You are on page 1of 12

PERANAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA

DALAM PENINGKATAN KINERJA PROYEK KONSTRUKSI

Agung Sutarto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES)
Kampus Unnes Gd E4, Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229

Abstract : The system of work safety management is a very urgent to construction industry in order
to create safety and peaceful atmosphere in a work area. This will help to improve the relationship
between employees and their employer and will smooth the production process to be applied. This
research was carried out to analyze how far the application of the system of work safety
management in construction project, any kind of factors influencing it and also how its bearing with
improvement of project performance. Responder in this research is the contractor which exist in
Semarang. The result of research obtained express that 88,6% responder have applied the system
of work safety management in each project of construction done. As for factors in application of the
system of work safety management in project of divisible construction in three factor that are
Management Role, Condition and Environment Work and also Awareness and Worker Quality, at a
time or with having an effect on significant to Performance of Project of Construction measured in
parameter of time efficiency, expense efficiency, improvement of quality result of work and also the
working activity improvement. While by partial most dominant factor have an effect on to
Performance of Construction Project is Condition and Environment Work.

Key-words : the system of work safety management, management role, condition and environment
work, awareness and worker quality, performance of construction project.

Abstrak : Sistem manajemen keselamatan kerja sangat penting dalam dunia industri untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan nyaman dalam lingkungan kerja. Sistem ini akan
membantu meningkatkan hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja serta untuk memudahkan
selama proses produksi berjalan. Penelitian ini didasarkan atas analisis tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan kerja di proyek konstruksi, beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya
dan juga cara untuk peningkatan proyek. Responden dari penelitian ini adalah kontraktor yang ada
di kota Semarang. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa sebanyak 88,6% dari total
responden telah menerapkan sistem manajemen keselamatan kerja di proyeknya selama proyek
berlangsung. Salah satu faktor dalam aplikasi sistem manajemen keselamatan kerja di proyek
konstruksi, menjadi tiga faktor yaitu peran manajemen, kondisi dan lingkungan kerja dan juga
kesadaran dan kualitas pekerja, dalam saat waktu pelaksanaan atau dengan efek yang signifikan
terhadap manfaat proyek yang diukur dalam parameter efisiensi, nilai efisiensi, peningkatan dari
hasil kualitas kerja dan juga peningkatan aktivitas pekerjaan, serta sebagian faktor yang dominan
terhadap efek dari proyek penampilan kosntruksi adalah kondisi dan lingkungan kerja.

Kata kunci : sistem manajemen keselamatan kerja, peran manajemen, kondisi dan lingkungan
kerja, kesadaran dan kualitas pekerja, kinerja proyek konstruksi

PENDAHULUAN utama seperti konstruksi, pertambangan dan


Penelitian ini didasarkan pada kenyataan manufaktur.
tentang kurangnya perhatian perusahaan Laporan ILO, Global Estimates Fatalities,
konstruksi terhadap keselamatan kerja. in 2002, memperlihatkan bahwa dibandingkan
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dengan negara-negara di Asia Tenggara,
menyatakan sekitar dua juta orang kehilangan standar keselamatan Indonesia masuk peringkat
nyawa mereka setiap tahun akibat kecelakaan, terburuk. Hingga kini, sekitar 57.000 kecelakaan
luka-luka atau penyakit di tempat kerja. Pada terjadi, angka itu setara dengan 300 kecelakaan
beberapa negara berkembang, kecelakaan dan per hari. Laporan terakhir dari Dewan
penyakit akibat bekerja terjadi di industri-industri Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia

