You are on page 1of 11

AT-TAUZI’ : Jurnal Ekonomi Islam Vol 2 No 1 : Juni 2010

Inovasi Produk Baru Dengan Sukuk Musyarakah Wal Ijarah


Sebagai Solusi Pengembangan Infrastuktur Di Indonesia
Siti Murtiyani1
Azinuddin Syaiful Haq2

Email: smurtiyani@yahoo.com;

STEI Hamfara Yogyakarta

Abstract
New Product Innovation With Sukuk Musharakah Wal Ijarah As The Solution Of The
Infrastructur Development In Indonesia. Infrastructure development is basic capital for
economics development in Indonesia. The weakening of the infrastructure development
become one of the factors that causing Indonesia left behind other countries in encouraging
the economical development in past thirty years. The infrastructure availability is
fundamental for sustainable economics development. In order to increasing the infrastructure
development, government will be supported the funding by $1.400 billion. The funding is
planned will be met by various funding sources, such like Aceh relief gift (1 percent), national
development budget (17 percent), and domestic funding (21 percent). Form this scheme there
is funding gap by 810 billion rupiahs that have no certainty where the government will
covered it. This condition is revealing the need of breakthrough by the government to cover
the funding gap.
The innovation is needed for shariah-based funding and the opportunity to get funding
from external parties, especially the investor who wants the shariah concept that produced
profit from the return. With the concept of Sukuk Musharakah wal Ijarah, it is hopefully that it
will create the appropriate solution for the funding of infrastructure development in
Indonesia. Sukuk is long-term dividend based on the shariah that is issued by the emitent to
Sukuk holder who ordering to the emitent to pay the dividend to the shariah dividend owner
in the form of profit/margin/fee sharing and payback the dividend at the fall due. Musharakah
is a joint venture between two or more parties where each of them contributes their capital to
finance certain business, with the profit and risk sharing which is previously agreed. Ijarah is
an Islamic form of leasing between owner (lessor) of goods or service to the lessee (musta’jir)
under installment plans to end-users (lessee). The owner can require the security to the
leaseholder to prevent risk that causing the loss. The amount, size and type of leasing object
(capital equipment or property) has to be clearly determined in the contract.
The innovation of the product is funding scheme of the infrastructure development
through Sukuk Musharakah wal Ijarah. The improvement of Sukuk Musharakah wal Ijarah as
the alternative funding related to the aspects of regulation, operational technical support
system and procedure, accounting system and other infrastructures. The advantages of this
product innovation as followed: 1) accommodating the alternative funding system and
easiness to applied the funding infrastructure; 2) extending the funding marketplace; 3)
encourage the DPS to issuing the fatwa (official religious agreement among shariah experts)
that assuring the Islamic people to implemented the Sukuk Musharakah wal Ijarah.
Keyword: Sukuk, Musharakah, Ijarah and Infrastructure development.

