You are on page 1of 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338069030

FRAKSI ETANOL EKSTRAK KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI


ANTIFUNGI TERHADAP Trichophyton mentagrophytes DAN Candida albicans

Article  in  JFL Jurnal Farmasi Lampung · June 2019


DOI: 10.37090/jfl.v8i1.84

CITATIONS READS

0 64

3 authors, including:

Yuli Wahyu Tri Mulyani


university of tulang bawang lampung
3 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Yuli Wahyu Tri Mulyani on 15 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

FRAKSI ETANOL EKSTRAK KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI


ANTIFUNGI TERHADAP Trichophyton mentagrophytes DAN Candida albicans

Ethanol Fraction Durian Skin Extract (Durio Zibethinus L.) As An Antifungi On Trichophyton
Mentagrophytes And Candida Albicans

Yuli Wahyu Tri Mulyani, Subur Widodo, Lisa Selviani


Fakultas MIPA, Jurusan Farmasi Universitas Tulang Bawang Lampung
Email : Yuliwahyu.bio@gmail.com
081368165354

Abstract

Durian is a fruit that is in demand by the community, but during durian season environmental
problems arise due to waste from skin of durian. The aimed of the study was to prove the
antifungal activity of the ethanol fraction of durian skin against Trichophyton mentagrophytes
and Candida albicans and to determine the active active compounds inhibiting T.
mentagrophytes and C. albicans fungi. Durian skin was extracted by maceration method,
then fractionated used ethanol, chloroform, and n-hexane solvents. Ethanol fraction was
tested on T. mentagrophytes and C. albicans fungi used the disc method with a
concentration of 10%, 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, distilled water as a negative control,
ketoconazole as a positive control. The best inhibition zone is fungi T. mentagrophytes
concentration 100% ( 9.23 mm) negative control (0 mm), positive control (32.96 mm), fungi
C. albicans the best inhibition zone is concentration of 100% (8.30 mm), positive control
(17.17 mm) negative controls (0 mm).The ethanol fraction was screened by the Thin Layer
Chromatography method and positively contained flavonoids (rf 0.7), tannins (rf 0.58),
saponins (rf 0.76) and alkaloids (rf 0.64). Minimum Inhibitory Concentrations of T.
mentagrophytes were 7% and C. albicans were 8%. The most effective active compound
growht of T. mentagrophytes is tannins (rf 0.7) and for C. albicans is flavonoid (rf 0.6). The
ethanol fraction of durian bark extract has antifungal activity against T. mentagrophytes and
C. albicans.

Keywords: Antifungi, Candida albicans, ethanol fraction skin of durian,


Trichophytonmentagrophytes

Abstrak

Durian merupakan buah yang diminati masyarakat, namun saat musim durian masalah
lingkungan muncul akibat limbah kulit durian. Tujuan penelitian untuk membuktikan aktivitas
antifungi fraksi etanol kulit durian terhadap Trichophyton mentagrophytes dan Candida
albicans dan untuk mengetahui senyawa aktif yang aktif menghambat fungi T.
mentagrophytes dan C. albicans. Kulit durian diekstraksi dengan metode maserasi,
kemudian difraksinasi menggunakan pelarut etanol, kloroform, dan n-heksan. Fraksi etanol
diuji terhadap fungi T. mentagrophytes dan C. albicans menggunakan metode cakram
dengan konsentrasi 10%, 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, akuades sebagai kontrol negatif,
ketokonazole sebagai kontrol positif. Zona hambat terbaik fungi T. mentagrophytes yaitu :
konsentrasi 100% ( 9,23 mm) kontrol negatif (0 mm), kontrol positif (32,96 mm), fungi C.

28
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

albicans zona hambat terbaik konsentrasi 100% (8,30 mm), kontrol positif (17, 17 mm)
kontrol negatif (0 mm). Fraksi etanol diskrining dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dan
positif mengandung flavonoid (rf 0,7), tanin (rf 0,58), saponin(0,76) dan alkaloid( rf 0,64).
Konsentrasi Hambat Minimum T. mentagrophytes sebesar 7% dan C. albicans sebesar 8%.
Senyawa aktif yang paling efektif menghambat pertumbuhan fungi T. mentagrophytes (rf
0,7) adalah tanin dan untuk C. albicans adalah flavonoid (rf 0,6). Fraksi etanol ekstrak kulit
durian memiliki aktivitas antifungi terhadap T. mentagrophytes dan C. albicans.
Kata kunci : Antifungi, Candida albicans, fraksi etanol kulit durian, Trichophyton
mentagrophytes

