Professional Documents
Culture Documents
(PESERTA) - BEDAH 2 Agustus 2016 - Unlocked
(PESERTA) - BEDAH 2 Agustus 2016 - Unlocked
Onkologi
Traumatik
Terbuka
(compound) Oblique/spiral
Stress / Fatigue
Tertutup Segmental
(simple)
Patologis Kominutif
Impacted
Fraktur
Manajemen Fraktur – “4R”
LOOK (Inspection)
Symetricity right-left
Swelling, wound, deformity (angulation, rotation, shortening), abnormal
movement, discoloration (ecchymoses)
Bone exposure
Posture and colour of distal extremity
FEEL (Palpation)
Localized tenderness
Distal neurological status (S&M), pulsation
Aggravation of pain and muscle spasm during even the slightest passive movement
Feeling and listening the crepitus unnecessary -> Xray Diagnosis more
reliable
Move
Move joint distal to injury
Imaging – X-Ray – “Rule of Two”
Two views
• Anteroposterior and lateral view
Two joints
• Joints above and below the fracture must both be included on
the x-ray films.
Two limbs
• X-rays of the uninjured limb are needed for comparison
• In children, the appearance of immature epiphyses may
confuse the diagnosis of a fracture
Imaging – X-Ray – “Rule of Two”
Two injuries
• Severe force often causes injuries at more than one level.
• Thus, with fractures of the calcaneum or femur it is
important to also x-ray the pelvis and spine.
Two occasion
• Before and after reduction
• Soon after injury and several weeks later (some fractures
are notoriously difficult to detect soon after injury)
Special Type Of Fracture
Fraktur Pediatrik
GREENSTICK
INKOMPLIT TORUS/BUCKLING
FRAKTUR
PEDIATRIK
KOMPLIT BOW
Greenstick Fracture
• Suatu kondisi fraktur transversa dari korteks yang meluas hingga ke bagian
tengah tulang tanpa mengakibatkan kerusakan pada korteks tulang
kontralateral.
Torus / Buckle Fracture
• untuk injury hip, thigh, knee Stiff wire atau pin dimasukkan di belakang tibial
tubercle
• Fraktur tibia pin dimasukkan ke calcaneus
Cast Splintage
• Paling sering mengunakan Plaster of Paris (GIPS)
• Circular Cast
– Jangan terlalu kencang risiko tight cast (vascular
compression) dan pressure sore
• Tight cast nyeri difus
• Pressure sore pada daerah penonjolan tulang yang
tertutup gips. nyeri lokal pada lokasi tekanan
Back Slab
U Slab
Fraktur yang tidak stabil dan cenderung mengalami redisplace setelah reduksi
• Midshaft fracture of forearm
Fraktur patologis
• Penyakit tulang memperlambat penyembuhan
Multiple fractures
Ununited fracture
Figure-of-8 bandage
ORIF
OPEN FRACTURE
Fraktur Terbuka
• Adanya hubungan antara tulang yang fraktur
dengan dunia luar melalui luka traumatik
– Luka besar tanpa tereksposnya tulang yang fraktur
≠ fraktur terbuka
• Kontaminasi dan risiko infeksi tinggi
Klasifikasi Fraktur Terbuka (Gustilo)
• I luka kecil (< 1 cm), bersih, cedera jaringan lunak minimal tanpa crushing,
fraktur non-kominutif
• II luka 1-10 cm, tanpa hilangnya kulit penutup luka (skin flap), cedera jaringan
lunak tidak banyak, moderate crushing, moderate comminution
• III luka laserasi luas (> 10 cm), kerusakan kulit dan jaringan lunak luas, high
energy injury.
– IIIA laserasi luas, namun tulang yang fraktur masih dapat ditutup oleh jaringan lunak
– IIIB periosteal stripping ekstensif, fraktur tidak dapat ditutup tanpa flap jaringan
– IIIC terdapat cedera arteri yang memerlukan repair, dengan atau tanpa cedera jaringan
lunak
Fraktur terbuka III termasuk farmyard injuries, fraktur dengan luka tembak, fraktur pada lingkungan yang
terkontaminasi
Prinsip Terapi
Antibiotik profilaksis
Stabilisasi
Neurovascular
compromised
Early
Infection
Compartement
syndrome
Fracture
complication
Delayed union
Non union
Late
Mal union
Avascular
Necrosis
KOMPLIKASI FRAKTUR - Early
Cedera Saraf Akibat Fraktur
• Fraktur collum chirurgicum
(surgical neck) nervus axillaris
Avascular Necrosis
• Nama lain osteonecrosis.