1 Dosen Tetap STEI Hamfara Yogyakarta


2 Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Surakarta

1
Latar Belakang Masalah karena itu inovasi produk pembiayaan
Perkembangan infrastruktur yang berbasis syariah diperlukan untuk
merupakan modal dasar bagi mengakomodasi peluang-peluang tersebut.
pembangunan perekonomian di Indonesia, Dalam tulisan ini inovasi produk
lemahnya pembangunan infrastruktur pembiayaan adalah dengan Sukuk
menjadi salah satu faktor yang Musyarakah wal Ijarah. Dengan konsep
menyebabkan ketertinggalan Indonesia Sukuk Musyarakah wal Ijarah diharapkan
dalam memacu pembangunan perekono- akan memberikan solusi yang yang tepat
mian. Pembangunan infrastruktur serta bagi pembiayaan pembangunan
ketersediaan infrastruktur yang baik infrastruktur di Indonesia. Sukuk adalah
merupakan pondasi dari pembangunan suatu surat berharga jangka panjang
ekonomi yang berkelanjutan. Dalam upaya berdasarkan prinsip syariah yang
meningkatkan pembangunan infrastruktur dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada
pemerintah akan mendorong dengan pemegang Sukuk yang mewajibkan emiten
kebutuhan pembiayaan mencapai Rp1400 untuk membayar pendapatan kepada
trilyun. Nilai pembiayaan tersebut pemegang obligasi syariah berupa bagi
rencananya akan dipenuhi dari berbagai hasil/ margin/ fee serta membayar
sumber pembiayaan seperti hibah bantuan kembali dana obligasi pada saat jatuh
Aceh (1%), APBN (17%), dan sumber dana tempo. Musyarakah merupakan akad
domestik (21%). Dari skema tersebut kerjasama antara dua pihak atau lebih
masih ada sekitar Rp 810 trilyun yang untuk suatu usaha tertentu, dimana
belum jelas darimana sumber masing-masing pihak memberikan
pembiayaannya (funding gap). Kondisi ini kontribusi dana dengan ketentuan bahwa
mengindikasikan tentang perlunya keuntungan dan risiko akan ditanggung
pemerintah untuk segera melakukan bersama sesuai kesepakatan. Ijarah
terobosan-terobosan untuk menutupi merupakan akad pemindahan hak guna
besarnya funding gap tersebut (Sigit (manfaat) atas suatu barang/jasa dalam
Pramono; 2007). waktu tertentu melalui pembayaran sewa,
Terobosan-terobosan yang tanpa diikuti dengan pemindahan
dilakukan untuk menutupi besarnya kepemilikan atas barang tersebut.
funding gap tersebut mestilah merupakan Inovasi produk pembiayaan ini
terobosan yang inovatif serta memiliki adalah skema pembiayaan pembangunan
daya tarik bagi para pemilik dana untuk infrastruktur melalui penerbitan Sukuk
ikut serta dalam membangun infrastruktur Musyarakah wal Ijarah. Dalam rangka
di Indonesia. Oleh karena itu perlunya mengembangkan Sukuk Musyarakah wal
inovasi dalam rangka investasi dan Ijarah merupakan alternatif pendanaan
pembiayaan yang berbasis syariah dan infrastruktur yang akan dijelaskan
berpeluang untuk menarik dana dari pihak berkaitan dengan aspek regulasi, aspek
ekternal, khususnya pemilik dana yang pendukung tehnis operasional, sistem dan
menginginkan aplikasi konsep syariah prosedur, sistem akuntansi serta
serta memberikan return yang infrastruktur lainnya. Manfaat dari inovasi
menguntungkan. Alternatif penggunaan produk ini antara: 1) mengakomodasi
konsep pembiayaan berbasis syariah sistem pembiayaan alternatif serta
merupakan peluang yang sangat besar kemudahan dalam mengaplikasikan
mengingat potensi pendanaan dari Negara pembiayaan infrastruktur, 2) memperluas
timur tengah yang relative besar. Oleh pangsa pasar pembiayaan, 3) mendorong

2
DPS untuk menerbitkan fatwa serta disewakan untuk pemegang sukuk dengan
menjamin kepercayaan masyarakat luas akad ijarah. Pada prinsipnya, semua adalah
dalam aplikasi Sukuk Musyarakah wal surat berharga bukti investasi jangka
Ijarah. panjang yang dikembangkan dengan
Dewan Syariah Nasional (DSN) mengacu pada prinsip muamalah Islami.
mengkategorikan tiga jenis pemberian Namun yang membedakan obligasi dengan
keuntungan kepada investor pemegang sukuk tersebut adalah akad dan
sukuk. Yaitu, pertama adalah berupa bagi transaksinya.
hasil kepada pemegang sukuk mudharabah Ringkasan yang menjelaskan
atau sukuk musyarakah. Kedua, perbandingan antara obligasi dan sukuk
keuntungan berupa margin bagi pemegang serta lebih ditekankan pada aplikasi sukuk
sukuk murabahah, salam atau istishna. Dan musyarakah serta sukuk Ijarah dalam
ketiga, berupa fee (sewa) dari aset yang tulisan ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Ringkasan Perbandingan Obligasi dan Sukuk


Obligasi
Sukuk Musyarakah Sukuk Ijarah
Konvensional
Musharakah (Bagi
Akad (Transaksi) Tidak Ada Ijarah (Sewa/Lease)
Hasil)
Jenis Transaksi - Uncertainty Contract Certainty Contract
Sifat Surat Hutang Investasi Investasi
Harga Penawaran 100% 100% 100%
Pokok Obligasi saat
100% 100% 100%
Jatuh Tempo
Kupon Bunga Pendapatan/Bagi Hasil Imbalan/Fee
Indikatif berdasarkan
Return Float/Tetap Ditentukan sebelumnya
Pendapatan /Income
Fatwa Dewan Syariah No. 33/DSN-
Tidak Ada No:41/DSNMUI/III/2004
Nasional MUI/IX/2002
Jenis Investor Konvensional Syariah/Konvensional Syariah/Konvensional

Sumber: Pengembangan dari Iggi Achsien (2005)