Peranan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dalam Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi – Agung Sutarto 115
menyebutkan, dari 16.000 perusahaan lokal, 2. Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor
hanya 80 diantaranya yang telah sesuai dengan dalam pelaksanaan sistem manajemen
peraturan dan mendapatkan sertifikat bebas keselamatan kerja terhadap kinerja proyek
kecelakaan (zero accident). konstruksi yang diukur dalam parameter
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa efisiensi waktu, efisiensi biaya, peningkatan
keselamatan kerja merupakan hal yang sangat kualitas kerja dan peningkatan kegiatan
penting dalam industri jasa konstruksi, namun kerja.
demikian masalah Keselamatan Kerja seringkali
Tujuan Penelitian
luput dari perhatian pihak-pihak yang terlibat
Tujuan dari penelitian ini adalah:
dalam proses pelaksanaan konstruksi. Bahkan
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
tidak jarang masalah keselamatan kerja oleh
mempengaruhi pelaksanaan sistem
sebagian besar kalangan cenderung diabaikan
manajemen keselamatan kerja pada proyek
dan hanya sedikit saja pihak yang ingin
konstruksi.
memperhatikan masalah ini secara sungguh-
2. Menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor
sungguh.
dalam pelaksanaan sistem manajemen
Keselamatan kerja sangat erat
keselamatan kerja terhadap kinerja proyek
hubungannya dengan peningkatan kinerja
konstruksi.
proyek konstruksi. Dengan adanya sistem
manajemen keselamatan kerja akan membawa
Manfaat Penelitian
iklim keamanan dan ketenangan kerja, sehingga
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
sangat membantu hubungan tenaga kerja dan
memberikan manfaat sebagai berikut:
pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi
1. Memberikan masukan tentang peranan
terciptanya kelancaran produksi. Fakta
sistem manajemen keselamatan kerja pada
menunjukkan bahwa industri jasa konstruksi
kontraktor sebagai pelaksana proyek
merupakan salah satu sektor industri yang
konstruksi untuk menekan dan
mempunyai resiko kecelakaan cukup tinggi.
mengendalikan timbulnya kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, sudah saatnya para pelaku
2. Memberikan motivasi pada para pekerja
industri jasa konstruksi secara bersama-sama
konstruksi untuk senantiasa menerapkan
memikirkan penerapan sistem manajemen
disiplin kerja yang tinggi untuk mencegah
keselamatan kerja konstruksi yang lebih baik
timbulnya kecelakaan kerja.
dalam pelaksanaan proyek.
TINJAUAN PUSTAKA
Perumusan Masalah
Pengertian Kecelakaan dan Keselamatan
Masalah yang akan dibahas dalam
Kerja
penelitian ini adalah:
Kerja adalah kegiatan fisik dan atau psikis
1. Faktor-faktor apa sajakah yang
untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara
mempengaruhi pelaksanaan sistem
menghasilkan barang/karya/jasa untuk
manajemen keselamatan kerja pada proyek
memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan
konstruksi,
aspek hukum, kerja adalah yang dilakukan

116 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 115 – 126
buruh untuk majikan dalam hubungan kerja a. Keadaan tempat (lingkungan) dan
dengan menerima upah. Apabila ditinjau dari peralatan kerja yang berbahaya, misalnya
aspek spiritual, kerja merupakan ibadah. Jadi lantai tempat kerja licin, ruangan kerja
kerja (pekerjaan) yang baik adalah yang panas suhunya, berisik, alat-alat kerja
memenuhi dari semua aspek di atas (Crites rusak dan tidak dilindungi, dan lain
dalam Bambang, 2004). sebagainya.
Menurut Suma’mur P.K (1996), b. Perilaku dalam bekerja yang sangat keliru,
pengertian kecelakaan akibat kerja adalah misalnya yang bersangkutan tidak
kecelakaan berkaitan dengan hubungan kerja mengikuti prosedur kerja yang berlaku.
pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat c. Penyebab-penyebab yang pada saat itu di
berarti, bahwa kecelakaan terjadi karena luar jangkauan pemikiran orang-orang yang
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan terlibat di dalamnya sebagai akibat
pekerjaan. pengembangan metode kerja.
Keselamatan kerja adalah usaha-usaha
Akibat Kecelakaan Kerja
yang dapat menjamin keadaan dan
Menurut Napitupulu (1989), setiap kali
kesempurnaan pekerja (baik jasmaniah maupun
kecelakaan kerja terjadi, maka karyawan,
rohaniah) beserta hasil karyanya dan alat-alat
pimpinan perusahaan (management) dan
kerjanya di tempat kerja. Usaha-usaha tersebut
negara akan dirugikan. Singkatnya adalah,
harus dilakukan oleh semua unsur yang terlibat
semua pihak akan dirugikan karena kecelakaan
dalam proses kerja yaitu pekerja itu sendiri,
itu sendiri.
pengawas (kepala kelompok kerja),
1. Kerugian terhadap karyawan, antara lain:
perusahaan, pemerintah dan masyarakat pada
a. Menderita rasa sakit, takut dan
umumnya. Tanpa ada kerjasama yang baik
berduka cita
antara semua unsur tersebut mustahil
b. Cacat tubuh
keselamatan kerja dapat diwujudkan secara
c. Tidak mampu lagi bekerja sama
maksimal (Bambang, 2004).
d. Menderita gangguan jiwa
Penyebab Kecelakaan Kerja e. Kehilangan nafkah dan masa depan
Menurut Napitupulu (1989), jika dikaji f. Tidak dapat menikmati kehidupan
sebab-sebab dari setiap kasus kecelakaan yang layak dan sebagainya
kerja, maka akan selalu didapatkan kesulitan 2. Kerugian terhadap pimpinan perusahaan
dalam pengkajian tersebut. Untuk mengatasi hal (management) antara lain:
ini maka perlu menggolongkan kecelakaan kerja a. Kehilangan produksi kerja/waktu kerja
ke dalam kelompok umum penyebabnya, b. Kualitas dan kuantitas kerja menurun
sehingga akan lebih memudahkan upaya c. Bertambahnya kerja lembur (karena
pencegahan dan penanggulangan setiap untuk mengganti waktu kerja yang
kecelakaan itu sendiri, sehingga sebab-sebab hilang)
umum kecelakaan kerja adalah sebagai berikut : d. Perbaikan dan pemindahan mesin-
mesin dan alat-alat kerja lainnya