PENDAHULUAN Penyakit infeksi yang disebabkan fungi


masih merupakan masalah yang sulit
Durian (Durio zibethinus L.)
diatasi. Fungi lebih dapat bertahan
merupakan buah yang banyak diminati
pada keadaan alam sekitar yang tidak
masyarakat, dan menurut riset badan
menguntungkan dibandingkan jasad
statistik pada tahun 2014 di Provinsi
renik yang lain. Salah satu infeksi
Lampung produksi buah durian
fungi disebabkan oleh Candida
menghasilkan 44.298 ton, dari segi
albicans adalah kandidiasis. Orang-
struktur buah durian terdiri dari tiga
orang dengan gangguan sistem
bagian, yaitu bagian dari daging durian
kekebalan tubuh menurun sering
sekitar 20-30%, biji durian sekitar 5-
menderita kandidiasis yang menyebar
15% dan bagian terbesar adalah kulit
keseluruh tubuhnya. Infeksi pada
durian sekitar 60-75%.
vagina yang disebabkan oleh Candida
Saat musim durian masalah sp. Sekitar 85-90% sel ragi yang
lingkungan muncul akibat limbah kulit diisolasi dari vagina merupakan
durian yang dianggap tidak memiliki spesies C. albicans [4].
nilai ekonomis. Namun kulit durian
Selain infeksi kandidiasis, beberapa
merupakan salah satu potensial alam
jenis penyakit yang terdapat pada
yang dapat dimanfaatkan.
manusia dapat disebabkan oleh jenis
Penggunaan kulit durian secara
fungi lain salah satunya Trichophyton
tradisional oleh masyarakat digunakan
mentagrophytes yang merupakan
untuk menggusir nyamuk dan
fungi penyebab penyakit kurap.
serangga juga dapat digunakan untuk
Penyakit kurap adalah infeksi pada
menggobati bisul [1].
permukaan kulit yang disebabkan oleh
Pemanfaatan kulit durian dapat T. mentagrophytes. Penyakit ini
digunakan sebagai antibakteri, dikenal juga dengan sebutan
antiinflamasi dan antioksidan. Ekstrak ringworm, membentuk pinggiran yang
etanol kulit durian memiliki aktivitas jelas seperti sarang cacing berbentuk
antibakteri yang baik terhadap cincin [5].
Pseudomonas aeruginosa dengan
Penelitian sebelumnya telah dilakukan
kadar hambat minimum sebesar 4%.
penghambatan fungi T.
Senyawa kimia yang terdapat pada
mentagrophytes menggunakan
kulit durian adalah flavonoid, tanin,
ekstrak kulit durian pada tingkat
saponin, dan alkaloid. Sehingga kulit
konsentrasi yang berbeda dengan
durian dapat menjadi alternatif
hasil dapat menghambat pada
pengobatan antifungi [2]. Antifungi
konsentrasi 10% dengan zona hambat
merupakan senyawa yang dapat
sebesar 2.08 mm [6]. Penelitian lain
membunuh atau menghambat fungi
yang juga telah dilakukan adalah
penyebab infeksi [3].
penghambatan fungi C. albicans

29
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

menggunakan ekstrak kulit durian penelitian telah sesuai dengan yang


pada tingkat konsentrasi yang berbeda dimaksudkan, sehingga tidak terjadi
dengan hasil dapat menghambat pada kesalahan penggunaan tanaman.
konsentrasi 15% dengan zona hambat
sebesar 6.9 mm [2]. Uji skrining
Pembuatan Simplisia Kulit Durian
fitokimia terhadap ekstrak kulit durian
ditemukan senyawa tanin, alkaloid, Kulit durian masih segar diambil
saponin, flavonoid [1]. sebanyak 7 kg dibersihkan dari
kotoran, kemudian dicuci dengan air
Berdasarkan uraian tersebut peneliti
mengalir, ditiriskan lalu dirajang kecil.
tertarik untuk melanjutkan dari ekstrak
Biji kabau selanjutnya dikeringkan
ketingkat fraksinasi. Fraksinasi
dibawah sinar matahari dan ditutup
merupakan pemisahan senyawa yang
dengan kain berwarna gelap hingga
sesuai dengan kepolarannya. Pelarut
kering. Simplisia kering disimpan
etanol yaitu pelarut polar yang biasa
dalam wadah bersih.
digunakan untuk menarik senyawa
polar yang dapat menarik senyawa
flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid Uji Karakteristik Non Spesifik
[1]. Penelitian dengan judul “fraksi Simplisia
etanol ekstrak kulit durian (D.
Pengujian karakteristik simplisia yang
zibethinus L.) sebagai antifungi
akan dilakukan meliputi uji parameter
terhadap T. mentagrophytes dan C.
non spesifik, batas minimal standar uji
albicans dengan bioautografi’’ penting
yang akan dilakukan adalah tiga
untuk dilakukan. pengujian antara lain kadar air, kadar
abu dan kadar abu yang tidak larut
dalam asam [7] .
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan 1. Penetapan Kadar Air
Alat yang digunakan pada penelitian Masukkan lebih kurang 10 gram
ini adalah cawan petri, jangka sorong, simplisia dan ditimbang dan timbang
rotary evaporator, mikro pipet, jarum seksama dalam wadah yang telah
ose, tabung reaksi, rak tabung reaksi, ditara. Kemudian cawan dan sampel
inkubator, erlenmeyer, gelas ukur, dikeringkan pada suhu 105ºC selama
timbangan analitik, lemari pendingin, 5 jam, didinginkan dan ditimbang,
gelas piala, botol gelap, kertas saring, lanjutkan pengeringan dan timbang
autoklave, benang kasur, label, kapas, pada jarak 1 jam sampai perbedaan
kasa, hote plate, blank cakram dan antara 2 penimbangan berturut-turut
batang pengaduk. tidak lebih dari 0,25%, kadar air tidak
Bahan yang digunakan pada lebih dari 10% [7]. Kadar air dapat
penelitian ini adalah kulit buah durian, dihitung menggunakan rumus :
etanol 70%, media SDA, media SDB, 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 − 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
aquadest, ketokonazol, kloroform, n- 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
heksan, biakan fungi C. albicans dan
T. Mentagrophytes, amoniak (NH3), 2. Penetapan Kadar Abu
FeCl3, Liebermann burchard, dan Lebih kurang 2-3 gram yang telah
Bourchadat. digerus dan ditimbang seksama,
Determinasi masukkan kedalam krus silikat yang
telah dipijarkan, lalu ratakan. Sampel
Determinasi kulit dilakukan di Fakultas dipijarkan perlahan-lahan sampai
Biologi Universitas Lampung. Uji ini arang habis, dinginkan, timbang. Jika
bertujuan untuk membuktikan bahwa cara ini arang tidak dapat dihilangkan,
jenis tanaman yang digunakan dalam saring dengan kertas saring bebas