Sistem Sukuk Musyarakah dalam berbagi keuntungan mahupun


resiko kerugian, kini telah dilakukan oleh
Sukuk musyarakah merupakan
Institusi Keuangan Syariah seperti pasar
bentuk pembiayaan yang diberikan untuk
modal Islam (Islamic Capital Market).
melaksanakan suatu proyek yang
Untuk meminimalkan resiko dalam sukuk
berdasarkan kontrak transaksi antara dua
musyarakah maka alternatifnya adalah
pihak atau lebih untuk suatu usaha/
dengan skema Ijarah, dimana proyek yang
proyek tertentu, dimana masing-masing
dikembangkan tersebut akan memberikan
pihak memberikan kontribusi dana
pendapatan yang bersifat tetap dan bisa
pinjaman dengan ketentuan bahwa
ditentukan sebelumnya.
keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Karakteristik kontrak sukuk
Sukuk Musyarakah memiliki keunggulan Musyarakah yang mencerminkan ciri-ciri
dari segi kebersamaan dan keadilan, baik pembiayaan sukuk musyarakah antara lain
sebagai berikut:

3
1) Pernyataan ijab dan qabul harus kesepahaman. Pada prinsipnya, dalam
dinyatakan oleh para pihak untuk pembiayaan sukuk musyarakah tidak ada
menunjukkan kehendak mereka jaminan, namun untuk menghindari
dengan mengadakan kontrak (akad), terjadinya penyelewengan, dalam kasus ini
dengan memperhatikan hal-hal berikut: sukuk musyarakah telah ada badan yang
a. Penawaran dan penerimaan harus menjamin pendanaan tersebut.
secara eksplisit menunjukkan tujuan Penyertaan para pemilik modal
kontrak. dalam pekerjaan merupakan dasar
b. Penerimaan dari penawaran dilaku- pelaksanaan musyarakah, akan tetapi
kan pada saat kontrak transaksi. kesamaan bagian pekerjaan bukanlah
merupakan syarat. Seorang pemegang
c. Akad dibuat secara tertulis, melalui
sukuk musyarakah boleh melaksanakan
surat, atau dengan menggunakan
kerja lebih banyak dari yang lainnya atau
cara-cara komunikasi modern.
tidak sama sekali, dan dalam hal ini ada
2) Pihak-pihak yang berkontrak harus
perhitungan tambahan bagi para pengelola.
memahami hukum, dan memperhati-
Setiap anggota yang melaksanakan kerja
kan hal-hal berikut:
dalam musyarakah atas nama pribadi dan
a. Kecakapan dalam memberikan atau wakil dari pemilik dana. Oleh karena itu
diberikan kekuasaan perwakilan setiap kedudukan dalam organisasi kerja
b. Setiap pihak harus menyediakan perlu dijelaskan dalam kontrak.
dana untuk proyek pengembangan Keuntungan harus dihitung dengan
infrastruktur jelas untuk menghindarkan perbedaan dan
c. Setiap pihak memiliki hak untuk sengketa pada waktu distribusi
mengatur aset Musyarakah dalam keuntungan atau ketika kontrak Sukuk
proses bisnis formal. musyarakah berakhir. Setiap keuntungan
d. Setiap pihak memberi kuasa kepada pemilik dana harus dibagikan secara
pihak yang lain untuk menguruskan munasabah atas asas seluruh keuntungan.
aset dan setiap dari mereka dianggap Seorang anggota/ pemilik dana boleh
telah diberi kuasa untuk melakukan mengusulkan bahwa jika keuntungan
aktivitas Musyarakah dengan melebihi hitungan tertentu, kelebihan atau
memperhatikan kepentingan rekan prosentase itu diberikan kepadanya.
bisnis, tanpa melakukan kelalaian Sistem pembagian keuntungan harus
dan kesalahan yang disengaja. dijelaskan dalam akad kontrak. Kerugian
3) Objek kontrak (modal, kerja, harus dibagi di antara para pemegang surat
keuntungan dan kerugian) sukuk musyarakah secara munasabah
menurut penyertaan sukuk masing-masing
Modal yang diberikan harus uang
dalam modal
tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.
Modal dapat terdiri dari aset perniagaan, Perbelanjaan operasional dan
seperti barang modal, properti dan persengketaan dibebankan pada penyerta-
sebagainya. Jika modal berbentuk aset, an bersama. Jika salah satu pihak tidak
harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai menunaikan kewajibannya atau terjadi
dan disepakati oleh para rekan bisnis. Para perselisihan di antara para pihak, maka
pihak-pihak tidak boleh meminjam, penyelesaiannya dilakukan melalui badan
meminjamkan, menyumbangkan atau Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
menghadiahkan modal sukuk musyarakah kesepahaman melalui musyawarah. Tetapi
kepada pihak lain, kecuali atas asas pada prinsipnya sukuk musyarakah wal