• Merupakan kematian bone tissue akibat
kurangnya aliran darah
• Paling sering muncul pada fracture column
femoris
Caput femoris mengalami • Bagian yg memiliki faktor resiko untuk terjadi
avascular necrosis akibat hilangnya
aliran darah • Proximal schapoid pada fracture wrist
• Os lunatum pada dislocation os lunatum
• Corpus os tallus pada fracture column tallus
Avascular necrosis : Fraktur Collumn Femoris
A. Ligamentum Teres
A. Profunda Femoris
DISLOCATION
Dislokasi Panggul (Hip Dislocation)
Grade II
• Robekan (tear) parsial ligamen nyeri dan
bengkak moderate
• Moderate joint laxity
Grade III
• Robekan (tear) komplit ligamen nyeri
dan bengkak berat
• Gross joint laxity
Knee Injury – Ruptur ACL & PCL
• Anterior Cruciate
Ligament (ACL)
• Posterior Cruciate
Ligament (PCL)
Anterior Cruciate Ligament Posterior Cruciate
(ACL) Ligament (PCL)
Course Berasal dari tibia proksimal Berasal dari tibia proksimal
bagian anterior kemudian bagian posterior kemudian
menempel pada bagian menempel pada bagian
posterior sisi medial anterior sisi lateral
condylus lateral femur condylus medial femur
Foto polos
• Kurang baik untuk visualisasi soft tissue
• Untuk rule out kemungkinan lain
Osteomyelitis
• Inflamasi tulang dan sumsum tulang yang
disebabkan oleh bakteri, dapat bersifat akut
atau kronik
• Patogenesis (Waldvogel, 1971) :
– Hematogenous (TERSERING)
– Contiguous focus of infection dari abses
jaringan, diabetic foot
– Direct inoculation dari luka trauma, operasi
Osteomyelitis
• Gejala non spesifik
DEMAM, MENGGIGIL,
FATIGUE, LETARGI,
IRRITABILITY
• Tanda klasik inflamasi
NYERI LOKAL,
BENGKAK, ERITEMA
Osteomyelitis
• Patogen tersering : Staphylococcus aureus
• Penyebab lain : Pseudomonas,
Enterobacteriaceae, basil gram negatif
anaerob
• Pengguna obat intravena dapat mengalami
infeksi Pseudomonas
• Acute hematogenous osteomyelitis
memiliki predileksi pada tulang panjang
• METAFISIS tulang panjang, yang
merupakan tulang cancellous, merupakan
tempat osteomyelitis berkembang
Osteomyelitis – X-Ray
• Sensitivitas 43-75%, spesifisitas
75-83%
• Perubahan pada soft tissue akan
tampak dalam 3 hari, perubahan
pada tulang akan terlihat 1-2
minggu
• Soft tissue swelling
• Tulang erosi cortical,
campuran lusensi dan sklerosis,
reaksi periosteal, abses
subperiosteal
• Pada kasus kronik
– Involucrum pembentukan
tulang baru yang melingkari cortex
– Sequestrum tulang mati yang
dikelilingi pus atau jaringan skar
Multiple Myeloma
• Myeloma simptomatik
– Malignant plasma cells -> plasmacytoma
– Sel plasma klonal >10% pada biopsi sumsum tulang atau
(jumlah berapapun) pada jaringan lain (plasmasitoma)
– Protein monoklonal (paraprotein) pada serum atau urin
(kecuali pada kasus true non-secretory myeloma)
– Adanya bukti kerusakan end-organ akibat gangguan sel
plasma), disingkat “CRAB”
• Calcium Elevation (corrected calcium >2.75 mmol/L)
• Renal Impairment (peningkatan BUN &kreatinin akibat myeloma)
• Anemia (Hb <10 g/dL)
• Bone Lesion (lesi litik atau osteoporosis dengan fraktur kompresi)
Multiple Myeloma
Codman’s triangle
Extraosseous
mass
“ONION PEEL”
The Canadian Journal of Diagnosis / May 2001
Paget’s Disease
• Gangguan remodelling tulang
yang ditandai dengan
peningkatan resorpsi tulang
(osteoklastik) dan diikuti oleh
peningkatan pembentukan
tulang (osteoblastik)
• Akibatnya terbentuk tulang yang
secara mekanik lebih lemah, less
compact, lebih vaskular, dan
rentan mengalami fraktur
dibandingkan tulang lamellar
pada orang dewasa normal
Paget’s Disease
• Tanda dan Gejala
– Nyeri tulang (gejala tersering)
– Osteoarthritis sekunder (ketika
Paget’s disease terjadi di sekitar
sendi)
– Deformitas tulang (paling sering
deformitas bowing di extremitas)
– Teraba hangat (karena
hipervaskularisasi)
– Komplikasi neurologis karena
jepitan struktur saraf
• Keterlibatan cranium
– Tuli, vertigo, tinnitus, maloklusi
gigi, GANGGUAN NERVI CRANIALIS
Osteoporosis
• Penyakit tulang metabolik dan sistemik yang ditandai
oleh penurunan massa tulang dan kerusakan
mikroarsitektur dari jaringan tulang
• Kerapuhan tulang rentan fraktur (fraktur patologis)
• Bone density : -2.5 SD or below
• Osteoporosis PRIMER
– Akibat perubahan hormonal seiring bertambahnya usia
– Penurunan sex hormones (estrogen di wanita, testosteron
di laki-laki)
• Osteoporosis SEKUNDER
Osteoporosis
• OSTEOPOROSIS PRIMER
– Osteoporosis postmenopausal terjadi karena
kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke
dalam tulang pada wanita.
