You are on page 1of 6

Majalah Biomorfologi Volume 28 No.

1 Februari 2015

MYASTHENIA GRAVIS
1
Ida Lestari Harahap, 2Viskasari Pintoko Kalanjati
1
Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat
2
Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRACT
Myasthenia gravis is an automimmune disorder with symptoms of muscle weakness and fatigue,which
antibodies reduce the number of acetylcholine receptors at the post-synaptic of the neuromuscular junction.
Myasthenia gravis is relatively rare with an estimated pooled incidence rate of 5.3 per million person-years
and an estimated pooled prevalence rate of 77.7 per million persons. Myasthenia gravis is rather more
common in women than men. It tends to occur in young adult life, and in men most commonly presents over
the age of 50 years. The development of the NMJ requires a complex series of interactions between
developing motor neurons and muscle fibers. Agrin is a protein synthesized by motor neurons and stably
deposited into the synaptic basal lamina, stimulates a muscle-specific kinase (MuSK), a receptor tyrosine
kinase, that is expressed selectively in skeletal muscle. This signal is thought to cluster significant
postsynaptic proteins, including acetylcholine’s reseptor in the neuromuscular junction. Mice lacking agrin
or MuSK fail to form neuromuscular synapses and as a result, die at birth because of a failure to move or
breathe. Therefore MuSK has been identified as an antigenic target in Myasthenia Gravis patients
seronegative for antibodies against the acetilcholine’s reseptor. The etiology of myasthenia gravis there are
the presence of auto-antibody blocks acetilcholine’s receptor,associated with malignancy and hyperplasia of
the thymus. Weakness and abnormal fatigue in the muscles and improved after the break is characteristic of
myasthenia gravis. Antibody andacetylcholine receptor reaction can be found in 85% serum of patients with
myasthenia gravis. CT scan thorax or MRI is nessesary to rule out the possibilityof thymoma and other
diseases that accompany myasthenia gravis. Treatment of the myasthenia gravis involves two groups of anti-
cholinesterase drugs and immunosuppressant (on thymoma), and in some cases required transfusion of
plasma and intravenous immune globin.
Keywords: Myasthenia gravis, receptor acetilcholine

ABSTRAK
Myasthenia gravis adalah suatu penyakit autoimun disertai gejala kelemahan dan kelelahan dimana antibodi
menurunkan sejumlah reseptor asetilkolin post sinap pada neuromuscular junction. Myasthenia gravis relatif
jarang terjadi diperkirakan angka kejadiannya berkisar 5.3 per satu juta orang pertahun dan prevalensi rata-
rata 77.7 per satu juta orang. Myasthenia gravis lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Perempuan yang mengalami myasthenia gravis cenderung pada usia dewasa muda, sedangkan pada laki-laki
biasanya ditemukan pada usia lebih dari 50 tahun. Perkembangan neuromuscular junction memerlukan
sekelompok interaksi antara neuron motor dan serat otot. Agrin merupakan suatu protein yang disintesis oleh
neuron motor dan disimpan dalam lamina basal sinaptik, menstimulasi muscle-spesific kinase (MuSK) suatu
reseptor kinase yang diekspresikan secara selektif dalam otot bergaris. Sinyal ini mengelompok secara
signifikan pada protein postsinaps termasuk reseptor acetilkolin pada neuromuscular junction. Kekurangan
agrin dan MuSK pada tikus menyebabkan kegagalan sinap pada neuromuscular dan menyebabkan kematian
saat lahir karena tidak mampu bergerak dan bernapas. Sehingga MuSK dapat mengidentifikasi suatu antigen
target pada pasien myasthenia gravis seronegatif untuk antibodi melawan reseptor asetilkolin. Penyebab dari
penyakit myasthenia gravis antara lain: terdapat auto-antibodi yang memblokade reseptor asetilkolin,
berhubungan dengan keganasan dan hiperplasia pada thymus. Kelemahan dan kelelahan abnormal pada otot
dan membaik dengan beristirahat merupakan karakteristik myasthenia gravis. Reaksi antibodi dan reseptor
asetilkolin dapat terlihat pada 85% serum pasien dengan myasthenia gravis. CT-Scan thorax atau MRI
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan thymoma dan penyakit lainnya yang menyertai myasthenia
gravis. Penatalaksanaan dari penyakit myasthenia gravis ini melibatkan dua kelompok obat-obatan yaitu