4
ijarah lebih aman dalam resiko, sebab tersebut. Skema kontrak sukuk musyarakah
pendapatan dan keuntungan sudah bisa ditunjukkan pada gambar 1. berikut:
ditentukan hasilnya apabila infrastruktur Dalam skema sukuk musyarakah
yang dijadikan proyek usaha sudah perjanjian bagi hasil dalam akad mengikuti
disewakan oleh pihak yang menggunakan ketentuan nisbah yang disepakati, dengan
infrastruktur tersebut. demikian nisbah yang telah dituliskan
Secara umum aplikasi kontrak sukuk tersebut belum bisa memberikan kepastian
Musyarakah pada pasar modal Islam sudah mengenai keuntungan yang akan
ada, sebab lebih mudah dalam praktiknya, diperoleh, artinya masih dalam ketidak-
terutama dalam aspek modal lebih pastian bagi proyek infrastruktur tersebut,
terjamin keamanannya dari sudut pandang dalam kontek keuangan Islam hal ini
para pihak yang bersyirkah, namun dari wajar-wajar saja. Namun hal ini dalam
aspek kepastian pendapatan dan pandangan pemilik dana, para investor
keuntungan belum bisa diprediksikan akan merasa ragu-ragu dan penuh
dengan pasti atau paling tidak mendekati pertimbangan dalam rangka memberikan
pasti. Oleh karena itu kombinasi antara investasi pembiayaan bagi proyek
sukuk musyarakah dengan konsep ijarah infrastruktur yang akan dikembangkan.,
dalam mengupayakan pendapatan dan apalagi faktor resiko juga memilik potensi
keuntungan secara jelas bagi infrastruktur yang besar kegagalan pembayaran
yang dikembangkan dalam proyek kewajiban atau kegagalan dari proyek itu
sendiri.
Gambar 1. Skema kontrak Sukuk Musyarakah

Perjanjian
Kontrak Proyek
(2)

Pengelola/ Emiten Pemilik Dana/ Investor


(Musyarik) (Shohibul maal)

(1) (1)
MODAL MODAL

Proyek Pengembangan
Infrastruktur

Pengembalian Pengembalian
Modal pokok (5) (5) Modal Pokok

(3) (3)
NISBAH X% NISBAH Y%
LABA
RUGI
Resiko Bisnis X% Resiko bisnis Y%
(4) (4)

5
Sumber: Olah data
Dari gambar 1. skema kontrak Sukuk dikembalikan sesuai komposisi modal
Musyarakah bisa dijelaskan sebagai masing-masing atau dilanjutkan projek
berikut: berkenaan dengan perjanjian-perjanjian
1. Pihak-pihak yang bersyirkah berikutnya.
merencanakan projek pengembangan
infrastruktur yang sudah ada kelayakan Rukun kontrak Musyarakah yang utama
projek, rancangan pendapatan dan biaya ada 5 macam iaitu:
serta rencana pengembalian modalnya 1. Pihak-pihak yang bersyirkah yang
(pay back period), dari bisnis harus memahami hukum, boleh lebih
pengembangan infrastruktur. Dan para dari dua.
pihak menyampaikan tentang 2. Pernyataan ijab dan qabul harus
kemampuan dana/ ketrampilan, dinyatakan oleh para pihak berkontrak
profesionalisme yang dimiliki masing- untuk menunjukkan kehendak mereka
masing pihak serta ketersediaan modal dalam mengadakan kontrak (akad),
yang dimiliki dalam mengelola projek dengan memperhatikan hal-hal berikut:
atau bisnis tersebut, dengan analisis a. Penawaran dan Penerimaan harus
investasi yang jelas dan lengkap, dengan secara eksplisit penunjukkan tujuan
penghitungan modal yang diperlukan kontrak.
untuk pelaksanaan projek b. Penerimaan dari penawaran
pengembangan infrastruktur tersebut. dilakukan pada saat kontrak
2. Para pihak yang bersyirkah melakukan c. Akad secara tertulis, melalui
kesepahaman-kesepahaman tentang koresponden, atau dengan
manajemen projek tersebut, menggunakan cara-cara komunikasi
kesepahaman komposisi modal masing- modern.
masing pihak yang akan menyerahkan 3. Modal (Capital) ialah sebilangan wang
dananya dan rencana nisbah bagi hasil dan/ atau aset yang diberikan oleh
yang disepakati oleh pihak-pihak yang setiap orang bertujuan untuk berniaga
bersyirkah, yang akan dituangkan dalam dengan syarat seperti berikut:
akad perjanjian/ kontrak sukuk a. Modal harus diketahui bilangan dan
Musyarakah jenisnya
3. Pada masa tertentu projek tersebut b. Modal dapat berbentuk wang atau
diperkirakan akan menghasilkan laba, barangan yang dinilai. Jika modal
oleh karena itu laba tersebut dibagikan diberikan dalam bentuk aset, maka
sesuai dengan nisbah yang disepakati di aset berkenaan harus dinilai pada
awal perjanjian kemudian dibayarkan masa akad.
kepada setiap pihak yang bersepakat c. Modal tidak dapat berbentuk
menurut waktu yang telah disepakati hutang dan harus dibayar, baik
oleh kedua belah pihak. secara bertahap mahupun tidak,
4. Apabila projek tersebut mengalami sesuai dengan kesepahaman dalam
kerugian disebabkan risiko bisnis, akad.
kerugian akan ditanggung oleh pihak- 4. Keuntungan Musyarakah adalah
pihak yang bersyirkah sesuai dengan bilangan yang didapati sebagai
komposisi dana yang diserahkan oleh kelebihan dari modal. Syarat
masing-masing pihak. Dalam hal ini, keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
para pihak menanggung kerugian a. Harus diperuntukkan bagi kedua
karena setiap pihak juga berperanan di belah pihak dan tidak boleh
dalam mengelola projek atau usaha disyaratkan hanya untuk satu pihak.
berkenaan. b. Bahagian keuntungan munasabah
5. Pada tempoh yang telah disepakati bagi setiap pihak perlu diketahui
seluruh modal yang telah diserahkan dan dinyatakan pada masa kontrak