29
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

abu. Pijarkan hingga bobot tetap, dengan NaCl sebanyak 10 mL aduk


kemudian timbang. Hitung kadar abu sampai homogen [8].
yang tidak larut dalam asam terhadap
bahan yang dikeringkan diudara, Uji Daya Antifungi
kadar abu tidak lebih dari 8,6% [7].
Pengujian uji daya antifungi
Kadar abu dapat dihitung
menggunakan rumus : menggunakan metode cakram.
Media yang digunakan adalah media
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑏𝑢 = 100% SDA. Media yang sudah memadat,
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
goreskan suspensi jamur C. albicans
3. Penetapan Kadar Abu yang Tidak dan T. mentagrophytes kedalam
Larut dalam Asam media SDA secara merata. Kertas
cakram yang telah dicelupkan selama
Abu yang diperoleh pada penetapan
1-2 jam kedalam bahan uji dengan
kadar abu, didihkan dengan 25 mL
beberapa konsentrasi diletakkan pada
HCl encer selama 5 menit, kumpulkan
lempeng agar yang telah ditanami
bagian yang tidak larut dalam asam,
fungi. Satu kertas cakram pada tiap-
saring dengan kertas saring, cuci
tiap konsentrasi diletakkan pada
dengan air panas, pijarkan hingga
cawan petri, termasuk kontrol negatif
bobot tetap. Hitung kadar abu yang
dan kontrol positif diletakkan pada
tidak larut dalam asam terhadap
cawan yang berbeda. Diinkubasi
bahan yang telah dikeringkan diudara,
selama 2 hari pada temperatur 37 oC
kadar abu yang tidak larut asam tidak
dan diamati serta ukur zona hambat
lebih dari 2,9% [7]. Kadar abu yang
yang terbentuk disekitar cakram
tidak larut asam dapat dihitung
dengan menggunakan jangka sorong
menggunakan rumus :
[8].
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
𝑎𝑏𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 = 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
Uji Konsentrasi Hambat Minimum

Ekstraksi dan Fraksinasi Kulit Siapkan tabung reaksi yang berisi


Durian media SDB 1,9 mL yang mengandung
larutan uji pada beberapa konsentrasi
Ekstraksi menggunakan metode terkecil yang memberikan daya
maserasi, simplisia yang digunakan hambat pada uji daya antifungi dan 0,1
yaitu 500 g dan perendaman dalam mL suspensi fungi. Selain itu disiapkan
proses maserasi menggunakan juga tiga tabung reaksi sebagai kontrol
pelarut etanol 70%. Fraksinasi media berisi 2 mL media SDB, kontrol
menggunakan metode cair-cair. larutan uji berisi 2 mL media SDB yang
mengandung larutan uji dan kontrol
Pembiakan Fungi fungi berisi 1,9 mL media SDB dan 0,1
mL suspensi fungi.
Biakan diperbanyak dengan
menginokulasi inokulum pada media Masing-masing fungi dari media
SDA miring. Setelah itu, diinkubasi diinkubasi selama 48 jam pada suhu
selama 48 jam pada suhu 37ºC [8]. 37ºC, pengamatan dilakukan dengan
membandingkan kekeruhan media.
Cairan didalam tabung yang tidak
Pembuatan Suspensi Fungi menunjukkan pertumbuhan fungi pada
konsentrasi larutan uji terkecil diambil
Fungi C. albicans dan T. menggunakan jarum ose, kemudian
mentagrophytes yang telah diinkubasi digoreskan kedalam cawan petri yang
diambil 1 mata ose lalu diencerkan berisi media SDA tanpa larutan uji,

