir mengemukakan dari segi 2. Non callable bond, setelah obligasi
jaminan yang diberikan atau hak klaim diterbitkan dan terjual, tidak dapat di
ada dua macam, yaitu: beli/ ditarik kembali oleh penerbitnya
1. Obligasi dengan jaminan (secured sebelum obligasi jatuh tempo.
bonds) merupakan obligasi yang 3. Differed callable bond adalah kombinasi
dijamin dengan'jaminan tertentu jenis antara freely callable bunds dengan non
obligasi ini antara lain obligasi dengan callable bond.
garansi (guaranteed bonds), obligasi
dengan jaminan efek (collateral trust
58 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 16, Nomor 1, Januari-Juni 2017
kepada pihak lain sesuai kesepakatan Mudharabah (bagi hasil pendapatan) baik
akad perjanjian. yang telah diterbitkan maupun yang
Pengembangan obligasi syariah akan diterbitkan dalam waktu dekat,
sangat mendukung pertumbuhan pasar sehingga yang dikenal adalah obligasi
modal Indonesia dan memberikan syariah Mudharabah. Obligasi syariah
berbagai macam alternatif investasi bagi Mudharabah memang telah memiliki
investor. Dalam pengembangan obligasi pedoman khusus dengan disahkanya
syariah terdapat berbagai kendala Fatwa N0.33/DSN-MUI/DC/2002.
diantaranya: Bahwa obligasi syariah mudharabah
1. Belum banyak masyarakat paham adalah obligasi yang menggunakan akad
tentang keberadaan obligasi syariah. mudharabah karena bentuk pendanaan
2. Masyarakat syariah dikondisikan yang paling sesuai untuk investasi dalam
untuk menghadapi masyarakat yang jumlah besar dan jangka yang relatif
kurang percaya akan keberadaan panjang, dapat digunakan untuk
sistem yang belum dikenal. pendanaan umum (general financing),
(Sudarsono, 2004: 229) merupakan percampuran kerjasama
antara modal dan jasa (kegiatan usaha)
Obligasi syariah sebagai bentuk sehingga membuat stuktrunya
pendanaan (financing) dan sekaligus memungkinkan untuk tidak memerlukan
investasi (investment) memungkinkan jaminan (collateral) atas aset yang spesifik.
beberapa bentuk struktur yang dapat
ditawarkan untuk tetap menghindarkan Beberapa alasan yang mendasar
pada riba. Berdasarkan hal tersebut pemilihan struktur Mudharabah,
obligasi syariah dapat memberikan: antaralain:
1. Bagi hasil berdasarkan akad 1. Bentuk pendanaan yang paling sesuai
Mudharabah/muqaradah/qirad atau untuk investasi dalam jumlah besar
musyarakah adalah kerjasama dengan dan j angka yang relatif panjang.
skema bagi hasil pendapatan atau 2. Dapat digunakan untuk pedoman
keuntungan, obligasi jenis ini akan umum (general financing).
memberikan retum dengan 3. Mudharabah merupakan percampuran
penggunaan term indicative atau kerja sama antara modal dan jasa
expected return karena sifatnya yang (kegiatan usaha) sehingga membuat
floating dan tergantung pada kinerja strukturnya memungkinkan untuk tidak
pendapatan yang dibagi hasil. memerlukan jaminan (collateral) atas aset
2. Margin berdasarkan akad murabahah atau yang spesifik.
salam atau istishna atau ijarah, dengan 4. Kecenderungan regional dan global
kadar murabahah, salam, istishna sebagai dari penggunaan struktur murabahah
bentuk jual beli dengan skema cost dan bai’ bithaman ajil menjadi
basis, obligasi jenis ini akan Mudharabah dan ijarah.