Peranan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dalam Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi – Agung Sutarto 117
e. Kehilangan waktu kerja bagi kesulitan dalam menganalisis terhadap adanya
karyawan/staff lainnya untuk kecelakaan itu sendiri. Corak umum tersebut
i. Penyelidikan kecelakaan itu adalah sebagai berikut:
ii. Membantu karyawan yang a. Terkena oleh sesuatu benda / manusia
menderita kecelakaan b. Menabrak sesuatu benda /manusia
iii. Melihat/menonton kecelakaan c. Jatuh dari tempat tinggi
itu d. Jatuh dari dan di tempat permukaan
iv. Memberikan simpatinya dan yang sama (misalnya terpeleset)
lain sebagainya e. Terperangkap oleh/di bawah/diantara
f. Penempatan dan latihan terhadap suatu benda
karyawan yang menderita kecelakaan f. Tergores /tergosok oleh suatu benda
(setelah sembuh) untuk pekerjaan g. Reaksi langsung dari tubuh
baru h. Usaha yang berlebihan
g. Pengobatan i. Tersengat aliran listrik
h. Asuransi/kompensasi bagi penderita j. Terkena benda yang sangat panas,
kecelakaan sinar, zat-zat kimia, dan lain sebagainya
i. Kehilangan kepercayaan dari
Sistem Manajemen Keselamatan Kerja
karyawan lainnya dan lingkungannya
Sistem ini merupakan bagian dari sistem
3. Kerugian karyawan (yang mendapatkan
manajemen secara keseluruhan yang meliputi
kecelakaan) antara lain:
struktur organisasi, kegiatan perencanaan,
a. Tidak ada yang mencari nafkah lagi
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
b. Larangan-larangan/pembatasan-
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pembatasan ruang gerak
pengembangan penerapan. Pencapaian
c. Kehilangan kasih sayang
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
Problematika Kecelakaan Kerja keselamatan kerja dalam rangka pengendalian
Menurut Napitupulu (1989), setiap terjadi resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja.
kecelakaan kerja maka dapat digolongkan ke Guna tercapainya tempat kerja dan lingkungan
dalam salah satu dari bermacam corak umum kerja yang aman, efisien dan produktif (Gempur
kecelakaan kerja, sehingga dapat mengurangi Santoso, 2004).