– Osteoporosis senilis terjadi karena
kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan di antara kecepatan hancurnya tulang
dan pembentukan tulang yang baru.
• OSTEOPOROSIS SEKUNDER
– Cushing's disease, hyperthyroidism, hyperparathyroidism,
hypogonadism, kelainan hepar, kegagalan ginjal kronis,
kurang gerak, kebiasaan minum alkohol, pemakai obat-
obatan/corticosteroid, kelebihan kafein, merokok
Steroid-induced Osteoporosis
Osteoporosis
Insidensi Fraktur Patologis akibat
Osteoporosis
Vertebral
Fracture
Forearm
Fracture
Hip
Fracture
SPONDILITIS TB (Pott’s Disease)
• TB ekstraparu, vertebra merupakan lokasi TB
tulang tersering
• Hanya 20% pasien spondilitis TB yang memiliki TB
paru
• Mycobacterium tuberculosis dapat mencapai
vertebra secara hematogen, limfogen,
penyebaran dari paru
• Lokasi = vertebra thorakalis bawah dan lumbalis
• 10-45% kasus spondilitis TB menyebabkan defisit
neurologis serius
SPONDILITIS TB (Pott’s Disease)
• Gejala klasik TB lemas, penurunan nafsu
makan, penurunan BB, keringat malam hari,
demam subfebris
• Deformitas kifosis, small knuckle kyphosis pada
palpasis processus spinosus, GIBBUS, cold
abscess
SPONDILITIS TB (Pott’s Disease)
ANKYLOSING SPONDYLITIS
Nyeri dan kaku pada punggung, bisa disertai keterlibatan sendi dan panggul
Patofisiologi
• Enthesis
• Inflamasi enthesis (insersi tendon, ligament dan otot ke tulang) erosi tulang, osifikasi
jaringan sekitar tulang dan ankyloses artikulasio
• Discus space involvement
• Inflamasi annulus bridging osteofit (syndesmophytes)
Manifestasi ortopedi :
• Sakroilitis bilateral
• Spinal kifotik
• Cervical spine fraktur
• Artritis sendi besar
X-ray
• Early : squaring lumbar vertebra
• Late : Syndesmophytes bamboo spine
Ankylosing spondylitis
spondylosis
• Degeneration of spine, most often used
to describe osteoarthritis of spine
spondylolisthesis
• Forward displacement of vertebra
UROLOGIC SURGERY
Benign Prostatic Hyperplasia
IPSS 8-19
Gejala
Sedang
IPSS 20-35
Gejala
Berat
• IPSS Farmakologi
– Alpha-1 adrenergik blocker
– 5 Alpha Reductase Inhibitor (5-ARI)
• IPSS gejala ringan
dan sedang
mulai dengan
monoterapi
• IPSS gejala berat
kombinasi
terapi alpha-1
blocker + 5-ARI
• Monoterapi awal Alpha-1 Blocker
– Efek pengurangan gejala BPH cepat didapat
– Lebih efektif dibandingkan monoterapi 5-ARI dalam pengobatan jangka
panjang BPH
• 5-ARI dapat digunakan sebagai monoterapi BPH, apabila terdapat kontraindikasi
alpha-1 blocker. Namun, butuh waktu 6-12 bulan pengobatan untuk
memunculkan efek terapi 5-ARI
• Alpha-1 Blocker merelaksasikan otot polos di bladder neck, kapsul
prostat, dan urethra prostatika mengurangi obstruksi
– Efek samping = hipotensi orthostatik dan dizziness.