30
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

setelah itu diinkubasi selama 48 jam beberapa menit hingga kering dan
pada suhu 37ºC. pengamatan dimasukkan kedalam chamber yang
dilakukan dengan melihat atau sudah jenuh dengan fase gerak Cairan
tidaknya pertumbuhan fungi. Jika lempeng dibiarkan terelusi sampai
terdapat pertumbuhan fungi bersifat fase gerak mencapai batas yang
fungistatik, sedangkan jika tidak diinginkan. Lempeng dikeluarkan dari
terdapat pertumbuhan fungi bersifat bejana, kemudian ditempelkan pada
fungisid [8]. permukaan media agar dalam petri
yang masing-masing telah diinokulasi
dengan suspensi fungi C. albicans
Pemisahan Senyawa Secara dan Trichophyton mentagrophytes.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Setelah 3 jam lempeng tersebut
Uji kandungan senyawa dengan KLT. diangkat dan dipindahkan kemudian
Fase diam yang akan digunakan yaitu diinkubasi pada suhu 37°C selama 48
plat silika gel G 60F254 dengan ukuran 7 Jam lalu diamati zona hambatan yang
cm × 2,5 cm yang diaktifkan terlebih terbentuk hitung nilai Rf nya [9]
dahulu dengan pemanasan dalam
oven pada suhu 100 ºC selama 30
Analisis Data
menit. Fase gerak yang digunakan
yaitu kloroform : metanol : air dengan Data yang diperoleh kemudian
perbandingan (2:5:3) (v/v/v)). dianalisis menggunakan analysis of
Kemudian plat silika ditotolkan sampel variance (ANOVA) dan terdapat
menggunakan pipa kapiler sebanyak 5 perbedaan nyata maka dilakukan uji
kali penotolan. Plat silica dibiarkan lanjut, uji lanjut yang digunakan yaitu
beberapa menit hingga kering dan uji Tukey untuk melihat perbedaan
dimasukkan ke dalam chamber yang pada setiap konsentrasi. Analisis data
telah jenuh dengan fase gerak yang dengan bantuan software SPSS versi
digunakan. Noda yang tampak pada 24.
kromatogram kemudian diamati pada
UV dengan panjang gelombang 254 HASIL DAN PEMBAHASAN
nm dan 366 nm, kemudian dihitung
nilai Rf-nya [9]. Determinasi Tanaman Kulit Durian
Bercak dideteksi dengan pereaksi Hasil determinasi kulit durian yang
semprot Bouchardat untuk alkaloid dilakukan di Laboratorium Botani
dan akan menunjukkan warna coklat, Jurusan Biologi Fakultas MIPA
amonia untuk flavonoid menunjukkan Universitas Lampung menunjukan
warna kuning, hijau, coklat atau merah bahwa tanaman yang digunakan
muda, FeCl3 untuk tanin akan adalah benar spesies Durio zibethinus
menghasilkan warna hijau, merah, L. dari suku Malvaceae buahnya
ungu, biru atau hitam kuat, dan berbentuk bulat, bulat telur hingga
Liebermann-Burchard untuk saponin lonjong dengan panjang dan diameter
[9]. masing-masing 20 cm dan 25 cm. Kulit
buahnya tebal dan permukaan kulitnya
Pengujian Secara KLT-Bioautografi
bersudut tajam.
Senyawa aktif yang mempunyai
aktivitas antifungi kemudian dideteksi Uji Karakteristik Simplisia
menggunakan metode bioautografi Pengujian karakteristik simplisia yang
terlebih dahulu plat diaktifkan. Fraksi telah dilakukan adalah uji parameter
ditotolkan sebanyak 15× pada non spesifik simplisia, batas minimal
lempeng KLT ukuran 7×2,5 cm uji adalah tiga pengujian meliputi
menggunakan pipa kapiler, biarkan kadar air simplisia, kadar abu dan

31
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

kadar abu yang tidak larut asam. Hasil mengandung zat aktif. Pelarut etanol
pengujian karakteristik non spesifik memiliki sifat yang mampu melarutkan
simplisia dapat dilihat pada Tabel 1. hampir semua zat, baik polar dan yang
bersifat nonpolar serta
Tabel 1. Hasil uji karakteristik simplisia
kemampuannya untuk mengendapkan
Parameter Hasil Syarat [7] protein dan menghambat kerja enzim
sehingga terhindar dari proses
Kadar Air 7,8% <10%
hidrolisis dan oksidasi [10]. Ekstrak
Kadar Abu 4,6% <8,6%
Kadar Abu Tidak 2,0% <2,9% yang diperoleh yaitu 250 mL ekstrak
Larut Asam cair. Ekstrak yang diperoleh
difraksinasi dengan pelarut etanol
(polar), kloroform ( semi polar ) dan n-
Penentuan kadar air simplisia heksan ( non polar ) fraksinasi
bertujuan untuk memberikan batasan dilakukan sampe pelarut bening dan
minimal atau rentang tentang diperoleh 45 mL fraksi etanol kulit
besarnya kandungan air didalam durian pekat.
bahan. Pengujian kadar air
menggunakan metode gravimetri, Hasil Uji Daya Antifungi
kadar air kulit durian yang diperoleh
sebesar 7,8% kadar air tersebut telah Uji daya antifungi fraksi etanol ekstrak
memenuhi mutu standar simplisia kulit durian yang telah dilakukan
yang telah ditetapkan yaitu kurang dari terhadap dua fungi yang berbeda yaitu
10%. Penentuan kadar abu dan kadar T. mentagrophytes dan C. albicans.
abu tidak larut asam bertujuan untuk Hasil pengujian dapat dilihat pada
memberikan gambaran kandungan gambar 1 dan gambar 2 sebagai
mineral internal dan eksternal yang berikut.
berasal dari awal sampai terbentuknya
ekstrak. Kadar abu yang diperoleh
sebesar 4,6%, hasil yang diperoleh
telah memenuhi standar mutu 10%
60%
simplisia yang ditetapkan yaitu 8,6%.
Kadar abu tidak larut asam simplisia 80% 100%
kulit durian telah memenuhi standar 40% 20%
yaitu diperoleh hasil sebesar 2%
standar yang ditentukan yaitu tidak
lebih dari 2,6%. Simplisia yang telah (A) (B)
melewati uji karakteristik simplisia
memenuhi standar yang telah
ditetapan ini membuktikan bahwa
simplisia kulit durian adalah simplisia
yang memiliki kadar air dan
kandungan mineral internal dan Kontrol + Kontrol -
eksternal yang baik [7].