6
disepakati dan harus dalam bentuk Sukuk Ijarah
peratusan (nisbah) dari keuntungan
sesuai dengan kesepahaman. Ijarah merupakan akad pemindahan hak
Perubahan nisbah harus berasaskan guna (manfaat) atas suatu barang/jasa
kesepahaman. dalam waktu tertentu melalui pembayaran
c. Pihak-pihak yang bersyirkah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
menanggung semua kerugian sesuai kepemilikan atas barang tersebut.
dengan komposisi modal masing- Pemegang sukuk ijarah akan mendapatkan
masing yang telah disepakati di keuntungan berupa fee (sewa) dari aset
awal. yang disewakan. Penerapan akad ijarah
5. Aktivitas perniagaan sebagai imbangan untuk sukuk syariah dapat merujuk pada
modal perlu disediakan oleh setiap penerbitan sukuk ijarah Matahari
pihak dan perlu memberi perhatian Departemen Store. Perusahaan ritel ini
kepada perkara-perkara berikut: mengeluarkan sukuk ijarah senilai Rp 100
a. Kegiatan syarikat adalah hak setiap miliar. Dananya digunakan untuk menyewa
pihak yang bersyirkah, dan ruangan usaha dengan akad wakalah,
mempunyai hak untuk melakukan dimana Matahari bertindak sebagai wakil
pengawalan. untuk melaksanakan ijarah atas ruangan
b. Para pihak sudah ada kesepahaman usaha dari pemiliknya (pemegang
awalnya mengenai hak dan sukuk/investor). Ruang usaha yang disewa
kewajiban berhubungkait dengan adalah Cilandak Town Square di Jakarta.
penyertaan serta pampasan yang Ruang usaha tersebut dimanfaatkan
akan diperoleh. Matahari sesuai dengan akad wakalah,
c. Para pihak tidak boleh menyalahi dimana atas manfaat tersebut Matahari
hukum Syari’ah Islam dalam melakukan pembayaran sewa (fee ijarah)
tindakannya yang berhubungan dan pokok dana sukuk. Fee ijarah
dengan musyarakah, dan harus dibayarkan setiap tiga bulan, sedangkan
mematuhi kebiasaan yang berlaku dana sukuk dibayarkan pada saat
dalam aktiviti itu. pelunasan sukuk. Jangka waktu sukuk
tersebut selama lima tahun.