– Alpha-1A Blocker (tamsulosin, alfuzosin, silodosin) lebih uroselektif, EFEK
SAMPING HIPOTENSI MINIMAL
• 5-Alpha Reductase Inhibitor (5-ARI) menghambat enzim 5-Alpha
Reductase yang mengubah testosteron menjadi dihidrotestosteron
mengurangi volume prostat jangka panjang & menurunkan kebutuhan
pembedahan
– Efek samping = penurunan libido dan disfungsi ereksi
BPH – Tatalaksana Bedah
• Indikasi
• TURP (Trans Urethral
– Retensi urin akut Resection Prostatectomy)
– Retensi urin kronis (selalu 90-95%
>300 mL)
– Volume residu urin >100 mL
– ISK berulang
– Gross hematuria
– Gagal ginjal
– Divertikulum buli yang besar
– Batu buli
– Keluhan pasien sedang-berat
– Tidak ada perbaikan dengan
• Open prostatectomy
terapi non-bedah yang – 5-10 %
optimal
– BPH besar (>50-100 gram,
volume >80-100 cm3)
Batu Saluran Kemih (Urolithiasis)
• Nephrolithiasis
• Ureterolithiasis
• Vesicolithiasis
• Urethrolithiasis
Lokasi Gejala
GINJAL Nyeri regio flank / nyeri pinggang, dapat berupa
(Nephrolithias - Nyeri kolik akibat aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises, atau
is) - Non-kolik akibat peregangan kapsul ginjal, hidronefrosis, atau infeksi pada
ginjal
- Nyeri ketok kostovertebra (+), massa ginjal (bila hidronefrosis)
URETER Nyeri pinggang kolik (akibat peristaltik) dan menjalar (nyeri alih), tergantung
(Ureterolithias letak batu :
is) - Ureter proksimal pinggang setinggi pusar (T10)
- Ureter media medial paha, inguinal, skrotum (L1-3)
- Ureter distal ujung penis (S2-3), + disuria
VESICA - Gejala iritatif (frekuensi, urgensi, nokturia)
(Vesicolithiasi - Miksi tiba-tiba berhenti dan menjadi lancar kembali dengan perubahan
s) posisi tubuh.
- Nyeri berkemih pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, atau kaki
- Anak sering mengeluh enuresis nokturna, sering menarik-narik penisnya
(laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (perempuan)
URETHRA Miksi tiba-tiba berhenti, retensi urin.
(Urethrolithia - Batu pada urethra anterior benjolan keras di penis, atau tampak di
sis) meatus uretra eksterna. Nyeri pada glans penis.
- Batu pada urethra posterior nyeri pada perineum atau rektum
Urinary Tract Referred Pain
Jenis-jenis Batu
• f
Urinalisis
• Hematuria, kristal, tanda infeksi
Radiologi
• BNO / KUB hanya untuk batu radioopak (kalsium, sistin, staghorn)
• IVP bisa untuk batu radiolusen / non-opak (asam urat)
• USG aman untuk ibu hamil dan pasien yang memiliki kontraindikasi IVP.
Dapat melihat semua batu (radioopak atau radiolusen pada BNO)
• Pyelografi antegrade/retrograde bila fungsi voiding terganggu (misal
pada obstructive uropathy)
BNO
USG
Tatalaksana Urolithiasis
Indikasi pengeluaran batu aktif
• Kasus batu dengan kemungkinan keluar spontan rendah
• Adanya obstruksi saluran kemih persisten
• Ukuran batu >15 mm
• Adanya infeksi
• Nyeri menetap atau berulang
• Disertai infeksi
• Batu metabolik yang tumbuh cepat
• Adanya gangguan fungsi ginjal
• Keadaan sosial pasien
Pelarutan
• Batu asam urat, hanya terjadi pada urin yang asam (pH 6,2) alkalinisasi urin dengan
Natrium bikarbonat. Lakukan terapi untuk hiperurisemia
Lithotripsi
Pembedahan
• Batu kaliks adanya hidrokaliks, nefrolitiasis kompleks, ESWL gagal
• Batu pelvis adanya hidronefrosis, infeksi, nyeri hebat, staghorn calculi
• Batu ureter telah terjadi gangguan fungsi ginjal, nyeri hebat, impaksi ureter
• Batu buli-buli ukuran >3 cm
Pasien dengan batu
ginjal
≥5 mm <5 mm
Konservatif, observasi,
5-10 mm 10-20 mm >20 mm terapi ekspulsif
medikamentosa
ESWL atau
Ideal untuk ESWL?
endourologi
ESWL Extracorporeal
Ya ESWL atau Shockwave Lithotripsy
endourologi RIRS Retrograde
Intrarenal Surgery
PNL Percutaneous
Tidak 1. Nephrolithotomy
Endourologi; 2. ESWL
Kanker Prostat
Jenis terbanyak
adenokarsinoma (95%)
Manifestasi klinis
Tipe 1
• urethral stretch injury, urethra utuh
• Urethrogram urethra memanjang, ekstravasasi kontras (-)
Tipe 2
• Kerusakan urethra posterior, diatas diafragma urogenital
• Urethrogram ekstravasasi kontras terbatas di atas diafragma urogenital
Tipe 3
• ruptur urethra pars membranacea, sampai proximal urethra pras bulbosa (
dengan laserasi diafragma urogenital)
• Urethrogram ekstravasasi kontras diatas dan dibawa diafragma
urogenital
Bladder Trauma
Mayoritas terjadi akibat fracture pelvis
Sign & symptomps :
• Fracture pelvis
• Pasien biasanya tidak bisa berkemih.