memberikan fixed return. (Sudarsono, Adapun syarat-syarat untuk
2004: 227) menerbitkan obligasi adalah sebagai
Di Indonesia yang digunakan dalam berikut: (Sudarsono, 2004: 226)
penerbitan obligasi syariah adalah
Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-Prinsip Syariah ║61
Namun dalam obligasi syariah lebih Obligasi Negara Ritel (ORI) yang
kompetitif dibanding obligasi ditunjuk sebagai agen penjual oleh
konvensional, disebabkan oleh beberapa pemerintah adalah bank mandiri. Bank
hal berikut ini: mandiri mengambil keuntungan 100% ini
1. Kemungkinan perolehan dari bagi juga di larang, karena bank mandiri
hasil pendapatan lebih tinggi dari mengambil keuntungan yang besar
pada obligasi konvensional padahal bank hanya sebagai agen
2. Obligasi syariah aman karena untuk penjual.
menandai proyek prospektif Transaksi obligasi syariah,
3. Bila teijadi kerugian di luar kontrol, merupakan salah satu prospek
investor tetap memperoleh aktiva perkembangan ekonomi Indonesia,
4. Terobosan paradigma, bukan lagi dengan penerbitan obligasi syariah
surat utang, tapi surat investasi. tersebut pasar investasi pada instrumen
(Sudarsono, 2004: 226) syariah akan lebih maju, dalam
penerbitan obligasi syariah harus melalui
Jadi perbedaan yang mendasar dari proses prosedur perizinan yang berlaku
obligasi syariah dengan adanya dengan melibatkan pihak dewan syariah
konvensional adalah kalau obligasi nasional (Majelis Ulama Indonesia).
syariah berdasarkan prinsip bagi hasil di Instrumen obligasi syariah di
samping memakai akad-akad syariah Indonesia bisa mendukung pertumbuhan
yang berupa ijarah (sewa), Mudharabah pasar modal Indonesia menjadi lebih
(bagi-bagi), musyawarah, sedangkan maju dan memberikan berbagai alternatif
obligasi konvensional adalah investasi bagi investor. Pasar modal
berdasarkan bunga. syariah diharapkan mampu mendorog
perumbuhan institusi-institusi (lembaga
PENUTUP keuangan) syariah dan instrumen-
instrumen syariah, salah satunya adalah
Dari uraian di atas dapat penulis obligasi syariah karena obligasi syariah
simpulkan bahwa transaksi obligasi yang dipandang prospekif sejalan dengan
dilakukan oleh pemerintah kepada perkembangan lembaga keuangan
masyarakat (investor) yang ditunjuk oleh syariah. Mengenai Islam dalam transaksi
pemerintah sebagai agen penjual adalah obligasi syariah ada yang membolehkan
bank Mandiri. Transaksi obligasi tersebut dan ada yang mengharamkan.
adalah Obligaasi Negara Ritel (ORI)
dengan nomor seri ORIOOl' yang hanya
satu kali luncing oleh bank Mandiri. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Dalam perdagangan Obligasi Negara
Ritel (ORI) dilakukan di pasar Perdana Al-Shadiq, Mukhtar, dkk. 2005. Fatwa-
Fatwa Ekononu Syariah Komtemporei.
dan pasar Sekunder. Dalam pasar
Jakarta : Renaisan.
perdana hukumnya dibolehkan,
Anaroga, Pandji dan Piji Pakarti. 2003.
sedangkan di pasar sekunder hukumnya
Pengantar Pasar Modal. Jakarta : Rineka
dilarang karena adanya unsur capital gain.
Cipta.
Transaksi Obligasi Syariah (Tinjauan Transaksi Obligasi Menurut Prinsip-Prinsip Syariah ║63
De Smalen, B. 1997. Pasar Modal dan Uang. Koesoamah, Rahajoe. 1995. Datje, Kamus
Penerjemah : Hari Maroeto, Judul Belanda Indonesia. Jakarta : Rineka
Asli Effectenbeurs, Effeden bedrijf Cipta.
en effectenver ber, Jakarta : PT Rahardjo, Sapto. 2004. Panduan Investasi
Pradnya Paramita. Obligasi. Jakarta : PT. Gramedia
Direktorat Pengelolaan surat Utang Pustaka Utama.
Negara, Direktorat Jendral Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga
Perbendaharaan, www. Departemen Keuangan Syariah Deskripsi dan
Keuangan Republik Indonesia. Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Junaedi. 1990. Transaksi Jual Beli Saham dan Tanggapan Pemerintah atas Pajak dan
Obligasi di Pasar Modal Indonesia di Biaya-biaya Obligasi Negara Ritel,
Tinjau dari Segi Hukum Islam. www. Copy right Tempo, 2003
Jakarta: Kalam Mulia.
Kasmir. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.