Gambar 2 : Model Skim Sukuk Ijarah

Selain dua akad yang melandasi lahirnya akad-akad yang lain masih potensial
sukuk syariah diatas, sebenarnya beberapa dikembangkan, seperti: (a) obligasi

7
murabahah, (b) obligasi salam; dan (c) bunga sehingga tidak dimungkinkan untuk
obligasi istishna. Dengan demikian obligasi di- syariah-kan. Namun sebagaimana
syariah masih memiliki keragaman model pengertian bank syariah adalah bank yang
skim yang dapat menampung berbagai
menjalankan prinsip syariah, tetap
kebutuhan pendanaan yang paling
memungkinkan dan sesuai bagi korporasi menghimpun dan menyalurkan dana,
maupun pemerintah. tetapi tidak dengan dasar bunga, demikian
juga adanya pergeseran pengertian pada
Para pakar keuangan yang objektif telah obligasi. Mulanya dikenal sebagai
mengakui bahwa obligasi syariah (sukuk) instrumen fixed income karena
dengan sistem syariahnya akan jauh lebih memberikan kupon dengan bunga tetap
baik daripada surat utang dengan basis (fixed) sepanjang tenornya. Kemudian
bunga. Hal ini didasari oleh beberapa dikembangkan juga obligasi dengan kupon
ketentuan yang biasanya harus dipenuhi bunga mengambang (floating) sehingga
dalam emisi obligasi syariah, yaitu (Karim, bunga yang diterima pemegang obligasi
2006): pertama, penggunaan dana obligasi tidak lagi tetap. Dalam hal obligasi syariah,
syariah sejak awal jelas untuk membangun kupon yang diberikan tidak lagi
proyek tertentu. Kedua, risiko obligasi berdasarkan bunga, tetapi bagi hasil atau
syariah terdefinisi sejak awal oleh proyek margin/fee.
yang dibiayainya. Ketiga, tuntutan Menarik untuk memperhatikan bahwa
kedisplinan penggunaan dana obligasi Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:
syariah karena sifat peruntukan 32/DSN- MUI/IX/2002 tersebut
penggunaan dana yang terdefinisi secara memberikan pertimbangan awal bahwa
jelas berkaitan dengan proyek tertentu obligasi yang selama ini (konvensional)
Obligasi syariah berbeda dengan obligasi didefinisikan masih belum sesuai dengan
konvensional. Semenjak ada konvergensi syariah. Karenanya, obligasi yang
pendapat bahwa bunga adalah riba, maka dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi
instrumen-instrumen yang punya yang berdasarkan prinsip syariah.
komponen bunga (interest-bearing
instruments) ini keluar dari daftar
investasi halal. Karena itu, dimunculkan Mengapa obligasi syariah?
alternatif yang dinamakan obligasi syariah. Dari sisi pasar modal, penerbitan obligasi
Merujuk kepada Fatwa Dewan Syari’ah syariah muncul sehubungan dengan
Nasional No: 32/DSN-MUI/IX/2002, berkembangnya institusi-institusi
"Obligasi Syariah adalah suatu surat keuangan syariah, seperti asuransi syariah,
berharga jangka panjang berdasarkan dana pensiun syariah, dan reksa dana
prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten syariah yang membutuhkan alternatif
kepada pemegang Obligasi Syari’ah yang penempatan investasi. Menariknya,
mewajibkan Emiten untuk membayar investor obligasi syariah tidak hanya
pendapatan kepada pemegang Obligasi berasal dari institusi-institusi syariah saja,
Syari’ah berupa bagi hasil/margin/fee, tetapi juga investor konvensional. Produk
serta membayar kembali dana obligasi syariah dapat dinikmati dan digunakan
pada saat jatuh tempo". Pada awalnya, siapa pun, sesuai falsafah syariah yang
penggunaan istilah "obligasi syariah" sudah seharusnya memberi manfaat
sendiri dianggap kontradiktif. Obligasi (maslahat) kepada seluruh semesta alam.
sudah menjadi kata yang tak lepas dari