• Jika bisa berkemih gross hematuria
• Nyeri abdomen bawah, suprapubic atau pelvis
• Rectal toucher -> eksklusi trauma rectal dan uretra posterior.
• Meatal bleeding -> kemungkinan trauma uretra.
Tipe :
• Extraperitoneal rupture
• Intraperitoneal rupture
• Combined
Pemeriksaan Penunjang :
• Kateterisasi gross or less hematuria
• CT atau plain Film Cystogram
Extraperitoneal bladder rupture :
• Disebabkan trauma oleh arcus anterior pubicum,
os. Pelvis atau ligamentum puboprostaticum.
• Sistografi : ekstravasasi kontras di basis vesical,
didalam spatium perivesica.
Intraperitoneal Bladder Ruptur :
• Robekan pada bladder dome. Biasanya terjadi
ketika bladder terisi penuh.
• Sering tidak terdiagnosis karena urin mengalir ke
cavum intraperitoneal. Pasien bisa mengalami
abnormalitas metabolic dan elektrolit akibat
reabsorbsi urin. Beberapa pasien kesan anuri.
• Sistografi : ekstravasasi kontras ke cavum
peritoneum
Renal Trauma
• Etiology : trauma tumpul penetrating trauma
• Sign & symptoms : abdominal or flank pain,
Hematuria
Derajat Gambaran jejas
• Translumination test /
diapanoscopy
• Positive : Hydrocele
• Negative : mass, hernia
scrotalis, hematocele
Hipospadia & Epispadia
• Hipospadia defek
kongenital, ostium urethra
externum (OUE) terletak di
sisi ventral penis
– Tidak ditemukannya
preputium di sisi ventral.
Digantikan jaringan parut
yang menyebabkan
kontraktur ventral penis
(chordee)
• Epispadia defek
kongenital, ostium urethra
externum (OUE) terletak di
sisi dorsal penis
Tatalaksana Hipospadia
Anak dengan hipospadia sebaiknya jangan disirkumsisi
dahulu preputium dibutuhkan untuk rekonstruksi urethra
Tujuan utama
Terapi konservatif
• Perawatan preputium rutin
• Bila dapat diretraksikan parsial, lakukan retraksi rutin saat mandi dan
jaga kebershan glans penis
• Steroid topikal bisa digunakan selama 4-6 minggu untuk
meningkatkan retraktabilitas fimosis fisiologis
Sirkumsisi
• Fimosis fisiologis bukan indikasi sirkumsisi
• Indikasi sirkumsisi fimosis patologis, kegagalan terapi dengan
salep steroid, parafimosis, ISK berulang, balanoposthitis berat dan
berulang, fimosis fisiologis yang persisten hingga remaja
Parafimosis
• Preputium penis teretraksi di belakang glans
penis dan tidak dapat dikembalikan ke posisi
normalnya cincin konstriksi iskemia
• Kegawatan dalam urologi
• Bengkak dan nyeri penis Faktor Risiko
- Fimosis
- Prosedur
genitourinari
(kateter urin,
cystoscopy)
- Trauma penis
- Aktivitas seksual
Parafimosis - tatalaksana
Goal : mengurangi edem penis dan mengembalikan posisi
preputium.
Tatalaksana awal :
• Reduksi Manual : tekanan manual, ice pack secara intermiten, elastic dressing.
• farmakologi : injeksi hyaluronidase, granulated sugar
• Minimal-invasive : teknik “puncture”, aspirasi darah.
• Terapi bedah (jika sangat terkonstriksi) : emergency dorsal slit
• Menurut lokasi:
– Abdominal
– Inguinal
– Suprascrotal
Etiologi
• Obstruksi lumen appendix oleh hiperplasia limfoid, fecalith, corpus
alienum, neoplasma, striktur paska inflamasi
• Infeksi (biasanya bersifat hematogen)
Patofisiologi
• Obstruksi lumen sekresi mukus terus berlanjut dan kolonisasi bakteri
tekanan intraluminal naik pembuluh limfe dan vena terjepit
edema dan transudasi tekanan intraluminal semakin naik arteri
terjepit iskemia dan nekrosis perforasi
Appendicitis Akut - Grading
Appendicitis akut simple / fokal
• Inflamasi dan infeksi lokal pada dinding appendix. Nyeri periumbilikal yang bersifat visceral
Appendicitis gangrenosa
• Iskemia karena vascular compromise menyebabkan nekrosis dinding appendix
Obturator sign
Diagnosis & Tatalaksana
• Preoperatif
observasi TTV, resusitasi
cairan, tirah baring,
puasa, antibiotik IV
spektrum luas
• Operatif
– Open Appendectomy =
insisi transversal
(Davis-Rockey) atau
insisi oblique
(McArthur-McBurney)
pada kuadran kanan
bawah
– Laparoscopic
appendectomy
Modified Alvarado Acore memiliki bilai diganosis yang lebih tinggi daripada alvarado score*
*The Modified Alvarado Score Versus the Alvarado Score for the Diagnosis of Acute Appendicitis
The THAI Journal of SURGERY 2005; 26:69-72.