(C)
Ekstraksi dan Fraksinasi Kulit
Durian Gambar 1. Uji daya antifungi C.albicans (A)
konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 60% (B)
Pelarut yang digunakan yaitu etanol konsentrasi 80% dan 100% (C) kontrol – dan
kontrol +
dengan konsentrasi 70% karena
pelarut akan menembus dinding sel
dan masuk kedalam rongga sel yang

32
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

60% 10% Tabel 2. Diameter zona hambat


T. mentagrophytes dan Candida albicans

20%
40% 80% 100%

(A) (B)

Kontrol - Kontrol +

(C)

Gambar 2. Uji daya antifungi


T.mentagrophytes (A) konsentrasi 10%, 20%,
40% dan 60% (B) konsentrasi 80% dan 100%
(C) kontrol – dan kontrol +

Diameter zona hambat fungi T.


mentagrophytes yaitu pada
Hasil penggujian antifungi fraksi etanol
konsentrasi 10% sebesar 1,38 mm
ekstrak kulit durian terhadap
dengan respon hambatan lemah,
T. mentagrophytes dan C. albicans
konsentrasi 20% sebesar 2,80 mm
terbukti bahwa fraksi etanol ekstrak
respon hambatan lemah, konsentrasi
kulit durian dapat menghambat
40% zona hambat terbentuk sebesar
pertumbuhan fungi uji, terlihat dari
3,47 mm dengan respon hambatan
terbentuknya zona bening disekitar
lemah, konsentrasi 60% sebesar 4,82
cakram. Konsentrasi terkecil yang
mm memiliki respon hambatan lemah,
membentuk zona hambat untuk fungi
konsentrasi 80% terbentuk zona
T. mentagrophytes dan C. albicans
hambat sebesar m8,12m dengan
adalah pada konsentrasi 10% dan
respon hambatan sedang dan
konsentrasi terbesar terbentuknya
konsentrasi 100% zona hambat
zona hambat adalah pada konsentrasi
terbentuk sebesar 9,23 mm dengan
100%, sedangkan zona hambat
respon hambatan sedang. Penelitian
terbesar yang terbentuk dari setiap
ini menggunakan kontrol positif
perlakuan untuk kedua fungi uji adalah
ketokonazol pada fungi T.
kontrol positif. Hasil uji antifungi fraksi
mentagrophytes rata-rata zona
etanol ekstrak kulit durian terhadap T.
hambat yang terbentuk yaitu 32,96
mentagrophytes dan C. albicans dapat
mm dan memiliki respon hambatan
dilihat pada Tabel 2.
sangat kuat sedangkan kontrol negatif
menggunakan akuades dan tidak
terbentuk zona hambat pada sekitar
cakram dan memiliki respon hambatan
tidak ada. Konsentrasi 100% fraksi
etanol kulit durian dibandingkan
dengan kontrol positif ketokonazole
tidak lebih baik menghambat T.
mentagrophytes.