8
Investor konvensional akan tetap bisa Struktur obligasi syariah
berpartisipasi dalam obligasi syariah, jika
Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan
dipertimbangkan bisa memberi
(financing) dan sekaligus investasi
keuntungan kompetitif, sesuai profil
(investment) memungkinkan beberapa
risikonya, dan juga likuid. Sementara
bentuk struktur yang dapat ditawarkan
obligasi konvensional, investor base-nya
untuk tetap menghindarkan pada riba.
justru terbatas karena investor syariah
Berdasarkan pengertian tersebut, obligasi
tidak bisa ikut ambil bagian di situ!
syariah dapat memberikan: (1) Bagi Hasil
Bagi emiten, menerbitkan obligasi syariah
berdasarkan akad Mudharabah/Muqa-
berarti juga memanfaatkan peluang-
radhah/Qiradh atau Musyarakah. Karena
peluang tertentu. Emiten dapat
akad Mudharabah/Musyarakah adalah
memperoleh sumber pendanaan yang lebih
kerja sama dengan skema bagi hasil
luas, baik investor konvensional maupun
pendapatan atau keuntungan, obligasi jenis
syariah. Selain itu, struktur obligasi syariah
ini akan memberikan return dengan
yang inovatif juga memberi peluang untuk
penggunaan term indicative/expected
memperoleh biaya modal yang kompetitif
return karena sifatnya yang floating dan
dan menguntungkan. Tetapi, sebagai
tergantung pada kinerja pendapatan yang
catatan, tidak semua emiten dapat
dibagihasilkan. (2) Margin/Fee
menerbitkan obligasi syariah. Untuk
berdasarkan akad Murabahah atau Salam
menerbitkan Obligasi Syariah, beberapa
atau Istishna atau Ijarah. Dengan akad
persyaratan berikut yang harus dipenuhi:
Murabahah/Salam/ Isthisna sebagai
(1) Aktivitas utama (core business) yang
bentuk jual beli dengan skema cost plus
halal, tidak bertentangan dengan substansi
basis, obligasi jenis ini akan memberikan
Fatwa No: 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa
fixed return. Di Indonesia, yang digunakan
tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan
dalam penerbitan obligasi syariah adalah
usaha yang bertentangan dengan syariah
struktur Mudharabah (bagi hasil
Islam di antaranya adalah:
pendapatan) baik yang telah diterbitkan
(i) usaha perjudian dan permainan yang
maupun yang akan diterbitkan dalam
tergolong judi atau perdagangan yang
waktu dekat (lihat tabel). Sehingga, yang
dilarang; (ii) usaha lembaga keuangan
dikenal adalah obligasi syariah
konvensional (ribawi), termasuk
mudharabah.
perbankan dan asuransi konvensional; (iii)
Obligasi syariah mudharabah memang
usaha yang memproduksi, mendistribusi,
telah memiliki pedoman khusus dengan
serta memperdagangkan makanan dan
disahkannya Fatwa No: 33/DSN-MUI/
minuman haram; (iv) usaha yang
IX/2002. Disebutkan dalam fatwa tersebut,
memproduksi, mendistribusi, dan atau
bahwa Obligasi Syariah Mudharabah
menyediakan barang-barang ataupun jasa
adalah obligasi syariah yang menggunakan
yang merusak moral dan bersifat mudarat.
akad mudharabah. Selain telah mempunyai
(2) Peringkat Investment Grade: (i)
pedoman khusus, terdapat beberapa alasan
memiliki fundamental usaha yang kuat; (ii)
lain yang mendasari pemilihan struktur
memiliki fundamental keuangan yang kuat;
mudharabah ini, di antaranya adalah:
(iii) memiliki citra yang baik bagi publik
(i) Bentuk pendanaan yang paling sesuai
(3) Keuntungan tambahan jika termasuk
untuk investasi dalam jumlah besar dan
dalam komponen Jakarta Islamic Index (JII)
jangka yang relatif panjang; (ii) Dapat