Peritonitis
• Inflamasi peritoneum, jaringan yang melapisi
permukaan dalam dinding abdomen dan viscera
abdomen
• Klasifikasi :
– Peritonitis primer
• Infeksi peritoneum yang tidak berhubungan langsung dengan
kelainan intrabdominal (spontaneous bacterial peritonitis)
• Biasanya berhubungan dengan ascites
– Peritonitis sekunder
• Infeksi peritoneum karena kelainan intrabdominal (misal perforasi
hollow viscous isi gastrointestinal masuk ke cavum peritoneum
menyebabkan peritonitis)
– Peritonitis tersier
• Tahap akhir peritonitis. Tanda dan gejala klinis peritonitis dan
sepsis tetap ada walaupun peritonitis sekunder sudah diterapi
Peritonitis Sekunder – Etiologi
Tanda dan Gejala Peritonitis
Gejala Tanda
Herring bone appearance Coiled spring Multiple air fluid level – step ladder appearance
Ileus obstruktif Ileus paralitik
Nyeri abdomen kolik Mild abdominal pain
Obstipation/constipation Obstipation/constipation
hyperperistaltic Silent abdomen
Borborygmi Distension
Metalic sound Tympanic
Hipoperistaltik pada tahap akhir
Peristaltic wave
Proximal distension-distal Colon and small bowel
collapsed dilatation
Tatalaksana Ileus
• Persiapan
– Pemasangan NGT dekompresi, mencegah aspirasi
– Pemasangan kateter urin monitor urin output
– Antibiotik broad spectrum bila ada tanda infeksi
• Operasi Laparotomi
– Indikasi absolut
• Peritonitis umum, peritonitis lokal, perforasi organ visceral,
hernia ireponibilis
– Indikasi relatif
• Teraba massa abdomen, kegagalan perbaikan secara
konservatif (dalam 48 jam)
Hemorrhoid
Jenis kelamin
• Karsinoma rektum >> pada laki-laki, karsinoma kolon >> pada perempuan
Genetik
• 80% terjadi sporadis, 20% terjadi pada pasien dengan riwayat keluarga karsinoma kolorektal
Makanan
• Konsumsi tinggi lemak hewani (lemak tak jenuh) dan rendah serat
• Lemak hewani menyebabkan perubahan flora normal dan peningkatan asam empedu
Gaya hidup
• Obesitas, sedentary life style
Lain-lain
• Merokok, akromegali, alkoholism, paska kolesistektomi (asam empedu karsinogenik), radiasi daerah
pelvis
Gambaran Klinis Karsinoma Kolorektal
Berdasarkan Lokasi Tumor
• Laboratorium Filling
– Hb, fecal occult blood defect
testing (FOBT)
– CEA (Carcinoembryonic
Antigen. Kadar normal <
2,5 n/mL)
• Colon In Loop (CIL)
barium enema
– Filling defect, apple core
Apple core
appearance appearance
• Colonoscopy + Biopsi
Ca Caput Pankreas
• Nyeri epigastrik yang
menjalar ke punggung
• Anorexia, mual, muntah
• Penurunan berat badan
• Tahap awal jaundice
obstruktif, nyeri (-)
• Tahap lanjut nyeri (+)
• Tumor Marker CA 19-
9
Courvoisier law/sign = pembesaran kantung empedu yang tidak nyeri dan dapat
terpalpasi kemungkinan besar disebabkan oleh ca caput pankreas, bukan oleh batu di
saluran empedu.
Biliary Tract Disorder
• 4F: Female, Forty, Fat, Fertile
Gallstone disease • Seringkali asimptomatik
(cholelithiasis) • Simptomatik: kolik bilier (terutama setelah makan
berlemak) pd epigastrium atau RUQ
• Trias diagnostik : Demam, Leukositosis, RUQ
Tenderness
Acute Cholecystitis • Murphy sign (+)
• Kolik bilier memburuk secara progresif, radiasi ke
interscapular area, scapula & bahu dextra
• Asimptomatik
Gallstone in CBD • Kolik bilier
(choledocholithiasis) • Jaundice obstruktif
Hernia inkarserata
• Isi hernia TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN DAN TERJEPIT OLEH CINCIN HERNIA.