33
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

Rata-rata zona hambat yang terbentuk iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium
pada fungi C. albicans pada iodida menghasilkan ion I3- yang
konsentrasi 10% adalah sebesar 2,76 berwarna coklat. Uji bouchardat ion K +
mm dan konsentrasi 20% sebesar akan membentuk ikatan kovalen
4,46 mm kedua konsentrasi ini koordinat dengan nitrogen pada
memiliki respon hambatan lemah. alkaloid membentuk kompleks kalium-
Konsentrasi 40% rata-rata zona alkaloid yang mengendap [11].
hambat yang terbentuk adalah
Hasil penampang bercak kromatografi
sebesar 5,70 mm dan memiliki respon
lapis tipis pada pereaksi amoniak
hambatan sedang, konsentrassi 60%
menunjukkan hasil positif flavonoid
sebesar 6,50 mm respon hambatan
karena terbentuknya warna jingga
sedang. Konsentrasi 80% dan 100%
setelah pereaksi disemprotkan pada
berturut-turut terbentuk zona hambat
plat KLT. Hasil pereaksi tanin warna
dengan rata-rata sebesar 7,14 mm
yang terbentuk pada plat KLT
dan 8,30 mm, kedua konsentrasi ini
menunjukkan warna hitam, perubahan
memiliki respon hambatan sedang.
warna pada plat ini menunjukkan hasil
Fungi uji C. albicans menggunakan
positif senyawa tanin didalam fraksi
kontrol positif ketokonazole terbentuk
etanol ekstrak kulit durian. Perubahan
rata-rata zona hambat sebesar 17,17
warna ini karena terbentuknya
mm dan memiliki respon hambatan
senyawa kompleks tanin dengan
kuat, kontrol negatif menggunakan
logam Fe. Senyawa kompleks
akuades, pada kontrol negatif tidak
terbentuk karena adanya ikatan
terbentuk zona hambat disekitar
kovalen koordinasi antara ion atau
cakram dengan respon hambatan
atom logam dengan atom non logam
tidak ada. Konsentrasi fraksi etanol
[12].
100% di bandingkan dengan kontrol
positif lebih baik kontrol positif dalam
menghambat fungi C. albicans.
Hasil uji dengan pereaksi liberman-
bouchardat untuk uji saponin
Setelah diperoleh data diameter zona menunjukan hasil negatif pada reaksi
hambat dilakukan uji statistik. Hasil warna karena tidak terbentuk warna
dari uji homogenitas diperoleh data ungu pada plat KLT, setelah dilakukan
yang homogen, nilai signifikan yang uji pendahuluan dengan uji busa
diperoleh lebih besar dari 0,05 yaitu menunjukkan hasil positif ditandai
sebesar 0,120 untuk data fungi T. dengan busa yang bertahan lebih dari
mentagrophytes dan fungi C. albicans
10 menit. Perhitungan rf diperoleh nilai
diperoleh nilai signifikan lebih besar sebesar 0,76, sedangkan pada
dari 0,05 yaitu sebesar 0,279, data penelitian terkait baku pembanding
homogen telah memenuhi syarat uji saponin menggunakan saponin murni
ANOVA dan uji lanjut menggunakan diperoleh nilai rf sebesar 0,8. Nilai rf
uji lanjut Tukey. yang diperoleh pada penelitian ini
mendekati nilai rf tersebut [13]
Pengujian Secara Kromatografi penelitian ekstrak kulit durian yang
Lapis Tipis (KLT) telah dilakukan ekstrak kulit durian
Hasil penampang bercak kromatografi positif mengandung senyawa
lapis tipis menunjukkan hasil positif metabolit sekunder saponin [2].
mengandung alkaloid setelah Timbulnya busa menunjukkan adanya
disemprot dengan pereaksi glikosida yang mempunyai
bouchardat ditandai dengan terbentuk kemampuan membentuk buih dalam
warna coklat pada plat KLT. air yang terhidrolisis menjadi glukosa
Pembuatan pereaksi buouchardat dan senyawa lainnya.