6
Harahap & Kalanjati Myasthenia Gravis

antikolinesterase dan immunosupresan (pada thymoma), dan pada kasus tertentu diperlukan transfusi plasma
dan intravenous immune globin.
Kata kunci: Myasthenia gravis, reseptor asetilkolin

Korespondensi: Ida Lestari Harahap, Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram.
Jl. Pendidikan No. 37 Mataram, Nusa Tenggara Barat, 83125, telp. (0370) 640874, email:
idalestariharahap.dr@gmail.com.

Latar belakang Pouwels, et al., 2013). Myasthenia gravis lebih


Salah satu penyakit pada neuromuscular junction sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-
adalah myasthenia gravis. Myasthenia gravis laki. Perempuan yang mengalami myasthenia
adalah suatu penyakit autoimun disertai gejala gravis cenderung pada usia dewasa muda,
kelemahan dan kelelahan dimana antibodi sedangkan pada laki-laki biasanya ditemukan
menurunkan sejumlah reseptor asetilkolin post pada usia lebih dari 50 tahun. Subtipe dari
sinap pada neuromuscular junction (Vincent & myasthenia gravis yang dialami bervariasi dan
Palace, 2001). Gambaran klinis utama pada dibedakan berdasarkan prevalensi usia dan umur,
myasthenia gravis adalah kelemahan pada otot tipe HLA yang terkait, insidens auto-antibodi, dan
skelet sifatnya fluktuatif, biasanya mengenai nervi karakteristik lainnya (Wilkinson & Lennox,
cranialis pada nuclei motor di brainstem seperti 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Poulas K,
otot-otot mata, mastikasi, menelan dan lidah. dkk pada tahun 1992-7 di Yunani menunjukkan
Gejala klinis yang tampak pada saat aktivitas angka mortalitas pada pasien myasthenia gravis
berupa kelemahan pada otot, membaik dengan 0.43 per satu juta orang (perempuan 0.41 : laki-
beristirahat dan pemberian obat antikolinesterase laki 0.45). Usia rata-rata 46.50 tahun (perempuan
seperti neostigmin (Ropper & Brown, 2005). 40.16 : laki-laki 54.46). Sehingga rasio insidens
Pada tahun 1672 Willis memberikan gambaran myasthenia gravis pada perempuan berbanding
tentang suatu penyakit dengan gejala myasthenia laki-laki adalah 1:1.04 dan rasio prevalensi adalah
gravis. Wilks (1877) menjelaskan gejala tersebut 1.41:1.
tidak disertai dengan kelainan pada medulla untuk
membedakannya dengan paralisis bulbar yang Diskusi
disempurnakan oleh Erb (1878). Terminologi Tiap-tiap serat otot bergaris secara fungsional
myasthenia gravis pertama kali digunakan oleh berhubungan dengan axon dari motor neuron yang
Jolly (1895) dengan menambahkan istilah berasal dari otak dan medulla spinalis. Hubungan
pseudoparalitika untuk mengindikasikan tidak fungsional ini disebut sinaps. Neuron mengadakan
adanya perubahan struktur pada autopsi (Ropper komunikasi pada sinap dengan sel yang
& Brown, 2005). Campbell dan Bramwell (1900) mengontrol otot dengan mengeluarkan senyawa
dan Oppenheim (1901) masing-masing kimia yang disebut neurotransmitter. Secara
menganalisis lebih dari 60 kasus dan normal, serat otot bergaris berkontraksi hanya bila
merealisasikan konsep klinis dari penyakit. terdapat stimulasi dari motor neuron. Sinap antara
Hubungan antara myasthenia gravis dan tumor motor neuron dan serat otot tersebut disebut
kelenjar tymus pertama kali dicatat oleh Laquer neuromuscular junction. Pada neuromuscular
dan Weigert pada tahun 1901, dan pada tahun junction ini, membran serat otot secara khusus
1949 Castleman dan Norris menggambarkan membentuk motor end plate. Pada daerah tersebut
secara terperinci perubahan patologis lain di serat otot, nucleus dan mitokondria berlimpah dan
dalam kelenjar. Akhirnya pada tahun 1973, sifat membran sel (sarkolema) melipat secara luas.
dasar autoimun dari myasthenia gravis ditetapkan Ujung akhir dari motor neuron membentuk
melalui serangkaian penelitian oleh Patrick dan resesus pada membran serat otot. Pada sitoplasma
Lindstrom, Fambrough, Lennon, and Engel dan ujung distal dari axon motor neuron kaya akan
teman-teman kolega mereka (Ropper & Brown, mitokondria dengan vesikel sinaps yang
2005). menyimpan neurotransmiter, asetilkolin (Shier, et
Myasthenia gravis relatif jarang terjadi al., 2009).
diperkirakan angka kejadiannya berkisar 5.3 per Vesikel sinap yang berdekatan disebut dengan
satu juta orang pertahun dan prevalensi rata-rata zona aktif dimana terdapat kanal kalsium yang
77.7 per satu juta orang (Carr, et al., 2010; tersusun pada dua baris parallel. Ketika terjadi