Komitmen dan
Peningkatan kebijaksanaan
berkelanjutan

Perencanaan

Peninjauan dan
peningkatan manajemen Pengukuran Pelaksanaan

Gambar. 2.1 Sistem Model Manajemen Keselamatan Kerja

118 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 115 – 126
Kinerja Proyek Konstruksi Responden Penelitian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Responden dalam penelitian ini adalah
kinerja mempunyai arti sebagai sesuatu yang para direktur, site manajer maupun pelaksana
dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Moon yang bekerja pada kontraktor yang ada di
dan Philip dalam bukunya yang berjudul wilayah Kota Semarang, tanpa dibedakan kelas
Penilaian Kinerja Karyawan menyebutkan kontraktornya. Data kontraktor diperoleh melalui
bahwa secara luas kinerja dibagi antara lain daftar keanggotaan kontraktor pada Gapensi di
oleh: Semarang tahun 2006. Berdasarkan 60
a. Pendidikan, pengalaman kerja, kuesioner yang disebarkan, kuesioner yang
ketrampilan, ketelitian dan kedisiplinan. kembali sejumlah 50, sedangkan yang
Dengan adanya pendidikan, pengalaman memenuhi kriteria untuk dapat digunakan
kerja, ketrampilan, ketelitian dan sebanyak 44 kuesioner.
kedisiplinan yang memadai maka
Jenis dan Sumber Data
diharapkan karyawan dapat berproduksi
a. Data primer
secara maksimal.
Data primer adalah data yang secara
b. Sumber daya yang tersedia, kinerja
langsung diperoleh dari responden
dipengaruhi oleh sumber daya yang
berdasarkan kuesioner (daftar pertanyaan)
tersedia. Sumber daya ini dapat berupa
yang terisi dengan benar dan dikembalikan
perlengkapan kerja, ruang kantor, staf
kepada peneliti.
pendukung, kontrol penganggaran, akses
b. Data sekunder
ke teknologi atau informasi.
Data sekunder merupakan data yang
c. Kualitas dan gaya manajemen yang ada,
diperoleh dari berbagai literatur dan
kinerja tergantung pada kualitas dan gaya
penelitian terdahulu yang ada kaitannya
manajemen yang diberikan, namun
dengan penelitian ini.
demikian ada pula faktor-faktor yang
menghalangi penilaian kinerja.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner
METODOLOGI PENELITIAN
sebagai instrumen pengumpulan data.
Metode Penelitian
Pertanyaan yang ada dalam kuesioner bersifat
Penelitian ini menggunakan metode
tertutup, dengan pilihan jawaban tersedia di
deskriptif, yaitu metode penelitian yang
dalamnya. Pertanyaan dalam kuesioner
dirancang untuk mengumpulkan informasi
menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi
tentang keadaan-keadaan yang sedang terjadi.
pelaksanaan program keselamatan dan
Untuk mendapat data di dalam penelitian ini
kesehatan kerja pada proyek konstruksi.
digunakan teknik survei, yaitu penelitian dengan
Kuesioner yang disebarkan terdiri dari:
mengambil sample dari populasi dan
a. Data umum, berisi tentang data pribadi
menggunakan daftar pertanyaan (angket)
responden berupa nama dan alamat
sebagai alat pengumpul yang utama.
perusahaan tempat bekerja, latar

Peranan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dalam Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi – Agung Sutarto 119
belakang pendidikan, pengalaman Variabel terikat
kerja, jenis proyek yang banyak Variabel terikat (dependent variable=Y)
dikerjakan, dan pelaksanaan program adalah kinerja proyek konstruksi. Untuk
keselamatan dan kesehatan kerja di mengetahui kinerja proyek konstruksi tersebut
proyek yang dikerjakan. digunakan parameter dengan variabel-variabel
b. Data tentang faktor-faktor yang sebagai berikut:
mempengaruhi pelaksanaan program 1. Variabel efisiensi waktu
keselamatan dan kesehatan kerja pada 2. Variabel efisiensi biaya
proyek konstruksi yang terbagi dalam 3. Variabel peningkatan kualitas
tiga faktor, yaitu peranan manajemen, 4. Variabel peningkatan kegiatan kerja
kondisi dan lingkungan kerja serta Untuk mengetahui tingkat kesetujuan
kesadaran dan kualitas pekerja. responden terhadap parameter kinerja proyek
c. Data mengenai kinerja berdasarkan yang dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan
parameter efisiensi waktu, efisiensi program keselamatan dan kesehatan kerja
biaya, peningkatan kualitas serta digunakan Skala Likert 1-5 dengan kriteria
peningkatan kegiatan kerja proyek sangat tidak setuju sampai sangat setuju.
konstruksi.
Metode Analisis
Penentuan Variabel dan Cara Pengukuran Data yang didapat dari responden
Variabel-variabel yang akan diukur dalam kemudian dianalisis dengan Program Statistical
penelitian ini dibedakan menjadi variabel bebas Program for Social Sciences (SPSS) Versi 10.0.
(independent variable) dan variabel terikat Analisis data meliputi:
(dependent variable). 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
dalam pelaksanaan program keselamatan
Variabel bebas
dan kesehatan kerja terhadap kinerja
Variabel bebas (independent variable)
proyek konstruksi digunakan analisis
adalah faktor-faktor yang mendukung maupun
regresi berganda (Multiple Regression
menghambat pelaksanaan sistem manajemen
Analysis). Rumus yang digunakan adalah :
keselamatan kerja yang dapat mempengaruhi
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3
kinerja dari proyek konstruksi dengan variabel:
Keterangan :
1. Peranan manajemen
Y : kinerja proyek konstruksi
2. Kondisi dan lingkungan kerja
X1 : peranan manajemen
3. Kesadaran dan kualitas pekerja
X2 : kondisi dan lingkungan kerja
Untuk mengetahui tingkat pengaruh
X3 : kesadaran dan kualitas
masing-masing faktor-faktor tersebut dalam
pekerja
pelaksanaan sistem manajemen keselamatan
a : konstanta (intersep)
kerja pada proyek konstruksi, digunakan Skala
b1, b2, Ebn : koefisien regresi parsial
Likert 1-5 dengan kriteria tidak berpengaruh
variabel independent
sampai sangat berpengaruh.