• GANGGUAN PASASE USUS (+). GEJALA ILEUS mual, muntah, distensi abdomen, nyeri abdomen
kolik (hilang timbul)
Hernia strangulata
• Isi hernia TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN DAN TERJEPIT OLEH CINCIN HERNIA disertai gangguan aliran
arteri
• Adanya gangguan vaskularisasi akibat jepitan. Gejala NYERI ISKEMIK MENETAP, takikardia,
leukositosis, edema dan eritem pada kulit yang melapisi hernia, pasien tampak toxic, dehidrasi dan
demam
Hernia Inguinalis Lateralis
• Lokus minoris resisten = anulus
inguinalis internus / profundus /
lateral
• Isi hernia masuk melalui anulus
inguinalis internus memasuki
canalis inguinalis keluar
melalui anulus inguinalis
externus memasuki funiculus
spermaticus dan DAPAT TURUN
HINGGA SCROTUM (HERNIA
SKROTALIS)
• HIL kongenital akibat
processus vaginalis persisten
• HIL akuisita adanya
Keyword isi hernia DAPAT masuk peningkatan tekanan
hingga skrotum intraabdominal kronis
terbukanya anulus inguinalis
internus
Hernia Inguinalis Medialis
• Lokus minoris resisten
= Trigonum Hasselbach
• Hernia melalui dinding
inguinal yang disebut
trigonum Hasselbach
• Selalu didapat ketika
dewasa akibat
peningkatan tekanan
intraabdominal kronis
Keyword isi hernia TIDAK DAPAT dan kelemahan relatif
masuk hingga skrotum
dinding inguinal
Trigonum Hasselbach = Dibentuk tepi musculus
rectus abdominis, arteri epigastrica inferior,
posterior
ligamentum inguinalis
Membedakan HIL dan HIM
• Finger Examination
Test
– Minta pasien berdiri
lalu masukkan jari
melalui skrotum
ikuti funiculus
spermaticus hingga
mencapai anulus
inguinalis externus
– Minta pasien mengejan
• Massa menyentuh
UJUNG JARI Hernia
inguinalis lateralis
• Massa menyentuh SISI
JARI Hernia
inguinalis medialis
Tatalaksana Hernia Inguinalis
Non Bedah
• Mencari dan memperbaiki faktor risiko yang menyebabkan
hernia (misal BPH, batuk kronis)
• Analgetik bila nyeri
Drug-induced
Whole Breast
Pubertal
Unilateral
Newborn
Breast Swelling Mastitis /
Abscess
Fibrocystic
Cystic
Localized Galactocele
Fibroadenoma
Solid lump
Malignancy
Diagnosis Banding Benjolan Payudara
Benigna Maligna
• Kenyal • Keras
• Nyeri +/- • Tidak nyeri
• Reguler, halus • Ireguler
• Mobile, tidak terfiksasi • Terfiksasi ke kulit/dinding
• Tidak ada skin dimpling dada
• Discharge lebih ke arah • Skin dimpling
kuning/hijau • Discharge bloody
• Tidak ada retraksi puting • Retraksi puting
• Ulkus
Diagnosis Banding Benjolan Payudara
Fibroadenoma Mammae (FAM)
• Usia muda (15-25 tahun)
• Benjolan soliter, bulat, ukuran 1-3 cm, batas tegas, kenyal, mobile, tidak nyeri
(non tender)
Peau d’orange
Imaging In Breast Lump
Ultrasonografi
• Cocok untuk pemeriksaan pada
wanita muda, dimana jaringan
glandular payudaranya masih
padat
• Dapat membedakan kista (fluid-
filled) dan tumor solid
• Sangat baik dalam mendeteksi
kista
• Tidak dapat mendeteksi
mikrokalsifikasi (tanda awal lesi
ganas)
Imaging In Breast
Lump
Mammografi
• Tidak begitu cocok pada wanita muda,
dimana jaringan glandular payudaranya
masih padat.
• Seiring bertambah tua, jaringan glandular
akan atrofi dan digantikan oleh lemak
• Lemak lusen, jaringan glandular dan
kanker opak. Sulit membedakan
jaringan kanker dari jaringan glandular
normal payudara pada mammografi
• Sangat baik dalam mendeteksi kalsifikasi
• Lesi kanker mikrokalsifikasi dan
spiculated
Sand-like microcalcification Spiculated
Biopsy
Excisional or incisional biopsy
• In this type of biopsy, a surgeon cuts through the skin to remove the entire tumor with
certain margin of normal tissue (called an excisional biopsy) or a small part of a large
tumor (called an incisional biopsy).
Enucleation
• Surgical removal of a mass without cutting into or dissecting it. Eg: eye, oral pathology,
uterine fibroids (without hysterectomy)
FNA
• Does not require an incision
Core biopsy
• Uses needles that are slightly larger than those used in FNA
• Local anasthesia
• Sometimes uses a special vacuum tools to get larger core biopsies from breast tissue
Diagnosis Banding Benjolan Payudara
Mastitis
• Biasanya pada wanita menyusui
• Tanda inflamasi lokal aktif eritema, edema, nyeri, teraba hangat pada
payudara.