7
Majalah Biomorfologi Volume 28 No. 1 Februari 2015

potensial aksi pada terminal saraf, kanal kalsium lain juga diekpresikan pada neuromuscular
tipe P/Q (tipe kanal N juga berlokasi pada junction. Kanal natrium berkonsentasi tinggi pada
membran presinaps) teraktivasi, kalsium masuk membran di dasar dari lipatan sinaptik oleh
ke dalam terminal presinaps, dan konsentrasi ankyrin, kompleks sarkoglikans, dystrobrevin dan
kalsium lokal akan meningkat dengan signifikan, juga terhubung dengan α1 syntropin dan α2
kemudian memicu vesikel untuk mengeluarkan syntropin dimana bersama-sama untuk sintesis
isinya (Stanley, 1993). Mekanisme penyebaran nitrit oksida. Nitrit oksida dihasilkan secara lokal
sinyal kalsium ke vesikel sinaptik melibatkan pada permukaan postsinaptik untuk fungsi
perubahan beberapa protein pada membran signaling dan untuk menunjukkan pengaruh
vesikel sinaps dan membran plasma saraf terminal sinaptogenesis (Brenman, et al., 1996; Kusner &
(Ruff, 2003; Poage & Meriney, 2002; Fon & Kaminski,1996; Wang, et al., 1995).
Edwards, 2001). Peristiwa pelepasan keluarnya isi
dari vesikel sinaps semakin diperjelas. Vesikel
awalnya mengalami proses yang disebut docking,
dimana akan mendekati bagian proximal dari
membran saraf terminal dan kemudian mengalami
priming yang memungkinkan respon sinyal
kalsium (Schiavo, et al., 2000). Setelah
mengeluarkan neurotransmiter pada celah
sinaptik, membran vesikel sinaps mengalami
mekanisme daur ulang siklus yang dimediasi oleh
clathrin. Setelah menangkap kembali vesikel,
vesikel yang berselubung clathrin melapaskan
selubungnya dan berpindah ke bagian inferior.
Membran vesikel mengalami difusi dengan
endosom pada saraf terminal dan terbentuk Gambar 1. Gambaran skematik neuromuscular
vesikel baru dari endosom. Vesikel baru yang junction, diilustrasikan protein utama pada
mengandung asetilkolin ini dan senyawa kimia neuromuscular junction mamalia. Presinap nervus
lainya oleh transport aktif dipindahkan kembali ke terminalis mengandung vesikel sinaptik (bulat
zona aktif baik secara difusi atau oleh prosesus diarsir), voltage-gated potassium (VGKC,
dari transport sitokleton (Hughes, et al., 2004). segitiga), dan kanal kalsium (VGCC, segiempat
Antara saraf dan membran plasma otot terdapat panjang abu-abu), muscle-specific kinase
suatu jarak 50 nm yang disebut celah sinaps. (MuSK), rapsyn, utrophin dan kompleks sarco-
Matrix extraseluler pada celah sinap merupakan dystroglycan yang berlokasi pada membran
suatu kumpulan protein yang mengatur sintess postsinap (Hughes, et al., 2004).
protein postsinaps dan konsentrasi dari
asetilkolinesterase. Pada membran basalis kaya
akan kolagen dan terdiri dari beberapa bentuk Reseptor asetilkolin terdiri dari empat subunit dan
lamina, semuanya berikatan dengan α- berada pada dua isoform. Reseptor asetilkolin
dystroglicans pada membran postsinaps. Lamina pada dewasa tersusun atas dua α-subunit dan satu
ini mambentuk jaringan pada celah sinap yang salinan dari tiap-tiap β-subunit, δ-subunit, dan ɛ-
menambatkan protein matrix etraseluler lainnya subunit sedangkan pada fetal reseptor asetilkolin
(Abbas, 2003). Sekali asetilkolin dilepaskan ke memiliki γ-subunit pada ɛ-subunit. Reseptor
celah sinaps kemudian berikatan dengan reseptor asetilkolin pada dewasa dan fetal dapat dibedakan
asetilkoln. Ikatan ini menyebabkan terbukanya dengan karakteristik elektrofisiologi. Kanal pada
kanal ion dan masuknya kation terutama natrium, dewasa rata-rata lebih pendek saat terbuka dan
ke dalam otot, terjadi potensial pada end-plate. single kanal konduksinya 50% lebih besar
Ketika sampai pada ambang batas tertentu terjadi daripada kanal reseptor asetilkolin pada fetal
depolarisasi menyebabkan kanal natrium pada (Kaminski & Ruff, 1993). Perkembangan
lipatan postsinaps terbuka dan memungkinkan ion neuromuscular junction memerlukan sekelompok
natrium yang lebih banyak lagi masuk ke dalam interaksi antara neuron motor dan serat otot. Perlu
dan mencetuskan potensial aksi dan kontraksi pemahaman bahwa agrin merupakan suatu protein
(Ruff, 2003). Selain reseptor asetilkolin, protein