34
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

sehingga merusak membran sel fungi


dan diikuti dengan keluarnya senyawa
Bercak noda pada plat KLT yang
intraseluler [17]. Mekanisme antifungi
diperoleh setelah penyemprotan FeCl3
alkaloid yaitu dengan bekerja
untuk senyawa tanin diperoleh nilai rf
menghambat enzim yang berperan
sebesar 0,58 penelitian terkait
dalam replikasi DNA. Inhibisi replikasi
identifikasi senyawa tanin pada daun
DNA menyebabkan fungi tidak dapat
kemuning diperoleh nilai rf 0,6 dan
melakukan pembelahan sehingga
pada penelitian daun sirsak
menghambat pertumbuhan fungi.
didapatkan nilai rf sebesar 0,56. Nilai
Interaksi antara senyawa saponin
rf pada penelitian ini untuk senyawa
dengan dinding sel mengakibatkan
tanin mendekati nilai rf kedua
rusaknya dinding sel dan membran sel
penelitian tersebut maka dapat
hingga akhirnya dinding dan membran
disimpulkan bahwa pada fraksi etanol
sel fungi lisis [17]. Senyawa tanin
ekstrak kulit durian positif
memiliki aktivitas antifungi dengan
mengandung senyawa tanin
cara menghambat sintesis kitin yang
dipertegas dengan reaksi warna yang
digunakan untuk pembentukkan
berubah menjadi warna hitam [14].
dinding sel pada fungi dan merusak
Nilai rf alkaloid yang diperoleh dari membran sel sehingga pertumbuhan
fraksi etanol ekstrak kulit durian yaitu fungi terhambat [18].
0,64. Berdasarkan harbone nilai rf
Pengujian Secara KLT-Bioautografi
yang paling umum adalah pada
kisaran 0,07-0,62 nilai rf yang Metode ini didasarkan atas difusi
diperoleh tidak termasuk dalam senyawa yang telah dipisahkan
golongan alkaloid paling umum namun dengan kromatografi lapis tipis (KLT).
pada identifikasi bercak melalui Pengujian antifungi terbukti bahwa
penyemprotan terbentuk warna coklat fraksi etanol ekstrak kulit durian
menunjukkan bahwa fraksi etanol memiliki aktivitas sebagai antifungi
mengandung senyawa alkaloid [15]. untuk kemudian dapat dilakukan uji
bioautografi untuk mengetahui
Pereaksi amoniak yang digunakan
senyawa yang paling aktif dalam
untuk uji flavonoid diperoleh nilai rf
menghambat fungi T. mentagrophytes
yaitu 0,7 pada penelitian uji
dan C.albicans. Hasil dari uji
kemampuan produksi flavonoid dari
bioautografi adalah terdapat zona
benalu teh menunjukkan nilai rf
bening pada 3 cm lempeng media
flavonoid yaitu 0,68 dan 0,69 yang
yang telah digambar untuk fungi T.
termasuk kedalam flavonoid kuersetin.
mentagrophytes dan C.albicans
Penelitian fraksi etanol ekstrak kulit
terdapat zona bening pada 3.5 cm.
durian nilai rf mendekati nilai rf
kuersetin dan identifikasi warna Nilai Rf yang diperoleh
menunjukkan warna jingga, dapat T.mentagrophytes yaitu 0,6, nilai rf
disimpulkan bahwa fraksi etanol bioatografi mendekati nilai rf senyawa
ekstrak kulit durian mengandung tanin yaitu 0,58, ini disebabkan karena
senyawa flavonoid golongan kuersetin mekanisme kerja senyawa tanin yaitu
[16]. cara menghambat sintesis kitin yang
digunakan untuk pembentukkan
Senyawa metabolit sekunder pada
dinding sel pada fungi dan merusak
fraksi etanol ekstrak kulit durian yaitu
membran sel sehingga pertumbuhan
senyawa flavonoid, tanin, alkaloid dan
fungi terhambat [18].
saponin. Senyawa flavonoid berperan
penting dalam interkelasi atau ikatan
hidrogen dengan senyawa kompleks
dari protein ekstraseluler dan terlarut

35
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

Zona bening pada uji KLT bioautografi konsentrasi 8% dan bersifat


fungi uji C. albicans diperoleh nilai rf fungistatik.
yaitu 0,7, nilai rf bioatografi C. albicans
dibandingkan dengan nilai rf bercak
Kesimpulan
KLT sama dengan nilai rf senyawa
aktif flavonoid. Mekanisme kerja Berdasarkan penelitian yang telah
flavonoid sebagai antifungi yaitu dilakukan pada penelitian ini dapat
senyawa flavonoid berperan penting disimpulkan bahwa :
dalam interkelasi atau ikatan hidrogen 1. Fraksi etanol ekstrak kulit durian
dengan senyawa kompleks dari memiliki aktivitas antifungi terhadap
protein ekstraseluler dan terlarut T. mentagrophytes dan C.albicans
sehingga merusak membran sel fungi 2. Fraksi etanol ekstrak kulit durian
dan diikuti dengan keluarnya senyawa positif mengandung senyawa
intraseluler. flavonoid, tanin, saponin dan
alkaloid yang mempunyai aktivitas
antifungi, senyawa aktif yang paling
Uji Konsentrasi Hambat Minimum
efektif menghambat pertumbuhan
(KHM)
fungi T. mentagrophytes yaitu tanin
dengan nilai rf 0,6. dan senyawa
yang paling efektif menghambat
Konsentrasi hambat minimum (KHM)
pertumbuhan fungi C.albicans yaitu
adalah konsentrasi terendah dari
flavonoid dengan nilai rf 0,7.
suatu zat uji yang dapat menghambat
3. Konsentrasi hambat minimum fraksi
pertumbuhan fungi uji. Uji KHM
etanol kulit durian untukfungi T.
dilakukan pada konsentrasi terendah
mentagrophytes yaitu pada
yang memberikan zona hambat pada
konsentrasi 7%, untuk fungi
fungi uji. Konsentrasi terendah yang
C.albicans pada konsentrasi 8%,
memberikan zona hambat pada media
keduanya bersifat fungistatik.
SDA yaitu konsentrasi 10% terhadap
fungi T. mentagrophytes maupun C. Saran
albicans. Uji KHM parameter yang
Berdasarkan penelitian yang telah
digunakan yaitu dengan melihat
dilakukan, maka penelitian lebih lanjut
kekeruhan pada media SDB dengan
disarankan untuk pengujian antifungi
fungi uji dan zat uji yang telah
menggunakan fraksi lain dan isolasi
ditambahkan.
senyawa antifungi.
Uji KHM dilakukan pada beberapa
konsentrasi yaitu mulai dari 1%-9%.
Larutan didalam tabung reaksi mulai UCAPAN TERIMAKASIH
jernih menandakan pertumbuhan
kedua fungi mulai terhambat oleh Terimakasih untuk Ketua laboratorium
fraksi etanol dari ekstrak kulit durian. FMIPA, Prodi Farmasi Universitas
Fraksi etanol ekstrak kulit durian Tulang Bawang (Bapak Isbiantoro,
terhadap pertumbuhan fungi T. S.Si.,Apt.) dan staf yang telah
mentagrophytes dilihat dari mengijinkan dan membantu peneliti
kekeruhannya menghasilkan nilai menyeleseikan penelitian ini.
konsentrasi KHM yaitu sebesar 7%
dan bersifat fungistatik ditandai
dengan adanya pertumbuhan fungi
pada media SDA. Fungi uji C. albicans
menghasilkan nilai KHM pada