9
digunakan untuk pendanaan umum pendapatan ini atau keuntungan dapat
(general financing) seperti pendanaan dilakukan secara periodik (tahunan,
modal kerja ataupun pendanaan capital semesteran, kuartalan, bulanan); (vi)
expenditure; (iii) Mudharabah merupakan Karena besarnya pendapatan bagi hasil
percampuran kerja sama antara modal dan akan ditentukan oleh kinerja aktual emiten,
jasa (kegiatan usaha) sehingga maka obligasi syariah memberikan
membuatnya strukturnya memungkinkan indicative return tertentu.
untuk tidak memerlukan jaminan
(collateral) atas aset yang spesifik. Hal ini
Beberapa tantangan
berbeda dengan struktur yang
menggunakan dasar akad jual beli yang Obligasi syariah dinilai prospektif, tetapi
mensyaratkan jaminan atas aset yang menghadapi tantangan yang tak sedikit.
didanai; (iv) Kecenderungan regional dan Sosialisasi yang belum cukup. Harus diakui
global, dari penggunaan struktur bahwa masyarakat kita belum begitu
Murabahah dan Bai bi-thaman Ajil menjadi terbiasa dengan sistem bagi hasil maupun
Mudharabah dan Ijarah sistem syariah lainnya. Padahal, potensi
Mekanisme atau beberapa hal pokok investor obligasi syariah dari ritel
mengenai obligasi syariah mudharabah ini tergolong besar. Hal ini dimungkinkan
dapat diringkaskan dalam butir-butir karena denominasi obligasi syariah yang
berikut: diterbitkan bisa senilai Rp 10 juta.
(i) Kontrak atau akad Mudharabah Sekaligus menjadi edukasi bagi masyarakat
dituangkan dalam perjanjian perwali- untuk mulai berinvestasi dalam jangka
amanatan; (ii) Rasio atau persentase bagi yang lebih panjang, alih-alih hanya di
hasil (nisbah) dapat ditetapkan berdasar- deposito yang berjangka pendek.
kan komponen pendapatan (revenue) atau Tantangan berikut menyangkut
keuntungan (profit; operating profit, EBIT, opportunity cost yang secara sederhana
atau EBITDA). Tetapi, Fatwa No: 15/DSN- diterjemahkan sebagai "second best
MUI/IX/2000 memberi pertimbangan choice". Langsung atau tak langsung ada
bahwa dari segi kemaslahatan pembagian pembandingan atas pilihan yang ada.
usaha sebaiknya menggunakan prinsip Karena investor base obligasi syariah
Revenue Sharing; (iii) Nisbah ini dapat secara potensial sangat luas, mau tidak
ditetapkan konstan, meningkat, ataupun mau, obligasi syariah berdasarkan bagi
menurun, dengan mempertimbangkan hasil akan menghadapi ini. Ilustrasinya,
proyeksi pendapatan Emiten, tetapi sudah ketika obligasi syariah mudharabah
ditetapkan di awal kontrak. (iv) ditawarkan, emiten membandingkannya
Pendapatan Bagi Hasil berarti jumlah dengan suku bunga pinjaman sementara
pendapatan yang dibagihasilkan yang investor (terutama investor konvensional)
menjadi hak dan oleh karenanya harus membandingkan dengan yield obligasi
dibayarkan oleh emiten kepada pemegang konvensional. Karena sistem bagi hasil ini
obligasi syariah yang dihitung berdasarkan tidak menawarkan "fixed-predetermined
perkalian antara nisbah pemegang obligasi return", hasilnya bisa berfluktuasi.
syariah dengan pendapatan/keuntungan Misalnya suatu saat, obligasi syariah ini
yang dibagihasilkan yang jumlahnya memberi tingkat kupon 20 persen, investor
tercantum dalam laporan keuangan akan senang, tetapi sepertinya emiten akan
konsolidasi emiten. (v) Pembagian hasil

10
merasa "kemahalan" karena membanding- pada Obligasi Syariah Mudharabah Indosat.
kan dengan pinjaman bank atau obligasi Suksesnya sebuah pasar dan instrumen
konvensional dengan bunga kupon lebih keuangan, baik syariah maupun lainnya,
murah. akan tergantung pada faktor kepercayaan
Di saat lain, obligasi syariah memberi atas sistem dan proses, keragaman dan
kupon "hanya" 12 persen, emiten senang, kualitas produk, serta keyakinan investor
tetapi investor akan membandingkannya dan emiten untuk menggunakan produk
dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), keuangan tersebut. Dengan kondisi yang
obligasi pemerintah, atau obligasi telah diuraikan di atas, masa depan obligasi
konvensional lainnya. Memang opportunity syariah masih tetap dipandang prospektif
cost, dan penurunan kinerja pendapatan ini sejalan dengan perkembangan lembaga
menjadi salah satu risiko bagi investor keuangan syariah lainnya.
obligasi syariah. Padahal, risiko investor di
obligasi syariah sebetulnya mirip saja DAFTAR PUSTAKA
dengan investor obligasi dengan bunga
Dewan Syariah Nasional-MUI, “Himpunan
mengambang. Berbedanya adalah, struktur Fatwa Dewan Syariah Nasional”,
syariah ini sesungguhnya lebih menawar- Jakarta: DSN-MUI dan Bank
kan "keadilan". Indonesia, 2003.

Tantangan lain adalah menyangkut Iggi H. Achsien (2005), “Potensi


perdagangan obligasi syariah di pasar Pengembangan Obligasi Syariah di
sekunder yang mengemuka kepentingan- Indonesia”, Bahan Presentasi Seminar
nya karena tujuan likuiditas (as-suyulah). ISEI, tanggal 17 November.
Hampir semua Islamic bonds dibeli untuk
Sigit Pramono, SE., Ak., MSACC, Obligasi
investasi jangka panjang, sampai jatuh
Syariah (Sukuk) untuk Pembiayaan
tempo. Lebih banyaknya investor yang buy Infrastruktur: Tantangan dan
and hold memang akan membuat pasar Inisiatif Strategis
sekundernya kurang likuid. Hal ini terjadi

11

You might also like