120 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 115 – 126
Nilai a, b1, b2, E..bn dihitung dengan keselamatan kerja serta kinerja proyek
metode kuadrat terkecil. konstruksi disajikan berdasarkan kriteria
2. Untuk mengetahui pengaruh ketiga faktor pengaruh dengan skala:
dalam pelaksanaan program keselamatan 0,00 – 1,75 = rendah
dan kesehatan kerja terhadap kinerja 1,76 – 3,50 = sedang
proyek konstruksi digunakan analisis 3,51 – 5,00 = tinggi
Varian (F-test) dan analisis Student (t-test). Berdasarkan tabel. 4.1 maka dapat
dijelaskan kriteria masing-masing variabel
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN sebagai berikut :
Data Umum Responden
Variabel Peranan Manajemen
Jumlah responden
Sebagian besar responden menyatakan
Pada penelitian ini digunakan responden
bahwa manajemen memiliki peran yang
sebanyak 44 kontraktor, yaitu responden yang
sangat dominan dalam pelaksanaan sistem
mengisi kuesioner dengan benar dan
manajemen keselamatan kerja. Para
memberikan informasi yang dapat
responden yang terdiri dari direktur, site
dipertanggungjawabkan.
manajer dan pelaksana memiliki kesamaan
Data jabatan responden pendapat bahwa pembentukan panitia
Responden yang mengisi data penelitian pembina keselamatan dan kesehatan kerja,
ini terdiri dari berbagai tingkat jabatan. Jabatan memberikan penyuluhan tentang K3 pada
terendah responden adalah Site Manajer, 12 pekerja, penyelenggaraan pelatihan dan
orang (27,3%) sedangkan Direktur dan pengarahan kerja, mempertegas pemberian
Pelaksana memiliki prosentase yang sama sanksi bagi pelanggaran prosedur kerja,
36,4% (16 orang), sehingga responden cukup sangat penting untuk dilaksanakan untuk
kompeten untuk mengisi kuesioner. mendukung pelaksanaan sistem
keselamatan kerja di proyek konstruksi. Hal
Latar-belakang pendidikan pesponden
ini terbukti dengan skor yang tinggi pada
Latar belakang pendidikan responden
tabel 4.1. Akan tetapi pendapat bahwa
yang paling banyak adalah Sarjana S1 (59,1%)
penyelenggaraan sistem keselamatan kerja
disusul oleh Diploma 20,5% dan SMA/STM
di proyek konstruksi itu mahal, hasilnya
sebanyak 15,9%, sehingga responden dianggap
tidak dapat dinikmati dan menghambat
memiliki pengetahuan yang cukup untuk
proses produksi juga masih menjadi
memberikan jawaban dari kuesioner yang
pertimbangan para responden untuk
disebarkan.
menerapkan sistem keselamatan kerja di
proyek konstruksi yang dikerjakannya.
Deskripsi Hasil Penelitian
Data hasil penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan sistem

Peranan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dalam Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi – Agung Sutarto 121
Tabel. 4.1 Kriteria faktor-faktor sistem keselamatan kerja
No Uraian Skor Kriteria
I Variabel Peranan Manajemen
1 Pembentukan panitia pembina K3 4.09 Tinggi
2 Penyuluhan dan penjelasan tentang K3 4.14 Tinggi
3 Penyelenggaraan pelatihan dan pengarahan kerja 4.30 Tinggi
4 Pemberian sanksi bila tak menggunakan alat 4.02 Tinggi
keselamatan kerja
5 Pimpinan belum menyadari K3 3.36 Sedang
6 Pimpinan menganggap biaya K3 mahal 3.64 Tinggi
7 Pimpinan menganggap hasil K3 tidak langsung 3.48 Sedang
dinikmati
8 Pimpinan menganggap K3 menghambat proses 2.98 Sedang
produksi
Nilai rata-rata 3.75 Tinggi
II Variabel Kondisi dan Lingkungan Kerja
1 Tersedianya peralatan keselamatan kerja 4.36 Tinggi
2 Tempat kerja aman dan luas 3.80 Tinggi
3 Alat-alat kerja dalam kondisi yang layak 4.43 Tinggi
4 Tersedia alat penanggulangan kebakaran 3.91 Tinggi
Nilai rata-rata 4.00 Tinggi
III Kesadaran dan Kualitas Pekerja
1 Kedisiplinan dalam penggunaan alat pengaman 4.36 Tinggi
2 Ketaatan terhadap prosedur kerja 4.07 Tinggi
3 Pengalaman kerja yang memadai 4.27 Tinggi
4 Ketertiban dalam mengikuti pelatihan kerja 4.02 Tinggi
Nilai rata-rata 4.18 Tinggi
IV Variabel Kinerja Proyek
1 Variabel efisiensi waktu 3.85 Tinggi
2 Variabel efisiensi biaya 3.82 Tinggi
3 Variabel peningkatan kualitas hasil kerja 4.26 Tinggi
4 Variabel peningkatan kegiatan kerja 4.14 Tinggi
Nilai rata-rata 4.01 Tinggi