8
Harahap & Kalanjati Myasthenia Gravis

yang disintesis oleh neuron motor dan disimpan Dari patofisiologi tersebut di atas dapat diketahui
dalam lamina basal sinaptik, menstimulasi bahwa penyebab dari penyakit myasthenia gravis
muscle-specific kinase (MuSK) suatu reseptor antara lain: terdapat auto-antibodi yang
kinase yang diekspresikan secara selektif dalam memblokade reseptor asetilkolin, berhubungan
otot bergaris. Sinyal ini mengelompok secara dengan keganasan dan hiperplasia pada thymus
signifikan pada protein postsinaps termasuk (Wilkinson & Lennox, 2005). Kelemahan dan
reseptor acetilkolin pada neuromuscular junction kelelahan abnormal pada otot dan membaik
(Ruegg & Bixby, 1998). Kekurangan agrin dan dengan setelah istirahat merupakan karakteristik
MuSK pada tikus menyebabkan kegagalan sinap myasthenia gravis. Gejalanya akan bertambah
pada neuromuscular dan menyebabkan kematian parah menjelang malam hari, dan pada pemakaian
saat lahir karena tidak mampu bergerak dan berulang pada otot yang sama, misalnya pada saat
bernapas. Sehingga MuSK dapat mengidentifikasi mengunyah dan menelan akan merasakan
suatu antigen target pada pasien myasthenia kesulitan saat memulai mengulang mengunyah
gravis seronegatif untuk antibodi melawan dan menelan lagi. Distribusi otot yang diserang
reseptor asetilkolin (Hughes, et al., 2004). tidak sama (Wilkinson & Lennox, 2005).