36
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

DAFTAR PUSTAKA
Senyawa Antikapang,” Junal
Ilmu Kefarmasian Indones., vol.
[1] N. Arlofa, “Uji Kandungan
6, no. 2, pp. 75–79, 2008.
Senyawa Fitokimia Kulit Durian
sebagai Bahan Aktif Pembuatan [10] Voigt, Buku Pelajaran Teknologi
Sabun,” Chemtechhemtech, vol. Farmasi. Yogyakarta: Gajah
1, no. 1, pp. 18–22, 2015. Mada Univercity Press., 1994.
[2] H. Setyowati, H. Z. Hanifah, and [11] A. Maliana, “Aktivitas
R. P. Nugraheni, “Krim Kulit Antioksidan Ekstrak Etanol
Buah Durian (Durio zibethinus Daun Andong (Cordiline
L.) Sebagai Obat Herbal fruticosa (L) A. (Cheval),”
Pengobatan Infeksi Jamur Mulawarman Sci., vol. 11, no. 1,
Candida albicans,” MFI, vol. 8, p. 1412–498X, 2012.
no. 2, pp. 1–7, 2013. [12] Effendy, Perspektif Baru Kimia
[3] Tjay and K. Rahardja, Obat- Koordinasi Jilid I, I. Malang:
obat Penting. Jakarta: PT.Elex Banyu Media Publishing, 2007.
Media Komputindo, 2002. [13] D. S. Sopianti and D. W. Sary,
[4] K. Irianto, Mikrobiologi Medis “Skrining Fitokimia Dan Profil
(Medical Microbiology). KLT Metabolit Sekunder Dari
Bandung: alfabeta, 2013. Daun Ruku-ruku (Ocimum
tenulflorum L.) Dan Daun
[5] Muhaimin, “Isolasi dan
Kemangi (Ocimum sanctum L),”
Karakterisktik Senyawa Bioaktif
SCIENTIA, vol. 8, no. 1, pp. 44–
Antijamur Trichophyton
52, 2018.
mentagrophytes Penyebab
Penyakit Kurap dari Biji Buah [14] G. G. Kusumo, M. A. H. F. F,
Biraksa (Cassia Fistula L.).,” and H. Asroriyah, “Identifikasi
Ind. Soc. Integ. Chem, vol. 6, Senyawa Tanin Pada Daun
no. 2, 2014. Kemuning ( Murraya panicullata
L . Jack ) Dengan Berbagai
[6] S. Juariah and S. Wahyuni,
Jenis Pelarut Pengekstraksi,” J.
“Efektivitas Ekstrak Kulit Durian
Pharm. Sci., vol. 2, no. 1, pp.
(Durio zibethinus L.) Sebagai
29–32, 2017.
Penghambat Pertumbuhan
Trichophyton mentagrophytes,” [15] Harbone, Metode Fitokimia”
J. Anal. Kesehat., no. August, Penuntun Cara Analisis, 2nd ed.
2017. Bandung: Institut Teknologi
Bandung, 1987.
[7] D. K. RI, Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. [16] J. A. Priyanto, S. Pujiyanto, and
Jakarta: departemen kesehatan I. Rukmi, “Flavonoids
RI, 2000. Production Capability Test of
Tea Mistletoe ( Scurrula
[8] B. . Lay, Analisis Mikroba di
atropurpurea BL . Dans )
Laboratorium. Jakarta: PT.
Endophytic Bacteria Isolates
Grafindo Persada, 1994.
Jurnal Sains dan Matematika,”
[9] E. Kusumaningtyas, Estie JSM, vol. 22, no. 4, pp. 89–96,
Astuti, and Darmono, 2014.
“Sensitivitas Metode
[17] Ernawati and K. Sari,
Bioautografi Kontak Dan Agar
“Kandungan Senyawa Kimia
Overlay Dalam Penentuan

37
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

Dan Aktivitas Antibakteri


Ekstrak Kulit Buah Alpukat
(Persea americana P.Mill)
Terhadap Bakteri Vibrio
alginolyticus,” J. Kaji. Vetiriner,
vol. 3, no. 2, pp. 203–211, 2015.
[18] W. Christoper, D. Natalia, and
S. Rahmayanti, “Artikel
Penelitian Uji Aktivitas Antijamur
Ekstrak Etanol Umbi Bawang
Dayak ( Eleutherine americana (
Aubl .) Merr . Ex K . Heyne .)
terhadap Trichophyton
mentagrophytes secara In
Vitro,” J. Kesehat. Andalas, vol.
6, no. 3, pp. 685–689, 2017.

38
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol 8. No. 1 Juni 2019

39

View publication stats

You might also like