Variabel Kondisi dan Lingkungan Kerja Variabel Kesadaran dan Kualitas Pekerja
Kondisi dan lingkungan kerja di proyek Kesadaran para pekerja di proyek untuk
konstruksi sangat berpengaruh terhadap melindungi diri mereka sendiri terhadap bahaya
pelaksanaan sistem manajemen keselamatan kecelakaan kerja rata-rata masih sangat rendah.
kerja. Tersedianya peralatan keselamatan kerja, Para responden menyatakan meskipun alat-alat
tempat kerja yang aman dan luas, alat-alat kerja pengaman disediakan oleh pihak manajemen,
yang layak pakai dan selalu dikontrol tetapi tidak ada kesadaran dari pekerja untuk
keadaannya serta tersedianya peralatan memakainya, maka akan sia-sia saja.
penanggulangan sangat mendukung Sedangkan kualitas pekerja akan sangat
pelaksanaan kerja yang aman dan selamat. dipengaruhi oleh keahlian pekerja dan
Dengan skor yang tergolong tinggi, dapat pengaman kerjanya. Pada sisi yang lain, pekerja
disimpulkan bahwa sebagian besar responden dengan kualitas yang baik tentunya akan
menyetujui bahwa faktor-faktor tersebut di atas bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang ada
merupakan bagian dari sistem manajemen sehingga bisa memperkecil kemungkinan
keselamatan kerja yang seharusnya terjadinya kecelakaan kerja. Jelas di sini
dilaksanakan oleh setiap proyek konstruksi. kesadaran dan kualitas kerja sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem

122 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 115 – 126
keselamatan kerja. Skor pada tabel 4.1 diharapkan kinerja proyek konstruksi akan
menunjukkan bahwa sebagian responden meningkat.
menyatakan kesadaran dan kualitas pekerja
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
memang sangat penting dalam mendukung
Hipotesis yang diajukan di dalam
pelaksanaan sistem keselamatan kerja di
penelitian ini selanjut diuji untuk mengetahui
proyek konstruksi.
pengaruh vairabel bebas (independent variable),
Variabel Kinerja Proyek yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
Skor rata-rata pada variabel kinerja pelaksanaan program K3 yang meliputi peranan
proyek tergolong dalam kriteria tinggi, ini berarti manajemen, kondisi dan lingkungan kerja serta
berdasarkan penilaian reponden, kinerja proyek kesadaran dan kualitas pekerja terhadap
yang diukur dalam efesiensi waktu, efesiensi variabel terikat (dependent variable), yaitu
kerja, peningkatan kualitas hasil pekerjaan dan kinerja proyek konstruksi. Untuk mengetahui
peningkatan kegiatan kerja sangat dipengaruhi pengaruh tersebut digunakan analisis regresi
oleh pelaksanaan sistem keselamatan kerja linier berganda, yang dilanjutkan uji keberartian
yang baik. Dengan dukungan peranan koefisien regresi dengan uji-F (F-test) dan uji t
manajemen, kondisi dan lingkungan kerja serta (t-test). Hasil analisis regresi linier berganda
kesadaran dan kualitas pekerja dalam disajikan pada tabel berikut :
pelaksanaan sistem keselamatan kerja, maka

Tabel .4.2 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Mengenai Pengaruh Variabel Peranan Manajemen
Kondisi dan Lingkungan Kerja serta Kesadaran dan Kualitas Pekerja terhadap Kinerja
Proyek Konstruksi

No Variabel Bebas Koefisien


1 Intersep 1.713
2 Peranan Manajemen 0.140
3 Kondisi dan Lingkungan Kerja 0.331
4 Kesadaran dan Kualitas Pekerja 0.104
5 Determinasi (R2) 0.530
6 Koefisien korelasi ganda (RI) 0.281
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Berdasarkan nilai koefisien masing- X2 = Variabel kondisi dan lingkungan kerja


masing variabel dapat dibuat model regresi linier X3 = Variabel kesadaran dan kualitas pekerja
berganda sebagai berikut :
Y = 1,713 + 0,140 X1 + 0,331 X2 + 0,104 X3 Uji Serentak (F-tes)
Keterangan : Uji serentak dimaksudkan untuk mengetahui
Y = Variabel kinerja proyek konstruksi pengaruh serentak semua faktor terhadap
X1 = Variabel peranan manajemen kinerja proyek konstruksi.
Tabel. 4.3 Hasil analisis varian pengaruh
Source of Variation Df SS MS F Sig
Regression 3 1.302 0.767 5.208 0.004
Residual 40 5.893 0.147 - -
Total 43 8.195 - - -
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer

Peranan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dalam Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi – Agung Sutarto 123
Keterangan : R2 sebesar 0,539. Hal ini berarti konstribusi
a = Predictor X3, X2, X1 variabel peranan manajemen, kondisi dan
b = Dependent Variabel Y . lingkungan kerja, dan kesadaran dan kualitas
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa nilai pekerja terhadap kinerja proyek konstruksi
signifikansi (level of significant) sebesar 0,004. sebesar 53,0%. Variabel-variabel lainnya yang
Nilai ini lebih kecil dari pada nilai signifikansi tidak dimasukkan dalam model regresi linier
yang ditentukan, yaitu sebesar 5%. Hal berarti berganda tersebut memberikan konstribusi
variabel peranan manajemen, kondisi dan sebesar 47,0%.
lingkungan kerja, dan kesadaran dan kualitas
pekerja berpengaruh berarti (significant) Uji Parsial (t-test)
terhadap kinerja proyek konstruksi. Uji parsial digunakan untuk mengetahui
Konstruksi variabel peranan manajemen, pengaruh variabel peranan manajemen, kondisi
kondisi dan lingkungan kerja, dan kesadaran dan lingkungan kerja, dan kesadaran dan
dan kualitas pekerja terhadap kinerja proyek kualitas pekerja terhadap kinerja proyek
konstruksi ditunjukkan oleh nilai koefisien konstruksi. Hasil uji keberartian koefisien regresi
determinasi (R2). Pada tabel 4.2 terlihat bahwa ketiga variabel bebas disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel .4.4 Hasil Uji Keberartian Koefisien Regresi
No Variabel Bebas Koefisien t-test Sig. r parsial
1 Peranan Manajemen 0.140 1.032 0.000 0.161
2 Kondisi dan Lingkungan Kerja 0.331 2.540 0.000 0.373
3 Kesadaran dan Kualitas 0.104 0.528 0.000 0.083
Pekerja
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer
Berdasarkan tabel 4.4 masing-masing dan kualitas pekerja yang merupakan faktor-
akan dibahas pengaruh parsial variabel peranan faktor pelaksanaan program keselamatan dan
manajemen kondisi dan lingkungan kerja, dan kesehatan kerja secara parsial berpengaruh
kesadaran dan kualitas pekerja terhadap kinerja nyata (significant) terhadap kinerja proyek
proyek. konstruksi.
1. Variabel Peranan Manajemen
2. Variabel Kondisi dan Lingkungan Kerja
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa nilai
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa nilai
signifikansi (level of significant) untuk variabel
signifikan (level of significant) untuk variabel
peranan manajemen sebesar 0,000%. Nilai ini
kondisi dan lingkungan kerja sebesar 0,000%.
lebih kecil daripada nilai signifikan yang
Nilai ini lebih kecil dari pada nilai signifikan yang
ditentukan dengan demikian berarti variabel
ditentukan, dengan demikian berarti variabel
peranan manajemen berpengaruh nyata
kondisi dan lingkungan kerja berpengaruh nyata
(significant) terhadap kinerja proyek konstruksi.
(significant) terhadap kinerja proyek konstruksi.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
diduga bahwa variabel peranan manajemen,
diduga bahwa kondisi dan lingkungan kerja
kondisi dan lingkungan kerja, dan kesadaran