Tabel 1. Frekuensi otot yang diserang dan gejala dari myasthenia gravis
(Wilkinson and Lennox G, 2005).
Muscle Symtoms
Common Exernal ocular Double vision and ptosis
Bulbar Difficulty in chewing,
swallowing and talking
Neck difficulty in lifting head up from
the lying position
Proximal limb difficulty in lifting arms above
shoulder level, and in standing
from low chairs and out of the
bath
Trunk Breathing problem and difficulty
in sitting from the lying position
Rare Distal limb weak hand-grips, ankles and feet

Pasien yang dicurigai terkena myasthenia gravis, Reaksi antibodi dan reseptor asetilkolin dapat
tapat ditegakkan diagnosis berdasarkan beberapa terlihat pada 85% serum pasien dengan
pemeriksaan, antara lain: tes tensilon, myasthenia gravis. Meskipun hanya 50% dapat
pemeriksaan antibodi reseptor asetilkolin dalam ditemukan pada pasien dengan gangguan pada
serum, EMG, dan CT-Scan thorax. Pada tensilon bola mata dan 15 % pada pasien myasthenia
test pasien akan diberikan injeksi Edrophonium gravis secara umum. CT-Scan thorax atau MRI
chloride (Tensilon) yang merupakan short-acting diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
anticholinesterase, akan memberikan efek thymoma dan penyakit lainnya yang menyertai
pengurangan atau berhenti sementara kelemahan myasthenia gravis (Mumenthaler, et al., 2006).
pada otot. Namun test ini tidak dianjurkan pada Myasthenia gravis dapat dibedakan dala beberapa
pasien dengan gangguan jantung karena stadium, tergantung dari luas dan tingkat
memberika efek bradikardi. Sedangkan pada keparahan otot yang diserang. Ossermann
EMG dapat dinilai amplitudo dari aksi potensial membuat klasifikasi penyakit myasthenia gravis
sekelompok otot, yang menurun ketika stimulasi ke dalam empat stadium utama dan dapat
yang berulang saraf pada otot (Wilkinson & ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Lennox, 2005).

9
Majalah Biomorfologi Volume 28 No. 1 Februari 2015

Tabel 2. Kalsifikasi myasthenia gravis berdasarkan Ossermann (Mumenthaler, et al., 2006).


Classifications
I Ocular myasthenia, i.e., limited to the eye muscles
Iia Mild generalized myasthenia
Iib Moderately severe generalized myasthenia, not involving muscle of respiration
III Acute, rapidly progressive myasthenia, beginning abruptly and progressing to
involve the muscle of respiration within 6 month of onset
IV Chronic, severe myasthenia; may develop from previous class I or Class II
disease after two years of a relatively stable course
Patiens in Casses III and IV are subject to higher mortality and suffer more
frequently from thymoma