• Gejala sistemik demam, malaise, sakit kepala, nyeri otot
Abses Mammae
• Komplikasi mastitis
• Benjolan FLUKTUATIF, nyeri, eritema, edema, hangat. Gejala sistemik (+)
Galaktokele
• Pada wanita menyusui
• Massa berisi susu akibat sumbatan duktus laktiferus
• Tanda inflamasi (-)
Mastitis
• Inflamasi payudara pada masa nifas
• Sumbatan saluran ASI, pengeluaran ASI yang
tidak baik terinfeksi
• Penyebab infeksi Staphylococcus aureus
(paling sering), Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus, Haemophillus influenza
• Faktor risiko
– Penundaan pemberian ASI di awal
– Jarang memberikan ASI
– Keterbatasan waktu pemberian ASI
– Keterlambatan perubahan kolostrum menjadi susu
Mastitis
• Klinis
– Tanda inflamasi lokal aktif eritema,
edema, nyeri, teraba hangat pada
payudara.
– Gejala sistemik demam, malaise, sakit
kepala, nyeri otot
• Manajemen
– Kompres hangat untuk melancarkan
aliran asi
– Kompres dingin untuk analgetik
– Masase punggung (meningkatkan
oksitosin)
– Antibiotik (10-14 hari)
• Eritromisin 250-500 mg/6jam, atau
• Flucloxacillin 250 mg/6jam, atau
• Dicloxacillin 125-500 mg/6 jam, atau
• Amoxicillin 250-500 mg/8 jam, atau
• Cephalexin 250-500 mg/6jam
– Analgetik
Abses Mammae
• Riwayat mastitis
sebelumnya
• Benjolan payudara yang
eritema, bengkak, teraba
hangat, FLUKTUASI,
demam
• Diagnosis aspirasi pus
• Manajemen
– INSISI DAN DRAINASE
– Antibiotik sistemik
• Antibiotik saja tanpa
drainase pus tidak
bermanfaat
Galaktokele
• Massa berisi susu
akibat sumbatan
pada duktus
laktiferus
• Klinis :
– Massa solid
– Tanda radang (-)
MASTITIS ABCESS MAMMAE GALACTOKELE
Inflamasi payudara saat masa Riwayat mastitis Massa berisi susu akibat
nifas. Paling sering sumbatan ductus lactiferous
disebabkan S. Aureus
Tanda inflamasi lokal aktif -> Benjolan eritema, bengkak, Massa solid, mobile, inflamasi
eritema, edema, tenderness, calor, FLUKTUASI, demam (-)
palor
Gejala sistemik -> demam,
malaise, myalgia
Terapi : Insisi dan DRAINAGE Aspirated
• Antibiotik (10-14 hari) Antibiotik sistemik ( antibiotic Ice packs and good
• Kompres hangat dan/atau tanpa drainage tidak mechanical support (well-
dingin (tergantung bermanfaat) fitting brassiere)
kenyamanan pasien)
• Masase Punggung
• Analgetik
• Lanjutkan menyusui dan
perbaiki teknik menyusui
(sangat membantu pada
mastitis ringan dan
Kista Ganglion & Kista Baker
Predileksi Pergelangan tangan, pergelangan kaki, Posterior condylus medialis di antara otot
belakang lutut gastrocnemius caput medial dan otot
semimembranosus
Histopatologi Dense fibrous tissue, TIDAK DILAPISI DILAPISI SINOVIUM ATAU PUN
LAPISAN SYNOVIAL MAUPUN EPITELIAL. KARTILAGO PADA DINDINGNYA
Inflamasi dapat berkaitan dengan ruptur
kista
Lipoma
• Tumor jinak jaringan lemak
yang tersusun oleh lobulus
dan dipisahkan oleh jaringan
fibrosa
• Predileksi : bahu, pantat,
punggung, lengan atas
• Mobile (dapat digerakkan dari
dasar), tidak nyeri, berlobul-
lobul, kulit di atasnya
menyerupai kulit jeruk
Kista Sebasea (Atheroma)
• Sumbatan pada muara saluran
kelenjar minyak folikel rambut
lemak menumpuk
membentuk bubur yang
dikelilingi jaringan ikat
• Predileksi : kepala, punggung,
plantar
• PUNGTA, bulat, fluktuatif, kistik
• Terletak subkutan, bebas dari
dasar, tetapi melekat pada
dermis dan lapisan di atasnya
GENERAL SURGERY
Trauma Abdomen-Tumpul
Trauma organ
Peritonitis >24
berongga (hollow
jam
viscous)
Regio abdomen
Trauma organ Peritonitis <8
padat (solid) jam
Derajat 0 dan 1 tidak perlu SABU. Evaluasi dalam 12 jam. Jika derajat meningkat, berikan
SABU
Derajat 2 3-4 vial SABU; Derajat 3 5-15 vial SABU; Derajat 4 berikan penambahan 6-
8 vial SABU
Gigitan Ular Berbisa