124 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 115 – 126
yang aman secara persial berpengaruh nyata (bersama-sama) maupun parsial (sendiri-
(significant) terhadap kinerja proyek konstruksi. sendiri) significant terhadap kinerja proyek
konstruksi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
Faktor Yang Berpengaruh Dominan
signifikansi uji varians (f-test), dan uji t (t-
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
test) lebih kecil (0,000) dari level of
(Tabel 4.2), variabel kondisi dan lingkungan
significant yang ditentukan (0,050).
kerja (X2) memiliki pengaruh paling dominan
terhadap kinerja proyek konstruksi, kemudian 3. Variabel kondisi dan lingkungan kerja
diikuti oleh peranan manajemen dalam memiliki pengaruh paling dominan terhadap
pelaksanaan K3 (X1) dan terendah adalah kinerja proyek konstruksi. Kemudian diikuti
variabel kesadaran dan kualitas pekerja (X3). oleh variabel peranan manajemen dan
Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi terendah variabel kesadaran dan kualitas
ketiga variable bebas tersebut, yaitu koefisien pekerja. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
regresi variabel kondisi dan lingkungan kerja koefisien regresi ketiga variabel, yaitu:
(b2) sebesar 0,331, koefisien regresi peranan variabel kondisi dan lingkungan kerja
manajemen (b1) sebesar 0,140 dan koefisien sebesar 0,331, variabel peranan
regresi kesadaran dan kualitas pekerja (b3) manajemen sebesar 0,140 dan variabel
sebesar 0,014. kesadaran dan kualitas pekerja sebesar
0,104.
PENUTUP
Saran-saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Berdasarkan hasil penelitian dan
disarankan hal-hal sebagai berikut :
pembahasannya, maka dapat disimpulkan
1. Para kontraktor hendaknya melaksanakan
bahwa :
sistem manajemen keselamatan kerja
1. Rata-rata skor variabel bebas, yang
walaupun dalam tingkat yang paling
meliputi peranan manajemen sebesar 3,75
sederhana untuk menghindari terjadinya
dengan kriteria tinggi, kondisi dan
kecelakaan kerja.
lingkungan kerja sebesar 4,00 dengan
2. Untuk membantu pengawasan
kriteria tinggi, dan kesadaran dan kualitas
pelaksanaan sistem manajemen
pekerja sebesar 4,18 dengan kriteria tinggi.
keselamatan kerja di lapangan manajer
sedangkan rata-rata skor variabel terikat,
proyek bisa lebih mengefektifkan para
yaitu kinerja proyek konstruksi yang
mandor yang pada umumnya memiliki
meliputi efisiensi waktu, efisiensi biaya,
tingkat kedekatan personel yang lebih baik
peningkatan kualitas hasil kerja dan
terhadap para pekerja.
peningkatan kegiatan kerja sebesar 4,01
3. Meskipun peraturan tentang keselamatan
dengan kriteria tinggi.
dan kesehatan kerja telah dibuat oleh
2. Variabel peranan manajemen, kondisi dan
pemerintah, namun masih banyak pihak
lingkungan kerja, dan kesadaran dan
manajemen atau kontraktor yang belum
kualitas pekerja baik secara serentak
melaksanakan peraturan-peraturan

Peranan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja dalam Peningkatan Kinerja Proyek Konstruksi – Agung Sutarto 125
sepenuhnya. Oleh karena itu perlu adanya Moon, P., 1993, Penilaian Kinerja Karyawan,
PT. Gramedia, Jakart.
tindakan yang tegas dari pemerintah
terhadap para pelanggar peraturan Napitupulu, 1989, Keselamatan Kerja Terpadu
dalam Sistem Manajemen, Modul III,
keselamatan dan kesehatan kerja.
GBMPE, Institut Manajemen Proteksi
4. Perlu ada ketentuan hukum yang Indonesia, Jakarta.
memasukkan biaya keselamatan dan
Silalahi, B, 1995, Manajemen Keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai biaya yang Kesehatan Kerja, PT. Bustaman
tercantum dalam dokumen kontrak. Untuk Pressindo, Jakarta.

menghindari kesan bahwa biaya Soeripto, 1989, Penerapan Keselamatan dan


keselamatan dan kesehatan kerja tidak Pencegahan Kecelakaan pada
Konstruksi Bangunan, Institut
diprioritaskan. Manajemen Proteksi Indonesia, Jakarta.

Suma’mur P.K, 1989, Program dan Aspek


DAFTAR PUSTAKA Keselamatan Kerja pada Bangunan
Tinggi, Institut Manajemen Proteksi
Bambang, R, 2004. Industrial Health. Safety & Indonesia, Jakarta.
Environment. Modul Program Profesi
Insiyur, PII. Cabang Semarang. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1989, Kamus
Djarwanto, 1996, Mengenal Uji Statistik Dalam Besar Bahasa Indonesia, Departemen
Penelitian, Liberti, Yogyakarta. Pendidkan dan Kebudayaan, Balai
Pustaka.
Donald S. Boyd C.P.Jr, 1993, Manajemen
Konstruksi Profesional. Edisi Kedua. Trreo N, Yates, J.K, 1997, Construction Industry
Penerbit Erlangga. Jakarta. Safety Measures, Cost Engineering Vo.
39 No. 2.
Endroyo, B, 1989, Keselamatan Kerja Untuk
Teknik Bangunan, IKIP Semarang Widiatmoko, P, 1989, Keselamatan dan
Press, Semarang. Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan, Modul III-IMPI, GPME, Istitut
Jaselkis, E.J. Anderson SD and Russel, JS, Manajemen Proteksi Indonesia, Jakarta.
1996, Strategies for Achieving
Excellence in Construction Safety
Performance, Journal of Construction
Engineering and Management.

126 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 115 – 126

You might also like