Penatalaksanaan dari penyakit myasthenia gravis penyakit lainnya yang berhubungan dengan sinap
ini melibatkan dua kelompok obat-obatan yaitu seperti penyakit psikiatri. Pada pasien dengan
antikolinesterase dan immunosupresan (pada myasthenia gravis sangan erat kaitannnya dengan
thymoma), dan pada kasus tertentu diperlukan thymus, hal ini dikarenakan adanya autoantibodi
transfuse plasma dan intravenous immune globin. yang dihasilkan thymus sehingga menghambat
Untuk kelompok obat-obatan antikolinesterase sinaps pada reseptor asetilkolin. Sehingga
yang memberikan hasil terbaik dalam diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memperbaiki kelemahan otot pada myasthenia menegakkan diagnosis myasthenia gravis.
gravis adalah neostigmin (prostigmin) dan
piridostigmin (mestinon). Pada kasus yang ringan Daftar pustaka
seperti myasthenia gravis tanpa tumor pada Abbas, L., 2003. Synapse formation: let’s stick
thymus, pasien dengan parsial remisi setelah together. Current Biology, 13(1), R25–
timektomi dan yang murni myasthenia gravis R27.
oculer, penggunaan obat antikolinesterase hanya Brenman, J.E. et al., 1996. Interaction of nitric
digunakan pada periode tertentu, (hal ini oxide synthase with the postsynaptic
disebabkan myasthenia gravis oculer biasanya density protein PSD-95 and a1-syntrophin
berespon baik dengan kortikosteoid dosis kecil mediated by PDZ domains. Cell, 84,
(Ropper & Brown, 2005). Timektomi harus hal.757–767.
dipertimbangkan untuk semua pasien dengan Carr, A.S. et al ., 2010. A systematic review of
myasthenia gravis: operasi dapat menyembuhkan population based epidemiological studies
atau paling tidak memperbaiki secara substansial in myasthenia gravis. BMC Neurol.
meningkat pada 80 % pasien myasthenia gravis 10:46.
menjalani operasi setelah beberapa bulan atau Fon, E.A. & Edwards, R.H., 2001. Molecular
tahun. Hasil yang baik ditemukan pada pasien mechanisms of neurotransmitter release.
berusia lebih dari 60 tahun. Ketika ditemukan Muscle Nerve, 24, hal.581–601.
thymoma harus segera disingkirkan secara operasi Hughes, B.W. De Casillas, M.L. & Kaminski,
berapa pun usia pasien tersebut. Radioterapi H.J., 2004. Pathophysiology of
sebagai terapi adjuvant harus diberikan apabila Myasthenia gravis. Seminars in
operasi sifatnya subtotal, hal ini disebabkan 25% Neurology, 24(1), New York: Thieme
dari tumor ini akan mengalami degenerasi Medical Publisher.
malignansi (Ropper & Brown, 2005). Kaminski, H.J. & Ruff, R.L., 1993. Insights into
possible skeletal muscle nicotinic
Simpulan acetylcholine receptor (AChR) changes in
Myasthenia gravis merupakan penyakit yang some congenital myasthenias from
didasari oleh gangguan transmisi atau komunikasi physiological studies, point mutations,
antara saraf dan otot pada neuromuscular subunit substitutions of the AChR. Ann N
junction. Penyakit ini perlu dipahami benar Y Acad Sci., 681, hal.435–450.
patofisiologinya sehingga dapat memberikan Kusner, L.L. & Kaminski, H.J., 1996. Nitric oxide
penatalaksanaan yang tepat, terutama pada synthase is concentrated at the skeletal

10
Harahap & Kalanjati Myasthenia Gravis

muscle endplate. Brain Res., 730, Ruff, R.L., 2003. Neurophysiology of the
hal.238–242. neuromuscular junction: overview. Ann N
Mumenthaler, M. Mattle, H. & Taub E., 2006. Y Acad Sci., 998, hal.1–10.
Fundamental of Neurology An Illustrated Schiavo, G. Matteoli, M. & Montecucco, C.,
Guide. New York: Thieme, hal.1275-7. 2000. Neurotoxins affecting
Poage, R.E. & Meriney, S.D., 2002. neuroexocytosis. Physiol Rev., 80,
Presynaptic calcium influx, hal.717–766.
neurotransmitter release, and Shier, D. Butler, J. & Lewis, R., 2009. Hole’s
neuromuscular disease. Physiol Essential of Human Anatomy and
Behav., 77, hal.507–512. Physiology. Eleventh edition. New
Poulas, K. et al., 2001. Epidemiology of York: McGraw-Hill, hal.182.
seropositive myasthenia gravis in Greece. Stanley, E.F., 1993. Presynaptic calcium channels
Neuro Neurosurgery Psychiatry Journal, and the transmitter release mechanism.
71, hal.352-356. Ann N Y Acad Sci., 681, hal.368–372.
Pouwels, S. et al., 2013. Fracture rate in patients Vincent, A. Palace, J. & Hilton-Jones, D., 2001.
with myasthenia gravis: the general Myasthenia gravis. Lancet, 357(9274),
practice research database. Osteoporos hal.2122–2128.
Int., 24, hal.467-476. Wang, T. Xie, Z. & Lu, B., 1995. Nitric oxide
Ropper, A.H. & Brown, R.H., 2005. Adam and mediates activity dependent synaptic
Victor’s Principles of Neurology. Eight suppression at developing
edition. NewYork: McGraw-Hill, neuromuscular synapses. Nature, 374,
hal.1250-9. hal.262–266.
Ruegg, M.A. & Bixby J.L., 1998. Agrin Wilkinson, I. & Lennox, G., 2005. Essential
orchestrates synaptic differentiation at the Neurology. Fourth edition. Massachusetts:
vertebrate neuromuscular junction. Trends Blackwell Publishing, hal.164.
Neurosci., 21, hal.22–27.

11

You might also like